Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur Kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Karena dengan
rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan Makalah ini yaitu sebagai pelengkap mata kuliah
Desain Pembelajaran Pengembangan , yang menjadi salah satu komponen penilaian
dan dapat dijadikan pegangan didalam proses belajar mengajar Pada mata kuliah
Desain Pembelajaran Pengembangan, serta dengan harapan untuk memotivasi Kami
Pribadi dan para pembaca lainnya, sehingga mampu memahami segala pembahasan
dan manfaatnya yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Kami juga menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, Makalah yang Kami
buat ini tidak akan selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu Sempurna Perangin-angin
,Enny Keristiana Sinaga , S,pd,. M.Si. , Prof. Dr.Abdul Hamid K, M.pd
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu Kami mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah Kami ini yang akan datang. Harapan Kami semoga makalah
ini bermanfaat dan dapat memenuhi harapan dari berbagai pihak.
Kelompok 4
PTB Reg B 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................5
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...12
B. Saran……………………………………………………………………………..2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori
dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokkan dalam empat kelompok
atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik, (2) Teori Belajar Kognitif,
(3) Teori Belajar Sosial, dan (4) Teori Belajar Humanistik.
Dari keempat teori yang telah disebutkan di atas, di dalam makalah ini
akan dibahas salah satu dari teori-teori tersebut yaitu teori humanistik. Teori ini
mempelajari perilaku belajar peserta didik dan mengembangkan potensi yang
ada di dalam dirinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah Kami bahas sebelumnya, maka Kami dapat
mengambil sebuah rumusan masalah diantara lain sebagai berikut:
Adapun Tujuan dari makalah ini yang saya buat antara lain sebagai berikut :
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori
apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu
filsafat, kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam
belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar
tersebut.
Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang
juga tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah asimilasi
penuh makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa
si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin
jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap
perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin
mudah hal itu terlupakan.
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
3. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi
akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas
Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis
kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku
pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan
konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
4. Kolb
Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif Mustofa,
2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut :
Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu
kejadian dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya
2. Konsepualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang
suatu hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu membuat aturan-
aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun
tampak berbeda-beda mempunyai aturan yang sama.
3. Eksperimentasi aktif
Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi
yang baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan tetapi,
ia juga mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang
belum pernah ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem belajar semacam ini
terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung tanpa disadari siswa.
Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki
kesadaraan tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu
C. Implikasi Teori Belajar Humanistik
Teori Humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar
menterjemahkannya ke dalam langkah langkah yang lebih konkret. Semua tujuan
pendidikan di arahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang di
cita - citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat
perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya
serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu
dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap
secara ketat, sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara
eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta
pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa mungkin saja berguna bagi guru
tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal ini tidak
sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi
siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri.[25]
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan
pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Meskipun teori humanistic ini masih sukar untuk diterjemahkan
kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun
sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah
dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami
hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistic ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit
belum ada pedoman baku tentang langkah - langkah pembelajaran dengan
pendekatan humanistic, namun paling tidak dapat dirumuskan langkah -langkah
pembelajaran sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa
4. Mengidentifikasi topic-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secar
aktif melibatkan diri dalam atau mengalami dalam belajar
5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6. Membimbing siswa belajar secara aktif
7. . Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari
pengalaman belajarnya
8. Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman belajarnya
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi
nyata
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Adapun Prinsip- prinsip belajar humanistic menurut Rogers adalah
sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang dapat Kami ambil pada materi diatas yaitu Teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara alamiah
memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi
terhadap dunianya. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai
fasilitator. Guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka
konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, dan
sebagainya
B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat kami
hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih baik..
DAFTAR PUSTAKA
Subari. 1988. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar, Jakarta:
Bumi Aksara.
http://dewivalentini.blogspot.com/2017/07/makalah-supervisi-pendidikan.html
https://ismibrebes.blogspot.com/2015/02/makalah-supervisi-pendidikan.html