Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JURNAL RIVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PPKN - FIS

Skor Nilai:

Jurnal Kependidikan

Manajemen Filsafat Pendidikan Karakter Ihwan Fauzi 2019

Nama Mahasiswa :Hanna Tresia Sidabutar

NIM :3212111002

Dosen Pengampu :Dra.Rosdiana, M.pd

Mata Kuliah :Filsafat Pendidikan

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FIS – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2021

1
EXECUTIVE SUMMARY

EXECUTIVE SUMMARY Critical jurnal review ini dibuat untuk memenuhi salah

satu tugas kurikulum baru KKNI dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam

menyusun critical jurnal review ini, saya menggunakan 3 jurnal yang terdiri dari 1

jurnal utama yang berjudul “Manajemen Filsafat Pendidikan Karakter” karya

Ihwan Fauzi. Dan jurnal pembanding pertama berjudul “Nilai-Nilai Pembentuk

Karakter Dalam Filsafat” karya Mulyano. Dan jurnal pembanding terakhir

berjudul “Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Perspektif

Epistemologi Islam” karya Hasan Baharum, Robiatul Paiton Probolinggo. Di

dalam jurnal jurnal yang saya riview dapat membimbing kita sebagai calon guru

untuk mengenal bagaimana kedepannya memahami mengenai pendidikan

karakter tersebut. Karena salah satau kewajiban seorang guru yaitu memahami

tentang pendidikan karakter sekolah yang akan diterapkan kepada murid-murid

yang akan diajarin.

2
KATA PENGANTAR

Selaku umat beragama, Saya mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang masih senantiasa memberi berkat dan karunia hingga pada kesempatan

ini, Saya bisa menyelesaikan tugas CJR (critical jurnal riview) Saya dalam bentuk

makalah. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata

Kuliah Filsafat pendidikan, Ibu Dra. Rodiana, M.pd selaku pembimbing yang

telah bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan chritical

jurnal ini dengan baik. Semoga pembahasan dan kritikan Saya dapat berguna dan

bisa jadi acuan dalam mengkritisi serta memberi pendapat pada chritical jurnal

Medan, September 2021

Hanna Tresia Sidabuar

3
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………….…1

Executive Summary ...............................................................................................2

Kata Pengantar .......................................................................................................3

Daftar Isi……...........................................................................................................4

Bab I ......................................................................................................................... 6

A. Pentingnya rasionalisasi CJR .......................................................................... 6

B. Tujuan penulisan CJR ....................................................................................... 6

C. Manfaat CJR ....................................................................................................... 6

D. Indentitas Jurnal yang di riview ..................................................................... 7

Bab II ........................................................................................................................ 8

A. Pendahuluan ..................................................................................................... 8

B. Deskripsi ............................................................................................................. 9

Bab III ...................................................................................................................... 13

A. Pembahasan isi jurnal ...................................................................................... 13

B. Kelebihan dan kekurangan isi jurnal ............................................................. 16

Bab IV ...................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18

B. Rekomendasi ...................................................................................................... 19

Daftar pustaka ........................................................................................................ 20

4
Lampiran ..................................................................................................................21

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR

Terkadang cukup sering kita bingung dalam memilih jurnal untuk

mereferensikan pada diri sendiri untuk kita telaah atau untuk kita dalami.

Dan melalui kegiatan CJR berikut ini kita diajak untuk menganalisis sebuah

jurnal serta membandingkan jurnal yang dianalisis dengan jurnal yang lain.

Yang bertujuan untuk mempermudah para pembaca dalam memilih jurnal

yang cocok untuk mereferensikan diri sendiri.

B. Tujuan penuliasan CJR

Critical journal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui

pemenuhan tugas mata kuliah Filsafat pendidikan Prodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Negeri Medan untuk membuat Critical Journal

Review (CJR) sehingga dapat menambah pengetahuan untuk melihat atau

membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik dan yang benar. Serta

untuk menambah wawasan mengenai materi yang terdapat di dalam

jurnal.

C. Manfaat CJR

1. Meningkatkan pengentahuan mengenai Jurnal yang di riview

2. Melatih Kemampuan penulis dalam mengkritikalisasi sebuah jurnal dan

memandingkannya dengan jurnal yang lain

3. supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar

4. mengetahui keunggulan dan kelemahan jurnal yang di analisis

6
D. Identitas jurnal yang di riview

1. Judul Artikel : Manajemen Filsafat Pendidikan Karakter

2. Nama Journal : Kependidikan

3. Edisiterbit : 2019

4. Pengarang artikel : Ihwan Fauzi

5. Penerbit : Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan

6. Kota terbit : Yogyakarta

7. NomorISSN : 1979-2549

8. Alamat Situs : http://e-journal.stain.ac.id/indeks.php/al-riwayah

7
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Pendahuluan

Masalah karakter merupakan salah satu problema yang selalu menjadi

perhatian setiap bangsa, baik dalam sebuah negara yang telah maju maupun

negara yang sedang berkembang terlebih negara-negara terbelakang.

Terjadinya sebuah degradasi nilai-nilai karakter atau hilangnya sebuah

karakter bangsa sudah barang tentu akan menjadi kelambanan perkembangan

setiap bangsa, mengingat bahwa karakter setiap bangsa merupakan awal dari

sebuah kemajuan bahkan menjadi sebuah fondasi dalam pembangunan.

Namun, ketika kita lirik keadaan masyarakat Indonesia terutama para remaja-

remaja berada pada posisi yang memprihatinkan yang tidak lagi menjadi aib

yang harus ditutup-tutupi. Degradasi nilai, moral kian tidak lagi terbendung.

fenomena maraknya perilaku anarkis dan perilaku menyimpang di kalangan

remaja/siswa bahkan mahasiswa, aksi-aksi kekerasan, tawuran antar pelajar,

pornografi, narkoba, seks bebas, pencurian, penipuan serta beberapa penyakit

sosial lainnya sudah menjadi konsumsi harian media masa.

B. Deskripsi Isi

Pendidikan Karakter

Konsep karakter pertama kali digagas oleh pedagog Jerman F.W Foerster.

Menurut bahasa, karakter berarti kebiasaan. Sedangkan menurut istilah,

karakter ialah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan

tindakan seorang individu.5 Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan

8
dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan

(knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan

kebaikan (doing the good).6 Karakter ialah tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan,

akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.

Karakter adalah sifat utama.

Pendidikan karakter ialah sistem penanaman nilai karakter pada warga

sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, keasadaran, atau kemauan

dan tindakan untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter

bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan

yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan etika mulia

murid secara utuh, terpadu dan berimbang sesuai standar kompetensi lulusan.

Moral Akhlak Karakter Etika “Moral” berasal dari kata Latin “mores” kata

jama dari “mos” yang berarti adat kebiasaan.

“Akhlak” berasal dari bahasa Arab jamak dari “khuluqun” yang menurut

logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at Dalam kamus

Poerwadaminta, karakter diartikan sebagai watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan.

Hakikat pendidikan karakter ialah mengukir dan mempatrikan nilai-nilai ke

dalam diri peserta didik melalui pendidikan, endapan pengalaman,

pembiasaan, aturan, dan rekayasa lingkungan, cerita pengorbanan dipadukan

dengan nilai-nilai intrinsik yang sudah ada di dalam diri sehingga menjadi

landasan berpikir, bersikap, dan perilaku secara sadar dan bebas.

Landasan Filosofis

Pendidikan Karakter Lembaga pendidikan sebagai pusat pengembangan

kultur tidak terlepas dari nilai kultur yang dianut bangsa. Bangsa Indonesia

9
memiliki nilai kultur pancasila, sebagai filsafah hidup berbangsa dan

bernegara, yang mencakup religius, kemanusiaan, persatuan, kemanusiaan,

kerakyatan dan keadilan. Nilai itulah yang dijadikan dasar filosofis pendidikan

karakter. Secara ontologis, objek materil pendidikan nilai atau pendidikan

karakter ialah manusia seutuhnya yang bersifat humanis, artinya aktivitas

pendidikan diarahkan untuk mengambangkan segala potensi diri. Secara

epistimologis, pendidikan karakter membutuhkan fenomenologis

Nilai-nilai Utama Karakter

Dalam Pasal I Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun

2003 disebutkan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik untuk mempunyai kecerdasan,

kepribadian, dan akhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya

membentuk insan cerdas, namun juga berkarakter dan berakhlak mulia yang

bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Nilai Menghargai

Nilai menghargai dan nilai hormat merupakan kelanjutan dari nilai

spiritualitas keagamaan dan tanggung jawab. Penghargaan dan rasa sayang

dan cinta mendapat perhatian dalam Islam. Di dalam hadis disebutkan bahwa

tidak sempurna iman seseorang sehingga ia menghargai, mencinta, dan

menyayangi saudaranya (orang lain) sebagaimana ia menghargai, mencintai

dan menyayangi dirinya sendiri. Rasa hormat berarti menunjukkan

penghargaan kita terhadap harga diri sendiri, harga diri orang lain ataupun

hal lain selain diri sendiri. Nilai hormat dan sayang terhadap diri sendiri,

orang lain dan lingkungan ini lahir karena (1) manusia berasal dan asal yang

10
satu, yakni Adam dan Hawa; (2) merasa sebagai hamba Allah yang sama

harkat dan martabatnya, tanpa memandang jenis kelamin, kesukuan, dan lain-

lain. Tinggi rendahnya manusia hanya ada dalam pandangan Allah yang tahu

kadar ketakwaannya (QS. Al-Hujurat: 13); dan (3) sama-sama melaksanakan

kewajiban kepada Allah dan merasa bagian sistem dari orang lain.

Nilai tanggungjawab

Kebanyakan orang sukses justru ditentukan sejauh mana seseorang

menghormati, menghargai, menolong, toleran, dan santun dalam

berkomunikasi dan bertindak. Intelegensi hanya salah satu faktor untuk

menuju sukses. Dalam penelitian di AS, dari 20 kualitas yang dianggap

penting dari seorang lulusan perguruan tinggi untuk seseorang menjadi sukses

peringkat atas ialah karakter kemampuan berkomunikasi, integritas dan

kemampuan berkerja sama dengan orang lain. Dalam agama sangat dikutuk

orang-orang yang memutuskan silaturrahmi walau kepada orang tidak suka

kepada kita sekalipun.

Toleransi (Tasamuh)

Lahirnya toleransi dan kedamaian berawal dari spiritual keagamaan yang

menekankan bertoleransi terhadap orang lam. Dasar filsafatnya bahwa

manusia diciptakan dalam perbedaan dan makhluk sosial. Yang saudara

sekandung dan kembarpun pasti berbeda, apalagi yang bukan saudara dan

bukan pula kembar. Seseorang tidak boleh bercita-cita untuk menyeragamkan

(uniform) setiap orang. Sikap toleran, damai dan cinta terhadap perbedaan

11
baik dalam masalah keagamaan, karakter, kemasyarakatan dan tradisi dan

kultu

Strategi Membentuk Manusia Berkarakter Dalam pembentuka karakter

menuju terbentuknya akhlak yang mulia dalam diri setiap peserta didik ada

tiga tahapan yang harus dilalui, diantaranya:17 Moral Knowing/Learning to,

moral loving/moral feeling, dan moral doing/learning to do. Namun,

disempurnakan dalam buku filsafat pendidikan Islam dalam pembentukan

karakter. Jika karakter merupakan seratus persen turunan atau bawaan sejak

lahir, maka karakter tidak bisa dibentuk. Namun, jika bawaan (heriditas)

hanyalah salah satu faktor pembentuk karakter, tentu jawabannya bisa

dibentuk semenjak usia dini. Untuk itu kesebelas pilar karakter tersebut di

atas, dapat diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan karakter

holistik (pendidikan formal, informal dan nonformal) dengan tujuh rukun.

Ketujuh rukun pendidikan karakter berikut adalah sebuah lingkaran yang

utuh yang dapat diajarkan secara berurutan atau tidak berurutan.

Membentuk Karakter Dimulai dari Pikiran dan Hati

Menurut Yusuf Musa, al-Qur'an menyampaikan seruannya kepada semua

manusia yang berbeda tingkatan berpikir dan kemampuan akalnya, ada yang

diarahkan ke hati, agar terbuka menerima nasihat, dan ada yang diarahkan ke

akal, agar merenungkan pembahasan logis dan argumen (dalil), dan ada pula

yang tertuju kepada keduanya, yang memuat hakikat yang dengan mudah

dapat dipahami oleh semua umat manusia, serta ada pula yang diutarakan

dalam bentuk perumpamaan dan analogi.

12
BAB III

PRMBAHASAN JURNAL

A. Pembahsan Isi Jurnal

A.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut jurnal utama yang saya riview, yang berjudul “Manajemen Filsafat

Pendidikan Karakter” karya Ihwan Fauzi, mendeskripsikan pengertian

Pendidikan Karakter menurut beberapa ahli, salah satunya yaitu menurut Konsep

karakter pertama kali digagas oleh pedagog Jerman F.W Foerster. Menurut

bahasa, karakter berarti kebiasaan. Sedangkan menurut istilah, karakter ialah

sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang

individu

Sedangkan menurut jurnal pembanding atau jurnal kedua yang saya riview yang

berjudul “Nilai-Nilai Karakter Dalam Filsafat” mendeskripsikan pengertian

Pendidikan Karakter ialah Pengertian “karakter” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diberi arti sebagai sifat-sifat kejiwaan , akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti

mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, berwatak.

Selanjutnya menurut jurnal terakhir yang saya riview yang berjudul “

Membangun Karakter Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan: Pendidikan Karakter

dalam konteks sekarang kurang relevan untuk mengatasi krisis moral yang

sedang melanda di negara Indonesia. Krisis tersebut antara lain berupa

meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan

remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,

13
penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah

menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

A.2 Nilai-Nilai Utama Karakter

Menurut jurnal utama yang saya riview, yang berjudul “Manajemen Filsafat

Pendidikan Karakter” karya Ihwan Fauzi, mendeskripsikan Nilai-Nilai Karakter

yaitu 1. Nilai Spiritual Keagamaan (Ma'rifatullah) Hakikat spiritualitas ialah

pandangan pribadi dan perilaku yang mengekspresikan rasa keterkaitan, tujuan

hidup, makna hidup, dan kesadaran pada dimensi transendental (Yang Maha

Tinggi) atau untuk sesuatu yang lebih besar dari diri sehingga mengerti arti dan

tujuan hidup.

2. Integritas (Amanah) dan Nilai Kejujuran (ash-Shidq) Tanggung jawab berarti

melaksanakan sebuah atau beberapa pekerjaan atau kewajiban secara baik.

3. Nilai Menghargai Nilai menghargai dan nilai hormat merupakan kelanjutan

dari nilai spiritualitas keagamaan dan tanggung jawab.

Sedangkan menurut jurnal pembanding atau jurnal kedua yang saya riview yang

berjudul “Nilai-Nilai Karakter Dalam Filsafat” mendeskripsikan Nilai-NIlai

Karakter mengambil dari beberapa ahli yaitu, Menurut Magnis-Suseno (1987: 141-

150), beberapa keutamaan moral yang mendasari kepribadian yang mantap

adalah kejujuran, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral,

keberanian moral, dan rendah hati. Disebut pula keutamaan moral yang lain,

dalam buku Etika Jawa dalam Tantangan (MagnisSuseno, 1983: 21-22), yaitu

kesetiaan, kemurahan hati, dan keadilan. Sejalan dengan pandangan tersebut

Rachels (2004: 306-322) menyebut adanya empat keutamaan moral, yang terdiri

atas

14
(1) keberanian, (2) kemurahan hati, (3) kejujuran, dan (4) kesetiaan.

Selanjutnya menurut jurnal terakhir yang saya riview yang berjudul “

Membangun Karakter Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan: membahas tentang

pengertian pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan pengertian

pendidikan adalah ”Pendidikan, umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intellect) dan

tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisahpisahkan bagian-

bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan

penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya” (Taman Siswa,

1977). Definisi pendidikan yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara,

menunjukkan bahwa Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan moral

sebagai suatu proses yang dinamis dan berkesinambungan. Di sini tersirat pula

wawasan kemajuan karena sebagai proses pendidikan harus mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan kemajuan zaman.

A.3 Strategi Membentuk Manusia Berkarakter

Menurut jurnal utama yang saya riview, yang berjudul “Manajemen Filsafat

Pendidikan Karakter” karya Ihwan Fauzi, mendeskripsikan Strategi Membentuk

Manusia Berkarakter ialah ada tiga tahapan yang harus dilalui, diantaranya:

Moral Knowing/Learning to, moral loving/moral feeling, dan moral

doing/learning to do. Namun, disempurnakan dalam buku filsafat pendidikan

Islam dalam pembentukan karakter. Rukun Pertama: moral acting (tindakan yang

baik) dengan cara habituasi (pembiasaan) dan pembudayaan. Kebiasaan adalah

yang memberi sifat dan jalan yang tertentu dalam pikiran, keyakinan, keinginan

dan percakapan; kemudian jika ia telah tercetak dalam sifat ini, seseorang sangat

suka kepada pekerjaannya kecuali merubahnya dengan kesukaran. Rukun Kedua:

membelajarkan pengetahuan tentang nilai-nilai yang baik (moral knowing).

Kebiasaaan-kebiasaan yang baik

15
Sedangkan menurut jurnal pembanding atau jurnal kedua yang saya riview yang

berjudul “Nilai-Nilai Karakter Dalam Filsafat” membahas tentang perlunya

pendidikan karakter Kurangnya penekanan pada pembangunan pendidikan

karakter mengakibatkan moralitas masyarakat rapuh sehingga mudah tergoda

untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Pendidikan karakter bukan hanya

menjangkau ranah cognitif, melainkan juga ranah afektif dan psiko motorik.

Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan di kelas, melainkan juga

dikembangkan melalui budaya di sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan

karakter memerlukan pendekatan yang holistik, pendidikan manusia seutuhnya

dan seumur hidup.

Selanjutnya menurut jurnal terakhir yang saya riview yang berjudul “

Membangun Karakter Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan membaas tentang

tujuan pendidikan karakter Tujuan pendidikan bagi Ki Hadjar Dewantara adalah

membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal

budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna

dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada

umumnya (Suparlan, 1984). Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa

pendidikan merupakan proses pembudayaan, yaitu suatu usaha memberikan

nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya

bersifat pemeliharaan, tetapi juga dengan maksud memajukan serta

memperkembangkan kebudayaan menuju kearah keluhuran

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Jurnal

B.1 Dari aspek ruang lingkup

16
Berdasarkan ketiga jurnal yang saya riview menjelaskan aspek pendidikan

karakter dengan ruang lingkup bahwa karakter pendidikan ialah system

kebiasaan individu terhadap orang sekitarnya.

Pada jurnal utama yang saya riview menjelaskan aspek pendidikan karakter

dengan ruang lingkup,dengan menyatakan bahwa “karakter” ialah sebagai akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat, watak.

sedangkan jurnal pembanding terakhir saya menjelaskan hubungan karakter

dengan pendidikan

B.2 Dari apek tata bahasa Berdasarkan ketiga jurnal yang saya riview cukup bagus

untuk aspek tata bahasa-nya, karena sudah mendalami EYD yang baik. Tidak ada

kata atau kalimat yang susah untuk dipahami

B.3 Dari aspek susunan jurnal Berdasarkan ketiga jurnal yang saya riview, sudah

cukup bagus, susunan jurnal yang bagus, point point penting yang rapi di susun

menambah daya tarik pembaca untuk membaca jurnal tersebut.

Pada jurnal utama yang saya riview tidak memiliki saran dan langsung kebagian

penutup saja. Sedangkan pada jurnal pembanding satu dan dua memiliki s

terdapat kesimpulan materi yang di bahas.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan nilai yang diperlukan dalam mewujudkan

kelangsungan hidup bangsa, yang nantinya menjadi pijakan anak Indonesia

sehingga berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, memilili akhlak yang

baik, jujur, tanggung jawab, hormat dan disiplin. Pendidikan karakter merupakan

bentuk kegiatan pendidikan yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang

mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, dan pentingnya

menananmkan pendidikan karakter sejak dini. . Pendidikan menurut Ki Hadjar

Dewantara haruslah bersifat nasional. Artinya, secara nasional pendidikan harus

memiliki corak yang sama dengan tidak mengabaikan budaya lokal. Bangsa

Indonesia yang terdiri atas banyak suku, ras, dan agama hendaknya memiliki

kesamaan corak dalam mengembangkan karakter anak bangsanya.

Penyelenggaraan pendidikan jangan terjebak pada pencapaian target sempit yang

hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi perlu dengan sengaja

mengupayakan terjadinya transformasi nilai untuk pembentukan karakter anak

bangsa. Pembentukan karakter peserta didik perlu melibatkan tri pusat

pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) secara sinergis. Pengembangan

karakter peserta didik perlu memperhatikan perkembangan budaya bangsa

sebagai sebuah kontinuitas menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia

(konvergensi), dan tetap memiliki sifat kepribadian di dalam lingkungan

kemanusiaan sedunia (konsentris).

Tujuan Pendidikan Karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa

yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong

18
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang

Maha Esa

B. Rekomendasi

Sebaiknya di dalam jurnal pembanding pertama yang saya riview, yang berjudul

“ Nilai-Nilai Pembentukan Karakter Filsafat” relevansinya tentang pendidikan

tidak terlalu membahas tentang pembentukan karakter,maka sebaiknya

menjelaskan kesimpulan materi yang dibahas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ihwan Fauzi (2019) Manajemen Filsafat Pendidikan Karakter (Filsafat Sebagai

Asas Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Karakter) Jurnal kepemimpinan :

http://e-journal.stain.ac.id/indeks.php/al-riwayah

Mulyono (2016) Nilai-Nilai Pembentukan Karakter Dalam Filsafat, 11

I Gusti Agung Made Gede Mudana (2019) Membangun Karakter Dalam Perspektif

Filsafat Pendidikan, jurnal filsafat indonesia,2

20
LAMPIRAN

21
22

Anda mungkin juga menyukai