Anda di halaman 1dari 56

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA PENDINGIN

RADIATOR DARI MOTOR BAKAR OTTO


MATA KULIAH “PERPINDAHAN PANAS II”

Dosen Pengampu
Abdurrahim Sidiq, ST, MT

Disusun Oleh :
Nama : Abdurrahman
NPM : 15.62.0058
Kelas : Reguler Malam BJM 5

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca di Program Studi Teknik Mesin Universitas
Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................... ............................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ……………..…………………………………………... iv
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 2


1.2 Metodologi Penulisan ………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………. 3
1.4 Batasan Masalah ……………………………………………………….. 3

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Teori Motor Bakar ……………………………………………………..... 5


2.2 Siklus Ideal Motor Bakar Otto ………………………………………….. 7
2.3 Siklus Ideal Motor Diesel ………………………………………………. 8
2.4. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas.…………………………………..... 10
2.5 Perpindahan Panas Pada Radiator …………………………………….. 11
2.6 Teori Fluida ...………………………………………………………...... 12
2.7 Radiator ……………………………..……………………………...….. 15
2.7.1 Jenis Alat Perpindahan Panas …....………………………...…… . 15
2.7.2 Bagian-bagian Radiator …………………………………...……... 18
2.7.3 Alata-alat Penunjang Radiator …………………………...…......... 19
2.7.4 Rumus Perpindahan Panas Pada radiator ………………...…........ 22
2.8 Perhitungan daya ……………………………………………...……….. 26
2.9 Perhitungan Penampang Radiator …………………………...……...…. 27
2.10 Perhitungsn Kalor Dengan Metode – NTU …………………...…… ... 30

ii
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Langkah – langkah Pengujian ……………………………………........ 33


3.2 Jenis Motor Bakar Yang digunakan ……………..……………...…...... 35

BAB IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN

4.1 Dimensi Radiator……………………………………………………... 37


4.2 Perhitungan Daya……………………………………………..………. 37
4.3 Perhitungan Penampang Sirip………………………………………… 41
4.4 Luas Penampang Tabung …………………………………………….. 42
4.5 Data Percobaan ………………………………………………………. 43
4.6 Perhitungan Kalor ……………………………………………………. 44

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………... 48
5.2 Saran …………………………………………………………………. 48

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Sirkulasi Sistem Pendingin Motor ……………………………….... 7

2.2 Diagram P-V Dari Siklus Mottor Otto …………………………..... 8

2.3 Diagram P Vs V Dari Siklus Tekanan Konstan …………………… 9

2.4 Perpindahan Panas Secara Konduksi ……………………………... 10

2.5 Sirkulasi Sistem Pendingin Motor ………………………………... 13

2.6 Perpindahan Panas Konveksi ………………………….………….. 15

2.7 Radiator Secara Terpisah …………………………………………. 18

2.8 Bentuk Umum Pompa Air Pada Kendaraan ……………………… 20

2.9 Dimensi Radiator …………………………………………………. 27

2.10 Sebagian Penampang Sarang Tawon ……………………………. 28

2.11 Grafik efektivitas ………………………………………………... 32

4.1 Dimensi Radiator …………………………………………………. 37

iv
DAFTAR DIAGRAM

3.1 Alur Prosedur Pengujian …………………………………………... 33

v
DAFTAR TABEL

4.1 Perbandingan Antara Daya Dan Putaran Mesin ………………….... 40

4.2 Data Percobaan Setelah Mesin Dihidupkan ……………………….. 44

4.3 Besaran Harga Efisiensi …………………………………………… 47

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

Pendinginan memegang peranan penting dalam suatu proses kerja dari


motor bakar. Pemakaian radiator dianggap paling effisien dalam meredam
panas yang dihasilkan. Karena penggunaan zat cair sangat cocok untuk
iklim tropis. Secara umum pendingin pada motor bakar dibagi menjadi dua
bagian yaitu pendinginan dengan aliran udara dan aliran cairan. Contoh
dari aliran fluida adalah pendinginan dengan menggunakan radiator dan
pelumasan bagian dalam dari motor bakar misalnya dari batang torak,
torak dan cranksahaft.

Radiator adalah suatu jenis alat penukar kalor yang memakai aliran
fluida sebagai alat penukarnya. Fungsi dari alat ini adalah untuk
menyalurkan panas yang diserap oleh bahan pendingin dari motor kembali
pada udara luas. Dengan demikian maka suhu bahan pendingin di radiator
akan menurun sedangkam udara di sekitaranya akan meningkat suhunya.

Saya mencoba untuk menganalisa panas yang dapat diredam oleh


radiator secara umum pada kendaraan yang menggunakan alat pendingin
pada mesinnya berupa radiator. Tetapi ada juga jenis kendaraan yang
menggunakan alat pendingin pada mesin nya berupa radiator. Tetapi ada
juga jenis kendaraan yang menggunakan pendingin oli (oil-cooler) untuk
meredam panas yang di hasilkan oleh mesin tersebut.

Dalam proses kerja suatu motor bakar, panas yang dihasilkan


berpengaruh terhadap effisien mesin. Suhu optimal dari panas yang
dihasilkan oleh suatu motor bakar pada kendaraan adalah 80°C – 90°C.
Suhu ini sering disebut sebagai suhu kerja dari motor bakar tersebut.

Fungsi dari radiator inilah yang menjaga agar panas yang di hasilkan
oleh mesin ini tetap stbail. Melalui aliran fluida pada radiator dan aliran
udara, sehingga panas yang dihasilkan oleh mesin tersebut dapat diredam
pada suhu optimal.

Dari perhitungan akan dilakukan perbandingan antara besar kalor yang


dihasilkan oleh mesin dan besar kalor yang dapat diredam oleh radiator.
Sehingga panas yang dihasilkan oleh mesin tersebut dapat diredam pada
suhu optimal.

Dari perhitungan akan dilakukan perbandingan antara besar kalor yang


dihasilkan oleh mesin dan besar kalor yang dapat diredam oleh radiator.
Sehingga akan dapat suatu hubungan antara effisiensi kerja mesin dan
pendingin radiator.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan sehari-hari alat transportasi menjadi sarana penting


dalam menunjang tujuan dari rencana kita. Zaman sekarang alat
transportasi baik darat, laut dan udara mengalami kemajuan pesat. Pesawat
udara, kapal laut dan bus nagkutan menjadi alternative pilihan banyak
digunakan orang.

Kalau kita lihat dari mayoritas alat angkut tersebut kebanyakan


menggunakan mesin motor bakar sebagai penghasil dayanya. Pada jenis
kendaraan ini umumnya menggunakan alat pendingin berupa radiator
untuk menjaga suhu mesin agar tetap optimal. Sering kita sebagai
pengguna kendaraan ini menganggap remeh peran dari peran dari radiator.

Salah satu yang menjadi latar belakang dari penulisan ini adalah
pengalaman pribadi penulis. Ketika perjalanan keluar kota, tiba-tiba mesin
tidak bertenaga dan terjadi bunyi menggelitik yang sering. Pada indicator
suhu, menunjukan bahwa temperature sudah melebihi dari batas yang
diizinkan, kemudian mesin langsung dimatikan.

Ketika diperiksa pada bagian mesin dan alat pendingin, ternyata air
pada radiator sudah tidak ada. Kemudian kami mengisi air radiator himgga

2
penuh dan suhu mesin turun pada saat meneruskan perjalanan, ternyata
terdapat beberapa tempat yang mengeluarkan uap air yang mnagkibatkan
air menjadi menguap dan habis. Suhu mesin meningkat cepat dan tidak
bertenaga.

Dari peristiwa tersebut saya mencoba menganalisa hubungan antara


effisiensi mesin dan pendinginan radiator. Secara sederhana penulis ingin
mnegetahui besar kalor yang dihasilkan pada mesin dan besar kalor yang
dapat diredam oleh radiator. Pada motor bakar otto, terbakarnya campuran
uap bensin dan udara mengakibatkan naiknya temperature ruang bakar.
Temperaturnya mencapai sekitar 2500°C dan ini dapat merusak komponen
di dalamnya.

1.2 Metodologi Penulisan


Penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yang membahas tentang
sifat dan fungsi radiator serta untuk mengetahui temperature radiator
dengan efesisensi mesin. Teori pendukung, perhitungan dan analisa dari
hasil pengujian, serta satu bab mengenai kesimpulan dan saran-saran
tambahan lainya, yang dilakukan dengan menggunakan studi literature,
melalui pengumpulan data dan berbagai referensi yang berhubungan
dengan analisa.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui sifat dan fungsi radiator
2. Mengetahui hubungan temperature radiator dengan effisiensi mesin.

1.4 Batasan Masalah

Analisa dilakukan dengan menggunakan motor bakar otto dan radiator


sesuai dengan volume dari motor tersebut. Kalor yang dihasilkan oleh

3
motor bakar hanya diredam oleh radiator saja. Radiator menggunakan air
sebagai zat fluidanya. Untuk mencari korelasinya, saya hanya menghitung
besar kalor yang dihasilkan oleh motor dan besar kalor yang dapat
diredam oleh radiator.

Penghitungan kalor dilakukan secara konduksi dan konveksi baik


aliran udara maupun zat cair. Kalor secara radiasi diabaikan. Secara
konduksi hitungan seacara utamanya saja mengingat keterbatasan alat
ukur. Analisa dilakukan dalam kondisi stationer.

Percobaan pada motor bakar otto dilakukan pada putaran mesin 710
rpm, 1000 rpm, 1500 rpm dan 2000 rpm, 2500 rpm, 3000 rpm dan 4000
rpm. Pengkuran panas dari mesin diukur setelah dihidupkan selama 15
menit, 30 menit dan 50 menit.

4
5

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan terori yang mendukung pendinginan pada
radiator. Sesuai dengan tujuan penulisan maka teori mengenai kalor dan fluida
adalah bagian utamanya. Untuk itu penulis membagi landasan teori pada bab ini
menjadi toga bagian yaitu pada motor bakar, air (fluida) dan radiator.

2.1 Teori Motor bakar


1. Prinsip Kerja Motor Bakar.
Definisi dari motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin tenaga termis,
dimana tenaga termis yang dihasilkan, yang didapat dari hasil pembakaran
didalam silinder, yang diubah menjadi tenaga mekanis di dalam ruang bakar,
dengan jalan menggerakan torak dan dengan perantaraan batang penggerak
maka poros mesin berputar. Sistem ini dikenal dengan system pembakaran
dalam (internal combustion engine).

Pada umumnya motor bakar dibagi menjadi dua golongan yaitu :


1. Motor bakar otto
2. Motor bakar diesel
Dalam penulisan ini dibatasi hanya pada motor bakar otto, empat langkah
(stroke).Maksu dari mesin empat langkah adalah motor bakar yang setiap proses
pembakaran lengkapnya (completely combustion cycle) diperlukan empat langkah
torak.
Keempat langkah tersebut adalah :
1. Langkah hisap atau langkah pengisian.
2. Langkah tekan atau langkah kompresi.
3. Langkah kerja atau langkah ekspansi.
4. Langkah buang atau pengeluaran sisa-sisa pembakran.

1. Langkah Pengisian
Katup masuk terbuka dan torak bergerak dari batas atas dinamakan titik mati
atas atau TMA menuju ke batas bawah dinamakan titik mati bawah atau TMB
maka camouran udara dan bahan bakar mengalir masuk ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi
Katup masuk tertutup dan torak bergerak menekan campuran udara dan bahan
bakar yang menimbulkan tekanan. Sewaktu torak mendekati pada TMA,
ditimbulkan percikan api listrik yang dihasilkan oleh busi. Percikan api listrik ini
membakar campuran udara dan bahan bakar sehingga mulai timbul pembakaran.
3. Langkah Ekspansi
Campuran udara dam bahan bakar yang terbakar berurutan menimbulkan
tekanan yang lama kelamaan menjadi maksimum. Tekanan maksimum ini
menekan torak ke bawah dan baik tekanan maupun suhu dari gas pembakaran
mulai mengurang. Gaya gerak yang ditimbulkan oleh gerakan torak ini diteruskan
kepada engkol melalui tangka torak dan engkol dan dengan demikian poros
engkol dipaksa untuk berputar mengatasi tekanan yang ditimbulkan oleh torak.

5. Langkah Buang
Katup buang terbuka dan gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh torak yang
bergerak keatas dan selanjutnya dimulai lagi langkah pemasukan untuk siklus
berikutnya.

6
Gambar 2.1 Gambaran secara umum keempat langkah torak

Dengan demikian untuk setiap empat langkah dari torak atau dua putaran
poros engkol hanya dilakukan satu langkah kerja. Berbeda dengan motor dua
langkah, pada motor dua langkah keempat urutan prosesnya terjadi dalam setiap
satu kali putaran poros engkol. Yaitu langkah isap, kompresi dan kerja buang.
Jadi motor dua langkah lebih banyak menghasilkan tenaga disbanding motor
empat langkah. Karena motor dua langkah menghasilkan langkha kerja setiap
putaran poros engkol berputar untuk kedua kalinya.

2.2 Siklus Ideal (Siklus Udara Standar) Motor Bakar Otto.


Pada dasarnya analisa termodinamika motor bakar torak sangat rumit, karena
itu digunakan keadaan ideal yang membuat analisa menjadi lebih mudah
penyederhanaa dengan asumsi ini diusahakan sedapat mungkin tidak
menyimpang jauh dari keadaan sebenarnya.
Dalam analisa-analisa siklus udara, khususnya pada motor pembakaran dalam
diagram P-V seperti terlihat pada gambar berikut.

7
.

Gambar 2.2 Diagram P-V daris Siklus Motor Otto


Proses siklus pada diagram P-V di atas adalah sebagai berikut :
0 – 1 : Langkah hisap.
1 – 2 : Langkah kompresi yang berlansgung secara isentropis dimana tekanan
tempratur meningkat secara tajam.
2 – 3 : Proses pembekaran pada volume konstan yang dianggap sebagai
pemasukan kalor pada volume konstan (isovolume).
2 – 4 : Langkah kerja terjadi secara isentripis.
3 – 1 : Proses pembuangan yang dianggap sebagai proses pengeluaran kalor
pada volume konstan (isovolume).
1 – 0 : Langkah buang.
Siklus ini berlangsung dengan fluida kerja yang sama, dimana setelah gas
hasil sisa pembakaran dibuang, maka akan masuk sejumlah fluida yang sama.

2.3 Siklus Ideal (Siklus Udara Standar) Motor Bakar Diesel


Diesel berhasil menciptakan jenis motor bakar torak yang kemudian dikenal
dengan mana motor diese. Pada mulanya jenis motor bakar tersebut di rancang

8
untuk memenuhi siklus diesel (ideal) yaitu : seperti siklus otto tetapi proses
pemasukan kalornya dilakukan pada tekanan konstan siklus diesel dapat
digambarkan dalam diagram P Vs V seperti dilihat pada gambar 2.4. untuk siklus
ini dipergunakan pengidealan yang sama seperti siklus volume konstan, kecuali
mengenai pemasukan kalor sebanyak qm pada siklus diesel dilaksanakan pada
tekan konstan.
Langkah kerja motor diesel terdiri dari langkah hisap, langkah kompresi
langkah ekspansi, dan langkah buang. Pada motor diesel 4 langkah ini, setiap 4
kali gerakan piston menghasilkan 1 kali gerakan kerja atau tenaga yang berguna
bagi motor.

Gambar 2.3 Diagram P Vs V dari siklus tekanan-konstan


Keterangan :
0 – 1 : Langkah hisap.
1 – 2 : Langkah kompresi.
2 – 3 : Proses pembekaran pada tekanan-konstan.
3 – 4 : Langkah kerja.
3 – 5 : Proses pembuangan.
1 – 0 : Langkah buang.

9
2.4 Prinsip Prinsip Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energy dari
suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-
daerah tersebut.
Ada tiga cara yang dikenal dalam proses perpindahan panas, yaitu :
A. Perpindahan panas secara konduksi
Konduksi adalah proses dimana mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi
ke benda yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair, atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung. Dalam aliran panas konduksi perpindahan energy terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang
cukupbesar ilustrasi perpindahan panas secara konduksi dapat dilihat pada
gambar.

Gambar 2.4 Perpindahan panas secara konduksi


A. Rumus perpindahan panas secara konduksi adalah :

Keterangan
Q : kalor (J) atau (kal).
k : konduktivitas termal (W/mK).

10
A : luas penampang (m2).
ΔT : perubahan suhu (K).
L : panjang (m).
H : kalor yang merambat persatuan waktu (J/s atau watt).
t : waktu (sekon).

B. Rumus perpindahan panas secara konveksi

Keterangan
H: laju kalor (kal/s atau J/s)

C. Rumus perpindahan panas secara radias

2.5 Perpindahan Panas Pada Radiator


Panas yang dibuang oleh cairan pendingin dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
q = mcp ΔT
q = mcp (T2 – T1)
Keterangan
q : Laju perpindahan panas oleh cairan dingin (W).
m : Massa cair cairan pendingin tiap detik (kg/s).
cu : Kapasitas panas yang masuk (J/kg°C).
T1 : Tempratur cairan panas yang masuk (°C).
T2 : Tempratur cairan panas yang keluar (°C).

11
2.6 Teori Fluida
Saya menggunakan air sebagai zat fluida adalah zat yang merubah bentuk
secara kontinu (terus menerus) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya
tegangan geser tersebut. Sedangkan gaya geser adalah komponen gaya yang
menyinggung permukaan rata-rata pada permukaan itu. Dan tegangan geser suatu
titik adalah nilai batas perbandingan gaya geser terhadap luas, dengan
berkurangnya luas hingga menjadi titik.
Pada air ini terjadi perpindahan kalor secara konveksi. KOnveksi yang
digunakan disini adalah konveksi paksa, yaitu gerakan fluida akibat paksaan
peralatan dari luar, dalam hal ini adalah pompa air.
Jenis ini mempengaruhi mekanisme percampuran partikel fluida sehingga
perpindahan kalor secara konveksi ini lebih efektif. Jadi mekanisme konveksi
secara garis besar adalah :
1. Panas mengalir secara konduksi dari permukaan padat ke partikel-partikel
fluida yang berada di dekatnya.
2. Panas ini meanikkan temperature fluida dan energy didalamnya partikel-
partikel yang bertempratur tinggi ini memilik mobilitas yang besar sehingga
mampu bergerak kea rah partikel-partikel yang memiliki tempratur lebih
rendah, lalu bercampur dan pada saat pencampuran ini energy berpindah pula.
3. Dengan demikian timbul aliran fluida dan energy secara simultan. Energi.
sebenarnya disimpan pula dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai
akibat dari gerakan massa partikel tersebut.

Sistem sirkulasi pendingin pada sebuah motor, dapat dilihat pada gambar 2.1

12
Gambar 2.5 Sirkulasi Sistem Pendingin Motor.
Keterangan :
1. Pressure cap.
2. Tangki atas.
3. Sirip pendingin.
4. Pipa air.
5. Kipas angina.
6. Pompa air.
7. Radiator drain tap.
8. Radiator return pipe.
9. Tali kipas.
10. Thermostat.
11. Temprature gauge.
12. Gallery atas.
13. Piston casing.
14. Saluran air.
15. Pipa dihubunkan pada heater.
16. Booster fan.
17. Heater control.
18. Saluran air dari heater.

13
19. Blok drain trip.

Denga adanya pressure cap ini berarti air yang ada di dalam water jacket dari
radiator tidak dapat terhubung langsung dengan udara yang ada di atmosfer
dengan demikian maka air tidak akan mendidih sampai dengan suhu nya
mencapai 112°C pada level permukaan laut.
Titik didih air pada level permukaan laut sebesar 112°C ini akan menurun
sebesar 1,1°C, setiap mobil yang digunakan mendaki setinggi 305 m diatas
permukaan laut.
Laju perpindahan panas koveksi dapat ditulis sebagai berikut :
Qc =hc x A x (Tw – Tx).
Keterangan :
Qa = Jumlah Kalor.
Hc = Koefisien perpindahan panas konveksi.
A = Luas permukaan (m2).
Tw = Temperatur permukaan atau dinding benda padat (°C).
Tx = Tempratur fluida yang di gunakan (°C).
Pada radiator ini aliran yang digunakan adalah aliran dalam atau internal flow.
Dari jumlah aliran massa dan luas permukaan aliran maka akan didapat jenis
aliran yang digunakan. Untuk jenis alat perpindahan panas radiator sebaiknya
digunakan jenis aliran turbulen. Karena jenis aliran turbulen dapat meningkatkan
koefisien panas yang terjadi.
Pada gambar 2.2 digambarkan bagian dari contoh perpindahan panas konveksi
tersebut.

14
Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi

2.7 Radiator.
2.7.1. Jenis Alat Pepindahan Panas.
Pada bagian ini akan dijelaskan fungsi dari radiator dan bagian-bagian dari
radiator. Tetapi sebelumnya akan akan diuraikan terlebih dahulu jenis alat
perpindahan kalor. Menurut Ramesh K.Shan, Jenis penukar kalor yang sampai
sekarang dapat dibagi berdasarkan kepada :
1. Proses perpindahan panas.
2. Tingkat kekompakan permukaan.
3. Profil kontruksi permukaan.
4. Susunan aliran fluida.
5. Banyaknya fluida yang dipakai.
6. Mekanisme perpindahan panas.

1. Klasifikasi berdasarkan perpindahan panas


A. Tipe kontak langsung.
B. Tipe kontak tak langsung.

2. Klasifikasi berdasarkan tingkat kekompakan permukaan yaitu bila kerapatan


luas permukaan yang lebih besar dari 700 m2.

15
3. Klasifikasi berdasrkan konstruksi permukaan yaitu penukar kalor tabung atau
pipa, plat permukaan yang di perluas dan penukar kalor generator.
A. Penukar kalor tipe tabung, missal nya :
1. Penukar kalor sel dan tabung (shell and tube).
2. Penukar kalor pipa ganda dan pipa spiral.
B. Penukar kalor tipe plat, misalmya :
1. Penukar kalor pelat gasket.
2. Penukar kalor pelat bentuk spiral.
3. Penukar kalor pipan tipis (lamella).
C. Penukar kalor tipe permukaan yang diperluas
1. Penukar kalor sirip pelat.
2. Penukar kalor tabung degan siri.
D. Penukar kalor generator

4. Klasifikasi berdasarkan susunan aliran fluida.


A. Penukar kalor satu haluan.
1. Penukar kalor aliran membalik (counter flow).
2. Penukar kalor aliran sejajar (parallel flow).
3. Penukar kalor alioran menyilang (cross flow).
B. Penukar kalor banyak haluan

5. Klasifikasi berdasrkan banyaknya fluida yang dipakai ada dua jenis yaitu :
A. Dua macam fluida.
B. Tiga macam fluida
6. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas dibagi menjadi 3 :
A. Konveksi satu fasa.
B. Konveksi dua fasa.
C. kombinasi perpindahan panas konveksi dan radiasi.
Berdasarkan klasifikasi diatas, penulis memilih radiator mobil dengan sifat
yang dimiliki adalah :

16
1. Tipe kontak tidak langsung.
2. Tipe penukar kalor dengan permukaan diperluas.
3. Aliran vertical dan aliran fluidanya sejajar.
Selain dari pada itu fungsi dari radiator adalah menjaga suhu dari kerja mesin
agar tetap stabil. Jadi ada sejumlah panas yang diredam oleh radiator dan dibunag
ke udara sekeliling dari hasil kerja mesin tersebut yang berupa kalor. Pada
penulisan ini panas yang duhasilkan oleh mesin diredam dengan putaran kipas
dan laju aliran fluida melalui pompa.
Fungsi utama daripada radiator adalah melepaskan kalor, maka dalam
pembuatannya dipilih bahan untuk radiator ini yang memiliki konduktivitas
termal tinggi, Yaitu bahan yang mampu menghantarkan panas dengan baik.
Dalam indsutri radiator di Indonesia kebanyakan menggunakan bahan tembaga
dan kuningan dalam pembuatan nya. Selain tembaga ada juga bahan yang
digunakan misalnya alumunium. Bahan ini jarang digunakan karena biaya
pembuatannya relative lebih tinggi dan memiliki konduktivitas termal di bawah
tembaga.

Sifat – sifat yang dimiliki oleh tembaga adalah :


1. Ringan dan harganya murah.
2. Mudah dibentuk dan tahan karat.
3. Memiliki kondiktivitas termal (k) yang tinggi yaitu 380 W / m °C pada suhu
85°C.
4. Memiliki density yaitu 8,9 gr/cm3.
5. Memiliki titik leleh 1083°C.

17
2.7.2. Bagian – Bagian Radiator.
Radiator mempunyai bagian yang masing – masing mempunyai fungsi
dimana bagian tersebut harus terjaga agar kemampuan dari radiator tersebut
dalam menyerap panas dapat berfungsi dengan maksimal.
Sesuai dengan standar nasional Indonesia nomer SNI – 09 – 0397 – 1989
Maka standar yang diizinkan untuk radiator kendaraan bermotor roda empat dapat
dilihat pada gambar 3 – 4 dibawah ini, dimana dari gambar tersebut dapat kita
ketahui dimensi dari sebuah radiator dengan nama dari bagian – bagiannya.

Gambar 2.7 Radiator Secara Terpisah.

Keterangan untuk gambar diatas adalah :


1. Tangki masuk adalah tempat air dibagian masuk.
2. Leher pengisi adalah saluran untuk memasukan air dari luar ke dalam radiator.
3. Pipa limbah adalah saluran air lebih.
4. Kuping pemegang adalah bagian untuk mengikat radiator.
5. Bingkai adalah pelat yang menyatukan sekat masuk dan sekat keluar, tempat
sarang tawon terpasang.
6. Sekat masuk adalah tempat tangki masuk saluran air sarang tawon terpasang.
7. Sekat keluar adalah tempat tangka keluar saluran air sarang tawon terpasang.
8. Pipa kuras adalah saluran penguras.

18
9. Ring plat adalah untuk penahanan pada sumbat kuras.
10. Sumbat kuras adalah penutup pipa kuras.
11. Tangki keluar adalah tempat air dibagian dalam keluar.
12. Pipa keluar adalah saliran air keluar dari radiator dan masuk kedalam mantel
air motor.
13. Tutup radiator adalah tutup leher pengisi serta pembatas tekanan dalam
radiator.
14. Sarang tawon adalah bagian utama radiator tempat kalor dilepaskan.
15. Merek pembuatan adalah kode yang diberikan oleh produsen sesuai dengan
spesifikasi mesin dan tahun pembuatan.

2.7.3. Alat- Alat penunjang radiator


Jenis alat penukar kalor radiator ini menggunakan zat fluida berupa air
sebagai alata penukarnya. Dalam system pendinginan mesin ini didukung oleh
beberapa komponen penting. Misalnya pompa air, thermostat, dan tutup radiator.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas secara garis besar komponen – komponen
tersebut.
1. Pompa Air (water pump).
Fungsi utama dari pompa air ini adalah untuk memompa air menjadi suatu
aliran dan menghasilkan kecepatan aliran tertentu. LAju aliran ini yang digunakan
untuk melepas jumlah kalor dari kerja mesin yang dilepas ke udara, jenis pompa
yang diapakai adalah jenis pompa senrifugal.
Karena pompa seperti ini menghasilkan tekanan ringan sehingga kerja mesin
dapat lebih efesien. Bahan dari rumah pompa biasanya dibuat dari bosa cor atau
alumunium. Pompa air juga berfungsi untuk membatasi jumlah aliran kembali
jika thermostat dalam keadaan tertutup. Bagian dalam pompa terdapat kipas
(impeller) yang berfungsi untuk menghisap air untuk dipompakan. Gambar 2.8
bagian dari pompa air yang dipakai kendaraan secara umum :

19
Gambar 2.8 Bentuk Umum Pompa Air pada Kendaraan.

Keterangan :

1. Kipas angin.
2. Puli Kipas.
3. Impeller.
4. Poros pompa.
5. Bantalan peluru.
6. Sekat air.
7. Saluran kembali dari radiator.
Kecepatan air dalam pompa berkisar antara 2,5 – 3m/s. Sedangkan kecepatan
air yang melalui silinder blok dan bagian depan pompa tidak lebih dari 1 m/s. Dan
Besar dari tenaga yang diperlukan oleh pompa air pada suatu mesin adalah sekitar
0,5 – 1% dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin tersebut. Misalnya saja suatu
mesin memiliki tenaga 80 tenaga kuda. Maka diperlukan pompa yang memiliki
tenaga maksimum 0,8 tenaga kuda.

20
2. Termostat
Fungsi dari thermostat adalah mengatur aliran fluida berbeda setiap suhu
tertentu. Jika suhu naik misalnya pada suhu 91°Cmaka katup yang dibantu oleh
thermostat akan membuka. Akibatnya jumlah aliran fluida bertambah dan terjadi
keseimbangan antara panas dari kerja mesin dan panas yang dapat dibuang ke
udara. Selain itu penggunaan thermostat dapat meringankan beban mesin.

3. Tutup Radiator
Tutup Radiator berfungsi untuk menutup tangka radiator dan mengeluarkan
panas dari uap air yang berlebihan. Selain itu untuk menambah air jika dalam
sirkulasi tersebut kekurangan cairan. Tekanan pada tutup radiator ini sampai
mencapai suhu pada suhu 120°C
Pada tutup radiator terdapat dua katup. Yang pertama adalah katup tekan dan
yang kedau adalah katup vakum. Katup tekan berfungsi untuk menyalurkan
tekanan berlebuh dari uap air yang dibawa oleh aliran fluida.
Sedangkan katup vakum berfungsi untuk menyamakan tekanan ketika mesin
dimatikan. Sebab sistem pendingin membuat sendiri kondisi vakum dalam
lingkungannya. Katup ini akan membuka pada 0.6 – 0.9 kPa dibawah atmosfir.

4. Kipas
Kipas pada sistem pendingin mesin berfungsi untuk menyerap panas dari
sarang tawon pada radiator dan mendinginkan permukaan mesin bagian luar.
Kipas yang banyak digunakan adalah kipas aksial.
Kipas ini ada yang digerakan oleh crankshaft karena menyatu dengan pompa
air dan ada juga yang digerakan oleh motor elektrik. Jumlah daun kipas berkisar
antara 70 – 100 m/s. dan diameter kipas yang digunakan berkisa antara 0.25 –
0.65 m.

21
5. Air
Zat fluida yang digunakan pada radiator ini adalah air. Radiator adalah salah
satu alat penukar kalor yang menggunakan air sebagai alat penukarnya, beberapa
sifat air yang menguntungkan untuk digunakan pada radiator pada suhu 80°C –
90°C :
1. Konduktivitas Termal (k) = 0,7 W/m°C.
2. Kerapatan (ρ) = 968,6 kg/m3.
3. Viskositas (µ) = 0.336 Ns/m2.
4. Tegangan permukaan (σ) = 6,2 N/m2.

Selain itu pengunaan air cocok untuk iklim tropis dan tidak berbau. Perbedaan
temperature yang tidak begitu besat antara suhu sekitar terhadap proses kerja
mesin menjadi satu pilihan yang tepat untuk radiator sebagai alat penukar kalor
pada mesin mobil.

2.7.4. Perpindahan Panas Radiator


Sesuai dengan tujuan dari penulisan ini, maka akan dibahas secara garis besar
tentang kemampuan melepas kalor dari radiator. Untuk jenis radiator yang
digunakan oleh segala jenis kendaraan yang digunakan dwilayah indonesi, sudah
ada ketentuan yang berlaku.
Dalam hal ini Dewan Standarisasi Nasional (DSN) sudah memberikan batasan
– batasan mengenai kemampuan melepas kalor radiator yang dibuat di Indonesia.
Batasan – batasn tersebut adalah :
1. Kalor rambat adalah kalor yang dirambatkan oleh benda satu ke benda yang
diserap oleh aliran udara di sekitar, dinyatakan dalam joule per jam (J/h).
2. Kalor rambat air adalah jumlah kalor yang dilepaskan oleh air, dinyatakan
dalam joule per jam (J/h).
3. Kalor rambat udara adalah jumlah kalor yang diserap oleh aliran udara
disekita, dinyatakan dalam joule perjam (J/h).

22
4. Perbedaan temperature pemasukan udara yang akan mengalir kesarang tawon
radiator, dan dinyatakan dalam deraja Celcius (°C).
5. Aliran air adalah jumlah air yang mengalir ke dalam radiator, dinyatakan
dalam meter per detik (m/s).
6. Kecepatan udara adalah udara yang mengalir dengan arah frontal kesarang
tawon radiator yang diuji dan dinyatakan dalam meter per detik (m/s).
Dari ketentuan – ketentuan diatas maka Dewan Standarisasi Nasional (DSN)
menetapkan beberapa rumus yang dapat digunakan bagi para pembuat radiator
Antara lain yaitu :
1. Jumlah kalor yang dilepaskan oleh air.
Qa = ma x cpa x (ta1-ta2).

Dimana :
Qa = jumlah kalor yang dilepaskan oleh air (kW).
Ma = Massa air yang mengalir (kg/min).
Cpa = Kapasitas panas masuk (kJ/kg°C).
ta1 = Tempratur air masuk (°C).
ta2 = Temperatur air keluar (°C).

Sedangkan :
ma = ρa x Va x 60
Dimana :
ρa = Massa jenis aair pada temperature airmasuk (kg/m3).
Va = Volume aliran air (m3/s).

2. Jumlah kalor yang diterima oleh udara pendingin.


Qu = m u x cpu x (tu2-tu2).

23
Dimana :
Qu = Jumlah kalor yang diterima oleh udara pendingin (kW).
mu = Massa udara yang mengalir (kg/min).
cpu = Kalor jenis udara (kJ/kg°C).
tu1 = Temperatur udara keluar (°C).
tu2 = Temperatur udara masuk (°C).

Sedangkan :
mu = vu c ρu

Dimana
Vu = Volume aliran udara pendingin (m2/s).
ρu = Massa jenis udara (kg/m3).

3. Jumlah kalor yang dapat dirambatkan air pendingin ke udara adalah :


30°C
𝑄= 𝑥𝑄𝑎
ta1−tu1
Q = Kalor yang dirambatkan oleh air ke udara (kW).
Qa = Kalor yang dilepaskan oleh air pendingin (kW).
ta1 = Temperatur air pendingin yang masuk (°C).
tu1 = Temperatur udara pendingin yang masuk.
30°C = Adalah (ta2 – ta1).
ta2 = Tempratur air pendingin yang keluar (°C).

Dalam perencanaan alat penukar jenis radiator, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai bahan rujukan, antara lain :
1. Untuk mengalirkan air pada ruang dan daya yang terbatas maka dapat dipilih
konstruksi dengan menggunakan pipa gepeng (flattened tube). Karena dapat
memperbesar luas aliran dan turbulensi yang terbentuk lebih kecil sehungga
dapat memperkecil adanya kehilangan terkenan pada suatu aliran.

24
2. Jumlah kalor yang dapat dipindihkan setiap satuan volume metrics sebagai
fungsi dari daya untuk menghasilkan aliran tersebut.
3. Spesifikasi radiator dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
 Spesifikasi Performa atau unjuk kerja :
a. Jumlah panas yang dapat dilepaskan oleh radiator pada kondisi kecepatan
udara, kecepatan air (debit) dan beda temperature (Δt) antara temperature
ruang bakar dan temperature air pada saat masuk. Dinyatakan dalam besaran
jam atau kw.
b. Pressure Drop (water side)
Besarnya tahanan udara antara sisi sebelum udara melalui radiator, dengan
sisi setelah udara melewati radiator, dan dinyatakan dalam besaran mm Aq
(mm H2O).
c. Pressure Drop (water slide)
Besarnya tahanan air antara pipa inlet dengan pipa outlet dan dinyatakan
dalam besaran mm Hg.
d. Cap Openning Pressure.
Tekan bukaan cap assy, dinyatakan dalam kg/cm2.
e. Test Pressure.
Besarnya tekanan udara yang diberikan oleh radiator saat dilakukan pulse test.
Dan dinyatakan dalam besaran kg/cm2.
f. Vibration Durability
Batasan minimum kekuatan radiator yang diizinkan pada vibration test.

 Spesifikasi Konstruksi.
Spesifikasi ini berkaitannya dengan kondisi fisik radiator :
a. Core size yaitu ukuran core radiator dalam lebaw (W) x tinggi(H) x tebal (D)
b. Fin pitch yaitu jarak antara puncak sirip.
c. Heat rejection area yaitu luas perpindahan panas pada tabung dan sirip
pendingin, dalam m2.

25
d. Frontal area yaitu luas permukaan tegak lurus dengan aliran udara dan
dinyatakan dalam m2.
e. Sectional area of water path yaitu luas penampang aliran air dalam m2.
f. Dry weight yaitu berat kosong atau tanpa air dari radiator.
g. Water volume yaitu isi air atau fluida dari radiator, dalam liter.
h. Surface treatment yaitu jenis proses akhir bagi permukaan radiator, biasanya
adalah pengecatan seluruh bagian radiator dengan warna hitam.

2.8 Perhitungan Daya


Sebelum memasuki perhitungan tentang radiator, maka perlu diketahui besar
daya yang ada. Perhitungan tentang daya yang bekerja sangat penting diketahui
sebelum menghitung ataupun menganalisa suatu mesin, karena hal ini digunakan
untuk mengetahui kekuatan dari besarnya suatu daya yang bekerja pada suatu
mesin.
Dimana besar nya daya dapat dihitung dengan menggunakan rumus untuk
menghitung daya, yaitu :
πNT
𝑝=
60
Dimana :
P : Daya (Watt)
N : Putaran (rpm)
T : Torsi (Nm)

Sebelum menghitunga besarnya daya yang bekerja terlebih dahulu harus kita
hitung besarnya gaya yang bekerja dan juga besarnya torsi yang bekerja, dimana
besarnya gaya yang bekerja adalah, yaitu :
F = 𝓂𝓍g
Dan besarnya torsi yang bekerja adalah :
T = F𝓍r

26
Dimana :
F : Gaya (N)
r : Jarak/lengan (m)
m : Masa (kg)
g : Gravitasi (m/s)

2.9 Perhitungan Penampang Radiator


Untuk menghitung besarnya perpindahan panas yang terjadi maka haruslah
diketahui besarnya penampang dari suatu radiator, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui total luas area yang digunakan sebagai salah satu tempat pertukaran
kalor yang terjadi.
Ukuran radiator adalah panjang x lebar x tebal = W x H x D mm. Untuk jenis
yang digunakan adalah (490 x 355 x 32) mm terlihat pada gambar tersebut :

Gambar 2.9 Dimensi Radiator.

A. Luas Penampang sirip


Faktor lain yang mendukung adalah jarak antara puncak pada siri yaitu fin
pitch dan banyaknya tabung yang dialiri oleh air. Radiator jenis ini memiliki fin
pitch 3,5.
Maka banyaknya gelombang untuk 1 baris fin pitch (n) adalah :
𝐷
𝑛=
𝑓𝑝

27
Dimana :
D = Tebal radiator (mm)
Fp = Puncak sirip (mm)

Untuk menghitung jumlah kalor perlu mengetahui luas permukaan


kalor, yaitu luas sirip dan luas tabung.

Gambar 2.10 Sebagian Penampang Sarang Tawon

B. Panjang bidang miring kisi radiator (Pm) : Pm

√𝑎2 + 𝑏 2
Dimana :
a = Lebar bidang miring Gambar 3.6 (mm)
b = Panjang bidang miring dari Gambar 3.6 (mm)

C. Luas bidang miring untuk satu gelombang kisi radiator (Lm) adalah :
Lm = (D x Pm)
Dimana
D = Tebal radiator (mm)
Pm = Panjang bidang miring kisi radiator (mm)
D. Luas area untuk satu baris sirip (Ls)
Ls = Lm x n
Dimana :

28
Lm = Lebar bidang miring untuk satu gelombang (mm)
n = Banyaknya gelombang untuk 1 baris fin pitch (mm)

E. Luas area sirip secara kesuluruhan (LST) :


LST = Ls x ns
Dimana
Ls = Luas area untuk satu baris sirip (m2)
ns = Banyak baris sirip

F. Luas penampang tabung


Untuk jumlah tabung yang diperlukan didapat dari panjang sarang tawon 490
mm dan tinggi puncak satu gelombang.
Maka banyaknya tabung adalah
𝑊−𝑃𝑚
2 x NTabung =
𝑃𝑚+2

Dimana :
N = Jumlah tabung
W = Panjang radiator
Pm = Panjang bidang miring kisi radiator (mm)

G. Luas keseluruhan permukaan panas (Lk)


Untuk menghitung luas permukaan panas yang bersinggungan maka perlu
dihitung terlebih dahulu :
 Dan luas satu tabung adalah (lt)
Lt = 24 𝓍 H
 Luas tabung secara keseluruhan adalah (Ltt)
Ltt = lt 𝓍 N Tabung
Luas ini adalah luas permukaan yang dilalui oleh zat cair.

29
 Jadi luas kesuluruhan permukaan panas adalah :
Lk = (LST + Ltt)
Dimana :
lt = Luas satu tabung (mm2)
Ltt = Luas tabung secara keseluruhan adalah (mm2)
A = Luas area sirip secara keseluruhan (mm2)

H. Perbandingan antara luas bidang sirip dan luas permukaan perpindahan panas

(ß) adalah :

𝐿𝑡𝑡
ß=
𝐴

Dimana :
Ltt = Luas tabung secara keseluruhan adalah (m2)
A = Luas keseluruhan permukaan panas (m2)

2.10 Perhitungan Kalor Dengan Metode – NTU


Di dalam menganalisa dan menghitung besarnya perpindahan kalor yang
terjadi pada tugas akhir ini, kami melakukan perhitungan kalor dengan metode yang
digunakan adalah metode, sistem NTU. Sistem ini didefinisikan sebagai
perbandingan antara kalor nyata dengan perpindahan kalor maksimum yang
mungkin.
E – NTU adalah kependekan dari effectiveness number of transfer units, ata
efektifitas jumlah satuan perpindahan panas, atau dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Efektivitas = E = perpindahan kalor nyata : perpindahan kalor maksimum.

2.10.1 Rumus – Rumus Perhitungan Dengan Metode NTU.


 Perpindahan kalor dihitung dari neraca energi udara mula-mula, yaitu :
ΔT𝒽 = 𝓂𝒸 𝒸𝒸 ΔT𝒸

30
𝓂𝒸 𝒸𝒸 ΔT𝒸
𝓂𝒽 =
𝒸𝒽 ΔT𝒽
Dimana :
Mc = Massa fluida yang mengalir (kg/min)
k = Konduktivitas termal (W/m°C)
Pr = Tekanan udara
cp = Kalor spesifik pada tekanan tetap (kJkg°C)
ρ = Densitas (kg/m3)
µ = Visikositas (kg/m.s)
V = Kecepatan aliran fluida (m2/s)
α = Difusivitas termal (m2/s)

 Sehingga kapasitas untuk kondisi baru adalah


𝓂𝒽 𝒸𝒽
𝓂𝒸 𝒸𝒸

 Sehingga fluida dingin sebagai fluida minimum, yaitu :


𝐶 𝑚𝑖𝑛
𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠

 Untuk selanjutnya, selain Cmin/Cmaks juga hrus dicari factor lain yaitu luas
total permukaan perpindahan panas atau A dan volume matriks atau v.

 Untuk selanjutnya kita cari bilangan N dan Cmin/Cmaks, yaitu :


𝐴𝓍𝑈
NTUmaks =
𝐶 𝑚𝑖𝑛
Dimana :
A = Luas permukaan radiator (m2)
U = Koefeisien perpindahan panas gabungan (W/m2°C)

31
 Karena telah didapatkan besarnya NTU maks dan C min / C maks, maka akan
didapat harga efisiensi atau e dengan melihat gambar di bawah ini.

Gambar 2. 11 Grafik efektivitas

 Efektivitas, untuk penuka-kalor aliran lawan arah dengan fluida – fluida tak
campur. Dalam hal ini C min/ C maks dan semua persamaan efektivitas
penukar kalor mendekati persamaan sederhana.
Jadi besarnya kalor yang dapat dipindahkan diketahui dengan menggunakan
rumus berikut :
Q = 𝜀 𝑥 𝐶 𝑚𝑖𝑛 x (Tam – Tam)
Dimana :
Q = Jumlah kalor yang dilepaskan oleh air (kW)
Cmin = Temperatur air (kJ/kg °C0
Tum = Temperatur air masuk (°C)
Tam = Tempratur air keluar (°C)
𝜀 = Efektivitas penukar kalor

32
33

BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Langkah – Langkah penelitian


Di dalam melakukan penelitian ini Saya melaksanakannya berdasarkan
langkah – langkha yang telah tersusun secara sistematis seperti dalam diagram
alir di bawah ini.

Mulai

1. Menentukan Masalah

2. Mengumpulkan Informasi

3. Persiapan Pengujian

1. Menentukan Masalah

2. Mengumpulkan Informasi

3. Persiapan Pengujian

Alat yang akan diuji


(Radiator)

Pengujian Radiator
Keadaan Normal

1. Perhitungan

2. Pembahasan

Selesai
Diagram 3.1 Diagram alir prosedur pengujian
Pengujian terhadap radiator untuk mengetahui hasil yang diinginkan
memerlukan tiga tahap dalam pengujian yaitu :
1. Pengujian radiator keadaan dingin yang dilakukan setelah mesin dihidupkan
selama 15 menit.
2. Pengujian radiator keadaan normal yang dilakukan setelahmesin dihidupkan
selama 30 menit.
3. Pengujian radiator keadaan panas yang dilakukan setelah mesin dihidupkan
selama 50 menit.

Sebelum pengambilan data dilakukan studi pustaka untuk mendapatkan teori


– teori yang mendukung selama pengujian. Kemudian dilakukan persiapan alat –
alat yang digunakan dalam pengujian. Setelah alat dipersiapkan maka
pengambilan data dapat dilakukan.
Pengambilan data dimulai dengan memeriksa semua komponen – komponen
alat uji dalam keadaan baik seperti : Radiator, Air pendingin, Bahan bakar
(Pertamax), pelumas mesin (OLI), Kemudian memasang kabel accu untuk start
dan memulai pengujian, pertama pengujian radiator keadaan dingin stelah mesin
dihidupkan selama 15 menit, yang kedua pengujian radiator keadaan normal
setelah mesin dihidupkan selama 30 menit dan yang ketiga pengujian radiator
keadaan panas setelah mesin dihidupkan selama 50 menit.
Setelah pengujian pengukuran panas dari mesin diukur pada putaran 1000 rpm
– 4000 rpm, putaran poros diukur menggunakan tachometer yang sudah tersedia
di speedometer mobil. Hasil pembebanan dilihat pada beraca beban, lama aliran
bahan bakar pada fuel gauge diukur menggunakan stopwatch. Kemudian putaran
dinaikkan untuk mendapatkan harga konsumsi bahan bakar spesifik dari harga –
harga tersebut dianalisa dan dibuat kesimpulan hasil akhir dari pengujian.

34
3.2 Jenis Motor Bakar Yang Digunakan
Dalam tulisan ini, saya meilih jenis motor bakar untuk kendaraan sehari hari.
Jenis yang dipilih adalah motor bakar otto empat langkah jenis 5 – K yang di
produksi oleh pabrik mobil Toyota.
Untuk memperjelas jenis motor tersebut, dibawah ini di cantumkan beberapa
spesifikasi dari mesin tersebut :
Model : Toyata Kijang
Tipe :5K
Jumlah silinder :4
Diameter : 80.45 mm
Langkah : 73 mm
Volume mesin : 14699 cc
Perbandingan kompresi : 1:8
Daya maksimum : 72 hp/5500 rpm.
Sistem pendingin : Berpendingin air dengan menggunakan radiator
berkapasitas 5,6 liter. Menggunakan minyak
pelumas dengan kapasitas 3,7 liter dan bertekanan
0,35 kg/cm2

35
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

Pada bab ini akan saya jelaskan mengenai proses perhitungan dari suatu
radiator, seperti perhitungan tentang besar kalor yang dapat diredam oleh radiator,
selain itu juga akan saya tampilkan mengenai hasil dari percobaan motor bakar
dengan menggunakan radiator.
Selain kita mengetahu besar kalor yang dihasilkan oleh suatu motor bakar,
kemudian kita mecoba untuk mengetahui besar kalor yang dapat diredam oleh
radiator. Untuk itu kita perlu mengetahui dimensi dari radiator.

4.1 Dimensi Radiator


Pada perhitungan kalor yang digunakan radiator ini bagian yang terpenting
adalahluas dari pada core atau sarang tawon. Jenis dari sarang tawon yang
digunakan adalah corrugated fin atau sirip bergelombang.
Ukuran radiator adalah panjang x lebar x tebal = W x H x D mm. Untuk jenis
yang digunakan adalah (490 x 355 x 32) mm terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Dimensi Radiator

4.2 Perhitungan Daya


Sebelum memasuki perhitungan tentang radiator, maka perlu diketahui besar
daya yang ada. Adapun rumus untuk menghitung daya adalah :

37
2𝜋NT
𝑝=
60
Dimana :
P = Daya (Watt)
N = Putaran (rpm)
T = Torsi (Nm)
F = Gaya (N)
r = Jarak/lengan (m)
m = Masa (kg)
g = Gravitasi (m/s)

Jika diketahui :
m = 80 kg
r =30 cm
Maka besarnya gaya yang bekerja adalah :
F = mxg
F = 80 kg x 9,8 m/s
F = 78,4 N
Setelah diketahui besarnya gaya yang bekerja (F) maka dapat dihitung
besarnya torsi yang bekerja yaitu :
T = fxr
T = 78,4 x o,3
T = 23,52 Nm
Setelah diketahu torsi yang bekerja (T) maka besarnya daya untuk masing –
masing putaran adalah :
1. Putaran 710 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x710
𝑝=
60

𝑝 = 1.747 Watt

38
2. Putaran 1000 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x1000
𝑝=
60

𝑝 = 2.462 Watt

3. Putaran 1500 rpm.


2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x1500
𝑝=
60

𝑝 = 3.693 Watt

4. Putaran 2000 rpm.


2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x2500
𝑝=
60

𝑝 = 4.924 Watt

5. putaran 2500 rpm.


2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x2500
𝑝=
60

𝑝 = 6.155 Watt

39
6. Putaran 3000 rpm.
2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x3000
𝑝=
60

𝑝 = 7.386 Watt

7. Putaran 4000 rpm.


2𝜋NT
𝑝=
60
2x3,14x4000
𝑝=
60

𝑝 = 9.846 Watt

Sehingga setelah dihitung besarnya daya yang bekerja ditiap – tiap kecepatan
putaran mesin yang bekerja, maka hasilnya dapat dengan jelas dilihat dari tabel
dibawah ini :
N F T P
(rpm) (N) (Nm) (Watt)
710 78,4 23,52 1.747
1000 78,4 23,52 2.462
1500 78,4 23,52 3.693
2000 78,4 23,52 4.924
2500 78,4 23,52 6.155
3000 78,4 23,52 7.386
4000 78,4 23,52 9.846

Tabel 4.1 Perbandingan antara Daya dan putaran mesin.

40
4.3 Perhitungan Penampang Sirip
Perhitungan mengenai penampang sirip adalah sebagai berikut :
1. Luas penampang sirip
Maka banyaknya gelombang untuk 1 baris fin pitch (n) adalah :
H 355
= = 101,42 = 100 𝐵𝑢𝑎ℎ
fp 3,5

2. Panjang bidang miring kisi radiator (Pm).


Untuk menghitung jumlah kalor perlu mengetahui luas permukaan penukar
kalor, yaitu luas sirip dan luas tabung.
Dimana :
a = 1,8 mm
b = 10 mm

3. Panjang bidang miring kisi radiator (Pm)


Pm :

√𝑎2 + 𝑏 2
√182 + 102 = 10,16 = 10 mm

4. Luas bidang miring untuk satu gelombang kisi radiator (Lm) adalah :
Lm = (D x Pm x 2)
= (32 x 10 x 2) = 640 mm2

5. Luas area untuk satu baris sirip (Ls) adalah :


Ls = Lm x n
= 640 x 100 = 64.000 mm2

6. Luas area sirip secara keseluruhan (LST)adalah :

LST = Ls x n sirip

41
= 64.000 x 41

= 2.624.000 mm2 = 2,6m2

4.4 Luas Penampang Tabung

Untuk jumlah tabung yang diperlukan didapat dari panjang sarang tawon 490

mm dan tinggi puncak satu gelombang (tp) = 10 mm.

1. Maka banyaknya tabung adalah

W−tp
NTabung =
tp+2

490−10
NTabung = = 40 buah
10+2

Karena memiliki dua buah baris tabung, maka jumlah tabung secara

keseluruhan adalah :

40 x 2 = 80 buah

2. Luas keseluruhan permukaan panas (Lk)

 Dan luas satu tabung adalah (lt)

lt =WxD

= 490 x 32

= 15.680 mm2

 Luas tabung secara keseluruhan adlah (Ltt)

Ltt = lt x N Tabung

= 15.680 mm2 x 80

= 1.254.400 mm2

42
 Jadi luas keseluruhan permukaan atau perpindahan panas adalah :

A = (LST + Ltt)

= 2,6 m2 + 1,25 m2

= 3,85 m2

 Perbandingan antara luas bidang sirip dan luas permukaan perpindahan panas

(ß) adalah :

Ltt
ß= 𝐴

1,25
= 3,85 = 0,32

4.5 Data Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan pada, maka didapat besar temperature air yang masuk

dan air yang keluar dari radiator. Percobaan ini dilakukan pada tekanan 1 atm dan

temperature udara masuk radiator adalah suhu kamar yaitu 28°C dan temperature

udara keluar adalah 35°C

43
Perputaran Suhu Air Suhu Air (Tam – Tak)

Item Analisa Mesin Masuk Tam Keluar Tak Δt

(RPM) (°C) (°C) (°C)

Kondisi
710 75 50 25
Mula-mula

1000 76 58 18

1500 75 50 25

Hasil 2000 75,5 50 25,5

Percobaan 2500 75,5 48,5 27

3000 76 48 28

4000 75 50 25

Rata-rata 75,5 50,75 24,75

Tabel 4.2 Data percobaan setelah mesin dihidupkan selama 30 menit

4.6 Perhitungan Kalor.

Dalam perhitungan kalor sistem yang digunakan adalah sistem e NTU. Sistem

ini didefiniskian sebagai perbandingan antara perbandingan kalor nyata dengan

perpindahan kalor maksimum yang mungkin.

𝜀 NTU adalah kependekan dari effectiveness number of transfer units. Atau

efektifitas jumlah satuan perpindahan panas, dimana factor yang diketahui adalah

44
udara masuk Tum = 28°C dan suhu air masuk adalah Tum = 75,5°C guna

mendapatkan hasil yang mendekati kebenaran maka digunakan beberapa asumsi.

1. Sifat – sifat udara pada tekanan atmosfer

(kondisi udara pada suhu 28°C)

cp = 1,0057 kJ/kg°C

Pr = 0,708

k = 0,02624 W/m°C

ρ = 1,1774 kg/m3

µ = 1,8462 x 105 kg/m.s

V = 15,69 x 106 m2/s

α = 0,22160 x 104 m2/s

m = 100,2 kg/min

2. Sifat –sifat air

(Kondisi air pada suhu 75,5°C)

ρ = 973,7 kg/m3

Pr = 2,33

k = 0,688W/m°C

cp = 4,191 J/kg°C

µ = 3,72 kg/m.s

45
 Perpindahan kalor dihitung dari neraca energy udara mula – mula, yaitu :

𝓂h ch ΔTh = 𝓂c cc ΔTc

𝓂c cc ΔTc
𝓂h =
ch ΔTh

(100,2)(1,0057)(35−28)
𝓂h =
(4,191)(75,5−50,75)

705,5
𝓂h = = 603,8 kg/min
101,7

 Sehingga kapasitas untuk kondisi baru adalah :

603,8
𝓂h ch = (4,191) = 421,8 W/°C
60

100,2
𝓂c cc = (1,0057) = 168 W/°C
60

 Sehingga udara (fluida dingin) sebagai fluida minimum, sehingga :

C 𝑚𝑖𝑛 168
=
𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠 421,8

C 𝑚𝑖𝑛
= 0,39 = 0,5
𝐶 𝑚𝑎𝑘𝑠

 Untuk selanjutnya, selain Cmin/Cmaks juga harus dicari factor lain yaitu luas
total permukaan perpindahan panas atau A dan volume matriks atau V dimana

Besarnya :

V =WxHxD

= 0,490 x 0,355 x0,032 = 5,56 m3

A = 3,85 m2

U = 55W/mm2°C

46
Cmin = 168W/°C

 Untuk selanjutnya kita cari bilangan N dan Cmin/Cmak, yaitu :

A𝓍U
NTUmaks =
𝐶 𝑚𝑖𝑛

(3,85)(55)
=
168

NTUmaks = 1,3

Karena telah didapatkan besarnya NTUmaks dan Cmin/Cmaks, maka akan

didapat harga efisiensi atau 𝜀 dengan melihat table di bawah ini maka

besarnya adalah :

𝜀 = 0,65

Tabel 4.3 besaran harga efisiensi

Efektivitas, untuk penukar kalor aliran-lawan-arah dengan fluida – fluida tak

campur. Dalam hal ini Cmin/Cmaks dan semua persamaan efektivitas penukar

kalor mendekati persamaan sederhana.

Jadi besar nya kalor total yang dapat di pindahkan dari radiator adalah :

Q = 𝜀 𝓍 Cmin x (Tam – Tum)

Q = 0,65 x 168 x (75,5 – 28)

Q = 5.187 Watt

47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Di dalam analisa perhitungan di dapat bahwa semakin besar putaran putaran
mesin semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh mesin.
2. Setelah dihitung besarnya daya yang bekerja ditiap – tiap kecepatan putaran
mesin yang bekerja maka didapat hasil perhitungan daya dengan besarnya
kalor total yang dapat diindahkan dari radiator mendekekati persamaan.
3. Dari data-data tersebut diatas maka fungsi dari radiator adalah sebagai
peredam kalor dan menjaga keadaan motor bakar pada suhu kerja ini dapat di
capai, oleh karena itu pendingin pada motor bakar memegang peranan penting
dalam proses kerja pada motor bakar.
4. Penggunaan air pada radiator adalah alternative paling tepat pada sistem
pendingin suatu motor bakar karena Negara kita beriklim tropis dan mudah
mendapatkan air maka radiator menjadi pilihan utama para produsen mobil
untuk digunakam pada motor bakar.

5.2 Saran
Saran dari penulis tetap memperhatikan keadan dari sistem pendingin pada
kendaraan yang digunakan, karena kebanyakan orang kurang memperhatikan hal
ini, panas yang dihasilkan oleh suatu motor bakar secara berlebih akan berakibat
fatal pada komponen didalam mesin tersebut. Permeriksaan secara rutin dan
penanggulangan sacara dini merupakan cara yang tepat untuk menjaga sistem
pendingin suatu motor bakar, misalnya dengan mengganti air pada radiator setiap
sebulan sekali dan selau mengontrol radiator setiap kali mesin akan digunakan .
Sistem pendingin suatu radiator berkaitan erat dengan sistem yang lain termasuk
menjadikan mesin menjadi lebih effesien dan tahan lama.
Saran untuk pengujian lebih lanjut adalah perlu dilakukan pengujian pada
berbagai kondisi beban dan juga pada kondisi operasi lain yang dapat

48
mempengaruhi laju pelepasan kalor dan untuk pengembangan lebih lanjut dapat
dilakuka penelitian mengenai pengaruh pendinginan motor bakar terhadap
komponen motor bakar.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Arends B.P.M dan Berenscot H, Motor, Bensin, Erlangga, Jakarta, 1980.


2. Daryanto, Teknik Servis Mobil, Rireka Cipta, Jakarta, 1992
3. Daryanto P.S, Pengantar Perencanaan Penukar Kalor Laboratorium
Teknologi Pendingin, Jurusan Mesin Insitut Teknologi Bandung, 1990
4. Holman J.P, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta, 1998
5. Khurmi R.S dan Gupta J.K, Machine Design Eurasia Publisher House
Ltd, Ram Nagar, New Delhi, 1980,
6. SAE HS-40 Principle of Engine Cooling System Component and
Maintenance Society of Otomotive Enginers inc Pennyvanni, 1991.
7. Streeter V.L dan Wylie B, Mekanika Fluida, Erlangga Jakarta, 1998.

50

Anda mungkin juga menyukai