Anda di halaman 1dari 125

TUGAS AKHIR – TM 145502

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA DRYER


DARI COOLING TOWER MENUJU BAROMETRIC
CONDENSER

Farida Tania
NRP. 10211500000128

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT.
NIP. 19620216 199512 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
TUGAS AKHIR – TM 145502

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA DRYER


DARI COOLING TOWER MENUJU BAROMETRIC
CONDENSER

Farida Tania
NRP 10211500000128

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT.
NIP. 19620216 199512 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI


Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
FINAL PROJECT – TM 145502

REDESIGN OF DRYER PUMP INSTALATION FROM


COOLING TOWER IN BAROMETRIC CONDENSER AT
COSMETIC INDUSTRY

Farida Tania
NRP 10211500000128

Consellor Lecture
Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT.
NIP. 19620216 199512 1 001

MECHANICAL INDUSTRIAL ENGINEERING DEPARTMENT


Vocational Faculty
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, serta tak


lupa sholawat dan salam saya ucapkan kepada Rasullullah
Muhammad SAW, serta para sahabatnya. Berkat rahmat dan
karunia Allah SWT sehingga, penulis buku ini dapat
menyelesaikan seluruh pengerjaan tugas akhir dengan judul:
“PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA DRYER
DARI COOLING TOWER MRNUJU KONDENSOR
BAROMETRIK PADA INDUSTRI KOSMETIK”
Tersusunnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat di dalam Tugas Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT. Selaku Dosen


pembimbing dan selaku dosen wali selama saya kuliah
di jurusan Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS.
dan juga kepala Departemen Teknik Mesin Industri FV-
ITS yang telah dengan sabar dan telaten memberi
bimbingan serta ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir Suhariyanto MT. Selaku koordinator Tugas
Akhir Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS
3. Bapak-/Ibu dosen dan Karyawan Departemen Teknik
Mesin Industri FV-ITS yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyempurnaan dan pengembangan
Tugas Akhir ini., yang telah memberikan ilmunya dan
membantu selama duduk dibangku kuliah.
4. Alm.Bapak Jafar dan Ibu Syarifah sebagai orang tua
yang menjadi motivasi penulis dalam segala hal
termasuk yang memberikan semangat dan dorongan
secara moril dan materil serta doa dalam Penyelesaian
Tugas akhir ini.
5. Kepada Nabila, Hana,dan Nahda selaku saudara
kandung penulis yang selalu memberikan semangat
vi
dukungan secara moril dalan penyelesaian Tugas Akhir
ini.
6. Alfi Rahmawati dan Ambar Rukhmi, selaku partner
dalam pengerjaan tugas akhir ini.
7. Teman-teman kos gebang dan keputih yang
senantiasa memberi dukungan samngat serta masukan
bagi penulis dalam pengerjaan tugas akhir ini.
8. Anisa dan Tia yang sering membantu dan memberikan
semangat penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
9. Yulita dea yang juga memberikan semangat penulis
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
10. Kevin yang mengajarkan penulisdalan pengerjaan
gambar pada Tugas Akhir ini.
11. Teman-teman D3MITS khususnya angkatan 2015,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
12. Serta semua pihak yang belum tertulis yang telah
berperan dalam pengerjaan laporan ini.

Semoga segala keikhlasan dan beribu kebaikan yang telah


diberikan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Saya sebagai makhluk Allah SWT, manusia biasa, saya
menyadari bahwasannya penulisan ini masih terdapat beberapa
kesalahan, keterbatasan serta kekurangan. Oleh karena itu , saya
mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk penulis
dan kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga dengan penulisan
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Surabaya, Juli 2017

Penulis

vii
REDESIGN OF DRYER PUMP INSTALATION FROM
COOLING TOWER IN BAROMETRIC CONDENSER AT
COSMETIC INDUSTRY

Student's Name : Farida Tania


Student's Number : 10211500000128
Department : Dept. of Mechanical Industry FV-ITS
Academic Advisor : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT.

Abstract

Cosmetic industry is an industry that uses a lot of


alkaline fluids as raw material for production, for prevent an
air pollution, a dryer pump is needed which is need for
distributes cold water from the cooling tower to barometric
condenser for separate clean air and soap particles,with regrad
to increasing the cooling water capacity to the barometric
condenser, and thus surely need to redesign instalation and the
selection of pump for dryer pump instalation.
Head, capacity, power and efficiency calculation are
manually calculated by the author and numerically calculated
by Pipe Flow Experts software.
Based on capaciticy for redesign instalation dryer pump
𝑚3
300 , diameter for Suction pipe =12”, diamtre discharge pipe
𝑗𝑎𝑚
=8” NPSHa=5m and the effective head of instalation’s is
52,856 with the pump power 70,5Kw, consequently most
suitable pump selection for this design is single stage
centrifugal pump brand EBARA type FSA-LA (150× 125).
.

Keywords : Dryer pump, capacity, head, power.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, serta tak


lupa sholawat dan salam saya ucapkan kepada Rasullullah
Muhammad SAW, serta para sahabatnya. Berkat rahmat dan
karunia Allah SWT sehingga, penulis buku ini dapat
menyelesaikan seluruh pengerjaan tugas akhir dengan judul:
“PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA DRYER
DARI COOLING TOWER MRNUJU KONDENSOR
BAROMETRIK PADA INDUSTRI KOSMETIK”
Tersusunnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat di dalam Tugas Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT. Selaku Dosen


pembimbing dan selaku dosen wali selama saya kuliah
di jurusan Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS.
dan juga kepala Departemen Teknik Mesin Industri FV-
ITS yang telah dengan sabar dan telaten memberi
bimbingan serta ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir Suhariyanto MT. Selaku koordinator Tugas
Akhir Departemen Teknik Mesin Industri FV-ITS
3. Bapak-/Ibu dosen dan Karyawan Departemen Teknik
Mesin Industri FV-ITS yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penyempurnaan dan pengembangan
Tugas Akhir ini., yang telah memberikan ilmunya dan
membantu selama duduk dibangku kuliah.
4. Alm.Bapak Jafar dan Ibu Syarifah sebagai orang tua
yang menjadi motivasi penulis dalam segala hal
termasuk yang memberikan semangat dan dorongan
secara moril dan materil serta doa dalam Penyelesaian
Tugas akhir ini.
5. Kepada Nabila, Hana,dan Nahda selaku saudara
kandung penulis yang selalu memberikan semangat
vi
dukungan secara moril dalan penyelesaian Tugas Akhir
ini.
6. Alfi Rahmawati dan Ambar Rukhmi, selaku partner
dalam pengerjaan tugas akhir ini.
7. Teman-teman kos gebang dan keputih yang
senantiasa memberi dukungan samngat serta masukan
bagi penulis dalam pengerjaan tugas akhir ini.
8. Anisa dan Tia yang sering membantu dan memberikan
semangat penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
9. Yulita dea yang juga memberikan semangat penulis
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
10. Kevin yang mengajarkan penulisdalan pengerjaan
gambar pada Tugas Akhir ini.
11. Teman-teman D3MITS khususnya angkatan 2015,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
12. Serta semua pihak yang belum tertulis yang telah
berperan dalam pengerjaan laporan ini.

Semoga segala keikhlasan dan beribu kebaikan yang telah


diberikan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Saya sebagai makhluk Allah SWT, manusia biasa, saya
menyadari bahwasannya penulisan ini masih terdapat beberapa
kesalahan, keterbatasan serta kekurangan. Oleh karena itu , saya
mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk penulis
dan kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga dengan penulisan
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Surabaya, Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... i


HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iii
ABSTRAK INDONESIA ............................................................... iv
ABSTRAK INGGRIS .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xii
DAFTAR TABEL …..................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................. 3

BAB II DASAR TEORI .................................................................. 5


2.1 Tinjauan Umum Pompa ............................................................... 5
2.1.1 Dyer Pump........................................................................ . 5
2.2 Klasifikasi Pompa .................................................................... . 5
2.2.1 Pompa Positive Displacement .......................................... 8
2.2.2 Pompa Non Positive Displacement .................................. 8
2.3 Pompa Sentrifugal .................................................................... 9
2.4 Komponen Pompa Sentrifugal.................................................. 10
2.5 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal .............................................. 11
2.6 Jenis Pompa centrugal Ebara.....................................................12
2.7 Jenis Aliran Fluida .................................................................... 13
2.7.1 Aliran Viscous .................................................................. 14
2.7.2 Aliran Laminar dan Turbulen ........................................... 15
2.7.3 Aliran Internal .................................................................. 15
2.7.4 Aliran Incompressible ...................................................... 18

viii
2.8 Persamaan Kontinuitas ............................................................. 19
2.9 Hukum Pertama Termodinamika.............................................. 20
2.10 Persamaan Bernoulli ............................................................... 20
2.11 Tinggi – Tekan (Head) ........................................................... 21
2.12 Head Effektif Instalasi Pompa ................................................ 26
2.12.1 Head Statis ..................................................................... 27
2.12.2 Head Ketinggian............................................................. 28
2.12.3 Head Dinamis ................................................................. 29
2.13 Net Positive Suction Head (NPSH) ........................................ 35
2.13.1 Net Positive Suction Head Available (NPSHA).............. 35
2.13.2 Net Positive Suction Head Required (NPSHR) ............... 35
2.14 Kurva Karakteristik Pompa .................................................... 36
2.14.1 Karakteristik Utama ....................................................... 36
2.14.2 Karakteristik Kerja ......................................................... 37
2.14.3 Karakteristik Universal....................................................37
2.14.4 Titik Operasi Pompa ....................................................... 38
2.14 Pemilihan Pompa Berdasarkan Perhitungan Head
dan Kapasitas .......................................................................... 39
2.15 Daya Penggerak ...................................................................... 40
2.15.1 Daya Pompa / Daya Fluida (WHP) ................................ 40
2.15.2 Penentuan Putaran Spesifik dan Bentuk Impeller .......... 41
2.15.3 Daya Poros (Pshaft) ........................................................... 42
2.15.4 Nominal Penggerak Mula ............................................... 43
2.16 Sistem Perpipaan .................................................................... 42
2.16.1 Material Pipa .................................................................. 44
2.16.2 Kode dan Standar Pipa ................................................... 44
2.17 Software Pipe Flow Expert .................................................... 46
2. 18 Condesor Uap ........................................................................ 47

BAB III METODOLOGI............................................................. 53


3.1 Data-Data Hasil Survey ............................................................ 53
3.1.1 Data Pompa ...................................................................... 53
3.1.2 Data Pipa .......................................................................... 53
3.1.4 Data Eksisting pump Pipeline .......................................... 54

ix
3.1.5 Data Fluida.......................................................................55
3.2 Langkah Metode Penyusunan Tugas Akhir..............................55
3.2.1 Studi Litelatur ...................................................................55
3.2.2 Metode Wawancara...........................................................55
3.2.3 Studi kasus.........................................................................55
3.2.4 Metode Analisa Data.........................................................56
3.3 Parameter Perencanaan ................ ...........................................56
3.4 Parameter Perencanaan ............................................................ 56
3.4.1Perencanaan Gambar .......................................................... 57
3.4.2 Perhitungan ........................................................................ 57
3.4.2.1 Perhitungan Numerik..................................................57
3.7 Pemilihan Pompa ...................................................................... 65
3.8 Kesimpulan ............................................................................... 65
3.9 Urutan Pengerjaan menggunakan Flow Chart .......................... 66
3.9.1 Diagram Alir Perhitungan Manual ................................... 67
3.9.2 Diagram Alir Pemograman Perhitungan Numerik . ......... 67

BAB IV PERHITUNGAN ........................................................... 69


4.1 Pengertian Umum ..................................................................... 69
4.2Kebutuhan Fluida ...................................................................... 69
4.3Perencanaan sistem distribusi fluida.......................................... 69
4.3.1 Perhitungan Sistem Distribusi Sesuai Kondisi
di Lapangan ...................................................................... 69
4.3.2 Parameter perencanaan .................................................. 69
4.3.3 Penrhitungan Diameter Instalasi Perpipaan ................... 70
4.3.3.1 Perhitungan pada Pipa Suction .............................. 71
4.3.3.2. Perhitungan Diamter Aliran pada Pipa
Discharge ................................................................ 72
4.3.4 Perhitungan Head Effektif Instalasi .............................. 73
4.3.4.1 Perhitungn Head Statis .......................................... 74
4.3.4.2 Perhitungan Head Dinamis .................................... 75
4.3.4.2.1 Perhitungan Head Loss Instalasi ................. 75
4.3.4.2.1.1 Perhitungan Head Loss pada Pipa
Suction...................................................... 75
4.3.4.2.1.2 Perhitungan Head Loss pada Pipa

x
Discharge ................................................................. 79
4.3.4. Head Effektif Instalasi Pompa ......................................... 83
4.3.5 Faktor koreksi untuk zat cair kental ................................. 84
4.3.6 Putaran Spesifik Pompa (ns) ............................................. 85
4.3.7 Daya Penggerak ................................................................ 73
4.3.7 Daya Fluida / Water Horse Power (WHP) ....................... 87
4.3.8 Perhitungan Daya Poros ................................................... 87
4.3.9 Daya Nominal Penggerak Mula ....................................... 89
4.4 Pemilihan Pompa ...................................................................... 91
4.5 Checking Kondisi Perhitungan Menggunakan Software Pipe
Flow Expert …......................................................................... 92
4.5.1 Langkah-langkah permodelan dan simulasi dengan software94
4.5.2 Perhitungan Secara Permodelan Numerik…..........................96
4.5.3 Perbandingan Head Efektif Teoritis (Heff) dengan Head Efektif
Numerik (Heff PFE)………………..…………………………. 97

BAB V KESIMPULAN..................................................................98
5.1 Kesimpulan.................................................................................99
5.2 Saran..........................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi pompa positive displacement 6


Gambar 2.2 Klasifikasi pompa non positive displacement 7
Gambar 2.3 Komponen pompa sentrifugal 9
Gambar 2.4 Bagian aliran fluida di dalam pompa
sentrifugal ................................................................................ 11
Gambar 2.5 Pompa Centrifugal Ebara jenis FSA-LA.............. 13
Gambar 2.6 Klasifikasi jenis fluida 14
Gambar 2.7 Profil kecepatan aliran memasuki pipa 15
Gambar 2.8 Persamaan kontinuitas dengan volume atur 16
Gambar 2.9 Metode mengukur head 21
Gambar 2.10 Kontrol volume dan koordinat untuk analisis
aliran energy yang melewati elbow 900 22
Gambar 2.11 Head efektif instalasi 26
Gambar 2.12 Instalasi suction lift 28
Gambar 2.13 Instalasi suction head 29
Gambar 2.14 Moody Diagram 32
Gambar 2.15 Karakteristik utama 35
Gambar 2.16 Karakteristik kerja 36
Gambar 2.17 Karakteristik universal 37
Gambar 2.18 Titik operasi pompa 38
Gambar 2.19 Daerah kerja beberapa jenis konstruksi pompa.. 40
Gambar 2.20 Chart koreksi performansi zat caie kental 40
Gambar 2.21 Putaran spesifik dan bentuk impeller 42
Gambar 2.22 Efisiensi standar pompa 43
Gambar 2.23 Penampang pipa software pipe flow expert 47
Gambar 2.24 Barometric condensor &flow chart 49
Gambar 2.24 Co-current&counter current barometric............ 50
Gambar 3.1 Skema suction pipeline 54
Gambar 3.2 Pemilihan satuan (PFE) 58
Gambar 3.3 Menggambar Instalasi Pipa 58
Gambar 3.4 Mengubah diameter NPS 59
Gambar 3.5 Mengubah Fluida dan Temperatur pada PipeFlow
Expert 60
Gambar 3.6 Mengubah Fitting pada Pipe Flow Expert 61

xii
Gambar 3.7 Mengubah Kondisi Batas Reservoir pada Pipe Flow
Expert 62
Gambar 3.8 Menambahkan pompa pada Pipe Flow Expert
63
Gambar 3.9 Perhitungan pada Pipe Flow Expert 63
Gambar 3.10 Hasil Perhitungan pada Pipe Flow Expert 64
Gambar 3.11 Diagram Alir Perhitungan Manual 66
Gambar 3.12 Diagram Alir Perhitungan Numerik 67
Gambar 4.1 Skema suction Lift pompa 73
Gambar 4.2 Faktor koreksi zat cair kental 84
Gambar 4.3 Putaran spesifik impeller 86
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kapasitas dan efisiensi 88
Gambar 4.5 Skema suction lift pompa 91
Gambar 4.6 Grafik pemilihan pompa 92
Gambar 4.7 Pemilihan model pompa(sumber: Brosur Ebara) 93
Gambar 4.8 Instalasi pompa dryer menggunakan software
pipeflow expert ......................................................................... 95
Gambar 4.9 Instalasi Pompa setelah di calculate …………… 96
Gambar 4.10 Hasil setelah di-calculate ……………………… 96

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai koefisien (k) berbagai jenis fitting 33


Tabel 2.2 Putaran sinkron motor listrik 41
Tabel 2.3 Faktor cadangan 44
Tabel 2.4 Efisiensi transmisi 44
Tabel 3.1 Fitting dannilai K pada pipa kondisi eksisting 54
Tabel 4.1 Tabel recommended velocities of fluids in pipeline... 70
Tabel 4.2 Hasil Iterari................................................................ 77
Tabel 4.3 Total fittings/valves pipa suction 78
Tabel 4.4 Hasil Iterasi 81
Tabel 4.5 Total fittings/valves pipa suction 82
Tabel 4.6 Perhitungan Head Loss Total 83
Tabel 4.7 Putaran Sinkron Motor Listrik 79
Tabel 4.8 Faktor Cadangan 89
Tabel 4.9 Efisisensi Transmisi 89

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pompa sebagai salah satu mesin fluida yang digunakan
untuk memindahkan fluida (incompressible) dari suatu tempat ke
tempat lain dengan cara menaikkan tekanan fluida yang
dipindahkan. Pompa akan memberikan energi mekanis berupa
putaran poros pada fluida kerja yang digunakan untuk menaikkan
tekanan dan melawan tahanan-tahanan yang terdapat pada saluran-
saluran instalasi pompa. Dalam dunia industri, pompa memiliki
peranan yang sangat vital dalam berbagai bidang, Misalnya pada
Unit Produksi Industri kosmetik, terdapat banyak sekali jenis
pompa yang digunakan, salah satu pompa yang digunakan adalah
pompa dryer jenis Centrifugal Pump.
Dryer pump ini digunakan untuk mendistribusikan
kebutuhan fluida dari cooling tower menuju condensor barometric.
Pompa yang digunakan untuk mengalirkan fluida ini memiliki
spesifikasi yang hampr sama dengan pompa air. Namun
diperlukan pemilihan jenis pompa secara spesifik yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan suatu industri. Selain itu, dibutuhkan juga
instalasi perpipaan yang mendukung dalam pendistribusiannya,
agar memenuhi jumlah kebutuhan produksi pada Industri kosmetik
ini. Untuk mengatasi tahanan, ketinggian dan kerugian tekanan
disepanjang instalasi sistem perpipaan,
Mengingat perhitungan laju aliran dan kerugian-kerugian
tekanan yang terjadi di setiap pipa dalam instalasi perpipaan
sangat penting sekali, maka penulis tertarik untuk menganalisa
instalasi perpipaan Dryer pump pada Unit Produksi Industri
Kosmetik. Hasil yang didapat diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam perancangan sistem pendistribusian fluida
menuju condensor barometric dari tangki cooling tower untuk
pengembangan di Industri kosmetik.

1
1.2 Permasalahan
Pada instalasi dryer pump di Unit Produksi Industri
Kosmetik ini. digunakan dua buah pompa sentrifugal Single
Stage, namun hanya satu pompa saja yang dioperasikan dan
pompa satunya stand by.sehubungan dengan ditingkatkannya
kapasitas fluida pendingin dari cooling tower dari 150 menjadi
300 maka dibutuhkannya desain ulang pada instalasi dryer
pump. Oleh karena itu, Dalam laporan Tugas Akhir ini dibahas
mengenai Perencanaan Ulang Instalasi dryer pump pada
Industri Kosmetik. yang meliputi Kapasitas perencanaan, jenis
aliran fluida, luas penampang,head efektif instalasi (head static
dan head dynamic), daya dan efisiensi pada pompa,Hal ini
terkait dengan bagaimana pemilihan pompa yang digunakan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan tugas
akhir ini antara lain sebagai berikut :
1. Pembahasan hanya pada Perencanaan Ulang Instalasi
Dryer pump pada Unit Produksi Industri kosmetik
2. Fluida kerja dalam proses adalah campuran sabun dengan
suhu konstan 360C.
3. Kapasitas yang dihasilkan adalah 300 m3/jam.
4. Kondisi steady state, aliran incompressible.
5. Perpindahan panas selama proses pemompaan diabaikan.
6. Pembahsan membandingkan antara perhitungan manual
dan perhitungan numerik menggunakan software Pipe
Flow Expert

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
a. Pemilihan diameter pipa dan jenis pipa sesuai dengan
kecepatan aliran yang diijinkan.
b. Menghitung head efektif instalasi pompa.
c. Pemilihan pompa beserta daya yang dibutuhkan.

2
d. Analisis perhitungan menggunakan perhitungan manual
dan numeric dengan menggunakan software Pipe Flow
Expert.

1.5 Manfaat Penulisan


Dengan dilakukannya pemilihan pompa dryer ini
diharapkan :
a. Didapatkan jenis pompa yang sesuai dengan keperluan
operasi instalasi pompa dryer pada Unit Produksi
Kosmetik.
b. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca
tuhas akhir ini tentang pompa sentrifugal.
c. Menambah perbendaharaan tugas akhir mengenai
pemilihan pompa sentrifugal.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun Penyusunan laporan Tugas Akhir ini berdasarkan
sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan,
perumusan masalah yang dipilih, batasan permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.

BAB II DASAR TEORI


Bab ini memaparkan tentang persamaan-persamaan
yang mendasari perumusan masalah, Bab ini berisi
landasan teori terkait perencanaan yang dilakukan,
teori disesuai dengan pembahasan yang telah
disampaikan pada perkuliahan serta pengenalan
Software Pipe Flow Expert.

3
BAB III METODOLOGI
Bab ini menjelaskan data-data yang diperoleh dari
survey di lapangan dan diagram alir proses
penulisan tugas akhir secara umum, perhitungan
manual serta perhitungan numerik menggunakan
Software Pipe FlowExpert.

BAB IV PERHITUNGAN
Bab keempat menjelaskan tentang perhitungan dan
pembahasan mengenai perhitungan-perhitungan
sistem instalasi pompa, seperti head efektif instalasi,
daya, efisiensi, dan pemilihan pompa.

BAB V PENUTUP
Berisikan penarikan kesimpulan dan pemberian saran.
Kesimpulan memuat pernyataan singkat dan tepat
dari hasil perhitungan dan pembahasan. Saran
memuat masukan-masukan yang bermanfaat dan
sebagai tinjauan untuk perancangan atau perhitungan
berikutnya.
LAMPIRAN

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Umum


Pompa merupakan peralatan atau mesin yang
menambahkan energi kecairan dengan tujuan untuk menaikan
tekanan fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida atau
cairan dari dari suatu tempat ke tempat lainnya,pompa memberikan
energi mekanis berupa putaran poros pada fluida kerja yang
digunakan untuk menaikan tekanan dan melawan tahanan tahanan
yang terdapat pada saluran instalasi pompa.didalam dunia industri
pompa memegang peranan yang cukup penting,pompa banyak
digunakan untuk suatu sarana untuk tranfer bahan mentah,bahan
setengah jadi ada juga yang digunakan sebagai sarana sirkulasi
fluida atau injeksi bahan adiktif untuk keperluan-keperluan proses
produksi industri.
2.1.1 dryer Pump
Pompa dryer pada pabrik kosmetik digunakan untuk
mendistribusikan fluida kerja cooling water dari tank Cooling
Tower menuju ke Barometric Condensor. Untuk proses pemisahan
udara bersih dengan partikel-partikel sabun.

2.2 Klasifikasi Pompa


Secara garis besar berdasarkan cara pemindahan atau tranfer
fluidanya dan prinsip kerja dasarnya pompa dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitui:
1. Pompa Positif Displacement
2. Pompa Dynamic

5
Gambar 2. 1 Klasifikasi Pompa Positif Displacemetn
Sumber : Igor J. Karassik, Pump Handbook ,1976

6
Gambar 2. 2 Klasifikasi Pompa Dynamic
Sumber : Igor J. Karassik, Pump Handbook ,1976

7
2.2.1 Positive Displacement Pump
Positive displacement pump adalah salah satu jenis pompa
dimana pemindahan cairan saat proses kerjanya disertai dengan
perubahan volume ruang kerja pompa yang ditempati oleh cairan.
Akibatnya, ada gesekan antara elemen yang bergerak. Saat elemen
bergerak baik dengan berputar maupun dorongan, maka volume
ruang kerja pada pompa akan berubah menjadi semakin kecil dan
tekanan menjadi lebih besar, sehingga terjadi perpindahan zat cair
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Adapun ciri-ciri dari pompa positive displacement adalah
sebagai berikut :
1. Head yang dihasilkan relative lebih tinggi dengan debit atau
kapasitas yang relatif lebih kecil.
2. Mampu beroperasi pada suction yang kering, sehingga tidak
memerlukan proses priming pada awal operasi atau
menjalankan pompa.
Berdasarkan gerakan elemen yang bergerak, pompa positive
displacement dibagi menjadi dua, yaitu pompa reciprocating yang
memiliki gerakan maju-mundur dan pompa rotary yang memiliki
gerakan berputar. Berikut ini adalah klasifikasi atau jenis pompa
positive displacement dan masing-masing contoh pompanya.
2.2.2 non positif displacement pump
Pada pompa non positive displacement, perpindahan
zat cair disebabkan oleh gaya sentrifugal yang dihasilkan
oleh adanya gerakan dari sudu-sudu atau impeller. Pompa
ini mempunyai prinsip kerja yaitu mengkonversi energi
kinetik yang selanjutnya dirubah menjadi energi potensial.
Ciri-ciri pompa non positive displacement adalah sebagai
berikut :
1. Head yang dihasilkan relatif rendah dengan debit cairan
yang lebih tinggi.
2. Tidak mampu beroperasi pada suction yang kering. Oleh
sebab itu pipa suction harus berisi air penuh dengan air
sampai dengan impeller pompa. Yang termasuk dalam

8
jenis pompa non positive displacement adalah sebagai
berikut.
2.3 Pompa Sentrifugal
Pompa Sentrifugal adalah suatu pompa dengan piringan
bersudu yang berputar untuk menaikkan momentum fluidanya.
Prinsip kerjanya adalah dengan adanya putaran impeller, partikel-
partikel fluida yang berada dalam impeller digerakkan dari inlet
suction yang bertekanan vacuum ke discharge dengan tekanan
atmosfer (atm). Gerakan ini menyebabkan tekanan yang ada dalam
inlet terus menuju casing pompa selama fluida mengalir di dalam
impeller. Partikel dipercepat dengan menaikkan tenaga kinetisnya.
Energi kinetis ini dirubah menjadi energi potensial pada casing.
Berdasarkan arah alirannya, dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu :
a. Pompa aliran aksial (Axial Flow)
b. Pompa aliran radial (Radial Flow)
c. Pompa aliran gabungan (Mixed Flow)

2.4 Komponen Pompa Sentrifugal


Pompa sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeller
atau lebih dan dilengkapi dengan sudu-sudu yang dipasang pada
satu poros yang berputar. Impeller tersebut diselubungi atau
ditutupi dengan sebuah rumah (casing).

Gambar 2. 3 Komponen Pompa Sentrifugal


(Sumber : Sularso Tahara Haruo, Pompa dan Kompressor, 2004)

9
Pada umumnya, bagian pompa sentrifugal terdiri dari :
 Impeller : untuk mengubah energi mekanis dari pompa
menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan
secara kontinu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus
menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perbedaan
tekanan antara suction dengan discharge, dan juga karena
perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
 Casing, karena didalamnya tedapat rumah keong (Volute
Chamber) yang merupakan tempat memberikan arah aliran
dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan
menjadi energi dinamis (single stage).
 Stuffing Box, berfungsi untuk menerima kebocoran pada
daerah dimana poros pompa menembus casing.
 Packing, digunakan untuk mencegah dan mengurangi
bocoran cairan dari casing pompa melalui poros.
 Shaft, berfungsi untuk meneruskan momen punter dari
penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan
impeller dan bagian-bagian berputar lainnya.
 Shaft Sleeve, berfungsi untuk melindungi poros dari erosi,
korosi dan keausan pada stuffing box.
 Vane, sudu impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada
impeller.
 Eye of Impeller, merupakan bagian sisi masuk pada arah isap
impeller.
 Casing wearing ring, berfungsi untuk memperkecil
kebocoran cairan yang melewati bagian depan impeller
maupun bagian belakang impeller, dengan car memperkecil
celah antara casing dengan impeller.
 Discharge Nozzle, berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari
impeller. Di dalam nozzle ini sebagian head kecepatan aliran
diubah menjadi head tekanan.

10
2.5 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
Prinsip kerja pompa sentrifugal yaitu dengan adanya putaran
impeller, partikel-partikel Fluida yang ada di dalam impeller di
gerakkan dari inlet suction yang bertekanan vacum ke discharge
dengan tekanan atmosfer (atm). Gerakakan ini menyebabkan
tekanan yang ada dalam inlet terus menuju casing pompa selama
fluida mengalir di dalam impeller. Partikel dipercepat dengan
menaikan tenaga kinetisnya.Energi kinetis ini diubah menjadi
energi potensial pada casing.lihat gambar 2.5, discharge nozzle
dibentuk seperti suatu kerucut sehingga kecepatan aliran yang
tinggi dari impeller secara bertahap turun kerucut ini disebut
difuser difusser. Pada penurunan kecepatan di dalam difusser,
energi kecepatan pada aliran cairan diubah menjadi energi tekanan.

Berikut ini adalah gambar yang menunjukan aliran fluida


yang melewati impeller dari pompa sentrifugal :

Gambar 2.4 Bagian aliran fluida di dalam pompa sentrifugal


(Sumber : Sularso Tahara Haruo, Pompa dan Kompressor,2004)

Keuntungan Pompa Sentrifugal dibandingkan pompa


Reciprocating diantaranya adalah :

11
1. Karena tidak menggunakan mekanisme katup, pompa ini
dapat digunakan untuk memompa fluida yang mengandung
pasir atau Lumpur.
2. Aliran yang dihasilkan lebih kontinyu (continue) bila
dibandingkan dengan pompa reciprocating yang alirannya
tersendat-sendat (intermittent).
3. Harga pembelian murah dan mudah perawatannya.
4. Karena tidak terjadi gesekan antara impeller dan casingnya
sehingga keausannya lebih kecil.
5. Pengoperasiannya, pada putaran tinggi dapat dihubngkan
langsung dengan motor penggeraknya.
6. Karena ukurannya relatif kecil, maka bobotnya ringan dan
pondasinya kecil.

Kerugian Pompa Centrifugal dibandingkan Pompa


Reciprocating adalah sebagai berikut.
1. Untuk kapasitas kecil dan head yang besar, efisiensinya
lebih kecil.
2. Agar pompa dapat bekerja lebih efisien, maka pompa harus
bekerja pada titik kerjanya saja.
3. Untuk pompa dengan head yang tinggi dan kapasitas rendah
sulit dibuat, terkecuali dibuat dengan tingkat yang lebih
banyak (multistage pump)
4. memerlukan priming untuk menggerakkannya.
Jenis Pompa centrifuga Ebara

2.6 Jenis Pompa Ebara centrifugal


Pompa sentrifugal Ebara skala industri di bagi menjadi
beberapa jenis atau type sesuai dengan fungsi dan
aplikasinya, yaitu :
 Pompa Ebara Centrifugal End Suction Type FSA– Series
Jenis pompa ini banyak dipakai untuk aplikasi pompa
transfer Pompa booster atau distribusi, pompa chiller dan
pompa hydrant atau pemadam.

12
 Pompa Horizontal Split Casing Type CNA - Series :
Jenis pompa ini mempunyai spesifikasi yang jauh lebih
besar di bandingkan dengan pompa centrifugal end
suction, baik kapasitas atau debit airnya maupun total head
atau daya dorongnya. Pompa Horizontal Split casing akan
dipakai apabila spesifikasi dari pompa centrifugal end
suction sudah tidak bisa memenuhi lagi. pompa jenis ini
sering digunakan untuk pompa intake / utama untuk
memindahkan air dalam jumlah debit yang sangat besar.

 Pompa Ebara Closed Couple Type CDX - Series :


Jenis pompa ini relatif lebih kecil di bandingkan kedua
jenis pompa centrifugal end suction dan horizontal split
casing. Aplikasi Pompa Closed Couple banyak dipakai
untuk transfer dan pompa booster atau distribusi. Jenis
pompa ini disebut Closed Couple karena AS atau poros
pompa langsung terkopel dengan motornya dalam satu
sumbu, material body pompa closed couple memakai
stainless steel 314.

Gambar 2. 5 Pompa Censtrifugal Ebara jenis FSA


(Sumber : Brosur Ebara pompa FS)

13
2.7 Jenis Aliran Fluida
Karena sulitnya menganalisa partikel cairan secara
mikroskopis, maka dilakukan pendekatan secara makroskopis
dengan anggapan sudah cukup memadahi, ini berarti kita harus
mengansumsikan fluida yang “continum”, sebagai
konsekuensinya bahwa seluruh properties fluida merupakan suatu
fungsi dari kedudukan dan waktu.
Dengan adanya properties fluida ini, maka unjuk kerja
pompa juga akan berpengaruh. Karena ada variasi dari bentuk
aliran yang dihasilkan. Keberadaan bentuk aliran ini sangat
menentukan di dalam perencanaan instalasi pompa.

Gambar 2.6 Klasifikasi jenis fluida


(sumber: Fox and McDonalds, Introduction to Fluid Mechanics,8Th
ed. 2011.)

2.7.1 Aliran Viscous


Aliran viscous adalah jenis aliran fluida yang memiliki
kekentalan atau viscous (µ > 0). Viskositas fluida sangat
berpengaruh saat fluida mengalir di suatu plat datar ataupun pipa
yang dapat menghasilkan tegangan geser di dinding saluran
tersebut.

14
2.7.2 Aliran Laminar dan Turbulen
Aliran suatu fluida dibedakan menjadi dua tipe, yaitu aliran
laminar dan aliran turbulen. Aliran dikatakan laminar bila partikel-
partikel fluida yang bergerak secara teratur mengikuti lintasan yang
sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan yang sama. Aliran ini
terjadi bila kecepatan kecil dan kekentalan yang besar. Sedangkan
aliran disebut turbulen bila tiap partikel fluida bergerak mengikuti
lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata
saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan besar dan kekentalan fluida yang kecil.
Kekentalan (viskositas) berpengaruh besar sehingga dapat
meredam gangguan yang mengakibatkan aliran menjadi turbulen.
Dengan berkurangnya kekentalan dan bertambahnya kecepatan
aliran maka daya redam terhadap gangguan akan berkurang yang
sampai pada batas tertentu akan menyebabkan terjadinya
perubahan aliran dari Laminar menjadi Turbulen.
Koefisien gesekan untuk suatu pipa silindris merupakan
Bilangan Reynold (Re). Untuk menentukan tipe aliran apakah
laminar atau turbulen dapat digunakan rumus di bawah ini :

V .D
Re  (2.1)

Dimana :
Re = bilangan Reynold
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
 = viskositas kinematik zat cair (m2/s)

Bila : Re ≤ 2300, aliran bersifat laminar


2300 ≤ Re ≤ 4000, aliran bersifat transisi
Re ≥ 4000, aliran bersifat turbulen
Aliran transisi merupakan dimana aliran dapat bersifat
laminar atau turbulen tergantung dari kondisi pipa dan aliran.

15
2.7.3 Aliran Internal
Aliran internal adalah aliran dimana fluida yang mengalir
yang dibatasi oleh suatu batasan atau boundary berupa benda solid,
seperti aliran yang berada di dalam pipa.
Aliran external adalah aliran yang tidak dibatasi oleh suatu
permukaan zat lainnya atau aliran yang melintasi suatu permukaan
benda seperti plat. Batasan kontrol volume yang biasanya
digunakan adalah hingga fluida yang melewati suatu benda solid
(padat).

Gambar 2.7 Profil kecepatan aliran memasuki pipa


(Sumber : Fox and McDonald, Introduction to Fluid Mechanics,8Th ed.
2011)

Aliran yang masuk pada pipa adalah aliran uniform dengan


kecepatan U0 . Karena aliran merupakan aliran viscous, maka pada
dindingnya terjadi lapisan batas (boundary layer). Aliran viscous
yang ada di dalam boundary layer tersebut pengaruh viskositasnya
relatif besar, sehingga profil kecepatannya tidak uniform lagi
seperti pada gambar 2.5.
Perubahan profil kecepatan dalam aliran ini memiliki batas
tertentu. Apabila boundary layer tersebut bertemu pada satu titik,
maka profil kecepatannya akan tetap. Aliran yang telah
berkembang penuh ini dinamakan aliran fully developed. Jarak dari
saat mula-mula aliran masuk sampai menjadi fully developed
disebut dengan Extrance Length. Kecepatan aliran rata-rata yang
terjadi adalah :

16
V ini tentunya harus bernilai sama dengan U0. Jadi, nilai V = U0
= konstan. Panjang extrance length (L) untuk aliran laminar
merupakan fungsi bilangan reynold :
L  .V .D
 0,06
D 
Dimana :
Q
V  adalah kecepatan rata-rata.
A
 Karena laju aliran (flow rate)
Q = A.V  A.U 0 , dimana V  U 0

Untuk aliran laminar dalam pipa Re < 2300, maka extrance


length (L) didapat:
L  0,06 Re .D  (0,06)( 2300) D  138D
(Ref: Fox and McDonald, Introduction to Fluid Mechanics)

Sedangkan untuk aliran turbulen, karena boundary layer


muncul lebih cepat maka panjang extrance length akan menjadi
lebih pendek yaitu ± 25 sampai 40 kali diameter pipa.

2.7.4 Aliran Incompressible


Aliran Inkompressibel adalah aliran yang melewati sutau
benda padat dan apabila terjadi perubahan temperatur yang dapat
berpengaruh pada density/ massa jenis (P), hal ini dpaat diabaikan
karena perubahan density tidak berpengaruh secara signifikan
contoh adalah fluida cair ( 1   2 )
Untuk dapat membedakan jenis aliran compressible
atau incomprsessible tersebut, dapat dilakukan perhitungan
dengan menggunakan persamaan bilang Mach (M)


M=
c

17
Dimana :
M = bilangan Mach
v = Kecepatan rata-rata aliran
c = Kecepatan rambat bunyi lokal
Sehingga untuk mach number < 0.3 adalah aliran
Incompressible. Sedangkan untuk mach number > 0,3 adalah
aliran compressible.

2.8 Persamaan Kontinuitas


Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan yang
massanya tidak berubah, sehingga prinsip kekekalan massa dapat
ditulis secara sederhana, sebagai berikut :

dM 
 0
dt  system
Dimana laju perubahan massa terhadap waktu adalah 0.
Sehingga persamaan kontinyuitas atau konversi massa, dapat
ditulis sebagai berikut :

0  .d CS .V .dA
t CV
Dengan asumsi :
 Aliran fluida adalah inkompresibel
 Aliran fluida kerjanya adalah steady state

Sehingga persamaan di atas menjadi :


0  .d CS .V .dA
t CV
Menjadi,
0  .V.dA
CS

18
Dengan mengintegralkan persamaan di atas, maka di dapat
persamaan kontinuitas sebagai berikut :

  
0   1.V1. A1   2 .V2 . A2 
Atau
 
m1  m 2 (2.2)

Gambar 2.8 Persamaan kontinuitas dengan volume atur


(Sumber :Fox and McDonald, Introduction to Fluid Mechanics,8Th
ed. 2011)
2.9 Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika menyatakan tentang
kekekalan energi (conservation of energy). Persamaannya sebagai
berikut :

 
 dE 
(Q  W )    (2.3)
 dt  system

19
Sehingga didapat :

 

(Q W )   e..d CS e..V .dA
t CV (2.4)
Besarnya kerja pada volume atur dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu :

    
W  W s  W normal  W shear  W other

Maka hukum pertama termodinamika menjadi :



     
(Q  W s  W normal  W shear  W other )   e..d CS e..V .dA
t CV
(2.5)

Dimana:

W shaft = kerja persatuan waktu yang diakibatkan oleh
tegangan poros

W normal = kerja persatuan waktu yang ditimbulkan oleh
tegangan normal

W shear = kerja persatuan waktu yang diakibatkan oleh
tegangan geser

W other = kerja persatuan waktu yang diakibatkan oleh kelistrikan

2.10 Tinggi - Tekan (Head)


Head / tinggi tekan adalah ketinggian kolom fluida yang
harus dicapai fluida untuk memperoleh jumlah energi yang sama
dengan yang dikandung oleh satu satuan bobot fluida yang sama.
head ini ada dalam tiga bentuk, yaitu :
2.10.1 Head Potensial

20
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang
datar. Jadi suatu kolom fluida setinggi 1 meter mengandung
jumlah energi yang disebabkan oleh posisinya dan dikatakan
fluida tersebut memiliki head sebesar 2 meter kolom air (Z).
2.10.2 Head Kecepatan / Kinetik
Suatu ukuran energi kinetik yang dikandung satu
satuan bobot fluida yang disebabkan oleh kecepatan dan
V2
dinyatakan dengan persamaan .
2. g
2.10.3 Head Tekanan
Energi yang dikandung fluida akibat tekanannya
yang dinyatakan dengan persamaan P .

Energi mekanik total adalah energi fluida yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kerja. Ketinggian (Z) yang dimiliki
aliran diukur dari bidang datar yang sudah ditentukan. Berikut ini
adalah gambar yang memperjelas untuk tinggi tekan (Head) yang
dimiliki aliran :

Gambar 2.9 Metode Mengukur Head

21
2.11 Persamaan Bernoulli
Persamaan ini didapat dari penurunan persamaan Hukum
Termodinamika I (Persamaan 2.6)

Gambar 2.10 Kontrol Volume dan koordinat untuk analisis aliran


energi yang melewati elbow 900

Untuk mengkaji energi yang hilang atau kerugian tinggi


tekan yang terjadi pada aliran yang melalui pipa, digunakan
persamaan energi, yaitu :

     
(Q  W s  W normal  W shear  W other ) 
t  e. .d   (e  Pv)..V .dA
CV CS
(2.6)

Dimana :

V2
eu  g .z
2
Dengan asumsi :
 
1. W s  0 , W other  0

22

2. W shear  0 ( meskipun terdapat tegangan geser pada dinding-
dinding belokan, tetapi kecepatan pada dinding adalah nol )
3. Steady Flow (  = 0)
4. Incompressible
5. Energi dalam dan tekanan pada tiap penampang uniform.

Dengan asumsi di atas, maka persamaan 2.7 menjadi :

  P P   V2 2 
Q  m .(u 2  u1 )  m 2  1   m .g.( z 2  z1 )    2 . .V2 .dA2   1 . .V1 .dA1 
V
  A 2 2 
 2 A1 

Karena aliran bersifat viscous, terlihat pada gambar bahwa


kecepatan aliran pada penampang 1 dan 2 tidak uniform. Untuk
menyelesaikannya, digunakan kecepatan rata-rata ke dalam
persamaan energi. Untuk mengeliminasi tanda integral digunakan
koefisien energi kinetik (α).
Maka persamaan menjadi :

P 2
  2

 2   V2  g.z    P1   V1  g.z   (u  u )  Q
 W
Q 
    (2.7)
m .g  

m
2 2 1 1 2 1
2 2
  

Dimana :
Q
(u2  u1 )  = kerugian energi dalam karena energi
m
panas yang timbul disebabkan oleh gesekan fluida cair dengan
dinding saluran (Hloss).
1
Bila persamaan 2.8 dikalikan dengan maka persamaan
g
menjadi :

23
P 2
  2

 2   V2  z    P1   V1  z   Head (2.8)
 2
2.g
2
  1
2.g
1

   

Dengan asumsi aliran turbulent pada tiap penampang, maka :


𝛼=1
Sehingga persamaan menjadi,

 P2  P1   V2  V1 
2 2

Head       z  z 
(2.9)
    2.g  2 1

Untuk laluan yang aktual, tinggi - tekan tidak selalu bernilai


konstan. Hal ini dikarenakan oleh rugi-rugi turbulensi yang dapat
ditulis sebagai berikut :

P V 2  P V 2 
Head   1
 1
 z1    2  2  z 2    H LT (2.10)
  2.g   2.g 
   

Dimana :
P1  tekanan pada kondisi awal (suction)
P2  tekanan pada kondisi akhir (discharge)
V 1  kecepatan pada kondisi awal (suction)
V 2  kecepatan pada kondisi akhir (discharge)
H LT  jumlah Head loss total

Energi total yang diberi tanda H sama dengan ketinggian


tinggi tekan , atau :

24
 P V2 
   z  H
  2.g 
 

Karena energi tidak dapat muncul atau hilang begitu saja, H


adalah konstan (dengan mengabaikan rugi-rugi). Persamaan ini
disebut dengan persamaan Bernoulli.
Dimana :
 = density (kg/m3)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
A = Luas penampang (m2)
2.12 Head Effektif Instalasi Pompa
Merupakan besarnya head yang harus diatasi oleh pompa
dari seluruh komponen yang ada, diantaranya adalah karena
perbedaan tekanan, perbedaan kecepatan, perbedaan kerugian
(kerugian mekanis, volumetris, dinamis dan kerugian listrik).
Persamaan head instalasi sebagai berikut :
Heff   H st   H din
 P  P   V d 2 V s2  
H eff    2 1   ( H d  H s )        H LT  (2.12)
  
     2.g  

25
Gambar 2.11 Head efektif instalasi

2.12.2 Head Statis


Adalah perbedaan tinggi permukaan fluida pada bagian
hisap dengan bagian tekan. Head statis tidak dipengaruhi oleh
debit, hanya pada perbedaan tekanan dan ketinggian.
P P 
H  2 1   ( H d  H s ) (2.11)
  
st

Dimana :
H st = Head Statis total (m)
P1 = tekanan pada kondisi suction (Pa)
P2 = tekanan pada kondisi discharge (Pa)
 N 
 = berat jenis fluida  3 
m 
H d = jarak / ketinggian sisi discharge (m)
H s = jarak / ketinggian sisi suction (m)

26
 Head statis terdiri dari :
1. Head tekanan (Pressure Head)
Merupakan energi yang terdapat di dalam fluida akibat
perbedaan tekanan antara discharge reservoar dan suction
reservoar.

P2  P1
HP  (2.12)

Dimana :
Hp = Head statis total (m)
P1 = tekanan pada kondisi suction (Pa)
P2 = tekanan pada kondisi discharge (Pa)
 N 
 = berat jenis fluida  3 
m 

2.12.3 Head ketinggian (Elevation Head)


Merupakan perbedaan ketinggian dari permukaan fluida
pada sisi discharge reservoar dan suction reservoar dengan
acuan garis sumbu tengah pompa.

Hz  Hd  Hs (2.13)

Dimana :
H z = Head elevasi (m)
H d = jarak / ketinggian sisi discharge (m)
H s = jarak / ketinggian sisi suction (m)

27
Terdapat dua macam ketinggian head instalasi , yaitu:
a. Suction Lift
Suction lift adalah jarak vertikal dalam satuan feet atau meter
dari permukaan fluida yang harus dipompakan terhadap garis
sumbu tengah pompa. Suction Lift diperoleh mulai dari garis
tengah sumbu pompa sampai permukaan sumber suplai (suction
tank). Gambar 2.10 merupakan contoh instalasi suction Lift. Nilai
( H d  H s ) bernilai positif (+), karena permukaan zat cair pada sisi
hisap lebih rendah dari sumbu tengah pompa.

Gambar 2.12 Instalasi suction lift


(Sumber: Tyler G.Hicks, Pump app.engineering,1971)

b. Suction Head
Suction head adalah jarak vertikal dalam satuan feet atau
meter dari garis sumbu tengah pompa hingga ketinggian fluida
yang dipompakan. Suction head diperoleh mulai dari permukaan
sumber suplai (suction tank) yang berada di atas garis tengah
sumbu pompa. Gambar 2.10 merupakan contoh instalasi suction
head. Nilai ( H d  H s ) bernilai negatif (-) , karena permukaan zat
cair pada sisi hisap lebih tinggi dari sumbu tengah pompa.

28
Gambar 2.13 Instalasi Suction Head
(Sumber: Tyler G.Hicks, Pump app.engineering,1971 )

2.12.4 Head Dinamis


Head dinamis adalah head yang terdiri dari velocity head
dan head loss. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada persamaan
di bawah ini :
V d 2 V s2 
 din  2.g    H LT
H  (2.14 )
 

Dimana :
H din = Head dinamis (m)

H LT = kerugian tinggi tekan (m)


V d = kecepatan aliran discharge (m/s)
V s = kecepatan aliran suction (m/s)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

 Head dinamis terdiri dari :


1) Velocity Head

29
adalah head yang disebabkan karena adanya perbedaan
kecepatan yang keluar dari suction reservoar dan masuk ke dalam
discharge reservoar. Velocity head ini dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
V d V s
2 2
Hv  (2.15)
2. g

Dimana :
V d = kecepatan aliran discharge (m/s)
V s = kecepatan aliran suction (m/s)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

2) Total Kerugian Tinggi-Tekan (Head Loss Total)


Head Loss Total (total kerugian tinggi tekan) merupakan
jumlah suatu kerugian yang dialami aliran fluida selama
bersirkulasi dimana kerugian itu tergantung pada geometri
penampang saluran dan parameter-parameter fluida serta aliran itu
sendiri. Kerugian tinggi tekan (Head loss) dapat dibedakan atas,
kerugian dalam pipa (major losses) dan kerugian pada perubahan
geometri (minor losses). Untuk persamaan total kerugian tinggi
tekan adalah :

H LT  H l   H lm (2.16 )

1
 L V2   V2 
 LT  D  2g    K  2g 
H   f 
   

2.a) Head Loss Mayor


Kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh gesekan yang
terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan
yang dialami oleh aliran fluida ( kerugian kecil ).

30
Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu dari rumus berikut :
Persamaan Darcy – Weisbach
L V2
Hl  f  
D 2g
(2.17)

Dimana :
H l
= kerugian head karena gesekan (m)
f = faktor gesekan
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = gravitasi bumi (9,81 m/s2)

Untuk aliran laminar, faktor gesekan dapat diyatakan


dengan rumus :
64
f  (2.18)
Re

Untuk aliran turbulen, faktor gesekan dibedakan menjadi :


a. Untuk pipa halus, hubungan antara bilangan reynold dengan
faktor gesekan :
0,316
Blasius : f  (2.20)
Re 0, 25

untuk 3000 ≤ Re ≤ 100000

b. Untuk pipa kasar dan halus , hubungan antara bilangan


reynold dengan faktor gesekan :
Colebbrook-White:
1 e/ D 2,51 
 2.0 log    (2.19)
 3,7 Re . f 
f  

31
Untuk menggunakan persamaan ini dilakukan dengan
menggunakan iterasi yang membuat harga f dapat lebih akurat.
Adapun cara lain untuk mempermudah mencari harga friction
factor (f), dapat menggunakan moody diagram dengan fungsi
reynold number (Re) dan e/d terhadap friction factor ( f ).
Persamaan Colebrook-White berlaku untuk seluruh kisaran aliran
non laminar dalam diagram moody.

Gambar 2.14 Moody Diagram


(Sumber : Fox and McDonald, Introduction to Fluid Mechanics ,8 Ed
2011, Data from Moody [8])

2.b) Head Loss Minor


Selain kerugian head loss mayor, juga terdapat kerugian
yang disebabkan karena kelengkungan pipa seperti belokan, siku,

32
sambungan, katup dan sebagainya yang disebut dengan kerugian
kecil (Head Loss Minor). Besarnya kerugian minor, yaitu :
V2
 H lm K  2g
(2.20)

Dimana :
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = gravitasi bumi (9,81 m/s2)
K = koefisien kerugian (minor losses) pipa
Dimana harga K dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
Le
K  f. (2.21)
D
Dimana harga K dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
V2
 H lm K  2 g (2.22)

Tabel 2. 1 Nilai koefisien (k) berbagai jenis fitting


(Sumber: Pipe Flow expert)

33
2.13 Net Positive Suction Head (NPSH)
Net Positive Suction Head (NPSH) merupakan ukuran dari
head suction terendah yang memungkinkan bagi cairan untuk tidak
mengalami kavitasi. NPSH ini dipakai sebagai ukuran keamanan
pompa terhadap terjadinya kavitasi.
2.13.1 Net Positive Suction Head Available (NPSHA)
NPSHA merupakan NPSH yang tersedia pada instalasi
pompa yang besarnya dapat ditulis :

Pa Pv
NPSH A    hs   H l s
 
dimana :
NPSHA = yang tersedia pada instalasi (m kolom minyak)
Pa
= tekanan absolut diatas permukaan cairan pada suction

reservoar (m kolom minyak)
Pv
= tekanan uap cairan yang dipompa pada temperature

pemompaan (m kolom minyak)
hs = Head hisap statis (m kolom minyak)
∑ Hl s = Head loss pada pipa hisap (m kolom minyak)

2.13.2 Net Positive Suction Head Required (NPSHR)


NPSHR adalah NPSH yang diisyaratkan pompa yang
bersangkutan supaya bisa bekerja. NPSHR ini ditentukan oleh
pabrik pembuat pompa tersebut yang besarnya tergantung dari
banyak faktor, antara lain : desain impellernya, kecepatan putaran,
sifat fluida yang dipompa. Agar pompa dapat bekerja tanpa
mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai
berikut :
NPSHA > NPSHR

34
2.14 Kurva Karakteristik Pompa
Karakteristik pompa adalah kurva yang menghubungkan
suatu performa dengan performa yang lainnya saat beroperasi.
Performa pompa yaitu head (H), kapasitas(Q), daya pompa dan
efisiensi (η). Secara umum karakteristik pompa sentrifugal terbagi
menjadi 3, yaitu :
2.14.1 Karakteristik Utama
Merupakan kurva karakteristik yang menunjukkan
hubungan head dan kapasitas dengan perubahan putaran-putaran
pompa yang dapat menyebabkan perubahan kecepatan impeller. Di
bawah ini adalah grafik karakteristik utama :

Gambar 2.15 Karakteristik Utama


(sumber: Khetagurov Marine Auxiliary Machinery and System)

35
2.14.2 Karakteristik Kerja
Adalah kurva karakteristik yang diplot berdasarkan
kecepatan impeler (putaran pompa) yang konstan. Kurva ini
divariasikan harga kapasitasnya dengan membuka/menutup valve-
valve yang ada agar bisa mendapatkan titik kerja yang optimal
dengan kurva kapasitas (Q) fungsi head.

Gambar 2.16 Karakteristik Kerja


(sumber: Khetagurov, Marine Auxiliary Machinery and System)

2.14.3 Karakteristik Universal


Adalah kurva yang merupakan gabungan dari karakteristik
utama dan karakteristik kerja. Kurva ini digunakan untuk
menentukan parameter-parameter pompa untuk berbagai kondisi
operasi.

36
Gambar 2.17 Karakteristik Universal
(sumber: Khetagurov Marine Auxiliary Machinery and System)

2.14.4 Titik Operasi Pompa


Titik operasi pompa adalah titik dimana menunjukkan
kapasitas aliran pada head tertentu yang bekerja dengan performa
yang baik. Titik operasi pompa ini ditentukan oleh perpotongan
kurva sistem dengan kurva pompa yang ditunjukkan seperti pada
gambar 2.18.

37
Gambar 2.18 Titik operasi pompa
(Sumber : Sularso Tahara Haruo, Pompa dan Kompressor ,2004)

Titik operasional pompa harus sedapat mungkin dijaga agar


selalu berada pada area efisiensi pompa tertinggi. Terutama bila
pengoperasian pompa digunakan pada sistem yang memerlukan
variasi head dan besar aliran fluida yang akan menggeser kurva
sistem.

2.15 Pemilihan Pompa Berdasarkan Perhitungan Head dan


Kapasitas
Dalam beberapa hal, untuk kapasitas dan head effektif
pompa yang diperlukan, terdapat lebih dari satu jenis pompa yang
dapat dipilih. Untuk itu dapat dilihat diagram yang ada di bawah
ini :

38
Gambar 2.19 Daerah Kerja Beberapa Jenis Konstruksi Pompa
(Sumber : Ir.Dakso Sriyono dan Prof.Ing. Fritz Dietzel, 1993.)

Untuk menentukan pompa sentrifugal yang tepat yang


digunakan pada sebuah sistem, maka kurva karakteristik pompa
dan kurva karakteristik sistem digabungkan. Titik pertemuan
antara kedua kurva tersebut merupakan titik operasional. Titik
operasional paling optimal adalah jika titik pertemuan antara kedua
kurva tersebut berada pada area BEP ( Best Efficiency Point).

2.16 Koreksi Performansi untuk Zat Cair Kental


Jika pompa dipakai untuk memompa zat cair yang
mempunyai viskositas lebih tinggi dari pada air, maka performasi
pompa akan menurun. Jika spesifikasi pompa telah ditentukan atas
dasar zat cair yang akan dipompa, maka dalam pemilihan sebuah
pompa perlu dicari spesifikasiyang sesuai untuk mengoprasikan
pompa yang sama dengan air bersih.

39
Gambar 2.20 Chart Koreksi Performansi dari Zat Cair Kental
(Sumber : Igor J.Karrasik,Pump dandbook,1970)

Dimana kapasitas, Head total pompa, dan perbandingan reduksi


C,C,C dari efisiensi harus ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya
hubungan antara spesifikasi-spesifikasi dapat diperoleh dari
persamaan berikut:
Q0 = CQ.QW
H0 = CH.HW
𝜂0 = 𝐶𝜂.H𝜂

40
2.17 Daya Penggerak
2.17.1 Daya Pompa / Daya Fluida (WHP)
Daya fluida adalah energi yang diterima oleh fluida dari
pompa dengan menghasilkan perubahan energi tekanan dan
nantinya akan dapat dihitung menggunakan persamaan:

WHP    Qact  H

Dimana :
WHP = Daya Pompa (watt)
 = Berat spesifik fluida (N/m3)
Qact = Kapasitas Aktual Pompa (m3/s)
H = Head pompa (m)
2.17.2 Penentuan Putaran
Putaran pompa dapat diketahui dengan mengetahui
penggerak pompaa tersebut. Apabila penggeraknya memakai
motor listrik maka putaran harus dipilih dari putaran standart yang
ada. Putaran-putaran sinkron untuk sumber tenaga dengan
frekuensi 50 Hz ditunjukkan pada table berikut : (Sumber
:Sularso,HT. Pompa dan kompresor,2004 )

Tabel 2.2 Penenetuan Putaran


Jumlah Kutub Putaran Sinkron

3 3000
4 1500
6 1000
8 750
10 600
12 500

41
2.17.2 Penentuan Putaran Spesifik dan Bentuk Impeller
Dengan putaran pompa yang sudah diketahui dari
penggerak motornya, sehingga dapat ditentukan putaran harus
dipilih spesifiknya dengan menggunakan persamaan : (Ref.
Khetagurov, Marine Auxiliary Machinery and System)

𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑛√𝑄
𝑛𝑠 = 𝑛 × √ × 3
75 𝐻𝑒𝑓𝑓 ⁄4
Dengan mengetahui putaran spesifik ini, dapat diketahui
jenis pompa dan bentuk impeller seperti pada tabel di bawah ini :

Gambar 2.21 Putaran spesifik dan bentuk impeller


(sumber: Khetagurov Marine Auxiliary Machinery and System)

2.17.3 Daya Poros (Pshaft)


Daya poros adalah daya yang diperlukan untuk
menggerakkan sebuah pompa. Hal ini dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :

WHP
Pshaft 
p

42
Dimana :
Pshaft = Daya Poros (Watt)
WHP = Daya Pompa / Daya Air (Watt)
p = Efisiensi Pompa (desimal)

Harga-harga standar efisiensi pompa ( p ) diberikan dalam gambar


di bawah ini. Efisiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus
harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.

Gambar 2.22 Efisiensi Standar Pompa


(Sumber :Sularso,HT. Pompa dan kompresor,2004)

2.17.4 Daya Nominal Penggerak Mula


Daya nominal dari penggerak mula yang dipakai untuk
menggerakkan pompa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan : (Ref.Sularso,HT.Pompa dan Kompresor)

P 1   
Pm 
t

43
Dimana :
Pm : Daya Nominal Penggerak Mula (KW)
α : Faktor Cadangan (KW)
t : Efisiensi Transmisi
Faktor cadangan dan efisiensi transmisi dapat dicari dengan
melihat pada tabel di bawah ini : (Sumber :Sularso,HT. Pompa dan
kompresor,2004 )

Tabel 2.2 Faktor Cadangan


Jenis Penggerak Mula
Motor Induksi 0,1-0,2
Motor Bakar Kecil 0,15-0,25
Motor Bakar Besar 0,1-0,2

Tabel 2.3 Efisiensi Transmisi


Jenis Transmisi
Sabuk Rata 0,9-0,93
Sabuk – V 0,95
Roda Gigi Roda gigi lurus satu tingkat 0,92-0,95
Roda gigi miring satu tingkat 0,95-0,98
Roda gigi kerucut satu tingkat 0,92-0,96
Roda gigi planiter satu tingkat 0,95-0,98
Kopling Hidrolik 0,95-0,97

2.18 Sistem Perpipaan


Pipa merupakan saluran fluida yang menghubungkan suatu
tempat ke tempat yang lain. Pada setiap instalasi pemipaan, pipa
mempunyai fungsi dan sistem yang berlainan dan berkaitan
langsung dengan sifat-sifat fisik dari fluida yang mengalir seperti
tekanan, temperatur dan juga kecepatan aliran. Oleh karena itu,
material yang dipakai bermacam-macam sesuai dengan
karakteristiknya.

44
2.18.1 Material Pipa
Material pipa yang digunakan dalam suatu perencanaan
sangat menentukan panjang pendeknya umur pemakaian pipa
tersebut. Beberapa macam pipa yang dipakai adalah sebagai
berikut :

a. Stainless Steel Pipe


Jenis pipa stainless steel sangat luas penggunaannya. Hal ini
disebabkan material ini mempunyai sifat ketahanan terhadap
korosi yang tinggi. Sifat tahan korosinya diperoleh dari lapisan
oksida (terutama chrom) yang sangat stabil yang melekat pada
permukaan dan melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif.
Salah satu penggunaan stainless steel terdapat pada penggunaan
pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air bersih.

b. Cast Iron Pipe


Jenis pipa ini dipakai sebagai pipa air, pipa uap dan pipa gas
dengan tekanan dibawah 250 psi dan temperatur tidak melebihi
450o C. Sifat mekanis pipa ini kuat tetapi rapuh pada temperatur
rendah dan memiliki ketahanan terhadap korosi.

c. Carbon Steel Pipe


Jenis pipa ini dipakai sebagai pipa air dan mampu bertahan
sampai temperatur 850o C. Relatif lebih ringan, kuat dan dapat
disambung dengan pengelasan.

d. Alloy Steel Pipe


Jenis pipa ini dipakai dalam industri karena relatif lebih
ringan, kuat dan dapat dilas.Akan tetapi kurang tahan terhadap
korosi serta biasanya dapat dibuat tanpa sambungan.

e. HDPE (High Density Polyethylene)


Jenis pipa ini dalam dunia industri biasanya dipakai untuk
memompakan bahan kimia, karena pipa HDPE memiliki kekuatan

45
tensil dan gaya antar molekul yang tinggi. Pipa HDPE juga lebih
keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi (80°C).

2.18.2 Kode dan Standar Pipa


Kode dan standar merupakan suatu acuan teknis dalam
perencanaan yang diterbitkan oleh suatu instuisi / lembaga
internasional dan digunakan secara internasional pula.
Untuk sistem perpipaan, kode dan standar Internasional yang
digunakan antara lain adalah :
o ANSI (American National Standard Institution)
o API (American Petroleum Institution)
o ASME (American Society of Mechanical Engineering)
o ASTM (American Society for Testing and Material) JIS
(Japanesse Industrial Standard)
o MSS (Manufacturers Standardization Society)
o JIS (Japanese Industrial Standard)
Untuk kode dan standar yang nasional adalah:
o SNI (Standar Nasional Indonesia)

2.19 Software Pipe Flow Expert


Pipe Flow Expert merupakan program perangkat lunak
(software) yang digunakan untuk desain perpipaan dan pemodelan
sistem pipa. Software ini dapat digunakan untuk menghitung aliran
fluida dalam jaringan pipa terbuka maupun tertutup dengan suatu
kapasitas reservoar ganda, beberapa pompa yang dihubungkan
secara seri dan paralel serta beberapa ukuran dan fitting suatu pipa.
Pipe flow expert ini akan menghitung laju aliran di setiap pipa dan
akan menghitung penurunan tekanan pipa seluruh sistem. Pada
gambar 2.23 menunjukkan penampang salah satu instalasi pada
software pipe flow expert.

46
Gambar 2.23 Penampang pipa software pipe flow expert

2.20. Kondensor Uap


Kondensor uap adalah bejana tertutup (closed vessel) di
mana uap dikondensasi dengan mengekstraksi panas laten
kondensasi darinya. Ini adalah komponen paling penting dari
pabrik steampower modern.
2.21. Jenis Sistem Kondensor
Dari ekstraksi sudut pandang udara, kondensor dapat
digolongkan sebagai berikut :
-Kondensor udara basah: Kondensor dengan uap gabungan dan
ekstraksi udara.
-Kondensor udara kering: Kondensor dengan pengaturan terpisah
untuk ekstraksi udara.
Di Industri kosmetik umumnya menggunakan jenis kondensor
berikut
Pada prinsipnya terdapat 2 jenis kondensor uap yaitu :
1.Direct-contact condenser dan surface condenser.
2.Direct-contact Condenser

47
Seperti namanya, direct-contact condenser mengkondensasikan
steam dengan mencampurnya langsung dengan air pendingin.
Direct-contact atau open condenser digunakan pada beberapa
kasus khusus, seperti ketika digunakan dry cooling tower, Ada
beberapa tipe direct-contact condenser :

2.21.1 Barometric dan Jet Condenser


Merupakan kondensor kontak yang menggunakan panjang
pipa vertikal di mana kondensat dan aliran cairan pendingin
untuk mencapai pemindahan mereka dengan tekanan yang
diciptakan di ujung bawah pipa.(sumber: McGraw-Hill
Dictionary of Scientific & Technical Terms, 6E, Copyright © 2003 by The
McGraw-Hill Companies, Inc.)Kondensor barometrik digunakan
dalam berbagai indrusti sebagai sarana ekonomis untuk
menghilangkan udara, Exhaust air, dan uap lain .
Menurapakan jenis awaldari kondensor kontak
langsung,vakum diperoleh dari pompa udara yang menyedot
udara dari atas,bafflet digunakan yang meningkatkan rasio
permukaan terhadap volume,memiliki pipa panjang vertikal
(setidaknya 10.23m) membuatnya mudah diakses ,jalur pipa
ekor harus setidaknya 6 inci di bawah tingkat minimum air di
katup panas,head static mengompres campuran ke tekanan
atm dan dengan demikian uap mengembun dan campuran
menuruni pipa ekor menuju sumur panas (hot well),Semakin
besar H semakin mudah dari kondensat mengalir ke sumur
panas,Kondensor mengondensasi uap pada suhu dan tekanan
konstan dalam jet kondensor, secara kontak langsung
mencampur air pendingin dan uap untuk kondensasi
barometrik jet kondensor juga disebut tingkat tinggi
kondensor jet.

48
(a.) (b.)
Gambar 2.24 (a.)Barometric condenser (sumber: google) ,
(b.)flow chart pada barometric condensor
(sumber: Coker, A.K., Equilibrium flash calculations quickly
computed on PC, Oil & Gas Journal, Jan 14, 1991.)
2.21.2.1 Co-current
Dalam pengaturan ini, air keluar ke luar sumur panas
yang ditempatkan di permukaan tanah. Air pendingin
diumpankan ke ruang kondensor dengan menggunakan
pompa. Air pendingin masuk dari sisi dekat ke bagian atas
ruang kondensor. Exhaust air keluar dari sisi dekat ke
bagian bawah kondensor. Ini adalah jenis co-curent
barometric jet condenser
2.21.2.2 Kondensor kontak langsung
Kondensor ini sesuai dengan kondisi kondensasi Exhaust
air dengan menghubungkan kontak dengan air pendingin,Vakum
dibuat di ruang oleh ejektor udara. Air pendingin disemprotkan ke

49
dalam ruang yang bersentuhan dengan uap. Uap mengembun dan
jatuh ke bawah ruang kondensor dan dengan air injeksi, uap
terkondensasi dan air injeksi ditarik menggunakan pompa ekstraksi
sentrifugal., uap bergerak ke atas di dalam kondensor sedangkan
jet air jatuh dari atas. Kondensat dan air pendingin menuju ke pipa
ekor vertikal melalui gaya vertikal akibat gaya gravitasi.
Condenser jenis ini tidak membutuhkan pompa ekstraksi. Udara
atau uap tak terkondensasi dikeluarkan dari ruangan dengan
menggunakan pompa udara kering di bagian atas kondensor.

Gambar 2.25 Co-current barometric;Counter


current barometric

2.21.2.3 Aplikasi Barometer condenser


kondensor umumnya digunakan di mana kapasitas besar
diperlukan dan di mana kapasitas besar diperlukan dan di mana
fluktuasi yang luas dalam suhu air atau beban steam terjadi ,mereka
digunakan secara luas di pabrik makanan, di pabrik pulp dan kertas,
distilleries, refinery petrolium, dan dan berbagai perusahaan
manufaktur kimia dan garam. Barometric jet condenser disebut
juga dengan high level jet condenser ini jenis memiliki debit
vertikal panjang yang memberikan kondensat ke wel panas tanpa
perlu pompa ekstraksi kondensat Kondensor barometrik digunakan
dalam berbagai indrustri untuk menghilangkan udara, exhaust air,

50
dan uap lain dari peralatan vakum.Telah digunakan selama
beberapa dekade dalam industri makanan untuk memproses
minyak nabati, susu dan produk lainnya selama hampir satu abad
di bidang gula dan juga di industri kosmetik atau sabun.Kondensor
umumnya digunakan di mana kapasitas besar diperlukan dan di
mana fluktuasi luas dalam suhu air atau uap.
 Prinsip kerja condensor pada industri kosmetik (sabun) :
Fluida basa capuran air dan sabun dengan suhu 40
℃ didinginkan pada cooling tower menggunakan pompa dari
reservoar menuju cooling tower untuk proses pendingan lalu air
hasil pendingan tersebut dengan suhu 36 ℃ dipompakan dari
reservoar menuju barometric condenser untuk memisahkan uap
dan membentuk kondensat dengan tekanan reservoar discharge
sebesar 1,7 bar dan hasil air terkondensasi partikel sabun(
kondensat) jatuh dibawa air dengan gravitasi kebawah 1 atm
dibawa oleh condesor menuju well reservoar ,sedangkan udara
atau uap yang tidak terkondensasi terpisah keatas,lalu berulang
kemabil siklusnya .Pada industri kosmetik (sabun) barometric
condenser ini bertujuan setelah masakan sabun, guna
memisahkan udara yang masih terdapat banyak partikel sabun.

Gambar 2.26 Kondensor Barometrik di indutri


(Sumber:google-Actual-Barometric condenser-pictures)
51
Komponen-komponen pada barometric :

Gambar 2.27 Komponen-komponen barometric


condenser.
1. Air outlet 7. Condenser Reducer
2. Cold water inlet 8. Tail pipe
3. Strainer 9. Tile pipe difusser
4. Spray nozzles 10. Warm water Outlet
5. Jet nozzlees 11. Vapout inlet
6. Online staine

52
BAB III
METODOLOGI

Adapun data tugas akhir ini di laksanakan pada Industri


kosmetik,Untuk mendapatkan pengetahuan serta pemahaman yang
lebih jelas di lapangan tentang instalasi dryer pump, pompa yang
digunakan untuk mendistibusikan fluida dari tangki cooling tower
menuju ke tangki barometric condenser.

3.1 Data-Data Hasil Survey


Setelah dilakukan survey mengenai instalasi pompa dryer
industri kosmetik. Adapun data-data yang diperoleh ialah sebagai
berikut :

3.1.1 Data Pompa


𝑚3
Kapasitas : 300𝑗𝑎𝑚
P suction : 1 atm
P discharge : 1,7 bar
Pompa yang digunakan : Centrifugal Pump

3.1.2 Data Pipa


Bahan pipa : Galvanized Steel, Sch 40
Panjang pipa pada kondisi di lapangan:
 Panjang pipa suction : 23,475 m
 Panjang pipa discharge : 168,355 m

Adapun fitting pada instalasi Pompa kondisi lapangan


,ditunjukkan pada tabel 3.1

53
Tabel 3.1 Fitting pada pipa kondisi eksisting
Nama Fitting Jumlah
Trough Tee 1
Butterfly valve 3
Trough Tee 1
Elbow 45o 5
Elbow 90o 18
Pipe Entry Projecting 1
Pipe Exit to Container 1

3.1.3 Data Eksisting Dryer Pump Pipeline

Gambar 3.1 Skema Dryer Pump Pipeline

54
3.1.4 Data Fluida
 Fluida kerja` : H2O+Larutan Sabun
 Viscositas : 10 cps
 SG fluida : 1,0017
 Density : 995,29 Kg/m3
 Pv : 0,05947 bar
 Temperatur : 36ºC

3.2 Langkah Metode Penyusunan Tugas Akhir


Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini ada beberapa
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan untuk penulisan.
Metode-metode tersebut antara lain:
3.2.1 Metode kepustakaan / Studi Litelatur
Metode kepustakaan merupakan metode pengumpulan
data dengan cara mempelajari buku-buku pendukung maupun
referensi lain yang berhubungan dengan penulisan Tugas Akhir
ini.yang mana menjadi referensi yang dapat menunjang dasar
teori dan perancangan instalasi pompa.
3.2.2 Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data
melalui wawancara secara langsung mengenai hal-hal yang
berhubungan materi Tugas Akhir ini dengan pihak-pihak yang
mempunyai pengetahuan lebih luas tentang pompa.

3.2.3 Metode pengamatan lapangan (observasi) /Studikasus


Suatu metode pengumpulan data dengan
cara mengamati secara langsung proses perangakain perpipaan
pada pompa dan pembutan sistem kontrol. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi instalasi serta jenis
peralatan yang dipergunakan. Dengan didampingi pembimbing
lapangan, diharapkan ada komunikasi dua arah yang dapat

55
memberikan gambaran secara jelas data-data yang kita perlukan
untuk melakukan analisa perhitungan.

3.2.4 Metode analisa data


Setelah semua data yang diperoleh di lapangan
terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penyusunan.

3.3 Parameter Perencanaan


Setelah langkah-langkah di atas dilakukan maka dapat
diambil beberapa parameter yang dapat dijadikan pertimbangan
dasar dalam pelaksanaan perencanaan instalasi pompa dryer.
Beberapa parameter yang diambil adalah :

• Fluida kerja yang digunakan adalah Campuran sabun


• Kapasitas perencanaan berdasarkan kapasitas desain yaitu
𝑚3
300𝑗𝑎𝑚
• Tekanan perencanan berdasarkan tekanan desain.
• Putaran poros 1450 rpm.
• Pompa yang direncanakan adalah pompa sentrifugal yang
bekerja pada kondisi operasional yakni temperatur inlet
31oC dan tekanan inlet 101325 N/m2.

3.4 Pelaksanaan Perencanaan


Langkah-langkah proses perencanaan instalasi pompa dryer
adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Gambar.
2. Perhitungan.
3. Pemilihan pompa.
4. Kesimpulan.

56
3.4.1 Perencanaan Gambar
Setelah dilakukan pemilihan pompa dan penambahan
fitting, maka proses selanjutnya adalah membuat rancangan
gambar yang baru pada instalasi pompa Dryer. Untuk lebih
jelasnya, gambar perencanaan yang baru pada tugas akhir ini
dicantumkan pada lampiran.

3.4.2 Perhitungan
Dalam menyelesaikan pengerjaan laporan tugas
akhirini,dilakukan perhitungan-perhitungan diantaranya
perhitungan kapasitas (Q), kecepatan aliran (V) pada masing-
masing instalasi pipa, head instalasi pompa (Headloss mayor (Hl)
dan Headloss minor (Hlm), Net Positive Suction Head Available
(NPSHA), putaran spesifik pompa (ns) serta daya pompa yang
dibutuhkan dengan menggunakan data yang diperoleh dari
perusahaan. Perhitungan pada tugas akhir ini dilakukan secara
manual dan dengan software Pipe Flow Expert.
3.4.2.1 Perhitungan Numerik
Perhitungan numerik ini digunakan untuk
membandingkan anatara perhitungan analitis yang
dilakukan secara analitis dengan perhitungan menggunakan
software. Software yang digunakan dalam perhitungan
numerik ini adalah pipe flow expert. Langkah-langkah dalam
menggunakan software ini adalah sebagai berikut:
a) Membuka jendela Pipe Flow Expert
b) Memilih satuan yang akan digunakan dalam proses
perhitungan.

57
Gambar 3.2 Memilih Satuan

c) Membuat gambar instalasi perpipaan sesuai kondisi


lapangan.

Gambar 3.3 menggambar Instalasi Pipa

58
d) Pemilihan diameter NPS

Gambar 3.4 Mengubah Diameter NPS

59
e) Pemilihan fluida kerja dan temperatur kerja pada
perintah fluid

Gambar 3.5 Mengubah Fluida dan Temperatur pada PipeFlow


Expert

f) Penambahan fitting pada setiap instalasi pipa

60
Gambar 3.6 Mengubah Fitting pada Pipe Flow Expert

61
g) Pengaturan kondisi batas reservoir

Gambar 3.7 Mengubah Kondisi Batas Reservoir pada Pipe Flow


Expert

h) Penambahan pompa

62
Gambar 3.8 Menambahkan pompa pada Pipe Flow Expert

i) Perhitungan pipe flow

Gambar 3.9 Perhitungan pada Pipe Flow Expert

63
j) Hasil perhitungan

Gambar 3.10 Hasil Perhitungan pada Pipe Flow Expert

3.4.5 Pemilihan Pompa


Pemilihan pompa dilakukan setelah mendapatkan hasil
perhitungan kapasitas (Q), kecepatan aliran (V), head effektif
instalasi (Heff), daya pompa dan efisiensi (η).

3.4.6 Kesimpulan
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari perhitungan.
Catatan : data-data lain yang tidak diketahui dan berhubungan
dengan analisa perhitungan instalasi pompa dapat dicaripada tabel,
lampiran-lampiran, dan buku referensi yang mendukung.

64
3.5 Urutan Pengerjaan Menggunakan Flow Chart
3.5.1 Diagram Alir Perhitungan Analitis
Adapun langkah-langkah penulisan Tugas Akhir ini dapat
dilihat pada gambar berikut :

MULAI

Studi literatur dan survey


lapangan di

Pengambilan data dari studi


literatur dan survey
lapangan

Analisa Data

Perhitungan Analitis Perhitungan Numerik

Perhitungan Analitis meliputi : Dengan menggunakan


Software Pipe Flow
1. Kapasitas
Expert
2. Diameter Pipa
3. Head Efektif
4. WHP
5. Putaran Spesifik
6. NPSHa
7. Daya Poros
8. Daya Motor

A B
65
A B

Perbandingan
Perhitungan
Analitis dan Tidak
Numerik ≤ 2% Cocok

Cocok

Pemilihan pompa

Heff ≤ Head Pompa


Qperencanaan ≥ Qoperasional
NPSHA ≥ NPSHR
Tidak
Pperencanaan≥Ppompa
Cocok

Cocok

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.11 Diagram Alir Perhitungan Manual

66
3.9.2. Diagram Alir Perhitungan Numerik
Adapun langkah-langkah perhitungan numeric dengan
software pipe flow expert dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dapat
dilihat pada gambar berikut :

Mulai

PembuataninstalasiperpipaandanpompapadaSoft
ware Pipe Flow Expert v 6.39 dengan properties
antara lain:
1. Jenisfluida
2. Pipa
3. Pompa
4. Suction reservoir
5. Discharge reservoir
6. Fitting & accessory

Menginput nilai setiap propertis. antara lain:

1. Properties Fluida
2. Diameter Nominal Pipa
3. Kapasitaspompa
4. Temperaturfluida
5. Jenisdan Diameter fitting & accessory
6. Tekanan, level air, &ketinggiansuction
reservoir dan discharge reservoir

Calculate

Result

Selesai

Gambar 3.12 Diagram Alir Pemrograman Pipe Flow Expert

67
(Halaman ini sengaja dikongkan)

68
BAB IV
PERHITUNGAN

Pada bab berikut ini akan dijelaskan perhitungan dan


perencanaaan ulang dalam pembahasan mengenai sistem
perpipaan instalasi pompa centrifugal pada unit produksi di
industri kosmetik.

4.1 Pengertian Umum


Sistem perpipaan pada instalasi ini berfungsi untuk
memompakan fluida yang bertpemperatur 36℃ dengan SG 1,0017
dari recervoir cooling tower menuju ke barometric

4.2 Kebutuhan Fluida


Dengan memperhitungkan besarnya kebutuhan fluida di
pabrik kosmetik, perhitungan kapasitas pompa ini didasarkan pada
kapasitas pengoperasian satu pompa sentrifugal dan dengan satu
pompa lain ( stand by), harga kapasitas operasi pompa yang di
𝑚3
perhitungkan ialah sebesar 300 𝑗𝑎𝑚 ketika pompa bekerja.

4.3 Perencanaan Sistem Distribusi Fluida


4.3.1 Perhitungan sistem Distribusi sesuai kondisi di
Lapangan
Perhitungan ini dilakukan dengan cara melakukan
perhitungan Head Efefktif Instalasi Kondisi Eksisting dimana
dari perhitungan tersebut akan dilakuan pemilihan pompa
yang sesuai dengan instalasi tersebut.
4.3.2 Parameter Perencanaan
Beberapa data awal yang dipakai sebagai parameter
dalam perancangan adalah :
𝑚3 𝑚3 1𝑗𝑎𝑚 𝑚3
Kapasitas desain: 300𝑗𝑎𝑚 = 300 1𝑗𝑎𝑚
×
3600 𝑠
= 0,0833
𝑠

69
Fluida kerja : Campuran Sabun
SG fluida : 1,0017
Putaran motor : 1450 rpm
Temperatur inlet : 36oC
Tekanan inlet : 1 atm
Tekanan outlet : 1.7 bar
Viscosity : 10 cps
4.3.3 Perhitungan diameter Instalasi Perpipaan
Dalam perhitungan diameter pipa, perlu diperhatikan
akan kecepatan aliran di dalam pipa. Pengecekan meliputi
diameter pipa suction dan diameter pipa discharge. Untuk
kecepatan aliran yang diijinkan pada pompa sentrifugal
dengan fluida yang hampir seperti air ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 4. 1 Table recommended velocities of fluids in
pipelines

Dengan aplikasi menggunakan pompa centrifugal maka


dipilih range high velocitiy dengan centrifugal pump suction
𝑚 𝑚
1.5 𝑠 dan centrifugal pump discharge 3.5 𝑠 .

70
4.3.3.1 Perhitungan Diameter pipa suction
𝑚
V rec. Pipa suction : 1,5 𝑠
Q = V.A
𝜋𝐷 2
Q = V.
4
4.𝑄
𝐷s = √
𝜋.𝑣
𝑚3
4(0,0833)
𝐷s = √ 𝑚
𝑠
𝜋1.5
𝑠

𝐷s = 0,265m = 10,4”
10,4” ≈ 12”
Dengan menyesuaikan properties pipa yang ada di
pasaran dan sesuai Piping Pipeline Engineering, maka dipilih
pipa dengan diameter nominal (NPS) = 300 mm atau 12 inch
jenis galvanized iron dan dengan Dinside= 302,971mm
Setelah dilakukan pemilihan pipa, dengan
menggunakan diameter inside pipa (Din=302,971mm) maka
kecepatan aliran di dalam pipa suction dengan diameter yang
baru adalah :
𝐷𝑖𝑛 = 302,971mm = 0,303m
𝑄
V =
𝐴
4 (0,0833)
V =
𝜋𝐷2
𝑚3
4 (0,0833)
𝑠
V=
𝜋(0,303𝑚)2

𝑚
V = 1,155 𝑠
Dengan dilakukan perhitungan diatas maka didapat
kecepatan aliran di dalam pipa suction dengan diameter yang

71
𝑚
baru adalah 1,155 sehingga memenuhi range kecepatan yang
𝑠
𝑚 𝑚
diijinkan yaitu antara 0,8 sampai 1,5 .
𝑠 𝑠
4.3.3.2 Perhitungan Diameter Pipa discharge
𝑚
V rec. Pipa Discharge : 3,5
𝑠
Q = V. A
𝜋𝐷 2
Q = V.
4
4.𝑄
𝐷d = √
𝜋.𝑣
𝑚3
4(0.0833 )
𝐷d = √ 𝑚
𝑠
𝜋3.5
𝑠

𝐷d = 0,174m = 6,85”

6,85” ≈ 8
Dengan menyesuaikan properties pipa yang ada di
pasaran dan sesuai Piping Pipeline Engineering, maka dipilih
pipa dengan diameter nominal (NPS) = 200 mm atau 8 inch
jenis galvanized iron dan dengan Dinside= 202,463mm

Setelah dilakukan pemilihan pipa, dengan


menggunakan diameter inside pipa (Din=202,463mm) maka
kecepatan aliran di dalam pipa suction dengan diameter yang
baru adalah:
Din = 202,463m = 0,202463m
𝑄
V=
𝐴

(0,0833)
V=
𝜋𝐷𝑖𝑛 2

72
𝑚3
4 (0,0833)
𝑠
V=
𝜋(0,202𝑚)2
𝑚
V = 2,589 𝑠
Dengan dilakukan perhitungan diatas maka didapat
kecepatan aliran di dalam pipa discharge dengan diameter
yang baru NPS 200 mm atau 8 inch Galvanized iron dan
𝑚
Dinside= 202,463mm, adalah 2,589 , sehingga memenuhi
𝑠
𝑚
range kecepatan yang diijinkan yaitu antara 1,5 sampai
𝑠
𝑚
3,7 .
𝑠

4.3.4 Perhitungan Head Efektif Instalasi


Head effektif instalasi adalah Head yang harus diatasi
pompa dan seluruh komponen – komponen yang telah di dapat
dan diperhitungkan tersebut. Adapun Head efektif instalasi
meliputi Head statis dan head dinamis.

Gambar 4. 1 Skema Suction lift pompa

73
4.3.4.1 Perhitungan Head Statis
Untuk menghitung head statis menggunakan
persamaan :
P  P sr
H  dr
Hz
statis

Dimana :
Psr = Tekanan pada sisi Suction Reservoar (bar)
Pdr = Tekanan pada sisi Discharge reservoar (bar)
Hs =Ketinggian permukaan fluida pada sisi suction
Hd =Ketinggian permukaan fluida pada sisi discharge

diketahui data –data sebagai berikut :

 Hz = Hd + Hs
= (2160+3955+5490+1635+690+1370+4175)
+(4000) = 23475mm = 23,475 m

 g = 9,81 m/s2
 SG = 1,0017 (Data Sheet)
 𝜌𝑤 (36°𝐶) = 1170 kg/m3

 𝜌𝑓 = 𝑆𝐺 × 𝜌𝑤 (36°𝐶)
= 1,0017 x 993,6 kg/m3
= 995,29 kg/m3
Sehingga,

𝑷𝒅𝒓 −𝑷𝒔
Hst = + Hz
𝜸

(1,7×105 +1×105 )−1×105


Hst = + ( Z2 + Z1)
𝛾

𝑁
1,7×105 2
𝑚
Hst = 𝑁 + 23,475m
(995,29 × 9,81) 3
𝑚

74
Hst = 40,886m

4.3.4.2 Perhitungan Head Dinamis


Perhitungan head dinamis dapat dirumuskan
sebagai brikut:
2 2
V V sr
 dr   H LT
H dinamis
2g

Dimana:
Vdr = Kecepatan pada permukaan
discharge reservoar (m/s)
Vsr = Kecepatan pada permukaan
suction reservoar (m/s)
 H LT = Kerugian pada permukaan
sepanjang pipa lurus dan adanya aksesoris
(m)

4.3.4.2.1 Perhitungan Head Loss Total Instalasi


Head loss instalasi terdiri dari Headloss
Mayor dan Headloss Minor.total dari mayor dan
minor losses pada suction dan discharge.
𝚺𝑯𝑳𝑻 = 𝑯𝑳 + 𝑯𝑳𝒎
4.3.4.2.1.1 Head loss pada pipa suction
1. Head loss mayor pipa suction
Besarnya mayor losses pada suction dapat dicari
dengan menggukan persamaan:
𝐿 𝑉𝑠2
hL = 𝑓(𝐷 × 2𝑔
)
Dimana:
f = koefisien gesek
L = panjang pipa lurus (m)

75
D = diameter pipa (m)
Vs = kecepatan aliran fluida pada pipa pipa
suction (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Diketahui data sebagai berikut :


L Suction = 5 m
D inside = 0,303m
Vs = 1,155 m /s

Dimana Harga Koefisien gesek ditentukan dari


Reynold Number (RE) dengan mengetahui aliran
pada pipa tersebut Dengan :

Re > 2300 = laminar

4000 > Re > 2300 = transisi

Re > 4000 = turbulen

Berdasarkan data yang didapat dari data sheet


pompa harga viscositas absolute pada suhu 36oC =
10 Cps = 0,0011 kg/ms.

𝜇 = 10𝑐𝑝𝑠
𝑔𝑟
1 poise = 𝑐𝑚.𝑠𝑒𝑐
1𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒 𝑔𝑟 1𝑘𝑔.102 𝑐𝑚
𝜇 = 10cps× 102 𝑐𝑝𝑠 × ×
𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒.𝑐𝑚.𝑠𝑒𝑐 103 𝑔𝑟.𝑚
−2
𝜇 = 10 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠

Sehingga dapat diperoleh nilai Re nya adalah,

76
𝜌.𝑉.𝐷𝑖𝑛
Re =
𝜇

𝑘𝑔 𝑚
(995,29) 3 (1,155) (0,303)𝑚
𝑚 𝑠
Re = 10−2 𝑝𝑎.𝑠

Re = 34831,6665  aliran turbulent

Untuk aliran turbulent maka nilai 𝑓 didapat


dengan menggunakan korelasi Colebrook dengan
mengiterasi menggunakan Excel sebagai berikut,
Korelasi Colebrook (sumber :Robert W Fox,
Introduction to Fluid Mechanic) :
𝜀
1 2,51
0,5
= −2,0 log + ( 𝐷 + )
𝑓 3,7 Re𝑓 0.5

Material pipa dari Galvanized iron dengan


kekerasan permukaan 𝜀 = 0,15𝑚𝑚 = 1,5 × 10−2
−2
𝜀
Maka, 𝐷 = 1,50,303𝑚
× 10 𝑚
= 4,95x10-4

Tabel 4. 2 Hasil iterasi pada program Ms. Excel.

Dengan melakukan iterasi pada program Ms.


Excel, sehingga didapatkan hasil iterasi dengan

77
nilai sebesar f = 0,024, maka perhitungan head loss
mayor adalah :
𝐿 𝑉2
HL = 𝑓(𝐷 × 2
)
𝑚
5𝑚 (1,155 )2
𝑠
HL = 0,024(0,303𝑚 × 𝑚 )
2(9,81 2)
𝑠
HL= 0,02692m

2. Head loss minor pipa suction


HeadLoss Minor adalah kerugian gesek yang
ditimbulkan karena adanya aksesoris disepanjang
pipa instalasi. Untuk harga K pada masing-masing
aksesoris diperoleh dari tabel minor losses
coefficient pipe flow experts.
Head loss minor didapat dengan menggunakan
persamaan:
𝑉2
HLm = 𝐾 ( )
2𝑔
Dimana:
V= Kecepatan aliran pada pipa suction
K= minor loss coefficient
Untuk mempermudah mencari total K maka
dibuat tabel pengelompokan sebagai berikut
Tabel 4.3 Total fittings/valves pipa suction
Assesoris, Jumlah Nilai
(Kxn)
fittings/valves (n) (K)
Elbow 90° 1 0,39 0,39
Gate valve 1 0,10 0,10
Foot valve &Stariner 1 5,50 5,50
Flexible joint 1 1,50 1,50
Reducer 1 0,55 0,55
Total Ksuction = 8,04

78
Sehingga, dengan Ktotal sebesar 8,04

𝑉2
HLm = 𝐾( )
2𝑔
(1,155)2
HLm = 8,04𝑚 ( 𝑚 )
2(9,81 2)
𝑠
HLm = 0,5466m
Maka didapat head loss total pada suction ialah:
𝐻𝐿𝑇 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝐻𝐿 + 𝐻𝐿𝑚
𝐻𝐿𝑇 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,02692𝑚 + 0,5466𝑚
𝐻𝐿𝑇 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,5735m

4.3.4.2.1.2 Head loss pada pipa Discharge


1. Head loss mayor pada pipa Discharge:
Besarnya mayor losses pada discharge dapat
dicari dengan menggukan persamaan:
𝑳 𝑽𝒅𝟐
HL = 𝒇(𝑫 × )
𝟐𝒈
Dimana:
f = koefisien gesek
L = panjang pipa lurus (m)
D = diameter pipa (m)
V d = kecepatan aliran fluida pada pipa discharge
(m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
diketahui data sebagai berikut :
L discharge = 168,355 m
D inside = 0,2024m
Vd = 2,589m /s

79
Dimana Harga Koefisien gesek ditentukan dari
Reynold Number (RE) dengan mengetahui aliran pada
pipa tersebut Dengan :

Re > 2300 = laminar

4000 > Re > 2300 = transisi

Re > 4000 = turbulen

Berdasarkan data yang didapat dari data sheet pompa


harga viscositas absolute pada suhu 36oC =10 Cps =
10−2 𝑘𝑔/𝑚. 𝑠 = 10−2 pa. s

Sehingga,dapat diperoleh nilai Re nya adalah,

𝝆.𝑽.𝑫𝒐𝒖𝒕
Re =
𝝁
𝒌𝒈 𝒎
(𝟗𝟗𝟓,𝟐𝟗) (𝟐,𝟓𝟖𝟗 ) 𝒔 (𝟎,𝟐𝟎𝟐𝟒)𝒎
𝒎𝟑
Re =
𝟏𝟎−𝟐 𝒑𝒂.𝒔
Re = 52154,18  aliran turbulent

Untuk aliran turbulent maka nilai 𝑓 didapat


dengan menggunakan korelasi Colebrook dengan
mengiterasi menggunakan Excel sebagai berikut,
Korelasi Colebrook (sumber :Robert W Fox,
Introduction to Fluid Mechanic) :
𝑒
1 𝐷 2,51
= −2,0 log + ( + )
𝑓 0,5 3,7 Re𝑓 0.5

80
Material pipa dari Galvanized iron dengan
kekerasan permukaan 𝜀 = 0,15𝑚𝑚 = 1,5 × 10−2
Maka,
𝜀 1,5×10−2 𝑚
= = 7,425 x10-4
𝐷 0,202𝑚

Tabel 4. 4 Iterasi pada program Ms. Excel

Dengan melakukan iterasi pada program Ms.


Excel, maka didapatkan hasil iterasi dengan nilai
sebesar f = 0,02315 Sehingga, untuk menghitung
head loss mayor adalah :
𝐿 𝑉2
HL = 𝑓(𝐷 × )
2
𝑚
168,355𝑚 (2,589 )2
𝑠
HL = 0,02315( 0,2024𝑚 × 𝑚 )
2(9,81 2 )
𝑠
HL= 6,578
2. Head loss minor pada pipa Discharge:
Head loss minor didapat dengan menggunakan
persamaan:
𝑉2
HLm = 𝐾 (2𝑔)
Dimana:
V= Kecepatan aliran pada pipa suction
K= minor loss coefficient

81
Untuk mempermudah mencari total K pada
suction maka dibuat tabel pengelompokan
sebagai berikut

Tabel 4. 5 Total K fittings/valves Pipa Discharge


Assesoris, Jumlah
fittings/valves (n) Nilai K (Kxn)
Elbow 45° 5 0,22 1,1
Elbow 90° 17 0,42 7,14
Check valve 1 1,55 1,55
Butterfly valve 2 0,63 1,26
Flexible joint 1 1,5 1,5
Reducer 1 0,56 0,56
Total Kdischarge = 13,11
Sehingga,dengan Ktotal pada discharge
sebesar 13,11 didapat,
𝑉𝑑2
HLm = 𝐾( )
2𝑔
𝑚 2
(2,589 )
𝑠
HLm = 13,11 ( 𝑚 )
2(9,81 2 )
𝑠
HLm = 4,478m

Maka didapat Head loss total pada discharge


adalah:

𝐻𝐿𝑇 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = 𝐻𝐿 + 𝐻𝐿𝑚


𝐻𝐿𝑇 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = 6,578m + 4,478m
𝐻𝐿𝑇 𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = 11,056m

82
Setelah melakukan langkah perhitungan
Head Dynamis dengan menghitung Head loss
pada suction dan head loss pada discharge seperti
perhitungan diatas, maka hasil perhitungan Head
loss setiap akan ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 4.6 Perhitungan Head Loss total


Section HLT(m)

Suction 0,5735

Discharge 11,056

H LT
= H LTs + H LTd

H LT
= 0,5735+ 11,056

H LT
= 11,6295
Dengan diketahui data hasil perhitungan berupa
Head loss total maka head dinamis:
Vdr  V
2 2

H dynamis = sr
  H loss
2g
𝑚
(2,589 )2 −(0)2
𝑠
Hdyn = 𝑚 + 11,629m
2(9,81) 2
𝑠
Hdyn = 0,3416 m + 11,629m
= 11,970 m

Maka head effektif instalasi adalah :

H Eff = H statis + H dinamis


H Eff = 40,886m + 11,970m
H Eff = 52,856 m

83
4.3.5 Faktor koreksi untuk zat cair kental
Viskositas untuk zat cair dengan SG=1,0017 ialah
sebagai berikut,
𝑁𝑠
𝜇 0,01 2 𝑚2
𝜈=𝜌= 𝑚
𝑘𝑔 = 9,98 × 10−6 𝑠
1001,7 3
𝑚
𝑚2 𝑚2
Karena 10-6 𝑠
= 1Cs , Maka, 9,98 × 10−6 𝑠
= 9,98𝐶𝑠
Dengan kapasitas pompa ,Head yang telah didapatkan dan
viskositas zat cair maka faktor koreksi dapat dicari dengan
menghubungkan kertigannya pada diagram berikut:
𝑚3
(Qf=5𝑚𝑖𝑛 ; 𝐻𝑒𝑓𝑓 = 52,856m ; ν = 9,98Cs)

Gambar 4. 2 Faktor koreksi zat cair kental


(Sumber: sularso,HT.,Pompa dan kompressor)
84
CQ = 1,00 ; CH = 1,00 ; Cη =0,98

𝑄𝑓
 Qw = 𝐶𝑄
𝑚3 𝑚3
Qf = 5 :1,00= 5
𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑖𝑛
𝐻𝑓
 Hw =
𝐶𝐻
𝐻𝑓 =52,856m : 1,00 = 52,856m

4.3.6 Putaran Spesifik Pompa


Pada putaran pompa ditentukan menurut prosedur
berikut, penggerak pompa jika memakai motor listrik
maka putaran harus dipilih dari putaran yang ada. Putaran
–putaran singkron untuk sumber tenaga dengan frekuensi
50 Hz ditunjukkan pada table dibawah ini :
(Ref.Sularso.HT, Pompa dan Kompresor)

Tabel 4.7 Putaran Sinkron Motor Listrik


Jumlah Kutub Putaran Sinkron (rpm)
2 3000
4 1500
6 1000
8 750
10 600
12 500
Jika pemakaian motor induksi putaran harus
diambil 1%-2% lebih kecil dari harga-harga dalam table
4. karena adanya factor slip. (Ref. Sularso,HT.pompa dan
kompresor)

85
Dengan kapasitas dan head efektif instalasi yang
telah dihitung maka puataran speseifik pompa pada rpm
𝑚3
1450 rpm ialah (Q: 0,083 𝑠
, Heff : 52,856m , n: 1450rpm)

 Q1/ 2
ns  n  
75 H 3 / 4
1
995,29×9,81 0,0832
ns = 1450 × √ 75
× 3
52,856m 4

ns = 239,750 RPM

Gambar 4. 3 Impeller sesuai Kecepatan spesifik ,

Didapat kecepatan spesifik (ns) =239,750


RPM,Sehingga berdasarkan nilai kecepatan spesifik
tersebut (sumber: Khetagurov Marine Auxiliary
Machineryand System) Centrifugal pumps high-speed
impeller, yang sesuai dengan ns 150-300

86
4.3.7 WHP (Water Hourse Power)
Energi yang secara efektif diterima oleh fluida dari
pompa persatuan waktu disebut juga daya fluida (Pw), atau
water hourse power (WHP). (Ref.Sularso,HT.Pompa dan
Kompressor )
WHP = 𝛾 × 𝑄𝑎𝑐𝑡 × 𝐻𝑒𝑓𝑓

Dimana:
WHP = Daya Fluida (Kw)
𝐾𝑁
𝛾 = Berat Fluida Persatuan Volume(𝑚3 )
𝑚3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = Kapasitas yang direncanakan ( 𝑠
)
𝐻𝑒𝑓𝑓 = Head Total Pompa (m)

Dari data yang diperoleh sebagai berikut :


𝑁 𝑘𝑁
𝛾 = 9763,79𝑚3 = 9,76379 𝑚3
𝑚3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 0,0833 𝑠
𝐻𝑒𝑓𝑓 = 52,856m

Sehingga :

𝑘𝑁 𝑚3
WHP = 9,76379 × 0,0833 × 52,856m
𝑚3 𝑠

WHP = 42,989kw

4.3.8 Pshaft (Shaft Power)


Untuk mencari Shaft Power dibutuhkan nilai ns
untuk mendapatkan nilai efisiensi standart pompa melalui
grafik dengan diketahui n sebesar 1450 rpm maka dapat
dilakukan perhitungan ns sebagai berikut,

87
√𝑄
ns = 𝑛 3
𝐻𝑒𝑓𝑓 ⁄4
3
√5 𝑚
𝑚𝑖𝑛
ns = 1450𝑟𝑝𝑚 3
(52,856𝑚 ) ⁄4
ns = 165,4 rpm

Gambar 4. 4 Efisiensi standar pompa


(sumber:sularso,HT.Pompa dan kompressor,2004)

efisiensi standar pompa untuk kondisi ns = 165,4 rpm


dan Q= 5 m3/min, maka efisiensi standar pompa (  P )
diambil 77%. Sehinnga perhitungan Pshaft:
𝑊𝐻𝑃
Pshaft =
𝜂𝑝

42,989𝑘𝑤
Pshaft =
0,77

Pshaft = 55,844 kw

88
4.3.8 Daya Nominal Penggerak Mula

P 1   
pm 
t

Tabel 4. 8 Efisiensi Transmisi


Jenis Penggerak Α

Motor Induksi 0,1 – 0,2

Motor Bakar Kecil 0,15 – 0,25

Motor Bakar Besar 0,1 – 0,2

Tabel 4.9 Efisiensi Transmisi


Jenis Transmisi ηt

Sabuk Rata 0,92 – 0,93

Sabuk V 0,95

Roda Gigi Lurus Satu Tingkat


0,92 – 0,95
Roda Gigi Miring Satu Tingkat
Roda 0,95 – 0,98
Roda Gigi Kerucut Satu
Gigi Tingkat 0,92 – 0,96

Roda Gigi Planiter Satu 0,95 – 0,98


Tingkat

Kopling Hidrolik 0,95 – 0,97

89
dari data yang diketahui :
Pshaft = 55,844 kW
α = 0,2
ηt =1

(1+𝛼)
Pm = Pshaft
η𝑡
(1+0,2)
Pm = (55,844 kw ) 0,95
Pm = 70,5kW

4.3.9 Net Positive Suction Head Available (NPSHA)

NPSHA merupakan NPSH yang tersedia pada


instalasi pompa yang besarnya dapat di tulis :
(Ref. Sularso,HT.Pompa dan Kkompresor)
𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝐴 = 𝛾
− 𝛾
− ℎ𝑠 − ∑ 𝐻𝑙 𝑠

Perhitungan NPSHA dianggap benar apabila memenuhi


syarat NPSHA> NPSHR .Agar tidak terjadi kavitasi dimana:

 Pa = 1 atm (karena cooling tank dalam


kondisi terbuka) = 101,325kpa

 Pv (36ºC) = 0,05947 bar = 5,947 Kpa

 hs = 4m (dari instalasi pipa)

 ∑ 𝐻𝐿𝑇,𝑆𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,31039 𝑚
𝑁
 𝛾 = 995,29 x 9,81 = 9763,7955𝑚3

90
Gambar 4.5 Skema Suction lift pompa

instalasi pada pompa ialah suction lift, maka hs ( - ).


Sehingga,

P P 
NPSHA =  a  v    hs    H 1 s
  

 
 101,325kpa  5,947kpa 
NPSHA   4 m   0,5735m
 N 
 9763,795 3 
 m 
 
 
95,378  10 Pa 
3
NPSHA    4 m   0,5735m
 N 
 9763,795 3 
 m 

= 9,7851m – 4 – 0,5735 m

91
NPSHA = 5,2116 m

NPSHR = 2,5 m (Data Sheet, Lampiran)

Maka perhitungan yang direncanakan sesuai yaitu


memenuhi persyaratan agar tidak terjadi kavitasi dimana
dengan hasil perhitungan yang didapat NPSHA >NPSHR

4.4 Pemilihan Pompa


Dalam pemilihan pompa parameter yang dibutuhkan untuk
memenuhi spesifikasi pompa yang diharapkan adalah sebagai
berikut :
4.4.1 Jenis dan pemilihan pompa
Menentukan jenis pompa berdasarkan kapasitan yang
direncanakan menggunakan grafik pemilihan pompa sebagai
berikut

Gambar 4. 6 Grafik Pemilihan pompa

92
Dilihat dari gambar diatas (Sumber : ‘’Turbin, Pompa dan
Kompresor’’ Ir.Dakso Sriyono dan Prof.Ing. Fritz Dietzel,
Erlangga, Jakarta.1993, hal. 282), untuk kondisi kapasitas (Q)
= 300m3/h dan Head Effektif (Heff) = 52,856 m. Maka dapat
diplotkan pada diagram dan pompa untuk instalasi yang ada
adalah jenis pompa radial bertingkat satu (centrifugal pump
single stage).

4.4.2 Pemilihan Merk dan Type Pompa


Setelah dilakukan perhitungan manual, pemilihan
pompa dapat dilihat pada gambar dibawah ini dengan kondisi
kapasitas (Q) = 300m3/h dan Head Effektif (Heff) = 52,856 m

Gambar 4. 7 Pemilihan model pompa(sumber: Brosur Ebara)

Berdasarkan hasil plotting kurva karakteristik pompa


universal bedasarkan Head dan kapasitas serta mempertimbangkan
daya penggerak, daya poros dan putaran pompa, maka dapat dipilih
pompa jenis : (Lampiran 2&3)

93
Jenis pompa : Centrifugal Pump
Merk : Ebara
Putaran : 1450 rpm
Model : FSA-LA
Driver : Electric Motor
Kapasitas : 300 m3/jam
Total Head : 52,856
Daya Poros : 56,2Kw
Daya Motor : 75 Kw
NPSHR : 2,5 m

4.5 Checking Kondisi Perhitungan Menggunakan Software


Pipe Flow Expert
Checking ini dilakukan dengan menggunakan software pipe
flow expert, dengan cara memasukkan inputan data properties
instalasi pompa dryer, kemudian program dijalankan (run).
4.5.1 Langkah-langkah Permodelan dan Simulasi dengan
Software Pipe Flow Expert
Software pipe flow expert digunakan untuk checking nilai
head pompa, berikut langkah-langkahnya :
a. Pembuatan model instalasi perpipaan sesuai dengan
kondisi di lapangan dengan menggunakan software pipe
flow expert.
b. Pemberian (pengaturan) untuk properties fluida kerja yang
digunakan seperti jenis fluida kerja, temperature (T),
tekanan (P), density (ρ), viscositas absolut (μ) dan vapor
pressure (Pv).
c. Pemberian (pengaturan) untuk ukuran harga properties
instalasi perpipaan seperti diameter (D), panjang pipa (L)
serta elevasi (Z) lengkap dengan satuannya.
d. Pemberian (pengaturan) untuk jenis satuan yang akan
digunakan seperti metris atau yang lebih dikenal dengan
Satuan Internasional (SI) ataupun imperial yang lebih
dikenal dengan satuan British.

94
e. Pemberian (pengaturan) aksesoris instalasi seperti valve,
fitting, reducer, elbow, expansion joint dan lain-lain
beserta harga K dari tiap-tiap aksesoris tersebut.
f. Pemberian (pengaturan) komponen pompa lengkap dengan
kapasitas (Q) yang dialirkan serta putaran pompa (rpm)
dan sebagainya

4.5.2 Perhitungan Secara Pemodelan Numerik


Dengan menggunakan software Pipe Flow Expert, maka
selain perhitungan secara manual perhitungan secara
pemodelan numerik pun dapat dilakukan.

Gambar 4.8 Instalasi pompa dryer dengan menggunakan


software pipe flow expert.

Lalu untuk mendapatkan data-data yang diperlukan,


khususnya head efektif instalasi pompa, maka dengan meng-klik
calculate, akan muncul tampilan seperti pada gambar 4.8 dan 4.9

95
Gambar 4.9 Instalasi pompa dryer setelah di calculate

Gambar 4.10 Hasil setelah di-calculate

96
Dengan melihat gambar 4.10, didapatkan harga Head Efektif
pompa = 52,504 m hd Fluid.

4.5.3 Perbandingan Head Efektif Teoritis (Heff) dengan Head


Efektif Numerik (Heff PFE)
Dengan berdasarpada kedua perhitungan head efektif
instalasi di atas dapat diketahui tingkat kesalahan perhitungan
adalah

H eff  H eff PFE


Tingkat kesalahan   100%
H eff
52,856  52,504
  100%
52,856

 0,6%

97
(Halaman ini Sengaja dikosongkan)

98
BAB V
KESIMPULAN

Pada bab berikut ini memaparkan kesimpulan dan saran dari


hasil perhitungan dan pemilihan ulang instalasi pompa dalam
pembahasan mengenai instalasi pompa dryer pump pada Unit
Produksi industi kosmetik.

1.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan dan perancangan ulang
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kapasitas fluida yang dipompakan oleh pompa
sentrifugal single stage pump yaitu 300m3/jam untuk
memenuhi proses di barometric condensor.
b. Kecepatan yang diijinkan, diameter yang sesuai untuk
pipa suction sebesar 12 inch dan pipa discharge
sebesar 8 inch dengan jenis pipa Galvanized steel (sch
40.).
c. Head efektif pompa (Heff) dari perhitungan manual
didapat 52,856m dan dari perhitungan menggunakan
pipe flow expert didapat 52,504m dengan selisih
tingkat kesalahannya 0,6 %.
d. Hasil Perhitungan NPSHA sebesar = 5,2116 m.
e. Hasil perhitungan daya penggerak pompa, didapatkan
daya sebesar =70,5 KW.
f. Pompa yang dipilih adalah jenis pompa sentrifugal
single stage , merk Warman Pump dengan type
FSALA 150x125

1.2 Saran
Adapun saran untuk yaitu :
a. Sistem pengoperasian dari Pabrik kosmetik cukup baik,
mengingat sarana dan prasarana produksi cukup banyak,
maka diperlukan operator yang lebih banyak dan
berkualitas. Selain itu struktur organisasi cukup baik dan
dapat dipertanggung jawabkan.

99
b. Dalam mendukung kemajuan dari suatu perusahaan
sebaiknya selalu diperlukan keprofesionalan dari seluruh
karyawan.
c. Data-data yang dibutuhkan mengenai perlengkapan atau
peralatan secara mendetail sebaiknya tersedia cukup baik.
d. Untuk melakukan penghematan biaya dan daya instalasi
lebih efisien, penulis menyarankan pemakaian instalasi
dan pemilihan pompa berdasarkan perhitungan pada buku
laporan tugas akhir ini.

100
DAFTAR PUSTAKA

[1] Dietzel, Fritz. Turbin Pompa dan Kompresor, Alih Bahasa.

[2] Fox, Robert W ; Mc Donald, Alan T. 2010. Introduction To


Fluid Mechanics, 8th edition. New York : John Wiley and
Sons,inch.

[3] Karassik, Igor J. 1960 .Pump Handbook. McGraw-Hill, Inc

[4] Khetagurov, M. Marine Auxiliary Machinery and Systems.


Diterjemahkan oleh Nicholas Weinstein dari bahasa Rusia.
Moscow: Peace Publishers.

[5] Mohinder L. Nayyar. Piping Handbook, 7th ed. 1994. McGraw-


Hills.

[6] Moran, Michael J and Shapiro, Howard N. Fundamentals of


Engineering Thermodynamics, 8th ed. John Wiley and Sons,
2014

[7] Silowash, Brian . Piping System Manual, 2010. McGraw-Hills

[8] Sularso ; Tahara,Haruo. 2006. Pompa dan Kompressor. Jakarta


: PT Pradnya Paramita.

[9] www.Pipeflow.Co.Uk. Pipe Flow Expert. Software. 2010.

[10] Coker, A.K., Equilibrium flash calculations quickly computed


on PC, Oil & Gas Journal, Jan 14, 1991.
LAMPIRAN 1 : Recommended Velocities in Pipeline
LAMPIRAN 2 : Lanjutan

[ Brian Silowash. Piping System Manual, 2010. McGraw-Hills]


LAMPIRAN 3: Kurva Performa Pompa

(Brosur Ebara End Suction Volute Pump FSA)


LAMPIRAN 4: Pemilihan Pompa

(Brosur Ebara End Suction Volute Pump FSA)


LAMPIRAN 5: Dokumentasi Pada Industri Kosmetik
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta, 12


September 1997, merupakan anak
kedua dari empat bersaudara. Penulis
telah menempuh pendidikan formal
yaitu TK Jami At-kheir, SD Islam Al-
Hasanah Tangerang, SMP Negeri 75
Jakarta, dan SMA Negeri 65 Jakarta.
Pada tahun 2015 Penulis diterima di
Jurusan D3 Teknik Mesin FV-ITS dan
terdaftar sebagai mahasiswa dengan
NRP 2115 030 128. Konversi Energi
merupakan bidang studi yang dipilih
penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir.
Selama duduk di bangku kuliah penulis aktif mengikuti
kegiatan perkuliahan. Penulis juga pernah mengikuti berbagai
kegiatan dan bergabung dalam organisasi. Kegiatan yang pernah
diikutinya antara lain : Menjadi Bendahara umum 2 HMDM
FV-ITS pada Periode 2016-1017. PT. KRAKATAU STEEL
,Banten,merupakan tempat kerja praktek penulis selama satu bulan
pada tanggal 15 Juli s/d 15 Agustus 2017 bidang Produksi baja di
Pabrik Hot Strip Mill .
Pelatihan yang pernah diikuti penulis : Pelatihan Karya
Tulis Ilmiah ITS (2015), Pelatihan Motor Bakar HMDM FTI-ITS
(2015), Pelatihan Jurnalis HMDM FTI-ITS (2015), Pelatihan
SOSMAS FTI-ITS (2015), Pelatihan LKMM Pra-Tingkat Dasar
(Pra-TD) FTI-ITS (2015), Pelatihan LKMM Tingkat Dasar (TD)
FTI-ITS (2016),). Selain pelatihan penulis juga mengikuti
beberapa lomba seperti lomba karya tulis ilmiah di tingkat kampus
dan nasional.

Email: Faridatania@live..com

Anda mungkin juga menyukai