Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENAGA PENDORONG PADA PESERTA DIDIK DAN DAYA


ATAU ALAT-ALAT INTERAKSI PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu : Drs. Siti Aminah, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Faktum Ni’am
2. Salsabila Azzahra

SEMESTER V (LIMA)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SORE

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) MA’ARIF JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul " Tenaga Pendorong Pada Peserta Didik Dan Daya Atau Alat-Alat
Interaksi Peserta Didik" tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula kita sanjung pujikan
kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke
alam yang terang benderang ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini

Jambi, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tenaga-Tenaga Pendorong Peserta Didik............................................... 3
B. Daya atau Alat-Alat Interaksi Peserta Didik .......................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi
kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan
motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangan potensi dan kreativitasnya
melalui kegiatan belajar, oleh karena itu dalam pembelajarannya, faktor keaktifan sebagai
subyek belajar sangat menentukan. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan, mereka menggunakan otak mereka,
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang
mereka pelajari.1
Siswa sebagai peserta didik yang baik memiliki karakter bersemangat tinggi dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapinya atau suatu masalah yang dimohonkan
kepadanya untuk dipecahkan, tidak harus ada pada siswa yang berotak cerdas/IQ tinggi.
Namun, bagi siswa yang berkemampuan ratarata sedang atau kurangpun dapat dilatih
untuk memiliki karakter yang mampu menyelesaikan masalah. Permasalahan pendidikan
selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa,
situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta
bekembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini merupakan salah
satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam
kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal pada
kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai
dengan latar belakang pendidikan guru.2
Selain guru, dalam belajar setiap peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, yang
dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar
peserta didik yaitu dari orang tua, dari guru dan dari masyarakat. Faktor intern dibagi
menjadi tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Di dalam
faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang mempengaruhi belajar antara

1
Silberman, Mel, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Jogyakarta : Pustaka Insan Madani,
2007)
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajran Berorientasi Standar Peoses Pendidikan (Jakarta:Prenada Media,2008),

1
lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Dan faktor-
faktor inilah yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik agar dapat mengendalikan dan
mengatur belajar agar dapat berlangsung efektif, terarah dan optimal.3
Maka dari itu penyusun bermaksud menuliskan makalah ini dengan pembahasan pada
bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas adapun rumusan masalah sebagai berikut.


1. Apa saja tenaga-tenaga pendorong peserta didik dalam berinteraksi dunia luar?
2. Apa saja daya atau alat-alat interaksi peserta didik?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja tenaga-tenaga pendorong peserta didik dalam berinteraksi dunia
luar.
2. Mengetahui dan menelaah Apa saja daya atau alat-alat interaksi peserta didik.

3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tenaga-Tenaga Pendorong Peserta Didik


Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan diri nya sendiri, tetapi
yang mutlak di perlukan untuk hidupnya . Tanpa dunia luar ia pasti mati. Untuk
mencukupi kebutuhan hidupannya, melangsungkan dan mengembangkan, manusia
membutuhkan:
1. Makanan
2. Udara
3. memerlukan persahabatan
4. Ilmu pengetahuan
5. Persekutuan dan kesusilaan
Daya yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar itu agar dapat
melangsungkan dan mengembangkan hidupnya disebut dengan dorongan nafsu (driften)
yang di maksud dengan dorongan nafsu adalah kekuatan pendorong maju yang memaksa
dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-
benda atau pun nilai-nilai tertentu.

Dalam garis besarnya, dorongan nafsu itu dapat di bagi menjadi tiga golongan:

a) Dorongan nafsu mempertahankan diri : mencari makanan ketika ia lapar,


menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan
untuk hidup aman dan sebagainya.
b) Dorongan nafsu mengembangkan diri. Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari
sesuatu yang belum di ketahuinya. Pada manusia dorongan ini lah yang menjadikan
kebudayaan manusia semakin maju dan makin tinggi.
c) Dorongan nafsu mempertahankan jenis : manusia atau pun hewan secra sadar maupun
tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya atau keturunan nya tetap berkembang dan
hidup.
Ada pula yang membagi dorongan nafsu itu menjadi 4 macam sebagai berikut :
a) Dorongan nafsu vital (hayati).
b) Dorongan nafsu egois,
c) Dorongan nafsu sosial dan,
d) Dorongan nafsu supra sosial.

3
Nafsu vital itu mempunya dasar fisiologis atau biologis, sedangkan yang lainnya
berdasarkan kebutuhan psiko-fisis sekaligus, jadi dorongan nafsu yang di maksud di atas
tidak harus ada hubngan nya dengan jasmani / biologis.
Empat macam dorongan tersebut di atas, tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan satu
sama lain berhubungan erat dan satu sama lain saling berpengaruh mempengaruhi dalam
manusia sebagai individu yang bulat. Marilah kita uraikan 4 macam dorongan nafsu
tersebut di atas :
1) Dorongan nafsu vital : ialah daya pendorong dalam diri manusia yang di
arahkan  pada tercapai nya nilai-nilai atau benda-benda yang berfaedah bagi
organisme (jasad). Jika nilai atau benda tersebut tak dapat di capai maka hidupnya
tidak dapat di langsungkan.
2) Dorongan nafsu egois : istilah ini jangan di kacaukan dengan istilah sehari-hari yang
berarti hasrat mementingkan diri sendiri nafsu egois ini di beri nama demikian karena
yang menjadi tujuan dari nafsu itu ialah perkembangan diri pribadi sebagai seseorang,
keinsyafan akan “kesadaran pribadi” . nafsu ini mendorong manusia akan
penghayatan akan kepercayaan pada diri sendiri, menghargai diri, kemerdekaan batin
dan perasaan tanggung jawab.
3) Dorongan nafsu sosial : nafsu ini menatakan akan kebutuhan sosial / pergaulan di
dalam hidup bersama penyesuaian diri dengan dan pengabdian diri kepada
masyarakat. Hidup dorongan nafsu sosial mendorong manusia berkempul dan
mengadakan kontak dengan manusia lain, berupa persahabatan, perkawinan dan
sebagai nya yang memungkinkan hidup bermasyarakat.
4) Dorongan nafsu supra sosial : pada hakikat nya manusia itu berbeda dengan
makhluk yang lain dorongan nafsu ini di arah kan kepada penghayatan atas
perhubungan dengan maha kuasa, sebagai asal segala yang ada. Di sini terletak segala
macam penghayatan religious (keagamaan) yang dapat menjelma menjadi
kepercayaan terhadap salah satu agama. Hidup  nafsu ini membawa manusia kepada
penyerahan diri seluruhnya, sebagai tujuan manusia yang tinggi dan yang terakhir.
Yang menjadi dasar pembagian menjadi 4 macam dorongan nafsu itu ialah nilai-
nilai atau benda-benda yang hendak di capai (harus di capai agar dapat berkembang
kemanusiaan nya) yaitu :
a) Apa yang di butuh kan manusia guna mempertahan kan dan mengembangkan
jasad nya: nilai-nilai vital (hayati).

4
b) Apa yang di butuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”. Segala
nilai-nilai yang di butuhkan dan mengembangkan “aku sebagai manusia”
(sebagai individu).
c) Apa yang di butuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”. Segala
nilai-nilai yang mengembangkan “aku sebagai makhluk sosial”.
d) Apa yang di butuhkan manusia untuk dapat hidup “sebagai manusia”. Segala
nilai-nilai mengembangkan dan mempertahankan manusia sebagai makhluk yang
di ciptakan oleh Tuhan.

B. Daya atau Alat-Alat Interaksi Peserta Didik


Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan berbagai
daya, yang biasa di sebut daya-daya jiwa. Adapun daya-daya yang terpenting antara
lain ialah : Pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan.
a) Pengamatan
Pengamatan ialah suau daya jiwa untuk memasukkan kesan- kesan dari luar
melalui / atau dengan menggunakan alat dria. Seperti : melihat, mendengar, mencium,
meraba sesuatu dan sebagainya. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman
dan pengetahuan seseorang. Fungsi pengamatan ini di sebut fungsi reseptif
(menerima) dan berlaku pada masa sekarang. Ada 4 faktor yang memungkinkan
terjadinya pengamatan :Perangsang (stimulus – benda yang di amati), alat indra –
otak dan perhatian. Karena adanya perhatian maka perangsang di terima alat dria dan
terus ke otak melalui urat syaraf sensoris. Di dalam otak perangsang itu di olah
dengan bahan-bahan yang sudah ada (bahan apersepsi) kemudian terjadi penafsiran ;
perangsang itu di mengerti. Pengamatan selalu terikat oleh waktu dan tempat, dan
berlangsung di waktu yang sekaran.
b) Ingatan
Kesan-kesan yang tinggal dari pengamatan di dalam diri manusia yang berupa
tanggapan-tanggapan maupun pengertian itu di simpan untuk sewaktu-waktu di
keluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu di sebut
daya ingatan. Fungsi ingatan tidak terikat oleh waktu dan tempat serta berhubungan
dengan waktu Lampau.
c) Fantasi
Fantasi ialah daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan atau kesan-kesan
yang baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Di dalam fungsinya
5
daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia. Ada 2 pendapat
yang bertentangan terhadapa perkembangan dan gunanya fantasi itu bagi manusia.
 Montessori, seorang ahli didik italia yang mendirikan taman kanak-kanak atau
casa dei bambini, berpendapat bahwa fantasi tidak baik di kembangkan pada
diri anak-anak karena menurut pendapatnya melatih berfantasi pada anak-anak
itu berarti mengajarnya berdusta.
 Frobel, yang juga sebagai ahli didik (jerman) yang mendirikan taman kanak-
kanak (kindergarten) berpendapat sebaliknya : fantasi itu perlu dan penting
sekali di kembangkan pada diri anak-anak. Itu lah sebab nyadi sekolah Frobel
anak-anak di perbolehkan memilih dan menggunakan alat-alat permainan di
sekolahnya dengan bebas.
Faedah dan keburukan fantasi bagi manusia. Gunanya fantasi bagi kita ialah :
1) Untuk menerima, menambah dan memajukan ilmu pengetahuan.
2) Untuk menciptakan kesenian dan teknik.
3) Untuk membentuk watak dan pribadi yang baik.
4) Bagi kehidupan, fantasi memungkinkan kita menghindarkan diri dari
kesusahan dan kesulitan hidup, memunculkan cita-cita dan perasaan yang
luhur, dengan singkat dengan adanya fantasi maka kebudayaan manusia
semakin berkembang dan maju.
Keburukan :
1) Dapat menyebabkan orang meninggalkan realitas, kemudian menjadi
pengelamun, menjadi apatis, takut menghadapi kesukaran dan kepahitan
hidup.
2) Dapat menimbulkan pikiran dan perasaan yang rendah, yang bersifat asusila
dan asocial.
3) Dapat menimbulkan perasaan takut dan takhyul yang merugikan bagi diri
seseorang.
Bagi kita fantasi perlu di embangkan asalkan kea rah yang baik dan berguna bagi
diri sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat.
d) Perasaan
Di banding dengan daya-daya / alat-alat interaksi yang lain yang telah di
bicarakan, perasaan merupakan daya yang sangat penting. Ia lebih mencerminkan
kpribadian seseorang dalam interaksinya dengan dunia luar, karena sifatnya lebih

6
subyektif lebih khas atau unik. Perasaan adalah gema psikis yang biasanya selalu
menyertai setiap pengalaman dan setiap daya-daya psikis yang lain. Perasaan itu
biasanya berwujud senang atau pun tidak senang, gembira atau sedih, simpati atau
anti-pati, suka atau benci dan lain-lain.
Intensitas perasaan : kuat lemah nya perasaan yang di hayati seseorang tidak sama
dengan orang lain meskipun mungkin obyek nya sama. Perasaan selalu berubah-ubah
intensitasnya, kadang-kadang menjadi kuat, kadang-kadang menjadi lemah. Hal ini
tergantung kepada / di pengaruhi keadaan jasmani dan rohani kita dan bagaimana
situasi yang kita hadapi. Jika suatu perasaan pada seseorang menjadi sangat kuat
dalam psikologi di sebut “Afek”. Jadi afek ialah suatu perasaan yang sangat kuat /
hebat timbulnya hanya sebentar dan biasanya di sertai oleh gejala-gejala jasmaniah
yang hebat pula.
Wundt membedakan afek itu menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Afek yang di sertai perasaan senang atau tidak senang.
2. Afek yang menggiatkan atau melemahkan daya-daya jiwa.
3. Afek yang penuh dengan ketegangan jiwa dan kebalikannya.
Kant membedakan sebagai berikut :
1. Afek stenis, ialah yang dapat menimbulkan kekuatan dan menghebatkan
perbuatan-perbuatan seseorang, misalnya. Orang yang marah sekali.
2. Afek astenis, yang membawa perasaan kehilangan kekuatan pada diri seseorang,
misalnya orang yang sangat sedih.

Jenis-jenis perasaan :
Sebenarnya semua perasaan itu selau bersangkut paut satu sama lain. Juga
pembagian kedalam “perasaan jasmani” dan “perasaan rohani” sebenar nya tidak
tepat pula. jasmani dan rohani yang bertindak dan mereaksi dengan keseluruhan
pribadinya.
1) Perasaan intelek: ialah perasaan-perasaan yang kita hayati bila kita memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu. Kita merasa senang : bila kita dapat mempelajari
dan mengerti sesuatu, dan merasa tidak senang apabila tidak dapat menyelesaikan
atau memecahkan sesuatu sesuatu yang ingin kita ketahui.
2) Perasaan estetis ( keindahan ) : ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita
berpendapat bahwa sesuatu itu bagus atau jelek, indah atau tidak. Sesuatu norma /

7
ukuran yang ada pada diri seseorang untuk menilai sesuatu itu bagus atau jelek,
indah atau tidak, di sebut Cita Rasa.
3) Perasaan etis (kesusilaan) : ialah perasaan yang kita hayati di waktu menilai
sesuatu itu baik atau buruk, dalam arti susila. Norma atau ukuran untuk menilai
baik buruk nya sesuatu di sebut kata hati.
4) Perasaan sosial (kemasyarakatan) : Perasaan yang menyertai pendapat seseorang
tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain.
Perasaan-perasaan sosial dapat berupa benci, cinta,kasih sayang simpati, antipati,
perasaan solider, cinta tanah air dan sebagainya. Jelaslah pula bahwa perasaan
sosial itu ada yang positif dan ada pula yang negative.
5) Perasaan religious (keagamaan) : ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita
merasa diri bersatu dengan alam semesta sedang menghadap kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa.
6) Perasaan harga diri : ialah perasaan yang kita hayati di waktu kita menilai tinggi
rendahnya diri kita terhadap orang lain di dalam pergaulan sehari-hari.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Daya yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar itu agar
dapat melangsungkan dan mengembangkan hidupnya disebut dengan dorongan nafsu
(driften) yang di maksud dengan dorongan nafsu adalah kekuatan pendorong maju
yang memaksa dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang
berupa benda-benda atau pun nilai-nilai tertentu. Adapun daya-daya atau alat-alat
yang terpenting dalam inetraksi antara lain ialah : Pengamatan, tanggapan, ingatan,
fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan.

B. Saran
Saran yang dapat penyusun sampaikan adalah hendaknya kita sebagai mahasiswa
dalam mengajarkan peserta didik untuk dapat lebih memahami mengapa pentingnya
dalam mempelajari faktor-faktor, dorongan, pendukung dan alat-alat dalam
berinterkasi dengan dunia luar nantinya agar tidak canggung ataupun kaku serta lebih
mudah dalam menanggapi interkasi yang ada.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. 2009. Psikologi umum. Jakarta: Rhineka Cipta.


Herlien. 2009. Psikologi Pendidikan. Diakases pada tanggal 22 September 2020 pada
http://herlien2009.blogspot.com/p/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Kartono Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media. 


Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Silberman, Mel. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Jogyakarta : Pustaka
Insan Madani.

10

Anda mungkin juga menyukai