Anda di halaman 1dari 71

Tugas Akhir

RANCANG BANGUN PERALATAN DESTILASI


MINYAK ATSIRI DENGAN BAHAN DASAR DAUN
NILAM

Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar
Sarjana Program Studi S1 Jursan Teknik Mesin

Disusun Oleh :
RUDI TAHIYAN
01301-093

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2007
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rudi Tahiyan

Nim : 01301-093

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknologi Industri

Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Peralatan Destilasi Minyak

Atsiri dengan Bahan Dasar Daun Nilam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini Adalah benar

hasil karya saya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali

kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya atas

perhatiannya saya ucapkan Trima Kasih.

Jakarta 23 agustus

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Rancang Bangun Peralatan Destilasi Minyak Atsiri dengan Bahan


Dasar Daun Nilam

Nama : Rudi Tahiyan


Nim : 01301-093
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknologi Industri

Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh:


Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

( Nanang Ruhyat. St) ( Ir.Ariosuko Dh)

Koordinator Tugas Akhir

(Nanang Ruhyat. St)


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdilillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini, serta tidak lupa salawat dan salam pada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, para pengikut beliau
yang setia pada akhir jaman.
Laporan tugas ini berawal dari pemikiran penulis tentang bagaimana cara
meningkatkan produksi penyulingan minyak nilam pada home Industri sekala
kecil/lab dan menengah, dan bagaimana cara meningkatkan kualitas dari minyak
nilam tersebut, supaya bisa melakukan secara mudah dan ekonomis, Berdasarkan
hal tersebut maka penulis coba melakukan perbandingan hasil pengujian terhadap
beberapa jenis bentuk dan material pemindah kalor pada alat destilasi minyak
pohon nilam.
Dengan Pengetahuan yang penulis miliki dari Universitas Mercu Buana
dan juga pengamatan penulis dari berbagai industri skala kecil, Penulis berharap
hasil dari beberapa perbandingan hasil ppercobaan yang telah penulis lakukan
nantinya dapat di aplikasikan pada industri kecil dan menengah, dan bermampaat
bagi kalangan perkembangan usaha, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahtraan perusahaan.
Penyusun menyadari tidak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
tanpa adanya petunjuk, pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan Trimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak dan Ibu (alm) tercinta dan Kaka saya yang telah memberikian moril
maupun material serta dorongan yang tak pernah pudar.
2. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma selaku dekan Fakultas Teknologi Industri.
3. Bapak Nanang Ruhyat. St. MT Selaku dosen Pembimbing 1, sekaligus
sebagai Koordinator Tugas Akhir ini.
4. Bapat Ir. Ariosuko Dh Selaku dosen pembimbing 2 Tugas akhir ini.
5. Semua Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada
6. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Khususnya Angkatan 2001
Universitas Mercu Buana.
7. Teman-teman di Scudeto Band, kita yakinkan bahwa kita bisa melangkah
maju ke depan meraih cita-cita kita.
8. Teman-teman di Fron Indonesia Semesta (FIS).
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, Oleh
karna itu Kritik dan Saran sangat di harapkan untuk Penyempurnaan Tugas akhir
ini dalam rangka mendapatkan hasil yang baik di masa-masa yang akan datang.

Jakarta 15 Agustus 2007

Penyusun
Abstrak

Minyak atsiri merupakan minyak yang diekstrak dari tanaman yang


memiliki banyak kegunaan, terutama dalam industri farmasi, kosmetik, dan aroma
terapi untuk kesehatan. Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi minyak atsiri
agar minyak atsiri lebih memasyarakat dan sumber daya alam dalam bidang
perkebunan dapat lebih termanfaatkan.
Untuk tujuan tersebut di atas, maka dibuat alat destilasi minyak atsiri skala
kecil/lab dengan menggunakan bahan yang lebih murah agar terjangkau oleh
masyarakat yang ingin memproduksi sendiri minyak atsiri atau melakukan
percobaan-percobaan dalam rangka pengembangan proses destilasi minyak atsiri.
Perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku
sangat berbanding jauh, jika bahan baku yang didestilasikan sebanyak 2 (dua) kg,
maka minyak yang dihasilkan hanya 40 x 10-3 m3 (40 ml).
Dari hasil percobaan proses destiasi menggunakan alat yang telah dibuat,
dapat disimpulkan bahwa kualitas minyak tergantung dari kondisi bahan baku,
kepadatan bahan baku, jenis material alat dan lamanya proses destilasi.
Daftar Isi

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
Abstrak ...................................................................................................... vi
Daftar Isi ................................................................................................... vii
Daftar Gambar ........................................................................................... viii
Daftar Tabel .............................................................................................. ix
Nomenklatur ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
I.2 Tujuan ............................................................................................ 1
I.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2
I.4 Metodologi Penulisan .................................................................... 2
I.5 Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI .......................................................................... 5
II.1 Minyak Atsiri ............................................................................. 5
II.2 Potensi Ekonomis Minyak Atsiri (Minyak Nilam) .................... 5
II.3 Perkembangan Ekspor Impor Dunia ......................................... 9
II.4 Metode – metode Destilasi Minyak Atsiri ................................ 11
BAB III DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT .................... 15
III.1 DESAIN TERMAL ................................................................. 15
III.1.1 Karakteristik Bahan ........................................................ 15
III.1.2 Kesetibangan Massa ........................................................ 16
III.1.3 Kesetimbangan Kalor ........................................................ 16
III.1.3.1 Kalor Yang Dilepaskan Uap Air ............................ 16
III.1.3.2 Kalor Yang Dibutuhkan untuk Menguapkan Air
dan Rendemen dalan Bahan .................................. 17
III.1.3.3 Jumlah Uap Air yang Dibutuhkan per Kilogram
Bahan Kering ........................................................ 17
III.1.4 Desain Ketel ................................................................... 17
III.1.4.1 Kontruksi Ketel ..................................................... 17
III.1.4.2 Penentuan Luas Area Perpindahan Kalor Ketel ..... 18
III.1.5 Tebal Isolasi .................................................................. 20
III.1.6 Desain Kondensor (Satainless Steel) ............................. 23
III.1.6.1 Kontruksi Kondensor ........................................... 23
III.1.6.2 Menghitung Luasan Perpindahan Kalor
Kondensor ............................................................ 23
III.2 PEMBUATAN ALAT ........................................................... 29
III.2.1 Komponen – komponen Utama Alat .............................. 29
III.2.2 Komponen – komponen Pendukung Alat ....................... 33
BAB IV PROSES DESTILASI DAN ANALISA ................................... 36
IV.1 PROSES DESTILASI ........................................................... 36
IV.1.1 Sumber Kalor .................................................................... 36
IV.1.1.1 Minyak Tanah ........................................................ 36
IV.1.2 Bahan Destilasi ................................................................ 36
IV 1.3 Langkah – langkah Proses Destilasi ................................ 37
IV.1.3.1 Persiapan Alat ........................................................ 37
IV 1.3.2 Proses Pendidihan Air ............................................ 38
IV.1.3.3 Proses Kondensasi .................................................. 38
IV.1.3.4 Proses Penampungan Kondensat ............................ 39
IV.1.3.5 Proses Pengambilan Minyak .................................... 39
IV.1.4 Proses Pengambilan Data Operasi .................................... 40
IV.1 5 Data Proses Destilasi ......................................................... 42
IV.2 ANALISA ................................................................................. 44
IV.2.1 Proses Desain Alat ............................................................ 44
IV.2.2 Pembuatan Alat ................................................................ 44
IV 2.3 Proses Destilasi Minyak Atsiri .......................................... 45
IV.2.4 Hasil Destilasi Minyak Atsiri ............................................ 45
IV.2.5 Perhitungan Ekonomis ..................................................... 48
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 50
V.1 Kesimpulan ................................................................................ 50
V.2 Saran ........................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 52
LAMPIRAN ................................................................................................ 53
Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Nilam ........................................................................ 8

Gambar 2.2 Nilam Kering ............................................................................. 8

Gambar 3.1 Ketel Uap ................................................................................ 29

Gambar 3.2 Tangki Bahan Baku .................................................................. 30

Gambar 3.3 Penutup Ketel Uap .................................................................... 30

Gambar 3.4 Pipa Ketel Uap – Kondensor .................................................. 31

Gambar 3.5 Tube Kondensor ...................................................................... 31

Gambar 3.6 Tangki Kondensor ................................................................... 32

Gambar 3.7 Pemisah Air – Minyak Sederhana ............................................ 32

Gambar3.8 Nepel sok ¾”, Water Mur ¾”, Double Nepel ¾”,

Knee derat ¾” .......................................................................... 34

Gambar 3.9 Thacometer ............................................................................... 35

Gambar 4.1 Penampung Kondensat ............................................................ 39

Gambar 4.2 Minyak Hasil Destilasi ............................................................ 40


Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Contoh hasil minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik
Destilasi di desa Cikondang, Majalengka ............................. 8
Tabel 2.2 Trend impor dan ekspor negara – negara terbesar di
Dunia ....................................................................................... 10
Tabel 2.3 Negara – negara pengimpor terbesar di dunia pada
tahun 2002 ............................................................................. 10
Tabel 2.4 Negara – negara pengeskpor terbesar di dunia pada
tahun 2002 .............................................................................. 11
Tabel 3.1 Karakteristik bahan ............................................................... 15
Tabel 3.2 Kesetimbangan Massa ............................................................. 17
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan ................................................................... 28
Tabel 4.1 Percobaan 1 .............................................................................. 42
Tabel 4.2 Percobaan 2 .............................................................................. 42
Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap Waktu
(Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan Isolasi) ..................... 43
Tabel 4.4 Perbandingan percobaan 1 dan 2 .......................................... 45
NOMENKLATUR

Simbol Keterangan Satuan


Ao Luasan permukaan pipa bagian luar m²
Ai Luasan permukaan pipa bagian dalam m²
Cl Kalor spesifik zat cair jenuh J/kg.°C
C, m Konstanta untuk permukaan isothermal -
C sf Konstanta gabungan fluida-permukaan -
g Percepatan grafitasi m/s²
Gr f Bilangan Grashof (pada kondisi film) -
h Koefisien kondensasi rata-rata W/m².°C
ho Koefisien perpindahan kalor konveksi W/m².°C
hi Koefisien perpindahan kalor kondensasi W/m².°C
h fg Enthalpy penguapan J/kg
k Konduksi fluida jenuh W/m².°C
L Panjang pipa m
Nu f Bilangan Nusselt (pada kondisi suhu film) -
Pl Tekanan zat cair Pa
Pr l Angka prandtl -
Pv Tekanan uap di dalam gelembung Pa
q/ A Fluks kalor per satuan luas W/m²
ro Jari-jari luar pipa m
ri Jari-jari dalam pipa m
Ra Bilangan Rayleigh -
Rf Tahanan pengotoran -
to Suhu air pendingin keluar °C
ti Suhu air pendingin masuk °C
Tf Suhu dievaluasi pada kondisi film °C
Ts Suhu permukaan solid °C
ts Suhu uap jenuh °C
Tsat Suhu jenuh °C
Τw Suhu dinding °C
T∞ Suhu dievaluasi pada kondisi arus bebas °C
Uo Koefisien perpindahan kalor menyeluruh W/m².°C
∆Τe Excess temperature °C
∆Tm Beda suhu rata-rata logaritmik °C
∆x Tebal dinding m
µl Viskositas zat cair kg/m.s
ρl Densitas zat cair jenuh kg/m³
ρν Densitas uap jenuh kg/m³
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam industri makanan dan minuman, wewangian serta obat-obatan
memerlukan minyak atsiri sebagai bahan pencampur yang terus berkembang
penggunaannya, sejalan dengan meningkatnya industri-industri tersebut di atas.
Indonesia merupakan Negara yang subur dan banyak tempat yang cocok untuk
membudidayakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri.
Minyak atsiri kurang dikenal secara luas penggunaannya, manfaat dan
juga nilai ekonomisnya. Oleh karena itu penanaman dan pengolahannya masih
terkonsentrasi di beberapa daerah yang masih meliputi kelompok-kelompok tani.
Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-
pengusaha yang memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri yang
memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga minyak
atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi kecil. Untuk itu
perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang terjangkau oleh industri
rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya, sehingga
industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat agar sumber daya alam
khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan secara optimal dan juga dapat
menjadi lapangan pekerjaan baru yang menyerap sumber daya manusia.

I.2 Tujuan
Tujuan dari rancang bangun alat destilasi minyak atsiri adalah :
• Membuat alat destilasi minyak atsiri skala laboratorium yang dapat
menjadi acuan dasar untuk pembuatan alat destilasi minyak atsiri yang
lebih besar.
• Memproduksi alat destilasi yang dapat terjangkau oleh masyarakat.
• Meminimalisasi kerugian kalor yang terjadi selama proses destilasi
I.3 Batasan Masalah
Proses desain alat destilasi minyak atsisri ini dilakukan dengan batasan
masalah berdasarkan pada kondisi sebagai berikut :
• Proses destilasi yang digunakan adalah menggunakan media air dan uap.
• Tekanan yang digunakan adalah tekanan 0 gauge
• Bahan acuan yang akan didestilasikan menggunakan nilam kering.
• Uap yang berada di dalam tube kondensor dianggap uap air jenuh, karena
perbandingan antara uap minyak dengan uap air sangat kecil.
• Kandungan minyak dianggap tersebar merata pada bahan.

I.4 Metodologi Penulisan


Dalam melakukan rancang bangun ini, yang dilakukan adalah literature
tentang minyak atsiri, metode destilasi dan karakteristik serta komponen-
komponen yang terdapat pada minyak atsiri maupun bahan yang mengandung
minyak atsiri tersebut. Selanjutnya seperti yang terlihat pada bagan gambar
berikut :
Flow Chart
I.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang desain, tujuan, batasan masalah,
metodologi penulisan serta sitematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI


Bab ini memuat informasi-informasi tentang minyak atsiri dan metode-metode
proses destilasinya.

BAB III DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT


Bab ini membahas tentang tahapan-tahapan dalam proses desain termal dan
menjelaskan tentang pembuatan alat destilasi minyak atsiri.

BAB IV PROSES DESTILASI DAN ANALISA


Bab ini membahas dan menganalisa desain termal alat destilasi dan proses
destilasi serta perhitungan ekonomis alat.

BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan proses destilasi
dan menganalisa hasil destilasi tersebut yang berhubungan dengan proses
desain yang telah dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI

II. 1 Minyak Atsiri


Minyak Atsiri (Essential Oil) dikenal dengan nama Minyak Eteris atau
Minyak Terbang, adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman yang mempunyai
sifat mudah menguap pada suhu tertentu tanpa mengalami dekomposisi. Pada
umumnya minyak atsiri mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya, larut dalam penglarut organic dan tidak larut dalam air.
Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam famili Pinaceae,
Labiateae, Comporiteae, Laurateae,Myrtaceae dan Umbelliferceae. Minyak
atsiri bersumber dar setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang,
kulit, akar atau umbi (rizhoma), yang merupakan bahan baku untuk produk
farmasi dan kosmetik alamiah di samping digunakan sebagai kandungan dalam
bumbu maupun pewangi (flur and fragrance ingredients).
Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang
diperdagangkan, sedangkan Indonesia saat ini baru mengekspor sekitar 12 jenis
minyak atsiri antara lain : Minyak Nilam (Patchouli Oli), minyak Akar Wangi
(Vertiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Cintronella Oil), Minyak Kenanga
(Cananga Oil), Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon
Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil),
Minyak Cendana (Sandal Wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak
Kemuskus (Cubeb Oil), dan Minyak Lada (Papper Oil). Minyak atsiri
dikelompokkan pada SITC (Standar Internastional Trade Clasisification)-STIC
5513 (Essential Oil)-SITC55131 (Essential oil Citrus Fruit) dan SITC 55132
(Other Essential Oil).

II. 2 Potensi Ekonomis Minyak Atsiri (Minyak Nilam)


Berbicara soal komoditi ekspor nonmigas, minyak atsiri dari nilam salah
satu andalan. Bahkan negara kita tercatat sebagai salah satu pengekspor minyak
nilam terbesar di dunia. Meski popular di pasar internasional, anehnya minyak
atsiri kurang akrab di telinga kita. Apalagi masih sedikit yang mengenal sosok
tanaman nilam dengan baik, padahal ini merupakan peluang bisnis yang dapat
diandalkan.
Nilam merupakan salah satu dari 150 – 200 spesies tanaman penghasil
minyak atsiri. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40 – 50 jenis, tetapi baru
sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komersial. Tanaman nilam juga dikenal
dengan nama komersil Pogostemon Patchouli atau Pogostemon Cablin Benth,
atau Pogostemon Mentha. Aslinya dari Filipina, tapi sudah dikembangkan juga di
Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Akibat banyak ditanam
di Aceh, kemudian juga dijuluki nilam Aceh, Varietas ini banyak dibududayakan
secara komersial.
Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan Tenggara, masih
menjadi sentra nilam terluas di Indinesia (Ditjen Perkebunan, 1997). Disusul
Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan), Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung ,
Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara), dan Jawa Timur (Tulungagung).
Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil.
Tanaman minyak atsiri di Propinsi Jawa Barat terdapat di beberapa daerah
Kabupaten, dan yang saat ini sudah berorientasi kea rah perdagangan ekspor
adalah jenis minyak akar wangi (Vertiver Oil) dan minyak nilam (Patchouli Oil).
Untuk minyak nilam, daerah budidaya tersebar di Kabupaten Tasikmalaya,
Kuningan dan Garut. Alat destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan
sistem destilasi dengan menggunakan mesin yang ramah lingkungan.
Varietas lainnya, Pogostemon Heyneanus, berasal dari India, juga disebut
nilam Jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di pulau Jawa. Ada lagi
Pogostemon Hortensis, atau nilam sabun (minyak atsiri bias untuk mencuci
pakaian). Banyak tertapat di daerah Banten, Jawa Barat, sosok tanamannya
menyerupai nilam Jawa, tetapi tidak berbunga.
Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi,
nilam bias menjadi alternative untuk meningkatkan ekspor nonmigas, terbukti
minyak nilam telah tercatat sebagai penyumnbang terbesar devisa negara
ketimbang minyak atsiri lainnya.
Volume ekspor minyak nilam periode 1995-1998 mencapai 800-1.500 ton,
dengan nilai devisa US$ 18-53 juta. Sementara data terbaru menyebutkan, nilai
devisa dari ekspor minyak nilam sebesar US$ 33 juta, 50% dari total devisa
ekspor minyak atsiri Indonesia. Secara keseluruhan Indonesia memasok lebih dari
90% kebutuhan minyak nilam dunia (Nuryani Y.,2001).
Berdasarkan laporan Marlet Study Essential Oils and Oleoresi (ITC),
produksi nilam dunia mencapai 500-550 ton per tahun. Produksi Indonesia kekitar
450 ton per tahun, kemudian disusul Cina (50-80 ton per tahun). Produk minyak
atsiri dunia yang didomonasi Indonesia, antara lain nilam, sereh wangi, minyak
daun cengkeh, dan kenanga.
Sebelum diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir.
Harga minyak nilam di pasaran local (di tingkat agen eksportir) berkisar
Rp.200.000,- -Rp.250.000,- per kg (di New York, AS $14-23,5). Negara tujuan
ekspornya meliputi Singapura, India, AS, Inggris, Belanda, Francis, Jerman,
Swiss, dan Spanyol.
Ada kalanya petani (terutama yang tidak punya alat destilasi) menjual
daun nilam dengan harga Rp.2000,- per kg (kering) atau Rp.400,- per kg (basah).
Penampungnya tidak lain petani pemilik ketel destilasi. Dulu, sebelum petani
mengenal alat destilasi, yang diekspor adalah daun nilam kering. Alat destilasi
mulai dikenal tahun 1920-an.
Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan eropa.
Terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi
(sebagai pengikat bau atau fixative parfum), kosmetik, dll.
Komponen utama minyak nilam (diperoleh dari destilasi daun nilam)
berupa pacthoully alcohol (45-50%), sebagai penciri utama dan bahan industri
kimia.
Tabel 2.1 Contoh hasil minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik destilasi desa
Cikondang, Majalengka.
Karateristik Hasil SNI 06-2385-1991
Kadar air, % (v/b) 23.0
Kadar minyak, % (v/b) 2.60
Rendemen, % (v/b) 1.60
Warna Kuning Kuning muda sampai coklat
Berat jenis, 25°C/25°C 0.9625 0.943-0.983
Indeks bias, 25°C 1.5057 1.506-1.516
Putaran optik -55° 12° (-47°)-(-60°)
Kelarutan dalam alcohol Larut 1:7.5 Larut jernih 1:1-10
90%
Bilangan asam, % 3.39 Maks. 10
Bilangan ester, % 1:74 Maks. 10
Patchouli alcohol, % 32.8 - 40.55 -
(GC)
(Sumber Pabrik destilasi desa Cikondang, Majalengka)

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Tanaman Nilam Nilam Kering

Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bias untuk bahan antiseptic,


anti jamur, anti jerawat, obat eksem, dan kulit pecah-pecah, seta serta ketombe.
Juga bisa mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga mengurangi kegelisahan
dan depresi, atau membantu penderuta insomnia (gangguan susah tidur). Oleh
karena itu minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma. Juga bersifat
afrodisiak : meningkatkan gairah seksual.
Bukan Cuma minyak nilamnya yang bermanfaat, di India daun kering
nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Selain itu,
rebusan atau jus daun nilam, kabarnya, dapat diminum sebagai obat batuk dan
asma. Remasan akarnya untuk obat bisul dan pening kepala.
Kadar minyak nilam bervariasi, tergantung pada varietasnya. Nilam Aceh
(pogostemon cablin), karena tidak berbunga, kadar minyak tinggi (2,5-5 %).
Begitu pula sifat minyaknya disukai pasar. Nilam Jawa (Pogostemon heyneamus)
karena berbunga, kadar minyaknya rendah (0,5-1.5 %). Komposisi minyaknya
kurang diminati. Sedangkan nilam sabun (Pogostemon hortensis), kadar minyak
(0,5-1,5 %) dan jenis ini kurang disukai pasar.
Oleh karena itu, dengan berkembangmya industri minyak atsiri maka alat
destilasi merupakan potensi usaha yang dapat dikembangkan.

II. 3 Perkembangan Ekspor dan Impor Dunia


Nilai impor dunia (91 negara pengimpor) pada tahun 1996 berjumlah US$
475,598 ribu telah meningkat sekitar 7,02 % menjadi US$ 508,964 ribu pada
tahun 2000. demikian pula volumenya mencapai 35.201 ton pada tahun 1996 telah
meningkat 59,28 % menjadi 56.067 ton pada tahun 2000. nilai ekspor dunia (71
negara pengekspor) pada tahun 1996 mencapai US$ 385,080 ribu dan pada tahun
2000 menjadi US$ 380,576 ribu atau menurun 1,2 % (sumber ITC).
Trend impor dan ekspor beberapa Negara pengimpor dan pengekspor terbesar
adalah :
Tabel 2.2 Trend Impor dan Ekspor Negara-negara Terbesar Dunia
Trend Impor Trend Ekspor
No Negara 1996 - 2000 Negara 1996 - 2000
Pengimpor (%) Pengekspor (%)
1. USA 3.5 France 0.1
2. France 1.9 China - 3.1
3. United Kingdom - 3.1 Indonesia 3.2
4. Germany - 3.2 USA 3.5
5. Switzliecht 1.2 United Kingdom - 5.5
6. Spain 1.9 Spain 7.6
7. Japan - 4.7 Singapure 28.9
8. Brazil 28.1 Germany 0.9
9. Italy 5.2 Swizt 0.4
10. Netherland 1.7 Netherland 5.2
11. Mexico 15.6 Australia - 6.1
12. Hongkong - 17.2 Turkey 3.6
13. Canada 11.2 Maroco - 5.6
14. Ireland 11.7 Austria 0.8
Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah-2004. “Peluang Pasar
Essential Oil”,Disperindag. Jawa Barat. 2003.

Perkembangan ekspor dunia Essential Oils pada tahun 2002 mencapai US$
500,071 ribu (33.183 tons) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-
negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Negara-negara Pengimpor Terbesar di Dunia pada tahun 2002


Pertumbuhan Impor Share in
Negara Nilai Impor(ribu
2001 – 2002 (%) Word
US$)
Import (%)
USA 120,220 5 21
France 87,573 2 15
United Kingdom 48,149 13 8
Switzerland 36,237 8 8
Germany 32,906 15 6
Spain 29,411 3 5
Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah-2004. “Peluang Pasar
Essential Oil”,Disperindag. Jawa Barat. 2003.

Sedangkan Negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 adalah :


Tabel 2.4 Negar-negara Pengekspor Terbesar di Dunia pada tahun 2002
Pertumbuhan Share in
Negara Nilai Impor(ribu US$) Ekspor Word
2001 – 2002 (%) Eksport (%)
France 93,842 0 18
China 50,517 2 10
Indonesia 47,940 -6 9
USA 34,011 3 6
United kingdom 24,346 7 4
Singapure 21,090 16 4
Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah-2004. “Peluang Pasar
Essential Oil”,Disperindag. Jawa Barat. 2003.

Berdasarkan data ITC / Comtrade Statistics nilai ekspor Indonesia untuk komoditi
Essential Oil (HS. 330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share
Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8% dibawah France (22%) dan
China (10%).

II. 4 Metode – Metode Destilasi Minyak Atsiri


Metode-metode destilasi di bawah ini sudah lama dilakukan pada pabrik-
pabrik destilasi minyak atsiri di Indonesia, di antaranya yaitu :
a. Metode Destilasi Air da Uap
Salah satu keuntungan yang dimiliki destilasi aid an uap dibandingkan
dengan destilasi uap langsung adalahkarena kemungkinan terbentuknya jalur uap
di dalam ketel semakin kecil. Uap terbentuk di atas permukaan air, sehingga uap
tersebut berpenetrasi melalui bahan secara merata.
Selama permulaan tahun-tahun produksi sereh wangi di Pulau Jawa,
destilasi dilakukan dengan uap langsung, tetapi setelah tahun 1910 pada
masapenduduk pribumi dan Cina mulai berkecimpung di bidang industri, mulai
diperkenalkan proses destilasi air dan uap. Tipe ketel ini lebih murah dan
prosesnya sendiri lebih sedehana. Pengoperasian ketel ini relatf ekonomis dan
tidak perlu menggunakan ketel uap.
Ketel suling air dan uap ditempatkan di atas dapur yang terbuat dari bahan
tahan api, dan ketel yang dilengkapi dengan saringan (grid) ini sebagai penyangga
bahan olah. Air yang terdapat di bawah grid dipanaskan dengan api langsung.
Ketel ini juga dilengkapi pula dengan satu lubang pada bagian samping untuk
memudahkan pengisian bahan dan mengeluarkan ampas. Bahan diisikan ke dalam
ketel sampai mampat untuk mencegah timbulnya jalur uap. Volume bahan
berkurang selama proses destilasi. Di antara dinding ketel dan isi ketel atau bahan
olah, terutama pada ketel yang tidak diberi insulasi akan terjadi kondensasi
internal, dan kondensatnya yang mengandung zat-zat ekstraksif non volatif
berwarna gelap ditampung di bawah grid pada dasar ketel dan dikumpulkan
setelah beberapa proses destilasi. Selanjutnya dianjurkan untuk membuang air
dalam ketel (dibawah grid) setelah setiap partai bahan didestilasi kemudian
diganti dengan air yang segar untuk proses destilasi berikutnya.
Masing-masing pada sistem destilasi air dan uap membutuhkan sumber air
yang terpisah. Oleh karena iti jumlah pemakaian bahan bakar relative lebih besar
dari pada menggunakan satu ketel uap yang mensuplai uap untuk seluruh ketel.
Detilasi air dan uap (dengan api langsung) dapat direkomendasikan bahan yang
didestilasikan per hari jumlahnya cukup kecil. Detilasi dalam ketel berukuran
sangat besar dengan sistem air dan uap, dimana uap harus berpenetrasi jauh ke
seluruh bagian daun tidak akan menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
disbanding dengan penyulingan uap langsung.

b. Destilasi di dalam godokan


Sistem destilasi di dalam godokan merupakan modifikasi dari destilasi air
dan uap. Dapur api dan ketel air (water boiler) letaknya terpisah dari ketel
destilasi. Kapasitas godokan bervariasi antara 400 sampai 4000 kg rumpun. Ketel
destilasi yang memuat lebih dari 1500 kg daun bersifat kurang ekonomis
dibanding dengan ketel yang memuat 1000 sampai 2000 kg bahan olah. Ketel-
ketel destilasi ukuran kecil membutuhkan waktu destilasi lebih singkat. Pada
prakteknya destilasi suatu partai bahan seberat 1000 sampai 1200 kg dilakukan
selama 5 sampai 6 jam, meskipun destilasi dengan laju uap tinggi.

c. Destilasi dengan Uap Langsung


Destilasi dengan uap langsung, uap dihasilkan dala ketel uap terpisah yang
dipanasi dengan kayu bakar. Dalam hal tekanan uap yang dipanaskan, dahulu
orang yakin bahwa tekanan uap tinggi memberikan hasil paling baik, misalnya
dengan penggunaan tekanan uap 3 sampai 4 atmosfer (diukur dalam ketel uap),
tetapi akhirnya para produsen menemukan kenyataan bahwa tekanan tinggi itu
memang akan menghasilkan rendemen minyak lebih besar, tetapi menurunkan
mutu minyak. Sebagai pengganti tekanan 3 sampai 4 atmosfer, dianjurkan uap
bertekanan 1 sampai 2 atmosfer atau ½ sampai 1atmosfer (di atas tekana atmosfer
biasa). Kerugian akibat rendemen minyak yang rendah karena penggunaan uap
rendah dan menghasilkan mutu minyak yang cukup baik ternyata lebih besar dari
pada dengan penggunaan tekanan uap tinggi yang akan menghasilkan mutu
minyak yang kurang baik. Oleh karena itu, beberapa buah pabrik destilasi masih
lebih cenderung untuk menghasilkan rendemen minyak yang tinggi dari pada
minyak bermutu tinggi, dengan cara menerapkan tekanan uap tinggi, atau
memperlama periode destilasi.
Jika destilasi dilanjutkan dalam waktu yang cukup lama, maka seluruh
minyak atsiri yang terdapat di dalam akan terdestilasi, tetapi minyak yang
dihasilkan mengandung unsur yang bernilai dalam jumlah kecil. Berdasarkan
pengalaman selama bertahun-tahun, akhirnya para produsen mengetahui bahwa
minyak bermutu baik dapat diperoleh dengan cara destilasi uap pada tekanan
normal dan dengan membatasi proses destilasi. Kini, ketel destilasi uap yang
memuat 1000 sampai 1200 kg daun dapat didestilasi dengan tekanan uap ½ sapai
1 atmosfer (di atas tekanan atmosfer, diukur dalam ketel uap), dan lama proses
destilasi tidak lebih dari 3 jam. Lama destilasi tidak hanya tergantung pada
tekanan uap, namun juga terhadap factor-faktor lain seperti kondisi (kadar air)
bahan olah.
Uap harus dapat berpenetrasi melalui seluruh bagian bahan olah dengan
tekanan yang cukup, jika tidak demikian, maka tidak akan berlangsung proses
destilasi yang sempurna. Di lain pihak, bila uap bergerak melalui bahan, akan
dapat membentuk jalur uap. Pada umumnya, tekanan uap dalam ketel destilasi
tidak bole terlalu tinggi dengan alas an pertama, karena kebanyakan ketel destilasi
tidak dapat dirancang untuk tahan pada tekanan uap tinggi ; kedua, karena minyak
mengalami dekomposisi pada suhu tinggi, sebagaimana halnya komponen berbau
wangi yang kontak terlalu lama dengan uap.
BAB III
DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT

III. 1 DESAIN TERMAL


Rumus-rumus yang digunakan dalam desain termal di bawah ini diambil
dari buku J.P. Holman, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
rumus yang diambil dari buku acuan lain akan diberi keterangan sendiri.

III. 1. 1 Kareteristik Bahan


Bahan yang didestilasi menggunakan daun nilam kering (Pogostemon
Pacthouly) yang akan menghasilkan Pacthouly Oil. Kareteristik dari bahan yang
akan didestilasi yaitu :
Tabel 3.1 Kareteristik Bahan
Karakteristik Keterangan
Spesifik Grafitasi pada 25°C/25°C 0.9625
Massa Jenis pada 25°C.ρ 0.9625 x 1000 = 962.5 kg/m³
Spesifik Grafitasi. ρs = 0.9625 =
ρ/ρH2O
(acuan massa jenis air)
Kalor Spesifik Bahan 0.5 Btu/lb/°F =2093.4 J/kg.°C
Kalor Laten Minyak Nilam 846 kJ/kg
Kadar Air 10 % (v/b) (ml/g)
Rendemen 1.6 % (vb/) (ml/g)
Titik Didih 257°C
Pacthouly Alcohol 32.8 – 40.55 %
(GC/Gas Chromography)
Kepadatan Bahan dalam Tangki 0.080 – 0.085 kg/ltr (standar
Balittro)
Sumber Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro)
III. 1. 2 Kesetimbangan Massa
Asumsi Jumlah Nilam Kering / kg :
Tabel 3.2 KesetimbanganMassa
(Dalam Kg)
Zat / Komposisi Solids Air Rendemen Uap Total
(Awal)
Nilam Kering 0.8846 0.1 0.0154 1
Air 3 3
Proses
Nilam Kering 0.8846 - 0.1154 1
Air 1.16 1.84 3
Produk
Nilam Kering 0.8846 - - - 0.8846
Air 1.16 1.16
Destilat 1.9554
Sumber Balai Peneiltian Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro)

III. 1. 3 Kesetimbangan Kalor


III. 1.3.1 Kalor yang Dilepaskan Uap Air
Karakteristik Air Destilasi
ρair : 1000 kg/m³
Luap air : 2257 KJ/kg (dari steam tables pada 100°C. 1 atm)
Cp : 4184 J/kg ºC
Tair : 26ºC
Tdidih : 100ºC

Jumlah Kalor / Kilogram Uap Air = Kalor laten x massa uap air
= 2257 kJ/kg x 0.1 (asumsi kalor laten diserap bahan per kg uap 10%) = 225.7 kJ
III. 1.3.2 Kalor yamg dibutuhkan untuk Menguapkan Air dan Rendemen dalam
Bahan
a. Kalor untuk Menguapkan Air / Kilogram Bahan
jumlah Air / kg bahan = 0.1 kg
Kalor laten dari uap air pada 100ºC, 1 atm (Water Steam Table) = 2257 kJ
Suhu awal = 29ºC
Jumlah Kalor = Kalor laten + Kalor sensible (dari 29ºC)
= (2257 kJkg x 0.1 kg) + (0.1 kg x 4.4184 kJ/kgºC) = 225.7 kJ + 29.7 kJ
=255.4 kJ
b. Kalor untuk Menguapkan Rendeman / Kilogram Bahan
Massa Jenis pada 25ºC, ρ = 0.9625 x 1000 = 962.5 kg/m³
Kalor laten Minyak Nilam = 846 kJ/kg (asumsi)
Tawal minyak = 30ºC
Kalore spesifik daun nilam kering 0.5 Btu/lb/ºF = 2093.4 J/kg. ºC
Jumlah kalor = Kalor laten (rendemen) + Kalor sensible bahan (dari 30ºC ke 100º)
= (0.0154 kg x 846 kJ/kg) + [1 kg x 2.0934 kJ/kg.ºC x (100-30)ºC]
= 13.0284 kJ + 146.538 kJ = 159.5664 kJ ≈ 160 kJ

Kalor Total (a+b) = 255.4 kJ + 160 kJ = 415.4 kJ

III. 1.3.3 Jumlah Uap Air yang Dibutuhkan per Kilogram Bahan Kering
Jumlah uap / kg bahan = 415.4 / 225.7 = 1.84 kg
Jika jumlah bahan 2 kg
Uap air yang dibutuhkan = 1.84 x 2 = 3.68 kg ≈ 3.68 liter

III. 1. 4 Desain Ketel


III. 1.4.1 Konstruksi Ketel
Ketel Uap
Bahan : Alumunim Alloy (a184.0.0 Cast Tempered)
Diameter : 350 mm
Tinggi : 400 mm
Kapasitas tangki bahan : 2.45 kg (nilam kering)
Kepadatan bahan dalam tangki : 0.08 kg/liter
Uap air yang dibutuhkan : 8.6 liter
Uap air per jam : 1.84 liter = 1.84 kg

III. 1.4 2 Penetuan Luas Area Perpindahan Kalor Ketel


a. Koefisien heat transfer proses didih
∆Τo = T permukaan panas – T didih air = 10ºc (asumsi)
• Rumus Perpidahan Kalor Didih : 3
 C • ∆Tx 
0 .33 µ l • h fg  l s 
C / • ∆ Tx  q/ A g cσ   C sf h fg • Prl 
= C sf   q/ A=
h fg • Prls  µ l • h fg g (ρl − ρv  g cσ
g ( ρl − ρv )
Karakteristik Air dan Uap Jenuh pada 100ºC
Cl = 4216 J/kg.ºC
∆T x = lebih suhu =Tw – Tjenuh = 10ºC
h fg = 2256900 J/kg
Prls = 1.9
µl = 0.000267 kg/m.s
σ = 0.0588 N/m
g = 9.8 m/s²
ρl = 955.1 kg/m³
ρv = 0.5863 kg/m³
C sf = 0.013
s = 1.0 untuk air
3
 4216 ⋅ 10 
0.000267 ⋅ 2256900 ⋅  1
103971.2 =  0.013 ⋅ 2256900 ⋅ 1.9 
1
9.8(955.1 − 0.5863)

10391.2W / m 2 = 102kW / m 2 → 16 < q / A, kW / m 2 < 240


• Penyederhanaan koefisien perpindahan kalor didih di atas permukaann pada 1
atm absolute (natural convection) :
Untuk Permukaan Horisontal
h, Btu/h·ft²·ºF = 151∆Τ0⅓ q/A, Btu/h·ft²<5000

h, W/m²·ºK = 1043∆Τ0⅓ q/A, kW/m²<16

h, Btu/h·ft²·ºF = 0.168∆Τ0³ 5000<q/A, Btu/h·ft²<75000

h, W/m²·ºK = 5.56∆Τ0³ q/A, Kw/m²<240

h = 5.56(10)³ = 5560 W/m².ºC = 5560 J/s.m².ºC


b. Koefisien perpindahan kalor menyeliruh ketel (U)
Bahan : Alumunium Alloy (A 184.0, Cast or Tempered)
Tebal Ketel : 1 mm
k (Konduktivitas Kalor) : 83.68 J/sec.m.ºC
l/U = (∆x/k) + (l/h) = (1.10-³/83.68) + (1/5560) = 1.92e-4
U = 1/1.92e-4 = 5208 W/m².ºC
c. Mencari Kalor yang Dibutuhkan untuk Menguapkan Air Destilasi
Asumsi Laju Aliran Uap Air = 1.84 kg/jam = 5.1e-4 kg/s = 0.5 g/s
Kalor yang dibutuhkan = mspesifik uap air x (kalor sensible + kalor laten)
= 5.1e-4 kg/s x [(4.184 kJ/kg ºC x (100 – 26) ºC) + 2257 kJ/kg]
= 5.1e-4 kg/s x 2566.616 kJ/kg = 1.3 kJ/s = 1.3 kW
d. Mencari Luasan Perpidahan Kalor Ketel
Q = U.A.∆T

1.3 kW = 3.185 kW/m² . ºC x A x 10 ºC

A = 1.3 kW / (5.208 kW / m².ºC x 10 ºC) = 0.025 m²


Luasan dasar ketel dengan diameter 0.35 m = (3.14 x 0.35²) 4 = 0.096 m²
Jadi luasan dasar ketel yang ada sudah dianggap mencukupi untuk jumlah
perpindahan kalor yang diperlukan untuk menguapkan air destilasi. Jumlah
perpindahan kalor yang terjadi juga tergantung oleh luasan efektif dasar ketel
yang terkena oleh sumber kalor.
III. 1. 5 Tebal Isolasi
a. Rugi – Rugi Kalor konveksi Bebas pada Dinding Ketel
Parameter – parameter :
Suhu dinding ketel, Tw = 100ºC (asumsi)
Suhu udara lingkungan, T∞ = 30ºC
100 + 30
T1 = = 65 °C = 338 K
2

gβρ 2 c p
Grf ⋅ Pr f = (Tw − T∞ )d 3
µκ

g = 9.8 m/s²
β = 1/338 = 0.003 1/ºC
ρ = 1.041 kg/m³
cp = 1.008 kJ/kg.ºC = 1008J/kg.ºC
µ = 2.02 x 105 kg/m.s
k = 0.03 W/m.ºC
d = 350 mm = 0.35 m

9.80.0031 ⋅1.04121008
Grf ⋅ Pr f = (100 − 30 )⋅ (0.35 )3 = 4.7428 ×10 8
2.02 × 10 ⋅ 0.03
−5

1
4 9  ∆T  4
Laminar,10 <Grf ·Prf <10 h = 1.42 
 L 
1
 100 − 30  4
h = 1 . 42   = 4.8W/m².ºC
 0 . 53 

b. Tebal Isolasi Dinding Ketel


Bahan Isolasi : Jika menggunakan karet talang dan kaca-serat
L = 0.53 m
Karet talang (karet dengan karbon hitam), k = 0.24 W/m.ºC
Tebal = 0.8 mm = 0.08 cm = 0.0008 m
Selubung kaca-serat, k = 86 mW/m.ºC = 0.086 W/m.²C
Tebal = 1.45 cm = 0.0145 m
RA RB RC
Kondisi isolasi = dinding ketel karet kaca-serat karet
RK = R A + RB + RC
k 0 .24 (Isolasi Kritis)
r0 = = 0 .05 m = 5cm
h 4 .8

Karena r0 aktual > dari r0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi
perpindahan kalor dari dinding ketel ke lingkungan.

ln(d2 / d1 ) ln(d3 / d2 ) ln(d4 / d3 )


+ +
Rk = 2⋅π ⋅ k L 2 ⋅ π ⋅ k L 2⋅π ⋅ k L
A B C

ln(0.3516/ 0.35) ln(0.3806/ 0.3516) ln(0.3822/ 0.3806)


+ + = 0.3°C/ W
Rk =
2⋅π ⋅ 0.24⋅ 0.53 2⋅π ⋅0.086⋅ 0.53 2⋅π ⋅ 0.24⋅ 0.53
Rh = 1/(2 x π x r0 x L x h) = 1/(2 x3.14 x (0.3822/2) x 0.53 x 4.8) = 0.33 ºC/W
Rth = Rk + Rh = 0.3 + 0.33 = 0.63 ºC/W
q = (Tw - T∞)/Rth = (100-30)ºC / 0.63ºC/W = 111 W

Kerugian kalor konveksi bebas tanpa isolasi (dari dinding ketel) :


q = h x π x d x L x (Tw - T∞) = 4.8 x 3.14 x 0.35 x 0.53 x (100 - 30) = 195.7 W
Penurunan rugi-rugi kalor konveksi bebas dari dinding ketel
= (195.7-111)/195.7 = 43.3 %

c. Rugi-rugi Kalor Konveksi Bebas pada Dinding Pipa Uap


Parameter-parameter
Suhu dinding ketel, Tw = 100ºC (asumsi)
Suhu udara lingkungan, T∞ = 30ºC
100 + 30
T1 = = 65°C = 338 K
2
gβρ 2 c p
Grf ⋅ Pr f = (Tw − T∞ )d 3
µκ
g = 9.8 m/s²
β = 1/338 = 0.003 1/ºC
ρ = 1.041 kg/m³
cp = 1.008 kJ/kg.ºC = 1008J/kg.ºC
µ = 2.02 x 105 kg/m.s
k = 0.03 W/m.ºC
d = 350 mm = 0.35 m

9.80.0031 ⋅1.04121008
Grf ⋅ Pr f = (100 − 30 )⋅ (0.35)3 = 4.7428 ×108
2.02 × 10 ⋅ 0.03
−5

1
4 9  ∆T  4
Laminar,10 <Grf ·Prf <10 h = 1 . 32   (silinder horizontal)
 L 
1
 100 − 30  4
h = 1.32  = 10.3W/m².ºCd. Tebal Isolasi Dinding Uap
 0.53 
Bahan Isolasi : Jika menggunakan selubung kaca-serat
L = 1.4 m
Selubung kaca-serat, k = 86 mW/m.ºC = 0.086 W/m.²C
Tebal = 1.45 cm = 0.0145 m
Kondisi isolasi : dinding pipa uap selubung kaca-serat
k 0.086
r0 = = = 0.00835 m = 0.835 cm (Isolasi Kritis)
h 10.3
Karena r0 aktual > dari r0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi
perpindahan kalor dari dinding pipa uap ke lingkungan.
ln (d 2 / d 1 ) ln(0.048 / 0.019)
Rk = + = 1.23 ºC/W
2 ⋅ π ⋅ kL 2 ⋅ π ⋅ 0.086 ⋅ 0.46
Rh = 1/(2 x π x r0 x L x h) = 1/(2 x3.14 x (0.048/2) x 1.4 x 10.3) = 0.46 ºC/W
Rth = Rk + Rh = 1.23 + 0.46 = 1.69 ºC/W
q = (Tw - T∞)/Rth = (100-30)ºC / 1.69ºC/W = 41.42 W
Kerugian kalor konveksi bebas tanpa isolasi (dari dinding ketel) :
q = h x π x d x L x (Tw - T∞) = 10.3 x 3.14 x 0.019 x 1.4 x (100 - 30) = 60.22 W
Penurunan rugi-rugi kalor konveksi bebas dari dinding pipa uap
= (60.22-41.42)/60.22 = 31.2 %
III. 1. 6 Desain Kondensor (Stainless Steel Tube)
III. 1.6.1 Kontruksi Kondensor
Kondensor
Bahan Tube : Stainless Steel (Cr 16-26, ni 8-36)
d1 : 11.1 mm = 0.0111 m
d0 : 12.7 mm = 0.0127 m
k=λ : 14.64 W/m.ºC

Bahan Shell : Alumunium Alloy (asumsi A184.0. Cast or Tempered)


Tebal : 1 mm
Diameter : 350 mm
Tinggi : 400 mm

III. 1.6.2 Menghitung Luasan Perpindahan Kalor Kondensor


• Persamaan Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi :
 Cp (Tuap − Tkondensat )
h fg ≡ h fg 1 + 0.68 
 h fg 
1
 ρ (ρ − ρ v )gk 3 h fg  4

h = 0.555 
 µd (Tg − Tw ) 

Diketahui :
d1 = 11.1 mm = 0.0111 m
k = 0.68 W/m.ºC
ρf = 958.16 kg/m³
ρg = 0.6 kg/m³
hfg = 2.26 x 106 J/kg
g = 9.8 m/s²
µ = 2.27 x10-4 kg/m.s
∆T = Tuap – Tkondensat = (100 – 30)ºC
Cp = 4217 J/kg.ºC
 4217(100 − 30) 
h fg ≡ 2.26 ⋅106 1 + 0.68 = 2457729J / kg
 2.26 ⋅106 

R1 =
1
=
1
=
1
=
1
=
(100 − T1 ) 4
h1 ⋅ A h1 ⋅ 2 ⋅π ⋅ r2 h1 ⋅π ⋅ d1 2.15 ⋅10 4 749.36
1
⋅ 3.14 ⋅ 0.0111
(100 − T1 ) 4

• Persamaan KoefisienPerpindahan Kalor Konveksi di Luar Tube :


1
 958.16(958.16 − 0.6)9.8 ⋅ 0.68 3 ⋅ 2.26 ⋅10 6  4
2.15 ⋅10 4
h1 = 0.555  =
 2.79 ⋅10 −4 ⋅ 0.0111(100 \ T1 )  (100 − T1 )
m
u =
ρ .A
duρ
Re =
µ
k
h0 = Nu
d
0.25
 Pr f 
(
Nu = 0.43 + 0.50 Re
0.5
)Pr 0.38
  untuk 1< Re <10³
 Prw 
Diketahui :
d0 = 12.7 mm = 0.0127 m
dtangki = 350 mm = 0.35 m
m = 0.04 kg/s (laju aliran air pendingin)
A = 3.14 x (0.35/2)² = 0.0962m² (luas penampang tangki)
T∞ = 30ºC
Sifat-sifat air pada suhu 30ºC :
ρ = 995.26 kg/m³
µ = 8.03 x 10-4 kg/m.s
Pr = 5.41
k = 0.62 W/m.ºC
0.04
u= = 0.0004 m/s
995.26 ⋅ 0.0962
0.00127 ⋅ 0.0004 ⋅ 995.26
Re = = 6.3
8.03 ⋅10 −4

 Pr f   Pr f 
(
Nu = 0.43 + 0.50 ⋅ 6.30.5 5.410.38  )  asumsi   = 1, sehingga
 Pr 
 Prw  w

Nu = (0.43 + 0.50 ⋅ 6.3 0.5 )5.410.38 (1)


0..25
= 3.2
0 . 62
h0 = 3 .2 ⋅ = 158 . 8 W/m².C
0 . 0127
• Tahanan temal di bagian luar per satuan panjang pipa :
1 1 1
Re = = =
h0 ⋅A 0 h 0 ⋅ 2 ⋅ π ⋅ r0 h0 ⋅ π ⋅ d 0
1
= = 0 . 158 W / m o C
158 . 8 ⋅ 3 . 14 ⋅ 0 . 0127

• Tahanan termal pipa untuk setiap satuan panjang pipa :

ln  0  ln  0  ln 0 .0127
r d
Rs =  r1 
=  d1 
=
(
0 .0111 = 0 .001465 W/m.ºC
)
2 ⋅π ⋅ k 2 ⋅π ⋅ k 2 ⋅ π ⋅ 14 .64
• Mencari suhu bagian dalam dinding pipa,T1 dan bagian luar pipa T0 :
(T uap − Ti )
=
(Ti − T0 ) = (T0 − T∞ )
R1 Rs R0

(100 − Ti ) =
(Ti − T0 ) =
(T0 − 30)
(100 − Ti )14 0.001465 0.158
749.36

749.36 ⋅ (100 − Ti ) 4 =
3 (Ti − T0 ) =
(T0 − 30)
0.001465 0.158

(T i − T0 )
1 . 098 = 3 ; 749.36 (100 − T )3 4 = (Ti − T0 )
⋅ .......... (i)
(100 − Ti ) 4 i
0.001465

(T i
− T0 ) (T 0 − 30 ) ; 107 . 85 =
(T 0 − 30 ) ............(ii)
=
0 . 001465 0 . 158 (T 0 − T i )
Ti dan T0 dicari dengan iterasi persamaan (i) dan (ii) :
Ti = 90.5 ºC dan T0 = 98.834 ºC
Maka :
21500
hi = = 25567.953 W/m².ºC
(100 − 99.05) 14
• Perpindahan Kalor Menyeluruh :
1
U0 =
A0 1 A0 ln (r0 / ri ) 1
+ +
Ai hi 2πkL h0
1
U 0=
d 0 1 d 0 ln (d 0 / d i ) 1
+ +
d i hi 2k h0

1
U0 = = 156.24W / m 2 .o C
0.0127 1 0.0127 ⋅ ln(0.0127 / 0.0111) 1
+ +
0.0111 25567.953 2 ⋅14.64 158.8

Diketahui :
d0 = 0.0127 m
di = 0.0111 m
• Mencari Luasan Perpindahan Kalor Kondensor :
Q
A=
(U 0 ∗ ∆ T log )
Q = m × h fg

t 2 − t1
∆ T LMTD =
t − t1
log e s
ts − t2

Diketahui :
ts =100 ºC
t1 = 27ºC
t2 = 40ºC
m = 5 x 10-4 kg/s
hfg = 2.43 x 106 J/kg
Q = 0.0005 x 2.43 · 106 = 1220 W
40 − 27
∆TLMTD = = 66.3°C
100 − 27
log e
100 − 40
1220
A= = 0.1173 m²
(156.24 ∗ 66.3)
Jadi luasan perpindahan kalor yang diperlukan yaitu 0.1173 m²
Panjang tube yang dibutuhkan yaitu 0.1173/(3.14 x 0.0127) = 2.94 m
Panjang tube dengan factor koreksi 1.2 = 2.94 x 1.2 = 3.53 m
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan
Bagian yang dihitung Simbol Hasil Satuan
Diameter luar kondensor do 0.0127 m
Diameter dalam Kondensor di 0.0111 m
Luas penampang kondensor A 0.089 m2
Pers.koefisien perpindahan kalor
kondensasi hfg 2457729 J/kg
Tahanan termal dibagian dalam
persatuan panjang pipa Ri -
(100 − Ti)1 / 4
749,36

Pers.koefisien perpindahan kalor hi 215.10 −4 -


konveksi diluar tube
(100 − T )
U 0,0004 -
Re 6,3 -
NU 3,2 -
ho 158,8 W/m2.oC
Tahanan termal dibagian luar /satuan Ro 0,158 W/m.oC
panjang pipa
Tahanan termal untuksetiap panjang Rs 0,001465 W/m.oC
pipa
o
Mencari suhu bagian dalam dinding Ti 99,55 C
pipa,Ti dan bagian luar pipa, To
hi 25567,953 W/m2.oC

Perpindahan kalor menyeluruh Uo 156,24 W/m2.oC

Mencari luasan perpindahan kalor Q 1220 W


kondensor
o
∆ Tm 66,3 C

A 0,1173 m2
III. 2 PEMBUATAN ALAT
III. 2.1 Komponen-komponen Utama Alat
a. Ketel Uap
Ketel uap ini merupakan tempat mendidihkan air dan kemudian
menguapkannya untuk mengukus bahan baku yang ada dalam tangki bahan. Ketel
ini dibuat dari bahan alumunium agar dapar menyerap kalor dengan baik,
sehingga diharapkan proses penguapan air berlangsung cepat. Proses penguapan
air berada dalam kondisi tekanan 0 gauge atau tekanan mutlak 1 atm.
Ketel memiliki ukuran diameter 350 mm dan tinggi 400 mm dengan
ketebalan 1 mm. pinggiran ketel bagian atas dibuat kerah untuk menyangga tangki
bahan baku dan juga sebagai tempat untuk perapat agar uap tidak keluar.
Air pengisi diberi batas 100 mm dari dasar ketel atau didesain dengan
kapasitas ± 9.6 liter.
Kontruksi ketel dibuat dengan sambungan berupa lipatan yang dipres,
kemudian pada lipatan tersebut diberi lem perapat untuk menghindari kebocoran,
terutama pada pinggiran dasar ketel.

Gambar 3.1
Ketel Uap
b. Tangki Bahan Baku
Tangki bahan baku juga terbuat dari bahan alumunium berukuran diameter
320 mm dan tinggi 380 mm dengan pinggiran bagian atasnya diberi kerah seperti
ketel uap sebagai tempat melekatnya gasket/perapat. Bagian dasr dibuat
berlubang-lubang dengan diameter 10 mm agar uap dapat masuk ke dalam bahan
baku.
Kapasitas tangki didesain untuk memuat bahan baku dengan jenis daun
nilam kering maksimal 2.5 kg (volume tangki ± 30.5 liter).

Gambar 3.2
Tangki Bahan Baku

c. Penutup Ketel Uap


Penutup ketel dibuat dari alumunium yang pada bagian atasnya dibuat
lubang untuk saluran keluarnya uap dari tangki bahan. Pada bagian kerahnya
dibuat lubang untuk baut pengunci sebanyak 8 buah yang mengikat kerah tangki
bahan dan ketel uap agar perapat dapat berfungsi dengan baik, sehingga uap tidak
keluar/bocor.

Gambar 3.3
Penutup Ketel Uap
d. Pipa Ketel Uap – Kondensor
Pipa ini terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾ inchi dan panjang
1.5 m. pipa tersebut berfungsi untuk menyalurkan uap dari ketel destilasi ke
kondensor untuk dikondensasi. Pada kedua ujungnya diberi water mur ¾ inchi
yang masing-masing terhubung ke lubang keluar tangki destilasi dan masuk ke
kondensor.

Gambar 3.4
Pipa Ketel Uap – Kondensor

e. Tube Kondensor
Tube kondensor tebuat dari stainless steel dengan diameter ½ inchi dan
biasa digunakan untuk peralatan pendingin atau pemanas. Tube kondensor dibuat
berliku-liku dalam arah vertical yang kedua ujungnya diberi nepel ½ inchi untuk
disambungkan dengan pipa uap dan juga dengan kran pada saluran keluar
kondensat.

Gambar 3.5
Tube Kondensor
f. Tangki Kondensor
Tangki ini terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran diameter 350 mm
dan tinggi 400 mm. Pada tangki kondensor dibuat 3 lubang, yaitu 1 lubang untuk
saluran keluar air pendingin dan 2 lubang untuk saluran masuk dan keluar uap
yang akan dikondensasi.

Gambar 3.6
Tangki Kondensor

g. Alat pemisah Air-Minyak Sederhana


Alat pemisah air-minyak ini dibuat sangat sederhana dengan menggunakan
botol plastic, tetapi dapat berfungsi dengan baik. Alat pemisah air-minyak ini
ditempatkan di bawah kran saluran keluar tube kondensor.

Gambar 3.7
Pemisah Air – Minyak Sederhana
III. 2. 2 Komponen-Komponen Pendukung Alat
a. Mur-Baut dan Ring
Mur-baut yang digunakan yaitu ukuran no. 10 beserta 2 ringnya sebanyak
8 buah pasang yang terbuat dari besi. Mur-baut beserta ring digunakan untuk
mengencangkan tutup ketel tangki bahan dan ketel uap yang telah diberi
gasket/perapat.

b. Gasket / Perapat
Gasket / perapat digunanakan untuk mencegah terjadinya kebocoran uap
dari ketel dan tangki bahan. Bahan yang yang digunakan adalah serat kertas dan
karet dengan tebal 0,8 mm. Gasket / perapat ini dilekatkan dengan lem pada kerah
bagian atas ketel uap, bagian atas- bawah kerah tangki bahan dan bagian bawah
kerah penutup ketel uap.

c. Water Mur ¾"


Komponen ini terbuat dari bahan galvanis yang dipasang pada bagian
tutup ketel uap dan saluran masuk aliran kondensat pada ketel kondensor yang
berfungsi sebagai penyambung pipa penghubung antara ketel uap dan saluran
masuk uap pada ketel kondensor.

d. Water Mur ½"


Water mur ½" ini terbuat dari stainless steel yang dipasang pada saluaran
masuk dan keluar uap pada tangki kondensor yang berfungsi sebagai penyambung
tube pipa kondensor.

e. Double Nepel ¾"


Double Nepel ¾" ini terbuat dari besi kuningan yang dipasang pada tutup
ketel uap dan berfungsi untuk menyambung tutup ketel dan water mur dan juga
dipasang pada sisi uap masuk tangki kondensor yang berfungsi untuk
menyambung water mur dan knee derat.
f. Nepel ½" - ¾"
Komponen ini dipasang pada dinding ketel kondensor yang berfungsi
sebagai penyambung antara water mur ½" dan knee derat ¾" pada saluran uap
masuk.

g. Nepel Selang ¾"


Nepel Selang ¾" ini dipasang pada kedua ujung tube kondensor dan
berfungsi sebagai penyambung tube kondensor ke water mur.

h. Nepel Sok ¾"


Komponen ini dipasang pada kedua ujung pipa penghubung ketel uap dan
ketel kondensor yang berfungsi sebagai penyambung antara pipa penghubung
dengan water mur.

i. Knee Derat ¾"


Knee Derat ¾" berfungsi untuk menyambung double nepel ¾" dan nepel
½" - ¾" dan dipasang pada sisi uap masuk kondensor.

Gambar 3.8
Nepel Sok ¾", Water mur ¾", Double Nepel ¾", Knee Derat ¾"
j. Kran Air
Kran air dipasang pada bagian keluar air pendingin dari tangki kondensor,
dan pada bagian keluarnya kondensat dari tube kondensor untuk mengarahkan
kondensat tersebut ke botol atau wadah penampung, serta digunakan pula
pada bagian keluar air kondensat dari alat pemisah air-minyak.

h. Thacometer
Alat ini dipasang pada dinding tangki bahan baku yang berfungsi untuk
mengetahui suhu didih air pada tangki bahan baku.

Gambar 3.9
Thacometer
BAB IV
PROSES DESTILASI DAN ANALISA

IV.1 PROSES DESTILASI


IV.1.1 Sumber Kalor
Untuk melakukan destilasi dengan metode uap dan air diperlukan sumber
kalor untuk mendidihakan air dan menguapkannya. Pada pengujian alat destilasi
minyak atsisi ini digunakan bahan bakar minyak tanah untuk mengubah air dalam
ketel menjadi uap dengan jumlah yang telah diperkirakan sebelumnya dalam
proses desain alat.

IV. 1.1.1 Miyak Tanah


Minyak tanah merupakan bahan bakar yang cukup banyak digunakan oleh
masyarakat karena cukup praktis penggunaannya dengan memakai kompor
sumbu, dan harganya lebih murah dibanding bahan bakar minyak lainnya atau gas
elpiji. Walaupun pada saat-saat ini harganya cenderung naik. Dengan
menggunakan kompor, nyala api pada proses destilasi dapat dikontrol besar
kecilnya dan cukup stabil penyalaannya dibanding briket batu bara, embuataserta
sewaktu-waktu dapat dimatikan dan dinyalakan kembali dengan cepat. Dengan
cenderung menaiknya harga bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap
dunia industri, terutama yang berskala besar. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan penggunaannya berdasarkan besar kecilnya proses yang
berlangsung.

IV. 1.2 Bahan Destilasi


Bahan destilasi yang digunakan berupa daun nilam kering dan juga
termasuk batangnya dengan komposisi yang lebih sedikit. Untuk bahan yang
berupa rumpu-rumputan harus diberikan proses awal yaitu pemotongan bahan
menjadi ukuran kecil agar bahan dapat masuk ke dalam tangki bahan lebih
optimal tanpa membentuk rongga-rongga yang cukup besar sehingga uap dapat
berpenetrasi ke dalam bahan lebih lama. Untuk bahan yang dapat didestilasi
dalam kondisi kering, dilakukan proses pengeringan dengan menjemur bahan di
bawah sinar matahari dalam waktu yang tidak terlalu lama (sinar matahari di
bawah jam 12 siang) atau dengan menggunakan alat pengering agar kadar air
yang terdapat di dalamnya berkurang, sehingga uap akan lebih menyerap ke
dalam daun.

IV. 1.3 Langkah – langkah Proses Destilasi


Sebelum melakukan proses destilasi, terlebih dahulu harus dipersiapkan
peralatan-peralatan terutama untuk mengalirkan air pendingin dari sumbernya dan
juga pembuangan air pendingin. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

IV.1.3.1 Persiapan Alat


a. Tempat
Alat destilasi sedapat mungkin diletakkan pada tempat yang dekat dengan
sumber air dan saluran pembuangan air pendingin serta terlindung dari hujan dan
angin agar proses destilasi tidak terganggu.

b. Mengisi Air Destilasi


Air destilasi diisi ke dalam ketel sampai batas yang ada pada dinding ketel.
Apabila air destilasi diisi melampaui batas tersebut, maka akan memperlama
proses penguapan dan air akan mengenai bahan yang berada pada dasar tangki
bahan.

c. Memasukkan Bahan.
Bahan dimasukkan ke dalam tangki bahan dengan terlebih dahulu
menimbangnya dan kemudian tadak menekan terlalu padat agar uap dapat
berpenetrasi dengan baik.
Kemudian setelah dimasukkan ke dalam tangki bahan, tangki bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ketel uap dan ditutup rapat serta menguncinya dengan mur-
baut sampai benar-benar kencang agar uap tidak keluar dari ketel ke linkungan.
d. Mengatur Posisi Ketel Uap dengan Kondensor
Setelah tutup ketel dikunci dengan mur-baut sampai rapat, ketel diletakkan
di atas sumber kalor, contohnya di atas kompor, dengan mengatur posisinya
dengan kondensor agar pipa uap dari ketel ke kondensor dapat dipasang dengan
baik. Setelah dipengaturan posisi ketel dilakukan, maka sumber kalor dinyalakan
untuk memanaskan ketel.

e. Memasang Pipa Uap Ketel – Kondensor


Pipa uap ketel-kondensor dipasang pada sisi keluar uap di atas tutup ketel
dan pada sisi masuk uap ke kondensor. Pada kedua ujung dari pipa uap ketel-
kondensor, sebelum dikencangkan derat water mur harus diberi seal tape.

f. Memasukan Air Pendingin Ke Dalam Tangki Kondensor


Setelah pipa uap ketel-kondensor dipasang, air pendingin dimasukkan ke
dalam tangki kondensor sampai seluruh tube kondensor terendam air.
Sedangankan pada bagian keluar air pendingin dipasang kran. Pada saat ini kran
untuk keluar air pendingin ditutup dahulu sampai air pendingin tiba saatnya untuk
diganti.

IV.1.3.2 Proses Pendidihan Air


Dalam proses pendidihan air dalam ketel berlangsung kurang lebih 50-60
menit dengan api kompor yang stabil. Tekanan dalam ketel yang digunakan pada
proses ini adalah 0 gauge, sehingga air dalam ketel diharapkan akan mendidih
pada suhu 100°C.

IV.1.3.3 Proses Kondensasi


Proses kondensasi terjadi setelah proses destilasi berlanngsung kurang lebih
selama 1 jam. Indikasi jika kan terjadi proses kondensasi yaitu apabila sudah
terjadi perpindahan kalor dari tube kondensor ke air pendingin dengan terlihatnya
kenaikan suhu pada alat pengukur suhu. Apabila terjadi kenaikan suhu air
pendingin yang cukup tinggi, maka air pendingin harus diganti.
IV.1.3.4 Proses Penampungan Kondensat
Setelah terjadi proses kondensasi dengan menetesnya air kondensat ke
dalam alat penampung, maka kondensat tersebut semakin lama memenuhi alat
penampung dan terlihat pemisahan antara minyak dan air karena adanya
perbedaan massa jenis. Minyak dengan massa jenis yang lebih kecil dari massa
jenis air berada di atas dan komponen-komponen lain yang ikut terdestilasi
dengan massa jenis yang lebih besar dari air akan turun ke dasar penampung.
Untuk destilasi daun nilam kering, terlihat pada hasil kondensat di atas air, pada
kondisi normal, semakin lama terlihat berwarna kuning kecoklatan dan
menimbulkan wangi aroma yang khas. Medode penampungan terdapat beberapa
jenis, di antaranya yaitu dengan alat penampung yang pada bagian atasnya
memiliki saluran untuk mengalirkan minyak yang sudah terkumpul di atas air
langsung ke tempat penampungan yang berbeda apabila tinggi kondensat sudah
mencapai sisi keluar saluran tersebut. Metode yang lain yaitu dengan membiarkan
minyak terkumpul di atas air dalam alat penampung sampai proses destilasi
selesai, kemudian kondesat dituangkan ke pemisah air dan minyak.

Gambar 4.1
Penampung Air Kondensat

IV.1.3.5 Proses Pengambilan Minyak


Setelah kondensat sudah berada dalam alat penampung sampai proses
destilasi selesai, minyak yang berada di atas air dikeluarkan dengan menggunakan
pipet ukur untuk dipindahkan ke dalam wadah sempel sambil mengukur volume
minyak yang dipindahkan.

Gambar 4.2
Minyak Hasil Destilasi

IV.1.4 Proses Pengambilan Data Operasi


Untuk mengetahui kondisi kerja alat destilasi minyak atsiri, maka dilakukan
percobaan-percobaan untuk mengambil data-data operasi yang akan memberikan
gambaran kinerja alat tersebut . Parameter-parameter yang diambil dalam
percobaan yaitu :

a. Air Destilasi Awal dan Akhir


Pada awal proses destilasi, air destilasi dalam ketel diukur ketinggiannya
dari dasr ketel dan begitu juga setelah proses destilasi selesai. Ketinggian air
destilasi yang diukur dikonversi menjadi besaran volume dalam satuan liter.

b. Waktu Proses Destilasi


Waktu proses destilasi didapatkan dengan mencatat jam pada saat proses
destilasi dimulai dan juga pada saat proses destilasi selesai.

c. Berat Bahan
Sebelum melakukan proses destilasi terlebih dahulu bahan ditimbang untuk
mengetahui jumlah bahan yang akan dimasukkan ke dalam tangki bahan.
d. Jumlah Bahan Bakar
Jumlah bahan bakar diketahui dengan mengukur tingi minyak tanah dari dasr
penampung pada saat awal dan akhir proses destilasi, kemudian dengan
mengetahui diameter penampung dapat diketahui volume minyak tanah dalam
penampung.

e. Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan diukur di sekitar alat destilasi.

f. Suhu Air Destilasi


Suhu air destilasi diukur sebelum dilakukan proses pemanasn.

g. Laju Aliran Air Pendingin


Laju aliran air pendingin diukur dengan menghitung jumlah volume air
dalam liter yang keluar dari tangki kondensor dan ditampung dalam wadah
takaran per satuan waktu, sehingga akan didapat laju aliran air pendingin dalam
liter/jam.

h. Laju Air Kondensat


Laju air kondensat diukur pada saat uap air dan minyak mulai
terkondensasi dengan mencatat kenaikan kondensat pada alat penampung sampai
batas tertentu dan mencatat lamanya waktu yang diperlukan dalam proses
tersebut. Ketika kondensat yang dihasilkan tidak mengalami kenaikan lagi dalam
alat penampung/sudah mencapai level konstan, maka laju air diukur pada saat
kondisi tersebut tercapai sampai selesai proses destilasi dengan menghitung
banyaknya air kondensat dalam ember yang keluar dari alat penampung selama
proses tersebut berlangsung.

i. Jumlah Minyak yang Dihasilkan


Minyak diambil dalam alat penampung dengan menggunakan pipet sambil
mengukur volumenya dan kemudian dimasukkan ke adalam wadah sampel.
j. Jumlah Rendemen
Jumlah rendemen didapat berdasarkan jumlah minyak yang dihasilkan dari
proses destilasi dibagi dengan banyaknya bahan yang akan didestilasi dalam
satuan liter/kg atau ml/g dan dinyatakan dalam persen.

IV.1.5 Data Proses Destilasi


a. Percobaan 1
Tabel 4.1 Percobaan 1
Bahan : Daun Nilam Kering
No Parameter Nilai Satuan
1 Bahan Baku 1 Kg
2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1 liter
3 Waktu Destilasi 5 Jam
4 Suhu Lingkungan 30 °C
5 Suhu Air Destilasi 27 °C
6 Air Destilasi dalam Ketel (Awal) 8.7 liter
7 Air Destilasi dalam Ketel (akhir) 2.9 liter
8 Suhu Air Pendingin Masuk - °C
9 Suhu Air Pendingin Atas - °C
10 Suhu Air Pendingin Keluar - °C
11 Hasil Minyak 16 ml
12 Suhu Kondensat - °C
13 Laju Aliran Kondensat - -
14 Rendemen 1.6 %

b. Percobaan 2
Tabel 4.2 Percobaan 2
Bahan : Daun Nilam Kering
No Parameter Nilai Satuan
1 Bahan Baku 2 Kg
2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1.5 liter
3 Waktu Destilasi 5 Jam
4 Suhu Lingkungan 30 °C
5 Suhu Air Destilasi 27 °C
6 Air Destilasi dalam Ketel (Awal) 8.7 liter
7 Air Destilasi dalam Ketel (akhir) 2.9 liter
8 Suhu Air Pendingin Masuk - °C
9 Suhu Air Pendingin Atas - °C
10 Suhu Air Pendingin Keluar - °C
11 Hasil Minyak 40 ml
12 Suhu Kondensat - °C
13 Laju Aliran Kondensat - -
14 Rendemen 2 %

c. Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel dengan Bahan Bakar Minyak Tanah
(dengan isolasi karet dan glass wool ).
Kenaikan suhu air destilasi dalam ketel diukur dengan kondisi :
• Jumlah air destilasi = 7.4 liter
• Suhu lingkungan = 25°C
• Pemakaian minyak tanah = 0.36 liter

Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap waktu (Bahan Bakar
Minyak Tanah, dengan isolasi)

Menit Ke - Suhu Air Destilasi (°C)


0 23
5 35
10 45
15 54
20 64
25 74
30 81
35 88
40 94
45 97
50 97
55 98
60 97
65 96
70 96
75 96
80 96
85 96
90 96
95 96
100 96
IV.2 ANALISA
IV.2.1 Proses Desain Alat
Dalam melakukan proses desain, data-data mengenai properties bahan, baik
bahab baku destilasi maupun pembuatan alat diasumsikan dengan referensi yang
mungkin mendekati properties bahan sebenarnya, sehingga dalam perhitungan
desain dimasukkan faktor koreksi untuk menghindari hasil yang berada di bawah
spesifikasi yang dibutuhkan.
Rumus-rumus yang digunakan juga merupakan rumus-rumus empiris dari
buku-buku referensi yang dapat menyatakan suatu proses perpindahan kalor
dalam kondisi tertentu yang mendekati kondisi operasi alat yang akan dibuat.
IV.2.2 Pembuatan Alat
Ketel yang dibuat menggunakan bahan alumunium, sehingga tidak memakai
las untuk menyambung pelat melainkan dengan melipat pelat yang disambung
kemudian dipress. Oleh karena itu tekanan operasi yang digunakan adalah 0
gauge, karena apabila terdapat tekanan yang cukup besar dalam ketel,
diperkirakan akan terjadi kebocoran pada lipatan-lipatan sambungan pada ketel.
Kebocoran-kebocoran pada alat terjadi karena tidak rapatnya sambungan-
sambungan yang terdapat pada pipa, khususnya pada tube kondensor karena
sambungan pada pipa tersebut dilekatkan dengan lem dan ditutupi dengan
alumunium foil. Selain itu kebocoran juga dapat terjadi pada lipatan-lipatan yang
kurang rapat, sehingga untuk mengantusipasinya digunakan lem perapat pada
bagian-bagian yang mungkin terjadi kebocoran.
Pembuatan Tube kondensor dari stainless steel tidak dapat dilakukan proses
rol karena ukuran diameter pipa ½ inchi dan diameter lengkung kurang dari 17
cm, sehingga harus dilakukan penyambungan dengan elbow untuk membentuk
pipa berliku-liku dalam arah vertikal. Stainless steel tidak mudah teroksidasi
sehingga cenderung lebih tahan lama dan tidak mempengaruhi kondisi fisik
minyak yang dikondensasi.
IV.2.3 Proses Destilasi Minyak Atsiri
Pada proses destilasi dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan
dengan pengaturan sumbu kompor maksimum, mulai terjadi kondensasi rata-rata
setelah proses berlangsung selama 1 jam. Ketika mulai terjadi proses kondensasi
aliran kondensat masih belum stabil dikarenakan uap air dan minyak yang
terkondensasi dalam tube kondensor masih sedikit, sehingga kondensat belum
terdorong keluar. Setelah 3 jam proses destilasi berlangsung, aliran kondensat
sudah mulai stabil keluar dari kondensor.

IV.2.4 Hasil Destilasi Minyak Atsiri


Dari data-data yang didapatkan dari percobaan 1-2 dapat dibandingkan
parameter-parameter sebagai berikut :
a. Perbandingan antara percobaan 1-2
Tabel 4.4 Perbandingan Percobaan 1 dan 2
Nilai
No Parameter Perc. 1 Perc. 2 Satuan

1 Bahan baku 1 2 kg
2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1 2 liter
3 Waktu Destilasi 5 5 jam
4 Suhu Lingkungan 30 30 °C
5 Suhu Air Dsetilasi 27 27 °C
6 Air Destilasi dalam Ketel 8.7 8.7 liter
(Awal)
7 Air Destilasi dalam Ketel 3.8 2.9 liter
(Akhir)
8 Laju Air Pendingin - - liter/jam
9 Suhu Air Pendingin Masuk - - °C
10 Suhu Air Pendingin Atas - - °C
11 Suhu Air Pendingin Keluar - - °C
12 Hasil Minyak 16 40 ml
13 Suhu Kondensat - - °C
14 Rendemen 1.6 2 %
Dari tabel perbandingan, parameter-parameter yang didapatkan pada
percobaan 1 dan 2, terdapat parameter-parameter yang berbeda (tulisan yang lebih
tebal) yang mengindikasikan bahwa dengan parameter-parameter lain yang relatif
sama serta bahan baku yang sama, apabila tangki bahan diisi lebih banyak dari
percobaan 1, maka jalur penetrasi uap lebih panjang dan lebih bersinggungan
dengan bahan, sehingga uap yang dibutuhkan untuk melakkukan penetras ke
dalam bahan lebih sedikit dibandingkan dengan percobaan 1, sehungga jumlah
yang digunakan percobaan 2 lebih optimal.

b. Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium dengan Bahan


Bakar Minyak Tanah (tanpa isolasi).
Di bawah ini adalah grafik yang memperlihatkan kecepatan pendidihan air
destilasi dalam ketel dengan kondisi sebagai berikut :
• Jumlah air destilasi = 9.14 liter
• Suhu lingkungan = 25 °C
• Api kompor = besar (sumbu kompor maksimum)
• Pemakaian minyak tanah = ± 0.3 liter (selama 65 menit)

Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium


(Bahan Bakar Minyak Tanah , tanpa isolasi)

120
100 100 102
93 97
80 85 90
Suhu(°C)

73
67
60 59
53
46
40 36
28
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (menit)
Dari grafik di atas terlihat bahwa proses pendidihan air destilasi dalam ketel
alumunium sebanyak 9.14 liter berlangsung selama 65 menit untuk mencapai
suhu air 102 °C dengan kondisi dinding ketel yang tidak diisolasi.

c. Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunim dengan Bahan


Bakar Minyak Tanah (dengan isolasi).
Kenaikan suhu air dalam ketel diukur dengan kondisi :
• Jumlah air destilasi = 7.4 liter
• Suhu lingkungan = 25°C
• Api kompor = besar (sumbu kompor maksimum)
• Pemakaian minyak tanah = ± 0.3 liter

Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium


(Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan isolasi)

120
100 97 97 98 97 96 96 96 96 96 96 96
88 94
80 81
Suhu(°C)

74
60 64
54
40 45
35
20 23
0
100
10

20

30

40

50

60

70

80

90
0

Waktu (menit)

Grafik di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan isolasi pada dinding


ketel yang telah dihitung secara teoritis pada Bab III dengan menggunakan air
destilasi yang lebih sedikit, dapat mempercepat proses pendidihan disbanding
dengan kondisi tanpa isolasi dengan penggunaan air destilasi maksimum,
sehingga pada kondisi di atas, air dalam ketel mencapai suhu 97 °C dalam waktu
45 menit. Jika tidak menggunakan isolasi dengan bahan bakar yang sama , air
dalam ketel mencapai suhu 97°C dalam waktu 55 menit, sehingga dapat
mempercepat proses pendidihan ± 10 menit.

IV.2.5 Perhitungan Ekonomis


a. Harga daun nilam kering per kilogram.
Untuk mendapatkan daun nilam kering dengan harga yang murah, maka
harus membeli langsung ke tempat perkebunan nilam, karena harga daun nilam
kering yang dijual oleh petani kepada pemilik pabrik destilasi berkisar Rp. 3000-
3500 per kilogram.

b. Harga bahan bakar minyak tanah dan briket.


Harga minyak tanah cenderung mengalami kenaikan karena harga jual
minyak yang tinggi di pasar dunia. Untuk harga minyak tanah di tingkat eceran
berkisar antara Rp. 2600-3000 per liter. Kenaikan harga minyak tanah
menimbulkan pilihan energi alternatif yang diharapkan dapat bersaing dengan
minyak tanah, seperti briket. Harga briket di pasaran, terutama pada tingkat eceran
sekitar Rp. 2000/kg.

c. Harga minyak nilam di pasaran.


Kualitas minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik destilasi dapat
berbeda-beda, sehingga harganya pun berbeda-beda. Untuk harga minyak nilam di
pasaran berkisar Rp. 150.000-200.000 per kilogram.

d. Peningkatan nilai ekonomis nilam melalui proses destilasi.


Apabila proses destilasi minyak nilam menggunakan alat destilasi skala
kecil yang telah dibuat, maka dapat diperkirakan pertambahan nilai dari daun
nilam kering menjadi minyak nilam, yaitu sebagai berikut :
• Batasan-batasan :
- Kondisi bahan baik, tidak berjamur/busuk.
- Kondisi rendemen bahan 1.5 %.
- Lama proses destilasi maksimum 5 jam.
- Tidak memperhitungkan biaya investasi alat destilasi dan tenaga kerja.
- Biaya jumlah air pendingin yang digunakan selama proses destilasi
diabaikan.

• Biaya bahan baku & bahan bakar yang dipakai menggunakan harga pasaran
yang telah disebutkan di atas.

• Pertambahan nilai :
Keterangan Jumlah Harga Total Harga
Satuan (Rp) (Rp)
Daun Nilam Kering 3 kg 3000 9000
Minyak Tanah 1.5 ltr 2800 4200
Penggunaan Briket 1.5 kg 2500 3750
Hasil Minyak Nilam 37.5 ml 150000 5400
(Rendemen 1.5%) 0.036

Dari perkiraan biaya di atas terlihat bahwa :


Biaya operasi dalam 1 kali proses destilasi = Rp. 13.200 (Minyak Tanah)
= Rp. 12.750 (Briket)
Nilai ekonomis hasil minyak nilam = Rp. 5.400
Nilai jual minyak 37-37.5 ml minimal = Rp. 18.600 (Minyak Tanah)
≈ Rp. 19.000
≈ Rp. 496/ml
= Rp. 18.150
≈ Rp. 18.500
≈ Rp. 484/ml
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dapat diambi suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas (kondisi fisik minyak nilam) dan kuantitas minyak, khususnya
minyak nilam yang diperoleh dari proses destilasi sangat dipengaruhi oleh
kondisi bahan baku yang akan didestilasi. Apabila pada daun sudah timbul
jamur dan membusuk, akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan, dan
minyak menjadi keruh akibat timbulnya endapan-endapan.
2. Banyak bahan yang akan didestilasi mempengaruhi tingkat kepadatan
dalam tangki bahan, sehingga mempengaruhi proses penetrasi uap ke
dalam bahan.
3. Air kondesat keluar, rata-rata setelah proses destilasi berlangsung selama 1
jam.
4. Laju minyak yang dihasilkan cukup banyak pada satu jam pertama setelah
air kondesat keluar.
5. Suhu kondesat akan dipengaruhi oleh air pendingin kondensor.
6. Peningkatan suhu air pendingin dipengaruhi oleh laju air pendingin dan
juga laju uap yang akan dikondensasi.
7. Dalam kondensor terjadi proses kondensasi uap dan juga pendinginan
kondensat.
8. Agar proses destilasi lebih efektif dan efisien, banyak air dalam ketel harus
disesuaikan dengan lamanya waktu destilasi dan memberi isolasi pada
dinding ketel serta dinding pipa uap.
9. Dari hasil percobaan, minyak yang dihasilkan sangat berbanding jauh dari
jumlah bahan baku, jika bahan baku yang diproses sebanyak 2 kg, maka
minyak nilam yang dihasilkan hanya 40 x 10-3 m3 (40 ml).
10. Alat destilasi dengan kapasitas kecil dapat dibuat dengan menggunakan
bahan alumunium untuk ketel uap, tangki bahan dan tangki kondensornya
karena lebih murah dibandingkan dengan menggunakan stainless steel.
11. Alat destilasi yang dibuat dengan skala kecil/lab kurang cocok digunakan
untuk menghasilkan minyak secara massal karena kurang ekonomis, tetapi
dapat digunakan di rumah untuk menghasilkan minyak atsiri jenis lain dari
bahan baku yang berbeda untuk keperluan sendiri/percobaan-percobaan.

V.2 Saran
Untuk mengembangkan alat destilasi minyak atsiri skala lab yang telah
dibuat, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperbaiki kebocoran-kebocoran pada alat, terutama pada bagian
perapat pada tutup ketel uap dan sambungan-sambungan pipa uap, karena
dengan adanya kebocoran uap akan sangat mempengaruhi jumlah minyak
yang akan dihasilkan.
2. Proses destilasi sebaiknya dilakukan di tempat yang terlindung dari angin,
karena akan mengganggu sumber kalor sehingga proses destilasi menjadi
tidak stabil.
3. Bahan yang akan didestilasi sebaiknya berasal dari sumber yang sama agar
kualitasnya tidak jauh berbeda, dan pastikan bahwa bahan baku tidak
tercampur dengan tanaman yang berbeda serta tidak terdapat jamur pada
bahan, karena akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan.
4. Mengganti sistem pengunci mur-baut pada tutup ketel dengan yang lebih
praktis.
5. Menggunakan bahan perapat yang lebih tebal pada penutup ketel untuk
meminimalisir kebocoran uap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guenther, Ernest, “Minyak Atsiri (Vol. I)” , Universitas Indonesia Press,

Jakarta, 1994

2. Holman, J.P.,”Perpindahan Kalor”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994

3. Koestoer, Raldi A., “Perpindahan Kalor untuk Mahasiswa Teknik”,


Salemba Teknika, 2002
4. Kataren S., dan Djatmiko B. MinyakAtsiri Bersumber Dari Daun, Departemen
Teknologi Pertanian Fatameta IPB, Bogor, 1978
5. Yusanto, HG., Pengaruh Variasi Massa Daun dan Batang Nilam Terhadap
Rendemen dan Waktu Kritis Yang dihasilkan, Skripsi SI Jurusan Teknik
Mesin UNTAR, Jakarta, 2000
LAMPIRAN
Gambar Alat Destilasi
DAFTAR KOMPONEN
Nomor Nama Komponen
1 Tangki Kondensor
2 Kran Kondensat
3 PipaUap
4 Dudukkan Tangki Kondensor
5 Tutup Ketel Uap
6 Ketel Uap
7 Dudukkan Ketel Uap
8 Thacometer
9 Kompor
Gambar Proses Berlangsungnya Destilasi
Gambar Thacometer Yang Menunjukkan Suhu Air Dalam
Ketel Telah Mencapai 100°C
Gambar Minyak Atsiri (Nilam) Hasil Destilasi

Anda mungkin juga menyukai