Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK

Di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Potensi Peserta Didik
Dosen Pengampu : Heni Purwulan M.Pd.

Disusun Oleh :
Bunga Dwi Oktaviana Sari

Disusun Oleh :
Bunga Dwi Oktaviana Sari
198620201002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


UNIVERSITAS DOKTOR NUGROHO MAGETAN
KATA PENGANTAR

            Puji syukur yang dalam penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini sesuai
yang diharapkan.

            Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang telah
membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

            Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Potensi
Peserta Didik Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Pembuatan makalah ini diperlukan supaya penulis
dan pembaca dapat memahami dan mengkaji tentang Makalah Ini.

            Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran.

Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pengembangn makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat.

                                                                                                        Ngawi,09 Februari 2021

                                                                           

                                                                                                             Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…….…………………………………………………………..………....…i
Daftar Isi……….……………………………………………………….............................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang…………………………….………………….………….…………....1
1.2.  Rumusan Masalah………………………….…………….………………………........1
1.3.  Tujuan Permasalahan…………………………………..…………………..……….....2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?..................................................................3
2.2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa?.............................3
2.3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?.................................................6
2.4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?......................4

BAB III PENUTUP


3.1.  Kesimpulan…………………………….……….…………………………………......…13
3.2.  Saran-Saran………………….……………………..……......……………………...…....13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...……………..…………...…....13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Setiap individu akan tumbuh dan berkembang
cepat atau lambat didalam lingkungan yang terus berubah. Lingkungan tersebut yang antara lain
ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam memahami tujuan yang hendak dicapai, potensi
anak didik, keadaan anak didik dengan segala latar belakangnya, sarana pendidikan, ketepatan
memilih bentuk komunikasi pendidikan dan keadaan lingkungan, sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi edukatif atau tindakan yang bersifat mendidik dalam pergaulan pendidikan.
Pernyataan diatas sesuai dengan prinsip pendidikan seperti tercantum dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antar keluarga, masyarakat dan pemerintah”.
Tiap-tiap lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh pada proses pendidikan yang
diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kadar besarnya pengaruh dari
masing-masing lingkungan tidak dapat diukur. Yang jelas ada pengaruh yang berarti dan
mempunyai kesamaan dalam pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara dan
agama. Jadi yang menjadi tujuan sebenarnya adalah anak didik. Untuk mengetahui gambaran
tentang anak, tidak terlepas dari potensi-potensi belajar yang dimilikinya. Sebab tujuan
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah untuk mengembangkan potensi
kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi anak didik diisi kebutuhannya
supaya berkembang secara wajar.
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?
2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa?
3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?

C. Tujuan
Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh
penulis antara lain adalah sebagai berikut: 
1. Menjelaskan berbagai jenis potensi yang ada dalam diri siswa.
2. Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.
3. Menigkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan potensi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian potensi 
Pada waktu lahir tiap-tiap individu mendapat bekal berupa kemampuan siap, yang
pelaksanaannya berdasarkan insting.Disamping bekal berupa insting itu, individu mendapat
bekal juga berupa benih, bibit atau potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada
waktunya dan apabila ada kesempatannya maupun perangsangnya. Potensi inilah yang sekarang
disebut dengan istilah pembawaan.Jadi yang dimaksud dengan anak atau siswa yang
berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang baik,
sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang
ditulis dalam majalah “ANDA” (1986 : 40) “Potensi adalah kemampuan terpendam yang
mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan; suatu yang dapat menjadi aktual”. M.
Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan
atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.
Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan
yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan
diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang siswa
tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus
Soejono (1980 : 36) “Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi
seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.
B. Jenis-Jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa
1. Potensi jasmaniah
Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara
fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan
gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai pra
kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang
bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.
2. Potensi rohaniah
Potensi-potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani.
Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan,
dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani
kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia,
tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.
Pembagian potensi diatas didasarkan kepada U. Noorsyan (1980 : 131) membagi potensi
kepada :
a) Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal).
b) Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).
c) Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.
d) Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan
nafsu, termasuk prakarsa).
e) Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi).
f) Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).
g) Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).
Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi
rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut
yaitu: 
1. Faktor dari dalam (keturunan)
Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh
anak tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal jika
anak tersebut berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan ilmu
pasti, keturunan bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya. 
2. Faktor dari luar (lingkungan)
Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah
faktor rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga,
pertama sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena itu
orang tua disebut sebagai pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak,
terutama ibu yang mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan
demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan pengajaran
pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti kata pepatah “Bagaimana cetak
begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka seperti itulah anak akan
tumbuh dan berkembang. 
D. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi Peserta Didik
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan dan
kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang hanya memiliki sisi positif. Sebaliknya, tidak ada
manusia yang hanya memiliki sisi negatif. Berdasarkan paradigma itulah seorang guru harus
senantiasa optimis bahwa peserta didiknya memiliki potensi, bahkan memiliki banyak potensi.
Kelemahan kita adalah kurang cermat dalam mengenali potensi yang terpendam dalam peserta
didik.
Dapat dikatakan demikian karena menurut penelusuran Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya
Password Menuju Sukses telah teridentifikasi tiga belas jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan
bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi (intrapersonal), masak
(kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan. Sembilan kecerdasan pertama
dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, seorang psikolog Amerika
Serikat dan diberi label multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi
dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan
kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T. Kiyosaki.
Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap
pendidik. Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya, 
2. Beragam dan terpadu, 
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan, 
5. Menyeluruh dan berkesinambungan, 
6. Belajar sepanjang hayat, dan
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana
adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain
menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka
mengerjakan Matematika. Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkin
merasa senang apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan
linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.
Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah
bagaimana agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui
kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses
belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian, siswa
terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa
saat menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus
beradu argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran kepada yang
lain.
Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan oleh BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa disebut Kegiatan
Pengembangan Diri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan
antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan
keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.
E. Mengembangkan Potensi peserta didik
1. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser
(1976) ada tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.
Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan
pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan
psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto,
1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun
(disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan
pengetahuan. 
Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh
bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang
banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan
pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat
sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah. 
Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan
pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan
kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya
dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstinsik
disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak. 
2. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi 
Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan
dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang
yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional yang tinggi
pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan kecakapan
emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya, aktif,
kreatif, dan mandiri.
Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah pisau
dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya tidak
dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan berfikir,
seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur, mengisi teka
teki silang, dan lain sebagainnya.

F. Peran guru dalam Pengembangan Potensi Siswa


Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa
serta mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain,
lebih-lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan
teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.Guru memiliki perana yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam
implementasi kurikulum di kelas yang perlumendapat perhatian(Depdiknas, 2005).Dalam proses
belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas
belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat
segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam
belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.
Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:
Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman
belajar.
Membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian
diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu
pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan
kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga
dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan
menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)
Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru
mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya
sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar
mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu
meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan
pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi
pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang
mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah
memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan
tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun
ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas
sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui
interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses
belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi
yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-
baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai
pengajar.Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya
memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta
masyarakat.Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang siswa.
2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehariu-hari.
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan
anak.
5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu
memecahkan masalah siswa.
6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
8. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu
memecahkan masalah siswa.
9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan
lainnya.
10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
11. Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembimbing memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus
berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya
G. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam pengembangan potensi siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi
seseorang dengan yang lain ialah:
1. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak
lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama
ditentukan oleh pembawaan kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh.
Sekalipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu
masih tetap ada.
2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika
telah mencapai kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak
dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar
baginya.Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk
mengenai soal itu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
3. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja
seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam sekitar)
4. Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan –
dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring
motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama
kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
5. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan
memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat
dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.) Sementara itu, Widada (1994)
mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, dan
potensi guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:
1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran
akan harga diri) siswa.
2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming,
inquiry, dan role playing.
3. Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan
pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan
segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini
pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek
kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi
siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta
meningkatkan potensi intelektualnya.
6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa
untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya
dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan
pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003)
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan
berguna bagi dirinya;
2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga
dilibatkan dalam penyusunan tersebut;
3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;
4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan;
5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;
6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan
kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;
7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan
penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga
mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :
a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang
normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.
b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun
budi pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih,
kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat
dan sejahtera

2. Cara mengembangkan potensi yang ada pada anak SD


a. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar
b. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan
Emosi.

B. SARAN
Untuk para pengajar yang dimasa dewasa ini kurang mengerti dan kurang
memperhatikan potensi belajar siswa, hingga terkadang ada beberapa cara atau model
pembelajaran yang membuat siswa sulit menyerap materi, hendaknya dengan makalah ini
para pengajar dapat mengerti.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28741798/
PENGEMBANGAN_POTENSI_PESERTA_DIDIK
https://studylibid.com/doc/381827/pengembangan-potensi-peserta-didik

Anda mungkin juga menyukai