Oleh :
KATA PENGANTAR
Kami mengambil judul dalam tugas akhir yaitu STUDI KASUS SISTEM
MESIN yang kami dapat dalam program Cut-Way Engine bersama kawan-
pihak yang telah membantu dan memberikan baik secara moral maupun
1. Bapak Ir. Rulli Nutranta, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin,
Migas.
setimpal dari Allah S.W.T dan semoga dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKS......................... i
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB III ANALISA OLI DARI DATA LAB. DAN PERHITUNGAN
Inframerah Transformasi-FTIR). 34
3.3.8 Viskositas.. 35
v
4.4.2 Crek Posisi di Ruang Bakar .... 51
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......... 54
5.2 Saran.. .. 56
DAFTAR PUSTAKA :
LAMPIRAN :
vi
DAFTAR NOTASI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan dan atau tidak bekerja dengan baik, maka tinggal tunggu
parah.
dan daya tahan mesin kendaraan. Karena selain sebagai minyak lumas,
Oleh Sebab itu penulis dalam tugas akhir membuat judul yang
1
Minyak Lumas dan Pengaruhnya Terhadap Sistem Komponen Mesin
pada motor bensin Toyoto Kijang 5K Tahun 1997, dari ini semua
mesin mobil.
sehingga untuk memilih dan menggunakan minyak lumas yang baik dan
2
- Diagnosa gangguan minyak lumas pada kendaraan
1. Perpustakaan,
2. Visit Lapangan
3. Metode Dokumentasi
3
1.5 Jadual Pelaksanaan
dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan dan secara garis besar dibagi
pendahuluan.
4
Tujuan
Landasan
penelitian:studi
khasus analisa oli teori
dan pengaruh oli
terhadap komponen
mesin
Indentifikasi Variabel-variabel
penelitian : Identifikasi
Carakerjasistimminyak
Parameter oli
lumas terhadap kasus
yang terjadi
Dataparameteroli
pada system
Kasusyangterjadipada
minyak lumas
systemminyaklumas
STUDIPENDAHULUAN
Observasi obyek Survey Lokasi
Gbr1.1.MetodologiPenelitianyangditerapkan
5
Tahap 5, yaitu pengolahan contoh data pada studi kasus yang
terjadi pada sistim minyak lumas dan pengujian awal mesin cut-way
komprehensif.
6
Tabel 1.2. Jadual Penelitian;
KEGIATAN Feb 2008 Mar 2008 Apr 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.persiapan
penelitaian
2.Studi
pendahuluan
3.Perancangan
4.pabrikasi
pembuatan cut-
way
5.penyusunan
laporan
BAB I PENDAHULUAN
7
BAB II TEORI UMUM SISTEM MINYAK LUMAS
lumas
LUMAS
komponen sebuah mesin bila kegagalan dalam minyak lumas dan berikut
contoh gambar-gambar.
BAB V PENUTUP
8
BAB II
Jika tekanan yang hilang terlalu besar pembentukan seal (lapisan lumas)
yang tidak baik, mesin akan kehilangan tenaga sehingga konsumsi bahan
9
2.2 Jenis Sistem Minyak Lumas
Cara kerjanya adalah sebagai berikut saat mesin hidup, poros engkol
dinding silinder.
10
2.2.2 Sistem tekanan (pressure feed system)
Pada sistem ini minyak lumas terkumpul di dalam karter atau panci
minyak lumas (oil pan) yang terdapat dibagian bawah mesin. Oli dari
karter dihisap oleh pompa oli minyak melalui saringan kasar dari sini
lumas akan kembali lagi ke panci minyak lumas. Setelah oli melumasi ke
ke dalam karter dengan bantuan gaya gravitasi bumi, dan selanjutnya oli
11
2.3 Syarat Minyak Lumas
komponen mesin yang bergerak atau bergesekan satu sama lain. Makin
kecil koefisien gesek suatu oli mesin, maka minyak lumas semakin baik
operasi mesin yang digunakan pula. Makin besar viskositas minyak lumas,
makin besar pula tahanannya untuk mengalir, ini berarti makin kental
12
Viskositas suatu minyak lumas yang baik tidak boleh mengalami
dilakukan pengujian viskositas minyak lumas pada suhu rendah dan suhu
tinggi.
melaluinya dan makin lengket makin baik. Selain kekentalan yang juga
perlu diperhatikan adalah mutu dari minyak lumas tersebut, maka tingkat
hanya tertera pada minyak lumas mesin. Kode tersebut terdiri atas dua
tersebut terutama digunakan untuk mesin bensin (S= Spark : percikan api,
13
2.3.3 Tidak mudah bersenyawa
yang masuk ke dalam minyak lumas dalam jumlah yang besar dan kalau
tidak sempurna.
Minyak lumas harus memiliki titik bakar tinggi atau sifatnya sulit
terbakar dan sulit menguap. Karena suatu minyak lumas mesin harus
14
minyak lumas tinggal sedikit maka kondisi mesin akan mengalami
hal ini agar tetap dapat dipompa ke seluruh bagian sistem pelumasan
metoda ASTM D 5293, dimana metoda pengujian ini hanya untuk minyak
patah membuat tonjolan baru. Hal ini dapat dicegah jika diantara kedua
permukaan itu kita berikan suatu lapisan minyak. Apabila kedua bagian
15
tadi bersentuhan (tidak ada jarak) maka luas bidang gesek akan menjadi
besar, sehingga koefisien akan bertambah besar. Akan tetapi jika kita beri
minyak lumas, maka lapisan tadi akan memberi jarak kepada kedua
Secara garis besar formulasi minyak lumas adalah basic oil atau
lube base stock (straight mineral oil) yaitu hasil penyulingan minyak
mineral oil dalam jumlah yang relative kecil 10-20%, dengan tujuan untuk
yang diinginkan.
2.5.1 Detergency/dispercancy
16
Di karenakan hasil pembakaran di dalam silinder antara bahan
mineral oil tidak mampu untuk menetralisir asam tesebut, dimana asam
itu komposisinya sekitar 0,05%. Jadi pada minyak lumas itu ditambahkan
karbon.
2.5.2 Antioksidan
kontak antara udara dan minyak lumas yang beroperasi, yang kerap
terjadi pada kondisi suhu tinggi. Keadaan ini ditunjang dengan logam atau
situasi yang yang demikian, minyak lumas, minyak dasar (base oil),
oksigen dari udara. Oleh karena oksidasi dari minyak lumas itu sendiri
17
selalu terjadi maka akan mengakibatkan terbentuknya asam yang korosip
langsung antara logam dengan logam. Hal ini tidak dapat bertahan apabila
sebesar 0,07 %
18
2.5.5 Viskositas Index Improver
kecil dalam operasi melayani mesin. Pada suhu tinggi minyak lumas tidak
- Poly isobutance
- Poly methoerylate
- Ethyleme
- Prapyleme copolymer
19
Biasanya untuk minyak lumas multi grade oil formulasinya adalah
oil yang bekerja tetapi pada temperatur yang tinggi viskositas indeks
20
tekanan. Viskositas turun maka naik temperaturnya dan sebaliknya bila
indeks rendah
range (SAE 10, SAE 20 dan lain-lain) disebut minyak lumas single
grade
sepanjang tahun.
21
tidak termasuk kekentalan yang ditunjukkan W menyatakn kekentalan
mesin standar minyak lumas SAE 10 pada -18C (0F) dan standar oli
viskositas Index
SAE sehingga pemilihan akan lebih bisa dilihat dari perbandingan kondisi
22
Tabel 2.1. Klasifikasi minyak lumas mesin untuk mesin bensin
23
Mengandung sejumlah besar
CC detergent-dispersent, anti-
oxidant dll. Dapat digunakan
dalam mesin diesel tubo
charged dan dapat juga dalam
mesin bensin dengan pelayanan
kondisi mesin operasi
temperature sedang
Digunakan untuk mesin diesel
CD turbo charged dengan
kandungan sulfur kecil,
sedangkan detergent-dispersent
dalam jumlah besar.
oleh batang distributor atau gigi sumbu nok (cam shaft gear) dan ada
menggunakan V-belt.
Pompa minyak lumas bentuk rotor terdiri dari sebuah rumah pompa
(housing) dan sebuah rotor dalam (inner rotor) sebagai rotor penggerak
seperti satelit mengitari rotor dalam berputar dalam sebuah rumah pompa.
24
Rotor dalam diputar oleh sumbu penggerak (drive shaft) yang
dihubungkan dengan gerakan putar dari sumbu nok (cam shaft) dan ada
engkol. Dengan demikian pada waktu rotor dalam berputar, rotor luar juga
berputar dan volume ruangan diantara rotor-rotor itu akan berubah. Lumas
masuk melalui celah masuk yang terdapat pada ruang diantara rotor-rotor
25
2.7.2 Pompa minyak lumas roda gigi
Pompa lumas ini terdiri dari rumah dan dua buah roda gigi yang
rumah. Pompa ini digerakkan oleh batang distributor atau gigi sumbu nok
(cam shaft gear). Pompa gigi yang satu berhubungan dengan poros
sebagai poros pengantar. Bila salah satu dari roda-roda gigi ini berputar,
maka roda gigi lainnya akan berputar berlawanan arah. Karena itu, minyak
lumas yang terdapat diantara celah-celah roda gigi dan body didesak
Pompa ini dilengkapi pula dengan katup pengatur tekanan (relief valve)
kotoran yang terdapat didalam minyak lumas. Saringan tersebut ada dua
jenis yaitu saringan minyak lumas jenis elemen dan saringan minyak
26
Gbr 2.4 Saringan Minyak Lumas Jenis Elemen
dengan cairan pembersih lambat laun elemen saringan akan menjadi tipis
dan hal ini akan menyebabkan daya penyaringan terhadap kotoran akan
berkurang.
terhadap kotoran lebih baik dari saringan jenis elemen, hal ini dapat dilihat
27
BAB IIIl
(sifat fisika kimia yang menunjukkan identitas minyak lumas yang diuji
menetralkan bilangan basa dalam lumas per satuan berat. Berfungsi untuk
pembakaran.
28
minyak lumas. Makin besar nilai TBN makin besar kemampuan deterjensi
bersifat korosif dan dapat memakan logam atau alloy dari komponen atau
bagian mesin. Dengan adanya deterjen yang bersifat basa maka asam
sulfat yang terjadi dapat dinetralkan. Selain itu deterjen juga dapat
metode ASTM D 2896 dan nilainya dibatasi dengan nilai minimum sampai
maksimum.
50% dari nilai awal mengindikasikan masa pakai minyak lumas mendekati
basa minyak lumas adalah tujuh kali dari nilai sulfur bahan bakar minyak
yang dipakai.
bahan bakar yang dipakai dengan parameter utama adalah kadar sulfur,
parameter lain adalah laju konsumsi lumas dan kapasitas tamping bak
29
Turunnya TBN di sebabkan:
TBN yang rendah pada minyak lumas bekas pakai (used oil)
korosi pada bagian mesin; seputar piston bagian atas, ring piston dan
bantalan (bearing).
Hal yang sama juga akan terjadi pada bagain mesin lainnya serta sistem
30
3.3.2 Angka Asam Total (Total Acid Number-TAN, mgKOH/gr)
menetralkan asam dalam minyak lumas per satuan berat. Total Acid
yang ada dalam minyak lumas, seperti senyawa nitra, nitro dan lain-lain.
lumas.
naik, sebaliknya viskositas akan naik jika temperatur turun. Perubahan ini
lumas masih mengalir. Titik tuang minyak lumas ditentukan dari jenis
minyak lumas dasar (base oil) yang digunakan. Minyak lumas sintetik
31
dengan minyak lumas mineral. Oleh karena itu minyak lumas sintetik
mempunyai sifat cold starting yang jauh labih baik dibandingkan minyak
mudah menyala. Titik nyala dapat diukur dengan jalan melewatkan nyala
api pada minyak lumas yang dipanaskan secara teratur. Titik nyala
32
nyala suatu minyak lumas berarti semain aman dalam penggunaan dan
penyimpanan.
terhadap air pada volume dan suhu yang sama. Specific grafity atau
perdagangan. Minyak lumas terbuat dari base oii atau lumas dasar yang
berlainan dan memiliki dan memiliki berat spesifik yang berlainan pula.
Salah satu standar untuk pengukuran berat spesifik adalah ASTM D-1298.
33
Gbr. 3.4 Peralatan Ukur Meter SG
FTIR)
yang mempunyai fungsi khas dan dapat dideteksi oleh alat yang bernama
34
3.3.8 Viskositas
tahanan yang diberikan oleh minyak lumas untuk mengalir atau dengan
35
3.3.9 Kandungan Air (Water Content)
karena akan terbentuk emulsi, karat atau korosi pada logam. Kandungan
air yang tinggi dalam minyak lumas menandakan adanya kontaminasi air
yang disebabkan oleh kebocoran pada saluran air karburator atau akibat
36
3.3.10 Keausan Metal (Wear Metal)
pada part-part didalam mesin. Juga untuk mengetahui tingkat dan sumber
37
Tabel 3.1 Metal Content
No LOGAM INDIKASI
38
3.2. Perhitungan Pemilihan Minyak Lumas
P = PQ + Pi
Dimana :
Harga gaya total pada piston adalah bervariasi untuk setiap sudut
putar poros engkol. Jadi dalam perhitungan ini cukup dengan gaya
total yang maksimum. Harga gaya total maksimum untuk setiap luasan
terjadi pada saat sudut engkol silinder 1(1) = 525, yaitu sebesar :
penghubung (NRrod) :
NRrod = - Mrod . R .
Dimana :
Mrod er = 0,603
39
R = Jari-jari = 32,35 x 10- m
Jadi,
Cos ( + )
N = P -------------------
Cos
Cos ( + )
Dimana harga ---------------- dapat dilihat pada = 0,25
Cos
Gaya normal yang diproyeksikan pada bidang vertical polar
diagram (Rcp)
Rcp = N + NRrod
Tabel 3.1 Gaya Normal pada variasi sudut engkol yang berbeda
40
N (N) Rcp (N) N (N) Rcp (N)
R cpmax
Pmax = -------------
Lcp. dcp
Lcp = panjang pena engkol = 50 x 10m
Jadi :
23377.244
Pmax = ------------------
50.10- x 55.10-
= 8500816 N/m
41
- Temperatur minyak lumas untuk bantalan (toil.in):
toil.in = (60-90)C
toil.in = (20-30)C
toil.in + toil.out
toil.m = ------------------
2
60C + 25C
= --------------
2
= 42,5C
42
- Radial clearance () :
cp 4 x 10-5m
= ----------- = -------------- = 2 x 10-5m
2 2
hmin = ( 6 8 ) micron
- Relatif excentricity ( X ) :
- hmin 2 x 10-5 - 8 x 10-6
X = ------------- = -------------------------
2 x 10-5
= 0,6
Lcp 50 x 10-3
------ = ------------- = 0,909
dcp 55 x 10-3
- Faktor beban () :
= 0,975
43
cp 4 x 10-5
- Relatif clearance () = ------- = ------------- = 7,273 x 10-4
dcp 15 x 10-3
= 0,817125 lb/m3
= 23448,33592 kg/m3
44
- Berat jenis rata-rata minyak lumas yang digunakan (oil ) :
62,4
oil = -------- x 0,847125 = 0,029 lb/m3
1768
= 802,71 N/m3
Co = Wo . Nbmax
109.Co
l = -----------------------------
2,2x60xN.m.p x v
= (7-12)
= 8 (ditentukan)
m = modul gigi
= ( 3-5 )
= 4 mm (ditentukan)
45
p = putaran gear = 6400 rpm
= (0,60 0,80)
= 0,70 (ditentukan)
Jadi :
109 x 1,0095
= ---------------------------------------------
2,2 x 60xx 8 x 4 x 6400 x 0,70
1009500000
= ---------------------
61117562,88
= 16,5173 mm
Po = (5,5 6,5)
Ditentukan : Po = 5,5 atau gauge = 5,5 +1 atm gauge = 5,5 + 1 atm abs
Co x Po x 10-3
Nop = -----------------------
3600 x op
Dimana : Nop = efesiensi pompa
= (0,7 0,72)
46
= 0,72 (ditentukan)
Jadi :
1,0095 x 6,5 x 105x10-3 0,688.98
Nop = ---------------------------------- = ----------------
3600 x 0,72 2.592
= 0,25315 Hp
= 0,18877 Kw
= 188,77 W
= 130754,166 W
konstan (Cp).
dimana :
r co2 = 0,09
r H2O = 0,09
r N2 = 0,80
Jadi :
47
= 7,5005745 Kcal/mole C
= 31541,569 J / K mole C
Cp = Cp udara
dan untuk t = 27 C
Dimana :
= 0,747 k.mole
Cp = 31541,569 J/Kmole C
Cp = 29150,125 J/Kmole C
tgas = 627 C
to = 27 C
Jadi :
48
Qgas = 4,42 x 10-3 (0,726(31541,569)627-0,747(29159,125) 27
Qgas = 57833,39 W
= Co.oli
= 0,4321 m3/jam
toli-out = 85 C
toli-in = 60 C
= 0,52 Btu/lb F
= 670 J/kg C
49
BAB IV
dengan tepat sesuai dengan kondisi kerja mesin. Hal ini dapat
50
4.4.2 Crek Posisi di Ruang Bakar
51
4.4.4 Aus pada Posisi Main Shaft
52
4.4.6 Blok Mesin Kondisi Berkerak
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bergesekan.
tersebut.
54
dengan SAE 10 pada saat suhu udaranya dingin dan SAE 50
part million)
Oil Jet, aus pada posisi big-end, aus pada main shaft, baret
55
5.2 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
www.agip.co.id, Jakarta
www.agip.co.id, Jakarta
2005, Jakarta
Jakarta
2000, Jurusan Teknik Gas & Petrokimia, Fakultas Teknik UI, Depok
Pustaka, Jakarta
LAMPIRAN
HASIL DATA LAB ( DIAMBIL DARI KONDISI ARAMADA YANG NORMAL OPERASI)
Keterangan :
(Remarks) Hasil analisa menunjukkan viskositas pelumas sudah turun melebihi warning limit, kemungkinan pelumas mengalami degradasi aditif.
Disarankan untuk mengganti pelumas. Resampling 2.500 Km setelah penggantian.
39
Keterangan :
(Remarks) Hasil analisa menunjukkan viskositas pelumas turun hampir mendekati batas minimum, kenungkinan pelumas mengalami degradasi aditif.
Pelumas masih dapat digunakan. Resampling 2.000 Km berikutnya.
15
10
0
09390/L/07 0 0 0
40