Anda di halaman 1dari 69

TUGAS AKHIR

STUDI KASUS SISTEM PELUMASAN DAN


PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM
KOMPONEN MESIN

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh :

NAMA : R. BUDI MULYAWAN


NIM : 4130411-081

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir

STUDI KASUS SISTEM PELUMASAN DAN


PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM
KOMPONEN MESIN

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S1)

Laporan Tugas Akhir ini Telah Diteliti & Disetujui :


Oleh :

Jakarta, September 2008


Mengetahui
Pembimbing Ka Prodi Teknik Mesin

(Nanang Ruhyat, ST, MT) (Ir. Rully Nutranta M. Eng)


ABSTRAKS

Dalam industry otomotif, efisiensi dan efektifitas kinerja mesin

kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kondisi minyak lumas yang

digunakan. Salah satu parameter penting yang digunakan untuk mengetahui

kualitas minyak lumas diantaranya adalah Viskositas, TBN, Water Content

dan lain-lain. Proses penggantian minyak lumas mesin secara konvensional

yang menggunakan pedoman jarak tempuh dan waktu pemakaian yang

dirasakan masih kurang akurat, sehingga diperlukan suatu alat ukur

parameter-parameter yang ada dan dapat memantau kualitas minyak lumas

secara kontinyu pada saat mesin dijalankan untuk memperoleh waktu

penggantian minyak lumas yang tepat.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T.

yang telah melimpahkan rahmat-NYA kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan laporan tugas akhir ini, sebagai persyaratan akademis

program Teknik Mesin Universitas Mercu Buana.

Kami mengambil judul dalam tugas akhir yaitu STUDI KASUS SISTEM

PELUMASAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM KOMPONEN

MESIN yang kami dapat dalam program Cut-Way Engine bersama kawan-

kawan Angkatan V Tahun 2007/2008, dan secara adil sudah mendapat

masing-masing judul tugas akhir.

Penyusunan laporan tugas akhir ini tentunya masih jauh dibilang

sempurna, tetapi penulis berusaha semaksimal mungkin untuk dapat

menyelesaikan dengan kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang ada.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberikan baik secara moral maupun

materiil atas selesainya laporan tugas akhir, terutama kepada :

1. Bapak Ir. Rulli Nutranta, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Universitas Mercu Buana.

2. Bapak Nanang Ruhyat, ST,MT, selaku Pembimbing Utama Tugas Akhir

Program Teknik Mesin, Universitas Mercu Buana.

3. Dosen-dosen Program Studi Teknik Mesin UMB

4. Istri dan Seluruh Keluarga yang selalu memberikan semangat.


ii
5. Kedua Orang Tua

6. Seluruh Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Mercu

Buana yang khususnya telah membantu dan.Rekan-rekan kerja di Ditjen

Migas.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun dan membimbing kearah

yang lebih sempurna selalu diharapkan. Demikian, semoga amal kebaikan

dan bimbingan yang diberikan kepada penulis mendapat pahala yang

setimpal dari Allah S.W.T dan semoga dapat bermanfaat bagi yang

memerlukannya.

Jakarta, September 2008

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKS......................... i

KATA PENGANTAR . ii-iii

DAFTAR ISI .... iv-vi

DAFTAR NOTASI.. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................... 2

1.3 Pembatasan Masalah.. 2

1.4 Metode Penulisan.................... 3

1.5 Jadual Pelaksanaan 4

1.6 Sitematika Penulisan 7

BAB II TEORI UMUM SISTEM MINYAK LUMAS

2.1 Fungsi Sistem Minyak Lumas.... 9

2.2 Jenis Sistem Minyak Lumas.......................................... 10

2.3 Syarat Minyak Lumas . 12

2.4 Prinsip Minyak Lumas.......................... 15

2.5 Susunan Minyak Lumas............ 16

2.6 Tingkat Kekentalan dan Klasifikasi Minyak Lumas. 20

2.7 Pompa Oli (Oil Pump) 24

2.8 Saringan Minyak Lumas..... 26

iv
BAB III ANALISA OLI DARI DATA LAB. DAN PERHITUNGAN

PEMILIHAN MINYAK LUMAS

3.1 Analisa Oli......... 28

3.3.1 Total Nilai Basa (Total Base Number-TBN) 28

3.3.2 Angka Asam Total (Total Acid Number-TAN). 31

3.3.3 Viskositas Indeks (VI). 31

3.3.4 Titik Tuang (Pour Point). 31

3.3.5 Titik Nyala (Flash Point).. 32

3.3.6 Specific Gravity -(SG). 33

3.3.7 Sidik Jari Pelumas (Spektrometri

Inframerah Transformasi-FTIR). 34

3.3.8 Viskositas.. 35

3.3.9 Kandungan Air (Water Content). 36

3.3.10 Keausan Metal (Wear Metal) 37

3.3.11 Kandungan Metal (Metal Content).. 37

3.2 Perhitungan Pemilihan Minyak Lumas................... 39

BAB IV KASUS YANG TERJADI AKIBAT DARI KEGAGALAN


MINYAK LUMAS

4.1 Penyebab Kegagalan Minyak Lumas. 50

4.4.1 Crek pada posisi di Hole Oil Jet... 50

v
4.4.2 Crek Posisi di Ruang Bakar .... 51

4.4.3 Aus pada Posisi Big-End. 51

4.4.4 Aus pada Posisi Main Shaft 52

4.4.5 Scruth / Baret pada Posisi Liner/Boring...... 52

4.4.6 Blok Mesin Kondisi Berkerak........ 53

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan......... 54

5.2 Saran.. .. 56

DAFTAR PUSTAKA :

LAMPIRAN :

vi
DAFTAR NOTASI

Co = Kapasitas Minyak Lumas = m3/jam


Cp = Kapasitas Panas Molas Gas Hasil
Gas Buang = w
Hcp = Diameter Pena Engkol = mic
hmin = Tebal Minimum lapisan Minyak Lumas = mic
I = Lebar Gigi = mm
Lcp = Panjang Pena Engkol = mic
M2 = Jumlah Mole Campuran Udara
Nop = Daya Pompa Minyak Lumas = W
Pembakaran Pada Tekanan Konstan = J /K mole C
Pmax = Tekanan maksimum = N/m2
Po = Tekanan Pompa = N/m2
Qgas = Energi Panas yang Terbawa oleh
Qoil = Energi Panas yang Terbawa Oli Pendingin = W
Toli = Berat Jenis Rata-rata Minyak Lumas
toli.in = Temperatur Minyak Lumas = C
Vd = Viskositas Dinamik Minyak Lumas = lb.sec/m2
Wo = Tekanan Spesifik Minyak Lumas = m3/kw.hr
yang digunakan = N/m3
= Radial Clearance = mic
= Kecepatan Sudut Poros = rad/s
cp = Diameter Clearance = mic
Bahan Bakar = k.mole

vii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang teknologi yang terus meningkat dalam

berbagai bidang khususnya dalam bidang otomotif. Dimana teknologi

otomotif merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Sehubugan hal tersebut di atas minyak lumas salah satu

memegang peranan penting dalam kebutuhan otomotif sehari-hari. Dapat

dibayangkan bila suatu mesin mobil sistem minyak lumasnya mengalami

gangguan dan atau tidak bekerja dengan baik, maka tinggal tunggu

saatnya mesin mobil tersebut akan mengalami kerusakan yang cukup

parah.

Minyak lumas merupakan kebutuhan utama dalam dunia otomotif,

kejelian memilih minyak lumas juga berarti menentukan kinerja/performa

dan daya tahan mesin kendaraan. Karena selain sebagai minyak lumas,

juga berfungsi sebagai pendingin, pembersih, anti karat dan pembersih

komponen mesin mobil.

Oleh Sebab itu penulis dalam tugas akhir membuat judul yang

berhubungan dengan sistem minyak lumas yaitu Studi Kasus Sistem

1
Minyak Lumas dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Komponen Mesin

pada motor bensin Toyoto Kijang 5K Tahun 1997, dari ini semua

diharapkan dapat memberikan informasi dengan jelas betapa besar

kegunaan dan pengaruhnya oli terhadap komponen-komponen sebuah

mesin mobil.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin diharapkan penulisan tugas akhir adalah agar

dapat memberi gambaran dengan jelas mengenai betapa besar kegunaan

dan pengaruhnya minyak lumas terhadap komponen sebuah mesin.

Disamping itu pengetahuan tentang minyak lumas juga perlu diketahui

sehingga untuk memilih dan menggunakan minyak lumas yang baik dan

benar untuk kendaraan, merupakan langkah yang tepat untuk merawat

mesin dan komponen kendaraan.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam tugas akhir ini penulis hanya membahas pengaruh minyak

lumas/oli terhadap komponen-komponen mesin yang meliputi:

- Cara kerja sistem minyak lumas

- Alat-alat uji parameter oli dan analisa

2
- Diagnosa gangguan minyak lumas pada kendaraan

1.4 Metode Penulisan

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan

tugas akhir adalah:

1. Perpustakaan,

Dengan mencari dan mempelajari buku-buku yang berhubungan

dengan tugas akhir.

2. Visit Lapangan

- Wawancara Kepala Teknik Mesin pada Perusahaan Angkutan

Parawisata untuk mengetahui cara kerja dan gangguan yang sering

dialami sistem minyak lumas pada mesin.

- Mencari data atau referensi mengenai minyak lumas di PPPT GMB

LEMIGAS, Cipulir Jakarta.

3. Metode Dokumentasi

Metode dengan cara mengumpulkan data-data gambar baik berupa

hasil foto maupun fotokopi mengenai minyak lumas /oli.

3
1.5 Jadual Pelaksanaan

Berdasarkan metode penelitian yang telah di jelaskan pada bagian

sebelumnya, penelitian dalam studi kasus ini di jadualkan untuk

dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan dan secara garis besar dibagi

ke dalam lima tahap,yang meliputi :

Tahap 1, yaitu persiapan penelitian dalam studi kasus, yang

mencakup aktivitas penentuan tujuan dalam penelitian,mencari

landasan teori, serta identifikasi komponen-komponen dari setiap

referensi atau penelitian studi kasus sistim minyak lumas tersebut.

Tahap 2, yaitu studi pendahuluan, studi pengamatan terhadap

sistim kerja komponen-komponen serta pemilihan cut-way sebagai

media simulasi minyak lumas sebagai rancangan studi

pendahuluan.

Tahap 3, yaitu perancangan,yang mencakup indetifikasi data yang

di perlukan ,indentifikasi cara pengumpulan data dan indentifikasi

sampel dan penelitian,.Pada tahap ini akan dilakukan pembahasan

sistim minyak lumas yang telah di simulasikan oleh alat yang di

buat yaitu cut-way engine

Tahap 4, yaitu aplikasi pemilihan jenis oli terhadap komponen

mesin yang kemudian secara prinsip kerja akan di simulasikan

dengan media cut-way yang sudah dibuat atau selesai

4

Tujuan
Landasan
penelitian:studi

khasus analisa oli teori

dan pengaruh oli
terhadap komponen
mesin


Indentifikasi Variabel-variabel
penelitian : Identifikasi
Carakerjasistimminyak
Parameter oli
lumas terhadap kasus
yang terjadi
Dataparameteroli
pada system
Kasusyangterjadipada
minyak lumas
systemminyaklumas



STUDIPENDAHULUAN
Observasi obyek Survey Lokasi

penelitian Pabrikasi cut-



way untuk
Studi
media simulasi
Dokumentasi,obyek
penelitian
Pabrikasi

:pustaka,website/inte Pemilihan cut-way
rnet,visit aplikasi oli
Pencaria data
pendukung
sistim minyak

Indentifikasi lumas Simulasi awal
cut-way,dan
komponen
proses kerja
terhadap
kerja oli Verifikasi sistim minyak
contoh data lumas


KESIMPULANPENGUJIANAWAL
Hasil analisa
penelitian
akhir Kreteria
minyak
sistim Running Test keberhasilan
Kondisi Setelah
terhadap
lumas
Awal Pengujian simulasi cara proses sistim
contoh kasus yg minyak lumas
kerja oli
terjadi pada mesin


Perhitungan
tingkat
Saran dan Perbaikan dan
keberhasilan
Perbaikan modifikasi cut-
way dalam pemilihan
minyak lumas

Gbr1.1.MetodologiPenelitianyangditerapkan

5
Tahap 5, yaitu pengolahan contoh data pada studi kasus yang

terjadi pada sistim minyak lumas dan pengujian awal mesin cut-way

yang mencakup aktifitas persiapan data, karakteristik obyek

penelitian dan proses transfer teknologi beserta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Hal ini di maksudkan untuk mendapatkan

desain rancangan cut-way dan contoh data awal dalam penelitian

karakteristik oli terhadap komponen mesin.

Tahap 6, yaitu penyusunan laporan akhir,yang mencakup aktifitas

analisa dan penarikan kesimpulan dari pola dan ritme sistem

minyak lumas yang telah di simulasikan oleh mesin cut-way serta

hasil aplikasi. Selain itu perhitungan minyak lumas yang telah di

dapat.pada tahapan ini akan di susun yang telah si dapat dari

penelitian sehingga bisa menghasilkan suatu laporan yang

komprehensif.

6
Tabel 1.2. Jadual Penelitian;

KEGIATAN Feb 2008 Mar 2008 Apr 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.persiapan
penelitaian

2.Studi
pendahuluan

3.Perancangan

4.pabrikasi
pembuatan cut-
way

5.penyusunan
laporan

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah mempelajari dan memahami isi pembahasan

maka penulis membuat sistematika penelisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menerangkan hal-hal yang meliputi latar belakang, tujuan

penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan, jadual pelaksanaan

dan sistematika penulisan.

7
BAB II TEORI UMUM SISTEM MINYAK LUMAS

Menjelaskan tentang fungsi sistem minyak lumas, jenis minyak

lumas, syarat minyak lumas, tingkat kekentalan dan klasifikasi minyak

lumas

BAB III ANALISA OLI DARI DATA LAB. DAN PERHITUNGAN

PEMILIHAN MINYAK LUMAS

Menerangkan tentang parameter uji minyak lumas yang

merupakan bagian penting untuk menentukan kualitas dan identitas

minyak lumas. Serta asumsi perhitungan pemilihan minyak lumas.

BAB IV KASUS YANG TERJADI AKIBAT DARI KEGAGALAN MINYAK

LUMAS

Pada bab ini menerangkan masalah yang terjadi pada komponen-

komponen sebuah mesin bila kegagalan dalam minyak lumas dan berikut

contoh gambar-gambar.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan

tugas akhir dan di sertai saran untuk pengembangan.

8
BAB II

TEORI UMUM SISTEM MINYAK LUMAS

2.1. Fungsi Sistem Minyak Lumas

Sistem minyak lumas berfungsi untuk mengurangi gesekan,

keausan komponen-komponen pada mesin. Sistem ini bekerja dengan

cara mensuplai oli atau minyak lumas ke bagian komponen-komponen

mesin yang bergerak.

Minyak lumas juga berfungsi untuk mendinginkan mesin yaitu

dengan menyalurkan panas akibat gesekan dan pembakaran dengan kata

lain dengan adanya gesekan pada dua permukaan maka akan

menyebabkan terjadinya panas, sehingga perlu adanya pendinginan pada

komponen tersebut. Selain berfungsi mencegah korosi, memelihara mesin

tetap bersih, memaksimumkan kompresi dan mempertahankan tekanan.

Jika tekanan yang hilang terlalu besar pembentukan seal (lapisan lumas)

yang tidak baik, mesin akan kehilangan tenaga sehingga konsumsi bahan

bakar meningkat yang berarti pemborosan biaya.

Begitu pentingnya minyak lumas bagi kendaraan sehingga memacu

para ahli untuk tak hentinya berusaha menciptakan formula yang

menghasilkan suatu minyak lumas berkualitas tinggi.

9
2.2 Jenis Sistem Minyak Lumas

2.2.1 Sistem Percik (splash type)

Sistem minyak lumas percik adalah sistem pelumasan dengan

memanfaatkan gerakan dari bagian yang bergerak untuk memercikan

minyak lumas ke komponen-komponen yang memerlukan minyak lumas,

misal: porong engkol berputar sambil memercikan minyak lumas untuk

melumasi dinding silinder. Sistem pelumasan ini biasanya digunakan pada

mesin dengan katup samping (side valve) dengan kapasitas kecil.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut saat mesin hidup, poros engkol

berputar, bagian poros yang menyerupai sendok membawa minyak lumas

dan dan akhirnya minyak lumas tersebut memercik ke atas melumasi

dinding silinder.

Gbr. 2.1 Sistem Minyak Lumas Percik

10
2.2.2 Sistem tekanan (pressure feed system)

Pada sistem ini minyak lumas terkumpul di dalam karter atau panci

minyak lumas (oil pan) yang terdapat dibagian bawah mesin. Oli dari

karter dihisap oleh pompa oli minyak melalui saringan kasar dari sini

minyak lumas disirkulasikan ke komponen-komponen mesin melalui

lubang-lubang minyak lumas yang terdapat pada blok silinder, poros

engkol dan sebagainya yang memerlukan pelumasan. Sesudah minyak

lumas melakukan pelumasan pada komponen-komponen mesin, minyak

lumas akan kembali lagi ke panci minyak lumas. Setelah oli melumasi ke

seluruh komponen yang bergesekan, dengan sendirinya oli akan kembali

ke dalam karter dengan bantuan gaya gravitasi bumi, dan selanjutnya oli

siap untuk disirkulasikan kembali.

Gbr : 2.2 Minyak Lumas Sistem Tekan

11
2.3 Syarat Minyak Lumas

Agar dapat berfungsi dengan baik yaitu dapat mengurangi

gesekan, mencegah keausan, membantu pendinginan pada bagian-

bagian mesin, memperbaiki kerapatan antara ring piston dan dinding

silinder dan juga dapat membersihkan gram-gram logam kecil atau

kotoran, minyak lumas harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

2.3.1 Derajat kekentalan (viskositas)

Salah satu fungsi utama oli mesin adalah untuk mengurangi

keausan yang disebabkan adanya gesekan atau friksi antar dua

komponen mesin yang bergerak atau bergesekan satu sama lain. Makin

kecil koefisien gesek suatu oli mesin, maka minyak lumas semakin baik

dan keausan semakin kecil.

Dalam hal ini derajat kekentalan harus disesuaikan dengan jenis

operasi mesin yang digunakan pula. Makin besar viskositas minyak lumas,

makin besar pula tahanannya untuk mengalir, ini berarti makin kental

minyak lumas tersebut.

Untuk mesin-mesin yang bekerja dalam kondisi berat, minyak lumas

yang digunakan hendaknya harus mempunyai viskositas tinggi dan untuk

mesin yang bekerja pada kondisi ringan, biasanya digunakan minyak

lumas yang lebih encer.

12
Viskositas suatu minyak lumas yang baik tidak boleh mengalami

perubahan yang besar terhadap perubahan temperatur. Sehingga perlu

dilakukan pengujian viskositas minyak lumas pada suhu rendah dan suhu

tinggi.

2.3.2 Mempunyai daya lekat yang baik

Minyak lumas akan tetap tinggal atau melekat pada komponen-

komponen mesin yang dilumasi meskipun minyak lumas tersebut sudah

melaluinya dan makin lengket makin baik. Selain kekentalan yang juga

perlu diperhatikan adalah mutu dari minyak lumas tersebut, maka tingkat

mutu mempunyai satuan tersendiri yaitu API (American Petroleum

Institute). Untuk tingkatan mutu ditandai dengan kode-kode huruf dan

hanya tertera pada minyak lumas mesin. Kode tersebut terdiri atas dua

bagian yang dipisahkan garis miring .Contoh. API Service SG/CD,

SH+/CE, dsb. Lumas dengan kode SG/CD menandakan minyak lumas

tersebut terutama digunakan untuk mesin bensin (S= Spark : percikan api,

C= Compression, G= tingkat mutu minyak lumas tersebut sampai pada

tingkat G, untuk mesin bensin dan tingkat D untuk mesin diesel).

Sedangkan tanda +, misalnya pada kode SH+/CE+, adalah sebagai

tanda nilai lebih dari tingkat SH dan C. Semakin mendekati huruf Z

semakin bagus mutu minyak lumas tersebut.

13
2.3.3 Tidak mudah bersenyawa

Minyak lumas yang baik tidak mudah bersenyawa dengan kotoran

yang ditimbulkan oleh mesin, minyak lumas hanya mengambilnya

kemudian mengendapkan di dasar panci minyak lumas.

2.3.4 Tidak berbusa

Pada umumnya sirkulasi minyak lumas di dalam mesin sering

terjadi proses pembusaan (foaming) yang disebabkan oleh adanya udara

yang masuk ke dalam minyak lumas dalam jumlah yang besar dan kalau

minyak lumas mudah berbusa akan mengakibatkan sistem pelumasan

tidak sempurna.

Karena bila tingginya pembusaan dapat menyebabkan aliran

minyak lumas terganggu sehingga jumlah minyak lumas yang harus

dipompa atau berada pada tempat yang dilumasi akan berkurang.

Keadaan ini dapat menyebabkan pelumasan menjadi tidak sempurna dan

akan timbul keausan pada permukaan logam.

2.3.5 Titik bakarnya tinggi dan tidak mudah menguap

Minyak lumas harus memiliki titik bakar tinggi atau sifatnya sulit

terbakar dan sulit menguap. Karena suatu minyak lumas mesin harus

mempunyai sifat dapat menguap pada suhu tinggi, sehingga volumenya

semakin lama akan semakin berkurang dan dapat menyebabkan

viskositasnya naik. Apabila terjadi penguapan yang besar sampai volume

14
minyak lumas tinggal sedikit maka kondisi mesin akan mengalami

gangguan dan bahkan akan menjadi rusak karena pelumasan tidak

berjalan dengan baik.

2.3.6 Titik beku rendah

Pada suhu serendah mungkin minyak lumas tidak boleh membeku,

hal ini agar tetap dapat dipompa ke seluruh bagian sistem pelumasan

sehingga mesin masih dapat dihidupkan. Apabila dalam suhu rendah

minyak lumas mengalami pembekuan maka kerja pelumasan akan gagal.

Pengujian viskositas pada suhu rendah ini dilakukan dengan

menggunakan alat uji CCS (Cold Cranking Simulator) berdasarkan

metoda ASTM D 5293, dimana metoda pengujian ini hanya untuk minyak

lumas jenis multigrade dan dibatasi dengan nilai maksimum dengan

satuan centiPoise (cP)

2.4 Prinsip Minyak Lumas

Tujuan utama minyak lumas adalah untuk mencegah kontak

langsung dua bagian yang bergesekan. Di dalam mesin terdapat bagian-

bagian yang bergesekan.

Dengan terjadinya suatu pergeseran puncak-puncak tonjolan akan

patah membuat tonjolan baru. Hal ini dapat dicegah jika diantara kedua

permukaan itu kita berikan suatu lapisan minyak. Apabila kedua bagian

15
tadi bersentuhan (tidak ada jarak) maka luas bidang gesek akan menjadi

besar, sehingga koefisien akan bertambah besar. Akan tetapi jika kita beri

minyak lumas, maka lapisan tadi akan memberi jarak kepada kedua

permukaan logam tersebut. Dengan demikian luas bidang gesek akan

berkurang sehingga koefisien gesek juga berkurang. Kehilangan

permukaan logam akibat patahnya tonjolan-tonjolan seperti diterangkan

sebelumnya adalah sebab mengapa pada dua permukaan logam yang

tidak diberi pelumasan akan terjadi keausan.

2.5 Susunan Minyak Lumas

Secara garis besar formulasi minyak lumas adalah basic oil atau

lube base stock (straight mineral oil) yaitu hasil penyulingan minyak

bumi yang sudah mendapat treatment selanjutnya ditambah additive.

Additive adalah bahan kimia yang ditambahkan di dalam straight

mineral oil dalam jumlah yang relative kecil 10-20%, dengan tujuan untuk

menambah kemampuan (performance) sehingga mencapai sifat lumas

yang diinginkan.

Adapun beberapa jenis additive yang ditambahkan kedalam

straight mineral oil antara lain:

2.5.1 Detergency/dispercancy

16
Di karenakan hasil pembakaran di dalam silinder antara bahan

bakar dengan dengan oksigen, maka akan terbentuk asam, straight

mineral oil tidak mampu untuk menetralisir asam tesebut, dimana asam

itu komposisinya sekitar 0,05%. Jadi pada minyak lumas itu ditambahkan

bahan kimia yaitu over based organt metalic compound, unsur

kimianya Calcium, Barium dan Magnesium. Fungsi dari additive adalah

menetralisir asam hasil pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen

dan mencegah timbulnya endapan, sehingga oli mesin akan

membersihkan dan melindungi permukaan logam dari kotoran arang atau

karbon.

2.5.2 Antioksidan

Kebayakan di dalam lingkungan kerja minyak lumas sering terjadi

kontak antara udara dan minyak lumas yang beroperasi, yang kerap

terjadi pada kondisi suhu tinggi. Keadaan ini ditunjang dengan logam atau

bahan kimia lain yang bersikap sebagai katalisator oksidasi. Di dalam

situasi yang yang demikian, minyak lumas, minyak dasar (base oil),

minyak mineral maupun minyak sintetis akan mengalami reaksi yang

kompleks. Reaksi oksidasi yang merugikan ini mengakibatkan turunnya

viskositas minyak lumas.

Minyak lumas pada mesin di dalam operasinya selalu berhubungan

dengan komponen-komponen mesin yang bertemperatur tinggi dengan

oksigen dari udara. Oleh karena oksidasi dari minyak lumas itu sendiri

17
selalu terjadi maka akan mengakibatkan terbentuknya asam yang korosip

terhadap komponen-komponen mesin, terbentuknya lapisan seperti

varnish (lapisan sangat tipis akibat oksidasi yang melekat pada

permukaan logam yang saling bergesekan yang sulit dibersihkan) yang

sangat lengket. Maka untuk mengurangi terjadinya oksidasi pada minyak

lumas tersebut ditambahkan bahan kimia antioksidan diantaranya sulfida,

amina dan Phenol.

2.5.3 Anti Wear

Minyak lumas memiliki sifat melumasi, karena lapisan yang tipis

menempel pada permukaan logam, sehingga akan terhindar dari kontak

langsung antara logam dengan logam. Hal ini tidak dapat bertahan apabila

minyak lumas mendapat tekanan yang cukup kuat dimana sanggup

memecahkan lapisan ini, maka akan mengakibatkan terjadinya kontak

antara logam dengan logam, bahkan dapat mengakibatkan gesekan yang

sangat hebat dan dapat menimbulkan macet. Untuk mengatasi hal

tersebut, dapat ditambahkan bahan kimia pada minyak lumas tersebut

yaitu A.N.D.P (Zink Dial Kholy Dithip Asphate) yang komposisinya

sebesar 0,07 %

2.5.4 Pour Point Depressant

Di tambahkan untuk menjaga kecairan dari minyak lumas pada

temperatur yang relative rendah, adapun bahan kimia yang terkandung

adalah Lour Nolecular Weight Alkyli Cromatic Compound.

18
2.5.5 Viskositas Index Improver

Indeks viskositas adalah bilangan yang menyatakan perubahan

viskositas terhadap perubahan suhu. Semakin besar bilangan itu semakin

kecil perubahan viskositasnya terhadap perubahan suhu. Minyak lumas

yang mempunyai Indeks Viskositas (IV) tinggi adalah untuk menghindari

berkurangnya minyak lumas karena memilki perubahan viskositas yang

kecil dalam operasi melayani mesin. Pada suhu tinggi minyak lumas tidak

terlalu rendah viskositasnya sehingga tidak merembes ke dalam ruang

bakar, yang mengakibatkan minyak lumas tetap berfungsi sebagai

penyekat. Indeks viskositas dan straight mineral oil tergantung dari

sumber minyak mentahnya, jadi mempunyai keterbatasan untuk

mempertinggi viskositas indeks ditambahkan viskositas indeks

improver dan sisanya bahan kimianya adalah :

- Poly isobutance

- Poly methoerylate

- Ethyleme

- Prapyleme copolymer

- Olifin styrene copolymer

19
Biasanya untuk minyak lumas multi grade oil formulasinya adalah

straight mineral oil dengan viskositas rendah ditambah viskositas

indeks improver. Pada temperatur yang rendah, hanya straight mineral

oil yang bekerja tetapi pada temperatur yang tinggi viskositas indeks

improver akan mengembangkan sehingga kekentalan minyak lumas

secara keseluruhan akan tetap.

2.6 Tingkat Kekentalan dan Klasifikasi Minyak Lumas

2.6.1 Tingkat kekentalan

Kekentalan merupakan suatu ukuran dari sifat atau ketahanan alir

dari suatu cairan dibawah keadaan grafitasi. Satuan viskositas ada

beberapa macam yaitu viskositas kinetic (SCT), viskositas saybalt

dinyatakan dalam Saybalt Universal Second (SUS), viskositas

redwood dan viskositas engler.

Viskositas kinematik diperoleh dengan mengukur waktu yang

diperlukan oleh sejumlah volume tertentu minyak lumas tersebut untuk

mengalir melalui pipa khusus dari alat viskosimeter. Temperatur

pengukuran telah dikhususkan yaitu pada 40 C dan 100 C.

Untuk minyak lumas pengukuran viskositas pada suhu 210C

berhubungan dengan konsumsi minyak lumas dan sifat-sifat unjuk kerja

minyak lumas yang dipengaruhi oleh viskositas pada suhu normal.

Viskositas dipengaruhi oleh komposisi minyak lumas, temperatur dan

20
tekanan. Viskositas turun maka naik temperaturnya dan sebaliknya bila

temperatur naik maka turun temperaturnya. Suatu badan international

SAE (Society of Automotive Engineers) mempunyai standar kekentalan

dengan awalan SAE didepan indeks kekentalan, umumnya menentukan

temperatur yang sesuai dimana oli tersebut dapat digunakan.

2.6.2. Maksud kekentalan indeks (Indeks Viskositas)

- Minyak lumas dengan kekentalan rendah memberikan kekentalan

indeks rendah

- Minyak lumas mesin yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam

range (SAE 10, SAE 20 dan lain-lain) disebut minyak lumas single

grade

- Minyak lumas mesin yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam

range (SAE 10W-30, SAE 20W-50 dan lain-lain) disebut minyak

lumas multi grade, yang kekentalannya tidak terpengaruh oleh

adanya perubahan temperatur dan umumnya digunakan

sepanjang tahun.

- Indeks kekentalan diikuti oleh huruf W (winter), SAE 10W, SAE

20W dan lain-lain yang menunjukkan ukuran kekentalan minyak

lumas pada -18C (0F).

Menggunakan minyak lumas dengan kekentalan rendah

memudahkan mesin di hidupkan saat musim dingin. Derajat kekentalan

21
tidak termasuk kekentalan yang ditunjukkan W menyatakn kekentalan

pada 99C ( 210F) SAE 10, SAE 20 dan lain-lain.

Sebagai contoh SAE 10W-30 maksudnya bahwa minyak lumas

mesin standar minyak lumas SAE 10 pada -18C (0F) dan standar oli

sampai SAE 30 pada 99C (210F).

viskositas Index

SAE 20 W SAE 10 W SAE 30 SAE 20

Nomor Indikasi Viskositas pada Nomor Indikasi Viskositas pada

- 18C (0 F) 99C (210F)

Huruf W artinya Winter

2.6.3 Klasifikasi minyak lumas

Kualitas oli mesin diklasifikasikan sesuai dengan standar API

(American Petroleum Institute). Klasifikasi API tercantum pada masing-

masing kemauan minyak lumas mesin untuk menambahkan tingkatan

SAE sehingga pemilihan akan lebih bisa dilihat dari perbandingan kondisi

pengoperasian kendaraan. Di bawah ini diperlihatkan klasifikasi dari

minyak lumas mesin.

22
Tabel 2.1. Klasifikasi minyak lumas mesin untuk mesin bensin

Klasifikasi API Penggunaan dan Kualitas Oli


Minyak murni tanpa bahan
SA tambahan (additive)
Digunakan untuk mesin operasi
SB ringan yang mengandung jumlah
anti oxidant
Oli yang mengandung detergent
SC /dispersant, anti oxidant dan
lain-lain
Digunakan untuk mesin operasi
SD dengan temperature tinggi atau
kondisi lainnya yang
mengandung detergent
dispersant, seristing agent, anti
oxidant dll.
Digunakan untuk mesin sedang
SE dengan kandungannya lebih
banyak dari detergent-
dispersent, resisting agent, anti
oxidant
Tingkat olinya tinggi dengan
SF pemakaian resistance dan daya
tahan paling baik

Tabel 2.2 Klasifikasi minyak lumas mesin untuk mesin diesel

Klasifikasi API Penggunaan dan Kualitas Oli


Digunakan untuk mesin diesel
CA operasi beban ringan yang
mengandung detergent-
dispersent, anti-oxidant dll
Digunakan untuk mesin diesel
CB operasi beban sedang
denganbahan bakar kualitas
rendah yang mengandung
detergent-dispersent, anti-
oxidant dll

23
Mengandung sejumlah besar
CC detergent-dispersent, anti-
oxidant dll. Dapat digunakan
dalam mesin diesel tubo
charged dan dapat juga dalam
mesin bensin dengan pelayanan
kondisi mesin operasi
temperature sedang
Digunakan untuk mesin diesel
CD turbo charged dengan
kandungan sulfur kecil,
sedangkan detergent-dispersent
dalam jumlah besar.

2.7 Pompa Oli (Oil Pump)

Pompa minyak lumas berfungsi menghisap minyak lumas dari

pompa pelumasan dan disalurkan keseluruh bagian-bagian mesin yang

memerlukan minyak lumas. Biasannya pompa minyak lumas digerakkan

oleh batang distributor atau gigi sumbu nok (cam shaft gear) dan ada

juga yang digerakkan oleh pulley penggerak pompa minyak lumas,

dimana pulley penggerak pompa minyak lumas tersebut digerakkan atau

diputarkan oleh pulley timing poros engkol yang dihubungkan dengan

menggunakan V-belt.

2.7.1 Pompa minyak lumas bentuk rotor

Pompa minyak lumas bentuk rotor terdiri dari sebuah rumah pompa

(housing) dan sebuah rotor dalam (inner rotor) sebagai rotor penggerak

yang berbentuk bintang. Sebuah rotor yang digerakkan, yang bekerja

seperti satelit mengitari rotor dalam berputar dalam sebuah rumah pompa.

24
Rotor dalam diputar oleh sumbu penggerak (drive shaft) yang

dihubungkan dengan gerakan putar dari sumbu nok (cam shaft) dan ada

juga yang dihubungkan dengan gerakan putar pulley timing poros

engkol. Dengan demikian pada waktu rotor dalam berputar, rotor luar juga

berputar dan volume ruangan diantara rotor-rotor itu akan berubah. Lumas

masuk melalui celah masuk yang terdapat pada ruang diantara rotor-rotor

dan diteruskan kebagian lainnya dengan jalan memperkecil ruangan rotor

dalam dan rotor luar.

Gbr 2.3 Konstruksi Pompa Oli Lumas Bentuk Rotor

25
2.7.2 Pompa minyak lumas roda gigi

Pompa lumas ini terdiri dari rumah dan dua buah roda gigi yang

sama besarnya berkaitan di dalam body dan dimasukkan dalam satu

rumah. Pompa ini digerakkan oleh batang distributor atau gigi sumbu nok

(cam shaft gear). Pompa gigi yang satu berhubungan dengan poros

penggerak pompa (drive shaft), sedangkan poros gigi lainnya hanya

sebagai poros pengantar. Bila salah satu dari roda-roda gigi ini berputar,

maka roda gigi lainnya akan berputar berlawanan arah. Karena itu, minyak

lumas yang terdapat diantara celah-celah roda gigi dan body didesak

keluar dari lubang masuk ke lubang keluar.

Pompa ini dilengkapi pula dengan katup pengatur tekanan (relief valve)

dan akan bekerja membebaskan minyak kembali ke panci lumas, bial

tekanan minyak tinggi pada saat putaran mesin tinggi.

2.8 Saringan Minyak Lumas

Saringan minyak lumas digunakan untuk menyaring kotoran-

kotoran yang terdapat didalam minyak lumas. Saringan tersebut ada dua

jenis yaitu saringan minyak lumas jenis elemen dan saringan minyak

lumas jenis cartridge.

26
Gbr 2.4 Saringan Minyak Lumas Jenis Elemen

Dari kedua jenis saringan minyak lumas tersebut masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan dari saringan jenis elemen, apabila saringan ini kotor

atau telah lama digunakan, elemen saringannya dapat dibersihkan

dengan cairan pembersih (minyak solar atau bensin) sehingga dapat

menghemat biaya perawatan. Akan tetapi akibat seringnya dibersihkan

dengan cairan pembersih lambat laun elemen saringan akan menjadi tipis

dan hal ini akan menyebabkan daya penyaringan terhadap kotoran akan

berkurang.

Kelebihan dari saringan jenis cartridge adalah daya penyaringan

terhadap kotoran lebih baik dari saringan jenis elemen, hal ini dapat dilihat

dari bentuk susunan material saringannya.

27
BAB IIIl

ANALISA OLI DARI DATA LAB. DAN


PERHITUNGAN PEMILIHAN MINYAK LUMAS

3.1 Analisa Oli

Hasil analisa minyak lumas merupakan bagian terpenting yang

tidak dapat dipisahkan untuk menentukan kualitas karakteristik fisika kimia

(sifat fisika kimia yang menunjukkan identitas minyak lumas yang diuji

dengan metode ASTM dan/atau padanannya). Minyak lumas yang

dihasilkan dari destilasi fraksi berat minyak bumi, merupakan campuran

senyawa-senyawa hidrokarbon yang kompleks dan mempunyai sifat-sifat

yang bervariasi baik sifat fisika maupun kimianya.

Berikut ini beberapa jenis-jenis analisa dan parameter-parameter

yang diukur terhadap minyak lumas adalah sebagai berikut:

3.3.1 Total Nilai Basa ( Total Base Number-TBN, mg KOH/gr )

TBN adalah jumlah bahan asam yang dibutuhkan untuk

menetralkan bilangan basa dalam lumas per satuan berat. Berfungsi untuk

mengetahui kemampuan minyak lumas menetralkan senyawa asam hasil

pembakaran.

Angka basa total merupakan salah satu karakteristik kimia yang

menunjukkan kemampuan deterjensi (pembersih) dan disperansi

(pemisah air) serta kemampuan menetralisir asam hasil oksidasi dari

28
minyak lumas. Makin besar nilai TBN makin besar kemampuan deterjensi

dan disperansi untuk menertralisir asam hasil oksidasinya.. Asam ini

bersifat korosif dan dapat memakan logam atau alloy dari komponen atau

bagian mesin. Dengan adanya deterjen yang bersifat basa maka asam

sulfat yang terjadi dapat dinetralkan. Selain itu deterjen juga dapat

mencegah kotoran menempel pada komponen mesin dan

membersihkannya masuk kedalam minyak lumas. Oleh karena itu harus di

dispersikan dengan additive dispersant yang biasanya dilakukan dengan

metode ASTM D 2896 dan nilainya dibatasi dengan nilai minimum sampai

maksimum.

Penurunan TBN menandakan adanya proses netralisasi senyawa

asam yang terbentuk sedangkan batas maksimal penurunan TBN adalah

50% dari nilai awal mengindikasikan masa pakai minyak lumas mendekati

periode penggantian.Indikasi lain yang juga dapat dijadikan acuan; nilai

basa minyak lumas adalah tujuh kali dari nilai sulfur bahan bakar minyak

yang dipakai.

Untuk mudahnya, pedoman pemilihan TBN lumas adalah jenis

bahan bakar yang dipakai dengan parameter utama adalah kadar sulfur,

parameter lain adalah laju konsumsi lumas dan kapasitas tamping bak

lumas (sump tank).

29
Turunnya TBN di sebabkan:

Konsumsi lumas yang rendah, berkaitan dengan jumlah top-up harian

yang rendah pula

Kapasitas bak tampung minyak lumas mesin yang kecil

Penggunaan bahan bakar minyak dengan kadar sulfur yang tinggi

TBN yang rendah pada minyak lumas bekas pakai (used oil)

menunjukkan minimnya proteksi dari sisi minyak lumas terhadap resiko

korosi pada bagian mesin; seputar piston bagian atas, ring piston dan

bantalan (bearing).

Hal yang sama juga akan terjadi pada bagain mesin lainnya serta sistem

pendinginan piston dengan media lumas.

Gbr. 3.1 Tes Peralatan TBN

30
3.3.2 Angka Asam Total (Total Acid Number-TAN, mgKOH/gr)

TAN adalah jumlah bahan basa yang dibutuhkan untuk

menetralkan asam dalam minyak lumas per satuan berat. Total Acid

Number (TAN) menunjukkan jumlah relative senyawa-senyawa asam

yang ada dalam minyak lumas, seperti senyawa nitra, nitro dan lain-lain.

TAN berfungsi untuk mengetahui tingkat oksidasi/ kerusakan minyak

lumas.

3.3.3 Viskositas Indeks (VI)

Indeks viskositas adalah suatu ukuran dari perubahan viskositas

terhadap temperatur. Viskositas minyak lumas akan turun jika temperatur

naik, sebaliknya viskositas akan naik jika temperatur turun. Perubahan ini

tidak akan sama untuk semua minyak lumas. Untuk menunkukkan

perubahan ini dengan suatu bilangan maka digunakan indeks viskositas

yang dapat diukur melalui perbandingan angka viskositas yang

ditentukan pada dua temperatur yaitu 40 C dan 100 C. Metode standar

untuk penentuan VI adalah ASTM D-2270.

3.3.4 Titik Tuang (Pour Point)

Titik tuang adalah temperatur terendah dimana sebuah minyak

lumas masih mengalir. Titik tuang minyak lumas ditentukan dari jenis

minyak lumas dasar (base oil) yang digunakan. Minyak lumas sintetik

pada umumnya mempunya titik tuang jauh lebih rendah dibandingkan

31
dengan minyak lumas mineral. Oleh karena itu minyak lumas sintetik

mempunyai sifat cold starting yang jauh labih baik dibandingkan minyak

lumas mineral, terutama di daerah musim dingin. Metode standar untuk

pengukuran titik tuang adalah ASTM D-97.

Gbr. 3.2 Test Peralatan Ttitik Tuang (Pour Point)

3.3.5 Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap yang

apabila bercampur dengan udara membentuk suatu campuran yang

mudah menyala. Titik nyala dapat diukur dengan jalan melewatkan nyala

api pada minyak lumas yang dipanaskan secara teratur. Titik nyala

merupakan sifat minyak lumas yang digunakan untuk prosedur

penyimpanan agar aman dari bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik

32
nyala suatu minyak lumas berarti semain aman dalam penggunaan dan

penyimpanan.

Gbr. 3.3 Peralatan Test Titik Nyala Automatic

3.3.6 Specific Gravity -(SG)

Specific gravity adalah perbandingan berat minyak lumas

terhadap air pada volume dan suhu yang sama. Specific grafity atau

berat specific digunakan untuk mengkonversi berat ke volume atau

sebaliknya. Dan digunakan untuk tujuan pengiriman, penyimpanan dan

perdagangan. Minyak lumas terbuat dari base oii atau lumas dasar yang

berlainan dan memiliki dan memiliki berat spesifik yang berlainan pula.

Salah satu standar untuk pengukuran berat spesifik adalah ASTM D-1298.

33
Gbr. 3.4 Peralatan Ukur Meter SG

3.3.7 Sidik Jari Pelumas (Spektrometri Inframerah Transformasi-

FTIR)

Minyak lumas tersusun oleh senyawa lumas dasar dan additive,

yang mempunyai fungsi khas dan dapat dideteksi oleh alat yang bernama

Spektrometri Inframerah Transformasi Fourier (FTIR). Sehingga setiap

minyak pelumas mempunyai spectrum yang khas dan dapat dijadikan

identifikasi atau sebagai sidik jari untuk keasliannya.

34
3.3.8 Viskositas

Viskositas suatu minyak pelumas adalah suatu ukuran dari besar

tahanan yang diberikan oleh minyak lumas untuk mengalir atau dengan

perkataan lain adalah suatu ukuran kekentalan dari minyak lumas

tersebut. Makin besar viskositas (makin kental) bararti makin besar

tahanannya untuk mengalir. Metode pengukuran standar untuk viskositas

adalah ASTM D-445.

Gbr. 3.5 Peralatan Viskositas Kinematik

35
3.3.9 Kandungan Air (Water Content)

Kandungan air dalam minyak lumas tidak sama sekali di inginkan

karena akan terbentuk emulsi, karat atau korosi pada logam. Kandungan

air yang tinggi dalam minyak lumas menandakan adanya kontaminasi air

yang disebabkan oleh kebocoran pada saluran air karburator atau akibat

kondensasi uap air. Batas Kandungan air yang diperbolehkan dalam

minyak lumas adalah 0,2% pada volume maksimal.

Gbr.3.6 Contoh Water Content Test Equipment

36
3.3.10 Keausan Metal (Wear Metal)

Wear metal adalah suatu alat untuk mengetahui tingkat keausan

sebuah metal dari suatu peralatan mesin atau komponen-komponen

mesin.Kenaikan suatu unsur metal mengindikasikan adanya keausan

pada part-part didalam mesin. Juga untuk mengetahui tingkat dan sumber

kontaminasi minyak lumas.

Gbr.3.7 Contoh Wear Metal Test

3.3.11 Kandungan Metal (Metal Content)

Biasanya setiap logam atau metal pasti mengandung banyak

unsur-unsur yang dapat merugikan suatu peratalan. Berikut ini adalah

daftar unsur-unsur suatu logam atau metal yang berhubungan dengan

mesin serta indikasinya.

37
Tabel 3.1 Metal Content

No LOGAM INDIKASI

1 Fe, Cu, Pb, Sn, Karat/aus dari komponen ring


Al, Cr, Zn piston, piston, bearing dll.
2 Si, Ca Kotoran, Tanah, Debu dll

3 Na-Cr, Na-Ba Kebocoran air pendingin

4 Na, Mg, Ca Kontaminasi Air Laut

5 Va, Na, Ni Kontaminasi Minyak Bakar

6 Ca, Ba, Mg Kontaminasi Additive Deterjen

7 Zn, P Kandungan Additive Anti Oksidan


dan Anti Wear

38
3.2. Perhitungan Pemilihan Minyak Lumas

Data Untuk Perhitungan Diasumsikan Dalam Kondisi Standar

- Gaya Total Pada Piston (P) :

P = PQ + Pi

Dimana :

PQ = gaya akibat tekanan gas hasil pembakaran

Pi = gaya inersia searah sumbu silinder

Harga gaya total pada piston adalah bervariasi untuk setiap sudut

putar poros engkol. Jadi dalam perhitungan ini cukup dengan gaya

total yang maksimum. Harga gaya total maksimum untuk setiap luasan

terjadi pada saat sudut engkol silinder 1(1) = 525, yaitu sebesar :

(PSUM.MAX) = 25.432 Kg/cm

Sehingga, Pmax = (Psum)max.A

Dimana, : A = luasan permukaan torak = 50,8 cm

Jadi, Pmax = 25,432 x 50,8 = 1291,94 kg = 12919,4 N

- Gaya sentripugal yang terjadi sepanjang sumbu batang

penghubung (NRrod) :

NRrod = - Mrod . R .

Dimana :

Mrod er = 0,603

39
R = Jari-jari = 32,35 x 10- m

W = kecepatan sudut = 737,227 rpm

Jadi,

NRrod = -0,603 x 32,35 x 10-3 x (737,227)

- Gaya normal yang searah jari-jari crank (N)

Cos ( + )
N = P -------------------
Cos
Cos ( + )
Dimana harga ---------------- dapat dilihat pada = 0,25
Cos
Gaya normal yang diproyeksikan pada bidang vertical polar

diagram (Rcp)

Rcp = N + NRrod

Tabel 3.1 Gaya Normal pada variasi sudut engkol yang berbeda

N (N) Rcp (N) N (N) Rcp (N)

0 12775.091 2172.983 330 10258.398 -343.755

30 10258.398 -343.755 360 12775.01 2172.938

60 3947.5031 -6654.6499 190 10258.398 -343.755

90 -3270.4233 -13872.576 420 3947.5031 -6654.6499

130 -8827.5879 -19429.741 450 -3270.4233 -13872.570

150 -11863.06 -22470.213 480 -882.5879 -19429.741

40
N (N) Rcp (N) N (N) Rcp (N)

180 -12775.091 -23377.244 510 -11868.06 -22470.213

210 -11868.06 -2247.213 540 -12775.091 -23377.244

240 -8827.5879 -19427.741 570 -11868.06 -2470.213

270 -3270.4233 -13872.576 600 8827.6879 -19429.741

300 3947.5031 -6654.6499 630 -32704233 -13872.576

600 3947.4233 -6654.7297 690 102258.091 -344.062

720 12775.091 2172.9389

Dari table 3.1 didapat harga Rcpmax = 23377.244 N

- Tekanan maksimum yang terjadi (Pmax) :

R cpmax
Pmax = -------------
Lcp. dcp
Lcp = panjang pena engkol = 50 x 10m

dcp = diameter pena engkol = 55 x 10-m

Jadi :

23377.244
Pmax = ------------------
50.10- x 55.10-
= 8500816 N/m

41
- Temperatur minyak lumas untuk bantalan (toil.in):

toil.in = (60-90)C

Ditentukan : toil.in = 60C

- Kenaikan temperature minyak lumas (toil.in)

toil.in = (20-30)C

Ditentukan : toil.in = 25C

- Temperatur minyak lumas keluar rata-rata (toil.out) :

toil.out = toil.in + toil.in

= 60C + 25C= 85C

- Temperatur minyak lumas rata-rata ( toil.m ) :

toil.in + toil.out
toil.m = ------------------
2
60C + 25C
= --------------
2
= 42,5C

- Diameter clearance (cp) :

cp = (0,0005 0,001) dcp

Ditentukan : cp = 0,0008 dcp

= 0,0008 x 50 x 10-m = 4 x 10-5 m

42
- Radial clearance () :
cp 4 x 10-5m
= ----------- = -------------- = 2 x 10-5m
2 2

- Tebal minimum lapisan minyak lumas (hmin) :

hmin = ( 6 8 ) micron

Ditentukan : hmin = 3 micron = 8 x 10-6 m

- Relatif excentricity ( X ) :
- hmin 2 x 10-5 - 8 x 10-6
X = ------------- = -------------------------
2 x 10-5
= 0,6

- Perbandingan antara Lcp dengan dcp

Lcp 50 x 10-3
------ = ------------- = 0,909
dcp 55 x 10-3

- Faktor beban () :

Untuk harga Lcp/dcp = 0,909 dan x = 0,6

Harga dapat dicari dengan menggunakan grafik pada literature

= 0,975

43
cp 4 x 10-5
- Relatif clearance () = ------- = ------------- = 7,273 x 10-4
dcp 15 x 10-3

- Kecepatan sudut poros () = 737,227 rad/s

- Viskositas dinamik minyak lumas (Vd) :


Pmax . 2
Vd = ---------------
.

= 8500816 (7,273 x 10-4)2


-------------------------------
737,227 x 0,975
= 6,2557 x 10-3 N.S/m2

= 6,2557 centipoise (cp)

= 6,2557 x 0,000000145 lb.sec/m2

= 9,0708 x 10-7 lb.sec/m2

- Dari gambar 8-2, M.F. Spotts, Design of Machine Elements hal.384,

dengan temperatur miniyak lumas rata-rata 162,5F = 72,5C dan Vd =

1,1313x16-6 lb.sec/m2 didapat jenis minyak lumas adalah SAE 20W-50.

- Berat jenis minyak lumas pada temperature 162,5F adalah

Sp.gr162,5 = 0,883 0,00035 (162,5 60)

= 0,817125 lb/m3

= 23448,33592 kg/m3

44
- Berat jenis rata-rata minyak lumas yang digunakan (oil ) :
62,4
oil = -------- x 0,847125 = 0,029 lb/m3
1768

= 802,71 N/m3

- Tekanan spesifik minyak lumas (Wo) :

Ditekan : Wo = 8 lb/hp.hr = 1,0724 x 10-2 m3 /kw.hr

Daya efektif maksimal (Nbmax) = 94 Kw

- Kapasitas minyak lumas yang disirkulasikan pompa (Co) :

Co = Wo . Nbmax

= 1,0724 x 10-2 x 94,143 = 1,0095 m3/jam

- Lebar Gigi (l) :

109.Co
l = -----------------------------
2,2x60xN.m.p x v

Dimana : N = jumlah gigi

= (7-12)

= 8 (ditentukan)

m = modul gigi

= ( 3-5 )

= 4 mm (ditentukan)

45
p = putaran gear = 6400 rpm

v = pump delivery coefficient

= (0,60 0,80)

= 0,70 (ditentukan)

Jadi :
109 x 1,0095
= ---------------------------------------------
2,2 x 60xx 8 x 4 x 6400 x 0,70

1009500000
= ---------------------
61117562,88

= 16,5173 mm

- Tekanan pompa (Po) :

Po = (5,5 6,5)

Ditentukan : Po = 5,5 atau gauge = 5,5 +1 atm gauge = 5,5 + 1 atm abs

= 6,5 x 105 N/m2

- Daya pompa minyak lumas (Nop) :

Co x Po x 10-3
Nop = -----------------------
3600 x op
Dimana : Nop = efesiensi pompa

= (0,7 0,72)

46
= 0,72 (ditentukan)
Jadi :
1,0095 x 6,5 x 105x10-3 0,688.98
Nop = ---------------------------------- = ----------------
3600 x 0,72 2.592

= 0,25315 Hp

= 0,18877 Kw

= 188,77 W

= 130754,166 W

- Kapasitas panas molas gas hasil pembakaran pada tekanan

konstan (Cp).

Cp = r Co2 x (.Cp. Co2) + rH2 O ( Cp.H2 O) + rN2 ( Cp.N2)

dimana :

r co2 = 0,09

r H2O = 0,09

r N2 = 0,80

Cp.Co2.Cp.H2O dan Cp.N2 dapat diketahui dari table pada

literatur (N, Pettropsky, Marine Internal Combustion Engine hal:49)

pada temperature 627C.

Jadi :

Cp = 0,09 x 11,03931 + 0,09 x 8,68334 + 0,08 x 7,19817

47
= 7,5005745 Kcal/mole C

= 31541,569 J / K mole C

- Kapasitas panas molar campuran udara bahan baker (Cp) untuk

diperhitungkan dan di identikan :

Cp = Cp udara

dan untuk t = 27 C

Cp udara = 6,9955 Kcal/kmole C

= 29150,125 J/K mole C

- Energi panas yang terbawa oleh gas buang (Qgas)


Qgas = Gr m2 .cp .tgas m1.cp.to

Dimana :

Gr = 4,42 x 10-3 kg/s

M2 = jumlah mole campuran udara bahan baker

= 0,747 k.mole

Cp = 31541,569 J/Kmole C

Cp = 29150,125 J/Kmole C

tgas = 627 C

to = 27 C

Jadi :

48
Qgas = 4,42 x 10-3 (0,726(31541,569)627-0,747(29159,125) 27

Qgas = 57833,39 W

- Energi panas yang terbawa oli pendingin (Qoil)

Qoli = Woli.Coli (toli-out toli.in)

Dimana : Woli = Kuantitas oli pendinigin

= Co.oli

= 0,4321 m3/jam

= 1,1753 x 10-4 m3/s

toli = 486,803 kg/m3

toli-out = 85 C

toli-in = 60 C

Coli = panas jenis oli

= 0,52 Btu/lb F

= 670 J/kg C

Jadi : Qoli = 958,3337 W.

49
BAB IV

KASUS YANG TERJADI AKIBAT DARI


KEGAGALAN MINYAK LUMAS

4.1 Penyebab Kegagalan Minyak Lumas

Monitoring dan pemantauan perlu dilakukan selama pemakian

minyak lumas digunakan dalam kendaraan. Apabila minyak lumas telah

rusak dan masih tetap digunakan maka akan menyebabkan kegagalan

suatu fungsi mesin. Pemantauan kondisi minyak lumas selama pemakaian

dapat membantu menetapkan waktu penggantian minyak lumas tersebut

dengan tepat sesuai dengan kondisi kerja mesin. Hal ini dapat

menghemat biaya operasional dan perawatan karena tidak terjadinya

penggantian minyak lumas yang belum waktunya dan juga mencegah

biaya perbaikan mesin yang mahal karena kerusakan mesin.

Berikut ini contoh-contoh dalam bentuk gambar yang menyebabkan

kegagalan komponen-komponen mesin.

4.4.1 Crek pada posisi di Hole Oil Jet

Gbr.4.1 Contoh Crek Posisi di Hole Oil Jet

50
4.4.2 Crek Posisi di Ruang Bakar

Gbr.4.2 Contoh Crek Posisi di Ruang Bakar

4.4.3 Aus pada Posisi Big-End

Gbr. 4.3 Contoh Aus pada posisi big-end

51
4.4.4 Aus pada Posisi Main Shaft

Gbr. 4.4 Contoh Posisi aus pada main shaft

4.4.5 Terjadi Scruth / Baret pada Posisi Liner/Boring

Gbr. 4.5 Contoh Posisi Line/Boring yang Scruth/Baret

52
4.4.6 Blok Mesin Kondisi Berkerak

Gbr. 4.6 Contoh Blok Mesin Kondisi Berkerak

53
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Sistem pelumasan berfungsi untuk mengurangi gesekan atau

keausan komponen pada mesin yang bekerja dengan cara

memberikan pelumas berupa oli ke bagian-bagian mesin yang

bergesekan.

- Pengaruh minyak pelumas memegang peranan penting dalam

suatu mesin kendaraan dan kalau tidak bekerja dengan baik

akan mengalami kerusakan yang cukup parah pada kendaraan

tersebut.

- SAE adalah Society of Automotive Engineers, suatu badan

International atau Ikatan Ahli Teknik Otomotive yang

menetapkan standar kekentalan pada suhu 100C. Contoh SAE

50, SAE 90; (angka belakangnya menunjukkan tingkat

kekentalan (Monograde). Semakin tinggi angkanya semakin

kental pelumas tersebut.

- Multigrade seperti SAE 10W-50, menandakan pelumas

mempunyai kekentalan yang dapat berubah-berubah sesuai

dengan suhu disekitarnya. Huruf W = Winter (musim dingin).

Maksudnya pelumas mempunyai tingkat kekentalan sama

54
dengan SAE 10 pada saat suhu udaranya dingin dan SAE 50

ketika udara panas.

- Klasifikasi mutu minyak lumas ditentukan oleh API (American

Petroleum Institute) Service dengan kata lain grade unjuk kerja

minyak lumas sesuai yang ditentukan oleh API. Contoh API

Service SE, SF, SG, SH, SJ.

- Kegagalan dalam pelumasan merupakan kegagalan dalam

maintenance terhadap suatu mesin kendaraan

- Peranan parameter-parameter dan atau analisa sangat

pundamental terhadap minyak lumas dalam mempertahankan

kualitas dari minyak lumas setelah ataupun belum dipakai.

- Scapping/baret pada part khusus pada piston diakibatkan oleh

kandungan silika yang diatas standar Maks. 15 ppm (partikel

part million)

- Kegagalan minyak lumas bisa menyebabkan kerusakan pada

beberapa komponen engine, diantaranya : Crek posisi di Hole

Oil Jet, aus pada posisi big-end, aus pada main shaft, baret

pada posisi Line/Boring.

55
5.2 Saran

Perlu ditingkatkan bahan-bahan referensi, dokumen-dokumen dan

buku-buku mengenai minyak lumas yang cukup lengkap.

56
DAFTAR PUSTAKA

1. PT. Alp Petro Industri, Pelumas dan Pelumasan, 5/3/2008, Agip,

www.agip.co.id, Jakarta

2. PT. Alp Petro Industri, Istilah Dalam Pelumas, 11/30/2007, Agip,

www.agip.co.id, Jakarta

3. BPM. Arends & H.Barenshcot di Terjemahkan oleh, Sukrisno, Umar, Motor

Bensin, 1997, PT.Erlangga, Jakarta

4. Hendrik, Analisa Pelumasan Tekan dan Pendinginan Motor Bensin 1988cc,

2005, Jakarta

5. Jasin. M. Djauhar, Landasan Teori Pelumas, 2008, PPPTGMB LEMIGAS,

Jakarta

6. Mugiono Slamet., Memilih Minyak Pelumas dan Pelumasan dengan Benar,

2008/02/26, http://mugiono.wordpres.com, Malang

7. SNI (Standar Nasional Indonesia), Klasifikasi dan Spesifikasi Pelumas, SNI

06-7069.1-2005 s.d. SNI 06-7069.10-2005, 2005, BSN (Badan

Standardisasi Nasional), Jakarta

8. Saputra, Handaya, Asep, Sekilas Tentang Minyak Pelumas, Dimensi Vol. 3,

2000, Jurusan Teknik Gas & Petrokimia, Fakultas Teknik UI, Depok

9. Wartawan Anton L, Dipl.Ing, Pelumas Otomotif dan Industri, 1998, Balai

Pustaka, Jakarta

LAMPIRAN
HASIL DATA LAB ( DIAMBIL DARI KONDISI ARAMADA YANG NORMAL OPERASI)

PETROLAB Services USED OIL ANALYSIS REPORT


Graha Mas Pemuda Commercial Center Blok AD No. 23 No. 01895/EO/UO/12/07
Taman Berdikari Sentosa
Jl. Pemuda, Jakarta 13220
Telp. 021 - 4717001 / Fax. 021 - 4716985
E-mail : petrolab@cbn.net.id Code : Urgent

Nama Pelanggan : PT. PAHALA KENCANA


(Customer Name)
Alamat : Kelapa Gading Jakarta
(Address)
Telepon/Faks : 021-9214290 Type Mesin : DIESEL ENGINE
(Phone/Fax) (Eng. Type/ Model)
Untuk Pelanggan : Bpk. Budi Mulyawan Lokasi Mesin : DRAIN VALVE
(Attention) (Eng. Location)
Nama Sampel : TOP 1 DIESEL OIL SAE 15W-40 / CF-4 Tgl. Analisis : 06-07 Desember 2007
(Sample Name) (Analysis Date)
Pembuat mesin : NOT GIVEN Tgl. Laporan : 07 Desember 2007
(Eng. Builder) (Report Date)
No. Seri : B 7916 WB (468/MSAR/XII/07)
(Serial Number )
No. Lab
09389/L/07
(Lab. No.)
Tgl. Pengambilan Sampel
01-Dec-07
(Sampling Date)
Tgl. Penerimaan Sampel
4-Dec-07
(Received Date)
SAE / ISO VG 15W-40
Km/Hrs Since New -
Km/Hrs Over Houl -
Km/Hrs Since Change 15.000 Km
Physical Test Max
Visc @ 40 (ASTM D445-04) - 20%
Visc @ 100 (ASTM D445-04) 12,4 20%
TAN (mg KOH/g) (ASTM D974-04) - 2
TBN (mg KOH/g) (ASTM D2896-03) 5,86 min 50%
Wear Metal (AAS &ASTM D4628-02 ) ppm
Iron (Fe) 19 150
Copper (Cu) 2 80
Aluminium (Al) 1 15
Chromium (Cr) 2 15
Nikel (Ni) 6 15
Tin (Sn) 0 20
Lead (Pb) 4 80
Contaminants (AAS &ASTM D4628-02 ) ppm -
Silicon (Si) 2 15
Sodium (Na) 2 100
Additive (AAS &ASTM D4628-02 ) %wt
Magnesium (Mg) - -
Calsium (Ca) - -
Zinc (Zn) - -
Infra Red (IR) *)
Soot (A/cm) 35 0,70
Oxid (A/cm) 6 0,20
NOx (A/cm) 7 0,20
SOx (A/cm) 6 0,20
Fuel (% wt) 0 3,00
Water (% wt) - 0,20
Glycol (% wt) 0 0,30
Oil Condition U

Water Content by Distillation (%vol) ASTM D 95-99 Nil / 0

Keterangan :
(Remarks) Hasil analisa menunjukkan viskositas pelumas sudah turun melebihi warning limit, kemungkinan pelumas mengalami degradasi aditif.
Disarankan untuk mengganti pelumas. Resampling 2.500 Km setelah penggantian.

Visc. Kin 100C Wear Graphs

Manager Mutu, Manager Teknis,

Ma'ruf Amaludin Fatah Hidayat, ST


Catatan : Pengaduan tidak dilayani setelah 30
hari dari tanggal report diterbitkan. RK/5.10/01/01/02
(Note) ( N = Normal, B = Attention, U =
Urgent )
*)
Tidak termasuk ruanglingkup
akreditas

39

PETROLAB Services USED OIL ANALYSIS REPORT


Graha Mas Pemuda Commercial Center Blok AD No. 23 No. 01896/EO/UO/12/07
Taman Berdikari Sentosa
Jl. Pemuda, Jakarta 13220
Telp. 021 - 4717001 / Fax. 021 - 4716985
E-mail : petrolab@cbn.net.id Code : Attention

Nama Pelanggan : PT. PAHALA KENCANA


(Customer Name)
Alamat : Kelapa Gading Jakarta
(Address)
Telepon/Faks : 021-9214290 Type Mesin : DIESEL ENGINE
(Phone/Fax) (Eng. Type/ Model)
Untuk Pelanggan : Bpk. Budi Mulyawan Lokasi Mesin : DRAIN INTERVAL
(Attention) (Eng. Location)
Nama Sampel : TOP 1 DIESEL OIL SAE 15W-40 / CF-4 Tgl. Analisis : 06-07 Desember 2007
(Sample Name) (Analysis Date)
Pembuat mesin : NOT GIVEN Tgl. Laporan : 07 Desember 2007
(Eng. Builder) (Report Date)
No. Seri : B 7489 XA (469/MSAR/XII/07)
(Serial Number )
No. Lab
09390/L/07
(Lab. No.)
Tgl. Pengambilan Sampel
01-Dec-07
(Sampling Date)
Tgl. Penerimaan Sampel
4-Dec-07
(Received Date)
SAE / ISO VG 15W-40
Km/Hrs Since New -
Km/Hrs Over Houl -
Km/Hrs Since Change 15.000 Km
Physical Test Max
Visc @ 40 (ASTM D445-04) - 20%
Visc @ 100 (ASTM D445-04) 12,95 20%
TAN (mg KOH/g) (ASTM D974-04) - 2
TBN (mg KOH/g) (ASTM D2896-03) 6,46 min 50%
Wear Metal (AAS &ASTM D4628-02 ) ppm
Iron (Fe) 24 150
Copper (Cu) 5 80
Aluminium (Al) 1 15
Chromium (Cr) 0 15
Nikel (Ni) 6 15
Tin (Sn) 0 20
Lead (Pb) 5 80
Contaminants (AAS &ASTM D4628-02 ) ppm -
Silicon (Si) 3 15
Sodium (Na) 2 100
Additive (AAS &ASTM D4628-02 ) %wt
Magnesium (Mg) - -
Calsium (Ca) - -
Zinc (Zn) - -
Infra Red (IR) *)
Soot (A/cm) 42 0,70
Oxid (A/cm) 7 0,20
NOx (A/cm) 8 0,20
SOx (A/cm) 7 0,20
Fuel (% wt) 0 3,00
Water (% wt) - 0,20
Glycol (% wt) 0 0,30
Oil Condition B

Water Content by Distillation (%vol) ASTM D 95-99 Nil / 0

Keterangan :
(Remarks) Hasil analisa menunjukkan viskositas pelumas turun hampir mendekati batas minimum, kenungkinan pelumas mengalami degradasi aditif.
Pelumas masih dapat digunakan. Resampling 2.000 Km berikutnya.

Visc. Kin 100C Wear Graphs

15

10

0
09390/L/07 0 0 0

Manager Mutu, Manager Teknis,

Ma'ruf Amaludin Fatah Hidayat, ST


Catatan : Pengaduan tidak dilayani setelah 30 hari dari tanggal report diterbitkan. RK/5.10/01/01/02
(Note) ( N = Normal, B = Attention, U = Urgent )

40

Anda mungkin juga menyukai