Anda di halaman 1dari 37

CRITICAL JURNALRIPORT

MK. Uji
Performa mesin
PRODI PTMS1 FT

Skor Nilai:

NAMA MAHASISWA : ARI AMJES GINTING

NIM : 5183121038
MATA KULIAH : UJI PERFOMANSI MESIN

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
Kepada Penulis, sehingga Critical Journal Review ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulis dalam menyusun Critical Journal Review ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Uji Performa Mesin dan Critical Journal Review ini
juga dapat digunakan menjadi bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan
pembelajaran.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen yang mengajar mata
kuliah Uji Performa Mesin, karena telah membantu penulis dalam penyelesaian Critical
Journal Review ini, serta kepada semua pihak yang turut andil dalam membantu dalam
penyelesaian Critical Journal Review ini, sehingga Critical Journal Review ini bisa
diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa Critical Journal Review ini masih banyak kekurangannya.
Oleh sebab itu Penulis ingin kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang sifat nya
membangun, demi penyempurnaan Critical Journal Review ini dikemudian hari. Semoga
Critical Journal Review ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................5

A. Rasionalisasi pentingnya CJR.....................................................................................................5

B. Tujuan penulisan CJR.................................................................................................................5

C. Manfaat CJR...............................................................................................................................5

D. Identifikasi Jurnal.......................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................7

Jurnal 1...............................................................................................................................................7

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DANJENIS SUDUT PAHAT PADA


PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS
45........................................................................................................................................................7

Jurnal 2.............................................................................................................................................16

ANALISA PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN VARIASI GERAKAN MAKAN


TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN DALAM MATERIAL ST50........16

Jurnal 3.............................................................................................................................................19

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN NESIN BUBUT TERHADAP KEHAUSAN


PADA ALAT POTONG PAHAT HSS TIPE BOHLER MO 1/2X4.................................................19

Jurnal 4.............................................................................................................................................22

Analysis of machining parameters effects on surface roughness: a review (Analisis efek parameter
pemesinan pada permukaankekasaran: review).................................................................................22

Jurnal 5.............................................................................................................................................28

Analysis Comparative Feeding Variation To Quality Surface Processes Blocking Equipment Of


Ems Steel 45on Cnc Latheing Machine (Analsis Variasi Pengumpanan Kompratif Terhadap Proses
Permukaan Kualitas Peralatan Mesin Bubut EMS Steel 45on CNC).................................................28

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................32


Kesimpulan.......................................................................................................................................32

Saran.................................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR


Dengan adanya Critical Jurnal Review ini dapat membantu mahasiswa dalam
belajar karena didalam suatu jurnal sudah terbukti kebenarannya tinggal pembaca
mengkritik apa kekurangannya jurnal satu dengan yang lainnya, dan juga melatih
keterampilan mahasiswa untuk belajar bagaimana melakukan suatu penelitian. Dari
jurnal tersebut kita bisa mengembangkan sesuatu hal yang baru.
B. Tujuan penulisan CJR

1. Untuk memenuhi salah satu tugas Critical Journal Review Listrik Dan Elektronika
Otomotif
2. Menambah minat membaca.
3. Meningkatkan rasa ingin tau pembaca dalam hal-hal penelitian.
4. Menguatkan pembaca dengan hasil penelitian di dalam suatu penelitian.

C. Manfaat CJR

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya agar bisa
lebih sempurna
2. Melatih mahasiswa dalam membuat Critical Journal Review,dan
3. Menambah wawasan pembaca

D. Identifikasi Jurnal

JURNAL 1
1. Nama Journal : PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN MESIN
BUBUT TERHADAP KEAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS TIPE
BOHLER MO 1/2X4

2. Edisi Terbit : -
3. Pengarang Artikel : Sang Putu Fitrah Dewangga1 , Ny. Pasek Nugraha2 , Kd. Rihendra
Dantes3
4. Penerbit : -
5. Kota Terbit : Singaraja
6. Nomor ISSN : -
JURNAL 2
1. Nama Journal : ANALISA PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL
DAN VARIASI GERAKAN MAKAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN
PEMBUBUTAN DALAM MATERIAL ST50

2. Edisi Terbit : -
3. Pengarang Artikel : Muhammad Rif’at Hasan
4. Penerbit : Universitas Malang
5. Kota Terbit : Malang
6. Nomor ISSN : -

JURNAL 3

1. Nama Journal : Analysis of machining parameters effects on surface


roughness: a review

2. Edisi Terbit : -
3. Pengarang Artikel : A. Mahyar Khorasani
4. Penerbit : Mechanical Engineering Department, Iran University of Industries
and Mines (IUIM),
5. Kota Terbit : Iran
6. Nomor ISSN : -

JURNAL 4

1. Nama Journal : Mechanical Engineering Department, Iran University of


Industries and Mines (IUIM),

2. Edisi Terbit : -
3. Pengarang Artikel : Yufrizal. A1 , Eko Indrawan1 , Nofri Helmi1
4. Penerbit : International Conference on Education, Science and Technology
2019
5. Kota Terbit : Padang
6. Nomor ISSN : -
BAB 2
PEMBAHASAN

Jurnal 1 :
PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DANJENIS SUDUT PAHAT
PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA
KERJA BAJA EMS 45

RINGKASAN JURNAL 1 :

Beberapa bahan yang dibutuhkan dalam penelitian antara lain :

1. Baja EMS 45

2. Pahat insert sudut 35º, 55º, dan 80º


Alat penelitian

Beberapa alat yang akan digunakan dalam penelitian antar lain :

1. Penggaris

2. Gergaji

3. Kikir

4. Sarung tangan

5. Mesin gerinda

6. Mesin CNC SKT 160 LC

7. Alat pengukuran kekasaran (surface rounges tester) Mitutoyo SJ-301

Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode penelitian eksperimen.
Dimana baja EMS 45 akan diberi perlakuan pembubutan menggunakan kecepatan spindle
dan sudut pahat yang bervariasi. Setelah dilakukan pembubutan selanjutnya diuji nilai
kekasaran. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data kekasaran permukaan dari masing-
masing spesimen yang telah diberi perlakuan yang berbeda. Pengmambilan data pengujian
dilaksanakan di Laboratorium Training Center Universitas Diponegoro. Pengujian dilakukan
pada tiga titik disetiap spesimen. Dari tiga titik tersebut kemudian dikelompokkan dalam
tabel sehingga dapat dihitung rata-rata dari setiap spesimen. Hasil pengujian kekasaran
permukaan pada pembubutan EMS 45 dengan variasi kecepatan putar spindel (Rpm) dan
sudut pahat dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.Tabel 1 Hasil pengujian kekasaran

N Spesimen Rata-rata
o (Ra)
1 Baja EMS 45, sudut 35ᵒ, rpm 1,302
2000
2 Baja EMS 45, sudut 35ᵒ, rpm 1,266
2250
3 Baja EMS 45, sudut 35ᵒ, rpm 1,215
2500
4 Baja EMS 45, sudut 35ᵒ, rpm 1,111
2750
5 Baja EMS 45, sudut 35ᵒ, rpm 0,951
3000
6 Baja EMS 45, sudut 55ᵒ, rpm 3,854
2000
7 Baja EMS 45, sudut 55ᵒ, rpm 3,822
2250
8 Baja EMS 45, sudut 55ᵒ, rpm 3,804
2500
9 Baja EMS 45, sudut 55ᵒ, rpm 3,768
2750
1 Baja EMS 45, sudut 55ᵒ, rpm 3,730
0 3000
1 Baja EMS 45, sudut 80ᵒ, rpm 10,271
1 2000
1 Baja EMS 45, sudut 80ᵒ, rpm 9,091
2 2250
1 Baja EMS 45, sudut 80ᵒ, rpm 8,429
3 2500
1 Baja EMS 45, sudut 80ᵒ, rpm 7,407
4 2750
1 Baja EMS 45, sudut 80ᵒ, rpm 6,840
5 3000

Tabel 1 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan nilai kekasaran permukaan setiap


variasi yang dilakukan. Pada tabel tersebut nilai kekasaran spesimen dikelompokkan
berdasarkan besar sudut pahat yaitu 35º, 55º, dan 80º. Nilai kekasaran pada kelompok sudut
pahat 35º, pertama menggunakan Rpm 2000 mendapatkan nilai kekasaran 1,302 µm, nilai
kekasaran selanjutnya dengan Rpm 2250, Rpm 2500, Rpm 2750, dan Rpm 3000 mengalami
penurunan nilai kekasaran yaitu dari 1,266 µm, 1,215 µm, 1,111 µm, hingga 0,951 µm.

Kelompok kedua merupakan hasil nilai kekasaran dengan sudut pahat 55º. Nilai
kekasaran pertama dengan menggunakan Rpm 2000 mendapatkan nilai kekasaran 3,854
µm. Nilai kekasaran selanjutnya dengan Rpm 2250, Rpm 2500, Rpm 2750, dan Rpm
3000
mengalami penurunan nilai kekasaran yaitu dari 3,822 µm, 3,804 µm, 3,768µm, hinga
3,730µm.

Kelompok ketiga merupakan hasil nilai kekasaran dengan sudut pahat 80º. Nilai
kekasaran pertama dengan menggunakan Rpm 2000 mendapatkan nilai kekasaran 10,271
µm. Nilai kekasaran selanjutnya dengan Rpm 2250, Rpm 2500, Rpm 2750, dan Rpm 3000
mengalami penurunan nilai kekasaran yaitu dari 9,091 µm, 8,429 µm, 7,407 µm, hingga
6,840µm

Grafik pada gambar 1 menggambarkan nilai kekasaran terhadap kecepatan putar


spindle (Rpm) yang berbeda dari setiap spesimen dengan beda besar sudut pahat yang
berbeda. Penurunan nilai kekasaran dapat dilihat sebagai berikut :
GAMBAR 1 GRAFIK HASIL PENGUJIAN SPESIMEN BAJA EMS 45

Grafik pada gambar 1 merupakan grafik yang menunjukan pengaruh kecepatan putar
spindle (Rpm) dan sudut pahat terhadap hasil nilai kekasaran. Garis warna biru merupakan
kondisi kekasaran permukaan hasil pembubutan menggunakan sudut pahat 35º . Garis
warna orange merupakan kondisi kekasaran permukaan hasil pembubutan menggunakan
sudut pahat 55º. Garis warna orange merupakan kondisi kekasaran permukaan hasil
pembubutan menggunakan sudut pahat 80º. Berdasarkan grafik tersebut menunjukan bahwa
terjadi penurunan nilai kekasaran permukaan, penurunan signifikan terjadi pada pembubutan
dengan sudut pahat 35º, 55º, dan 80º

GAMBAR 2 GRAFIK NILAI KEKASARAN DENGAN SUDUT


PAHAT
35º
Gambar 3 Grafik nilai kekasaran dengan sudut pahat 55º

GAMBAR 4. GRAFIK NILAI KEKASARAN DENGAN SUDUT


PAHAT
80º

Gambar 2 sampai dengan gambar 4 menunjukkan nilai kekasaran spesimen


dikelompokkan berdasarkan kecepatan putar spindle (Rpm) dan sudut pahat. Berdasarkan
grafik tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai kekasaran

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini membuktikan bahwa kecepatan putar spindle (Rpm) dan sudut
pahat mempengaruhi nilai kekasaran permukaan. Nilai kekasaran pada masing-masing
spesimen menunjukkan nilai kekasaran yang berbeda. Nilai kekasaran paling rendah
didapatkan oleh
variasi sudut pahat 35º pada Rpm 3000, sedangkan nilai kekasaran paling tinggi didapatkan
oleh pembubutan variasi sudut pahat 80º pada Rpm 2000.

Pembubutan dengan menggunakan jenis sudut pahat untuk memperoleh nilai


kekasaran yang rendah seperti pendapat Pandu P. dan Yunus (2013: 56-64) yang menyatakan
bahwa sudut pahat sangat berpengaruh terhadap kekasaran. Perbedaan sudut pahat
menghasilkan kekasaran yang berbeda pula. Kekasaran terbaik atau terendah yang
dihasilkan masing-masing sudut pahat berturut-turut sebagai berikut. 75º : 80º ; 85º = 5.78
µm: 6.16 µm:
7.11 µm. kekasaran terendah diperoleh dari pengerjaan menggunakan sudut 75º. Hal ini
disebabkan semakin tajam sudut pahat akan semakin baik penyayatan benda kerja, sehingga
berpotensi menghasilkan kekasarn yang rendah. Nilai kekasaran (Ra) paling rendah pada
penelitian ini yaitu pada spesimen ke 5 dengan sudut pahat 35º pada Rpm 3000, sedangkan
nilai kekasaran paling tinggi pada spesimen ke 11 dengan sudut pahat 80º pada Rpm 2000.
Hal ini disebabkan karena semakin tajam sudut pahat yang digunakan maka akan semakin
baik penyayatan benda kerja, sehingga menghasilkan nilai kekasran yang rendah. Nilai
kekasaran permukaan dipengaruhi kecepatan putar spindle (Rpm) dan sudut pahat,
sedangkan parameter lain yang mempengaruhi seperti kedalaman pemakanan dan feeding
diasumsikan sama. Nilai kekasaran spesimen digolongkan oleh peneliti dengan
menggunakan ISO 1302 dalam satuan micronmeter (µm). Nilai-nilai kekasaran ditunjukan
pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel Kategori Nilai Kekasran Penelitian

No Spesimen Rata-rata kategori nilai


kekasaran
1 sudut 35ᵒ, rpm N6-N7
2000
2 sudut 35ᵒ, rpm N6-N7
2250
3 sudut 35ᵒ, rpm N6-N7
2500
4 sudut 35ᵒ, rpm N6-N7
2750
5 sudut 35ᵒ, rpm N6-N7
3000
6 sudut 55ᵒ, rpm N8-N9
2000
7 sudut 55ᵒ, rpm N8-N9
2250
8 sudut 55ᵒ, rpm N8-N9
2500
9 sudut 55ᵒ, rpm N8-N9
2750
10 sudut 55ᵒ, rpm N8-N9
3000
11 sudut 80ᵒ, rpm N9-N10
2000
12 sudut 80ᵒ, rpm N9-N10
2250
13 sudut 80ᵒ, rpm N9-N10
2500
14 sudut 80ᵒ, rpm N9-N10
2750
15 sudut 80ᵒ, rpm N9-N10
3000
Pada tabel 2 menunjukkan kategori nilai kekasaran spesimen berdasarkan tabel
konversi ISO 1302, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai kekasaran spesimen paling
rendah kategori N7. Kemudian nilai kekasaran spesimen paling tinggi pada kategori N9.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pengaruh kecepatan putar spindle
(Rpm) dan sudut pahat terhadap kekasaran permukaan pembubutan baja karbon EMS 45 dapat
disimpulkan bahwa besar kecepatan putar spindle (Rpm) dan sudut pahat mempengaruhi
kekasaran permukaan benda kerja baja karbon EMS 45. Nilai kekasaran dengan sudut
pahat35º, 55º, dan 80º serta variasi kecepatan putar spidle mengalami perbedaan yang
signifikan. Berdasarkan data nilai kekasaran (Ra) semakin kecil sudut pahat dan semakin besar
kecepatan putar spindle yang digunakan, maka nilai kekasaran yang diperoleh akan semakin
rendah. Dibuktikan dengan hasil nilai kekasaran paling rendah yaitu 0,951 µm dengan
menggunakan sudut 35º dan kecepatan putar spindle (Rpm).

Kecepatan putar spindle (Rpm) sangat berpengaruh terhadap kekasaran permukaan


pembubutan baja karbon EMS45. Berdasarkan data nilai kekasaran dengan variasi sudut pahat
yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan putar spindle (Rpm) yang
digunakan, maka menghasilkan nilai kekasaran yang rendah. Semakin rendah kecepatan putar
spindle (Rpm) yang digunakan makan nilai kekasaran yang dihasilkan semakin tinggi.
Jurnal 2 :
ANALISA PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN VARIASI GERAKAN
MAKANTERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN DALAM
MATERIAL ST50

Ringkasan Jurnal 2 :

Jenis penelitian yang digunakan adalahpenelitian eksperemental, yaitu cara yang


digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dari beberapa variabel yang sengaja
dimunculkan dengan menyisihkan variabel lain yang bisa mempengaruhinya. variasi
variabel bebas : Putaran Spindel (rpm)1000,1500,2000, 2500 (rpm) dan Gerak Makan 0,1,
0,15, 0,2, 0,25 (mm),.

Variabel Penelitian
Variable penelitian ada tiga macam, untuk memperjelas kedudukan antara variable penelitian maka
perlu ditentukan variabel penelitian sebagai berikut:

VARIABEL BEBAS
Variable bebas adalah variable yang ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian. Jenis dan besarnya variabel bebas diubah-ubah untuk mendapatkan hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat sehingga dapat diperoleh tujuan dari penelitian.
Dalam penelitian ini, variable bebas yang digunakan adalah:
1. Pengurangan diameter dalam benda kerja (dengan cara membubut diameter dalam
dari benda kerja dengan gerak makan sebesar @ (0,1, 0,15, 0,2, 0,25) (mm).

2. Putaran Spindel (rpm) 1000,1500,2000,2500 (rpm)


Variabel kontrol
Variabel yang dijaga konstan selama penelitian. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah
kecepatan potong (Vc) Telah ditentukan 0.254mm/min.
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung pada variabel bebasnya. Besarnya
variabel terikat dapat berubah sesuai dengan perubahan variabel bebas jika keduanya terdapat
hubungan secara langsung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah serta Variabel Terikat :
Kekasaran Permukaan (Roughnest).

Data hasil pengujian :

Tabel Perhitungan untuk Uji Anova DuaArah Tanpa Interaksi

Pemak Putaran Spindel (rpm) (j) R


T
an a
ot
(feedin t
al
g) (b) a
(
-
X
r
nj
a
)
t
a
(X
¯
nj)
10 15 20 25
00 00 00 00
r r r r
p p p p
m m m m
0,1 2.5 2.04 3 3,68 11, 2,
0 , 75 94
5
3
0,15 3,3 1,94 1 4,38 10, 2,
2 , 99 75
3
5
0,2 13, 2,54 1 1,05 18, 4,
46 , 53 63
4
8
0,25 18, 5,04 1 2,70 27, 6,
64 , 78 95
4
0
Total 37, 11,5 7 11,8 69, 17
Tjb 92 6 , 1 05 ,2
7 6
6
Rat 9,4 2,89 1 2,95 17,
a- 8 , 26
rata 9
(T¯jb) 4

Type II Sum Mea


of n
Source d F S
Squares f Squa i
re g.
Correct 190.3 6 31.7 1.819 .
ed 09a 18 2
0
1
Model
Interce 297.9 1 297. 17.091 .
pt 94 994 0
0
3
Feedin 45.48 3 15.1 .870 .
g 9 63 4
9
2
Putara 144.8 3 48.2 2.769 .
n 20 73 1
0
3
Error 156.9 9 17.4
23 36
Total 645.2 1
25 6
Correct 347.2 1
ed 31 5
Total

Tabel Hasil Uji Anova Dua Arah TanpaInteraksi (SPSS Ver.17)

Kesimpulan
1. Dari pnelitian kali ini ada perubahan kekasaran terhadap benda kerja, akan tetapi
tidak berpengaruh signifikan terhadapkekasaran benda kerja pendari Variasi Gerak
Makan dan Variasi Putaran pindel Mesin.
2. Nilai kekasaran maksimal adalah pada Ra :18,64 pada Variasi putaran 1000rpm
dengan Variasi pemakanan 0,25mm.
3. Nilai kekasaran terendah adalah pada Ra : 1,05 Variasi putaran 2500rpm dengan
Variasi pemakanan 0,2mm.
4. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada penelitian kali ini adalah Variasi
putaran 2500rpm dengan pemakanan 0,2mm serta Vc
=0,254mm/min.
5. Ditinjau dari perhitungan manual dan uji SPSS pengaruh Variasi Gerak Makan dan
Variasi Putaran Spindel Mesin terhadap kekasaran permukaan benda kerja, didapat
F tabel lebih besar dari F Hitung dan F Anova F1 hitung = 0,869 < Ftabel 3,86 dan
F2 hitung = 2,769
< Ftabel 3,86 dengan taraf signifikasi α : 5%.
Jurnal 3 :
PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN NESIN BUBUT TERHADAP
KEHAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS TIPE BOHLER MO 1/2X4

Ringkasan Jurnal 3 :

Penelitian
Objek penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah :
a. Menganalisa keausan tepi (vb)terhadap pahat.
b. Memvariasikan Putaran mesin bubut yaitu Rpm 330, Rpm 650,
Rpm 950
c. Menggunakan spesimen pembubutan yang berbeda yaitu Spesimen besi, aluminium, dan
kayu

Data Hasil Pengujian Keausan Tepi Pahat Setiap Rpm

RP
M
Spesimen 330 650 950
Besi 0,00 0,03 0,19

Aluminiu 0,01 0,02 0,04


m
Kayu 0,01 0,01 0,01

Dalam pengujian keausan tepi ini spesimen pembubutan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
spesimen yang berbeda yaitu,besi, aluminium, kayu. Dan putaran mesin bubut yang
divariasikan ada 3 (Tiga) putaran yang berbeda yakni, Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950.
Jumlahspesimen pembubutan dalam 1 (satu) jenis variasi putaran mesin bubut ialah
3 (tiga) jenis spesimen pembubutan berbeda yang telah ditentukan,sehingga pahat HSS Tipe
Bohler Mo 1/2X4 yang digunakan ada 9(Sembilan).
Grafik Hasil Pengujian

Pengujian Hipotesis

1. Terdapat perbedaan spesimen uji besi, aluminium, kayu pada prosespembubutan dengan
variasi putaran mesin bubut terhadap keusan pahat HSS tipe Bohler Mo 1/2X4 (p >
0,05).
2. Terdapat perbedaan putaran mesin bubut Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950 pada proses
pembubutandengan variasi putaran mesin bubut terhadap keusan pahat HSS tipe Bohler
Mo 1/2X4. (p > 0,05)
3. Terdapat interaksi antaraspesimen pembubutan denganputaran mesin bubut (p > 0,05)
4. Terdapat perbedaan keausanpahat pada spesimen Besi pada Rpm 330, dan spesimen
Aluminium pada Rpm 330. (p >0,05)
5. Terdapat perbedaan keausanpahat pada Rpm 330 pada spesimen Besi, dan Kayu. (p >
0,05).
6. Terdapat perbedaan keausanpahat pada Rpm 330 pada spesimen Aluminium, danKayu. (p
> 0,05)
7. Terdapat perbedaan keausanpahat pada Rpm 650 pada spesimen Besi, danAluminium.
8. Terdapat perbedaan keausan pahatpada Rpm 650 pada spesimen besi
a. , dan kayu (p > 0,05).

b. Terdapat perbedaan keausanpahat pada Rpm 650 pada spesimen aluminium,


dan kayu(p > 0,05).
9. Terdapat perbedaankeausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen besi, dan aluminium (p
> 0,05).
10. Terdapat perbedaankeausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen besi, dan kayu (p > 0,05).
11. Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen aluminium, dankayu
(p > 0,05).

Kesimpulan
Yang didapat dari penelitian ini adalah sebagaai berikut:
1. Variasi kecepatan putaran mesin bubut menunjukan bahwa terdapat adanya perbedaan
pada spesimen uji,hal ini membuktikan bahwa pada hasil proses pembubutan spesimen
yang menunjukanperbedaan spesimen yang signifikan.

2. Pada kecepatan mesin bubut menunjukan terdapatperbedaan pada putaran mesin bubut
pada proses pembubutan,hal inimembuktikan bahwa pada proses variasi kecepatan
putaran mesin bubutmenunjukan perbedaan hasil pembubutan yang signifikan.

3. Terdapat interaksi antara spesimen pembubutan dengan putaran mesin bubut yang
divariasikan.
Jurnal 4 :
Analysis of machining parameters effects on surface roughness: a review (Analisis efek
parameter pemesinan pada permukaankekasaran: review)
Ringkasan Jurnal 4 :
1. Perkenalan
Kekasaran permukaan memiliki pengaruh besar pada fungsi andal dari dua bagian
kawin. SEBUAH permukaan yang cukup baik diinginkan untuk meningkatkan sifat tribologi,
kelelahan kekuatan, ketahanan korosi, dan daya tarik estetika produk. Tujuan dari Proses
pemotongan logam tidak hanya untuk membentuk elemen mesin tetapi juga untuk pembuatannya
mereka sehingga mereka dapat mencapai fungsinya sesuai dengan geometris, dimensi,dan
pertimbangan permukaan. Karena meningkatnya permintaan akan produk berkualitas,insinyur
manufaktur menghadapi masalah sulit dalam meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan
kualitas (Karayel, 2009; Abouelatta dan Mádl, 2001; Arbizu dan Pérez, 2003). Dalam industri
modern, tujuannya adalah untuk memproduksi dengan biaya rendah, kualitas tinggi produk
dalam waktu singkat. Sistem manufaktur otomatis dan fleksibel digunakan untuk tujuan itu
bersama dengan peralatan mesin yang mampu mencapai akurasi tinggi dan waktu proses yang
sangat rendah (Choudhury dan El-Baradie, 1997).Survei literatur tentang kekasaran permukaan
mengungkapkan bahwa upaya tertentu telah dilakukan untuk penentuan model yang paling tepat
untuk prediksi kekasaran permukaan. Kebanyakan Para peneliti telah mengusulkan metode
regresi berganda dan berbasis AI untuk memprediksi kekasaran permukaan (Davim, 2001; Dimla
dan Dimla, 1999).Setiap parameter pemesinan dapat menghasilkan kualitas permukaan yang
buruk tetapi bervariasi salah satunya juga berdampak pada yang lain, yang selanjutnya
memperburuk kualitas permukaan. Pengambilan Mempertimbangkan bahwa operasi
penggilingan adalah proses pemotongan multi-titik, masalahnya menjadi lebih kompleks.
Mempertimbangkan semua hal di atas, kesimpulan ini bisa ditarik bahwa setiap upaya untuk
mempelajari fenomena dan secara eksperimental memverifikasi temuan harus mengacu hanya
pada kombinasi benda kerja, pemotongan dan perkakas mesin yang diberikan.Menurut model
teoritis, gaya pemotongan tergantung pada area chip, itu jalur pahat, material, properti pahat, dan
beberapa ditentukan secara eksperimental konstanta. Batasan terkait daya yang tersedia,
mekanisme fraksi chip, dankarakteristik dinamis dari benda kerja (misalnya, alat pemotong dan
sistem mesin) memiliki berdampak pada kondisi pemotongan, yang tercermin pada kekasaran
permukaan dan permukaan
tekstur (Benardos dan Vosniakos, 2002). Namun, proses pengerjaannya sangat kompleks dan
tidak mengizinkan pemodelan fisik analitik murni (Alauddin et al., 1995; Baek et al., 1995). Jadi,
model eksperimental dan analitis, atau yang disebut eksplisit (empiris) model yang
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan konvensional seperti teknik regresi statistik,
tetap menjadi alternatif untuk pemodelan proses pemesinan (Kim dan Chu, 1999; Fuh dan Wu,
1995; Lee et al., 2001).Mekanisme di balik pembentukan kekasaran permukaan sangat rumit dan
tergantung proses, oleh karena itu sangat sulit untuk menghitung nilainya melalui analitik
rumus.Berbagai model teoritis yang disajikan kurang akurat dan hanya diterapkan untuk berbagai
proses dan kondisi pemotongan yang terbatas atau harus digunakan bersama dengan diagram dan
tabel statistik yang tidak jelas. Akibatnya, memilih pemotongan yang sesuai kondisi telah
berkontribusi pada minimalisasi waktu dan biaya yang dibutuhkan. Apalagi itudapat digunakan
untuk menentukan kondisi pemotongan yang sesuai dan menghasilkan yang diinginkankekasaran
permukaan (Benardos dan Vosniakos, 2002).Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk meninjau
parameter pembubutan dan penggilingan yang efektif pada kekasaran permukaan yang diusulkan
oleh para peneliti, karena ini adalah pemotongan yang paling umum proses. Penyajian setiap
parameter beserta kelebihannya dan kekurangan membantu baik peneliti maupun teknisi dengan
menyediakan kompak namun memadai informasi untuk memilih salah satu yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kebutuhan spesifik mereka.
2 Mengkategorikan parameter
Baru-baru ini, beberapa upaya telah dilakukan untuk menentukan pemesinan yang optimal
parameter untuk mencapai kekasaran permukaan minimum dari penyesuaian offline atau online
kontrol adaptif. Upaya ini dikategorikan menjadi enam bagian utama: peralatan mesin,properti
benda kerja dan pahat, pemotongan, parameter termal dan dinamis (lihat Gambar 1). Dipada
bagian berikut, deskripsi masing-masing parameter diberikan secara singkat.

Gambar 1 Enam kategori utama yang mempengaruhi kekasaran permukaan

2.1 Parameter pemotongan


Dalam kategori ini penekanan ada pada aspek-aspek tertentu yang ditarik dari teori
pemesinanseperti kedalaman potong, laju umpan, langkah melangkah, kecepatan spindel, arah
umpan, dan rasio dari lebar pemotongan hingga diameter pahat.
Benardos dan Vosniakos (2002) memprediksi kekasaran permukaan pada milling muka CNC
menggunakan jaringan saraf dan desain eksperimen Taguchi. Model mereka telah berkembang
berdasarkan parameter pemotongan seperti kecepatan spindel, laju pengumpanan, rasio lebar
pemotongan terhadap diameter pahat, dan kedalaman potong. Material benda kerja yang
digunakan adalah seri dua paduan aluminium. Investigasi mereka menunjukkan bahwa
kedalaman pemotongan mempengaruhi kualitas permukaan secara tidak langsung. Meningkatkan
kedalaman pemotongan akan meningkatkan pemotongan perlawanan. Eksperimen mereka
menunjukkan bahwa laju umpan meningkatkan kekasaran permukaan.Selama face milling saat
kecepatan potong
melebihi kisaran edge yang dibangun pembentukan, peningkatan kecepatan potong menunjukkan
secara umum meningkatkan kualitas permukaan.Faktor ini bekerja sama dengan kedalaman
pemotongan.Kekasaran permukaan dan deviasi dimensi telah diprediksi dengan pengukuran gaya
potong dan getaran dalam proses belok oleh Risbood et al. (2003). Pemotongan kecepatan, laju
umpan dan kedalaman potong dipilih sebagai input dan benda kerjanya adalah baja bar. Terlihat
bahwa panjang dan diameter batang baja tidak signifikan berpengaruh pada kekasaran
permukaan dibandingkan dengan kecepatan potong, laju umpan dan kedalaman potong.
Dengan pengurangan laju umpan, tindakan pelepasan chip ditingkatkan dan berkualitas tinggi
permukaan diperoleh. Tetapi pada feed rate yang lebih tinggi, kualitas permukaan memburuk.
Prediksi face milling kekasaran permukaan menggunakan algoritma genetika telah dilakukan
oleh Brezocnik dkk. (2004). Kecepatan spindel, laju umpan, kedalaman potong, dan getaran
digunakan sebagai variabel input independen, sedangkan kekasaran permukaan digunakan
sebagai dependen variabel keluaran. Percobaan dilakukan di pusat permesinan vertikal CNC. Itu
Material benda kerja yang dipilih untuk penelitian ini adalah paduan aluminium Al 6061. Feed
rate ditemukan sebagai parameter paling efektif pada perubahan kualitas permukaan.
Mohd Zain dkk. (2010) memprediksi kekasaran permukaan pada penggilingan akhir
menggunakan jaringan saraf tiruan. Desain faktorial eksperimen terintegrasi dengan teknik
regresi digunakan dalam mengembangkan model kekasaran permukaan dalam kaitannya dengan
parameter pemesinan utama (yaitu, kecepatan potong dan laju pengumpanan). Sebagai hasil dari
prediksi, kombinasi kondisi pemotongan yang disarankan untuk mendapatkan permukaan terbaik
Nilai kekasaran adalah penggunaan kecepatan potong tinggi dengan feed rate rendah dan radial
sudut penggaruk.Fisher dan Elrod (1971) mengerjakan kekasaran permukaan sebagai fungsi
geometri pahat dan memberi makan. Mereka menentukan laju umpan sebagai salah satu faktor
penting pada kekasaran permukaan.Selain itu, pencarian mereka menggambarkan bahwa
kekasaran permukaan meningkat dengan bertambahnya pakan menilai.
Azouzi dan Guillot (1997) menggunakan laju umpan dan kecepatan spindel sebagai masukan
untuk prediksi online kekasaran permukaan dan deviasi dimensi dalam belokan. Di mereka
demonstrasi permukaan halus diperoleh dengan kecepatan spindel tinggi dan rendah tingkat
pakan. Evaluasi statistik dari kekasaran permukaan dan hubungannya dengan pemotongan
parameter dalam belokan dilakukan oleh Nassirpour dan Wu (1997). Juga,Hasil Nassirpour
menunjukkan bahwa kondisi pemotongan merupakan faktor yang paling menonjol yang
memiliki
efek penting pada kekasaran permukaan. Abouelatta dan Madl (2001), berdasarkan parameter
pemotongan operasi pembubutan, menyelidiki prediksi kekasaran permukaan model. Mereka
menyatakan laju umpan, kecepatan spindel, dan kedalaman potong sebagai yang paling
signifikan parameter yang mempengaruhi kekasaran permukaan. Efek dari geometri cutting
edge,kekerasan benda kerja, laju umpan dan kecepatan potong pada kekasaran permukaan dan
gaya potong dalam pembubutan akhir baja AISI H13 yang mengeras telah diselidiki oleh Ozel
dkk. (2005).Mereka menegaskan bahwa, dalam pemesinan benda kerja keras, dengan
meningkatkan laju umpan kekasaran permukaan meningkat sementara, dalam pemesinan benda
kerja lunak, laju umpan meningkat tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap kekasaran.
Model pemeriksaan kekasaran permukaan dengan sistem vision saat berbelok diusulkan oleh Lee
et al. (2004).
Parameter pemotongan adalah laju umpan, kecepatan spindel dan kedalaman memotong. Bahan
benda kerja adalah S45C. Beberapa uji verifikasi telah menunjukkan bahwa kesalahan absolut
maksimum antara kekasaran permukaan yang diukur dengan sistem penglihatan dan yang diukur
dengan alat stylus kurang dari 14,96%.Investigasi eksperimental efek parameter pemotongan
pada gaya pemotongan dan Kekasaran permukaan pada pembubutan keras akhir baja MDN250
dilakukan oleh Lalwani et al. (2008). Kecepatan potong, laju umpan dan kedalaman potong
dipilih sebagai input. MDN250 baja digunakan sebagai material benda kerja. Hasil gambaran
kekasaran permukaan yang memadai dapat dicapai bila kecepatan potong dan kedalaman potong
disetel lebih dekat ke level tingginya dan laju umpan berada pada level rendah dari rentang
eksperimental.

Properti alat
Sifat pahat mempengaruhi kekasaran permukaan, oleh karena itu dalam kategori ini sifat pahat
seperti itu seperti jari-jari hidung, keausan pahat, sudut, bentuk dan bahan dibahas.Selain itu,
parameter pemotongan seperti sudut rake radial telah dipilih sebagai masukan oleh Mohd Zain
dkk. (2010). Sebagai hasil prediksi, kombinasi yang disarankan dari kondisi pemotongan untuk
mendapatkan nilai kekasaran permukaan terbaik adalah kecepatan tinggi dengan kecepatan
rendah laju umpan dan sudut rake radial.
Gambar 2 Pengaruh jari-jari hidung terhadap kekasaran permukaan (a) 0,4 jari-jari hidung dengan kedalaman 0,5 mm keluar
(b) 0,8 jari-jari hidung dengan kedalaman keluar 0,5 mm (c) 1,2 jari-jari hidung dengan kedalaman 0,5 mm dari keluar

4. Kesimpulan
Makalah ini menunjukkan survei studi sebelumnya tentang menentukan pemesinan yang efektif
parameter yang mempengaruhi kekasaran permukaan.Metode berbasis AI untuk pemantauan
online seperti, jaringan saraf dan genetik Algoritma telah dibahas dalam tulisan ini. Pendekatan
ini biasanya didasarkan pada informasi sensor respons pemesinan dalam pemantauan offline atau
online. Sebelumnya pengetahuan dapat diperoleh dari data buku pegangan pemesinan atau
pengalaman dan pengetahuan tentang operator. Tabel 1 mengilustrasikan semua kategori
kekasaran permukaan yang efektif dalam pembubutan dan penggilingan proses. (Tenaga alat
mesin,ketidakseimbangan spindel, pemilihan bahan alat yang tidak sesuai, bentuk pahat dan
sudut pahat, penurunan radius nose dan keausan pahat menambah tiga komponen gaya potong
dan getaran.) Meningkatkan gaya potong dan getaran mempengaruhi permukaan kekasaran.
Jurnal 5 :

Analysis Comparative Feeding Variation To Quality Surface Processes


Blocking Equipment Of Ems Steel 45on Cnc Latheing Machine (Analsis Variasi
Pengumpanan Kompratif Terhadap Proses Permukaan Kualitas Peralatan Mesin Bubut
EMS Steel 45on CNC)

Ringkasan Jurnal 5 :

Kekasaran permukaan benda akibat berubah menjadi permintaan harus diperhatikan masing-
masing operator bubut, karena kekasaran permukaan komponen mesin mempunyai pengaruh
pada rangkaian mesin seperti masalah keausan, ketahanan terhadap kelelahan dan sebagainya.
Tingkat permukaan Kekasaran komponen mesin yang tinggi dapat menyebabkan keausan yang
cepat, sehingga komponen mesin tersebut pecah turun dengan cepat dan akhirnya efisiensi kerja
menurun dan tidak efisien waktu.Perkakas bubut dan proses pemesinan merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan keberhasilan suatu mesin bubut proses pemesinan. Geometri
pahat, terutama sudutnya, harus dipilih dengan benar sesuai jenis material benda kerja, material
perkakas, dan kondisi pemotongan, sehingga temperatur pemotongan akan berkurang, dan akan
diperoleh hasil yang memiliki akurasi dan kehalusan tinggi. Mekanika proses pemotongan logam
memerlukan parameter yang melibatkan kondisi pemotongan dan geometri dan kemampuan
alat pemotong. Semakin besar kecepatan potong, semakin besar tenaga mesin konsumsi.
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan observasi langsung ntuk
menentukan pengaruh variasi sudut pemotongan utama dan pengumpanan pada kekasaran permukaan yang
dihasilkan dari proses finishing pembubutan datar pada benda kerja. Sebelum proses pembubutan, benda kerja
harus pertama dipotong sesuai dengan dimensi perencanaan dan penajaman pahat untuk membentuk
pemotongan utama sudut yang akan divariasikan. Setelah pemotongan dan penggilingan, kemudian setel benda
kerja dan pahat pada CNC ET120 bubut

Hasil

Data Penelitian
Berdasarkan data pengukuran kekasaran permukaan menggunakan Surface Tester Mitutoyo SJ-201Palat ukur
pada spesimen baja EMS 45 dari hasil pengerjaan proses bubut pipihmenggunakan mesin bubut CNC dengan
variasi feeding didapatkan data pengukuran sebagai berikut:

Hasil Uji Kekasaran Permukaan Menggunakan Variasi Feeding dengan Constan Cut Speed (G96)

Tabel 1. Hasil pengujian kekasaran data

Proses pembubutan dengan variasi feeding G94 pada nilai feeding 0,3048 mm / menit
menggunakan spindelkecepatan putaran (G96) = 18 m / menit, diperoleh rata-rata kekasaran
permukaan (ΣRap) = 3.97µm, sedangkanVariasi pengumpanan G95 dengan nilai pengumpanan
0,3048 mm / put didapat dari rata-rata permukaan kekasaran (ΣRap) = 4.41µm, dengan kelas
kekasaran permukaan yang sama dengan N8.Variasi feeding G94 dengan nilai feeding 0,3821
mm
/ menit dengan kecepatan putaran spindel (G96) = 18 m / menit, diperoleh kekasaran permukaan
rata-rata (ΣRap) = 3,26 µm, sedangkan untuk variasi G95 feeding dengan nilai feeding 38 mm /
put, harga kekasaran permukaan (ΣRap) = 3,20 µm, dengan kelas kekasaran permukaan yang
sama, N8. Tingkat kekasaran yang dicapai adalah N8 (angka kekasaran ISO). Dari tabel di atas
nilai rata-rata kekasaran dihitung berdasarkan variasi pemberian pakan masing-masing spesimen,
kemudian grafik nilai kekasaran permukaan dari masing-masing pengumpanan sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik kekasaran variasi pakan


dengan kecepatan potong G96

Hasil Uji Kekasaran Permukaan Menggunakan Variasi Pemberian Makan dengan Kecepatan Langsung
Jumlah Ternyata (G97)
Tabel 2. Hasil pengujian kekasaran data

Pengujian pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata kekasaran permukaan pada variasi
pemberian pakan G94 dengan nilai feeding 0,3048 mm / menit menggunakan kecepatan potong
G97 adalah (ΣRap) = 5,03 µm, pada detik spesimen variasi feeding G95 dengan nilai feeding 30
mm / put, menggunakan cutting speed G97
diperoleh harga kekasaran permukaan (ΣRap) = 5.34µm, dengan kelas kekasaran permukaan
N9.Sedangkan pada benda uji dengan variasi feeding G94 dengan nilai feeding 38 mm / menit
menggunakan kecepatan potong G97, harga kekasaran permkaan rata-rata adalah (ΣRap) =
3.46µm, dengan permukaan N8 kelas kekasaran. Sedangkan nilai kekasaran pada variasi
parameter pengumpanan G95 yaitu 38 mm / put feeding value, menggunakan kecepatan potong
G97 adalah (ΣRap) = 7.57µm, pada kelas kekasaran N9. Dari tabel di atas nilai rata-rata
kekasaran dihitung berdasarkan variasi pemberian pakan masing-masing spesimen.

Diskusi
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Perbandingan kekasaran dengan variasi feeding G94 / G95 dengan kecepatan potong G96
(constan kecepatan memotong). Dari hasil yang diperoleh, rata-rata nilai kekasaran pengguna
pakan G95 Variasi lebih rendah (lebih baik), dibandingkan harga kekasaran rata-rata dengan
variasi pakan G94. Dengan tingkat kekasaran yang sama, yaitu N8.
• Hasil pengujian kekasaran dengan variasi pengumpanan G94 / G95 dengan kecepatan potong
G97 (kecepatan potong konstan jumlah putaran). Dalam hal ini variasi pemberian pakan G94
menghasilkan nilai kekasaran permukaan rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan nilai
kekasaran yang diperoleh dari pembubutan proses menggunakan variasi feeding G95. Dengan
nilai tingkat kekasaran yaitu N8

Kesimpulan

Untuk menghasilkan tingkat kehalusan permukaan yang paling rendah dapat dilakukan dengan
memilih feeding G95 variasi dan variasi kecepatan cating G96 diperoleh nilai kekasaran sebesar
3,20 rpm dengan
bahan pahat karbida. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses produksi
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Variasi kecepatan putaran mesin bubut menunjukan bahwa terdapat adanya perbedaan
pada spesimen uji,hal ini membuktikan bahwa pada hasil proses pembubutan spesimen yang
menunjukanperbedaan spesimen yang signifikan.

Pada kecepatan mesin bubut menunjukan terdapatperbedaan pada putaran mesin bubut
pada proses pembubutan,hal inimembuktikan bahwa pada proses variasi kecepatan
putaran mesin bubutmenunjukan perbedaan hasil pembubutan yang signifikan.

kecepatan putar spindle (Rpm) dan sudut pahat mempengaruhi kekasaran permukaan
benda kerja.Berdasarkan data nilai kekasaran dengan variasi sudut pahat yang digunakan,
dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan putar spindle (Rpm) yang digunakan, maka
menghasilkan nilai kekasaran yang rendah. Semakin rendah kecepatan putar spindle (Rpm)
yang digunakan makan nilai kekasaran yang dihasilkan semakin tinggi.

Saran
Untuk lebih bisa memahami variasi keceapatan potong bubut ini,penluis menyarankan agar lebih
banyak mencari refernsi lain untuk mendukung data yang ada agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Aji Wibowo. 2010. Pengaruh Variasi Putaran Spindle dan Bahan Pahat terhadap
Kehalusan Surface Baja EMS 45 pada Mesin CNC TU-2A dengan Program Absolut ”.
Skripsi, LP2M Universitas Negeri Semarang.
A, Zubaidi, I. Syafa'at, Darmanto. 2012. “Analisi Spengaruh Kecepatan Putar dan Kecepatan
Pemakanan Terhadap Kekasaran Surface Material FCD 40 pada mesin CNC ”. Jurnal
Momentum Fakultas Teknik. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Daswarman. 2012. Material Teknik. Padang: Universitas Negeri Padang.
Emco (1988), Petunjuk Pemrograman dan Pelayanan EMCO TU-2A, Austria: EMCO MAIER &
Bersama.
Munaji, Sudji, 1980, Dasar-Dasar Metrologi Industri, proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.
Paridawati. (2015). Pengaruh Kecepatan dan Sudut Potong Terhadap Kekasaran Benda
Kerja Pada Mesin Bubut. Bekasi: Universitas Islam 45 Bekasi.
Sriati Djaprie. 1993. (BH Amsterad, Philip F. Ostwald & Myron L. Begeman. Terjemahan).
Proses Manufaktur Edisi ke-7. Texas: Jhon Wiley & Sons, Inc. Buku asli diterbitkan
tahun 1979.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Taufiq Rochim. 1993. Teoridan Teknologi Proses Pemesinan . Bandung: Lab. Teknik Produksi
Jurusan Teknik Mesin ITB.
Widarto. (2008). Teknik Pemesinan . Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Wirawan Sumbodo, dkk. 2008. Teknik Produk Mesin Industri Jilid 2 . Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Yufrizal A. 1993. “Teknologi Proses Pemesinan Dasar-dasar Pengetahuan Mesin Bubut” .
Padang: FPTK IKIP Padang

Anda mungkin juga menyukai