Anda di halaman 1dari 87

RANCANG BANGUN BOILER MINYAK SERAI WANGI ( CITRONELLA OIL )

PADA MESIN DESTILASI DENGAN PENDEKATAN TRIZ


(Studi Kasus Pada Industri Penyulingan Daun Serai wangi)ِ

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh
Nama : Ahmad Fauzi
NIM : 15 522 231

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Demi Allah SWT, saya akui bahwa karya ini adalah hasil saya sendiri kecuali kutipan dan
ringkasan yang mana setiap salah satunya telah saya cantumkan sumbernya. Jika
dikemudian hari ternyata pengakuan saya ini tidak benar dan melanggar peraturan yang
sah dalam karya tulis dan hak kekayaan intelektual maka saya bersedia ijazah yang saya
terima untuk ditarik kembali oleh Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta, Agustus 2019

Ahmad Fauzi
NIM : 15522178
iii

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


iv

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


v

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING


vi

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

RANCANG BANGUN BOILER MINYAK SERAI WANGI ( CITRONELLA OIL )


PADA MESIN DESTILASI DENGAN PENDEKATAN TRIZ
(Studi Kasus Pada Industri Penyulingan Daun Serai wangi)ِ

TUGAS AKHIR
Disusun Oleh

Nama : Ahmad Fauzi

No. Mahasiswa : 15 522 178

Telah dipertahankan di depan sidang penguji sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Industri
Yogyakarta, Agustus 2019
Tim Penguji

Dr. Taufiq Immawan, S.T., M.M.


Ketua

Anggota I

Anggota II

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri


Universitas Islam Indonesia

Dr. Taufiq Immawan, S.T., M.M.


vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk Sang Pencipta Allah SWT yang selalu kuminta
kemudahan, kebaikan dan pertolongannya. Tiada Tuhan dan sesembahan selain
Allah SWT.

Teruntuk Ayah dan Ibu saya beserta kakak dan abang saya, yang selalu mendoakan yang
terbaik, kemudahan serta keberkahan dalam hidup. Semoga Allah membalas banyak
kebaikan untuk kalian serta keselamatan dunia dan akhirat

Teruntuk para dosen yang telah menuangkan ilmunya hingga menjadi landasan pemikiran
dan teori sehingga terbentuknya laporan skripsi ini.

Teruntuk pak taufiq selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan masukan dalam
pengerjaan skripsi ini.

Teruntuk teman – teman seperjuangan dan seperjalanan yang selalu memberikan motivasi
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii

HALAMAN MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah


kesulitan itu ada kemudahan” (QS: Al-Insyirah: 5-6)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik padamu dan boleh jadi (pula)
kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk padamu. Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS: Al-Baqarah: 216)
ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdullillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT


atas limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugasِ Akhirِ yangِ berjudulِ “Rancang Bangun Boiler Minyak Serai Wangi ( citronella oil ) pada
Mesin Destilasi Dengan Pendekatan Triz (studi kasus pada industri penyulingan daun serai
wangi)ِ” dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasullullah
Muhammad shallallahuِ‘alaihiِwaِsalam ِbesertaِ keluargaِ danِ paraِ sahabat, ِsertaِ pengikutnyaِ
yangِ telah menyampaikan syafaat-Nya kepada kita semua.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Jurusan Teknik Industri untuk menyelesaikan studi Strata-1 pada Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia. Selama proses penyusunan laporan Tugas
Akhir ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungannya baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan penuh rasa syukur penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Muhammad Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan
Teknik Industri Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Dr. Taufiq Immawan, S.T., M.M., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bantuan dan arahannya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen teknik industri yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, terimakasih
telah memberikan banyak ilmu, pelajaran dan ketulusannya.
5. Kedua orangtua yang selalu memberikan do’a, perhatian, kasih sayang, semangat,
materi dan bimbingan yang sangat berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan tugas akhir ini.
6. Teman seperjuangan di proyek sereh wangi, Aby, Andika, dinia, dan elva yang selalu
menemani, menyemangati, membantu selama proses penulisan skripsi dari awal sampai
Akhir.
7. Putri Aisyah Maharani yang selalu menemani dan memberikan support dalam segala
aspek.
8. Keluarga besar nafas berat yang senantiasa mengisi hari-hari, semoga kita bisa
bermanfaat untuk sekitar.
x

9. Keluarga besar teknik industri 2015. Semoga kita semua bisa menjadi orang sukses dan
bermanfaat di masa yang akan datang.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini, penulis
mengucapkann terimakasih banyak atas bantuannya.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk
itu penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan di masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca
padaِumumnya.ِAamiinِYaِRobbal’aalamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Yogyakarta, Agustus 2019

Ahmad Fauzi
xi

ABSTRACT

Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Jenis-jenis minyak atsiri
yang dihasilkan Indonesia adalah minyak nilam, minyak pala, minyak cendana, akar wangi,
minyak kayu putih, minyak kayu manis, minyak cengkeh, minyak kenanga, serta minyak serai
wangi. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak atsiri yang ada di dunia dengan
kemampuan men-supply pasokan sekitar 85% kebutuhan minyak atsiri dunia. Salah satu jenis
minyak atsiri yang sedang berkembang adalah serai wangi. Minyak serai wangi merupakan
salah satu komoditi dalam sektor agribisnis yang memiliki pasar prospektif. Jumlah demand
minyak serai wangi yang diterima Indonesia lebih dari dua ribu ton untuk tiap tahunnya,
sedangkan baru 8% dari demand yang dapat dipenuhi. Desa pacarejo di gunung kidul
merupakan desa yang memiliki karakteristik tidak subur dan memiliki keterbatasan air. Maka
dari itu tanaman sereh wangi merupakan tanaman yang sangat cocok untuk di tanami daerah
dengan karakteristik tersebut, pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dalam membantu
proses pembuatan minyak atisir, sehingga perekonomian masyarakat setempat dapat
meningkat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan peracangan desain boiler yang efiktif dan
efisien dari permasalahan desain mesin yang sudah ada. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan TRIZ. Atribut
yang digunakan pada penelitian ini adalah awet, efektivitas, mobilitas, aman, dan efisiensi.
Dampak perancangan ini dapat mengurangi heat loss sebesar 63,87%, meningkatkan mobilitas,
meningkatkan keawetan 62,34%.

Kata Kunci: minyak atsiri, minyak serai wangi, desa pacarejo, boiler, AHP, TRIZ
xii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................................ii

SURAT KETERANGAN PENELITIAN ................................................................................ iii

SURAT KETERANGAN PENELITIAN ................................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................................vii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ix

ABSTRACT................................................................................................................................ xi

DAFTAR ISI............................................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xv

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 5

KAJIAN LITERATUR .............................................................................................................. 5

2.1 Kajian Deduktif ................................................................................................................ 5


2.1.1 Serai Wangi ............................................................................................................... 5

2.1.2 Metode Penyulingan Serai Wangi ............................................................................ 5

2.1.3 Boiler......................................................................................................................... 7
xiii

2.1.4 Glasswool .................................................................................................................. 9

2.1.5 Stainless Steel ......................................................................................................... 10

2.1.6 AHP (Analytical Hierarchy Process) ..................................................................... 10

2.1.7 TRIZ (Theory of Invenitive Problem Solving) ........................................................ 12

2.1.8 Prosedur Metode TRIZ (Theory of Inventive Problem Solving) ............................. 12

2.1.9 40 Inventation Principles ........................................................................................ 13

2.1.10 Matriks Kontradiksi TRIZ .................................................................................... 21

2.1.11 Parameter TRIZ (39) ............................................................................................. 22

2.2 Kajian Induktif ............................................................................................................... 23


BAB III .................................................................................................................................... 31

METODE PENELITIAN......................................................................................................... 31

3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................................................. 31


3.2 Objek Penelitian ............................................................................................................. 32
3.3 Sumber Data................................................................................................................... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 33
3.5 Metode Pengolahan Data ............................................................................................... 34
BAB IV .................................................................................................................................... 36

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................................................. 36

4.1 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 36


4.1.1 Alur Produksi Minyak Serai Wangi (Citronella Oil) ............................................. 36

4.1.2 Identifikasi Permasalahan Produk........................................................................... 38

4.1.3 Identifikasi Kebutuhan Konsumen ......................................................................... 39

4.1.4 Desain Mesin Boiler yang Ada Di Industri Minyak Atsiri ..................................... 39

4.2 Pengolahan Data ............................................................................................................ 41


4.2.1 Melakukan Uji AHP ............................................................................................... 41

4.2.2 Aplikasi TRIZ ......................................................................................................... 43

4.2.3 Perancangan Desain Boiler ................................................................................ 52

4.2.4 Fungsi Alat ......................................................................................................... 52

4.2.5 Perbandingan Boiler................................................................................................ 54


xiv

BAB V ..................................................................................................................................... 57

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 57

5.1 Analisis Fungsi Desain .................................................................................................. 57


5.2 Analisis Penerapan Inventive Principles TRIZ .............................................................. 58
5.3 Prinsip Kerja Desain ...................................................................................................... 61
5.4 Analisis Dampak Perancangan Boiler ........................................................................... 62
BAB VI .................................................................................................................................... 64

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 64

6.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 64


6.2 Saran .............................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 65

DOKUMENTASI .................................................................................................................... 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Tanaman Serai Wangi ............................................................................................ 5


Gambar 2 2 Boiler Vertikal........................................................................................................ 8
Gambar 2 3 Boiler Pipa Api....................................................................................................... 8
Gambar 2 4 Boiler Pipa Air ....................................................................................................... 9
Gambar 2 5 Matriks Perbandingan Berpasangan..................................................................... 11
Gambar 2 6 Matriks Kontradiksi ............................................................................................. 22
Gambar 3 1 Alur Penelitian ..................................................................................................... 31
Gambar 3 2 Prosedur TRIZ...................................................................................................... 35
Gambar 4 1 Boiler di Sendang Mole ....................................................................................... 40
Gambar 4 2 Boiler di CV Tunas Karya ................................................................................... 40
Gambar 4 3 Boiler di Industri Pembuatan Mesin Destilasi Surakarta ..................................... 41
Gambar 4 4 Hierarki AHP Boiler ............................................................................................ 41
Gambar 4 5 Desain Boiler........................................................................................................ 52
Gambar 5 1 Desain Boiler........................................................................................................ 61
xv

DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 40 Prinsip TRIZ ....................................................................................................... 14

Tabel 2 2 39 Parameter TRIZ .................................................................................................. 22

Tabel 2 3 Kajian Induktif ......................................................................................................... 23

Tabel 4 1 Hasil Kuesioner........................................................................................................ 39

Tabel 4 2 Perbandingan Berpasangan ...................................................................................... 42

Tabel 4 3 Hasil Perhitungan Priority Weight ........................................................................... 42

Tabel 4 4 Hasil Consistency Ratio ........................................................................................... 43

Tabel 4 5 Atribut Perbaikan Desain ......................................................................................... 44

Tabel 4 6 Hasil Improving Feature dan Worsening Feature .................................................... 44

Tabel 4 7 Hasil Matrix Kontradiksi TRIZ ............................................................................... 45

Tabel 4 8 Penerapan solusi TRIZ............................................................................................. 47

Tabel 4 9 Perbandingan Boiler ................................................................................................ 54


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak atsiri yang ada di dunia dengan
kemampuan men-supply pasokan sekitar 85% kebutuhan minyak atsiri dunia (Anwar, Nugraha,
Nasution, & Amaranti, 2016). Indonesia juga memiliki potensi yang besar pada industri minyak
atsiri. Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia melalui berbagai program pada
Kementerian Pertanian memberikan perhatian terhadap industri minyak atsiri. Jenis-jenis
minyak atsiri yang dihasilkan Indonesia adalah minyak nilam, minyak pala, minyak cendana,
akar wangi, minyak kayu putih, minyak kayu manis, minyak cengkeh, minyak kenanga, serta
minyak serai wangi.
Minyak atsiri merupakan zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
memiliki nama lain yaitu minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada
keadaan suhu kamar minyak mudah menguap. Tanaman serai wangi merupakan salah satu
tanaman yang memiliki kandungan minyak atsiri, komoditas minyak atsiri dengan bahan baku
serai wangi sudah lama berjalan di indonesia.
Minyak serai wangi adalah komoditi dari sektor agribisnis yang memiliki pasaran
bagus. Serai wangi tidak hanya dapat menghasilkan produk dalam bentuk minyak atsiri tetapi
juga dapat dijadikan bahan dasar pembuatan sabun, pestisida, bahan dasar bioaditif yang bisa
bermanfaat untuk penghemat bahan bakar kendaraan, serta obat anti nyamuk.
Proses pengolahan minyak serai wangi menggunakan teknik penyulingan dengan uap
membutuhkan rangkaian alat salah satu alat yang dibutuhkan dalam proses penyulingan daun
serai wangi adalah boiler, boiler atau boiler uap (steam) merupakan suatu alat yang berbentuk
bejana tertutup yang berfungsi untuk menghasilkan uap (steam). Uap (steam) diperoleh dengan
proses pemanasan bejana yang berisi air didalamnya dengan menggunakan bahan bakar
(Yohana dan Askhabulyamin 200:13).
Boiler merupakan bagian yang penting dari rangkaian alat penyulingan daun serai
wangi, namun biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah boiler masih terbilang mahal,
selain itu boiler yang ada di masyarakat saat ini masih memiliki ukuran yang besar sehingga
sulit untuk dipindahkan. Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul merupakan daerah yang
2

termasuk daerah kritis, dan sebagian besar warga masih termasuk warga miskin, sehingga
untuk membantu dalam pengadaan alat penyulingan khususnya boiler dibutuhkan boiler
dengan biaya yang murah.
Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul merupakan desa terletak pada zona tengah
(zona ledoksari) yang memiliki jenis tanah yang dominasi oleh jenis tanah mediteran merah
dan rendzina yang memiliki karakteristik tidak subur dan memiliki keterbatasan air. Desa
Pacarejo merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sebagai desa penghasil minyak serai
wangi, terdapat lebih dari 5 hektare pasokan tanaman serai wangi yang sedang berada dalam
masa tanam. Namun Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul belum memiliki pengetahuan
mengenai proses yang harus dilakukan untuk merubah tanaman serai wangi menjadi minyak
serai wangi, selain itu belum terdapat pula alat-alat yang digunakan untuk memproses tanaman
serai wangi. Namun, keadaan sekarang ini masih terdapat kendala-kendala yang dialami
industri minyak atsiri khususnya pada mesin boiler.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat desain mesin boiler pada penyulingan
minyak serai wangi dengan metode Triz yang mampu merancang desain terbaik berdasarkan
39 parameter Triz dan 40 prinsip Triz. Perancangan desain produk ini diharapkan dapat
mengatasi permasalahan mesin boiler yang ada saat ini, dan dapat memenuhi kebutuhan serta
manfaat bagi masyarakat desa pacarejo, banyumanik, gunung kidul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan yang menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu desain boiler seperti apakah yang efektif dan efisien untuk diterapkan di
desa pacarejo, banyumanik, gunung kidul dengan menggunakan metode TRIZ.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup kajian yang nantinya akan dilakukan agar penyelesaian
masalah lebih terfokus. Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu
1. Penentuan desain boiler menggunakan pendekatan metode TRIZ.
2. Fokus Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain boiler yang efektif dan efisien.
3. Penelitian dilakukan di Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul
4. Penelitian ini memiliki responden dari pengguna mesin boiler dan expert
3

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi pada mesin boiler yang sudah ada dengan merancang
desain mesin boiler daun serai wangi yang efektif dan efisien di desa Pacarejo, Gunung kidul
dengan menggunakan metode Triz

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak yaitu :


1. Memberikan rancangan design mesin boiler yang efektif dan efisien yang digunakan
pada proses penyulingan daun serai wangi.
2. Membantu Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul dalam pembuatan rancangan
design alat penyulingan minyak serai wangi yang efektif dan efisien khususnya boiler.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah. Adapun sistematika yang
digunakan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Literatur

Berisi kajian literatur induktif dan juga deduktif, dan uraian mengenai teori – teori yang
berasal dari jurnal, buku, penelitian terdahulu, serta dokumentasi lain yang berkaitan
dengan penelitian sebagai acuan dalam penyelesaian masalah.

BAB III Metode Penelitian

Berisi objek penelitian, alur penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik pengolahan data.

BAB IV Pengolahan Data dan Hasil Penelitian

Berisi hasil pengolahan data yang dari data yang sebelumnya, serta analisis dari hasil
pengolahan data yang telah dilakukan.

BAB V Pembahasan
4

Berisi hasil data olahan serta hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kesesuaian
hasil dengan tujuan penelitian yang akan menghasilkan rekomendasi.

BAB VI Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil pengolahan data, dan saran atau
rekomendasi yang diberikan untuk hasil tersebut. Sehingga perlu dikaji untuk penelitian
selanjutnya.

Daftar Pustaka

Lampiran
5

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Kajian Deduktif

Pada bagian ini, kajian deduktif akan membahas terkait teori – teori pendukung yang berkaitan
dengan topik permasalahan penelitian.

2.1.1 Serai Wangi

Serai wangi merupakan tumbuhan dari keluarga rerumputan. Tanaman ini mempunyai
nama lain Cymbopogon nardus, dapat tumbuh dengan ketinggian sekitar 50-100 cm. Berdaun
tunggal berjumbai menyerupai pita dengan panjang daun sampai 1 meter dan lebar 1,5 cm.
Batang dari tanaman ini tidak berkayu, berusuk-rusuk, serta berwarna putih. Tanaman serai
wangi memiliki sistem perkembang biakan dengan sistem bonggol akar. Kandungan : Tanaman
mengandung zat geraniol, terpen-alkohol, asam-asam organik, metilheptenon, terpen, dan
terutama sitronela. (Anwar, Nugraha, Nasution, & Amaranti, 2016)

Gambar 2 1 Tanaman Serai Wangi


(Sumber : lampung.litbang.pertanian.go.id)

2.1.2 Metode Penyulingan Serai Wangi

Dalam penelitian yang dilakukan Aviasti, dkk dalam jurnalnya, memaparkan terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan dalam penyulingan proses produksi minyak serai wangi. Dikenal
3 macam metode penyulingan :
1. Penyulingan dengan Air (water distillation)
6

Metode penyulingan dengan menggunakan media air merupakan metode


termudah dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini, tanaman dimasukkan
kedalam boiler penyulingan yang telah terisi air sehingga serai wangi bercampur
dengan air. Metode ini merupakan metode yang sederhana. Perbandingan antara air dan
bahan baku daun harus seimbang. Bahan baku dimasukkan dan dipadatkan, kemudian
boiler ditutup serapat-rapatnya agar uap tidak dapat keluar dari boiler. Uap hasil
perebusan air dan bahan kemudian dialirkan dengan bantuan pipa menuju boiler
kondensator yang berisi air dingin sehingga terjadi proses kondensasi. Selanjutnya air
dan minyak dialirkan kedalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak ini
menerapkan perbedaan berat jenis. Kelemahan dari metode ini adalah jika bahan baku
berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang berakibat sangat mudah membentuk
gumpalan jika diberi panas yang tinggi. Selain itu, karena metode ini mencampur bahan
dan air menjadi satu, waktu penyulingan akan membutuhkan waktu lama dan jumlah
minyak yang dihasikan akan menjadi sedikit.
2. Penyulingan dengan Air dan Uap (Water And Steam Distillation)

Metode ini sama seperti proses pengukusan. Metode pengukusan, bahan


diletakkan diatas piringan besi berlubang yang diletakkan beberapa centi diatas
permukaan air. Prinsipnya, metode ini menggunakan uap dengan tekanan rendah,
berbeda dengan cara water distillation perbedaannya adalah terletak pada pemisahan
air dengan bahan baku. Namun keduanya ditempatkan dalam satu boiler. Air
dimasukkan kedalam boiler dengan ketinggian 1/3 bagian. Lalu bahan dimasukkan
kedalam boiler hingga padat kemudian boiler ditutup rapat. Ketika air mendidih, uap
yang terbentuk nantinya akan melalui lubang-lubang kecil yang tedapat pada saringan
dan melewati celah-celah bahan baku. Minyak atsiri yang terkandung pada bahan baku
akan ikut menguap bersama uap panas melalui pipa menuju boiler kondensator.
Kemudian, uap air dan minyak akan mengalami proses pengembunan dan ditampung
dalam tangki pemisah. Pemisahan terjadi berdasarkan tingkat berat jenis. Keuntungan
dari metode ini yaitu uap yang berada didalam boiler secara merata masuk ke jaringan
bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C. Dibandingkan dengan penyulingan
air mutunya lebih baik dan waktu yang lebih singkat, hasil rendemen minyak lebih
besar.
3. Penyulingan dengan Uap (Steam Distillation)
7

Metode penyulingan ini menggunakan bantuan tekanan uap yang tinggi.


Tekanan uap air yang dihasilkan akan lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Air yang
menjadi sumber uap panas yang terdapat dalam “boiler” yang terpisah dari boiler
penyulingan. Metode penyulingan uap cocok dikakukan untuk bahan baku tanaman
seperti kulit, kayu, batang, maupun biji - bijian yang relatif keras. Metode penyulingan
ini pada awalnya menggunakan bantuan tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1 atm),
kemudian tekanan naik menjadi 3 atm. Jika pada awal proses penyulingan
menggunakan tekanan yang tinggi, maka komponen-komponen kimia yang terdapat
didalam minyak akan mengalami proses dekomposisi. Ketika minyak yang ada didalam
bahan baku tanaman diperkirakan sudah habis, maka diperlukan tekanan uap yang lebih
besar lagi dengan tujuan agar komponen kimia yang memiliki titik didih lebih tinggi
dapat tersuling secara maksimal.

2.1.3 Boiler

Boiler adalah mesin kalor (thermal engineering) yang berfungsi untuk mentransfer energi
kimia atau energi otomis yang nantinya akan menjadi kerja (usaha) (Muin 1998:28). Boiler
atau kettle steam merupakan alat berbentuk bejana yang tertutup yang berfungsi untuk
menciptakan uap. Uap diperoleh dari proses pemanasan bejana yang berisi air dengan bantuan
bahan bakar (Yohana dan Askhabulyamin 200:13). Boiler dirancang untuk memindahkan kalor
dari sumber pembakaran, pembakaran yang dimaksud berupa pembakaran bahan bakar. Boiler
memiliki 2 komponen utama, yaitu :
1. Furnace (ruang bakar) memiliki fungsi sebagai alat untuk mengubah energi kimia
yang akan menjadi energi panas.
2. Steam Drum memiliki fungsi sebagai alat untuk mengubah energi pembakaran
(energi panas) menjadi energi potensial steam (energi panas).
Boiler terdiri dari drum yang pada bagian ujungnya dan pangkalnya tertutup dan dilengkapi
dengan pipa api maupun pipa air (Muin 1998:8).
8

Gambar 2 2 Boiler Vertikal


(Sumber : Science.bowstuffworks.com)

Boiler pada prinsipnya dibagi menjadi 2 yaitu Boiler pipa api dan Boiler pipa air. Pada
boiler pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada didalam shell untuk
dirubah menjadi uap. Boiler pipa api digunakan untuk menghasilkan uap dengan kapasitas kecil
sekitar 12 ton/jam dengan tekanan steam rendah sampai sedang (s.d 18 Kg/cm2F = atau sekitar
250 psi). Pada boiler jenis ini nyala api dan gas panas diperoleh dari hasil pembakaran bahan
bakar untuk men-transfer panasnya. Gas panas dilewatkan melalui pipa-pipa disekitar dinding
luar yang dikelilingi oleh air atau uap yang telah terbentuk.

Gambar 2 3 Boiler Pipa Api


(Sumber : boilersinfo.com)

Sedangkan Boiler pipa air adalah boiler yang biasanya menghasilkan uap dengan tekanan dan
kapasitas yang besar. Boiler jenis ini biasanya mempunyai tekanan kerja diatas 18 Kg/cm2F
atau sekitar 250 psi dan kapasitas diatas 12 Ton/Jam. Boiler jenis ini adalah boiler yang
9

peredaran airnya terjadi didalam pipa-pipa yang dikelilingi oleh nyala api dan gas panas dari
luar susunan pipa.

Gambar 2 4 Boiler Pipa Air


(Sumber : boilersinfo.com)

2.1.4 Glasswool

Glasswool adalah material insulasi yang terbuat dari serat fiber yang melalui proses tertentu
sehingga bertekstur seperti wol/bulu domba. Glasswool masih banyak digunakan karena
merupakan insulasi/peredam panas dan peredam suara yang sangat baik. Glasswool adalah
material insulasi atau pembungkus dengan daya kuat tarik tinggi namun fleksibel. Glasswool
pada umumnya mempunyai daya tarik dan daya pegasnya mudah ditangani dengan biaya
pemindahan dan instalasi yang rendah. Dynasylan mengatakan bahwa ―glass wool merupakan
bahan yang digunakan untuk isolasi panas dan isolasi suara. Glass wool yang terbuat dari serat
kaca memiliki sifat yang dapat meredam suara, sehingga dalam otomotif glass wool digunakan
sebagai bahan peredam suara knalpot kendaraan. Data teknis glass wool dalam indiamart
diantaranya adalah : (a) Memiliki densitas 32 kg/m3 dan 48 kg/m3, (b) Tahan terhadap
temperatur tinggi sampai 555○C, (c) Bahan tidak mudah terbakar, (d) Tahan terhadap bahan
kimia dan pelarut minyak, (e) Ketebalan dan panjang serat lebih baik dibandingkan dengan
rock wool.

Menurut Fashfahish dkk (2016) dalam penelitiannya, penggunaan isolator glasswool


alumunium foil dapat menurunkan heat loss sebesar 63,90 W (63,87%) dari nilai heat loss
tanpa menggunakan isolator. Menandakan bahwa isolator glasswool alumunium foil dapat
digunakan dalam mencegah pengurangan tingkat panas pada suatu mesin.
10

2.1.5 Stainless Steel

Stainless steel merupakan salah satu logam yang memiliki ketahanan cukup tinggi terhadap
serangan korosi. Adanya film dengan kandungan kromium oksida alami pada permukaan baja
yang membuat stainless steel bisa tahan terhadap serangan korosi. Meski tipis, film ini sangat
protektif dalam berbagai media korosif. Dengan adanya oksigen, film ini pun cepat
memperbaiki diri. Meski sudah mengalami kerusakan akibat abrasi. Stainless steel memiliki
istilah generik dalam keluarga paduan baja tahan korosi yang mengandung kromium 10,5%
atau mungkin lebih. Stainless Steel 304 merupakan material dengan mutu sangat baik sebagai
peralatan rumah tangga ataupun peralatan industri makanan. Hal inilah yang membuat
Stainless Steel 304 menjadi material stainless yang paling serbaguna dan paling banyak
digunakan.
Menurut Yunaidi (2016) dalam penelitiannya, stainless steel memiliki laju korosi
senilai 0,490 mm/y lebih lambat dibandingkan dengan laju korosi galvanis dengan nilai laju
korosi 0,786 mm/y, yang menandakan bahwa material stainless steel lebih tahan terhadap
korosi daripada material galvanis.

2.1.6 AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process adalah sebuah model pendukung dalam pengambilan keputusan
yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung dalam pengambilan keputusan
ini akan menguraikan masalah yang memiliki multi faktor atau multi kriteria yang kompleks
menjadi sebuah hirarki. AHP memiliki keunggulan dapat menggabungkan unsur objektif dan
subjektif dari sebuah permasalahan. Menurut Dermawan Wibisono (2006) dalam bukunya,
penyusunan AHP terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu :
1. Desain hirarki. Proses pertama dari AHP adalah memecahkan persoalan yang kompleks
dan multikriteria menjadi sebuah hirarki.
2. Memprioritaskan prosedur. Setelah masalah dipecah kedalam bentuk struktur hirarki,
dipilih prioritas prosedur untuk mendapatkan nilai keberartian relatif dari masing-masing
elemen yang ada di tiap level.
3. Menghitung hasil. Setelah terbentuk matriks preferensi, proses matematis bertujuan
untuk melakukan normalisasi dan menemukan bobot prioritas dari setiap matriks.
Berikut adalah contoh dari matrik perbandingan berpasangan dengan menggunakan pemisalan
A1, A2, A3, …..An.
11

Gambar 2 5 Matriks Perbandingan Berpasangan


( Sumber : Saaty,1993 )
Dalam memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari puncak hirarki untuk memilih
criteria C, atau sifat, yang nantinya digunakan untuk melakukan perbandingan yang pertama.
Kemudian untuk tingkatan tepat di bawahnya, ambil elemen yang akan dibandingkan : A1, A2,
A3, dan sebagainya. Pada matriks ini, bandingkan elemen A1 yang ada pada kolom di sebelah
kiri dengan elemen A1, A2, A3, dan seterusnya yang terdapat pada baris atas berkenaan dengan
sifat C yang ada pada sudut kiri atas. Kemudian lakukan hal yang sama dengan elemen kolom
A2 dan seterusnya. Pengertian konsistensi yaitu pengukuran yang mempunya suatu syarat
tertentu, sehingga dapat diartikan tidak dapat terjadi begitu saja. Rumus dari indeks konsistensi
(CI/Consistency Index) adalah :

Di mana λ adalah eigenvalue dan n adalah ukuran matriks. Eigenvalue maksimum suatu
matriks pasti lebih besar dari nilai n sehingga tidak akan mungkin ada nilai CI yang negatif.
Rumus dari rasio konsistensi (CR/Consistency Ratio) adalah :

Di mana :
CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index
RI : Random Index
Jika nilai CR lebih besar dari 0,10 berarti terdapat 10% peluang masing-masing elemen tidak
dibandingkan dengan layak. Dalam hal ini, pembuat keputusan diharuskan untuk mengkaji
ulang proses perbandingan yang sebelumnya dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Wibisono, (2006).
12

2.1.7 TRIZ (Theory of Invenitive Problem Solving)

TRIZ (Theory of Invenitive Problem Solving) merupakan metode pemecahan masalah dengan
dasar logika dan data, Langkah-langkah yang digunakan dalam metode ini dalam memecahkan
suatu masalahnya adalah dengan dokumentasi masalah dan analisis awal masalah,
merumuskan permasalahan, memberikan prioritas petunjuk untuk inovasi (direction for
innovation), mengembangkan konsep, dan hasil evaluasi. Innovative Situation Questionnaire
(ISQ) digunakan untuk mengetahui kondisi produk saat ini. ISQ merupakan template awal yang
digunakan untuk menganalisa masalah, dan terdiri dari beberapa pertanyaan yang dikumpulkan
menjadi satu set yang membantu seseorang melihat dalam melihat situasi masalah dari sudut
pandang yang berbeda yang mencakup Primary Useful Function, Harmful Effects, Operating
Environment, Resource Requirements, Ideal Result. Dalam melakukan perumusan suatu
masalah, Boris Zlotin dan Alla Zusman memberikan penetapan suatu alat yang disebut
Situation Model. Situation Model merupakan penggabungan dari diagram Fish Bone dengan
diagram fungsional. Situation Model memiliki dua elemen utama, yaitu fungsi dan link
(hubungan). Sebuah fungsi terdiri dari sebuah kotak yang memiliki teks yang berisi
penggambaran tentang suatu masalah atau sistem. Fungsi merupakan suatu peristiwa atau
kondisi yang berbentuk tindakan, kondisi, komponen, langkah proses dan lain-lain. Link
diwakili oleh panah yang menggambarkan hubungan antara dua fungsi. Terdapat empat jenis
link yang ada didalam Situation Model, link-link tersebut yaitu Provides (menyediakan),
Eliminates (menghilangkan), Causes (penyebab), dan Hinders (menghalangi). Untuk
membantu dalam menyelesaiakan suatu permasalahan yang rumit, proses ideasi memisahkan
masalah-masalah menjadi suatu set masalah yang lebih sederhana yang dikenal dengan
Direction for Innovation (petunjuk untuk inovasi). Pendekatan ini dilakukan dengan
memperhatikan situasi masalah dari semua sudut pandang yang ada. Direction for innovation
didasarkan pada diagram Situation Model. Setelah Direction for Innovation dikembangkan,
langkah berikutnya yaitu menghasilkan ide-ide. Pendekatan yang digunakan untuk
menghasilkan ide-ide adalah Directed Brainstorming. Pendekatan ini menggunakan arahan
dasar inovasi atau disebut 40 Inventive Principles.

2.1.8 Prosedur Metode TRIZ (Theory of Inventive Problem Solving)

Prosedur yang dilakukan dalam menggunakan Metode TRIZ secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Memilih masalah teknis
13

Kontradiksi masalah teknis adalah konflik antara dua hal dari sebuah sistem.
Misalnya seseorang ingin meningkatkan kualitas dalam sebuah sistem akan
tetapi efek yang ditimbulkan adalah akan meningkatkan biaya untuk mencapai
kualitas tersebut.
2. Menterjemahkan kedalam masalah konsep
Menulis ulang masalah teknis kedalam masalah konsep dengan identifikasi
masalah apa yang terjadi dibantu dengan bantuan 39 feature principles.
Keberhasilan menentukan fitur ini akan menunjukan inti masalahnya.
3. Mencari solusi ideal
Pada langkah ini harus diputuskan bagaimana meningkatkan solusi yang
diinginkan dan menghilangkan faktor-faktor yang tidak diharapkan.
Perbandingan antara hasil dengan solusi ideal menentukan apakah seorang itu
benar atau tidak dalam menentukan faktor utama kontradiksi. Solusi ideal dapat
dicapai di langkah 4-6.
4. Menggunakan kapabilitas TRIZ untuk solusi
Untuk mendapatkan solusi permasalahan maka digunakanlah tools didalam
metode TRIZ seperti matrik kontradiksi, the 40 principles solution dan lain-lain.
5. Menentukan target yang ingin dicapai dan memilih solusi terbaik
Dari solusi-solusi yang ditawarkan, pilih solusi terbaik. Maksudnya pilih solusi
terbaik adalah yang paling sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan
target yang ingin dicapai sebelumnya.
6. Prediksi pengembangan sistem
Langkah ini memprediksi dalam melihat potensi masalah pada sistem di masa
depan dan memilih metode yang mungkin untuk solusi permasalahannya.
Secara umum, langkah ini bertujuan untuk memperbaiki sistem kedepannya.
7. Analisa solusi yang diterapkan
Menganalisa solusi yang didaptkan sebagai tindakan preventif permasalahan
sejenis.

2.1.9 40 Inventation Principles

Metode TRIZ menggunakan prinsip inventasi yang berisi 40 prinsip yang bertujuan
memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kontradiksi yang terjadi antar karakteristik. Berikut
ini adalah tabel 40 Inventation Principles :
14

Tabel 2 1 40 Prinsip TRIZ

No 40 Inventation Principles No 40 Inventation Principles

1 Segmentation 21 Skipping / Rushing Through

2 Taking out 22 “Blessing in disguise” or “Turn Lemons


into Lemonade”

3 Local quality 23 Feedback

4 Asymmetry 24 Intermediary

5 Merging or Combining 25 Self service

6 Universality 26 Copying

7 “Nested Doll” 27 Cheap short-living objects

8 Anti weight 28 Mechanics substitution

9 Preliminary anti action 29 Pneumatic and Hidraulics(Intangability)

10 Preliminary action 30 Flexible shells and thin films

11 Beforehand cushioning 31 Porous materials

12 Equipotentiality 32 Colour changes

13 The other way round 33 Homogenity

14 Spheroidality 34 Discarding and recovering

15 Dynamics 35 Parameter changes

16 Partial or excessive action 36 Phase transition

17 Another dimensions 37 Thermal expansion (Strategic expansions)

18 Mechanical vibration 38 Strong oxidants (Boosted interaction)

19 Periodic action 39 Inert Athmosphere


15

No 40 Inventation Principles No 40 Inventation Principles

20 Continuity of useful action 40 Composite material

Dalam 40 prinsip tersebut terjadi persimpangan-persimpangan seperti yang dijelaskan


oleh (Zhang, Kay, & Kah, 2003) yaitu :

1. Segmentation (Segmentasi)

a. Membagi suatu objek atau sistem menjadi bagian-bagian tersendiri.

b. Membuat suatu objek atau sistem mudah untuk membongkar.

c. Meningkatkan derajat fragmentasi atau segmentasi.


2. Taking Out (Ekstrasi)

Memisahkan bagian yang mengganggu dari suatu objek/sistem, hanya


diperlukan bagian dari suatu objek/sistem.
3 Local Quality (Optimasi Lokal)
a. Mengubah struktur objek atau sistem dari seragam ke non seragam,
perubahan lingkungan eksternal atau pengaruh eksternal dari seragam ke
non seragam.
b. Buatlah masing-masing bagian dari suatu objek atau fungsi sistem dalam
kondisi yang paling cocok untuk operasi.
c. Buatlah masing-masing bagian dari suatu objek atau sistem yang berbeda
dan memenuhi fungsi yang berguna.
4. Asymetry (Ketidaksimetrisan)

a. Perubahan bentuk suatu objek atau sistem dari simetris dengan asimetris.

b. Jika suatu benda atau sistem yang asimetris, tingkatkan derajat asimetris
tersebut.
5. Merging or Combining (Penggabungan)

a. Menggabungkan objek atau sistem yang identik/sama dan menggabungkan


bagian yang identik untuk melakukan operasi paralel.
b. Membuat operasi bersebelahan atau sejajar dalam waktu yang bersamaan.

6. Universality (Multiguna / Multifungsi)


16

a. Membuat sebagian objek atau sistem dengan melakukan fungsi ganda untuk
menghilangkan kebutuhan pada bagian yang lainnya.
b. Menggunakan fitur standar.

7. Nested Doll (Persarangan)

a. Menempatkan satu objek atau sistem pada gilirannya.

b. Membuat satu bagian melewati bagian yang lain.

8. Anti Weight (Penyeimbangan)

a. Untuk menyeimbangkan berat/beban dari suatu objek atau sistem dengan


objek atau sistem yang lain.
b. Untuk menyeimbangkan berat/beban dari suatu objek atau sistem agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar (misalnya menggunakan
aerodinamis, hidrodinamik, daya apung dan kekuatan lainnya).
9. Preliminary Anti Action (Pencegahan)

a. Pada saat akan melakukan suatu tindakan diperhitungkan efek baik dan efek
buruknya.
b. Membuat prototype sebuah objek atau sistem agar dapat menghindari
kejadian yang tidak diinginkan kemudian hari.

10. Preliminary Action (Persiapan)

a. Melakukan tindakan persiapan untuk sebuah objek atau sistem baik lengkap
maupun sebagian dari sistem atau objek tersebut.
b. Mengatur objek atau sistem sehingga dapat lepas dari zona nyaman tanpa
memakan waktu yang cukup lama.
11. Beforehand Cushioning (Pengamanan)

Menyiapkan tindakan pengamanan dalam melakukan uji coba dari objek atau
sistem.
12. Equipotentiality (Penyelarasan)

Pembatasan perubahan kedudukan dari objek atau sistem (misalnya melakukan


uji coba dengan menaikan atau menurunkan objek untuk menghilangkan
bagianbagian yang kurang penting).
13. The Other Way Round (Pembalikan)
17

a. Membalikan tindakan yang digunakan untuk memecahkan masalah.

b. Membuat objek bergerak sebagian atau lingkungan sekitar yang tetap dan
membiarkan beberapa bagian tersebut tetap bergerak.
c. Gerakan objek dengan proses terbalik.

14. Spheroidality (Pelengkungan)

a. Menggunakan bagian bujursangkar atau permukaan yang melengkung untuk


menggerakan suatu objek dari yang sebelumnya berbentuk kubus atau
simetris ke bentuk yang lebih melengkung seperti bola.
b. Menggunakan contoh objek yang tidak beraturan (rol, bola, spiral, kubus).

c. Menggerakan dari yang tadinya lurus menjadi melingkar menggunakan


kekuatan sentrifugal.
15. Dynamics (Pendinamisan / Adaptasi)

a. Mendesain sifat-sifat sebuah objek, lingkungan sekitar atau prosesnya untuk


mencari kondisi yang lebih optimal.
b. Membagi suatu objek atau sistem menjadi bagian-bagian yang mampu
melakukan kerjasama terhadap satu sama lain.
c. Jika suatu objek atau proses kaku atau tidak fleksibel maka objek atau proses
tersebut dibuat untuk bergerak agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekitar.
16. Partial or Excessive Action (Pelebihan / Pengurangan)

Apabila nilai sempurna sulit untuk dicapai dengan menggunakan metode yang
ada maka dilakukan pelebihan atau pengurangan dengan menggunakan metode
yang sama, kemungkinan mendapat nilai sempurna akan lebih mudah..
17. Another Dimensions (Penambahan Dimensi)

a. Memindahkan objek atau sistem dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi.
b. Menggunakan multy-story dalam menyusun objek atau sistem bukan
menggunakan single-story.
c. Re-orientasi dari objek atau sistem. Menggunakan bagian lain dari sebuah
objek atau sistem.
18. Mechanical Vibration (Penggetaran)

a. Penyebab suatu objek atau sistem untuk berosilasi atau bergetar.


18

b. Meningkatkan frekuensi bahkan sampai ke ultrasonik.

c. Gunakan vibrator piezoelektrik yang bukan mekanik.

d. Gunakan kombinasi ultrasonik dan osilasi medan elektromagnetik.

19. Periodic Action (Periodisasi)

a. Melakukan jeda (periodik).

b. Apabila sudah ada jeda, maka mengatur besar/kecil dari masa jeda tersebut.

c. Gunakan jeda tersebut untuk melakukan tindakan yang berbeda.

20. Continuity of Useful Action (Pemberlanjutan Manfaat)

a. Membiarkan sebuah objek atau sistem bekerja terus menerus dengan


menggunakan beban penuh agar mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
b. Jangan melakukan tindakan pencegahan dalam pelaksanaannya.

21. Skipping / Rushing Through (Percepatan Perlakuan)

Melakukan tahap-tahap tertentu (misalnya tes kerusakan, tes berbahaya atau


tidak dengan percepatan.
22. Blessing in Disguise / Turn Lemons into Lemonade (Pemanfaatan Kerugian)

a. Gunakan faktor bahaya khususnya efek bahaya terhadap lingkungan sekitar


untuk mencapai efek yang positif.
b. Menghilangkan tindakan utama yang berbahaya dengan mengalihkan
tindakan tersebut untuk yang lainnya dalam memecahkan masalah.

c. Menghilangkan faktor bahaya sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya


lagi.
23. Feedback (Timbal Balik)

a. Melakukan koreksi (perujukan kembali, pengecekan silang)


untuk melakukan perbaikan proses atau mengambil sebuah tindakan.
b. Jika sudah menggunakan feedback maka melakukan perubahan besar atau
kecil.
24. Intermediary (Perantara)

a. Gunakan operator atau proses sebagai perantara.

b. Menggabungkan satu objek sementara dengan yang lain (yang dapat dengan
19

mudah dihilangkan).
25. Self Service (Pelayanan Sendiri)

a. Buatlah sebuah objek atau sistem melakukan pelayanan sendiri dengan


melakukan fungsi tambahan yaitu membantu.
b. Gunakan sumber daya lain.

26. Copying (Penyalinan)

a. Menggunakan objek atau sistem yang sudah tersedia supaya lebih sederhana
dan murah.
b. Gantikan objek atau sistem dengan proses salinan optik.

c. Jika salinan optik sudah digunakan, gunakan inframerah atau ultraviolet


eksemplar.
d. Salin konsep layanan kreatif di industri yang berbeda.

27. Cheap Short-Living Objects (Murah / Sekali Pakai)

Menggantikan objek atau sistem dengan yang lebih murah dengan


mengorbankan kualitas tertentu.
28. Mechanic Substitution (Penggantian Sistem / Teknik)

a. Mengganti hal yang mekanis dengan perasaan (penglihatan, pendengaran,


perasa atau penciuman) yang lebih berarti.
b. Gunakan listrik, magnet atau medan elektromagnetik untuk menjalankan
objek atau sistem tersebut.
c. Perubahan sistem yang tadinya statis menjadi bergerak atau yang tadinya
tidak terstruktur menjadi lebih terstruktur.
d. Gunakan bersama dengan bidang-bidang yang lain.

29. Pneumatic and Hidraulics / Intangability (Sistem Pneumatik dan Hidrolik)

Menggunakan bagian yang lain yang tidak ada didalam objek atau sistem.
30. Flexible Shells and Thin Films (Pemakaian Membran / Lapisan)

a. Menggunakan flexible shells and thin films untuk struktur 3D.

b. Menggunakan flexible shells and thin films untuk mengisolasi objek atau
sistem dari lingkungan sekitar.
31. Porous Materials (Pemakaian Material Berpori / Rongga)
20

a. Buat objek atau sistem menggunakan material berpori atau berongga sebagai
pelapis.
b. Jika suatu objek atau sistem sudah keropos maka gunakan pori-pori tersebut
untuk menggantikan fungsi bagian yang keropos tersebut.
32. Colour Changes (Pengubahan Warna)

a. Mengubah warna suatu objek atau sistem disesuaikan dengan lingkungan


sekitar.
b. Mengubah transparansi suatu objek atau sistem.

33. Homogenity (Homogenitas)

Membuat objek atau sistem dapat berinteraksi atau disatukan dengan


lingkungan sekitarnya dengan menggunakan bahan yang sama.
34. Discarding and Recovering (Menghilangkan dan Memperbaiki)

a. Membuat atau menghilangkan bagian-bagian dari objek atau sistem atau


memodifikasi secara langsung selama operasi.
b. Mengembalikan bagian-bagian yang dihilangkan selama operasi berjalan.

35. Parameter Changes (Transformasi)

a. Mengubah parameter sebuah objek atau sistem (misalnya untuk gas, cair
atau padat).
b. Mengubah konsentrasi atau konsistensi.

c. Mengubah tingkat fleksibilitas.

d. Mengubah atmosfer untuk pengaturan yang lebih optimal.

36. Phase Transition (Masa Transisi)

Menggunakan fenomena yang terjadi selama masa transisi (misalnya


perubahan volume, proses menghilang atau penyerapan panas).
37. Thermal Expansion / Strategic Expansion (Perluasan Pemasaran)

a. Gunakan ekspansi termal (kontraksi) dari bahan.

b. Jika ekspansi termal sudah digunkan, maka gunakan beberapa bahan yang
berbeda dengan koefisiensi termal.
38. Strong Oxidant / Boosted Interaction (Interaksi dengan Masyarakat)
21

a. Mengganti keadaan yang biasa dengan keadaan yang lebih bermasyarakat.

b. Meningkatkan partisipasi konsumen dalam pelayanan.

c. Keadaan sekitar yang bertahan dari ancaman lingkungan lain.

d. Menggunakan keadaan yang lebih baik.

39. Inert Athmosphere (Lingkungan Netral)

a. Menggantikan lingkungan yang normal dengan lingkungan yang netral.

b. Menambahkan bagian yang netral kedalam objek atau sistem.

40. Composite Material (Komposisi Gabungan Bahan Baku) Perubahan terhadap


beberapa bahan baku yang digunakan.

2.1.10 Matriks Kontradiksi TRIZ

Kontradiksi desain antara dua parameter kerja dapat diselesaikan dengan menggunakan satu
atau lebih 40 dasar inovasi yang ada. Untuk mewakili kondisi kontradiksi teknis ini TRIZ telah
memilih 39 parameter sistem dan menyediakan matriks permasalahan berukuran 39 x 39.
Langkah-langkah yang harus diikuti untuk dapat bekerja dalam matriks kontradiksi tersebut
adalah :
1. Memilih fitur standar yang paling mendekati fitur yang akan dikembangkan dari
fitur standar dan yang paling mendekati fitur yang tidak dibutuhkan lagi.
2. Temukan baris pada matriks kontradiksi yang merupakan fitur standar yang akan
dikembangkan.
3. Temukan kolom pada matriks kontradiksi yang merupakan fitur standar yang tidak
dibutuhkan lagi.
4. Pada sel perpotongan antara kolom dan baris terdapat nomor-nomor yang
direkomendasikan.
5. Lihat prinsip-prinsip tersebut pada daftar 40 prinsip TRIZ dan gunakan untuk
menghasilkan ide-ide dalam menyelesaikan permasalahan.
Matriks kontradiksi Altshuller (TRIZ contradiction matrix) merupakan tabel yang
terdiri dari 39 elemen horisontal (improving feature/improved attribute), 39 elemen vertikal
(worsening feature/deteriorated attribute) dan 40 inventive principles. Setelah improving
parameters dan worsening parameters teridentifikasi, maka kontradiksi desain antara dua
parameter kinerja dapat diselesaikan dengan menggunakan matriks kontradiksi untuk
menghasilkan solusi potential inventive principles (Altshuller, 2000).
22

Gambar 2 6 Matriks Kontradiksi


( Sumber : Altshuller, 2000 )

2.1.11 Parameter TRIZ (39)

Setelah mengetahui 40 prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya, sangatlah penting


untuk mengetahui bagaimana cara memilih prinsip yang tepat digunakan untuk suatu
masalah tertentu. Formulasi trade-off dapat digunakan untuk mengeliminasi
prinsipprinsip yang tidak cocok untuk digunakan yang ditunjukan oleh matriks
kontradiksi. Berikut ini adalah ke-39 fitur-fitur standar yang telah ditetapkan oleh
(Domb, Miller, MacGran, & Slocum, 1998) :
Tabel 2 2 39 Parameter TRIZ

No Judul Penjelasan
Moving Object Objek yang dapat dengan mudah dirubah posisinya didalam
sebuah ruangan baik dengan bantuan maupun tidak dengan
bantuan untuk digerakan. Objek didesain untuk mudah
digerakan/dipindahkan.
Stationary Object
Objek yang tidak dapat berubah posisinya baik dengan
bantuan maupun tidak dengan bantuan untuk
menggerakannya. Hal ini tergantung pada kondisi objek
yang sedang digunakan.

No Parameter No Parameter
1 Weight of moving 21 Power *(jargon)
object
2 Weight of Stationary 22 Loss of energy
23

No Parameter No Parameter
object
3 Length of moving 23 Loss of substance
object
4 Length of stationary 24 Loss of Information
object
5 Area of moving object 25 Loss of Time
6 Area of stationary 26 Quantity of substance
object /the matter
7 Volume of moving 27 Reliability
object
8 Volume of stationary 28 Measurement accuracy
object
9 Speed 29 Manufacturing precision
10 Force 30 External harm affects
the object
11 Stress of pressure 31 Object-generated harmful factors
12 Shape 32 Ease of manufacture
13 Stability of the object's 33 Ease of operation
composition
14 Strength 34 Ease of repair
15 Duration of action by a 35 Adaptability or versality
moving object
16 Duration of action by a 36 Device complexity
stationary object
17 Temperature 37 Difficulty of detecting and measuring
18 Illumination intensity 38 Extent of automation
*(jargon)
19 Use of energy by 39 Productivity *
moving object
20 Use of energy by
stationary object

2.2 Kajian Induktif

Tabel 2 3 Kajian Induktif

NO Nama Penulis Tahun Judul Hasil


1 Ferdian Ramos et al 2017 Perancangan Produk hasil rancangan terpilih adalah
Tas Ransel Anak rancangan ketiga dari total tiga
Menggunakan Metode alternatif konsep produk yang
Theory Of Inventive telah diseleksi. Hasi rancangan
Problem Solving produk dirancang dengan bentuk
(TRIZ) oval, namun tetap terlihat kokoh.
Ukuran straps juga telah
24

disesuaikan dengan ukuran bahu


anak. Tas telah dilengkapi
dengan fasilitas penunjang
berupa tali pinggang, tali dada,
dan bantalan punggung.
2 Choirul Anwar et al 2018 Desain Slide Adjuster Hasil analisis CAE untuk
Kursi Truk pengujian stopper strength
Menggunakan Metode dimana maksimum stress
TRIZ tertinggi pada bracket lock

ultimate SAPH440 sebesar


440MPa). Pengujian rattle slider
dengan deformasi tertinggi
sebesar x= 2.775 mm dan y=
2.143 (standar < 3mm).
Pengujian Beban sliding sebesar
82.5 N (Standar < 118N).
3 Anindita Laksmi et al 2016 Redesign of Bioetanol Gap atribut terbesar antara
Stove By Using The tingkat kepentingan dan
Approach Of Quality kepuasan kompor bioetanol
Function Deployment eksisting adalah kemudahan
(QFD) And Teoriya penggunaan, keamanan
Resheniya penggunaan, dan desain kompor.
Izobretatelskikh Kelemahan kompor bioetanol
Zadatch (TRIZ) eksisting adalah sistem
pengaturan api yang buruk.
Bahkan akibat kelemahan
tersebut, potensi kompor
terbakar menjadi tinggi karena
pada saat api sudah sangat
membesar, api sulit untuk
dikecilkan dan dipadamkan.
25

4 Rafishka Tiafani et al 2014 Rancangan Perbaikan Hasil rancangannya adalah


Alat Bantu Jalan Anak sebuah baby walker dengan
(Baby Walker) menggunakan bahan non-toxic
Menggunakan Metode sebagai bahan dasar. Bahan yang
Theory of Inventive digunakan yaitu PP
Problem Solving (PolyPropylene) dan
(TRIZ) ABS(acrylonitrile butadiene
styrene). Dimensi yang
digunakan adalah panjang = 40
cm, lebar = 65 cm dan tinggi =
65 cm. Dimensi alas duduk
dirancang agar anak tidak
membuka kaki terlalu lebar,
yaitu lebar alas duduk bagian
belakang = 20 cm dan bagian
bawah 4 cm. Dimensi sandaran
dirancang agar anak nyaman saat
menggunakannya yaitu 29.5 cm.
5 Senti Fresty Siahaan, 2015 Pengembangan Merubah bentuk Produk yaitu
Jamaluddin Purba Produk Gantungan panjangnya 12 cm menjadi 10
Kunci dengan Metode cm, dan lebar 5 cm menjadi 7
TRIZ Untuk cm serta ketebalan dari 1 cm
Meningkatkan menjadi 1,5 cm.
Penjualan Produk Penambahan berbagai macam
warna, dan merubah objek dasar
tulisan dengan desain variasi.
Meningkatkan daya tahan
produk dengan menambahkan
cairan anti rayap.
6 Vikki Okta Eka 2018 Rancang Bangun Mini Hasil uji pada mini ketel uap
Prastiyo Ketel Uap Kapasitas kapasitan 30 liter / 30 menit
30 Liter / 30 Menit dengan penggabungan jenis pipa
Dengan air dan jenis pipa api bahwa
26

Penggabungan Jenis dengan perancangan tekanan 15


Pipa Api dan Jenis bar, diameter badan boiler 30
Pipa Air cm, tinggi tabung ketel 50 cm,
jumlah pipa api 9 buah (vertical)
dan jumlah pipa air 4 buah
(horizontal) dengan perhitungan
sesuai standart ASME
menunjukkan tebal material
pada badan tabung ketel 0,4 cm
dan tebal material pipa api dan
pipa air 0,1 cm menghasilkan
uap basah dengan tekanan 4 bar
pada temperatur 160°C.
Pengoperasian mini ketel uap ini
mampu di operasikan dengan
tekanan mencapai 10 bar sesuai
dengan batas aman tekanan
operasi.
7 Rizky Agustira et al 2017 Rancang Bangun Pengujian hanya dilakukan
Boiler Vertikal Fire sampai dengan
Tube Berbahan Gas suhu 105°C dan mendapatkan
Elpiji Untuk Proses tekanan sebesar 3
Penyulingan Minyak bar yang hanya membutuhkan
Nilam waktu selama 63
menit.
8 Dwi Ardiyanto Effendy 2013 Rancang Bangun Berdasarkan hasil perhitungan
Boiler Untuk Proses yang telah dilakukan dengan
Pemanasan Sistem software CATIA V5, kekuatan
Uap Pada Industri dan ketahanan dari boiler yang
Tahu Dengan telah dirancang sesuai dengan
Menggunakan CATIA standart ASME yang berlaku.
V5
27

9 Misbachul Munir 2017 Usulan Perancangan Dari hasil penentuan nilai, maka
Ulang Mesin Boiler ditentukan alternatif terpilih
Produksi Tahu untuk rancang bangun alat bantu
Menggunakan pengelasan ini yaitu alternatif
Pendekatan Value yang ketiga (III), karena
Engineering Sebagai memiliki nilai (value) paling
Upaya Untuk tinggi dari alternatif-alternatif
Meminimalkan Waktu yang lain dengan nilai (value)
Produksi 1,0.
10 Gamindra Jauhari, 2016 Perbaikan Sistem Ketel atau boiler dibuat dari plat
Meldia Fitri Pendingin stainless steel (SS) tebal 2 mm
(Condensor) Alat dengan ukuran panjang, lebar
Penyulingan Minyak dan tinggi masing-masingnya
Nilam Untuk 122 x 58 x 50 cm dengan
Meningkatkan volumesebanyak 362 liter air
Rendemen dan mampu mengalirkan uap air
ke ketel suling sebanyak dua
buah masing-masing dengan
kapasitas 40 kg bahan baku
kering.
11 Turmizi, Hamdani 2018 Permodelan Alat Hasil permodelan Alat Distilasi
Distilasi Untuk ini, Efektifitas Perpindahan
Penyulingan Minyak Panas Alat Distilasi ini mencapai
Nilam 93%. Pendinginan berlawanan
arah sangat efektif dalam proses
Alat Ditilasi. Perindahan kalor di
dalam Kondensor 19334550 KJ.
12 Aviasti Anwar et al 2016 Teknologi Teknologi yang digunakan untuk
Penyulingan Minyak penyulingan minyak sereh wangi
Sereh Wangi Skala menggunakan dua cara dari tiga
Kecil Dan Menengah cara penyulingan minyak atsiri
Di Jawa Barat yaitu penyulingan dengan air
28

(water distillation) dan


penyulingan dengan air
dan uap (water and steam
distillation).
13 Thomas Aquino 2017 Pembuatan Boiler Untung ruginya penyulingan
Bambang Irawan et al Berpamplet Pada juga ditentukan kapasitas alat
Penyulingan Minyak yang digunakan tangki destilasi
Serai Di Dusun yang digunakan sebaiknya
Ngerimpak, berkapasitas minimal 300 kg
Temanggung bahan baku untuk mendapatkan
hasil minyak serai yang optimal
sehingga biaya operasional
menjadi lebih efisien. Sirkulasi
air pada kolam pendingin juga
harus diperhatilkan karena
pendinginan sangat menentukan
hasil minyak yang akan didapat.
Air pendingin yang panas
menandakan bahwa sirkulasi air
kurang. Tangki pemisahan
minyak minimal harus ada
empat supaya minyak yang
dihasilkan dapat terpisah secara
optimal, karena hasil minyak
baik jumlah maupun kualitasnya
masih kurang maka akan lebih
baiknya diaplikasikan untuk
pembuatan minyak gosok atau
karbol serai wangi.
14 Sidharta Sahirman et al 2014 Modifikasi Proses Metode penyulingan yang
Penyulingan Minyak disarankan akan meningkatkan
Atsiri Studi Kasus Di rendeman dan kualitas minyak
atsiri yang dihasilkan oleh mitra.
29

Desa Purwasaba, Dengan adanya unit baru


Banjarnegara destilasi minyak atsiri ini,
kegiatan usaha pesantren
diharapkan akan semakin
berkembang sehingga dapat
menjadi media pembelajaran
untuk para santri, dan sebagai
percontohan untuk masyarakat
sekitar. Sebagai tindak lanjut,
akan dilakukan penelitian untuk
mempelajari tingkat perbaikan
efisiensi proses penyulingan
metode baru dibandingkan
dengan yang diterapkan mitra
sebelumnya.
15 Muhammad Luthfi et al 2018 Rancang Bangun Dari perancangan dan
Boiler dan Tangki perhitungan yang sudah
Penguapan Minyak dilakukan, dapat diambil
Atsiri Pada Mesin beberapa kesimpulan
Destilator Dengan sebagai berikut:
Metode Uap Berbahan 1. Desain boiler menggunakan
Baku Daun Serai pelat stainless steel 304 dengan
(Cymbopogon diameter 300 mm , tinggi 300
Nardus) mm, dan tebal 2 mm.
2. Desain tangki penguapan
menggunakan pelat stainless
steel 304 dengan diameter 400
mm ,
tinggi 500 mm, dan tebal 2 mm.
3. Perhitungan boiler dengan
kapasitas keseluruhan 21 liter,
dan massa air pada boiler
sebanyak
30

10.46 liter , kebutuhan kalor


yang pada boiler 23597.13
kJ/jam, kebutuhan kalor air
menjadi
uap 3066 kJ, kebutuhan bahan
bakar 0.5 kg/jam, massa uap
yang dialirkan sebesar 4.5
kg/jam.
4. Perhitungan tangki penguapan
dengan kapasitas keseluruhan 62
liter, dan kebutuhan uap 4.5
kg / jam.
5. Simulasi software Autodesk
Inventor 2015, bagian yang
dianalisa adalah boiler dan
tangki
penguapan. Dengan tiap bagian
menggunakan tekanan 3 bar (0.3
Mpa) maka hasilnya
berikut:
a. Pada boiler menghasilkan
displacement maksimum 0.19
mm dan von misses stress
maksimum 134.6 Mpa.
b. Pada tangki menghasilkan
displacement maksimum 0.19
mm dan von misses stress
maksimum 106.2 Mpa.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian memiliki tujuan sebagai pemaparan aliran penelitian yang akan
dilakukan dalam penelitian ini.
Mulai

Identifikasi Masalah

Penetapan Tujuan
Penelitian

Studi Literatur Studi Lapangan


1. Minyak Atsiri
2. Serai Wangi 1. Observasi
3. Boiler 2. Wawancara
4. AHP 3. Benchmark dengan Industri Lain
5. TRIZ

Pengumpulan dan
Pengolahan Data

Penentuan Tujuan AHP

Penentuan Kriteria

Perbandingan Berpasangan
(Kuesioner)

Pengolahan Data AHP

N
Konsisten ?

Theory of Invenitive Problem Solving (TRIZ)

General Problem Generic Solution (Selected


(Physical Contradiction) Separation Principles)

General Problem
Generic Soulition (Selected
(Technical
from 40 Principles)
Contradiction)

Specific Problems Specific Solution

Usulan Design

Selesai

Gambar 3 1 Alur Penelitian


Adapun penjelasan berdasarkan tahapan-tahapan dari alur penelitian ini adalah sebagai berikut:
32

1. Perumusan masalah, mencari permasalahan yang ada kemudian menentukan


permasalahan yang akan diselesaikan.
2. Menentukan tujuan penelitian.
3. Melakukan studi literatur dan studi lapangan dengan mengacu pada penelitian-
penelitian sebelumnya setelah itu mencari celah dari penelitian tersebut untuk
kemudian dikembangkan menjadi topik penelitian.
4. Pengumpulan data dengan menggunakan metode kuisioner, wawancara dan
dokumentasi untuk memperoleh data yang ada untuk kemudian diolah.

5. Menentukan tujuan AHP.

6. Menentukan kriteria dengan dasar kebutuhan pada tempat penelitian.

7. Melakukan perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria yang telah


ditentukan sebelumnya.

8. Melakukan pengisian data yang telah didapatkan untuk kemudian diolah sehingga
didapatkan output AHP yang diinginkan.

9. Melakukan pengujian dengan metode TRIZ untuk mendapatkan solusi dari


permasalahan.

10. Membuat usulan design dengan dasar solusi yang sebelumnya telah didapat.

3.2 Objek Penelitian

Menurut (Supranto, 2000) pengertian dari obyek penelitian yaitu himpunan elemen dapat
beruka orang, barang, maupun organisasi yang akan diteliti.
Objek yang akan diteliti pada penelitian “RANCANG BANGUN BOILER MINYAK
SERAI WANGI ( CITRONELLA OIL ) PADA MESIN DESTILASI DENGAN
PENDEKATAN TRIZ” yang dilakukan di Desa Pacarejo, Banyumanik, Gunung Kidul adalah
Design mesin boiler yang dibutuhkan dalam rangkaian alat penyulingan minyak serai wangi.

3.3 Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


33

1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa data yang didapat dari hasil wawancara
dan observasi yang dilakukan di lapangan yang berlokasi di Desa Pacarejo,
Banyumanik, Gunung Kidul, data proses produksi pembanding di industri atsiri
minyak kayu putih Di Sendangmole, Gunung Kidul, pengolahan minyak atsiri Di
Fakultas Mipa Universitas Islam Indonesia.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yaitu data yang didapatkan secara tidak langsung
dan tidak melalui sumbernya. Pada penelitian ini data sekunder didapatkan dari
refrensi jurnal, buku, dokumen perusahaan, dan penelitian serupa mengenai
mekanisme, proses, karakteristik boiler dan mengenai minyak atsiri, baik
pengolahan dan pemanfaatan yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Data
sekunder ini dapat digunakan sebagai tuntunan sebelum melakukan penelitian dan
dapat dijadikan sebagai tolak ukur dari penelitian yang dilakukan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data digunakan untuk mengelompokan sumber-sumber informasi


berupa data, metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan maupun proses yang dilakukan dengan melakukan
tanya jawab langsung guna mengetahui pendapat, tanggapan, dan juga motivasi
seseorang terhadap objek yang diteliti (Soegijono, 1993). Dalam penelitian ini yang
menjadi responden adalah beberapa perusahaan penyulingan minyak atsiri yang
berproduksi Di Jogja, dan beberapa dosen FMIPA yang sedang mengembangkan
alat penyulingan.
2. Observasi
Menurut Nawawi dan Hadari (1992) observasi adalah kegiatan pengamatan dan
juga pencatatan terhadap unsur yang akan diteliti. Hasil dari observasi harus dicatat
untuk memudahkan dalam mengingat keadaan yang tampak dalam objek penelitian.
Observasi yang dilakukan peneliti pada proses ini yaitu meneliti sistem kerja dari
mesin boiler.
3. Dokumenter
Dokumenter adalah metode pengumpulan data dengan memperoleh catatan secara
tertulis dari perusahaan terkait, metode ini digunakan dengan tujuan memperoleh
34

informasi yang detail dari perusahaan (Surakhmad, 1994). Menurut Arikunto


(2006) mengatakan bahwa dokumenter merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti
seperti mengumpulkan data mengenai catatan, variable, buku, dan sebagainya.

3.5 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode TRIZ. Prosedur penggunaan
TRIZ secara umum adalah sebagai berikut :
1. Select a technical problem, Biasanya sebuah sistem memiliki masalah lebih dari satu.
TRIZ membantu menyelesaikan kontradiksi 2 masalah teknis. Kontradiksi teknik
adalah konflik antara dua hal dari sebuah sistem. Misalnya seseorang ingin
meningkatkan sesuatu hal dalam sebuah sistem akan tetapi efek yang ditimbulkan
adalah akan menurunkan hal yang lain.
2. Formulate a physical contradiction, Menulis ulang masalah teknis ke masalah fisik.
Identifikasi masalah apa yang terjadi. Keberhasilan menentukan masalah fisik akan
menunjukan inti masalahnya. Selanjutnya kontradiksi tersebut dipecahkan pada
langkah ke-4.
3. Formulate an ideal solution, Pada langkah ini harus diputuskan bagaimana
meningkatkan faktor-faktor yang diinginkan dan menghilangkan faktor-faktor yang
tidak diharapkan. Perbandingan antara hasil dengan solusi ideal menentukan apakah
seorang itu benar atau tidak dalam menentukan faktor utama kontradiksi. Solusi ideal
dapat dicapai di langkah 4-6.
4. Find resources for the solution, making use of the capabilities of TRIZ, Untuk
mendapatkan solusi permasalahan maka digunakanlah tools didalam metode TRIZ
seperti matrik kontradiksi, the 40 principles solution, dan lain-lain.
5. Determine the “strength” of the solution and choose the best one, Dari solusi-solusi
yang ditawarkan, pilih solusi terbaik. Maksudnya pilih solusi terbaik adalah yang
paling sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
6. Predict the development of the system considered within the problem, Langkah ini
memprediksi dalam melihat potensi masalah pada sistem di masa depan dan memilih
metode yang mungkin untuk solusi permasalahannya. Secara umum, langkah ini
bertujuan untuk memperbaiki sistem kedepannya.
7. Analyze the solution process in order to prevent similar problem, Menganalisa solusi
yang didapatkan sebagai tindakan preventif permasalahan sejenis.
Prosedur tersebut dapat digambarkan dalam bentuk gambar dibawah ini :
35

Gambar 3 2 Prosedur TRIZ


36

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini dijelaskan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan untuk
melakukan perancangan dari mesin boiler. Serta pengolahan data dengan pendekatan TRIZ
untuk mendapatkan rancangan mesin boiler yang akan diterapkan di Desa Pacarejo,
Banyumanik, Gunung Kidul.

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Alur Produksi Minyak Serai Wangi (Citronella Oil)

Stasiun Kerja 1
Proses Pemberian Proses Panen
Pupuk Serai Wangi
1.1 1.2

Proses Pelayuan Proses Proses


Stasiun Kerja 2
Hasil Panen Pencacahan Penimbangan
2.3 2.4 2.5

Proses Pemanasan Proses Proses Pemisahan


Stasiun Kerja 3 Ketel dengan Penyulingan Minyak
Boiler 3.7 3.8
3.6

Process
Penampungan
Stasiun Kerja 4
Minyak
4.9

Proses produksi pada minyak atsiri dijelaskan mulai dari proses penanaman hingga proses
penyulingan sampai menghasilkan minyak atsiri. Proses produksi pada penyulingan minyak
atsiri dari tanaman serai wangi memilki beberapa stasiun kerja. Setiap stasiun kerja terdapat
beberapa proses yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Stasiun kerja Penanaman
Proses pemberian pupuk dan penanaman bibit
37

Pada proses ini, pemberian pupuk dilakukan pada area yang akan dilakukan penanaman
serai wangi. Setelah kurang lebih 3 hari diberi pupuk baru bisa dilakukan penanaman bibit
serai wangi.
Proses panen serai wangi
Proses panen serai wangi dapat dilakukan dalam jangka waktu 4 sampai 6 bulan setelah
penanaman bibit. Proses panen dilakukan dengan cara memotong bagian bawah daun
dengan menyisakan 30 cm dari tinggi daun untuk menumbuhkan kembali. Setelah panen
pertama, daun serai wangi dapat tumbuh kembali sekitar 3-4 bulan kemudian untuk siap
dipanen kembali.
2. Stasiun kerja Pencacahan
Proses pelayuan hasil panen
Proses pelayuan dilakukan sebelum daun serai wangi dicacah untuk masuk dalam proses
penyulingan. Proses pelayuan daun dapat meningkatkan kualitas dari minyak serai wangi,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Ermaya, Irmayanti, Nurman, Sari, &
Bintamat, 2017) yang bertujuan untuk menguji kualitas minyak serai wangi berdasarkan
lama pelayuan daun. Dalam jurnal tersebut menunjukkan 3 hari merupakan lama waktu
paling optimal dalam proses pelayuan karena memilki rendeman tertinggi. Adanya
peningkatan rendeman tertinggi disebabkan pada saat pelayuan dibawah sinar matahari
jaringan pada daun serai wangi melunak oleh karena itu minyak lebih mudah terekstraki
pada saat penyulingan.
Proses pencacahan siap disuling
Proses pencacahan daun serai wangi dilakukan setelah daun sudah melakukan proses
pelayuan, pencacahan dilakukan untuk mendapatkan ukuran daun yang lebih kecil. Proses
pencacahan dilakukan sebagai upaya untuk meluaskan area penguapan agar pada saat
penyulingan minyak lebh mudah terekstraksi. Proses pencacahan dilakukan oleh mesin
pencacah agar dapat mempercepat waktu produksi.
Proses penimbangan hasil panen
Proses penimbangan dilakukan setelah daun serai wangi dicacah. Proses penimbangan
dilakukan ketika daun serai wangi siap untuk dilakukan proses penyulingan. Daun yang
akan dimasukkan kedalam ketel penyulingan harus sesuai dengan kapasitas yang telah
ditentukan, agar perhitungan kapasitas tepat maka perlu dilakukan penimbangan berat
daun serai terlebih dahulu.
3. Stasiun kerja Penyulingan
Proses pemanasan ketel menggunakan bolier
38

Pada proses ini ketel yang akan diisi air dan daun serai wangi akan dipanaskan terebih
dahulu menggunakan boiler yang dapat memanaskan ketel dari hasil pembakaran bahan
bakar.
Proses penyulingan daun serai wangi
Pada proses ini daun serai wangi dimasukkan kedalam ketel yang sudah dipanaskan.
Selanjutnya uap dari hasil pemanasan melalui pipa akan masuk kedalam tabung kondensor
untuk melakukan proses pendinginan. Pada tabung kondensor minyak dan uap air akan
mengembun dan ditampung oleh separator.
Proses pemisahan antara minyak dan air
Proses ini kelanjutan dari proses sebelumnya, pada proses ini hasil pengembunan akan
dipisahkan di separator. Minyak dan air akan terpisah, minyak akan masuk ke tempat
penampungan dan merupakan output dari proses produksi ini. Sedangkan air akan
ditampung menjadi limbah air.
4. Proses Penampungan Minyak
Pada tempat penampungan merupakan tempat akhir penampungan minyak serai wangi
dari hasil penyulingan.
Penjelasan proses produksi diatas berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di
perkebunan serai wangi Gunung kidul, daerah tersebut yang nantinya akan dibangun sebuah
unit usaha penyulingan minyak serai wangi.

4.1.2 Identifikasi Permasalahan Produk

Pada tahapan ini yaitu melakukan identifikasi permasalahan produk melalui observasi dan
wawancara di CV. Tunas Jaya produsen mesin destilasi esential oil, ukm penyulingan daun
serai wangi milik bapak suyanto dan di penyulingan minyak kayu putih “sendang mole”. Selain
itu juga, melalui literatur dari penelitian sebelumnya mengenai mesin boiler. Berikut ini adalah
permasalahan yang terjadi pada mesin boiler:

Permasalahan boiler

1. Tidak ada pengaman panas pada badan boiler


2. Kebocoran dinding boiler
3. Pemanasan awal membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai suhu ideal
4. Berkuranganya suhu panas akibat perpindahan panas ke suhu lingkungan selama
perjalanan dari steam ke destilator melalui pipa outlet (heatloss)
5. Boiler sulit untuk dipindahkan
39

4.1.3 Identifikasi Kebutuhan Konsumen

Dalam melakukan identifikasi kebutuhan konsumen mengenai mesin yang dibutuhkan, maka
dari itu peneliti melakukan pengambilan data dengan cara wawancara dan juga menyebarkan
kuisioner kepada para expert. Wawancara dan Kuisioner ini digunakan dalam
pengidentifikasian tingkat kepentingan dari setiap karakteristik yang ditentukan selain itu
sebagai alat ukur kebutuhan dari mesin yang nantinya akan digunakan warga Desa Pacarejo,
Banyumanik, Gunung Kidul. Adapun atribut-atribut yang dijadikan acuan dalam kuesioner
merupakan hasil pengelompokan dari permasalahan-permasalahan yang muncul. Kuisioner
yang dibagikan responden diminta untuk melakukan pengisian kuisioner secara tertutup
dengan didampingi oleh peneliti. Adapaun hasil dari kuesioner tersebut sebagai berikut:

Tabel 4 1 Hasil Kuesioner


Kriteria Awet Efektivitas Mobilitas Aman Efisiensi
Awet 1 1/4 3/7 2/9 1/5
Efektivitas 4 1 2 2/3 1/5 2/7
Mobilitas 2 1/3 3/8 1 1/5 1/5
Aman 4 1/2 5 5 1 1 2/7
Efisiensi 5 3 1/2 5 7/9 1

Pada tabel 4.1 didapatkan 5 atribut boiler yang menjadi acuan dalam penyebaran kuesioner
tertutup perbandingan berpasangan. Ke-5 atribut tersebut akan dijadikan atribut penelitian pada
pembuatan boiler penyulingan serai wangi yang akan digunakan dalam membantu memperoleh
kandungan minyak atsiri dari tanaman serai wangi.

4.1.4 Desain Mesin Boiler yang Ada Di Industri Minyak Atsiri

Pada tahap ini yaitu melakukan survei ke industri penyulingan di Yogyakata, dan di industri
pembuatan mesin boiler. Hal ini akan berguna untuk mengetahui desain mesin yang ada di
lapangan sehingga akan dijadikan acuan sebagai perancangan penelitian ini. Berikut ini
merupakan mesin boiler di beberapa industri :
40

1. Industri Penyulingan Minyak Atsiri (Sendang Mole)

Gambar 4 1 Boiler di Sendang Mole


2. Industri Pembuatan Mesin Destilasi (CV Tunas Karya)

Gambar 4 2 Boiler di CV Tunas Karya


41

3. Industri Pembuatan Mesin Destilasi Surakarta

Gambar 4 3 Boiler di Industri Pembuatan Mesin Destilasi Surakarta

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Melakukan Uji AHP

4.2.1.1 Membangun Hierarki AHP Boiler

Boiler

Awet Efektivitas Mobilitas Aman Efisiensi

Gambar 4 4 Hierarki AHP Boiler


42

Untuk hierarki dari pembuatan boiler penyulingan serai wangi, kriteria serta tujuan dapat
digambarkan melalui hierarki tersebut. Dalam pembuatan boiler penyulingan serai wangi
kriteria yang digunakan adalah Awet, Efektifitas, Mobilitas, Aman, serta Efisiensi. Ke-5 atribut
diatas diambil dari pengelompokkan permasalahan-permasalahan yang ada.

4.2.1.2 Perbandingan Berpasangan

Berikut adalah perbandingan berpasangan dari data yang telah didapatkan dari kuesioner:

Tabel 4 2 Perbandingan Berpasangan

Kriteria Awet Efektivitas Mobilitas Aman Efisiensi

0,0594 0,0242 0,0296 0,0939 0,0719


Awet
0,2376 0,0988 0,1893 0,0833 0,1006
Efektivitas
0,1386 0,0371 0,0710 0,0823 0,0634
Mobilitas
0,2673 0,4941 0,3550 0,4165 0,4286
Aman
0,2970 0,3459 0,3550 0,3240 0,3355
Efisiensi

4.2.1.3 Perhitungan Priority Weight

Pada tahap ini dapat dilihat urutan kriteria terpenting yang terdapat pada mesin:

Tabel 4 3 Hasil Perhitungan Priority Weight

Kriteria eugen vector Persentase

Awet 0,0558 5,58 %


0,1419
Efektivitas 14,19 %
0,0785
Mobilitas 7,85 %
0,3923
Aman 39,23 %
0,3315
Efisiensi 33,15 %
43

Berdasarkan tabel diatas, dapat diurutkan kriteria yang paling penting dari boiler yang akan
dibuat.

4.2.1.4 Menghitung Consistency Ratio

Kemudian menghitung konsistensi rasio berdasarkan hasil data serta perhitungan yang telah
didapatkan, untuk memastikan bahwa hasil perhitungan yang telah dilakukan adalah valid dan
dapat digunakan. Hasil perhitungannya adalah:

Tabel 4 4 Hasil Consistency Ratio

CR
CONSISTANT
0,065275

Untuk menentukan apakah data yang diolah pada AHP merupakan hasil yang konsisten atau
tidak, dapat dilihat berdasarkan nilai CR (Consisten Ratio) yang didapatkan dari nilai CI
(Consisten Index) / IR (Indeks Ratio). Dari kuesioner yang telah dilakukan didapatkan nilai
0,065275 atau < 0.1 yang memiliki arti data yang dihasilkan adalah konsisten dan dapat
digunakan.

4.2.1.5 Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil perhitungan AHP yang sebelumnya dilakukan, dapat diambil keputusan
urutan tingkat kepentingan kriteria sebagai berikut:

1. Aman

2. Efisiensi

3. Efektivitas

4. Mobilitas

5. Awet

4.2.2 Aplikasi TRIZ

Penelitian ini mengidentifikasi permasalalahan yang terjadi di industri penyulingan daun serai
wangi mengenai efektifitas dan efisiensi boiler pada rangkaian mesin destilator. Kemudian
Menentukan alternative solusi yang tepat (inventive principles) dari 2 matrik kontradiksi TRIZ
yang memberikan beberapa inventive principle:
44

4.2.2.1 Perbaikan Rancangan Desain

Berdasarkan hasi pengolahan AHP yang didapat dari expert di bidang mesin destilator,
diperoleh urutan lima (5) atribut yang digunakan untuk melakukan pembuatan mesin destilator
yang efektif dan efisien. Berikut adalah tabel atribut rancangan desain :

Tabel 4 5 Atribut Perbaikan Desain

No Atribut
1 Aman
2 Efisiensi
3 Efektivitas
4 Mobilitas
5 Awet

4.2.2.2 Improving Feature dan Worsening Feature

Metode TRIZ menggunakan matriks kontradiksi Altshuller yang berbentuk tabel dengan
elemen sejumlah 39x39 yang dibagi menjadi dua unsur yaitu improving feature dan worsening
feature. Setelah mencari akar permasalah yang ada pada gambar, kemudian dicari improving
feature dari akar permasalahan setiap atribut tersebut. Lalu terdapat nilai worsening feature
yang akan terjadi, jika melakukan Improving Feature. Berikut adalah tabel improving feature
dan worsening Feature.

Tabel 4 6 Hasil Improving Feature dan Worsening Feature

Improving Worsening
No Fungsi Akar Masalah
Feature Feature
Tidak ada pengaman
Volume of
panas pada badan Shape (12) stationary
1 Aman
boiler object (8)

Pemanasan awal
membutuhkan waktu Difficulty of
2 Efisiensi yang lama untuk Shape (12) detecting and
mencapai suhu ideal measuring (37)
45

Improving Worsening
No Fungsi Akar Masalah
Feature Feature
Berkuranganya suhu
panas akibat
perpindahan panas ke Lenght of
3 suhu lingkungan
Efektivitas stationary object Strength (14)
selama perjalanan dari (4)
steam ke destilator
melalui pipa outlet

Boiler sulit untuk Volume of


4 Productivity
Mobilitas dipindahkan stationary object
(39)
(8)
Kebocoran dinding Difficulty of
5 Measurement
Awet boiler detecting and
accuracy (28)
measuring (37)

4.2.2.3 Matrix Kontradiksi TRIZ

Pada tahapan ini yaitu menentukan kontradiksi yang terjadi antara improving Feature dan
worsening feature dari fungsi yang diinginkan. Setelah dilakukan matrix kontradiksi, maka
mendapatkan titik temu antar elemen yang menghasilkan inventive principles. Inventive
principles akan menjadu acuan dalam melakukan perancangan desain usulan dari mesin
destilator. Berikut hasi Kontradiksi Improving Feature dan worsening feature ditunjukakan
pada tabel

Tabel 4 7 Hasil Matrix Kontradiksi TRIZ

Improving Worsening Inventive


No Fungsi Akar Masalah
Feature Feature principles

Tidak ada pengaman


Volume of
panas pada dinding Prinsip 7, 2,
Shape (12) stationary
1 Aman 35
boiler object (8)

Pemanasan awal
Difficulty of
2 membutuhkan waktu Prinsip 15,
Efisiensi Shape (12) detecting and
yang lama untuk 13, 39
measuring (37)
mencapai suhu ideal
46

Berkuranganya suhu
panas akibat
perpindahan panas ke Lenght of
3 Prinsip 15,
Efektivitas suhu lingkungan stationary object Strength (14)
14, 28, 26
selama perjalanan dari (4)
steam ke destilator
melalui pipa outlet
Volume of
4 Boiler sulit untuk Productivity Prinsip 35,
Mobilitas stationary object
dipindahkan (39) 37, 10, 2
(8)
Difficulty of
5 Kebocoran dinding Prinsip 27, 3,
Awet Strength (14) detecting and
boiler 15, 40
measuring (37)
47

4.2.2.4 Penerapan Inventive Principles tiap Fungsi

Tahap selanjutnya setelah mendapatkan alternative solusi dari inventive principles di kontradiksi worsening dan improving feature yaitu
melakukan pemilihan dan penerapan prinsip yang paling tepat dan optimal dari alternative yang telah di peroleh kedalam spesifikasi dan solusi
dari perancangan boiler. Berikut ini merupakan hasil penerapan inventive principles

a) Penerapan solusi Triz kedalam Rancangan Ketel Penyulingan

Tabel 4 8 Penerapan solusi TRIZ

Improving Worsening
Inventive Prinsip yang
Atribut Feature Feature Diskripsi Solusi dan pengaplikasian
Principles sesuai

a.Mengubah
parameter
sebuah objek Melakukan perubahan
atau sistem dengan menggunakan lapisan
Menambah Terjadi (misalnya untuk Prinsip 35 . glasswool alumunium foil
lapisan luar penambahan gas, cair atau Parameter pada dinding boiler sehingga
Prinsip 35 .
sebagai volume objek, padat). Changes mampu menghindarkan
Parameter
Aman pembatas sehingga space (Transformasi) operator dari panas yang
Changes
antara boiler yang b.Mengubah . Sub Prinsip dihasilkan boiler dan
(Transformasi)
dengan digunakan konsentrasi atau A: Mengubah pemberian lapisan ini juga
operator lebih besar konsistensi. objek dapat menjaga suhu di dalam
boiler secara konsisten dalam
c.Mengubah waktu yang lama
tingkat
fleksibilitas.
48

Improving Worsening
Inventive Prinsip yang
Atribut Feature Feature Diskripsi Solusi dan pengaplikasian
Principles sesuai

d.Mengubah
atmosfer untuk
pengaturan yang
lebih optimal.
a.Mendesain sifat-
sifat sebuah
objek, Prinsip 15 .
lingkungan Dynamics
sekitar atau (Pendinamisan/ Mendesain tungku bahan
Melakukan Menjadi sulit prosesnya untuk Adaptasi). bakar dengan sistem buka
perubahan untuk mencari kondisi Sub Prinsip A: tutup, untuk meminimalisir
bentuk boiler, mendeteksi Prinsip 15 . yang lebih Mendesain berkurangnya suhu panas
yaitu dengan jumlah bahan Dynamics optimal sifat-sifat akibat suhu udara luar, selain
Efisiensi
memberi bakar yang (Pendinamisan b.Membagi suatu sebuah objek, itu juga merubah material
penutup pada terdapat di /Adaptasi) objek atau sistem lingkungan firetube dengan material
tungku bahan tungku menjadi bagian- sekitar atau yang memiliki konduktivitas
bakar pembakaran bagian yang prosesnya termal tinggi, seperti
mampu untuk mencari aluminium dan stainless steel
melakukan kondisi yang
kerjasama lebih optimal
terhadap satu
sama lain.
49

Improving Worsening
Inventive Prinsip yang
Atribut Feature Feature Diskripsi Solusi dan pengaplikasian
Principles sesuai

c. Jika suatu objek


atau proses kaku
atau tidak
fleksibel maka
objek atau proses
tersebut dibuat
untuk bergerak
agar dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan
sekitar.

a. Mendesain sifat- Prinsip 15 .


sifat sebuah Dynamics
objek, (Pendinamisan
lingkungan / Adaptasi) .
Menyebabkan Melapisi pipa dengan lapisan
sekitar atau Sub Prinsip c:
Mengurangi tekanan glasswool alumunium foil
prosesnya untuk Jika suatu
panjang pipa terkumpul Prinsip 15 . untuk menjaga suhu panas
mencari kondisi objek atau
penyalur uap pada pipa yang Dynamics yang melewati pipa (steam
Efektivitas yang lebih proses kaku
panas dari pendek (Pendinamisan out tube) sehingga adaptasi
optimal. atau tidak
boiler ke sehingga dapat / Adaptasi) yang terjadi antara pipa
b. Membagi suatu fleksibel maka
destilator mengakibatkan dengan lingkungan tidak
objek atau objek atau
kebocoran mengurangi suhu panas.
sistem menjadi proses tersebut
bagian-bagian dibuat untuk
yang mampu bergerak agar
melakukan dapat
50

Improving Worsening
Inventive Prinsip yang
Atribut Feature Feature Diskripsi Solusi dan pengaplikasian
Principles sesuai

kerjasama beradaptasi
terhadap satu dengan
sama lain. lingkungan
sekitar.
c. Jika suatu objek
atau proses kaku
atau tidak
fleksibel maka
objek atau proses
tersebut dibuat
untuk bergerak
agar dapat
beradaptasi
dengan
lingkungan
sekitar.
Ukuran boiler a.Mengubah
mempengaruhi parameter Prinsip 35
output uap sebuah objek Parameter
Merampingkan atau sistem
panas yang Prinsip 35 Changes Menambahkan roda pada
volume boiler (misalnya untuk (Transformasi)
dihasilkan, Parameter bagian bawah boiler sehingga
Mobilitas sehingga gas, cair atau Sub prinsip C :
semakin kecil Changes boiler menjadi lebih fleksibel
mudah untuk padat).
boiler semakin (Transformasi) Mengubah dalam penempatannya.
dipindahkan
kecil pula b.Mengubah tingkat
output yang konsentrasi atau fleksibilitas.
dihasilkan konsistensi.
51

Improving Worsening
Inventive Prinsip yang
Atribut Feature Feature Diskripsi Solusi dan pengaplikasian
Principles sesuai

c.Mengubah
tingkat
fleksibilitas.
d.Mengubah
atmosfer untuk
pengaturan yang
lebih optimal.
Prinsip 40
Composite
Dibutuhkannya
Material
akurasi yang
(Komposisi
Meningkatkan tepat dalam Prinsip 40
Gabungan
kekuatan pengukuran, Composite Perubahan Mengganti bahan baku yang
Bahan Baku)
dinding boiler sehingga Material terhadap beberapa awalnya adalah galvanis
Awet Sub prinsip:
untuk meningkatkan (Komposisi bahan baku yang diganti menjadi bahan baku
Perubahan
mengantisipasi tingkat Gabungan digunakan. stainless steel.
terhadap
kebocoran kesulitan Bahan Baku)
beberapa
dalam
bahan baku
pengukuran
yang
digunakan.
52

4.2.3 Perancangan Desain Boiler


Pada perancangan desain boiler ini memiliki ukuran diameter 40 cm dan tinggi 120
cm. Bahan baku pembuatan terbuat dari stainless steel 304 food grade dengan tebal 0.2
mm, pada bagian bawah, terdapat rongga tungku bahan bakar, selain itu juga terdapat
roda fleksibel yang dapat dilepas dan dipasang.

Gambar 4 5 Desain Boiler

4.2.4 Fungsi Alat


4.2.4.1 Boiler
Boiler terdiri dari beberapa bagian, seperti firetube, water container, safety valve, steam
out tube, water feed valve, pressure gauge dan water level gauge. Boiler secara
keseluruhan terbuat dari bahan stainless steel. Untuk bagian water container memiliki
diameter 40 cm dengan tinggi 70 cm dengan kapasitas air 87,92 liter, ukuran tersebut
dapat mengirimkan uap panas dengan tekanan 2 atm untuk mesin destilasi berkapasitas
100 kilogram, dan terbuat dari bahan stainless steel pada bagian tengah water container
53

terdapat firetube dengan jumlah tube sebanyak 40 tube, masing-masing tube


berdiameter 5 cm dan tinggi 80 cm, terbuat dari bahan stainless steel, firetube dengan
jumlah 40 tube dan diameter 5 cm. Pada boiler ini terdapat 1 safety valve pada bagian
atas boiler yang berguna untuk membuang kelebihan tekanan uap pada boiler untuk
mencegah kerusakan boiler akibat kelebihan tekanan, untuk menyalurkan uap panas
yang dihasilkan boiler, digunakan steam out tube yang dipasang pada bagian atas boiler,
untuk mengetahui tingkat tekanan uap panas yang telah dihasilkan digunakan pressure
gauge, yang dipasang pada bagian atas boiler, pada bagian bawah terdapat pula water
feed valve, yang berfungsi sebagai jalur masuk air sebagai bahan baku pembuatan uap
panas, untuk mengukur tingkat air dan mengetahui kapan harus dilakukan penambahan
air, digunakan water level gauge, penambahan air dilakukan ketika water level berada
pada titik bawah water level gauge.

4.2.4.2 Tungku Bahan Bakar


Tungku bahan bakar berada tepat dibawah boiler. Terdapat beberapa part yang ada pada
tungku bahan bakar, yaitu dinding luar, pintu bahan bakar, dan tempat pemasangan
roda. Dinding luar tungku bahan bakar terbuat dari bahan galvanis dengan diameter 40
cm dan tinggi 50 cm, dengan panas yang dihasilkan dapat mencapai 100°C, pada bagian
tengah tungku bahan bakar terdapat pintu yang berfungsi sebagai jalur memasukkan
bahan bakar, pintu berfungsi untuk menahan suhu udara luar agar tidak masuk ke
tungku bahan bakar sehingga tidak terjadi pertukaran temperatur dari dalam ke luar
yang dapat mengakibatkan kehilangan panas, kemudian pada bagian bawah terdapat
tempat pemasangan roda, ini berfungsi ketika boiler akan dipindahkan maka dapat
dipasangkan roda pada tempat pemasangannya, untuk mempermudah proses
pemindahan, dan ketika boiler telah berada pada tempat yang diinginkan, roda dapat
dilepas kembali.
54

4.2.5 Perbandingan Boiler


Tabel 4 9 Perbandingan Boiler

Perbandingan Desain Awal Desain Usulan

Peredam Panas
Dinding Boiler
Tidak ada lapisan yang dapat Penggunaan lapisan glasswool
meredam panas dari dinding alumunium foil sebagai lapisan
peredam panas pada dinding boiler,
boiler, sehingga masih
serta menjaga panas dari dalam boiler.
berbahaya

Melakukan redesign tungku


Bagian tungku pembakaran
pembakaran dengan tambahan
Tungku tidak memiliki pintu/penutup
pintu/penutup pada salah satu
pembakaran sehingga udara luar yang
bagiannya, sebagai tempat masuk dan
bertemperatur rendah dapat
keluarnya bahan bakar, dengan adanya
masuk kedalam tungku
pintu ini udara bertemperatur rendah
pembakaran sehingga terjadi
dari luar tungku pembakaran tidak
hilangnya panas dari tungku
dapat masuk dan udara bertemperatur
pembakaran
panas dari dalam tungku tidak dapat
keluar.
55

Perbandingan Desain Awal Desain Usulan

Sistem
mobilisasi

Proses pemindahan boiler dari Penambahan kaki-kaki boiler sebagai


satu tempat ke tempat lainnya tempat untuk menempatkan roda dapat
sangat sulit, dan mempermudah proses pemindahan
membutuhkan tenaga yang boiler, dan mengurangi tenaga untuk
besar untuk proses proses pemindahannya.
pemindahannya, karena boiler
tidak didesain untuk mobilitas
tinggi

Peredam Panas
Steam Out Tube

Tidak ada lapisan yang dapat Penggunaan lapisan glasswool


menjaga terjaganya suhu alumunium foil untuk menjaga suhu
panas pada steam out tube panas yang mengalir pada steam out
tube, dan meredam panas dari luar.
56

Perbandingan Desain Awal Desain Usulan

Bahan Baku
Pembuatan
Boiler
Bahan baku dasar pembuatan Perubahan material dari galvanis
boiler yang digunakan adalah menjadi stainless steel
galvanis
57

BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Analisis Fungsi Desain
Identifikasi keinginan user di industri penyulingan daun serai wangi terhadap boiler dalam
rangkaian mesin destilasi sebagai pendukung proses bisnis produksi minyak serai wangi
dengan menggunakan kuisioner dan wawancara secara langsung. Identifikasi ini dilakukan
untuk mengetahui atribut-atribut apa saja yang diinginkan user terhadap boiler. Hasil dari
kuisoner dan wawancara dilakukan pengujian AHP dengan perbandingan berpasangan
sehingga didapatkan urutan tingkat kepentingan dari atribut yang diinginkan, dan
dituangkan dalam design boiler:

1. Aman
Penerapan atribut ini kedalam fungsi desain mendapat urutan pertama dengan
tingkat kepentingan 39.23 % yang menandakan bahwa tingkat kepentingannya
sangat tinggi bagi user. Dikarenakan tingkat keamaan dalam sebuah proses
produksi merupakan hal utama yang harus diterapkan, tingkat keamanan dalam
permesinan akan mempengaruhi kenyamanan operator dalam melakukan
pekerjaan yang menggunakan mesin tersebut, selain itu untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja akibat permesinan, pada penelitian ini user
menganggap masih terdapat potensi-potensi timbulnya kecelakaan pada design
boiler yang ada.
2. Efisiensi
Penerapan atribut ini kedalam fungsi desain mendapat urutan kedua dengan
tingkat kepentingan 33.15 % yang menandakan bahwa tingkat kepentingannya
tinggi bagi user. Dikarenakan efisiensi dari sebuah proses mempengaruhi
tingkat produktivitas sebuah perusahaan, pada penelitian ini user mengeluhkan
permasalahan efisiensi terkait proses pemanasan awal pada boiler yang ada.
3. Efektivitas
Penerapan atribut ini kedalam fungsi desain mendapat urutan ketiga dengan
tingkat kepentingan 14.19 % yang menandakan bahwa tingkat kepentingannya
cukup tinggi bagi user. Pada penelitian ini user masih mengeluhkan terdapat
permasalahan terkait efektivitas pada proses penyaluran uap panas dari boiler
menuju mesin destilasi.
58

4. Mobilitas
Penerapan atribut ini kedalam fungsi desain mendapat urutan keempat dengan
tingkat kepentingan 7.85 % yang menandakan bahwa tingkat kepentingannya
sedang bagi user. Pada penelitian ini user masih mengeluhkan terdapat
permasalahan terkait sulitnya proses pemindahan boiler dari satu tempat ke
tempat lainnya.
5. Awet
Penerapan atribut ini kedalam fungsi desain mendapat urutan keempat dengan
tingkat kepentingan 5.58 % yang menandakan bahwa tingkat kepentingannya
rendah bagi user. Pada penelitian ini user masih mengeluhkan terdapat
permasalahan terkait keawetan boiler, sehingga sering terjadi kebocoran-
kebocoran pada boiler yang ada.

5.2 Analisis Penerapan Inventive Principles TRIZ


Inventive principles diperoleh dari matrix kontradiksi antara improving feature dan
worsening feature suatu fungsi desain yang sudah diterjemahkan ke dalam TRIZ. Dari
pertemuan pada matrix TRIZ tersebut, diperoleh sebuah alternative solusi secara
konseptual dari trade off antara fitur yang ingin dikembangkan dan masalah yang
diakibatkan jika fitur itu dikembangkan (worsening feature). Berdasarkan inventive
principles tersebut dipilih konsep solusi yang sesuai dan dapat diterapkan pada rancangan
produk untuk dibuat aplikasinya kedalam spesifikasi atau atribut produk. Berikut
penerapan inventive principles dari setiap fungsi desain yang dipilih dalam perancangan
ini:

1. Analisis Atribut Aman


a) Pada atribut Aman mengenai tidak adanya pengaman pada dinding boiler,
inventive principles yang dihasilkan ialah improving feature Shape (12)
dengan worsening feature Volume of stationary object (8) adalah Prinsip 7,
2, 35. kemudian, solusi yang tepat dari TRIZ untuk mendapatkan boiler
yang aman adalah prinsip 35 . Parameter Changes (Transformasi) . yaitu
Sub Prinsip A: Mengubah objek
 Melakukan perubahan dengan menggunakan lapisan glasswool
alumunium foil pada dinding boiler sehingga mampu
menghindarkan operator dari panas yang dihasilkan boiler dan
59

pemberian lapisan ini juga dapat menjaga suhu di dalam boiler


secara konsisten dalam waktu yang lama
2. Analisis Atribut Efisiensi
a) Pada atribut efisiensi mengenai permasalahan pemanasan awal
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai suhu ideal, inventive
principles yang dihasilkan ialah improving feature Shape (12) dengan
worsening feature Difficulty of detecting and measuring (37) adalah Prinsip
15, 13, 39. kemudian, solusi yang tepat dari TRIZ untuk mendapatkan boiler
yang efisien adalah Prinsip 15. Dynamics (Pendinamisan/Adaptasi). Sub
Prinsip A: Mendesain sifat-sifat sebuah objek, lingkungan sekitar atau
prosesnya untuk mencari kondisi yang lebih optimal. Ide perbaikan yang
dilakukan ialah
 Mendesain tungku bahan bakar menjadi lebih tertutup, untuk
meminimalisir berkurangnya suhu panas akibat suhu udara luar,
selain itu juga merubah material firetube dengan material yang
memiliki konduktivitas termal tinggi, seperti aluminium dan
stainless steel.
3. Analisis Atribut Efektivitas
Pada atribut Efektivitas mengenai permasalahan berkuranganya suhu panas
akibat perpindahan panas ke suhu lingkungan selama perjalanan dari steam ke
destilator melalui pipa outlet, inventive principles yang dihasilkan ialah
improving feature Lenght of stationary object (4) dengan worsening feature
Strength (14) adalah Prinsip 15, 14, 28, 26. kemudian, solusi yang tepat dari
TRIZ untuk mendapatkan boiler yang efektif adalah prinsip 15. Dynamics
(Pendinamisan/Adaptasi). Sub prinsip C : Jika suatu objek atau proses kaku atau
tidak fleksibel maka objek atau proses tersebut dibuat untuk bergerak agar
dapat. Ide perbaikan yang dilakukan ialah
 Melapisi pipa dengan lapisan glasswool alumunium foil untuk
menjaga suhu panas yang melewati pipa (steam out tube) sehingga
adaptasi yang terjadi antara pipa dengan lingkungan tidak
mengurangi suhu panas.
60

4. Analisis Atribut Mobilitas


Pada atribut Mobilitas mengenai permasalahan boiler sulit untuk dipindahkan,
inventive principles yang dihasilkan ialah improving feature Volume of
stationary object (8) dengan worsening feature Productivity (39) adalah Prinsip
35, 37, 10, 2. kemudian, solusi yang tepat dari TRIZ untuk mendapatkan boiler
yang memiliki mobilitas tinggi adalah Prinsip 35. Parameter Changes
(Transformasi). Sub prinsip C : Mengubah tingkat fleksibilitas. Ide perbaikan
yang dilakukan ialah
 Menambahkan roda pada bagian bawah boiler sehingga boiler
menjadi lebih fleksibel dalam penempatannya.
5. Analisis Atribut Awet
Pada atribut Awet mengenai permasalahan kebocoran dinding boiler, inventive
principles yang dihasilkan ialah improving feature Measurement accuracy (28)
dengan worsening feature Difficulty of detecting and measuring (37) adalah
Prinsip 27, 3, 15, 40. kemudian, solusi yang tepat dari TRIZ untuk mendapatkan
boiler awet adalah Prinsip 40 Composite Material (Komposisi Gabungan Bahan
Baku). Sub prinsip: Perubahan terhadap beberapa bahan baku yang digunakan.
Ide perbaikan yang dilakukan ialah
 Mengganti bahan baku yang awalnya adalah galvanis diganti menjadi
bahan baku stainless steel.
61

5.3 Prinsip Kerja Desain

Gambar 5 1 Desain Boiler


Prinsip kerja boiler dan fungsinya sebagai rangkaian dari mesin destilator yaitu untuk sebagai
supplier uap panas untuk membantu proses destilasi. Setelah mengetahui desain perancangan
boiler, berikut merupakan sistem kerjanya.

1. Langkah pertama yaitu melakukan pengisian air kedalam boiler, melalui water feed
valve, hingga water level gauge berada pada titik atas, yang menandakan air sudah
berada pada ambang batas atas.
2. Kemudian masukkan bahan bakar pada tungku pembakaran, kemudian nyalakan api
pada tungku pembakaran, lalu tutup pintu tungku pembakaran, untuk menjaga panas
didalam tungku.
3. Selanjutnya perhatikan pressure gauge, jika terindikasi tekanan sudah melebihi 1 atm,
maka uap panas sudah bisa di alirkan melalui steam out tube, dengan membuka kran.
4. Selama proses berjalan, perhatikan water level gauge, dan pressure gauge, ketika water
level gauge berada pada ambang batas bawah, maka lakukan pengisian air kembali.
5. Uap panas dari boiler akan membantu proses destilasi yang terjadi di dalam mesin
destilator.
62

6. Untuk menjaga tekanan uap panas pada proses pengangkatan ampas proses destilasi,
tutup dahulu kran steam out tube, kemudian buka kembali ketika telah siap proses
destilasi selanjutnya.

5.4 Analisis Dampak Perancangan Boiler


Berdasarkan literature dan wawancara hasil perancangan Boiler jika
diaplikasikan memiliki dampak terhadap proses penyulingan yang dirancang yaitu:

a. Aman

1. Penggunaan glasswool alumunium foil pada dinding boiler dan steam out tube,
akan meredam aliran panas dari dalam boiler dan steam out tube, karena
material dinding boiler dan steam out tube memiliki sifat konduktor panas,
sehingga akan membahayakan operator, dengan pelapisan material glasswool
alumunium foil pada dinding boiler dan steam out tube, selain meredam aliran
panas dari dalam boiler dan steam out tube agar tidak bersentuhan langsung
dengan operator, juga dapat menahan panas di dalam boiler dan steam out tube
agar tidak teradaptasi dengan suhu rendah diluar ruangan, sehingga temperature
panas didalam boiler dan steam out tube tidak terjadi pengurangan akibat suhu
ruangan.
2. Penggunaan safety valve pada boiler, akan mencegah terjadinya kelebihan
tekanan pada boiler, kelebihan tekanan ini dapat berakibat fatal seperti
meledaknya boiler, maka dengan adanya safety valve dapat meminimalisir
potensi terjadinya kecelakaan kerja tersebut.

b. Efisien

1. Penerapan sistem buka tutup dengan menggunakan pintu pada tungku


pembakaran, akan memperkecil terjadinya kehilangan panas pada tungku
pembakaran, sehingga proses pemanasan awal tidak akan membutuhkan waktu
yang lama, dibandingkan dengan sistem sebelumnya yaitu tidak menggunakan
penutup pada tungku pembakaran.
2. Penggunaan material dengan tingkat konduktivitas thermal yang tinggi pada
part firetube pada boiler, akan mempercepat proses pemanasan awal dari bahan
baku air yang ada didalam boiler, sehingga proses terbentuknya uap panas
menjadi lebih singkat.
63

c. Efektif

Penggunaan glasswool alumunium foil sebagai lapisan pada steam out tube,
merupakan metode yang efektif untuk menahan temperatur panas dari uap yang
dialirkan melalui steam out tube, sehingga tidak terjadi adaptasi temperatur pada
uap panas yang melalui steam out tube.

d. Mobilitas

Penerapan design boiler dengan roda yang bisa dilepas dan pasang, akan
mempermudah proses pemindahan boiler, tanpa harus mengeluarkan tenaga
yang besar.

e. Awet

Penggantian material galvanis menjadi stainless steel sebagai material boiler


akan meminimalisir terjadinya kebocoran-kebocoran yang selama ini terjadi
pada boiler, sehingga boiler menjadi tahan lama dan awet.
64

BAB VI

KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan, analisis dan rumusan penelitian dapat diambil
beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Inventive principles dari hasil matriks kontradiksi TRIZ yang terpilih


sebagai berikut
a. Pada atribut aman, prinsip yang terpilih adalah prinsip 35. Parameter
Changes (Transformasi)
b. Pada atribut efisiensi, prinsip yang terpilih adalah prinsip 15. Dynamics
(Pendinamisan/Adaptasi)
c. Pada atribut efektivitas, prinsip yang terpilih adalah prinsip 15.
Dynamics (Pendinamisan / Adaptasi)
d. Pada atribut mobilitas prinsip yang terpilih adalah prinsip 35. Parameter
Changes (Transformasi)
e. Pada atribut awet prinsip yang terpilih adalah prinsip 40. Composite
Material (Komposisi Gabungan Bahan Baku)
2. Dampak perancangan desain boiler
a. Memperkecil potensi terjadinya kecelakaan kerja, akibat panas yang
dialirkan melalui badan boiler
b. Menjaga suhu didalam boiler, agar tetap stabil, sehingga proses
pembuatan uap panas menjadi lebih singkat
c. Menurunkan terjadinya heat loss sebesar 63,87%.
d. Meningkatkan mobilitas boiler
e. Mengurangi potensi kebocoran yang diakibatkan oleh korosi sebesar
62,34%.

6.2 Saran
Penelitian ini berpeluang untuk dilanjutkan dengan penyempurnaan dari aspek
ergonomis, penambahan teknologi otomasi yang mempermudah dalam
menjalankan boiler ini dan menggunakan sistem yang lebih canggih. Kemudian
perlu dilakukan pembuatan prototype yang menyerupai ukuran aslinya untuk
dilakukan uji coba.
65

DAFTAR PUSTAKA

A. Anwar, Nugraha, A. Nasution, and R. Amaranti, “Teknologi penyulingan minyak sereh


wangi skala kecil dan menengah di jawa barat,”Teknoin,vol.22, no.9, pp.664–672, 2016.
Agustira, R. (2017). Rancang Bangun Boiler Vertikal Fire Tube Berbahan Gas Elpiji Untuk
Proses Penyulingan Minyak Nilam.
Altshuller, G. (2007). The Innovation Algorithm (Translated and Edited by Lev Shulyak and
Steven Rodman) Second Edition. Worcester: Technical Innovation Center Inc.
Anwar, A. (2016). Teknologi Penyulingan Minyak Sereh Wangi Skala Kecil Dan Menengah
Di Jawa Barat.
Anwar Choirul, et al.(2018). Desain Slide Adjuster Kursi Truk Menggunakan Metode TRIZ.
Aquino, T., & Irawan, B. (2017). Pembuatan Boiler Berpamplet Pada Penyulingan Minyak
Serai Di Dusun Ngerimpak, Temanggung.
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Dermawan Wibisono, Ph.D,2006, Manajemen Kinerja, Erlangga
Domb, E., Miller, J., MacGran, E. & Slocum , M., 1998. The 39 features of altshuller's
contradiction matrix. The triz journal.
Effendy, D. A. (2013). Rancang Bangun Boiler Untuk Proses Pemanasan Sistem Uap Pada
Industri Tahu Dengan Menggunakan CATIA V5.
Eka, V. O., & Prastiyo. (2018). Rancang Bangun Mini Ketel Uap Kapasitas 30 Liter / 30 Menit.
Ermaya, D., Irmayanti, Nurman, S., Sari, S. P., & Bintamat. (2017). Pengaruh Pelayuan Dan
Lama Pelayuan Serai Wangi (Cymbopogon Nardus) Di Desa Makmur Jaya Kecamatan
Terangun-Gayo Lues Terhadap Mutu Minyak Serai Wangi. Seminar Nasional
Kemaritiman Aceh, 1-5.
Jamil, F. S., Qomaruddin, & Setiawan, H. (2016). Analisa Isolator Pipa Boiler untuk
Meminimalisir Heat Loss Saluran Permukaan Pipa Uap Pada Boiler Pabrik Krupuk
Yarkasih. isbn.
Jauhari, G., & Fitri, M. (2016). Perbaikan Sistem Pendingin (Condensor) Alat Penyulingan
Minyak Nilam Untuk Meningkatkan Rendemen.
Laksmi, A., & al, e. (2016). Redesign of Bioetanol Stove By Using The Approach Of Quality
Function Deployment (QFD) And Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ).
66

Luthfi, M, et al. (2018). Rancang Bangun Boiler dan Tangki Penguapan Minyak Atsiri Pada
Mesin Destilator Dengan Metode Uap Berbahan Baku Daun Serai (Cymbopogon
Nardus).
Muin A. Syamsir. 1998. “Pesawat-pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap)”.Edisi Pertama.
Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.
Munir, M. (2017). Usulan Perancangan Ulang Mesin Boiler Produksi Tahu Menggunakan
Pendekatan Value Engineering Sebagai Upaya Untuk Meminimalkan Waktu Produksi.
Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ramos, F. (2017). Perancangan Produk Tas Ransel Anak Menggunakan Metode Theory Of
Inventive Problem Solving (TRIZ).
Sahirman, S, et al. (2014). Modifikasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri Studi Kasus Di Desa
Purwasaba, Banjarnegara.
Siahaan, S. F., & Purba, J. (2015). Pengembangan Produk Gantungan Kunci dengan Metoda
TRIZ Untuk Meningkatkan Penjualan Produk.
Supranto, 2000, Metode Riset : Aplikasinya dalam Pemasaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Surakhmad. (1994). Metodologi Research Dasar, Metode dan Teknik. Bandung; Tarsito.
Tiafani, R. (2014). Rancangan Perbaikan Alat Bantu Jalan Anak (Baby Walker) Menggunakan
Metode Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ).
Turmizi, & Hamdani. (t.thn.). Permodelan Alat Distilasi Untuk Penyulingan Minyak Nilam.
Yohana, Eflita, dan Askhabulyamin, 2012, Perhitungan Efisiensi dan Konversi dari Bahan
Bakar Solar ke Gas pada Boiler EBARA HKL 1800 KA, Jurnal Teknik Mesin, 14:7-10.
Yunaidi. (2016). Perbandingan Laju Korosi Pada Baja Karbon Rendah dan Stainless Steel Seri
201, 304, dan 430 Dalam Media Nira. Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, 1-6.
Zhang, J., Tan, K.C., and Chai, K.H. (2003), "Systematic innovation in service design through
TRIZ", The TRIZ Journal, September Issue, pp. 1- 12
67

LAMPIRAN
68

KUESIONER

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Saya Ahmad Fauzi Mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Indonesia, ingin meminta bantuan kepada bapak/ibu untuk dapat mengisi kuesioner yang saya
ajukan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari 5 jenis karakteristik yang ad apada mesin.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kuesioner
ini saya selaku pemohon meminta maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Biodata Expert Judgement :


Nama :
Umur :
Profesi :
Alamat Perusahaan :
Petunjuk Pengisian : lingkari nilai (angka) dari perbandingan antar kriteria, adapun
keterangan mengenai angka sebagai berikut :

Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan


Intensitas Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada
yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting
daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada
elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan
69

1. Pembobotan 5 Jenis Karakteristik Mesin

Criteria Scale Criteria


Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kapasitas
Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mobility
Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Awet
Harga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketahanan
Kapasitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mobility
Kapasitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Awet
Kapasitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketahanan
Mobility 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Awet
Mobility 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketahanan
Awet 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketahanan
70

DOKUMENTASI
71
72

Hasil Perhitungan AHP

Anda mungkin juga menyukai