Dosen Pengampu
Abdurrahim Sidiq, ST, MT
Disusun Oleh :
Nama : Abdurrahman
NPM : 15.62.0058
Kelas : Reguler Malam BJM 5
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca di Program Studi Teknik Mesin Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
ii
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………... 48
5.2 Saran …………………………………………………………………. 48
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR DIAGRAM
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Radiator adalah suatu jenis alat penukar kalor yang memakai aliran
fluida sebagai alat penukarnya. Fungsi dari alat ini adalah untuk
menyalurkan panas yang diserap oleh bahan pendingin dari motor kembali
pada udara luas. Dengan demikian maka suhu bahan pendingin di radiator
akan menurun sedangkam udara di sekitaranya akan meningkat suhunya.
Fungsi dari radiator inilah yang menjaga agar panas yang di hasilkan
oleh mesin ini tetap stbail. Melalui aliran fluida pada radiator dan aliran
udara, sehingga panas yang dihasilkan oleh mesin tersebut dapat diredam
pada suhu optimal.
Salah satu yang menjadi latar belakang dari penulisan ini adalah
pengalaman pribadi penulis. Ketika perjalanan keluar kota, tiba-tiba mesin
tidak bertenaga dan terjadi bunyi menggelitik yang sering. Pada indicator
suhu, menunjukan bahwa temperature sudah melebihi dari batas yang
diizinkan, kemudian mesin langsung dimatikan.
Ketika diperiksa pada bagian mesin dan alat pendingin, ternyata air
pada radiator sudah tidak ada. Kemudian kami mengisi air radiator himgga
2
penuh dan suhu mesin turun pada saat meneruskan perjalanan, ternyata
terdapat beberapa tempat yang mengeluarkan uap air yang mnagkibatkan
air menjadi menguap dan habis. Suhu mesin meningkat cepat dan tidak
bertenaga.
3
motor bakar hanya diredam oleh radiator saja. Radiator menggunakan air
sebagai zat fluidanya. Untuk mencari korelasinya, saya hanya menghitung
besar kalor yang dihasilkan oleh motor dan besar kalor yang dapat
diredam oleh radiator.
Percobaan pada motor bakar otto dilakukan pada putaran mesin 710
rpm, 1000 rpm, 1500 rpm dan 2000 rpm, 2500 rpm, 3000 rpm dan 4000
rpm. Pengkuran panas dari mesin diukur setelah dihidupkan selama 15
menit, 30 menit dan 50 menit.
4
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan terori yang mendukung pendinginan pada
radiator. Sesuai dengan tujuan penulisan maka teori mengenai kalor dan fluida
adalah bagian utamanya. Untuk itu penulis membagi landasan teori pada bab ini
menjadi toga bagian yaitu pada motor bakar, air (fluida) dan radiator.
1. Langkah Pengisian
Katup masuk terbuka dan torak bergerak dari batas atas dinamakan titik mati
atas atau TMA menuju ke batas bawah dinamakan titik mati bawah atau TMB
maka camouran udara dan bahan bakar mengalir masuk ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi
Katup masuk tertutup dan torak bergerak menekan campuran udara dan bahan
bakar yang menimbulkan tekanan. Sewaktu torak mendekati pada TMA,
ditimbulkan percikan api listrik yang dihasilkan oleh busi. Percikan api listrik ini
membakar campuran udara dan bahan bakar sehingga mulai timbul pembakaran.
3. Langkah Ekspansi
Campuran udara dam bahan bakar yang terbakar berurutan menimbulkan
tekanan yang lama kelamaan menjadi maksimum. Tekanan maksimum ini
menekan torak ke bawah dan baik tekanan maupun suhu dari gas pembakaran
mulai mengurang. Gaya gerak yang ditimbulkan oleh gerakan torak ini diteruskan
kepada engkol melalui tangka torak dan engkol dan dengan demikian poros
engkol dipaksa untuk berputar mengatasi tekanan yang ditimbulkan oleh torak.
5. Langkah Buang
Katup buang terbuka dan gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh torak yang
bergerak keatas dan selanjutnya dimulai lagi langkah pemasukan untuk siklus
berikutnya.
6
Gambar 2.1 Gambaran secara umum keempat langkah torak
Dengan demikian untuk setiap empat langkah dari torak atau dua putaran
poros engkol hanya dilakukan satu langkah kerja. Berbeda dengan motor dua
langkah, pada motor dua langkah keempat urutan prosesnya terjadi dalam setiap
satu kali putaran poros engkol. Yaitu langkah isap, kompresi dan kerja buang.
Jadi motor dua langkah lebih banyak menghasilkan tenaga disbanding motor
empat langkah. Karena motor dua langkah menghasilkan langkha kerja setiap
putaran poros engkol berputar untuk kedua kalinya.
7
.
8
untuk memenuhi siklus diesel (ideal) yaitu : seperti siklus otto tetapi proses
pemasukan kalornya dilakukan pada tekanan konstan siklus diesel dapat
digambarkan dalam diagram P Vs V seperti dilihat pada gambar 2.4. untuk siklus
ini dipergunakan pengidealan yang sama seperti siklus volume konstan, kecuali
mengenai pemasukan kalor sebanyak qm pada siklus diesel dilaksanakan pada
tekan konstan.
Langkah kerja motor diesel terdiri dari langkah hisap, langkah kompresi
langkah ekspansi, dan langkah buang. Pada motor diesel 4 langkah ini, setiap 4
kali gerakan piston menghasilkan 1 kali gerakan kerja atau tenaga yang berguna
bagi motor.
9
2.4 Prinsip Prinsip Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energy dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-
daerah tersebut.
Ada tiga cara yang dikenal dalam proses perpindahan panas, yaitu :
A. Perpindahan panas secara konduksi
Konduksi adalah proses dimana mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi
ke benda yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair, atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung. Dalam aliran panas konduksi perpindahan energy terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang
cukupbesar ilustrasi perpindahan panas secara konduksi dapat dilihat pada
gambar.
Keterangan
Q : kalor (J) atau (kal).
k : konduktivitas termal (W/mK).
10
A : luas penampang (m2).
ΔT : perubahan suhu (K).
L : panjang (m).
H : kalor yang merambat persatuan waktu (J/s atau watt).
t : waktu (sekon).
Keterangan
H: laju kalor (kal/s atau J/s)
11
2.6 Teori Fluida
Saya menggunakan air sebagai zat fluida adalah zat yang merubah bentuk
secara kontinu (terus menerus) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya
tegangan geser tersebut. Sedangkan gaya geser adalah komponen gaya yang
menyinggung permukaan rata-rata pada permukaan itu. Dan tegangan geser suatu
titik adalah nilai batas perbandingan gaya geser terhadap luas, dengan
berkurangnya luas hingga menjadi titik.
Pada air ini terjadi perpindahan kalor secara konveksi. KOnveksi yang
digunakan disini adalah konveksi paksa, yaitu gerakan fluida akibat paksaan
peralatan dari luar, dalam hal ini adalah pompa air.
Jenis ini mempengaruhi mekanisme percampuran partikel fluida sehingga
perpindahan kalor secara konveksi ini lebih efektif. Jadi mekanisme konveksi
secara garis besar adalah :
1. Panas mengalir secara konduksi dari permukaan padat ke partikel-partikel
fluida yang berada di dekatnya.
2. Panas ini meanikkan temperature fluida dan energy didalamnya partikel-
partikel yang bertempratur tinggi ini memilik mobilitas yang besar sehingga
mampu bergerak kea rah partikel-partikel yang memiliki tempratur lebih
rendah, lalu bercampur dan pada saat pencampuran ini energy berpindah pula.
3. Dengan demikian timbul aliran fluida dan energy secara simultan. Energi.
sebenarnya disimpan pula dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai
akibat dari gerakan massa partikel tersebut.
Sistem sirkulasi pendingin pada sebuah motor, dapat dilihat pada gambar 2.1
12
Gambar 2.5 Sirkulasi Sistem Pendingin Motor.
Keterangan :
1. Pressure cap.
2. Tangki atas.
3. Sirip pendingin.
4. Pipa air.
5. Kipas angina.
6. Pompa air.
7. Radiator drain tap.
8. Radiator return pipe.
9. Tali kipas.
10. Thermostat.
11. Temprature gauge.
12. Gallery atas.
13. Piston casing.
14. Saluran air.
15. Pipa dihubunkan pada heater.
16. Booster fan.
17. Heater control.
18. Saluran air dari heater.
13
19. Blok drain trip.
Denga adanya pressure cap ini berarti air yang ada di dalam water jacket dari
radiator tidak dapat terhubung langsung dengan udara yang ada di atmosfer
dengan demikian maka air tidak akan mendidih sampai dengan suhu nya
mencapai 112°C pada level permukaan laut.
Titik didih air pada level permukaan laut sebesar 112°C ini akan menurun
sebesar 1,1°C, setiap mobil yang digunakan mendaki setinggi 305 m diatas
permukaan laut.
Laju perpindahan panas koveksi dapat ditulis sebagai berikut :
Qc =hc x A x (Tw – Tx).
Keterangan :
Qa = Jumlah Kalor.
Hc = Koefisien perpindahan panas konveksi.
A = Luas permukaan (m2).
Tw = Temperatur permukaan atau dinding benda padat (°C).
Tx = Tempratur fluida yang di gunakan (°C).
Pada radiator ini aliran yang digunakan adalah aliran dalam atau internal flow.
Dari jumlah aliran massa dan luas permukaan aliran maka akan didapat jenis
aliran yang digunakan. Untuk jenis alat perpindahan panas radiator sebaiknya
digunakan jenis aliran turbulen. Karena jenis aliran turbulen dapat meningkatkan
koefisien panas yang terjadi.
Pada gambar 2.2 digambarkan bagian dari contoh perpindahan panas konveksi
tersebut.
14
Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi
2.7 Radiator.
2.7.1. Jenis Alat Pepindahan Panas.
Pada bagian ini akan dijelaskan fungsi dari radiator dan bagian-bagian dari
radiator. Tetapi sebelumnya akan akan diuraikan terlebih dahulu jenis alat
perpindahan kalor. Menurut Ramesh K.Shan, Jenis penukar kalor yang sampai
sekarang dapat dibagi berdasarkan kepada :
1. Proses perpindahan panas.
2. Tingkat kekompakan permukaan.
3. Profil kontruksi permukaan.
4. Susunan aliran fluida.
5. Banyaknya fluida yang dipakai.
6. Mekanisme perpindahan panas.
15
3. Klasifikasi berdasrkan konstruksi permukaan yaitu penukar kalor tabung atau
pipa, plat permukaan yang di perluas dan penukar kalor generator.
A. Penukar kalor tipe tabung, missal nya :
1. Penukar kalor sel dan tabung (shell and tube).
2. Penukar kalor pipa ganda dan pipa spiral.
B. Penukar kalor tipe plat, misalmya :
1. Penukar kalor pelat gasket.
2. Penukar kalor pelat bentuk spiral.
3. Penukar kalor pipan tipis (lamella).
C. Penukar kalor tipe permukaan yang diperluas
1. Penukar kalor sirip pelat.
2. Penukar kalor tabung degan siri.
D. Penukar kalor generator
5. Klasifikasi berdasrkan banyaknya fluida yang dipakai ada dua jenis yaitu :
A. Dua macam fluida.
B. Tiga macam fluida
6. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas dibagi menjadi 3 :
A. Konveksi satu fasa.
B. Konveksi dua fasa.
C. kombinasi perpindahan panas konveksi dan radiasi.
Berdasarkan klasifikasi diatas, penulis memilih radiator mobil dengan sifat
yang dimiliki adalah :
16
1. Tipe kontak tidak langsung.
2. Tipe penukar kalor dengan permukaan diperluas.
3. Aliran vertical dan aliran fluidanya sejajar.
Selain dari pada itu fungsi dari radiator adalah menjaga suhu dari kerja mesin
agar tetap stabil. Jadi ada sejumlah panas yang diredam oleh radiator dan dibunag
ke udara sekeliling dari hasil kerja mesin tersebut yang berupa kalor. Pada
penulisan ini panas yang duhasilkan oleh mesin diredam dengan putaran kipas
dan laju aliran fluida melalui pompa.
Fungsi utama daripada radiator adalah melepaskan kalor, maka dalam
pembuatannya dipilih bahan untuk radiator ini yang memiliki konduktivitas
termal tinggi, Yaitu bahan yang mampu menghantarkan panas dengan baik.
Dalam indsutri radiator di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan tembaga
dan kuningan dalam pembuatan nya. Selain tembaga ada juga bahan yang
digunakan misalnya alumunium. Bahan ini jarang digunakan karena biaya
pembuatannya relative lebih tinggi dan memiliki konduktivitas termal di bawah
tembaga.
17
2.7.2. Bagian – Bagian Radiator.
Radiator mempunyai bagian yang masing – masing mempunyai fungsi
dimana bagian tersebut harus terjaga agar kemampuan dari radiator tersebut
dalam menyerap panas dapat berfungsi dengan maksimal.
Sesuai dengan standar nasional Indonesia nomer SNI – 09 – 0397 – 1989
Maka standar yang diizinkan untuk radiator kendaraan bermotor roda empat dapat
dilihat pada gambar 3 – 4 dibawah ini, dimana dari gambar tersebut dapat kita
ketahui dimensi dari sebuah radiator dengan nama dari bagian – bagiannya.
18
9. Ring plat adalah untuk penahanan pada sumbat kuras.
10. Sumbat kuras adalah penutup pipa kuras.
11. Tangki keluar adalah tempat air dibagian dalam keluar.
12. Pipa keluar adalah saliran air keluar dari radiator dan masuk kedalam mantel
air motor.
13. Tutup radiator adalah tutup leher pengisi serta pembatas tekanan dalam
radiator.
14. Sarang tawon adalah bagian utama radiator tempat kalor dilepaskan.
15. Merek pembuatan adalah kode yang diberikan oleh produsen sesuai dengan
spesifikasi mesin dan tahun pembuatan.
19
Gambar 2.8 Bentuk Umum Pompa Air pada Kendaraan.
Keterangan :
1. Kipas angin.
2. Puli Kipas.
3. Impeller.
4. Poros pompa.
5. Bantalan peluru.
6. Sekat air.
7. Saluran kembali dari radiator.
Kecepatan air dalam pompa berkisar antara 2,5 – 3m/s. Sedangkan kecepatan
air yang melalui silinder blok dan bagian depan pompa tidak lebih dari 1 m/s. Dan
Besar dari tenaga yang diperlukan oleh pompa air pada suatu mesin adalah sekitar
0,5 – 1% dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin tersebut. Misalnya saja suatu
mesin memiliki tenaga 80 tenaga kuda. Maka diperlukan pompa yang memiliki
tenaga maksimum 0,8 tenaga kuda.
20
2. Termostat
Fungsi dari thermostat adalah mengatur aliran fluida berbeda setiap suhu
tertentu. Jika suhu naik misalnya pada suhu 91°Cmaka katup yang dibantu oleh
thermostat akan membuka. Akibatnya jumlah aliran fluida bertambah dan terjadi
keseimbangan antara panas dari kerja mesin dan panas yang dapat dibuang ke
udara. Selain itu penggunaan thermostat dapat meringankan beban mesin.
3. Tutup Radiator
Tutup Radiator berfungsi untuk menutup tangka radiator dan mengeluarkan
panas dari uap air yang berlebihan. Selain itu untuk menambah air jika dalam
sirkulasi tersebut kekurangan cairan. Tekanan pada tutup radiator ini sampai
mencapai suhu pada suhu 120°C
Pada tutup radiator terdapat dua katup. Yang pertama adalah katup tekan dan
yang kedau adalah katup vakum. Katup tekan berfungsi untuk menyalurkan
tekanan berlebuh dari uap air yang dibawa oleh aliran fluida.
Sedangkan katup vakum berfungsi untuk menyamakan tekanan ketika mesin
dimatikan. Sebab sistem pendingin membuat sendiri kondisi vakum dalam
lingkungannya. Katup ini akan membuka pada 0.6 – 0.9 kPa dibawah atmosfir.
4. Kipas
Kipas pada sistem pendingin mesin berfungsi untuk menyerap panas dari
sarang tawon pada radiator dan mendinginkan permukaan mesin bagian luar.
Kipas yang banyak digunakan adalah kipas aksial.
Kipas ini ada yang digerakan oleh crankshaft karena menyatu dengan pompa
air dan ada juga yang digerakan oleh motor elektrik. Jumlah daun kipas berkisar
antara 70 – 100 m/s. dan diameter kipas yang digunakan berkisa antara 0.25 –
0.65 m.
21
5. Air
Zat fluida yang digunakan pada radiator ini adalah air. Radiator adalah salah
satu alat penukar kalor yang menggunakan air sebagai alat penukarnya, beberapa
sifat air yang menguntungkan untuk digunakan pada radiator pada suhu 80°C –
90°C :
1. Konduktivitas Termal (k) = 0,7 W/m°C.
2. Kerapatan (ρ) = 968,6 kg/m3.
3. Viskositas (µ) = 0.336 Ns/m2.
4. Tegangan permukaan (σ) = 6,2 N/m2.
Selain itu pengunaan air cocok untuk iklim tropis dan tidak berbau. Perbedaan
temperature yang tidak begitu besat antara suhu sekitar terhadap proses kerja
mesin menjadi satu pilihan yang tepat untuk radiator sebagai alat penukar kalor
pada mesin mobil.
22
4. Perbedaan temperature pemasukan udara yang akan mengalir kesarang tawon
radiator, dan dinyatakan dalam deraja Celcius (°C).
5. Aliran air adalah jumlah air yang mengalir ke dalam radiator, dinyatakan
dalam meter per detik (m/s).
6. Kecepatan udara adalah udara yang mengalir dengan arah frontal kesarang
tawon radiator yang diuji dan dinyatakan dalam meter per detik (m/s).
Dari ketentuan – ketentuan diatas maka Dewan Standarisasi Nasional (DSN)
menetapkan beberapa rumus yang dapat digunakan bagi para pembuat radiator
Antara lain yaitu :
1. Jumlah kalor yang dilepaskan oleh air.
Qa = ma x cpa x (ta1-ta2).
Dimana :
Qa = jumlah kalor yang dilepaskan oleh air (kW).
Ma = Massa air yang mengalir (kg/min).
Cpa = Kapasitas panas masuk (kJ/kg°C).
ta1 = Tempratur air masuk (°C).
ta2 = Temperatur air keluar (°C).
Sedangkan :
ma = ρa x Va x 60
Dimana :
ρa = Massa jenis aair pada temperature airmasuk (kg/m3).
Va = Volume aliran air (m3/s).
23
Dimana :
Qu = Jumlah kalor yang diterima oleh udara pendingin (kW).
mu = Massa udara yang mengalir (kg/min).
cpu = Kalor jenis udara (kJ/kg°C).
tu1 = Temperatur udara keluar (°C).
tu2 = Temperatur udara masuk (°C).
Sedangkan :
mu = vu c ρu
Dimana
Vu = Volume aliran udara pendingin (m2/s).
ρu = Massa jenis udara (kg/m3).
Dalam perencanaan alat penukar jenis radiator, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai bahan rujukan, antara lain :
1. Untuk mengalirkan air pada ruang dan daya yang terbatas maka dapat dipilih
konstruksi dengan menggunakan pipa gepeng (flattened tube). Karena dapat
memperbesar luas aliran dan turbulensi yang terbentuk lebih kecil sehungga
dapat memperkecil adanya kehilangan terkenan pada suatu aliran.
24
2. Jumlah kalor yang dapat dipindihkan setiap satuan volume metrics sebagai
fungsi dari daya untuk menghasilkan aliran tersebut.
3. Spesifikasi radiator dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
Spesifikasi Performa atau unjuk kerja :
a. Jumlah panas yang dapat dilepaskan oleh radiator pada kondisi kecepatan
udara, kecepatan air (debit) dan beda temperature (Δt) antara temperature
ruang bakar dan temperature air pada saat masuk. Dinyatakan dalam besaran
jam atau kw.
b. Pressure Drop (water side)
Besarnya tahanan udara antara sisi sebelum udara melalui radiator, dengan
sisi setelah udara melewati radiator, dan dinyatakan dalam besaran mm Aq
(mm H2O).
c. Pressure Drop (water slide)
Besarnya tahanan air antara pipa inlet dengan pipa outlet dan dinyatakan
dalam besaran mm Hg.
d. Cap Openning Pressure.
Tekan bukaan cap assy, dinyatakan dalam kg/cm2.
e. Test Pressure.
Besarnya tekanan udara yang diberikan oleh radiator saat dilakukan pulse test.
Dan dinyatakan dalam besaran kg/cm2.
f. Vibration Durability
Batasan minimum kekuatan radiator yang diizinkan pada vibration test.
Spesifikasi Konstruksi.
Spesifikasi ini berkaitannya dengan kondisi fisik radiator :
a. Core size yaitu ukuran core radiator dalam lebaw (W) x tinggi(H) x tebal (D)
b. Fin pitch yaitu jarak antara puncak sirip.
c. Heat rejection area yaitu luas perpindahan panas pada tabung dan sirip
pendingin, dalam m2.
25
d. Frontal area yaitu luas permukaan tegak lurus dengan aliran udara dan
dinyatakan dalam m2.
e. Sectional area of water path yaitu luas penampang aliran air dalam m2.
f. Dry weight yaitu berat kosong atau tanpa air dari radiator.
g. Water volume yaitu isi air atau fluida dari radiator, dalam liter.
h. Surface treatment yaitu jenis proses akhir bagi permukaan radiator, biasanya
adalah pengecatan seluruh bagian radiator dengan warna hitam.
Sebelum menghitunga besarnya daya yang bekerja terlebih dahulu harus kita
hitung besarnya gaya yang bekerja dan juga besarnya torsi yang bekerja, dimana
besarnya gaya yang bekerja adalah, yaitu :
F = 𝓂𝓍g
Dan besarnya torsi yang bekerja adalah :
T = F𝓍r
26
Dimana :
F : Gaya (N)
r : Jarak/lengan (m)
m : Masa (kg)
g : Gravitasi (m/s)
27
Dimana :
D = Tebal radiator (mm)
Fp = Puncak sirip (mm)
√𝑎2 + 𝑏 2
Dimana :
a = Lebar bidang miring Gambar 3.6 (mm)
b = Panjang bidang miring dari Gambar 3.6 (mm)
C. Luas bidang miring untuk satu gelombang kisi radiator (Lm) adalah :
Lm = (D x Pm)
Dimana
D = Tebal radiator (mm)
Pm = Panjang bidang miring kisi radiator (mm)
D. Luas area untuk satu baris sirip (Ls)
Ls = Lm x n
Dimana :
28
Lm = Lebar bidang miring untuk satu gelombang (mm)
n = Banyaknya gelombang untuk 1 baris fin pitch (mm)
Dimana :
N = Jumlah tabung
W = Panjang radiator
Pm = Panjang bidang miring kisi radiator (mm)
29
Jadi luas kesuluruhan permukaan panas adalah :
Lk = (LST + Ltt)
Dimana :
lt = Luas satu tabung (mm2)
Ltt = Luas tabung secara keseluruhan adalah (mm2)
A = Luas area sirip secara keseluruhan (mm2)
H. Perbandingan antara luas bidang sirip dan luas permukaan perpindahan panas
(ß) adalah :
𝐿𝑡𝑡
ß=
𝐴
Dimana :
Ltt = Luas tabung secara keseluruhan adalah (m2)
A = Luas keseluruhan permukaan panas (m2)
30
𝓂𝒸 𝒸𝒸 ΔT𝒸
𝓂𝒽 =
𝒸𝒽 ΔT𝒽
Dimana :
Mc = Massa fluida yang mengalir (kg/min)
k = Konduktivitas termal (W/m°C)
Pr = Tekanan udara
cp = Kalor spesifik pada tekanan tetap (kJkg°C)
ρ = Densitas (kg/m3)
µ = Visikositas (kg/m.s)
V = Kecepatan aliran fluida (m2/s)
α = Difusivitas termal (m2/s)
Untuk selanjutnya, selain Cmin/Cmaks juga hrus dicari factor lain yaitu luas
total permukaan perpindahan panas atau A dan volume matriks atau v.
31
Karena telah didapatkan besarnya NTU maks dan C min / C maks, maka akan
didapat harga efisiensi atau e dengan melihat gambar di bawah ini.
Efektivitas, untuk penuka-kalor aliran lawan arah dengan fluida – fluida tak
campur. Dalam hal ini C min/ C maks dan semua persamaan efektivitas
penukar kalor mendekati persamaan sederhana.
Jadi besarnya kalor yang dapat dipindahkan diketahui dengan menggunakan
rumus berikut :
Q = 𝜀 𝑥 𝐶 𝑚𝑖𝑛 x (Tam – Tam)
Dimana :
Q = Jumlah kalor yang dilepaskan oleh air (kW)
Cmin = Temperatur air (kJ/kg °C0
Tum = Temperatur air masuk (°C)
Tam = Tempratur air keluar (°C)
𝜀 = Efektivitas penukar kalor
32
33
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
Mulai
1. Menentukan Masalah
2. Mengumpulkan Informasi
3. Persiapan Pengujian
1. Menentukan Masalah
2. Mengumpulkan Informasi
3. Persiapan Pengujian
Pengujian Radiator
Keadaan Normal
1. Perhitungan
2. Pembahasan
Selesai
Diagram 3.1 Diagram alir prosedur pengujian
Pengujian terhadap radiator untuk mengetahui hasil yang diinginkan
memerlukan tiga tahap dalam pengujian yaitu :
1. Pengujian radiator keadaan dingin yang dilakukan setelah mesin dihidupkan
selama 15 menit.
2. Pengujian radiator keadaan normal yang dilakukan setelahmesin dihidupkan
selama 30 menit.
3. Pengujian radiator keadaan panas yang dilakukan setelah mesin dihidupkan
selama 50 menit.
34
3.2 Jenis Motor Bakar Yang Digunakan
Dalam tulisan ini, saya meilih jenis motor bakar untuk kendaraan sehari hari.
Jenis yang dipilih adalah motor bakar otto empat langkah jenis 5 – K yang di
produksi oleh pabrik mobil Toyota.
Untuk memperjelas jenis motor tersebut, dibawah ini di cantumkan beberapa
spesifikasi dari mesin tersebut :
Model : Toyata Kijang
Tipe :5K
Jumlah silinder :4
Diameter : 80.45 mm
Langkah : 73 mm
Volume mesin : 14699 cc
Perbandingan kompresi : 1:8
Daya maksimum : 72 hp/5500 rpm.
Sistem pendingin : Berpendingin air dengan menggunakan radiator
berkapasitas 5,6 liter. Menggunakan minyak
pelumas dengan kapasitas 3,7 liter dan bertekanan
0,35 kg/cm2
35
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN
Pada bab ini akan saya jelaskan mengenai proses perhitungan dari suatu
radiator, seperti perhitungan tentang besar kalor yang dapat diredam oleh radiator,
selain itu juga akan saya tampilkan mengenai hasil dari percobaan motor bakar
dengan menggunakan radiator.
Selain kita mengetahu besar kalor yang dihasilkan oleh suatu motor bakar,
kemudian kita mecoba untuk mengetahui besar kalor yang dapat diredam oleh
radiator. Untuk itu kita perlu mengetahui dimensi dari radiator.
37
2𝜋NT
𝑝=
60
Dimana :
P = Daya (Watt)
N = Putaran (rpm)
T = Torsi (Nm)
F = Gaya (N)
r = Jarak/lengan (m)
m = Masa (kg)
g = Gravitasi (m/s)
Jika diketahui :
m = 80 kg
r =30 cm
Maka besarnya gaya yang bekerja adalah :
F = mxg
F = 80 kg x 9,8 m/s
F = 78,4 N
Setelah diketahui besarnya gaya yang bekerja (F) maka dapat dihitung
besarnya torsi yang bekerja yaitu :
T = fxr
T = 78,4 x o,3
T = 23,52 Nm
Setelah diketahu torsi yang bekerja (T) maka besarnya daya untuk masing –
masing putaran adalah :
1. Putaran 710 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x710
𝑝=
60
𝑝 = 1.747 Watt
38
2. Putaran 1000 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x1000
𝑝=
60
𝑝 = 2.462 Watt
𝑝 = 3.693 Watt
𝑝 = 4.924 Watt
𝑝 = 6.155 Watt
39
6. Putaran 3000 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x3000
𝑝=
60
𝑝 = 7.386 Watt
𝑝 = 9.846 Watt
Sehingga setelah dihitung besarnya daya yang bekerja ditiap – tiap kecepatan
putaran mesin yang bekerja, maka hasilnya dapat dengan jelas dilihat dari tabel
dibawah ini :
N F T P
(rpm) (N) (Nm) (Watt)
710 78,4 23,52 1.747
1000 78,4 23,52 2.462
1500 78,4 23,52 3.693
2000 78,4 23,52 4.924
2500 78,4 23,52 6.155
3000 78,4 23,52 7.386
4000 78,4 23,52 9.846
40
4.3 Perhitungan Penampang Sirip
Perhitungan mengenai penampang sirip adalah sebagai berikut :
1. Luas penampang sirip
Maka banyaknya gelombang untuk 1 baris fin pitch (n) adalah :
H 355
= = 101,42 = 100 𝐵𝑢𝑎ℎ
fp 3,5
√𝑎2 + 𝑏 2
√182 + 102 = 10,16 = 10 mm
4. Luas bidang miring untuk satu gelombang kisi radiator (Lm) adalah :
Lm = (D x Pm x 2)
= (32 x 10 x 2) = 640 mm2
LST = Ls x n sirip
41
= 64.000 x 41
Untuk jumlah tabung yang diperlukan didapat dari panjang sarang tawon 490
W−tp
NTabung =
tp+2
490−10
NTabung = = 40 buah
10+2
Karena memiliki dua buah baris tabung, maka jumlah tabung secara
keseluruhan adalah :
40 x 2 = 80 buah
lt =WxD
= 490 x 32
= 15.680 mm2
Ltt = lt x N Tabung
= 15.680 mm2 x 80
= 1.254.400 mm2
42
Jadi luas keseluruhan permukaan atau perpindahan panas adalah :
A = (LST + Ltt)
= 2,6 m2 + 1,25 m2
= 3,85 m2
Perbandingan antara luas bidang sirip dan luas permukaan perpindahan panas
(ß) adalah :
Ltt
ß= 𝐴
1,25
= 3,85 = 0,32
Dari hasil percobaan pada, maka didapat besar temperature air yang masuk
dan air yang keluar dari radiator. Percobaan ini dilakukan pada tekanan 1 atm dan
temperature udara masuk radiator adalah suhu kamar yaitu 28°C dan temperature
43
Perputaran Suhu Air Suhu Air (Tam – Tak)
Kondisi
710 75 50 25
Mula-mula
1000 76 58 18
1500 75 50 25
3000 76 48 28
4000 75 50 25
Dalam perhitungan kalor sistem yang digunakan adalah sistem e NTU. Sistem
efektifitas jumlah satuan perpindahan panas, dimana factor yang diketahui adalah
44
udara masuk Tum = 28°C dan suhu air masuk adalah Tum = 75,5°C guna
cp = 1,0057 kJ/kg°C
Pr = 0,708
k = 0,02624 W/m°C
ρ = 1,1774 kg/m3
m = 100,2 kg/min
ρ = 973,7 kg/m3
Pr = 2,33
k = 0,688W/m°C
cp = 4,191 J/kg°C
µ = 3,72 kg/m.s
45
Perpindahan kalor dihitung dari neraca energy udara mula – mula, yaitu :
𝓂h ch ΔTh = 𝓂c cc ΔTc
𝓂c cc ΔTc
𝓂h =
ch ΔTh
(100,2)(1,0057)(35−28)
𝓂h =
(4,191)(75,5−50,75)
705,5
𝓂h = = 603,8 kg/min
101,7
603,8
𝓂h ch = (4,191) = 421,8 W/°C
60
100,2
𝓂c cc = (1,0057) = 168 W/°C
60
C 𝑚𝑖𝑛 168
=
𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 421,8
C 𝑚𝑖𝑛
= 0,39 = 0,5
𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠
Untuk selanjutnya, selain Cmin/Cmaks juga harus dicari factor lain yaitu luas
total permukaan perpindahan panas atau A dan volume matriks atau V dimana
Besarnya :
V =WxHxD
A = 3,85 m2
U = 55W/mm2°C
46
Cmin = 168W/°C
A𝓍U
NTUmaks =
𝐶 𝑚𝑖𝑛
(3,85)(55)
=
168
NTUmaks = 1,3
didapat harga efisiensi atau 𝜀 dengan melihat table di bawah ini maka
besarnya adalah :
𝜀 = 0,65
campur. Dalam hal ini Cmin/Cmaks dan semua persamaan efektivitas penukar
Jadi besar nya kalor total yang dapat di pindahkan dari radiator adalah :
Q = 5.187 Watt
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Di dalam analisa perhitungan di dapat bahwa semakin besar putaran putaran
mesin semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh mesin.
2. Setelah dihitung besarnya daya yang bekerja ditiap – tiap kecepatan putaran
mesin yang bekerja maka didapat hasil perhitungan daya dengan besarnya
kalor total yang dapat diindahkan dari radiator mendekekati persamaan.
3. Dari data-data tersebut diatas maka fungsi dari radiator adalah sebagai
peredam kalor dan menjaga keadaan motor bakar pada suhu kerja ini dapat di
capai, oleh karena itu pendingin pada motor bakar memegang peranan penting
dalam proses kerja pada motor bakar.
4. Penggunaan air pada radiator adalah alternative paling tepat pada sistem
pendingin suatu motor bakar karena Negara kita beriklim tropis dan mudah
mendapatkan air maka radiator menjadi pilihan utama para produsen mobil
untuk digunakam pada motor bakar.
5.2 Saran
Saran dari penulis tetap memperhatikan keadan dari sistem pendingin pada
kendaraan yang digunakan, karena kebanyakan orang kurang memperhatikan hal
ini, panas yang dihasilkan oleh suatu motor bakar secara berlebih akan berakibat
fatal pada komponen didalam mesin tersebut. Permeriksaan secara rutin dan
penanggulangan sacara dini merupakan cara yang tepat untuk menjaga sistem
pendingin suatu motor bakar, misalnya dengan mengganti air pada radiator setiap
sebulan sekali dan selau mengontrol radiator setiap kali mesin akan digunakan .
Sistem pendingin suatu radiator berkaitan erat dengan sistem yang lain termasuk
menjadikan mesin menjadi lebih effesien dan tahan lama.
Saran untuk pengujian lebih lanjut adalah perlu dilakukan pengujian pada
berbagai kondisi beban dan juga pada kondisi operasi lain yang dapat
48
mempengaruhi laju pelepasan kalor dan untuk pengembangan lebih lanjut dapat
dilakuka penelitian mengenai pengaruh pendinginan motor bakar terhadap
komponen motor bakar.
49
DAFTAR PUSTAKA
50