Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar
Sarjana Program Studi S1 Jursan Teknik Mesin
Disusun Oleh :
RUDI TAHIYAN
01301-093
Nim : 01301-093
hasil karya saya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali
Jakarta 23 agustus
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdilillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir ini, serta tidak lupa salawat dan salam pada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, para pengikut beliau
yang setia pada akhir jaman.
Laporan tugas ini berawal dari pemikiran penulis tentang bagaimana cara
meningkatkan produksi penyulingan minyak nilam pada home Industri sekala
kecil/lab dan menengah, dan bagaimana cara meningkatkan kualitas dari minyak
nilam tersebut, supaya bisa melakukan secara mudah dan ekonomis, Berdasarkan
hal tersebut maka penulis coba melakukan perbandingan hasil pengujian terhadap
beberapa jenis bentuk dan material pemindah kalor pada alat destilasi minyak
pohon nilam.
Dengan Pengetahuan yang penulis miliki dari Universitas Mercu Buana
dan juga pengamatan penulis dari berbagai industri skala kecil, Penulis berharap
hasil dari beberapa perbandingan hasil ppercobaan yang telah penulis lakukan
nantinya dapat di aplikasikan pada industri kecil dan menengah, dan bermampaat
bagi kalangan perkembangan usaha, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahtraan perusahaan.
Penyusun menyadari tidak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
tanpa adanya petunjuk, pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan Trimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak dan Ibu (alm) tercinta dan Kaka saya yang telah memberikian moril
maupun material serta dorongan yang tak pernah pudar.
2. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma selaku dekan Fakultas Teknologi Industri.
3. Bapak Nanang Ruhyat. St. MT Selaku dosen Pembimbing 1, sekaligus
sebagai Koordinator Tugas Akhir ini.
4. Bapat Ir. Ariosuko Dh Selaku dosen pembimbing 2 Tugas akhir ini.
5. Semua Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada
6. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Khususnya Angkatan 2001
Universitas Mercu Buana.
7. Teman-teman di Scudeto Band, kita yakinkan bahwa kita bisa melangkah
maju ke depan meraih cita-cita kita.
8. Teman-teman di Fron Indonesia Semesta (FIS).
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, Oleh
karna itu Kritik dan Saran sangat di harapkan untuk Penyempurnaan Tugas akhir
ini dalam rangka mendapatkan hasil yang baik di masa-masa yang akan datang.
Penyusun
Abstrak
Halaman
Halaman
Gambar3.8 Nepel sok ¾”, Water Mur ¾”, Double Nepel ¾”,
Halaman
Tabel 2.1 Contoh hasil minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik
Destilasi di desa Cikondang, Majalengka ............................. 8
Tabel 2.2 Trend impor dan ekspor negara – negara terbesar di
Dunia ....................................................................................... 10
Tabel 2.3 Negara – negara pengimpor terbesar di dunia pada
tahun 2002 ............................................................................. 10
Tabel 2.4 Negara – negara pengeskpor terbesar di dunia pada
tahun 2002 .............................................................................. 11
Tabel 3.1 Karakteristik bahan ............................................................... 15
Tabel 3.2 Kesetimbangan Massa ............................................................. 17
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan ................................................................... 28
Tabel 4.1 Percobaan 1 .............................................................................. 42
Tabel 4.2 Percobaan 2 .............................................................................. 42
Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap Waktu
(Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan Isolasi) ..................... 43
Tabel 4.4 Perbandingan percobaan 1 dan 2 .......................................... 45
NOMENKLATUR
I.2 Tujuan
Tujuan dari rancang bangun alat destilasi minyak atsiri adalah :
• Membuat alat destilasi minyak atsiri skala laboratorium yang dapat
menjadi acuan dasar untuk pembuatan alat destilasi minyak atsiri yang
lebih besar.
• Memproduksi alat destilasi yang dapat terjangkau oleh masyarakat.
• Meminimalisasi kerugian kalor yang terjadi selama proses destilasi
I.3 Batasan Masalah
Proses desain alat destilasi minyak atsisri ini dilakukan dengan batasan
masalah berdasarkan pada kondisi sebagai berikut :
• Proses destilasi yang digunakan adalah menggunakan media air dan uap.
• Tekanan yang digunakan adalah tekanan 0 gauge
• Bahan acuan yang akan didestilasikan menggunakan nilam kering.
• Uap yang berada di dalam tube kondensor dianggap uap air jenuh, karena
perbandingan antara uap minyak dengan uap air sangat kecil.
• Kandungan minyak dianggap tersebar merata pada bahan.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan proses destilasi
dan menganalisa hasil destilasi tersebut yang berhubungan dengan proses
desain yang telah dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Perkembangan ekspor dunia Essential Oils pada tahun 2002 mencapai US$
500,071 ribu (33.183 tons) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-
negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data ITC / Comtrade Statistics nilai ekspor Indonesia untuk komoditi
Essential Oil (HS. 330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share
Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8% dibawah France (22%) dan
China (10%).
Jumlah Kalor / Kilogram Uap Air = Kalor laten x massa uap air
= 2257 kJ/kg x 0.1 (asumsi kalor laten diserap bahan per kg uap 10%) = 225.7 kJ
III. 1.3.2 Kalor yamg dibutuhkan untuk Menguapkan Air dan Rendemen dalam
Bahan
a. Kalor untuk Menguapkan Air / Kilogram Bahan
jumlah Air / kg bahan = 0.1 kg
Kalor laten dari uap air pada 100ºC, 1 atm (Water Steam Table) = 2257 kJ
Suhu awal = 29ºC
Jumlah Kalor = Kalor laten + Kalor sensible (dari 29ºC)
= (2257 kJkg x 0.1 kg) + (0.1 kg x 4.4184 kJ/kgºC) = 225.7 kJ + 29.7 kJ
=255.4 kJ
b. Kalor untuk Menguapkan Rendeman / Kilogram Bahan
Massa Jenis pada 25ºC, ρ = 0.9625 x 1000 = 962.5 kg/m³
Kalor laten Minyak Nilam = 846 kJ/kg (asumsi)
Tawal minyak = 30ºC
Kalore spesifik daun nilam kering 0.5 Btu/lb/ºF = 2093.4 J/kg. ºC
Jumlah kalor = Kalor laten (rendemen) + Kalor sensible bahan (dari 30ºC ke 100º)
= (0.0154 kg x 846 kJ/kg) + [1 kg x 2.0934 kJ/kg.ºC x (100-30)ºC]
= 13.0284 kJ + 146.538 kJ = 159.5664 kJ ≈ 160 kJ
III. 1.3.3 Jumlah Uap Air yang Dibutuhkan per Kilogram Bahan Kering
Jumlah uap / kg bahan = 415.4 / 225.7 = 1.84 kg
Jika jumlah bahan 2 kg
Uap air yang dibutuhkan = 1.84 x 2 = 3.68 kg ≈ 3.68 liter
gβρ 2 c p
Grf ⋅ Pr f = (Tw − T∞ )d 3
µκ
g = 9.8 m/s²
β = 1/338 = 0.003 1/ºC
ρ = 1.041 kg/m³
cp = 1.008 kJ/kg.ºC = 1008J/kg.ºC
µ = 2.02 x 105 kg/m.s
k = 0.03 W/m.ºC
d = 350 mm = 0.35 m
9.80.0031 ⋅1.04121008
Grf ⋅ Pr f = (100 − 30 )⋅ (0.35 )3 = 4.7428 ×10 8
2.02 × 10 ⋅ 0.03
−5
1
4 9 ∆T 4
Laminar,10 <Grf ·Prf <10 h = 1.42
L
1
100 − 30 4
h = 1 . 42 = 4.8W/m².ºC
0 . 53
Karena r0 aktual > dari r0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi
perpindahan kalor dari dinding ketel ke lingkungan.
9.80.0031 ⋅1.04121008
Grf ⋅ Pr f = (100 − 30 )⋅ (0.35)3 = 4.7428 ×108
2.02 × 10 ⋅ 0.03
−5
1
4 9 ∆T 4
Laminar,10 <Grf ·Prf <10 h = 1 . 32 (silinder horizontal)
L
1
100 − 30 4
h = 1.32 = 10.3W/m².ºCd. Tebal Isolasi Dinding Uap
0.53
Bahan Isolasi : Jika menggunakan selubung kaca-serat
L = 1.4 m
Selubung kaca-serat, k = 86 mW/m.ºC = 0.086 W/m.²C
Tebal = 1.45 cm = 0.0145 m
Kondisi isolasi : dinding pipa uap selubung kaca-serat
k 0.086
r0 = = = 0.00835 m = 0.835 cm (Isolasi Kritis)
h 10.3
Karena r0 aktual > dari r0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi
perpindahan kalor dari dinding pipa uap ke lingkungan.
ln (d 2 / d 1 ) ln(0.048 / 0.019)
Rk = + = 1.23 ºC/W
2 ⋅ π ⋅ kL 2 ⋅ π ⋅ 0.086 ⋅ 0.46
Rh = 1/(2 x π x r0 x L x h) = 1/(2 x3.14 x (0.048/2) x 1.4 x 10.3) = 0.46 ºC/W
Rth = Rk + Rh = 1.23 + 0.46 = 1.69 ºC/W
q = (Tw - T∞)/Rth = (100-30)ºC / 1.69ºC/W = 41.42 W
Kerugian kalor konveksi bebas tanpa isolasi (dari dinding ketel) :
q = h x π x d x L x (Tw - T∞) = 10.3 x 3.14 x 0.019 x 1.4 x (100 - 30) = 60.22 W
Penurunan rugi-rugi kalor konveksi bebas dari dinding pipa uap
= (60.22-41.42)/60.22 = 31.2 %
III. 1. 6 Desain Kondensor (Stainless Steel Tube)
III. 1.6.1 Kontruksi Kondensor
Kondensor
Bahan Tube : Stainless Steel (Cr 16-26, ni 8-36)
d1 : 11.1 mm = 0.0111 m
d0 : 12.7 mm = 0.0127 m
k=λ : 14.64 W/m.ºC
h = 0.555
µd (Tg − Tw )
Diketahui :
d1 = 11.1 mm = 0.0111 m
k = 0.68 W/m.ºC
ρf = 958.16 kg/m³
ρg = 0.6 kg/m³
hfg = 2.26 x 106 J/kg
g = 9.8 m/s²
µ = 2.27 x10-4 kg/m.s
∆T = Tuap – Tkondensat = (100 – 30)ºC
Cp = 4217 J/kg.ºC
4217(100 − 30)
h fg ≡ 2.26 ⋅106 1 + 0.68 = 2457729J / kg
2.26 ⋅106
R1 =
1
=
1
=
1
=
1
=
(100 − T1 ) 4
h1 ⋅ A h1 ⋅ 2 ⋅π ⋅ r2 h1 ⋅π ⋅ d1 2.15 ⋅10 4 749.36
1
⋅ 3.14 ⋅ 0.0111
(100 − T1 ) 4
Pr f Pr f
(
Nu = 0.43 + 0.50 ⋅ 6.30.5 5.410.38 ) asumsi = 1, sehingga
Pr
Prw w
ln 0 ln 0 ln 0 .0127
r d
Rs = r1
= d1
=
(
0 .0111 = 0 .001465 W/m.ºC
)
2 ⋅π ⋅ k 2 ⋅π ⋅ k 2 ⋅ π ⋅ 14 .64
• Mencari suhu bagian dalam dinding pipa,T1 dan bagian luar pipa T0 :
(T uap − Ti )
=
(Ti − T0 ) = (T0 − T∞ )
R1 Rs R0
(100 − Ti ) =
(Ti − T0 ) =
(T0 − 30)
(100 − Ti )14 0.001465 0.158
749.36
749.36 ⋅ (100 − Ti ) 4 =
3 (Ti − T0 ) =
(T0 − 30)
0.001465 0.158
(T i − T0 )
1 . 098 = 3 ; 749.36 (100 − T )3 4 = (Ti − T0 )
⋅ .......... (i)
(100 − Ti ) 4 i
0.001465
(T i
− T0 ) (T 0 − 30 ) ; 107 . 85 =
(T 0 − 30 ) ............(ii)
=
0 . 001465 0 . 158 (T 0 − T i )
Ti dan T0 dicari dengan iterasi persamaan (i) dan (ii) :
Ti = 90.5 ºC dan T0 = 98.834 ºC
Maka :
21500
hi = = 25567.953 W/m².ºC
(100 − 99.05) 14
• Perpindahan Kalor Menyeluruh :
1
U0 =
A0 1 A0 ln (r0 / ri ) 1
+ +
Ai hi 2πkL h0
1
U 0=
d 0 1 d 0 ln (d 0 / d i ) 1
+ +
d i hi 2k h0
1
U0 = = 156.24W / m 2 .o C
0.0127 1 0.0127 ⋅ ln(0.0127 / 0.0111) 1
+ +
0.0111 25567.953 2 ⋅14.64 158.8
Diketahui :
d0 = 0.0127 m
di = 0.0111 m
• Mencari Luasan Perpindahan Kalor Kondensor :
Q
A=
(U 0 ∗ ∆ T log )
Q = m × h fg
t 2 − t1
∆ T LMTD =
t − t1
log e s
ts − t2
Diketahui :
ts =100 ºC
t1 = 27ºC
t2 = 40ºC
m = 5 x 10-4 kg/s
hfg = 2.43 x 106 J/kg
Q = 0.0005 x 2.43 · 106 = 1220 W
40 − 27
∆TLMTD = = 66.3°C
100 − 27
log e
100 − 40
1220
A= = 0.1173 m²
(156.24 ∗ 66.3)
Jadi luasan perpindahan kalor yang diperlukan yaitu 0.1173 m²
Panjang tube yang dibutuhkan yaitu 0.1173/(3.14 x 0.0127) = 2.94 m
Panjang tube dengan factor koreksi 1.2 = 2.94 x 1.2 = 3.53 m
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan
Bagian yang dihitung Simbol Hasil Satuan
Diameter luar kondensor do 0.0127 m
Diameter dalam Kondensor di 0.0111 m
Luas penampang kondensor A 0.089 m2
Pers.koefisien perpindahan kalor
kondensasi hfg 2457729 J/kg
Tahanan termal dibagian dalam
persatuan panjang pipa Ri -
(100 − Ti)1 / 4
749,36
A 0,1173 m2
III. 2 PEMBUATAN ALAT
III. 2.1 Komponen-komponen Utama Alat
a. Ketel Uap
Ketel uap ini merupakan tempat mendidihkan air dan kemudian
menguapkannya untuk mengukus bahan baku yang ada dalam tangki bahan. Ketel
ini dibuat dari bahan alumunium agar dapar menyerap kalor dengan baik,
sehingga diharapkan proses penguapan air berlangsung cepat. Proses penguapan
air berada dalam kondisi tekanan 0 gauge atau tekanan mutlak 1 atm.
Ketel memiliki ukuran diameter 350 mm dan tinggi 400 mm dengan
ketebalan 1 mm. pinggiran ketel bagian atas dibuat kerah untuk menyangga tangki
bahan baku dan juga sebagai tempat untuk perapat agar uap tidak keluar.
Air pengisi diberi batas 100 mm dari dasar ketel atau didesain dengan
kapasitas ± 9.6 liter.
Kontruksi ketel dibuat dengan sambungan berupa lipatan yang dipres,
kemudian pada lipatan tersebut diberi lem perapat untuk menghindari kebocoran,
terutama pada pinggiran dasar ketel.
Gambar 3.1
Ketel Uap
b. Tangki Bahan Baku
Tangki bahan baku juga terbuat dari bahan alumunium berukuran diameter
320 mm dan tinggi 380 mm dengan pinggiran bagian atasnya diberi kerah seperti
ketel uap sebagai tempat melekatnya gasket/perapat. Bagian dasr dibuat
berlubang-lubang dengan diameter 10 mm agar uap dapat masuk ke dalam bahan
baku.
Kapasitas tangki didesain untuk memuat bahan baku dengan jenis daun
nilam kering maksimal 2.5 kg (volume tangki ± 30.5 liter).
Gambar 3.2
Tangki Bahan Baku
Gambar 3.3
Penutup Ketel Uap
d. Pipa Ketel Uap – Kondensor
Pipa ini terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾ inchi dan panjang
1.5 m. pipa tersebut berfungsi untuk menyalurkan uap dari ketel destilasi ke
kondensor untuk dikondensasi. Pada kedua ujungnya diberi water mur ¾ inchi
yang masing-masing terhubung ke lubang keluar tangki destilasi dan masuk ke
kondensor.
Gambar 3.4
Pipa Ketel Uap – Kondensor
e. Tube Kondensor
Tube kondensor tebuat dari stainless steel dengan diameter ½ inchi dan
biasa digunakan untuk peralatan pendingin atau pemanas. Tube kondensor dibuat
berliku-liku dalam arah vertical yang kedua ujungnya diberi nepel ½ inchi untuk
disambungkan dengan pipa uap dan juga dengan kran pada saluran keluar
kondensat.
Gambar 3.5
Tube Kondensor
f. Tangki Kondensor
Tangki ini terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran diameter 350 mm
dan tinggi 400 mm. Pada tangki kondensor dibuat 3 lubang, yaitu 1 lubang untuk
saluran keluar air pendingin dan 2 lubang untuk saluran masuk dan keluar uap
yang akan dikondensasi.
Gambar 3.6
Tangki Kondensor
Gambar 3.7
Pemisah Air – Minyak Sederhana
III. 2. 2 Komponen-Komponen Pendukung Alat
a. Mur-Baut dan Ring
Mur-baut yang digunakan yaitu ukuran no. 10 beserta 2 ringnya sebanyak
8 buah pasang yang terbuat dari besi. Mur-baut beserta ring digunakan untuk
mengencangkan tutup ketel tangki bahan dan ketel uap yang telah diberi
gasket/perapat.
b. Gasket / Perapat
Gasket / perapat digunanakan untuk mencegah terjadinya kebocoran uap
dari ketel dan tangki bahan. Bahan yang yang digunakan adalah serat kertas dan
karet dengan tebal 0,8 mm. Gasket / perapat ini dilekatkan dengan lem pada kerah
bagian atas ketel uap, bagian atas- bawah kerah tangki bahan dan bagian bawah
kerah penutup ketel uap.
Gambar 3.8
Nepel Sok ¾", Water mur ¾", Double Nepel ¾", Knee Derat ¾"
j. Kran Air
Kran air dipasang pada bagian keluar air pendingin dari tangki kondensor,
dan pada bagian keluarnya kondensat dari tube kondensor untuk mengarahkan
kondensat tersebut ke botol atau wadah penampung, serta digunakan pula
pada bagian keluar air kondensat dari alat pemisah air-minyak.
h. Thacometer
Alat ini dipasang pada dinding tangki bahan baku yang berfungsi untuk
mengetahui suhu didih air pada tangki bahan baku.
Gambar 3.9
Thacometer
BAB IV
PROSES DESTILASI DAN ANALISA
c. Memasukkan Bahan.
Bahan dimasukkan ke dalam tangki bahan dengan terlebih dahulu
menimbangnya dan kemudian tadak menekan terlalu padat agar uap dapat
berpenetrasi dengan baik.
Kemudian setelah dimasukkan ke dalam tangki bahan, tangki bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ketel uap dan ditutup rapat serta menguncinya dengan mur-
baut sampai benar-benar kencang agar uap tidak keluar dari ketel ke linkungan.
d. Mengatur Posisi Ketel Uap dengan Kondensor
Setelah tutup ketel dikunci dengan mur-baut sampai rapat, ketel diletakkan
di atas sumber kalor, contohnya di atas kompor, dengan mengatur posisinya
dengan kondensor agar pipa uap dari ketel ke kondensor dapat dipasang dengan
baik. Setelah dipengaturan posisi ketel dilakukan, maka sumber kalor dinyalakan
untuk memanaskan ketel.
Gambar 4.1
Penampung Air Kondensat
Gambar 4.2
Minyak Hasil Destilasi
c. Berat Bahan
Sebelum melakukan proses destilasi terlebih dahulu bahan ditimbang untuk
mengetahui jumlah bahan yang akan dimasukkan ke dalam tangki bahan.
d. Jumlah Bahan Bakar
Jumlah bahan bakar diketahui dengan mengukur tingi minyak tanah dari dasr
penampung pada saat awal dan akhir proses destilasi, kemudian dengan
mengetahui diameter penampung dapat diketahui volume minyak tanah dalam
penampung.
e. Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan diukur di sekitar alat destilasi.
b. Percobaan 2
Tabel 4.2 Percobaan 2
Bahan : Daun Nilam Kering
No Parameter Nilai Satuan
1 Bahan Baku 2 Kg
2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1.5 liter
3 Waktu Destilasi 5 Jam
4 Suhu Lingkungan 30 °C
5 Suhu Air Destilasi 27 °C
6 Air Destilasi dalam Ketel (Awal) 8.7 liter
7 Air Destilasi dalam Ketel (akhir) 2.9 liter
8 Suhu Air Pendingin Masuk - °C
9 Suhu Air Pendingin Atas - °C
10 Suhu Air Pendingin Keluar - °C
11 Hasil Minyak 40 ml
12 Suhu Kondensat - °C
13 Laju Aliran Kondensat - -
14 Rendemen 2 %
c. Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel dengan Bahan Bakar Minyak Tanah
(dengan isolasi karet dan glass wool ).
Kenaikan suhu air destilasi dalam ketel diukur dengan kondisi :
• Jumlah air destilasi = 7.4 liter
• Suhu lingkungan = 25°C
• Pemakaian minyak tanah = 0.36 liter
Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap waktu (Bahan Bakar
Minyak Tanah, dengan isolasi)
1 Bahan baku 1 2 kg
2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1 2 liter
3 Waktu Destilasi 5 5 jam
4 Suhu Lingkungan 30 30 °C
5 Suhu Air Dsetilasi 27 27 °C
6 Air Destilasi dalam Ketel 8.7 8.7 liter
(Awal)
7 Air Destilasi dalam Ketel 3.8 2.9 liter
(Akhir)
8 Laju Air Pendingin - - liter/jam
9 Suhu Air Pendingin Masuk - - °C
10 Suhu Air Pendingin Atas - - °C
11 Suhu Air Pendingin Keluar - - °C
12 Hasil Minyak 16 40 ml
13 Suhu Kondensat - - °C
14 Rendemen 1.6 2 %
Dari tabel perbandingan, parameter-parameter yang didapatkan pada
percobaan 1 dan 2, terdapat parameter-parameter yang berbeda (tulisan yang lebih
tebal) yang mengindikasikan bahwa dengan parameter-parameter lain yang relatif
sama serta bahan baku yang sama, apabila tangki bahan diisi lebih banyak dari
percobaan 1, maka jalur penetrasi uap lebih panjang dan lebih bersinggungan
dengan bahan, sehingga uap yang dibutuhkan untuk melakkukan penetras ke
dalam bahan lebih sedikit dibandingkan dengan percobaan 1, sehungga jumlah
yang digunakan percobaan 2 lebih optimal.
120
100 100 102
93 97
80 85 90
Suhu(°C)
73
67
60 59
53
46
40 36
28
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (menit)
Dari grafik di atas terlihat bahwa proses pendidihan air destilasi dalam ketel
alumunium sebanyak 9.14 liter berlangsung selama 65 menit untuk mencapai
suhu air 102 °C dengan kondisi dinding ketel yang tidak diisolasi.
120
100 97 97 98 97 96 96 96 96 96 96 96
88 94
80 81
Suhu(°C)
74
60 64
54
40 45
35
20 23
0
100
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
Waktu (menit)
• Biaya bahan baku & bahan bakar yang dipakai menggunakan harga pasaran
yang telah disebutkan di atas.
• Pertambahan nilai :
Keterangan Jumlah Harga Total Harga
Satuan (Rp) (Rp)
Daun Nilam Kering 3 kg 3000 9000
Minyak Tanah 1.5 ltr 2800 4200
Penggunaan Briket 1.5 kg 2500 3750
Hasil Minyak Nilam 37.5 ml 150000 5400
(Rendemen 1.5%) 0.036
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dapat diambi suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas (kondisi fisik minyak nilam) dan kuantitas minyak, khususnya
minyak nilam yang diperoleh dari proses destilasi sangat dipengaruhi oleh
kondisi bahan baku yang akan didestilasi. Apabila pada daun sudah timbul
jamur dan membusuk, akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan, dan
minyak menjadi keruh akibat timbulnya endapan-endapan.
2. Banyak bahan yang akan didestilasi mempengaruhi tingkat kepadatan
dalam tangki bahan, sehingga mempengaruhi proses penetrasi uap ke
dalam bahan.
3. Air kondesat keluar, rata-rata setelah proses destilasi berlangsung selama 1
jam.
4. Laju minyak yang dihasilkan cukup banyak pada satu jam pertama setelah
air kondesat keluar.
5. Suhu kondesat akan dipengaruhi oleh air pendingin kondensor.
6. Peningkatan suhu air pendingin dipengaruhi oleh laju air pendingin dan
juga laju uap yang akan dikondensasi.
7. Dalam kondensor terjadi proses kondensasi uap dan juga pendinginan
kondensat.
8. Agar proses destilasi lebih efektif dan efisien, banyak air dalam ketel harus
disesuaikan dengan lamanya waktu destilasi dan memberi isolasi pada
dinding ketel serta dinding pipa uap.
9. Dari hasil percobaan, minyak yang dihasilkan sangat berbanding jauh dari
jumlah bahan baku, jika bahan baku yang diproses sebanyak 2 kg, maka
minyak nilam yang dihasilkan hanya 40 x 10-3 m3 (40 ml).
10. Alat destilasi dengan kapasitas kecil dapat dibuat dengan menggunakan
bahan alumunium untuk ketel uap, tangki bahan dan tangki kondensornya
karena lebih murah dibandingkan dengan menggunakan stainless steel.
11. Alat destilasi yang dibuat dengan skala kecil/lab kurang cocok digunakan
untuk menghasilkan minyak secara massal karena kurang ekonomis, tetapi
dapat digunakan di rumah untuk menghasilkan minyak atsiri jenis lain dari
bahan baku yang berbeda untuk keperluan sendiri/percobaan-percobaan.
V.2 Saran
Untuk mengembangkan alat destilasi minyak atsiri skala lab yang telah
dibuat, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperbaiki kebocoran-kebocoran pada alat, terutama pada bagian
perapat pada tutup ketel uap dan sambungan-sambungan pipa uap, karena
dengan adanya kebocoran uap akan sangat mempengaruhi jumlah minyak
yang akan dihasilkan.
2. Proses destilasi sebaiknya dilakukan di tempat yang terlindung dari angin,
karena akan mengganggu sumber kalor sehingga proses destilasi menjadi
tidak stabil.
3. Bahan yang akan didestilasi sebaiknya berasal dari sumber yang sama agar
kualitasnya tidak jauh berbeda, dan pastikan bahwa bahan baku tidak
tercampur dengan tanaman yang berbeda serta tidak terdapat jamur pada
bahan, karena akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan.
4. Mengganti sistem pengunci mur-baut pada tutup ketel dengan yang lebih
praktis.
5. Menggunakan bahan perapat yang lebih tebal pada penutup ketel untuk
meminimalisir kebocoran uap.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta, 1994