Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPOT

MK. DESAIN
PEMBELAJARAN

PRODI SI PTB-B

Skor Nilai :

DESAIN PEMBELAJARAN

Di Susun Oleh :

Nama : Lidia Febrianti Br. Sinurat (5193111012)

Dosen Pengampu : Sempurna Perangin-angin


Enny Keristiana Sinaga , S,pd,. M.Si.
Prof. Dr.Abdul Hamid K, M.pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga Critical Book Riport ‘’ Desain Pembelajaran” ini dapat tersususn hingga
selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pengetahuannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbasan pengetahuan maupun pengalaman , penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, Oktober 2020

Lidia Febriyanti Br Sinurat

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

BAB I PENGDAHULUAN

A.Rasionalisasi Pentingnya CBR........................................................................4

B.Tujuan Penulisan CBR ...................................................................................4

C.Manfaat CBR..................................................................................................5

D.Identitas Buku.. .............................................................................................5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU/HASIL PENELITIAN

A.Buku utama ...................................................................................................6

B.Buku Pembanding ........................................................................................13

BAB III KEUNGGULAN PENELITIAN

A.Kegayutan Antar Elemen ............................................................................13

B.Originalitas Temuan ....................................................................................13

C.Kemutahiran Masalah...................................................................................13

D.Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian ...........................................................14

BAB IV KELEMAHAN PENELITIAN

A.Kegayutan Antar Elemen ............................................................................15

ii
B.Originalitas Temuan ...............................................................................15

C.Kemutahiran Masalah..............................................................................15

D.Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian ......................................................15

BAB V IMPLIKASI TERHADAP:

A.Teori .......................................................................................................16

B.Program Pembangunan di Indonesia ......................................................16

C.Pembahasan dan Analisis .......................................................................17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan.............................................................................................18

B.Saran .......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang dianalisis.

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang  kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih
belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh
karena itu penulis membuat CBR Estimasi Biaya Konstruksi Properti ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Sejarah Pancasila.

1.2. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau menilai sebuah buku tentang estimasi biaya konstruksi
properti. Yang dinilai dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya,
keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang
dianalisis.

1.3. Manfaat CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian estimasi biaya
konstruksi properti, jenis-jenis pekerjaan baik di dalam atau luar
lapangan dan lainnya.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah
di lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan  isi buku, serta
kekurangan dan kelebihan buku tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

1
1.4. Identitas Buku
Identitas buku utama
1. Judul buku : Desain Pembelajaran
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang :Prof. Dr. Abdul Hamid K., M.Pd.
Drs. Sempurna perangin-angin, M.Pd
Drs. Nono Sebayang, S.T.,M.Pd.
Enny Keristina Sinaga, S.pd., M.Si.
Suhairiani, S.T., M.T.
4. Kota terbit : Medan
5. Tahun terbit : 2017
6. Penerbit : Yayasan Al-Hayat
7. Tebal buku : 236 halaman
8. ISBN : 978-603-51026-9-1

Identitas buku pembanding


1. Judul buku : Belajar dan pembelajaran
2. Edisi : Partama
3. Pengarang : M.Andi Setiawan
4. Kota terbit : Ponorogo
5. Tahun terbit : 2017
6. Penerbit : Uwais ispirasi Indonesia
7. Tebal buku : 192 halaman
8. ISBN : 978-602-6353-86-3

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Isi Buku


2.1.1. BUKU UTAMA
BAB I: TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Teori Belajar
(1) Hakikat Belajar dan Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan
alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a bodey of knoweledge
(Suyono dan Hariyanto, 2012:9). Sejalan dengan konsep diatas Mulyati (2005:5)
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli tentang belajar tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses aktivitas yang
dilakukan individu secara sadar dan sengaja untuk mendapatkan suatu
pengalaman atau perubahan tingkah laku dalam bentuk pemahaman, sikap, dan
keterampilan. Sehingga pada hakikatnya belajar merupakan sebuah proses
interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar semua orang. Belajar dapat
dipandang sebagai proses aktif dengan melibatkan fisik dan psikis yang bertujuan
untuk mengubah sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih baik akibat
pengalaman yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup.
Dari pengertian para ahli tentang belajar tersebut di atas terdapat tiga unsur
pokok dalam belajar, yakni proses, perubahan tingkah laku, dan pengalaman.
Pertama, belajar terjadi akibat adanya proses. Belajar adalah proses
berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktifitas dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri.
Kedua, hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku berkat
pengalaman dan pelatihan. Artinya, tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi.
Ketiga, pengalaman belajar adalah mengalami. Belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu,
sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan
sebagainya

3
klasifikasi hasil belajar terdiri dari :
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek meliputi
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan
dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan reflex,
keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual, ketepatan, keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interptretatif.
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai
berikut :

a) Belajar mengajar memiliki tujuan


b) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c) ) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
d) Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak
didik merupakan syarat mutlak bagi kegiatan belajar mengajar.
e) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
f) Dalam belajar mengajar membutuhkan disiplin.
g) Ada batas waktu
h) Evaluasi
(2) Teori Belajar
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian belajar berdasarkan
pandangannya masing – masing. Perumusan dan tinjauan itu masing – masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berbagai rumusan yang ada pada dasarnya
berlandaskan pada teori tertentu. Teori-teori belajar yang dikemukakan para ahli
cenderung menerangkan tentang apa yang terjadi selama peserta didik belajar.
erdasarkan perbedaan sudut pandang tentang proses belajar, maka teori
belajar dapat dibagi menjadi bebrapa kelompok yang sering ditetapkan untuk
menerangkan proses belajar, yaitu

i. Teori Belajar Behavioristik


Behavioristik adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Sebuah studi
yang menjelaskan kelakuan manusia secara seksama dan menyediakan program
pendidikan yang efectif (Omalik,1994). Teori belajar behvioristik juga

4
dikemukakan oleh suherman dkk (2001), adalah teori yang mempelajari
perkembangan intelektual (mental) individu yang didalamnya terdapat dua hal,
yang pertama tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual dan
yang kedua tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai suatu
keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus (rangsangan)
dan respon (response).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dalam teori behavioristik yang terpenting adalah masukan (input) yang
berupa stimulus, keluaran (output) yang berupa respons dan penguatan yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Karena apa yang terjadi diantara stimulus dan
respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur, sebab yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon, oleh sebab
itu apa yang diberikan dosen (stimulus) dan apa yang dihasilkanpeserta didik
(respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur, serta apabila unsur
penguatan ditambah maka respon akan semakin kuat begitu juga apabila respon
dikurangi respon pun akan tetap dikuatkan
Edward Lee Thorndike (1874-1949) mengemukakan beberapa hukum
belajar yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Menurut Thorndike, belajar
adalah interaksi antara stimuls dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi belajar tersebut maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud
kongkrit yaitu dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah lakutingkah yang tidak
dapat diamati.
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini
disebut juga teori belajar koneksionisme. Pada hakikatnya belajar merupakan
proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa
dalil atau hukum yang terkait dengan teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan
(law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of
effect).
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristikpeserta didik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan

5
ii. Teori Belajar Kognif
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Model Belajar kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
dengan model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi
dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlibat sebagai tingkah laku yang
nampak.

2. Tokoh Teori Kognitif


a. Teori Belajar Piaget
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic. Yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan demikian bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Ketika individu berkembangmenuju kedewasaanya, maka
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan perubahan kualitatif didalam struktur
kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu
yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya
piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.

b. Teori Belajar Bruner


Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif,
khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitig. Ia menandai
perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam
menanggapi suatu rangsangan
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system
penyimpanan informasi secara realistis
c. Perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau ada orang lain
melalui kata - kata atau lambing tetang apa yang telah dilakukan dan apa
yang akan dilakukan.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, dosen atau orang tua
dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.

6
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan
alat komunikasi antar manusia
f. Kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secar simultan,
memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan
dalam berbagai situasi.

c. Teori Belajar Ausubel


Struktur kognitif merupakan struktur organisasi nasional yang ada dalam
ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur – unsure pengetahuan yang
terpisah pisah kedalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak
memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimilikipeserta didik. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini adalah
Ausubel.

3. Aplikasi Teori Kognitif


Pada ketiga tokoh aliran kognitif diatas secara umum memiliki pandangan
yang sama yaitu mementingkan keterlibatanpeserta didik secara aktif dalam
belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkanpeserta didik secara optimal
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik. Sementara itu, Bruner lebih banyak memberikan kebebasan
kepadapeserta didik untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan
(discovery). Cara demikian akan mengarahkanpeserta didik pada bentuk belajar
induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Hal ini tercermin dari
model kurikulum spiral yang dikemukakannya. Berbeda dengan Bruner, Ausubel
lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak
menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya
mengenai Advance Organizers sebagai kerangka koonseptual tentang isi pelajaran
yang akan dipelajaripeserta didik.

iii. Teori Belajar Konstruktivisme


1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia
harus aktif melakukan kegiatan, aktiv berpikir, menyusun konsep dan memberi
makna tentang hal – hal yang sedang dipelajari. Dosen memang dapat dan harus
mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memeberi peluang optimal
bagi terjadinya belajar. Namun akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala
belajar adalah niat belajarpeserta

7
2. Tokoh Teori Konstruktivisme
• Teori Belajar Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi
konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan
pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara
lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis
dari representasi-representasi konsep realitas dunia. Teori ini memiliki fokus
perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema bagaimana
seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan",
ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan
informasi.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

• Teori Belajar Vygotsky


Vygotsky menyatakan bahwapeserta didik dalam mengkosnstruksi suatu
konsep, perlu memperhatikan lingkungan sosial. Hakikat anak menurut teori
Konstruktivisme,Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan
kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri
merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan
keadaan keseimbangan.

3. Aplikasi Teori Konstruktivisme


Langkah–langkah pembelajaran dalam konstruktivisme adalah sebagai
berikut.
a. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian – bagian
dan lebih mendekatkan pada konsep konse yang lebih luas.
b. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-
idepeserta didik
c. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber- sumber data
primer dan manipulasi bahan
d. Peserta didik dipandang sebagai pemikir–pemikir yang dapat
memunculkan teori- teori tentang dirinya.

8
e. Pengukuran proses dan hasil belajarpeserta didik terjalin didalam kesatuan
kegiatan pembelajaran, dengan cara dosen mengamati hal – hal yang
dilakukanpeserta didik serta melalui tugas tugas pekerjaan
f. Peserta didik banyak belajar dan berkerja didalam grup proses

1. Teori Belajar Humanistik


Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masingmasing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya

1. Tokoh Teori Humanistik


a. Carl Rogers
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan
(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik,
dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan
peserta didik.

b. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Pendidik tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak
lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus
memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia
persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya,

9
guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang
ada.

2. Aplikasi Teori Belajar Humanistik


Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1) Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2) Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
3) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta
didik untuk belajar atas inisiatif sendiri
4) Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5) Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6) Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan
pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau
proses belajarnya.
7) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
peserta didik. (Mulyati, 2005: 182)

B. Teori Pembelajaran
(1) Hakikat Pembelajaran
pengertian pembelajaran tidak terlepas dari pengertian belajar, belajar dan
pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Hasil
dari belajar menjadi model dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik.
Dalam pembelajaran juga terdapat komponen– komponen pembelajaran
yang saling berhubungan satu sama lainnya. Oleh karena itu perencanaan

10
pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat penting untuk menunjang
kegiatan belajar secara optimal.
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran
yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi
dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik. Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut
secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik
saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan
besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik
tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

(2) TeoriPembelajaran Gagne dan Brigss


Selama bertahun-tahun, Gagne dan Briggs telah mengembangkan berbagai
teori pembelajaran yang preskriptif
Untuk keperluan mendesain pembelajaran, Gagne (1985) mengemukakan
5 kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh peserta didik, yaitu :
a) Informasi Verbal. Peserta didik telah belajar informasi verbal apabila ia
dapat mengingat kembali informasi itu. Indicator yang biasanya dipakai untuk
menunjukkan kapabilitas ini bisa berupa menyebutkan, menuliskan informasi
seperti nama, kalimat, alasa, proposisi atau seperangkat proposisi yang terkait.
b) Keterampilan intelektual, yang mecakup 5 bagian kategori :
deskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, kaidah, dan kaidah tingkat lebih
tinggi. Kapabilitas dalam menggunakan simbol untuk megorganisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan. Peserta didik akan menggunakan suatu
keterampilan intelektual apabila ia berinteraksi dengan lingkungan. Dua bentuk
symbol, bahasa dan angka dapat digunakan dalam berbagai kegiatan seperti
membaca, menulis, membedakan, menggabungkan, mengklasifikasikan dan
seterusnya. Penggunaan symbol-simbol untuk mendeskripsikan, membentuk
konsep dan kaidah, serta memecahkan masalah menghasilkan apa yang disebut
dengan keterampilan proses.
c) Strategi kognitif. Peserta didik telah belajar strategi kognitif apabila ia
telah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi
proses berpikir dan prose belajarnya. Demikian juga apabila dapat belajar secara
mandiri serta dapat menemukan dan sekaligus memecahkan masalahmasalah baru.
Menganalisis suatu masalah menjadi masalah-masalah yang lebih rinci,
merangkum isi biku teks dan menggunakan cara-cara menemonik, merupakan
contoh-contoh dari strategi kognitif.
d) Sikap. Sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari peserta didik
yang dapat mempengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang
sifatnya pribadi terhadap orang lain, benda atau peristiwa. Peserta didik telah
memiliki sikap apabila ia telah memilih melakukan tindakan yang sama untuk
situasi sama yang berulang. Perilaku yang hanya ditujukan satu situasi tidak dapat

11
dijadikan indicator sikap. Sikap hanya nampak apabila ada perilaku yang
konsisten dalam berbagai situasi yang serupa.
e) Keterampilan motorik Peserta didik telah mengembangkan
keterampilan motorik apabila ia telah menampilkan gerakangerakan fisik dalam
menggunakan bahan-bahan atau peralatan-peralatan menurut prosedur yang
semestinya. Lebih umum, apabila ia mampu melakukan gerakan dalam berbagai
tindakan motorik yang terorganisasi. Mengendarai mobil, melempar bola, menulis
surat, merupakan contohcontoh keterampilan motorik.
Kondisi Belajar Salah satu alasan yang kuat sekali mengapa kategorisasi
kapabilitas ini penting bagi desain pembelajaran adalah bahwa setiap kapabilitas
memperlihatkan unjuk kerja yang berbeda (seperti yang dirangkum dalam tabel
1.1). Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar peserta didik. Lebih lanjut, Gagne dan Brigss mendeskripsikan
kondisi belajar yang berbeda untuk setiap kategori kapabilitas. Mereka
membedakan 2 jenis kondisi belajar, yaitu kondisi belajar internal dan kondisi
belajar eksternal.
Peristiwa Pembelajaran Teori belajar pengolahan informasi
mendiskripsikan bahwa tindakan belajar merupakan proses intenal yang
mencakup beberapa tahapan. Gagne (1985) mengemukakan bahwa tahapan-
tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang
mengikuti urutan tertentu, yang disebut dengan "peristiwa pembelajaran" (the
event of instruction). Peristiwa-peristiwa pembelajaran ini mempereskripsikan
kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun yang
dipelajari.

(3) Strategi Pembelajaran Berbasis Teori Belajar (SCANDURA)


Teori Scandura dikenal dengan Teori Belajar Struktural (TBS) mnucul
pada tahun 1960. Teori ini memberikan perhatian utama pada: (1) spesifikasi apa
yang harus dipelajari peserta didik, (2) karakteristik peserta didik, dan (3) proses
interaksi yang terus menerus antara guru dan peserta didik berdasarkan tujuan
yang telah ditetapkan (Reigeluth. 1983 :227).
Landasan teori belajar struktural ini adalah psikologi kognitif. Teori
Scandura ini sebagai teori pembelajaran, banyak memberi perhatian pada segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran, strategi pembelajaran dan
prosedur pengembangan pembelajaran. System pembelajaran ala Scandura ini
lebih menekankan pada hubungan yang penting sekali antara isi (content), kognisi
(cognition), dan perbedaan individual dalam konteks pembelajaran.

 Prototipe Strategi Pembelajaran berdasarkan Teori Belajar


Struktural
Langkah inti Teori Belajar Struktural dalam perancangan pembelajaran
adalah mengidentifikasi : (1) tujuan pendidikan yaitu apa yang dapat dilakukan

12
peserta didik setelah mengikuti pelajaran, dan (2) proses-proses kognitif, yaitu
bagaimana peserta didik melakukan tugas berhubungan dengan tujuan pendidikan.
Prototype proses kognitif pada dasarnya menunjukkan apa yang harus dikuasai
peserta didik untuk melakukan sesuatu yang diinginkan.

 Karakteristik, Domain dan Kaidah Teori Belajar Ala Scandura


pengembangan teori belajar structural secara khusus memberi perhatian
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran, serta
membantu menjelaskan peranan model eksplorasi dan penemuan dalam
pembelajaran pemecahan masalah seperti dalam matematika. Dalam strategi
pembelajaran, teori belajar structural lebih menekankan pada strategi makro, yaitu
pada kegiatan memilih (selecting) dan kegiatan mengurutkan (sequencing) dengan
perhatian pada makro

 Analisis Tugas Scandura


Di dalam teori belajar struktural, isi pembelajaran secara efektif
dikarakterisasikan dalam hal tugas - tugas, atau situasi masalahnya yang
diinginkan oleh guru untuk dipelajari oleh peserta didik (atau hal-hal yang
berhubungan dengan keefektifan), dan hal ini disebut domain masalah.

 Pengorganisasian Isi Pembelajaran Ala Scandura


Karakteristik struktur isi bidang studi dalam ilmu pembelajaran secara umum
diklasifikasi menjadi : (a) struktur orientasi, yang meliputi struktur konseptual,
struktur procedural dan struktur teoritik, dan (b) struktur pendukung, meliputi
struktur konseptual, teoritik dan struktur belajar. Struktur orientasi merupakan
struktur yang sangat penting karena mencakup semua atau sebagian besar dari
bidang studi yang akan disajikan dan dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, sedangkan struktur pendukung merupakan struktur isi bidang studi
yang berfungsi sebagai pelengkap untuk pencapaian tujuan belajar struktur
orientasi yang disajikan

B. BUKU PEMBANDING
BAB I : Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Hakikat Belajar dan prinsip-prinsip Belajar


Menurut Lindgren1 belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif
permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang
bersangkutan dengan lingkungannya.
Selanjutnya Gagne & Briggs (2008)4 menjelaskan belajar adalah hasil pasangan
stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali (reinforcement) yang
terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang

13
diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses belajar setiap orang akan menghasilkan
hasil belajar yang berbedabeda untuk itu perlunya reinforcement yang terus menerus
hingga mengalami perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh
setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca
dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik.
Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis.
Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi.
Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau
pengarahan mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap
transformasi adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri
peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Sedangkan,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal
yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom
(Nana Sudjana, 2010: 22-23)6, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam
aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,analisi, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan
kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak
dasar, kemampuan perceptual,ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-
ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
a). Belajar mengajar memiliki tujuan
b). Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan,
c). Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
d). Ditandai dengan aktivitas anak didik.
e). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
f). Dalam belajar mengajar membutuhkan disiplin.
g). Ada batas waktu
h). Evaluasi
Dari beberapa definisi-defenisi di atas dapat dikemukakan beberapa hal yang
menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
a) Belajar merupakan proses perubahan dalam setiap individu ke arah yang lebih
menguatkan dan ke arah yang baik.

14
b) Belajar merupakan suatu proses perubahan pertumbuhan dan perkembangan
setiap individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun kognitifnya.
c) Belajar adalah interaksi individu dengan lingkungannya sehingga membentuk
kepribadian baik emosional, kecakapan, keterampilan dan sikap.
d) belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
e) Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun
merevisi hasil

2. Hakikat Pembelajaran dan Komponen Sistem Pembelajaran


Pengertian pembelajaran tidak terlepas dari pengertian belajar, belajar dan
pembelajaran menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Hasil dari
belajar menjadi model dalam proses pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran berarti
kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan guru. Proses belajar menjadi satu
sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi hingga diperoleh interaksi yang efektif. Dick dan Carey8 menjelaskan
komponen dalam sistem pembelajaran adalah pemelajar, instruktur (guru), bahan
pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian
dan aktivitas dalam pembelajaran (Seels and Richey)12. Strategi pembelajaran
mengarahkan kearah peta pembelajaran dan pengembangan pembelajaran.
Pengembanga pembelajaran biasanya dinyatakan dalam bentuk model-model
pembelajaran, dengan alasan : (a) agar mudah dimengerti oleh pemelajar dan guru, (b)
disesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat, (c) mampu
menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik sesuai dengan model yang akan
diimplementasikan.
Proses belajar dan pembelajaran bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan tanpa
ada teori-teori yang mendukung untuk menjalankannya. Terdapat banyak teori belajar
yang salah satunya adalah Teori Konstruktivistik. Para pelaku pembelajaran dan berbagai
komponen pendidikan/pembelajaran harus benar-benar cermat dan selektif terhadap
teori belajar yang ada dan tersedia. Mereka harus benar-benar tepat dalam menerapkan
teori yang sesuai dengan keadaan atau kondisipeserta didik. Jika salah dalam
menerapkannya, maka sangat mungkin banyak pihak yang menjadi korban, apakah itu
negara, institusi pendidikan, atau pelaku pembelajaran (siswa).
Desain sistem pembelajaran adalah penciptaan aktivitas dan program pembelajaran
yang efektif, efisien, dan menarik. Desain sistem perlu diimplementasikan secara
sistematik dan sistimatis agar dapat memberikan dampak yang optimal terhadap proses
dan program pembelajaran. Dalam prakteknya, desain system pembelajaran dapat
diimplemntasikan pada semua jenjang secara sistematik dan sistimatis agar dapat
memberikan dampak yang optimal terhadap proses dan program pembelajaran. Dalam

15
prakteknya, desain sistem pembelajaran dapat diimplemntasikan pada semua jenjang
dan satuan pendidikan, baik formal dan formal.Pada skala mikro, prosedur desain sistem
pembelajaran dilakukan dalam waktu yang relatif pendek misalnya rancangan kegiatan
pembelajaran yang bersifat harian.
Tujuan utama dari tahap implementasi, yang merupakan langkah realisasi desain
dan pengembangan adalah sebagai berikut.
 Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
 Menjamin terjadinya pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan
hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
 Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa

3. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran


Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran pada hakikatnya
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum dan khusus yang disesuaikan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar peserta didik. Langkah-langkah
penyusunan perencanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, ada tujuh
langkah maka langkah pertama di mulai dengan merumuskan tujuan khusus, memilih
pengalaman belajar, menentukan kegiatan belajar mengajar, menentukan orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran, memilih bahan dan alat, ketersediaan fasilitas fisik
dan ke tujuh perencanaan evaluasi dan pengembangan. Ketujuh langkah-langkah
penyusunan perencanaan pembelajaran akan kita bahas satu persatu :

1. Merumuskan tujuan Khusus


Merumuskan tujuan khusus pembelajaran berarti merumuskan materi-materi
pelajaran yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang akan dikembangkan.

2. Memilih pengalaman belajar


Belajar bukan hanya sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman, sehingga siswa harus didorong secara aktif untuk melakukan kegiatan
tertentu, mencari dan menemukan sendiri fakta.

3. Menentukan kegiatan belajar mengajar


Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai pada dasarnya dapat dirancang
melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual.

4. Menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran


Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran dan berperan sebagai
sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan tenaga profesional.

5. Memilih bahan dan alat

16
 Penentuan bahan dan alat dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut: keberagaman kemampuan intelektual siswa
 jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus
dicapai siswa
 tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus
 berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran
 bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan
 fasilitas fisik yang tersedia
6. Ketersediaan fasilitas fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium,
dan lainlain.

7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan


Prosedur evaluasi merupakan faktor penting dalam perencanaan pembelajaran,
sebab dengan evaluasi akan dapat dilihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran di atas setiap calon guru harus
memahami makna standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran
sesuai bidang studi yang akan dikembangkan para calon guru. Standar kompetensi
adalah13 kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
tingkat dan semester. Standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar
sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
ada proses analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana yang tercantum pada standar isi, harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan


materi
 Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran
 Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran. Demikian juga halnya kajian kompetensi dasar sama dengan
kajian standar kompetensi.
Adapun langkah-langkah perumusan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) sesuai dengan BNSP (2006) sebagai berikut :

17
 Guru perlu berpedoman atau mengambil rumusan SK dan KD yang
telah disusun oleh BSNP berdasarkan mata pelajaran yang diampu
 Guru memilih SK dan KD yang telah dirumuskan oleh BSNP
untuk setiap mata pelajaran. Pemilihan SK dan KD harus
disesuaikan dengan jenjang pendidikan, mata pelajaran, dan
semester. SK dan KD yang diambil menjadi pedoman dalam
mengembangkan komponen-komponen silabus berikutnya.
 Setelah SK dan KD dipilih, selanjutnya dilakukan analisis dengan
mengajukan pertanyaan dasar yakni ; Pengetahuan apa sajakah
yang harus dikuasai siswa-siswi. Jawaban terhadap pertanyaan ini
dapat berupa konsep, fakta, prosedur, prinsip, atau rumus dari body
of knowledge ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan mata
pelajaran. Keterampilan apa sajakah yang harus dapat ditampilkan
siswa. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalaha semua bentuk
keterampilan yang harus diperagakan siswa, sehubungan dengan
kompetensi yang sedang kita analisis. Sikap atau perilaku apa
sajakah yang dibatinkan dan diterapkan siswa. Jawaban terhadap
pertanyaan ini berupa rumusan perilaku atau kebiasaan yang
berkaitan dengan penerapan sikap nilai dalam kehidupan siswa
sehari-hari. Karena indikator yang hendak kita kembangkan
bertumpu pada kompetensi dasar dari mata pelajaran tertentu,
Cara Mengembangkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Dalam perumusan indikator, perlu adanya pengembangan pada kompetensi dasar.
Adapun cara menjabarkan atau mengembangkan kompetensi dasar ke dalam indikator,
ada dua yaitu :

a. engidentifikasi kata-kata untuk indikator kompetensi Cara yang paling


mudah dalam menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator adalah
menambah kolom di sebelah kanan pada format standar kompetensi dan
kompetensi dasar, seperti contoh tabel 1 di bawah ini
b. Mengembangkan kalimat indikator Setelah indikator dari kompetensi
dasar diidentifikasi, selanjutnya dikembangkan ke dalam kalimat indikator
yang merupakan karakteristik kompetensi dasar.

18
BAB III

A.Kegayutan Antar Elemen

Dari pembahasan disetiap elemen/bagian memiliki keterkaitan hirarki yang


terkait antara komponen satu dengan lainnya, keterkaitan ini terlihat dari segi
penjelasannya yang menyeluruh yang didalamnya terkandung tentang Belajar
dimana artinya ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secarakeseluruhan sebagai hasil
pengamatannya sendiri dalam interaksidengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Belajar dan pembelajaran mempunyai teori-teori yang penting untuk dipahami untuk
praktik-praktik pendidian dan pembelajaran. Teori-teori itu adalah teori behaviouristik,
kognitif, konstruktivitas, dan humanistik. Teori-teori itu penting untuk dimengerti dan
diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi. Selain
memahami teoriteori pembelajaran, perlu diketahui pula peranan dan implementasi
pengajaran supaya tercipta pengajaran yang efektif.

B.Originalitas Temuan

19
pembahasan Buku yang saya baca, penulis membuat buku tersebut sesuai
dengan perkembangan yang ada disekitar, hal ini dikarenakan dalam melakukan
penelitian dan pegembagan tentang belajar dan pembelajaran yang menjadi dsar
untuk pegembagan dalam Desain pembelajaran yang akan di kebangkan menjadi
landasan dalam pembuatan desain pembelajaran.

C.Kemutahiran Masalah

Setelah punyusun membaca Buku ini, penyusun menyimpulkan bahwa


Buku sudah cukup mutakhir karena pemabahasan dalam Buku sangat jelas dan
kekinian yaitu membahas tentang hkikat belajar dan pembelajaran dimana di
setiap bagian di jelaskan dengan detal tentang hakikat belajar dan pembelajaran
yang disertai dengan pendapat para ahli.

d. Kohesi dan koherensi isi penelitian

Dari buku yang saya baca ini kohesinya sudah cukup baik materinya cukup
singkat. Karena pembahasan ini berbentuk e-book. Jadi penulis memaparkan dengan
jelas isi pembahasan dan mengembangkan point-point kecil yang penting untuk dikaji.
Materi yang dibahas dalam buku mudah dipahami karena penulis langsung menuliskan
isi dari permasalahan yang dituju tidak terlalu banyak defenisi (koherensi).

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan dan Kekurangan Buku


1.     Kelebihan Buku
Kelebihan pada tampilan depannya (cover) sangat menarik minat
pembaca  karena pada cover tersebut diberi gambar, warna pada covernya
terang menambah minat seseorang untuk membacanya.

20
Dari tata bahasa, bahasa yang digunakan dalam buku ini
menggunakan bahasa yang baku dan tidak berbelit-belit sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami penyampaian-penyampaian
materinya, ukuran tulisan yang digunakan sudah tepat dan bisa dibaca jelas
oleh pembacanya. Tanda-tanda bacanya sudah dibubuhkan sesuai dengan
yang diharapkan.
Dari aspek isi buku, buku ini sudah dilengkapi dengan identitas-
identitasnya sehingga tidak menyulitkan pembaca jika hendak meresensi
buku ini, isi dan penyampaian pada materi ini disampaikan dengan jelas dan
rinci . isi dari buku ini banyak memaparkan suatu definisi-definisi sehingga
menambah pengetahuan kita berdasarkan definisi tersebut, penulis juga
memaparkan beberapa contoh yang konkret dan seakan-akan mengajak
pembaca untuk ikut dalam keadaan yang sebenarnya. Kesimpulan dari
keseluruhan disampaikan pada pembahasan di bab terakhir .

2.     Kekurangan Buku
Kekurangan pada buku utama tampilan depannya (cover) tidak
memiliki kekurangan semua sudah jelas dipaparkan pada covernya, ada
judul, nama pengarang serta penerbitnya sehingga pembaca tidak perlu
membuka halaman lainnya untuk mencari identitas buku tersebut hanya saja
no. ISBN buku tersebut tidak ada.
Dari tata bahasa dan letaknya juga pas dan tidak memiliki kekurangan
yang dapat menyulitkan pembaca dalam memahaminya. Semua isinya juga
sudah jelas.

BAB IV

PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
• Analisis jaringan kerja guna menyusun jadwal sejauh ini memakai
asumsi bahwa sumber daya selalu tersedia dengan jumlah yang cukup,
sehingga tidak menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Namun,

21
kenyataan sesungguhnya bukanlah demikian, sehingga harus dikaji
dampaknya bila ingin memperoleh jadwal yang realistis.
• Tiga hal yang hendaknya diperhatikan mengenai hubungan antara
jadwal dan sumber daya, yaitu menyusun jadwal yang paling
ekonomis, keterbatasan sumber daya, dan pemerataan penggunaan
sumber daya.
• Menyusun jadwal yang ekonomis didekati dengan metode cost and
schedule trade off, yang menganalisis sejauh mana jadwal dapat
diperpendek dengan menambahkan biaya (langsung) terhadap
kegiatan yang masih bisa dipercepat kurun waktu pelaksanaannya dari
segi teknis.
• Usaha mempercepat kurun waktu proyek dimulai dari kegiatan yang
terletak di jalur kritis dan slope terendah. Setiap kali mempercepat
penyelesaian komponen kegiatan harus dianalisis dampaknya terhadap
biaya, yang dengan demikian dapat ditemukan TOP. Melewati titik ini
tidak akan diperoleh pengurangan waktu lagi meskipun biaya
ditambah.
• Salah satu cara menentukan total biaya proyek yang optimal adalah
dengan menjumlahkan kurva biaya langsung dan biaya tidak
langsung.
4.2.   Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa bisa memahami
materi diatas, selain itu, kita juga diminta untuk lebih menambah ilmu
menganalisis sebuah buku.

DAFTAR PUSTAKA

Iman Soeharto, Managemen Proyek, Erlangga, Jakarta 1995.


Persamaan : membahas ciri ciri belajar

Pengertian belajar

22

Anda mungkin juga menyukai