Di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Potensi Peserta Didik
Dosen Pengampu : Heni Purwulan M.Pd.
Disusun Oleh :
Bunga Dwi Oktaviana Sari
Disusun Oleh :
Bunga Dwi Oktaviana Sari
198620201002
Puji syukur yang dalam penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini sesuai
yang diharapkan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang telah
membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Potensi
Peserta Didik Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Pembuatan makalah ini diperlukan supaya penulis
dan pembaca dapat memahami dan mengkaji tentang Makalah Ini.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran.
Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pengembangn makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…….…………………………………………………………..………....…i
Daftar Isi……….……………………………………………………….............................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………….………………….………….…………....1
1.2. Rumusan Masalah………………………….…………….………………………........1
1.3. Tujuan Permasalahan…………………………………..…………………..……….....2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?..................................................................3
2.2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa?.............................3
2.3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?.................................................6
2.4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?......................4
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...……………..…………...…....13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Setiap individu akan tumbuh dan berkembang
cepat atau lambat didalam lingkungan yang terus berubah. Lingkungan tersebut yang antara lain
ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam memahami tujuan yang hendak dicapai, potensi
anak didik, keadaan anak didik dengan segala latar belakangnya, sarana pendidikan, ketepatan
memilih bentuk komunikasi pendidikan dan keadaan lingkungan, sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi edukatif atau tindakan yang bersifat mendidik dalam pergaulan pendidikan.
Pernyataan diatas sesuai dengan prinsip pendidikan seperti tercantum dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antar keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Tiap-tiap lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh pada proses pendidikan yang
diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kadar besarnya pengaruh dari
masing-masing lingkungan tidak dapat diukur. Yang jelas ada pengaruh yang berarti dan
mempunyai kesamaan dalam pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara dan
agama. Jadi yang menjadi tujuan sebenarnya adalah anak didik. Untuk mengetahui gambaran
tentang anak, tidak terlepas dari potensi-potensi belajar yang dimilikinya. Sebab tujuan
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah untuk mengembangkan potensi
kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi anak didik diisi kebutuhannya
supaya berkembang secara wajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?
2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa?
3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?
C. Tujuan
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan berbagai jenis potensi yang ada dalam diri siswa.
2. Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.
3. Menigkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan potensi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian potensi
Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapat bekal berupa kemampuan siap, yang
pelaksanaannya berdasarkan insting.Disamping bekal berupa insting itu, individu mendapat
bekal juga berupa benih, bibit atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada
waktunya dan apabila ada kesempatannya maupun perangsangnya. Potensi inilah yang sekarang
disebut dengan istilah pembawaan.Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa yang
berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang baik,
sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang
ditulis dalam majalah “ANDA” (1986 : 40) “Potensi adalah kemampuan terpendam yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan; suatu yang dapat menjadi aktual”. M.
Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan
atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan
yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan
diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang siswa
tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus
Soejono (1980 : 36) “Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi
seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
B. Jenis-Jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa
1. Potensi jasmaniah
Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara
fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan
gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai pra
kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang
bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.
2. Potensi rohaniah
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan,
dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani
kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia,
tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) membagi potensi
kepada :
a) Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
b) Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
c) Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
d) Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa).
e) Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
f) Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
g) Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi
rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut
yaitu:
1. Faktor dari dalam (keturunan)
Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh
anak tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal jika
anak tersebut berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan ilmu
pasti, keturunan bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya.
2. Faktor dari luar (lingkungan)
Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah
faktor rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga,
pertama sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena itu
orang tua disebut sebagai pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak,
terutama ibu yang mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan
demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan pengajaran
pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti kata pepatah “Bagaimana cetak
begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka seperti itulah anak akan
tumbuh dan berkembang.
D. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi Peserta Didik
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan
kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada
manusia yang hanya memiliki sisi negatif. Berdasarkan paradigma itulah seorang guru harus
senantiasa optimis bahwa peserta didiknya memiliki potensi, bahkan memiliki banyak potensi.
Kelemahan kita adalah kurang cermat dalam mengenali potensi yang terpendam dalam peserta
didik.
Dapat dikatakan demikian karena menurut penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya
Password Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga belas jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan
bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi (intrapersonal), masak
(kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan. Sembilan kecerdasan pertama
dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, seorang psikolog Amerika
Serikat dan diberi label multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi
dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan
kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T. Kiyosaki.
Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap
pendidik. Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya,
2. Beragam dan terpadu,
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan,
5. Menyeluruh dan berkesinambungan,
6. Belajar sepanjang hayat, dan
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana
adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain
menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka
mengerjakan Matematika. Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkin
merasa senang apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan
linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.
Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah
bagaimana agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses
belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian, siswa
terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa
saat menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus
beradu argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran kepada yang
lain.
Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan oleh BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa disebut Kegiatan
Pengembangan Diri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan
antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
E. Mengembangkan Potensi peserta didik
1. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser
(1976) ada tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.
Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan
pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan
psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto,
1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun
(disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan
pengetahuan.
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh
bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang
banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan
pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat
sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan
pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan
kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya
dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstinsik
disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.
2. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan
dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang
yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional yang tinggi
pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan kecakapan
emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya, aktif,
kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah pisau
dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya tidak
dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan berfikir,
seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur, mengisi teka
teki silang, dan lain sebagainnya.
A. KESIMPULAN
1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :
a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang
normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.
b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun
budi pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih,
kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat
dan sejahtera
B. SARAN
Untuk para pengajar yang dimasa dewasa ini kurang mengerti dan kurang
memperhatikan potensi belajar siswa, hingga terkadang ada beberapa cara atau model
pembelajaran yang membuat siswa sulit menyerap materi, hendaknya dengan makalah ini
para pengajar dapat mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28741798/
PENGEMBANGAN_POTENSI_PESERTA_DIDIK
https://studylibid.com/doc/381827/pengembangan-potensi-peserta-didik