Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK

RIVIEW

MK. DESAIN
INTERIOR DAN
EKSTERIOR

CRITICAL BOOK REVIEW PRODI S1 PTB-FT

Skor Nilai :

Nama : Priscilla Tobing (5192411004)

Venie Yusmi Nattasya (5193111002)

Lidia Febriyanti Br Sinurat (5193111011)

Dosen pengampu : Siti Zulfa Yuzni ST, M.Si

PROGAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga Critical Book Riview “Desain Interior dan Ekterior ” ini dapat tersususn
hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pengetahuannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbasan pengetahuan maupun pengalaman , penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

CRITICAL BOOK REVIEW .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR ......................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan CBR ..................................................................................... 1
1.3. Manfaat CBR .................................................................................................... 1
1.4. Identitas Buku Yang Diriview ......................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 4
2.1. Buku Utama ( Priscilla Tobing ) ...................................................................... 4
2.2. Buku Pembanding Pertama ( Venie Yusmi Nattasya )................................ 18
2.3. Buku pembanding Kedua ( Lidia Febryanti Br Sinurat ) .......................... 28
BAB III............................................................................................................................. 31
3.1. Kelebihan dan Kekurangan Buku ................................................................. 31
BAB IV ............................................................................................................................. 34
1.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 34
1.2. Saran ................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang dianalisis.

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu
penulis membuat CBR Desain Interior dan Ekterior ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus mengenai dasar dasar desain.

1.2. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang pendidikan bahasa
indonesia serta membandingkan dengan satu buku yang berbeda dengan topik yang
sama. Yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya,
keterkaitan antar babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang
dianalisis.

1.3. Manfaat CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang dasar dasar desain.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan
dan kelebihan buku tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

1
1.4. Identitas Buku Yang Diriview
Identitas buku utama (Priscilla Tobing ) yang akan analisis adalah:
1. Judul : Dasar Desain Dwimatra
2. Penulis : Abdul Azis Said
3. Penerbit : Badan Penerbit UNM
4. Tahun Terbit : 2006
5. Kota Terbit : Makassar
6. Tebal Halaman : xiv + 152 Halaman
7. Cetakan : Cetakan ke-2
8. ISBN : 979-8416-74-0

Identitas buku pembanding pertama ( Venie Yusmi Nattasya ) yang


akan analisis adalah:
1. Judul buku : Dasar-Dasar Desain
2. Edisi : Pertama
3. Pengarang : Bambang Irawan & Priscilla
Tamara
1. Kota terbit : Jakarta
2. Tahun terbit : 2013
3. Penerbit : Griya Kreasi
4. Tebal Halaman : 102 halaman
5. ISBN : 978-979-661-213-0

2
Identitas buku pembanding Kedua (Lidia Febryanti Br Sinurat ) yang
akan analisis adalah:
Judul : Desain Garafis

Penulis : Guruh Ramadani

Penerbit : IPB Press

Tahun Terbit : 2019

Kota Terbit : Bogor

Tebal Halaman : 152 hlm

Cetakan : Pertama

ISBN : 978-602-440-799-5

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1. Buku Utama ( Priscilla Tobing )


BAB II UNSUR-UNSUR DESAIN

Keberadaan suatu benda tentunya selalu diwujudkan oleh unsurunsurnya,


dengan kata lain, terdapat unsur-unsur yang membentuknya sehingga dapat
terwujud menjadi suatu benda. Misalnya sebatang rokok filter terbentuk dari unsur-
unsur: tembakau, kertas rokok, dan filter rokok, dimana setiap unsur-unsurnya
saling bertalian satu sama lainnya.

Bila diperhatikan wujud rokok tersebut, maka tampak unsur tembakau dan
filter rokok bersusun berimpitan, terbungkus oleh kertas dengan cara tergulung
memanjang sehingga membentuk wujud berupa bentuk selinder.

Demikian pula halnya dengan sebuah desain, pada hakekatnya tersusun dan
terwujud dari unsur-unsur yang membentuknya. Wujud sebuah rancangan (karya
desain), dalam kenyataannya, semua unsurnya jalin-menjalin satu sama lainnya,
sehingga mata kita pada umumnya tidak mudah mencerai-ceraikannya. Jika diambil
satu-satu, setiap unsur akan tampak agak abstrak, tetapi penampilan semua unsur
tersebut dengan serempak menentukan wujud karya desain itu.

Terdapat empat kelompok unsur utama desain, yaitu:

- Unsur konsep, terdiri atas: titik, garis, bidang, dan gempal/ bentuk trimatra
- Unsur rupa, terdiri atas: raut, ukuran, warna, dan barik (tekstur)
- Unsur pertalian, terdiri atas: arah, kedudukan, ruang, dan gaya berat
- Unnsur peranan, terdiri atas: raut tiruan, makna, dan tugas.

1. UNSUR KONSEP

Sebetulnya pada sebuah karya desain, unsur yang bersifat konsep atau pengertian
hanya terasa adanya. Misalnya kita merasakan ada titik pada sudut sebuah raut; ada
garis membatasi keliling sebuah benda; ada bidang melingkupi sebuah bentuk
trimatra; seakan ada bentuk trimatra (gempal) yang menempati sebuah ruang.

4
Sebetulnya titik, garis, dan bidang itu tidak ada di tempat itu; jika benar-benar ada,
titik dan yang lainnya itu bukanlah konsep. Marilah kita perhatikan dan bandingkan
gambar benda berbentuk kubus di bawah ini.

Gambar.

Benda Berbentuk Kubus

Pada gambar, tampak kenyataannya tidak terlihat adanya bentuk titik, garis, dan
bidang yang berdiri sendiri sebagai unsur, tapi hanya terasa adanya, sedang pada
gambar tampak dengan jelas adanya bentuk titik dan garis pada benda kubus
tersebut (lihat penjelasan bentuk titik dan garis pada uraian unsur-unsur rupa
berikutnya).

1.1.Titik

Sebuah titik menandai sebuah tempat. Titik tidak memiliki panjang dan lebar,
merupakan pangkal dan ujung sepotong garis, dan merupakan perpotongan atau
pertemuan antara dua garis.

1.2.Garis

- Bila sebuah titik bergerak, jalan yang dilaluinya akan membentuk garis
(Gambar 2-4a).
- Garis adalah beberapa buah titik yang bersambungan satu dengan lainnya
(Gambar 2-4b).

5
- Garis yang berupa sederetan titik tersebut bersifat konsep, bukan rupa,
sebab yang kita lihat tetap sederetan titik.
- Garis merupakan sisi luar dan batas sebuah bidang (Gambar 2-5a).
- Garis merupakan tempat dua bidang bersambungan (Gambar 2-5b).
- Garis merupakan tempat dua bidang berpotongan (Gambar 2- 5c).

Garis sebagai konsep mempunyai panjang, tanpa lebar, serta mempunyai


kedudukan dan arah.

1.3.Bidang

- Jalan yang dilalui sepotong garis yang bergerak (ke arah yang bukan
dirinya) membentuk sebuah bidang (Gambar 2-6a dan 2-6b).
- Sebuah bidang dibatasi oleh garis (Gambar 2-6c).
- Bidang merupakan batas terluar dari sebuah benda trimatra (Gambar 2-6d).

Sebuah bidang mempunyai panjang dan lebar, tanpa tebal, mempunyai


kedudukan dan arah. Bentuk sebuah bidang dapat beraneka ragam (lihat
pembahasan bentuk berupa bidang).

6
1.4.Gempal (bentuk trimatra)

Jalan yang dilalui sebuah bidang yang bergerak (ke arah yang bukan dirinya)
membentuk sebuah bentuk trimatra (gempal). Gempal mengambil ruang dan
terbungkus oleh bidang. Pada karya dwimatra, gempal merupakan wujud maya.
Bentuk trimatra akan dibahas pada buku lain yang merupakan kelanjutan bahasan
dari buku ini.

2. UNSUR RUPA

Unsur rupa merupakan segi rancangan (desain) yang paling utama karena betul-
betul dapat terlihat, karena unsur rupa-lah yang dapat tertangkap oleh mata kita dari
tampilan sebuah benda.

Jika unsur yang berupa konsep menjelma sebagai wujud yang terlihat, maka wujud
itu mempunyai: raut, ukuran, warna, dan barik (tekstur).

2.1. Raut

Sebagaimana dikatakan, unsur konsep tidak terlihat. Titik, garis, atau bidang akan
menjadi bentuk nyata jika terlihat, dalam arti yang sebenarnya walaupun bentuk
yang berupa titik atau garis pada umumnya tetap disebut titik atau garis saja.

Segala benda yang dapat dilihat memiliki raut sebagai penampilan diri yang paling
utama dari benda itu. Raut sebuah benda dapat saja hanya polos dengan ukuran

7
tertentu, namun raut dapat pula memiliki ukuran, warna, dan barik tertentu.
(Gambar 2-7).

2.1.1. Bentuk

Semua unsur rupa tersusun dalam yang disebut ‘bentuk’, dan hal inilah yang
menjadi perhatian utama kita dalam mempelajari bahasa rupa. Bentuk yang
dimaksudkan di sini bukanlah raut yang polos, melainkan raut yang
memiliki ukuran, warna, dan barik tertentu.

2.1.2. Bentuk berupa titik.

Sebuah bentuk disebut titik karena ukurannya kecil. Sudah barang tentu
kecil itu nisbi (relatif). Bentuk sebuah titik akan tampak besar jika terletak
dalam bingkai acuan yang kecil, dan akan tampak kecil jika ditempatkan
dalam bingkai acuan yang besar (gambar 2-8).

2.1.3. Bentuk berupa garis.

Sebuah bentuk disebut garis karena bujurnya sempit sekali dan lintangnya
sangat menonjol. Pada umumnya garis menimbulkan kesan tipis. Seperti
halnya kecil, tipis juga nisbi.

8
Garis sebagai unsur yang berdiri sendiri, dalam kenyataannya dapat
berbentuk lurus, lengkung, atau patah (Gambar 2-9a).

Keberadaan garis lurus dapat bersifat: tegak lurus (vertical), mendatar


(horizontal), atau miring (diagonal), lihat gambar 2-9b.

Garis juga dapat hanya merupakan suatu goresan atau tarikan tangan
(Gambar 2-9c).

Sesuai karakter bentuknya, maka garis lurus memberi kesan: tegas, spontan,
keras, atau ketenangan. Garis lengkung memberi kesan: lembut, gembira
atau santai. Garis patah memberi kesan: kaku, kuat, atau tertib.

2.1.4. Bentuk berupa bidang

Pada permukaan dwimatra, segala bentuk pipih yang bukan titik atau garis
digolongkan ke dalam bidang.

Bidang dikeliligi oleh garis konsep yang menjadi pinggir bentuk tersebut.
Sifat dan pertalian di antara garis konsep itu menentukan raut bidang. Raut
bidang beraneka ragam dan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- Bentuk geometri, dibuat berdasarkan matematika (Gambar 2-10a)


- Bentuk organik, dibatasi oleh lengkung bebas (Gambar 2-10b)
- Bentuk bersudut, dibatasi oleh beberapa garis lurus yang
membentuk sudut (Gambar 2-10c)

9
- Bentuk tak teratur, dibatasi oleh garis lurus dan atau lengkung yang
tidak teratur (Gambar 2-10d)
- Bentuk tarikan tangan bebas (Gambar 2-10e)
- Bentuk kebetulan, ditentukan oleh pengaruh bahan atau proses
khusus, atau diperoleh dengan kebetulan (Gambar 2-10f).

2.1.5. Bentuk positif dan negative

Pada umumnya, bentuk dipandang sebagai sesuatu yang menempati ruang,


tetapi dapat pula dipandang sebagai ruang kosong yang dikelilingi ruang
terisi. Jika bentuk dipandang sebagai pengisi ruang, kita menamainya
bentuk ‘positif’(Gambar 2-11a). Jika dipandang sebagai ruang kosong yang
dikelilingi ruang yang terisi, kita menamainya bentuk ‘negatif’ (Gambar 2-
11b).

Pada rancangan hitam-putih kita cenderung memandang hitam sebagai terisi


dan putih tidak terisi. Jadi, bentuk hitam dikenal sebagai positif dan bentuk
putih sebagai negatif. Tetapi, sifat seperti itu tidak selamanya betul.

10
2.2. Ukuran

Semua raut memiliki ukuran. Ukuran itu nisbi (relatif) jika kita berbicara tentang
besar dan kecil, tetapi dapat juga diukur dengan pasti. Bila kita melihat sebuah
benda, biasanya disengaja atau tidak disengaja, kita membandingkan besar-
kecilnya benda itu terhadap benda lain atau ukuran antar unsur-unsur yang
membentuknya. Namun pada umumnya, dalam membandingkan ukuran sebuah
benda, tanpa disadari, kita cenderung membandingkannya dengan ukuran tubuh
kita atau benda yang berada disekitarnya (Gambar 2-12).

2.2.1. Perbandingan ukuran bentuk dwimatra

Greek Flat Surface merupakan angka perbandingan sisisisi sebuah bidang


atau bentuk dwimatra. Angka perbandingan tersebut adalah 2 : 3 atau 3 : 5,

11
yang diakui sebagai perbandingan ukuran yang paling baik dan menarik
pada bidang atau bentuk dwimatra.

Angka perbandingan tersebut di atas sebetulnya merupakan angka


pembulatan berdasarkan golden section, yang dapat digambarkan sebagai
berikut:

2.2.2. Skala

Penerapan ukuran dalam penggambaran berbagai desain pada bidang papar


kertas gambar biasanya mempergunakan skala, yaitu ukuran perbandingan

12
nisbi yang digunakan untuk menyatakan besaran desain gambar dalam
ukuran ‘wujud gambar rencana’ dengan ukuran ‘wujud benda sebenarnya’.

Skala berasal dari kata scale (bahasa Inggeris, yang berarti perbandingan
ukuran).

Angka skala yang biasanya digunakan dalam gambar rencana antara lain
adalah 1 : 2, 1 : 5, 1 : 10, 1: 50, 1 : 100, dan sebagainya, yang berarti bahwa
ukuran gambar berbanding 1/2, 1/5, 1/10, 1/50, 1/100, dan sebagainya
terhadap ukuran benda sebenarnya.

2.3.Warna

Dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi masyarakat modern, ternyata warna itu
besar sekali peranannya. Hampir semua benda yang dibuat manusia memakai warna
sebagai salah satu daya tarik tampilan benda itu, atau untuk membuat orang lain
tertarik kepada benda tersebut. Contohnya: kue lapis, kembang gula, sapu tangan,
sarung, motor, mobil, sepeda, pesawat terbang, baju, celana, rok blus, dan lain-lain.

Sebuah raut yang ada dalam ruang dapat dibedakan dari sekelilingnya oleh
warnanya. Warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata (Gambar
2-15a), bila tidak ada cahaya maka mata kita hanya dapat melihat kegelapan
(Gambar 2-15b). Warna-warna yang dapat tertangkap oleh mata normal hanya
berkisar pada spektrum dari warna merah sampai dengan ungu (Gambar 2-15a),
sedang antara spektrum warna infra red (inframerah) ke atas dan ultra violet (ultra-
ungu) ke bawah hanya dapat dilihat dengan mempergunakan peralatan khusus.

13
Bila ‘seberkas cahaya/sinar putih’ memasuki dan menembus sebuah ‘prisma kaca
bening’ maka cahaya tersebut akan menyebar di dalam prisma yang selanjutnya
memancarkan cahaya keluar, dan bila dibentangkan selembar ‘layar putih’ di depan
pancaran cahaya itu maka akan terlihat warna-warna: merah – jingga – kuning –
hijau – biru – violet/ungu pada layar tersebut (Gambar 2-16).

Menurut Ilmu Bahan, warna adalah semacam zat berupa pigmen, pigment dari
bahasa Inggris = zat warna (gambar 2-17).

14
2.3.1. Nama Warna

Warna mempunyai nama masing-masing secara khusus sesuai dengan


tampilannya. Pada dasarnya warna tersebut diberi nama berdasarkan hue-
nya. Nama-nama warna yang dikenal secara umum antara lain: kuning,
merah, jingga kemerah-merahan, biru, hijau, ungu, ungu kemerah-merahan,
ungu kebiru-biruan, hijau kebirubiruan, hijau kekuning-kuningan, jingga
kekuningkuningan, coklat, dan lain-lain.

2.3.2. Pemanfaatan warna

Dalam penerapannya, warna dapat dimanfaatkan untuk: mewakili alam,


simbolisasi, dan mewakili dirinya sendiri.

- Warna mewakili alam.


Warna dapat dipergunakan untuk mewujudkan warna alami pada
gambar atau wujud benda tiruan alam. Misalnya dalam lukisan
pemandangan alam yang bergaya naturalis nampak penggunaan
warna biru untuk melukiskan langit, hijau untuk daun-daunnya,
coklat untuk batang-batang pohonnya, warna abu-abu untuk tanah,
serta warna merah/ jingga untuk matahari, dan sebagainya.

15
- Warna sebagai simbol.

Warna dapat dipergunakan untuk melambang sesuatu sifat tertentu,


misalnya penggunaan warna merah putih pada bendera kebangsaan
Republik Indonesia untuk melambangkan keberanian dan kesucian
(Gambar 2-19). Di sini, merah berarti berani, putih berarti suci.

Berikut ini disajikan beberapa makna simbolik warna, antara lain


yaitu:

Merah : berani, semangat, gairah, cinta, merah, panas, menyala,


riang, manis, dan ber- kobar-kobar.

Jingga : kekeringan, kebahagiaan, bercita-cita, riang, dan gembira.

Kuning : mulia, keagungan, ketinggian martabat, luhur, mahal,


riang, bijaksana, setia.

Hijau : harapan, muda, tumbuh, subur, damai.

Biru : setia, misteri, damai, simpatik, dingin, tenang, dipercaya,


berkesan kebenaran

Ungu : riang, misterius, berduka. Roose : tenteram, riang, romantis.

Coklat : tabah, stabil, subur. Putih : suci, murni, sedih, pasif,


menyerah.

Hitam : gelap, kematian, berat, berkabung, ke- sungguhan.

16
Warna mewakili dirinya. Warna mewakili dirinya sendiri berarti
warna-warna itu dipergunakan bukan untuk mewakili warna alami
dan bukan pula untuk melambangkan sesuatu sifat tertentu. Di sini,
keberadaan warna betul-betul berdiri sendiri atau otonom. Misalnya:
penggunaan warna pada sebuah bangunan rumah tinggal, atau
pemakaian warna-warna pada karya seni lukis atau karya seni rupa
lainnya yang bergaya non-realis/ naturalis. Pemakaian warna disini
hanya berdasarkan pada sifat warna itu sendiri atau berdasarkan
sugesti yang ditimbulkannya.

17
2.2. Buku Pembanding Pertama ( Venie Yusmi Nattasya )
BAB 1: UNSUR RUPA

Pada bagian 1 berupa tema “unsur rupa” dimana pada bagian ini dibahas mengenai
apabila kita menggambar suatu objek trimatra atau tiga dimensi maupun objek
perspektif (pemandangan alam, interior suatu bangunan, dan lain-lain) diperlukan
kesatuan antara garis, bidang, tekstur, dan warna agar gambar tersebut tampak sama
dengan objek aslinya.

Unsur-unsur rupa terdiri dari beberapa bagian, yaitu garis, arah, bidang, ukuran,
tekstur, nada, khroma, dan warna.

1. Garis
Garis adalah unsur rupa yang paling utama. Garis merupakan hubungan
suatu titik yang diperluas menjadi sesuatu yang panjang, kedudukan dan
mempunyai arah.
Bentuk garis terdiri dari 3 macam, yaitu organis, garis-jadian, dan garis
batas.
1) Garis organis
Garis organis merupakan garis yang mengadopsi bentuk-bentuk
garis yang terdapat di alam. Garis organis memiliki bentuk yang
bebas.

18
2) Garis jadian-geometris
Garis yang terbentuk melalui suatu proses dan alat. Apabila
keduanya ditautkan, akan tercipta raut yang secara geomteris
membentuk sebuah bidang.

3) Garis batas
Garis batas yaitu garis yang terbentuk karena ada dua bidang atau
permukaan yang warna atau nada warnanya berbeda atau pertemuan
dua permukaan yang berbeda kedudukannya.
 Garis sebagai outline
 Garis sebagai kontur
 Garis sebagai kaligrafi
 Garis ekspresif

19
Garis juga memiliki berbagai karakter. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
 Lurus

 Lengkung

 Zigzag

2. Arah
Sebuah garis juga memiliki arah.

Di dalam suatu perancangan desain, arah berperan untuk memberikan kesan


gerak dan irama. Tujuan utama dari arah gerak ini adalah agar gerakan

20
maupun irama yang terjadi tetap membentuk suatu kesatuan dan tidak
keluar dari bidang gambar.
 Arah komplementer
Arah yang berlawanan, misalnya keatas berlawanan dengan ke
bawah. Tujuan penerapannyadalam desain atau lukisan agar kesan
gerak yang ditimbulkan oleh arah tidak keluar bidang gambar

 Arah gelang-gelang
Beberapa arah yang bergerak seolah-olah memutar mengelilingi
suatu pusat. Tujuannya agar kesan gerak tidak keluar dari bidang
gambar sehingga seolah-olah gerak arah tersebut seperti gelang.

21
3. Bidang
Bidang bersifat dua dimensi atau bermatra dua, karena tidak memiliki
kedalaman (depth). Namun bidang memiliki ukuran atau luasan.

22
Gambar diatas menampilkan apabila beberapa garis ditarik dan
dipertemukan maka akan terbentuk sebuah bidang yang memiliki:
1) Panjang dan lebar
2) Raut (shape)
3) Permukaan
4) Orientasi (pedoman)
5) Kedudukan (posisi)
4. Ukuran
Perbedaan jarak antargaris dan antarbidang membentuk sebuah ukuran.
Ukuran tersebut dapat sama, tetapi bisa juga berbeda-beda.

5. Tekstur
Tekstur merupakan akibat lain dari struktur, dimana struktur merupakan
susunan bahan pada sebuah bidang. Oleh karena itu struktur bahan pada
permukaan bahan tersebut akan menimbulkan tekstur. Tekstur sendiri
adalah keadaan fisik permukaan bahan yang penghayatannya dirasakan
dengan indra peraba.
Tekstur mempunyai dua pengukur atau nilai, yaitu:
 Kuantitatif (objektif): licin, halus, kasar dan sebagainya.
 Kualitatif (subjektif) : pengalaman psikis terhadap tekstur.
Tekstur juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

23
 Tekstur raba atau juga dapat dikatakan sebagai tekstur nyata adalah
apabila permukaan bidang atau benda sangat kasar, sehingga dilihat
oleh mata. Karena itu disebut juga patra atau nyata.

 Tekstur lihat
Atau dapat dikatakan sebagai tekstur semu karena keberadaan
tekstur tersebut hanyalah dwimatra dan merupakan hasil gambar.
a. Tekstur hias
Tekstur yang menghiasi permukaan sebuah raut (shape). Bila
dihilangkan, ini tidak akan memeranguhi raut.

24
b. Tekstur semerta
Tekstur yang merupakan bagian dari proses penciptaan
rupa.Antara raut dan teksturnya tidak dapat dipisahkan, karena
jejak tekstur pada permukaan adalah jyga raut.

c. Tekstur mekanis
Tekstur yang diperoleh dengan menggunakan sarana mekanis,
seperti huruf, angka, symbol dan sebagainya. Tesktur yang
dihasilkan tidak memengaruhi raut.

25
6. Nada
Grais atau bidang mempunyai nada. Perhatikanlah skema warna hitam, abu-
abu dan putih berikut ini:

7. Khroma
Khroma adalah deret intensitas dari warna. Dalam hal ini, khroma
merupakan pigmen dari warna. Dua warna mungkin terdiri dari dua unsur
yang sama dan nadanya sama. Berikut dibawah merupakan contoh gradiasi
intensitas warna merah:

26
8. Warna
Garis atau bidang dapat memiliki bermacam-macam warna, misalnya
merah, biru, kuning, dan sebagainya. Susunan warna yang tepat dapat
menciptakan suasana yang harmonis dan memikat warna, baik antara dua
warna yang memiliki kemiripan (gradiasi), ataupun dua warna yang kontras.

27
2.3. Buku pembanding Kedua ( Lidia Febryanti Br Sinurat )

II Unsur- Unsur Visual

2.1 Titik

Titik adalah sebuah unrur visual yang tampilannyarelatif kecil, dan dimensi
panjang lebarnya di anggap tidak berarti karena kalau berukuran besar berubah
persepsi menjadi bidang. Titik dalat digunakan untuk citra visual tertentu seperti:

1. membuat objek yang ralistik jika di susun dalam kepadatan tertentu.


2. Untuk membentuk kesan garis potong dengan ujung titik di taruh gambar
gunting.

2.2 Garis

Garis terdiri dari titik yang tidak terputus. Memiliki peran pendukung
keindahan, keseimbanagan. Dan harmoni. Setiap garis memiliki karakter yang
berbeda. Berikut di sajikan beberapa tipe garis dan karakteristiknya.

28
2.3 Bentuk atau Form

bentuk atau shape dapat juga di artikan sebanagai form, merupakan unsur
visual yang berdimensi panjang dan lebar. Yang berkaitan dengan benda bnda
dimensional dan tiga dimensional. Bentuk di kelompokan berdasarkan :

1. Dimensi
Terdiri atas bentuk yang mempunyai kesan dua dimensi seperti bulatan,
jajaran genjang, segi tiga, poligon dan sebagainya,serta bentuk yang
mempunyai tiga dimensi terdiri atas bentuk-bentuk kerucut, kubus, silinder
dsb. Dan bentuk realistis seperti mobil, manusia, pohon dsb
2. Susunannya

29
Yaitu bentuk yang beraturan dan tidak beraturan. Bentuk beraturan seperti
mobil, rumah, sedangkan bentuk tidak beraturan sepeeti pohon, awan, batu,
dan gunung.

2.4 Tekstur

Tekstur merupakan nilai raba dari sebuah benda, meyangkut sifat fisik dan
kualitas fisik permukaan suatu benda seperti, kusam, mengkilap, kasar, halus, dan
daat di aplikasikan dalam desain. Tekstur terdiri dari

1. Tekstur semu merupakan ilusi optik atau tipuan penghlihatan, sperti suatu
permukaan yang terlihat kasar namun ketika di raba permukaannya halus.
2. Tekstur nyata adalah tekstur yang mempunyai tngkat kekerasan tertentu,
sepertimisalnya ketika meraba batu cadas.
Tekstur terkait dengan indar penglihatan dan indar peraba di dalam
perancangan grafis, tektur dipergunakan dalam dua asspek yakni :
1. Aspek visual, untuk memberi kesan tertentu dalam tampilan
2. Aspek Material, yaitu untuk kebutuhan cetak.

2.5 Ruang atau Space

Ruang terkait dengan tingkat kedalaman, sehingga memberikan kesan jauh,


dekat, tinggi, dan rendah. Hubungan antar ruang merupakan bagian dari
perencanaan desain, apakah jarak antar huruf atasu huruf dengan gambar.

Ruang lebih mengara pada tiga dimensi sehingga ruang dapat di bagi
menjadi dua yaitu ruang semu dan ruang nyata.

2.6 Warna

Warna merupakan unsur yang sangat penting dlam perencanaan grafis.


Letika teknologi warna masuk ke dlaam dunia percetakan grafis, mampu
mendongkrak penjualan koran, warna bsa memberikan dampak pisikologis kepada
orang yang melohat serta mampu memberikan efek sugesti yang mendalam.

30
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan dan Kekurangan Buku


1. Kelebihan Buku
 Buku Pertama
 Kelebihan pada buku ini terdapat pada sub-sub bab yang
menjelaskan secara mendetail mengenai Unsur-Unsur Desain
Dasar.
 Penjelasan tersebut diperkuat melalui-sumber-sumber lain
sehingga penjelasan tersebut akan lebih mudah untuk dipahami
dan dimengerti.
 Pada buku ini terdapat banyak referensi yang mengutarakan
bahwa tidak hanya berdasarkan garis besar saja mengenai
Unsur-Unsur Desain melainkan dapat diutarakan secara
terperinci.
 Kelebihan buku ini dilihat dari isinya secara keseluruhan yaitu
yang pertama, memuat ilmu-ilmu tentang Desain Dwimatra
yang belum diketahui sebelumnya, sehingga dapat menambah
pengetahuan baru mengenaiUnsur Desain. Dalam buku ini
terdapat beberapa istilah atau pengetahuan-pengetahuan yang
belum pernah didapatkan sehingga dapat menambah wawasan
ilmu mengenai Unsur Desain Dasar bagi para pembaca.
 Terdapat berbagai macam penjelasan gambar pada setiap materi
secara detail, sehingga para pembaca lebih cepat untuk
memahami maksud dari bacaan tersebut.
 Buku ini memiliki bioadata yang cukup jelas, sehingga pembaca
dapat lebih mengenal lagi identitas buku tersebut.

 Buku Pembanding pertama


 kelebihan buku ini menjelaskan detail-detail yang sangat
terperinci pada setiap usur-unsur desain, lalu menjelaskan lagi

31
sub-sub dari unsur-unsur tersebut beserta dengan penjelasan
yang lengkap dan ilustrasi yang jelas.
 Terdapat berbagai macam penjelasan gambar pada setiap materi
secara detail, sehingga para pembaca lebih cepat untuk
memahami maksud dari bacaan tersebut.
 Kelebihan buku ini dilihat dari isinya secara keseluruhan yaitu
yang pertama, memuat ilmu-ilmu tentang Desain yang belum
diketahui sebelumnya, sehingga dapat menambah pengetahuan
baru mengenai Unsur Desain.
 Buku pembanding kedua
 Kelebihan pada buku ini terdapat padabagian bab yang
menjelaskan secara mendetail mengenai Unsur-Unsur Desain
Dasar.
 Penjelasan tersebut diperkuat melalui gambar yang sudah
tersedia sehingga mempermudah visualisasilain sehingga
penjelasan tersebut akan lebih mudah untuk dipahami dan
dimengerti.
 Menggunaan bahasa yang sangat mudah untuk di pahami para
kaum awam, sehingga dapat menambah wawsan dalam dan
mengenai unsur unsur desain.
2. Kekurangan Buku
 Buku Pertama

Setiap karya tulis tentu tidak hanya memiliki kelebihan saja,


akan tetapi pasti ada kekurangan yang terdapat pada buku ini.

 Masih terdapat penggunaan-penggunaan kata yang tidak memiliki


makna, melainkan hanya sebagai penghubung antar kata tersebut
 Masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan
 Dalam buku ini juga terdapat beberapa kekurangan dilihat dari segi
isinya. Pertama, dalam penulisan buku ini cenderung memasukkan
istilah-istilah yang sulit dimengerti, apalagi pembaca awam yang

32
belum mempelajari mengenai Unsur Desain. Walaupun demikian,
tapi masih bisa dipahami sedikit demi sedikit.
 Walaupun mudah dipahami, akan tetapi terkadang ada beberapa
materi yang sulit dan membutuhkan sebuah konsentrasi yang tinggi
untuk memahaminya. Apalagi, bagi pembaca yang baru mengenal
dan mengetahui tentang pengembangan unsur-unsur desain.
Dengan materi-materi seperti itu, hanya akan membuat pembaca
merasa tidak tertarik untuk membacanya dan mempelajarinya.

 Buku Pembanding pertama


 Kekurangan buku pembanding “Dasar-Dasar Desain” ini adalah
masih ada beberapa kata yang salah pengetikan dan beberapa
ilustrasi dibuat sedikit miring sehingga menurut saya tidak simetris
namun menjadi sedikit berkreasi seni dalam buku.
 Walaupun mudah dipahami, akan tetapi terkadang ada beberapa
materi yang sulit dan membutuhkan sebuah konsentrasi yang tinggi
untuk memahaminya

 Buku pembanding Kedua


 Di bandingkan dengan buku dasar- dasar desain yang sudah ada
sebelumnya maka buku ini memiliki kekurangan yang cukup banyak
di mulai dari cangkupan materi yang tidak se- luas buku utama dan
buku pembanding satu

33
BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Secara keseluruhan pokok pembahasan pada ketiga buku ini sangat
terstruktur sehingga dapat membuat pola pikir pembaca menjadi terarah dan mudah
untuk memahami unsur-unsur desain. Pokok pembahasan dari buku pertama
sampai dengan buku ketiga bab merupakan suatu kesatuan konsep umum dasar-
dasar seni dan desain. Ketiga penulis dari ketiga buku yang telah dibandingkan ini
juga menggunakan sumber bacaan atau referensi yang akurat dan terpercaya seperti
buku panduan terjemahan, jurnal terakreditasi dan dengan buku-buku yang
memang penulisnya ahli dalam bidang seni dan desain. Penulis juga mencantumkan
ilustrasi-ilustrasi yang terkait dengan unsur-unsur desain yang mempermudah
pembaca untuk memahami materi.

1.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan pada Critical book review ini adalah
sebaiknya penulis memperbaiki kesalahan dalam penulisan baik itu kata-kata
ataupun kalimat. Dari critical book review ini, diharapkan kepada pembaca agar
dapat mengetahui isi dari buku ini dan mengaplikasikannya dalam dunia
pendidikan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, B., & Tamara, P. (2013). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Griya Kreasi.

Ramadani, G. (2019). Desain Grafis. Bogor: IPB Press.

Said, A. A. (2006). Dasar Desain Dwimatra. Makassar: Badan Penerbit UNM.

35

Anda mungkin juga menyukai