Anda di halaman 1dari 14

CBR MATA KULIAH

MICROTEACHING

Skor Nilai:

CRITICAL BOOK REVIEW


MICROTEACHING

DISUSUN
OLEH
NAMA : WILDAN RAHMADI DALIMUNTHE
NIM : 5183121023

DOSEN PENGAMPU :
Prof.Dr. SIMAN , M.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan Critical Book Review untuk memenuhi tugas mata kuliah
MICROTEACHING ini dengan baik meskipun masih ada kekurangan di
dalamnya.
Tulisan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tulisan ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tulisan ini terutama kepada Bapak
Prof.Dr.SIMAN, M.Pd selaku dosen mata kuliah microteaching di Kelas yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap kiranya Critical Book Review ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui isi buku beserta kelebihan dan
kekurangan dari buku tersebut sebelum membelinya. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam Critical Book Review ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan Critical Book Review yang telah penulis buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Medan, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Critical Book Review...............................................................
1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Review........................................................
1.3 Manfaat Critical Book Review.......................................................................
1.4 Identitas Buku................................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Bab 1..............................................................................................................
2.2 Bab 2..............................................................................................................
2.3 Bab 3..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Critical Book Review


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta memberi tanggapan atas
buku yang dianalisis dengan buku yang lain. Sering kali kita bingung memilih
buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku,
namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,
pembahasan materi, serta hal lainnya yang terdapat pada buku. Oleh karena
itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang
CAD/CAM.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Review


Memeberi tanggapan atas sebuah buku atau lebih tentang
MICROTEACHING serta membandingkan dengan satu buku yang berbeda
dengan topik yang sama. Yang dibandingkan dalam buku tersebut yaitu dari
segi isi pembahasan buku.

1.3 Manfaat Critical Book Review


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang MICROTEACHING
ii. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang
telah di lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta
kekurangan dan kelebihan buku tersebut.
iii. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan
atas buku-buku yang dianalisis tersebut.
1.4 Identitas Buku
Buku Pertama

Judul Buku : Pembelajaran Microteacing


Penerbit : Direktorat Jendral Pendidikan
Penulis : Drs. Dadang Sukirman, M.Pd
Tahun Terbit : 2012
Tebal Halaman : 430 Hlm
ISBN : 978-602-7774-23-0
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Bab 1 Hakikat Pembelajaran Mikro


Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, dalam pembelajaran
menyatukan komponen-komponen pembelajaran secara terintegrasi, antara lain
seperti: tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai siswa, materi
yang akan menjadi bahan ajar bagi siswa, metode, media dan sumber
pembelajaran, evaluasi, siswa, guru dan lingkungan pembelajaran lainnya. Setiap
unsur pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang khusus
dan antara satu komponen dengan komponen lainnya saling terkait dan
mempengaruhi dalam suatu proses pembelajaran secara untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
Meningkatkan kemampuan para guru dalam menghadapi tugas
pembelajaran yang serba komplek itu, dapat dilakukan melalui suatu proses
latihan atau pembelajaran dengan menggunakan model atau pendekatan
pembelajaran yang lebih disederhanakan atau yang lebih populer disebut dengan
pembelajaran mikro (micro teaching).
Beberapa kemampuan tersebut diatas sangat penting dimiliki oleh Anda
sebagai calon guru maupun bagi yang sudah bertugas sebagai guru, mengingat
tugas utama guru adalah untuk membelajarkan siswa. Adapun tugas
membelajarkan itu sangat komplek dan senantiasa mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Untuk
menguasai tugas yang komplek itu, dan agar dapat menyesuaikan dengan tuntutan
pembelajaran yang semakin berkembang, maka bagi mahasiswa calon guru
maupun para guru harus mempersiapkan diri dan selalu melatih kemampuan
mengajarnya, antara lain melalui suatu pendekatan pembelajaran yang
disederhanakan, dalam hal ini yaitu melalui pendekatan pembelajaran mikro
(Micro Teaching).
Untuk membantu Anda memperluas wawasan dan pemahaman mengenai hakikat
pembelajaran mikro, maka dalam bahan ajar satu ini akan dibahas topik-topik
sebagai berikut:
1. Latar belakang pembelajaran mikro, yaitu mengungkap mengenai latar
belakang pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan dalam
mempersiapkan, membina dan meningkatkan kemampuan guru secara lebih
profesional.

2. Pengertian pembelajaran mikro, yaitu menjelaskan beberapa pengertian


(batasan) pembelajaran mikro, agar terlebih dahulu dikuasai teori-teori sebagai
dasar untuk membimbing Anda dalam mempraktekkan kemampuan mengajar
melalui pendekatan atau model pembelajaran mikro.

3. Tujuan dan manfaat pembelajaran mikro. yaitu membahas dan


mengidentifikasi tujuan-tujuan dan beberapa manfaat yang akan diperoleh melalui
pembelajaran mikro bagi penyiapan dan peningkatan profesionalisme guru.

As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar


mengajar pada dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat
khusus (most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki dan
diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (1991). Adapun
jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh setiap guru
antara lain: keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus yang bervariasi, keterampilan
menggunakan metoda dan media secara tepat, keterampilan mengelola lingkungan
pembelajaran, keterampilan bertanya, memberikan balikan dan penguatan, dan
keterampilan-keterampilan lainnya
Kehadiran pembelajaran mikro (micro teaching) dalam program
kurikulum pendidikan keguruan sudah cukup lama, yaitu sekitar tahun 1963.
Walaupun sudah cukup lama, kehadiran pembelajaran mikro dapat dikatakan
sebagai sebuah inovasi dalam upaya mempersiapkan dan meningkatkan
kemampuan (kompetensi) guru dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Sebelum muncul pendekatan pembelajaran mikro, setiap mahasiswa calon guru
yang telah menyelesaikan program perkuliahan yang bersifat teori, untuk
memberikan pengalaman praktis mereka langsung diterjunkan ke sekolah tempat
latihan untuk melakukan praktek mengajar, atau yang sering disebut dengan
Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Ilmu pengetahun dan teknologi terus berkembang dengan cepat, dan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut banyak berdampak pada
tuntutan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk terhadap tuntutan
peningkatan profesionalisme para guru. Untuk merespon tuntutan tersebut, upaya-
upaya inovasi dalam program penyiapan calon guru terus menerus diupayakan,
dengan tujuan agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas.
Sebelum munculnya pembelajaran mikro, para calon guru yang telah
menyelesaikan seluruh mata kuliah keguruan dan bidang studi yang harus
dikuasainya, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pengalaman praktis
mengajar, yaitu dengan mengikuti kegiatan praktek di sekolah tempat latihan
melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL).

2.2 Pengertian Pembelajaran Mikro


Pembelajaran mikro (micro teaching) adalah salah satu pendekatan atau
cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau
disederhanakan. Penyederhanaan ini terkait dengan setiap komponen
pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan
dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan
unsur-unsur pembelajaran lainnya. Seperti sudah dipelajari dalam kegiatan belajar
1 bahwa unsur-unsur pokok pembelajaran itu ada empat yaitu: a) tujuan atau
kompetensi, b) materi yang harus dipelajari siswa, c) metode dan media, dan d)
evaluasi. Adapun yang dimaksud penyederhanaan dalam pembelajaran mikro
tersebut termasuk penyederhanaan keempat aspek pembelajaran tersebut.

Jika dalam pembelajaran biasa yang normal di Madrasah Ibtidaiyah


misalnya, waktu satu jam pembelajaran berikasar antara 35 s.d 40 menit 45 menit,
jumlah siswa perkelas antara 30 s.d 35 orang sisiwa, membahas topik berbuat baik
kepada orang tua (ahlak), menerapkan beberapa jenis keterampilan mengajar,
menggunakan multi metoda dan media pembelajaran secara serentak. Dapat
dibayangkan betapa kompleknya situasi pembelajaran tersebut. Untuk
menghadapinya tentu saja harus sudah memiliki kesiapan pengetahuan dan
pengalaman praktis yang memadai sehingga dapat melaksanakan pembelajaran
yang maksimal, itu dalam situasi pembelajaran yang sebenanrnya (real teaching).
Dengan pendekatan micro teaching sebagai sarana berlatih mengajar,
setiap unsur pembelajaran tersebut disederhanakan. Bentuk penyederhanaan
tersebut misalnya, waktu pembelajaran yang normal antara 33 s.d 40 menit
menjadi 10 s.d 15 menit, jumlah siswa dalam kondisi sebenarnya berhadapan
dengan sejumlah 25 s.d 30 orang dibatasi menjadi 5 s.d 10 orang siswa,
keterampilan dasar mengajar yang bermacam-macam itu dalam latihan hanya
difokuskan kepada keterampilan tertentu saja, misalnya keterampilan membuka
dan menutup pembelajaran, atau memfokuskan pada keterampilan menggunakan
metoda dan media tertentu saja, terserah Anda unsur mana yang akan dilatihkan.

Setiap calon guru yang sedang berlatih atau guru yang sedang
meningkatkan keterampilan dasar mengajarnya melalui pembelajaran mikro,
diobservasi dan dianalisis oleh observer atau supervisor yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Kegiatan observasi dimaksdukan untuk mencermati dan
menyimpulkan kelebihan dan kekurangan setiap peserta yang berlatih. Kemudian
diadakan forum diksusi umpan balik untuk membahas kelebihan dan kekurangan
disertai rekomendasi dan solusi untuk penyempurnaan dalam praktek atau latihan
berikutnya. Dengan didasarkan pada hasil kesimpulan dan rekomendasi yang
didapatkan, kemudian calon guru atau guru yang berlatih tersebut mengulang
kembali melakukan proses latihan memperbaiki kekurangan sesuai dengan
masukan yang diperoleh, sampai akhirnya diperoleh kemahiran yang maksimal,
dan begitu seterusnya.

Dengan memperhatikan proses kerja cara berlatih melalui pembelajaran


mikro seperti diilustrasikan secara singkat di atas, maka dalam bahasa sederhana
dapat dirumuskan bahwa pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu
pendekatan pembelajaran untuk melatih para calon guru dan guru untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan profesionalismenya melalui
latihan-latihan dalam skala yang disederhanakan. Latihan dalam pembelajaran
mikro tersebut dilakukan secara terkontrol, berulang-ulang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga diperoleh kemampuan tuntas (mastery lerning) dari setiap
keterampilan dasar mengajar yang diharapkannya.
Penguasaan dan keterampilan melakukan setiap unsur pembelajaran yang
telah diperoleh melalui pembelajaran mikro, tentu saja menjadi modal dasar yang
sangat berharga untuk menghadapi tugas pembelajaran yang sebenanrnya. Akan
tetapi mengingat pembelajaran mikro sebagai sarana tempat berlatih dilakukan
tidak dalam kelas yang sebenanrnya (not real class room teaching), maka untuk
menghadapi kegiatan pembelajaran di kelas yang sebenarnya calon guru atau para
guru tetap harus melakukan proses adaptasi disesuaikan dengan kondisi dan
situasi kelas yang dihadapi.

Proses adaptasi bagi calon guru atau para guru yang terlebih dahulu telah
melakukan proses latihan melalui pembelajan mikro, relatif akan lebih mudah jika
dibandingkan dengan mereka yang tidak melalui proses latihan dalam
pembelajaran mikro. Dengan demikian proses adaptasi diperlukan hanya untuk
menyesuaikan dengan situasi, kondisi maupun karakteristik siswa yang dihadapi.

2.3 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Mikro

Pembelajaran mikro (micro teaching) secara formal masuk dalam struktur


program kurikulum Pendidikan Guru baik untuk Guru Sekolah Dasar (S1 PGSD),
maupun Guru Madrasah (MI). Dengan demikian pembelajaran mikro merupakan
bagian tak terpisahkan dari kurikulum program S1 pendidikan guru (SD/MI).
Tujuannya antara lain yaitu untuk mempersiapkan, membina dan meningkatkan
mutu lulusan calon guru yang memenuhi standar profesional sesuai dengan
standar kompetensi yang dipersyaratkan (PP no. 19 tahun 2005).

Setiap lembaga pendidikan yang membina dan menghasilkna calon guru,


saat ini secara resmi telah memiliki pedoman formal sebagai barometer yang
harus direalisasikan dalam setiap melakukan pembinaan dan penyiapan calon
guru. Pedoman tersebut adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang No.
14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Secara khusus pada pasal 10 ayat 1 mengamanatkan sejumlah kompetensi


yang harus dimiliki oleh setiap guru, yaitu: 1) Kompetensi pedagogik, 2)
kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional.
Keempat jenis kompetensi tersebut merupakan persyaratan mutlak yang harus
dimiliki dan didapatkan melalui pendidikan profesi.
Merujuk pada bunyi pasal 10 ayat 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005
tersebut di atas, tentu saja berimplikasi pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan guru. Struktur kurikulum yang dikembangkan, proses
kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang dilakukan baik teori maupun
kegiatan praktek, dan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan lainnya hendaknya
dilakukan dalam semangat untuk mebekali para mahasiswa sebagai calon guru
untuk memiliki keempat jenis kompetensi yang dipersyaratkan.

Keberadaan pembelajaran mikro dalam struktur kurikulum pendidikan


guru, dimaksudkan untuk memfasilitasi para calon guru dalam mempelajari,
mempraktekkan, mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan keterampilan
mengajar. Secara lebih luas pembelajaran mikro sebagai laboratorium pembinaan
kemampuan mengajar, tidak terbatas hany bagi para calon guru (pre-service),
melainkan banyak dibutuhkan dan digunakan pula oleh para guru (in-service)
dengan maksud untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajarnya.

Pembelajaran mikro sebagai matakuliah yang tak terpisahkan dari struktur


kurikulum program pendidikan keguruan, seperti dijelaskan di atas yaitu
diarahkan dalam upaya memfasilitasi mahasiswa calon guru untuk menguasai dan
memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu:

1. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat


memenuhi standar kompetensi pedagogik.

2. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat


memenuhi standar kompetensi kepribadian.

3. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat


memenuhi standar kompetensi profesional.

4. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat


memenuhi standar kompetensi sosial.

Keempat jenis kompetensi yang diamanatkan oleh Undang-undang tersebut, yaitu


kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial, secara
konsep masing-masing dapat dibedakan. Akan tetapi keempat jenis kompetensi
tersebut pada realisasinya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh,
direfleksikan dalam seluruh perilaku guru pada setiap melaksanakan tugas
pembelajarannya.

Jika dianalisis secara lebih mendalam, kemampuan dan keterampilan


mengajar nampaknya cenderung lebih terkait dengan kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa mengajar
bagian dari mendidik, sementara ilmu mendidik termasuk pada kawasan
pedagogik. Demikian juga dengan kompetensi profesional yang sering diartikan
keahlian dalam bidangnya, dalam hal ini yaitu ahli dalam melaksanakan
pembelajaran.

Oleh karena itu tidak salah jika kemampuan dan keterampilan mengajar,
erat dan merupakan penjabaran dari kedua jenis kompetensi tersebut, yaitu
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Akan tetapi bukan berarti
tidak terkait dengan kedua kompetensi lainnya yaitu kompetensi sosial dan
kepribadian, sebab bukankah ketika guru mengajar tidak lepas dari interaksi sosial
dengan siswanya ? bukankah ketika guru mengajar harus mencerminkan sebagai
sosok pribadi yang dapat menjadi teladan bagi siswanya ?.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa
critical book merupakan kegiatan untuk mengkritisi buku untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan dalam buku, baik dalam sistematika penulisan,
penggunaan bahasa, isi materi dan tampilan buku. Hal tersebut dilakukan agar
buku yang di kritik dapat direvisi agar menjadi buku yang lebih baik serta
panduan pembaca yang ingin membeli atau membaca buku tersebut.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa khususnya
mahasiswa teknik mesin dapat menerapkan buku-buku tersebut sebagai acuan
pembelajaran maupun pengetahuan dalam mata kuliah. Sehingga dapat
mengetahui MICROTEACHING sebagai calon guru. Diharap pembaca critical
book review dapat memahami isi kandungan tiap buku yang berbeda, semua buku
memiliki pemahaman masing-masing yang tetap bermuara akan suatu hal, tiap
buku memiliki keunggulan dimasing-masing yang dikhususkan untuk beberapa
pembaca sesuai dengan target penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman Dadang, 2012. Pembelajaran Microteaching

Anda mungkin juga menyukai