1-4
MODUL 1
Paradigma Baru PKn di SD
Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Warga Negara yang Demokratis
Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung
maupun tidak langsung (perwakilan) setelah adanya proses pemilu secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dalam sistem pemerintahan demokrasi
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Alamudi (1991) demokrasi bukan hanya seperangkat gagasan dan prinsip
kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku sehingga demokrasi
sering disebut suatupelembagaan dari kebebasan.
Soko guru demokrasi menurut Alamudi (1991) antara lain yaitu : 1) Kedaulatan
rakyat, 2) pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, 3)
kekuasaan mayoritas 4) hak-hak minoritas, 5) jaminan hak asasi manusia, 6)
pemilihan yang bebas dan jujur, 7) persamaan di depan hukum, 8) proses hokum
yang wajar, 9) pembatasan pemerintah secara konstitusional, 10) pluralisme sosial,
ekonomi dan politik, 11) nilai-nilai toleransi, pragmatism, kerja sama dan mufakat.
Ahmad Sanusi (1999) mengidentifikasi 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia
yang digali dari filsaafat dan ideology Negara Pancasila dan UUD 1945, yaitu : 1)
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) melindungi dan memajukan hak asasi manusia, 3)
mewujudkan kedaulatan rakyat, 4) meningkatkan kecerdasan bangsa, 5)
menerapkan pembagian kekuasaan Negara, 6) mengembangkan otonomi daerah, 7)
menegakkan supremasi hukum (Rule of Law), 8) menerapkan peradilan yang bebas,
9) mewujudkan kesejahteraan rakyat, 10) mewujudkan keadilan sosial.
Cogan (1998) karakteristik warga Negara meliputi :
1. Sistem Personal, yaitu sistem pada orang yang menjadi subjek dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara, yang terdiri atas ”pemerintah dan
yang diberi perintah”.
2. Sistem Kelembagaan, yaitu lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
menurut konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Sistem Normatif, yaitu sistem hukum dan perundang-undangan yang
mengatur tata hubungan Negara dan warga Negara
4. Sistem Kewilayahan, yaitu seluruh wilayah territorial yang termasuk ke
dalam yuridiksi Negara Indonesia.
5. Sistem Ideologis, yaitu ide dasar penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Materi PKn dalam paradigm baru memuat komponen pengetahuan, keterampilan,
dan disposisi kepribadian warga Negara yang fungsional, bukan hanya dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat era
global.
Kewarganegaraan dalam demokrasi konstitusional berarti bahwa setiap warga
Negara :
1. Merrupakan anggota penuh dan sederajat dari sebuah masyarakat yang
berpemerintahan sendiri,
2. Diberi hak-hak dasar dan dibebani tanggung jawab.
Keterampilan intelektual bagi terbentuknya warga Negara yang berwawasan luas,
efektif dan tanggung jawab antara lain : ketarampilan berpikir kritis yang
meliputiketerampilan mengidentifikasi, dan mendeskripsikan ; menjelaskan dan
menganalisis ;mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan sikap atau pendapat
berkenaan dengan persoalan publik.
MODUL 2
Materi dan Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha
Esa, Makhluk Sosial dan Warga Negara Indonesia
Kegiatan Belajar 1 : Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa
Dalam pembahasan tentang materi individu sebagai insan Tuhan Yang Maha Esa
difokuskan sebagai warga Negara yang menganut agama, dan berperilaku baik
secara horizontal juga vertikal sesuai dengan keyakinannya. Misalnya Islam
beribadat di masjid, Katolik dan Protestan beribadat di gereja, Hindu beribdat di
Kelenteng, Budha beribadat di Pura.
Agama Islam mengajarkan bahwa belum sempurna iman seseorang kalau kasih
sayang kepada orang belum sama dengan kasih sayang kepada dirinya. Bahkan
mengajarkan salah satu ciri orang beriman adalah orang yang mencintai negaranya.
Agama Kristen Katolik mengajarkan bahwa tujuan Tuhan menciptakan manusia
untuk kebahagiaan manusia, dosa menghancurkan kebahagiaan manusia, dan Yesus
Kristus pembebas manusia dari dosa.
Agama Hindu dikenal dengan ajaran yang tersirat dalam “Sloka Mokasarthan jagat
hitaca iti dharma” artinya tujuan agama (dharma) ialah tercapainya kesejahteraan
dunia (jagat hita) dan kebahagiaan spiritual (moksa). Selanjutnya dirinci menjadi
empat yang disebut “Catur Purusa Artha” (empat tujuan hidup manusia), yaitu: 1)
Dharma, 2) Artha, 3) Kama, 4) Moksa.
Agama Budha dikenal dengan ajaran Catur Paramitha yaitu empat sifat luhur di
dalam hati nurani manusia, yaitu Metta atau Meitri, Karuna, Mudita, dan Upekha.
1. Kekuasaan,
2. Pendidikan/ penerangan (enlightment)
3. Kekayaan (wealth)
4. Kesehatan (well-being)
5. Keterampilan (skill)
6. Kasih saying (affection)
7. Kejujuran (rectitude) dann Keadilan (rechtschapenheid)
8. Keseganan, respek (respect)
Menurut Robert Mac Iver “Society means a system of ordered relations” yang
berarti masyarakat suatu sistem hubungan-hubungan yang ditertibkan. Sedangkan
menurut Harold J. Laski “A society is a group of their mutual wants” artinya
masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerja sama
untuk memuaskan keinginan mereka bersama.
Dalam kehidupan bermasyarakat ada beberapa norma yang perlu ditaati yaitu
norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hokum. Bangsa Indonesia dikenal dengan
kemajemukannya baik suku bangsa, suku bahasa, budaya dan agama. Dalam kondisi
seperti ini diperlukan character building agar perbedaan itu bukan merupakan
faktor pemisah, akan tetapi merupakan kekayaan bangsa serta dipupuk rasa
kebersamaan dan persatuan yang semakin kokoh.
1. A sense of identify (warga Negara harus memiliki identitas atau jati diri)
2. The enjoyment of certaint rights (warga Negara memiliki hak-hak
teretentu)
3. The fulfillment of corresponding obligation (warga Negara memiliki
kewajiban yang menjadi keharusan dan seimbang antara pribadi dan publik)
4. A degree of interest and involvement in public affairs (memiliki tanggung
jawab untuk berpartisipasi demi kepentingan umum)
5. An acceptance of basic sociental values (memiliki sikap menerima nilai-nilai
dasar kemasyarakatan)
Karakteristik yang perlu dimiliki warga Negara menurut Coogan, yaitu sebagai
berikut :
1. Rekonseptualisasi jati diri PKn atas dasar kajian teoritik dan empiric
2. Perumusan asumsi progmatik tentang masyarakat madani Indonesia, warga
Negara Indonesia, pendidikan untu warga Negara, tantangan masa depan
Indonesia
3. Perumusan kompetensi kewarganegaraan Indonesia atas dasar asumsi
progmatik
4. Penegmbangan paradigma baru PKn dalam msyarakat dan Negara Indonesia
5. Pengidentifikasian sarana pendukung yang diperlukan untuk mewujudkan
paradigm baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam pembelajaran materi individu sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial dan
Warga Negara tidak lepas dari strategi, metode, media dan evaluasi. Salah satu
pembaharuan dalam PPKN 1999/ PKn baru ialah strategi pembelajarannya tidak
hanya mempelajari meteri pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus
praktek, berlatih dan mampu mebakukan diri bersikap dan berperilaku sebagai
materi yang akan dipelajari.
Kosasih Djahri (1999) memberikan penjelasan dalam CICED (Center for
Indonesian Civic Education) bahwa strategi yang harus digelar guru hendaknya
sebagai berikut :
MODUL 3
Materi dan Pembelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan
Semangat Kebangsaan
1. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan ditanami dengan
tanaman wajib (Taruma atau nila, tebu, tembakau, kopi) yang akan
diperdagangkan oleh Pemerintah
2. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang
ditetapkan pemerintah
3. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah
4. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib, tidak boleh
melbihi tenaga kerja demi penggarapan tanah sawah
5. Yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja di perkebunan selama 65
hari per tahun
6. Kerusakan tanaman wajib di luar kesalahan petani ditanggung oleh
pemerintah
Munculnya kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat di nusantara yang
sama-sama ada dalam penjajahan ditandai oleh masa perjuangan kebangsaan di
Indonesia yang terbagi atas lima dimensi, yakni 1) Pergerakan Politik, 2)
Pergerakan Serikat Sekerja, 3) Pergerakan Keagamaan, 4) Pergerakan Wanita, 5)
Pergerakan Pemuda.
Pergerakan pada masa penjajahan belanda dibagi menurut kurun waktu, yaitu
sebagai berikut :
1. Tahun 1908 – 1920 (muncul organisasi Indonesia yang terdiri atas udi
Utomo, Serikat Islam, perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kedaerahan
dan perkumpulan campuran)
2. Pergerakan Politik Tahun 1920 – 1932 (organisai Indonesia meliputi Partai
Komunis Indonesia, Serikat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia,
Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang
berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan
3. Pergerakan Politik Tahun 1930 – 1942 (Pendidikan Nasional Indonesia,
Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, budi Utomo, Partai
Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya,
PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan
kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI, Majelis Rakyat
Indonesia)
MODUL 4
Materi dan Pemberdayaan Keragaman Sosial Budaya Masyarakat
Indonesia dan Kebangsaan sebagai Bangsa Indonesia
Kegiatan Belajar 1 : Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam buku
Sutasoma karangan Mpu Tantular. Tahun 1908 telah dirintis Boedi Utomo yang
didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, dan pada tanggal 28 Oktober 1928
dicetuskan ikrar sumpah pemuda yang bersamaan dinyanyikan lagu “Indonesia
Raya” ciptaan WR. Supratman
Kebhinekaan yang ada di Indonesia selain emrupakan potensi juga merupakan
tantangan yang harus diupayakan penyelesainnya. Tantangan tersebut semakin
terasa dalam menghadapi krisis multidimensional yang telah menjelma menjadi
krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Awan Mutaqin (1992; 49-50) menyatakan bahwa konstruksi keragaman kebudayaan
bangsa Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi ekologis, sistem
kemasyarakatan dan berbagai pengaruh unsur-unsur dari luar, dengan rincian : 1)
Budaya berkebun sederhana, 2) Budaya berladang dan bersawah, 3) Budaya
bersawah, 4) Budaya Masyrakat Kota, 5) Budaya Metropolitan.
Koentjaraningrat (1993 : 384) ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam
menganalisis hubungan antar suku bangsa dan golongan, yaitu :
1. Sumber-sumber konflik
2. Potensi untuk toleransi
3. Sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesuatu suku
bangsa atau golongan
4. Kondisi masyarakat dimana hubungan dan pergaulan antar suku bangsa atau
golongan tersebut berlangsung.
Kontjaraningrat juga mengatakan sumber-sumber konflik di Negara berkembang
termasuk Indonesia ada 5, yaitu :
1. Konflik terjadi apabila warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing
dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
2. Warga dari satu suku bangsa memaksakan unsur dari kebudayaan kepada
suku bangsa yang lain
3. Konflik yang fanatik apabila suku bangsa memaksakan konsep agamanya
terhadap suku bangsa yang lain
4. Suku bangsa berusaha mendominasi suku bangsa lain secara politis
5. Potensi konflik terpendam dalam hubungan antara suku suatu bangsa
bermusuhan secara adat.
Namun demikian, terdapat 2 potensi suku bangsa untuk bersatu, yaitu :
1. Warga dari kedua suku bangsa dapat saling bekerja sama secara sosial
ekonomi
2. Warga dari kedua suku bangsa dapat hidup berdampingan dapat
menetralisasi hubungan apabila akan terjadi konflik