Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DESAIN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Nama Mahasiswa :Fitri Yohani (5191111008)


Eka Wulan Dhary (5192111004)
Venie Yusmi Nattasya (5193111002)
Lidia Febryanti Br Sinurat (5193111012)
Josua S.P. Sitorus (5193111024)
Berliandi Bahtera (5193311008)
Kelas : PTB Reg B 2019
Dosen Pengampu :Sempurna Perangin-angin
Enny Keristiana Sinaga , S,pd,. M.Si.
Prof. Dr.Abdul Hamid K, M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Karena dengan
rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan Makalah ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
Desain Pembelajaran Pengembangan , yang menjadi salah satu komponen penilaian
dan dapat dijadikan pegangan didalam proses belajar mengajar Pada mata kuliah
Desain Pembelajaran Pengembangan, serta dengan harapan untuk memotivasi Kami
Pribadi dan para pembaca lainnya, sehingga mampu memahami segala pembahasan
dan manfaatnya yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Kami juga menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, Makalah yang Kami
buat ini tidak akan selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu Sempurna Perangin-angin
,Enny Keristiana Sinaga , S,pd,. M.Si. , Prof. Dr.Abdul Hamid K, M.pd
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu Kami mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah Kami ini yang akan datang. Harapan Kami semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat memenuhi harapan dari berbagai pihak.

Medan, April 2020


Penulis

Kelompok 4
PTB Reg B 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................3


B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................5

A. Pengertian Teori Humanistik...................................................................................5


B. tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik..................................................6
C. prinsip-prinsip teori belajar humanistik......................................................7
D.  implikasi dari teori belajar humanistik.......................................................9

BAB III PENUTUP…………………………………………………….12

A. Kesimpulan……………………………………………………………………...12
B. Saran……………………………………………………………………………..2

DAFTAR PUSTAKA................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu yaitu


perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya.

Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori
dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok
atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif,
(3) Teori Belajar Sosial, dan (4) Teori Belajar Humanistik.

Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini
akan dibahas salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini
mempelajari perilaku belajar peserta didik dan mengembangkan potensi yang
ada di dalam dirinya.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemahaman tentang


pengertian, tokoh-tokoh, prinsip, implikasi, dan aplikasi dari teori humanistik
ini, akan dibahas lebih lanjut di bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah Kami bahas sebelumnya, maka Kami dapat
mengambil sebuah rumusan masalah diantara lain sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?


2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?
5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?
C. Tujuan Masalah

Adapun Tujuan dari makalah ini yang saya buat antara lain sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar


humanistik.
2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.
3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.
4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses belajar.
5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik  

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara 
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses
belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru.


2. Personalia informasi ini pada individu.

Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu
filsafat, kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam
belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar
tersebut.

Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep


pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses
belajar dalam bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik
pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman
mengenai proses belajar seperti yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori
belajar.

Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang
juga tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah asimilasi
penuh makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki.

Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar,


karena tanpa motivasi dan keinginan dari pihak pelajar, tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada.

B.  Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik


1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak


perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang
sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa
si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin
jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.

2. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

 suatu usaha yang positif untuk berkembang


 kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia
dapat menerima diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.


Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu
ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi
akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas
Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis
kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku
pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan
konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai


seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,
evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya


guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.


Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.

4. Kolb

Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif Mustofa,
2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Pengalaman aktif dan reflektif

Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu
kejadian      dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya

2. Konsepualisasi

Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang
suatu hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-
aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun
tampak berbeda-beda mempunyai aturan yang sama.

3. Eksperimentasi aktif

Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi
yang baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi,
ia juga mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang
belum pernah ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini
terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.

4. Tahap pengalaman konkret

Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki
kesadaraan tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu
C. Implikasi Teori Belajar Humanistik
Teori Humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar
menterjemahkannya ke dalam langkah langkah yang lebih konkret. Semua tujuan
pendidikan di arahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang di
cita - citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat
perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya
serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu
dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap
secara ketat, sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara
eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta
pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa mungkin saja berguna bagi guru
tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal ini tidak
sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi
siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri.[25]
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan
pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Meskipun teori humanistic ini masih sukar untuk diterjemahkan
kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun
sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah
dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami
hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistic ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit
belum ada pedoman baku tentang langkah - langkah pembelajaran dengan
pendekatan humanistic, namun paling tidak dapat dirumuskan langkah -langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa
4. Mengidentifikasi topic-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secar
aktif melibatkan diri dalam atau mengalami dalam belajar
5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6. Membimbing siswa belajar secara aktif
7. .        Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari
pengalaman belajarnya
8. Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman belajarnya
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi
nyata
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar

                 Adapun Prinsip- prinsip belajar humanistic menurut Rogers adalah
sebagai berikut :

1. Manusia mempunyai belajar alami


2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
6. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
7. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
8. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
9. Belajar sosial adalah belajar
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun Kesimpulan yang dapat Kami ambil pada materi diatas yaitu Teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara alamiah
memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi
terhadap dunianya. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai
fasilitator. Guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka
konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, dan
sebagainya

B. Saran
   Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat kami
hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik..
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya. Sergiovanni,

Maryono.2011. Dasar-dasar dan Teknik Menajadi Supervisor Pendidikan,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Subari. 1988. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar, Jakarta:
Bumi Aksara.

http://dewivalentini.blogspot.com/2017/07/makalah-supervisi-pendidikan.html

https://ismibrebes.blogspot.com/2015/02/makalah-supervisi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai