Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REVIEW

MICRO TEACHING

Disusun Oleh :

NURUL AINUN (5213342035)

Kelas A

Dosen Pengampu :

Dra. Fatma Tresno Ingtyas,. M. Si

Rossy Luckita Sasmita,. S. Pd. M. Pd

JURUSAN PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

20223
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat da
hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul CRITICAL
BOOK REPORT (Membandingkan Empat Buku Desain Produk) tepat waktu.
Makalah Critical Book Report ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen
pengampu yaitu ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M. Si dan Ibu Rossy Luckita
Sasmita, S. Pd,.M.Pd pada mata kuliah Micro Teachingdi UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang perbandingan empat buku Micro
Teaching tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku


dosen pengampu mata kuliah Micro Teaching. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan Makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, November 2023

Nurul Ainun
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................5

1.1 Latar Belakang..................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5

1.3 Tujuan ..............................................................................................5

BAB II

IDENTITAS BUKU............................................................. ................6

2.1 Identitas Buku Utama.......................................................................6

2.2 Identitas Buku Kedua.......................................................................6

2.3 Identitas Buku Ketiga.......................................................................6

2.4 Identitas Buku Keempat...................................................................7

BAB III

PENBAHASAN....................................................................................8

3.1 Ringkasan Buku Pertama.................................................................8

3.2 Ringkasan Buku Kedua..................................................................11

3.3 Ringkasan Buku Ketiga..................................................................15

3.4 Ringkasan Buku Keempat .............................................................22

BAB IV

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.................................28

4.1 KELEBIHAN

4.1.1 Buku Pertama.............................................................................28

4.1.2 Buku Kedua................................................................................28


4.1. 3 Buku Ketiga............................................................................28

4.1.4 Buku Keempat .........................................................................28

4. 2 KEKURANGAN

4.2.1 Buku Pertama...........................................................................28

4.2.2 Buku Kedua..............................................................................28

4.2.3 Buku Ketiga.............................................................................29

4.2.4 Buku Keempat ........................................................................29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................30

5.1 Kesimpulan................................................................................30

5.2 Saran..........................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................31


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara tradisional latihan praktek mengajar dilakukan langsung di sekolah


latihan sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoritis tentang dasar-dasar
keguruan dan isi (konten) dari bidang studi yang akan diajarkannya. Kalau
mengajar di kelas (dengan siswa 35-40 orang, dalam waktu 40-45 menit, untuk
satu pokok bahasan), hal itu akan dirasakan sebagai pekerjaan yang sangat rumit
dan sulit bagi calon guru.

Latihan mengajar di kelas dengan murid sekitar 35-40 orang dalam satu jam
pelajaran dengan beban pengajaran yang banyak, maka perhatian guru cenderung
akan terfokus kepada “his pupils learn” sehingga tujuan utama latihan yaitu “he
learn to teach” akan terabaikan. Di samping itu, kekeliruan/kesalahan yang
dilakukan oleh calon guru tersebut akan merugikan sejumlah besar murid di kelas
tempat ia berlatih.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Micro Teaching?


2. Apa tujuan dari Micro Teaching?
3. Apa manfaat dari Micro Teaching?
4. Bagaimana karakteristik Micro Teaching?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam mengajar?

1.3 Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan pengertian Micro Teaching


2. Untuk Mendeskripsikan tujuan dari Micro Teaching
3. Untuk mendeskripsikan manfaat dari Micro Teaching
4. Untuk mendeskripsikan karakteristik Micro Teaching
5. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah dalam mengajar
BAB II

IDENTITAS BUKU

BUKU I

1. Judul Buku : Micro Teaching melatih kemampuan dasar mengaj


mengajar
2. Penulis : Dr. Hj. Helmiati, M.Ag
3. Penerbit : Aswaja Pressindo
4. Tahun Terbit : 2018
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Jumlah Halaman :121 Halaman
7. ISBN : 978-602-18652-4-8

BUKU II

1. Judul Buku : Pembelajaran Micro Teaching


2. Penulis : Drs. Dadang Sukirman, M.Pd.
3. Penerbit : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama
4. Tahun Terbit : 2018
5. Jumlah Halaman : 130 Halaman
6. ISBN : 978-602-7774-23-0

BUKU III

1. Judul Buku : Micro Teaching Model Tadaluring

2. Penulis : Dr. Arifmiboy, S.Ag., M.Pd.

3. Penerbit : Wade Group

4. Tahun Terbit : 2019

5. Jumlah Halaman : 167 Halaman

6. ISBN : 978-623-7007-61-6
BUKU IV

1. Judul Buku : Micro Teaching

2. Penulis : Nur Latifah, M. Pd, Hamdah Siti, M. Pd

3. Penerbit : Penerbit Universitas Trilogi

4. Tahun Terbit : 2021

5. Jumlah Halaman : 135 Halaman

6. ISBN : 978-623-91313-6-4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Buku Pertama

A. Micro Teaching & Pengembangan Profesi Keguruan

Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru/pendidik


untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan
dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.14 Dengan demikian,
pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan mengajar
yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek, karena itu,
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan. Mengajar
adalah salah satu tugas pokok guru.

Oleh karena itu kompetensi profesional yang mendukung kemampuan guru


dalam mengajar haruslah mendapat perhatian sungguh-sungguh dan menjadi
penekanan (stressing point) dalam program penyiapan calon guru. Dalam micro
teaching, tata pelaksanaan pembelajaran disederhanakan sehingga dapat
mengurangi kerumitan yang lazim yang terdapat dalam proses pembelajaran.
Guru juga secara langsung memperoleh umpan balik atas penampilannya,
sehingga bila terjadi kelemahan dan kekurangan dapat diperbaiki. Begitu juga
sebaliknya, ia akan mendapat penguatan bila keterampilan yang ditampilkannya
telah baik.

Melalui proses latihan dalam micro teaching inilah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh selanjutnya dikembangkan melalui PPL di sekolah-
sekolah di bawah pengawasan kepala sekolah, guru pamong dan supervisor atau
pembimbing PPL. Dengan demikian, pengembangan kompetensi guru dilakukan
secara terpadu dan berkelanjutan dalam suatu program yang sistematik. Tidak
jarang guru-guru yang sudah dalam jabatanpun mengalami masalah terkait
kompetensi dan keterampilan mengajar. Guru-guru yunior yang baru saja lulus
kuliah, masih ada yang belum terampil dalam melaksanakan tugas ini.
Dengan demikian, dasar pemikiran pelaksanaan micro teaching adalah:

1.Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu


pemahaman yang mendalam terhadap hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual,
dan skill (keterampilan)
2.Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek. Karena
itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
3.Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
4.Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara
otomatis membuat calon guru menghadapi berbagai problema yang ada dalam
kelas.

Persoalan terkait penguasaan materi, relevansi metode dan strategi, manajemen


kelas, tempat praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara
bersamaan melahirkan situasi baru yang belum pernah ditemui oleh
mahasiswa/calon guru sebelumnya. Dalam pembelajaran mikro, agar calon guru
dapat menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar dan mendalami makna
dan strategi penggunaannya pada proses pembelajaran, calon guru/ pendidik perlu
berlatih satu demi satu keterampilan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran mikro
sangat diperlukan dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon
guru/pendidik dapat sekaligus menjadi observer (pengamat) temannya sesama
calon guru/pendidik, dengan harapan masing-masing calon guru/ pendidik dapat
saling memberikan koreksi.

Keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:


1. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
2. Keterampilan menjelaskan
3. Keterampilan bertanya (dasar, lanjut)
4. Keterampilan mengadakan variasi
5. Keterampilan memberikan penguatan
6. Keterampilan mengelola kelas
7. Keterampilan membelajarkan kelompok kecil dan perorangan
Pengertian, Fungsi & Manfaat Micro Teaching Secara etimologis, micro
teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan
teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching didefinisikan
dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki subtansi makna yang sama.

Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut


beberapa orang ahli:

1. Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang lama.

2. Menurut Roestiyah, pembelajaran mikro merupakan suatu kegiatan mengajar


dimana segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan.

3. Menurut Michael J Wallace, pembelajaran mikro merupakan pembelajaran


yang disederhanakan. Situasi pembelajaran dikurangi lingkupnya, tugas guru
dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan.

B. Pengertian, Fungsi & Manfaat Micro Teaching

Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro
teaching didefinisikan dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki
subtansi makna yang sama.
Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut
beberapa orang ahli:
1.Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang lama.
2.Menurut Roestiyah, pembelajaran mikro merupakan suatu kegiatan mengajar
dimana segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan.
3.Micro teaching is effective methode of learning to teach. Oleh sebab itu, micro
teaching sama dengan teaching to teach atau learning to teach.
3.2 Buku Kedua

A. Pentingnyap Pendekatan Pembelajaran Mikro (Micro Teaching)

Kehadiran pembelajaran mikro (micro teaching) dalam program kurikulum


pendidikan keguruan sudah cukup lama, yaitu sekitar tahun 1963. Walaupun
sudah cukup lama, kehadiran pembelajaran mikro dapat dikatakan sebagai sebuah
inovasi dalam upaya mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi)
guru dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Sebelum muncul pendekatan
pembelajaran mikro, setiap mahasiswa calon guru yang telah menyelesaikan
program perkuliahan yang bersifat teori, untuk memberikan pengalaman praktis
mereka langsung diterjunkan ke sekolah tempat latihan untuk melakukan praktek
mengajar, atau yang sering disebut dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Ilmu pengetahun dan teknologi terus berkembang dengan cepat, dan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut banyak berdampak pada
tuntutan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk terhadap tuntutan
peningkatan profesionalisme para guru.

Untuk merespon tuntutan tersebut, upaya-upaya inovasi dalam program


penyiapan calon guru terus menerus diupayakan, dengan tujuan agar dapat
menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas. Sebelum munculnya pembelajaran
mikro, para calon guru yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah keguruan
dan bidang studi yang harus dikuasainya, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan pengalaman praktis mengajar, yaitu dengan mengikuti kegiatan
praktek di sekolah tempat latihan melalui Program Pengalaman Lapangan
(PPL).Micro teaching sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada awalnya
mulai dirintis di Amerika Serikat, yaitu di Stanford University sekitar tahun 1963.
Menurut Allen dan Ryan “The idea was developed at Stanford University in
1963”.

Melihat keberhasilan yang dicapai dalam meningkatkan mutu guru, terutama


terkait dengan kemampuan dan keterampilan mengajarnya (teaching skills), maka
dalam waktu relatif singkat pembelajaran mikro berkembang dan digunakan di
negara-negara lain di luar Amerika Serikat. Setelah mengkaji perkembangan
model pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan pembelajaran untuk
mempersiapkan dan meningkatkan profesionalisme guru, maka pada garis
besarnya ada dua alasan utama yang menjadi alasan atau dasar pemikiran
pentingnya penerapan model pembelajaran mikro, yaitu:

Alasan pengembangan ilmu pengetahuan (pengetahuan keguruan khususnya


dan pendidikan secara lebih luas) Seperti diketahui oleh semua pihak bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk seni selalu berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan. Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan berdampak Pembelajaran Micro Teaching Modul pula pada tuntutan
perkembangan dan perubahan terhadap berbagai profesi termasuk profesi
keguruan. Profesi guru digolongkan pada profesi yang relatif baru tumbuh dan
berkembang (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai
pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi yang sudah mapan (old profession).

B.Karakteristik Micro Teaching

1.Karakteristik pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifikasi dan membahas


ciri-ciri atau tanda-tanda spesifik atau yang bersifat khas pada pendekatan
pembelajaran mikro.
2.Prinsip pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifgfikasi dan membahas
ketentuan atau kaidah tertentu yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam
setiap proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran mikro.
3.Karakteristik guru yang efektif; yaitu akan mengidentifikasi sejumlah perilaku
atau penampilan guru yang efektif didasarkan pada kajian teori maupun praktis,
dan dapat dikembangkan atau diperoleh melalui pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro.

Pembelajaran mikro dapat dijadikan sebagai jembatan yang akan membekali


siswa dalam keterampilan mengajar. Melalui program pembelajaran yang
dikembangkan dengan memberi porsi latihan atau praktek mengajar yang lebih
ditingkatkanmaka dapat memberi pengalaman belajar yang lebih baik dan saling
melengkapi untuk meningkatkan kemampuan mengajar para calon guru.
Untuk lebih jelasnya bentuk penyederhanaan dalam pembelajaran mikro
dibandingkan dengan pembelajaran biasa, dapat dilihat dalam bentuk bagan
sebagai berikut:

Pembelajaran biasa Pembelajaran Mikro

Dari bagan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran mikro berbeda dari segi
ukuran dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Ukuran pembelajaran mikro
nampak lebih kecil, yaitu untuk mengilustrasikan bahwa dalam pembelajaran
mikro bentuk pembelajarannya lebih disederhanakan. Akan tetapi walaupun
bentuk pembelajaran mikro bersifat disederhanakan “micro”, tetap sebagai bentuk
pembelajaran yang sebenarnya (real teaching), hanya saja praktek mengajar
melalui micro teaching tersebut tidak dilakukan di kelas yang sebenarnya (not real
class room teaching). Kalau demikian, kemudian apanya yang disederhanakan itu?
Tentu saja yang disederhanakan itu setiap komponen atau unsur pembelajarannya
itu sendiri. Komponen pokok,yaitu :

1) komponen tujuan (kompetensi) pembelajaran,


2) komponen isi atau materi yang akan dipelajari oleh siswa,
3) komponen metode dan media
4) komponen evaluasi. Penyederhanaan dalam pelaksanaan pembelajaran mikro,
adalah penyederhanaan dalam setiap aspek pembelajaran tersebut. Misalnya
ketika Anda akan melatihkan keterampilan dasar mengajar, maka tidak semua
keterampilan dilatihkan dalam waktu yang bersamaan.
No. PEMBELAJARAN BIASA PEMBELAJARAN MIKRO

1 Waktu pembelajaran 35 s.d 40 Waktu pembelajaran 10 s.d 15


menit menit

2 Jumlah siswa 30 s.d 35 Jumlah siswa 5 s.d 10 orang siswa

3 Materi pembelajaran luas Materi pembelajaran dibatasi

4 Keterampilan mengajar Katerampilan mengajar terisolasi


terintegrasi

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa antara pembelajaran yang


sebenarnya dengan pembelajaran mikro masing-masing memiliki kesamaan dan
perbedaan. Persamaannya, pembelajaran biasa dan pembelajaran mikro adalah
mengajar yang sebenarnya (real teaching), dan bukan pura-pura mengajar. Adapun
perbedaannya dilihat dari unsur-unsur pembelajaran yang digunakan, dimana
unsur-unsur pembelajaran mikro lebih disederhanakan terutama dilihat dari segi
kuantitas. Misalnya dari segi materi, waktu, jumlah siswa, jenis keterampilan
dasar mengajar yang diterapkan, dll. Penyederhanaan tersebut, bukan hanya
terkait dengan keempat unsur pembelajaran seperti tertera dalam tabel di atas,
melainkan berlaku pula untuk unsur-unsur pembelajaran lainnya. Riset tentang
Manfaat Pengajaran Mikro (Micro Teaching) sebagai berikut :

1. Korelasi antara Pengajaran Mikro (Micro Teaching) dan Praktik Keguruan


sangat tinggi. Artinya : Calon Guru/Dosen yang berpenampilan baik dalam
Pengajaran Mikro (Micro Teaching), akan baik pula dalam Praktik mengajar di
kelas.
2. Praktikan yang lebih dulu menempuh program Pengajaran Mikro (Micro
Teaching) ternyata lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak
mengikuti Pengajaran Mikro (Micro Teaching).
3. Praktikan yang menempuh Pengajaran Mikro (Micro Teaching) menunjukkan
prestasi mengajar yang lebih tinggi.
C.Langkah-langkah dalam mengajar

Dalam pelaksanaan Pengajaran Mikro (Micro Teaching), Tahap Pertama dan


Kedua mahasiswa diarahkan untuk memahami wawasan dan landasan teori
Keterampilan Dasar Mengajar yang harus dikuasai serta mengamati dan
mencontoh penerapan model – model keterampilan mengajar sesuai bidang
studinya. Tahap Ketiga adalah Penyusunan Perencanaan Program Pembelajaran
dengan mengacu pada format yang telah ada dan dipelajari. Tahap keempat adalah
setiap calon guru/dosen dalam kelompok masing – masing akan mempraktikkan
satu sesi pengajaran dengan kontrak keterampilan dasar mengajar yang berbeda –
beda secara terisolasi. Setelah presentasi calon guru/dosen saling memberikan
komentar (Debriefing) terhadap apa yang telah berjalan dan pada Tahap Kelima
anggota lain memberikan Feed Back yang konstruktif terhadap presentasi yang
telah dilakukan.

Hasil dari Feed Back penampilan yang pertama ini digunakan Masukan dan
Perbaikan untuk menyusun persiapan dan Praktik Ulang dengan kontrak
menerapkan Ketreampilan Dasar Mengajar secara ter-Integrasi pada Tahap Enam
dan Tujuh. Dalam rangka Observasi latihan praktik mengajar, digunakan alat
bantu VTR (Video Tape Recorder). Tujuan penggunaan alat tersebut adalah untuk
merekam penampilan guru/dosen ketika sedang berlatih mengajar. Tiap – tiap
penampilan dalam pelatihan mengajar dianalisis bersama oleh Observer dan
Supervisor. Dengan menggunakan alat bantu VTR, penampilan mengajar dapat
diputar kembali, sehingga pihak yang berlatih dapat mengamati penampilannya.
Dengan cara ini pula, pihak yang berlatih dapat menganalisis penampilannya
bersama observer dan fasilitator.
3.3 Buku Ketiga

A. Landasan Teoritis Model Pembelajaran Micro Teaching Tadaluring

1. Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya
connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980,
Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subjeknya (Suryabrata,
1990: 266). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara
stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi.
Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba
salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pembawa
kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang mendatangkan
kesenangan dan ”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari
keadaan yang tidak menyenangkan (Winkel, 1991: 380)

2. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)


Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura padatahun 1969,
seorang psikolog berkebangsaan Amerika lulusan Universitas Stanford Amerika
Serikat. Rahyudi (2012: 97-98) mengatakan bahwa teori belajar sosial
menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.
Definisi pembelajaran sosial adalah proses pembelajaran atau perilaku yang
dibentuk melalui kontek sosial. Satu asumsi paling awal dan mendasar dari teori
pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup
mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku dan bahwa titik
pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman yang tak
terduga (vicarious experiences).

3. Teori Belajar Konstruktivis


Revolusi konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan.
Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menekankan
bahwa perubahan kognitif hanyaterjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah
dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidak seimbangan dalam
upaya memahami informasi-informasi baru. Piaget dan Vygotsky juga
menekankan adanya hakikat social dalam belajar dan keduanya menyarankan
untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota
kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan pengertian atau
belajar.

4. Teori Komunikasi
Setiap orang memerlukan komunikasi dengan orang lain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya, proses
komunikasi tersebut menggunakan kata-kata, bahasa, symbol-simbol, gambar dan
sebagainya agar orang yang diajak komunikasi (komunikan) dapat mengerti pesan
apa yang disampaikan oleh si penyampai pesan (komunikator). Seperti yang
dikatakan oleh Bernard dan Steiner (Mulyana, 2007: 68), komunikasi adalah
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
menggunakan symbol-symbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
Tindakan atau roses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

5. Teori Desain Pembelajaran Berbasis Web (DPBW)


Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk berbagai
kepentingan di Indonesia terus berkembang. Perkembangan teknologi informasi
dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dilaksanakan
dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas. Perkembangan teknologi informasi sekarang ini memunculkan
berbagai jenis kegiatan berbasis pada teknologi ini, termasuk dalam bidang
pendidikan.
B. Model Pembelajaran Micro Teaching Tadaluring

1. Model Pembelajaran Microteaching Tadaluring


Joice & Weil (2011) mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan
demikian model merupakan kerangka konseptual yang mengambarkan
proseduryang sisematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.Terdapat empat kelompok model pembelajaran yang
diklasifikasikan oleh Joice Weil yaitu; information processing models, personal
models, social interaction models dan behaviour modification models.

Model tadaluring diawali dengan kegiatan pra model atau planing activities.
Terdapat sejumlah aktivitas dalam aktivitas perancanaan dalampembelajaran
Microteaching yaitu menetapkan scopepembelajaran, pengorganisasian materi dan
merumuskan tujuan pembelajaran. Ruang lingkup atau scope pembelajaran
Microteachingyaitu kemampuan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran
dan penguasaan sejumlah keterampilan dasar mengajar; keterampilan membuka
dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan melakukan variasi stimulus, keterampilan memberikan penguatan,
keterampilan membimbing diskusi kelomp kecil dan perorangan dan keterampilan
mengeloa kelas.

Perangkat mengajar yang dimaksud yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP). Mahasiswa perserta Microteachingdituntut mampu menyususn PRR sesuai
dengan format kurikulum yang diberlakukan di sekolah tempat praktek. Untuk itu
diperlukan contoh format RPP yang digunakan oleh sekolah-sekolah tempat
praktek saat ini.

Sejumlah kegiatan awal yang mesti dilakukan untuk menunjang model


pembelajaran Microteaching Tadaluring yaitu kegiatan orientation, school
observing, searching teaching model on YouTube dan sharing and discussing
teaching model.
1. Orientation
Orintation merupakan kegiatan awal dalam proses pembelajaran Microteaching
yang terdiri dari beberapa unsur pokok yaitu menyampaikan kontrak perkuliahan,
pengorganisasian kelompok, analisis kemampuan prasyarat, pelatihan sederhana
penggunaan sarana-prasarana ICT yang akan digunakan, meriview materi tentang
penelitian RPP dan jenis-jenis keterampilan dasar mengajar beserta indikator
masing-masingnya.

2. School Observing
School observing merupakan suatu kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah
tempat praktek yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok peserta
micoreaching dalam rangka mendapatkan sejumlah data sehubungan dengan
proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan observasi sekolah diawali dengan
mempersiapkan surat pengatar ke sekolah yanga akan dikunjungi. Selanjutnya
mempersiapan lembaran observasi yang telah dipersiapakan oleh dosen
pembimbing. Observasi dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang sesuai dengan pembagian kelompok sebelumnya.

3. Searching Teaching Model on You Tube


Searching model merupakan salah satu bentuk upaya mendapatkan contoh
ataumodel penguasan berbagai keterampilan dasar mengajar yang ideal. Kegiatan
mencari contoh tersebut dapat dilakukan dengan mengunjungi situs
www.youtube.com pada jaringan internet. Barbagai video model penguasaan
keterampilan dasar mengajar akan muncul pada saat kata kunci yang dari masing-
masing keterampilan dasar mengajar tersebut dituliskan pada kolom search.

4. Sharing and Discussing Model


Setelah men-download berbagai video model penguasaan keterampilan dasar
mengajar, peserta Microteaching diminta untuk berbagi dan mendiskusikannya.
Kegiatan berbagi dilakukan dengan menggunakan flash disk atau
mengirimkannya lewat e-mail, namun sebaiknya dilakukan melalui flash disk
kemudian mendiskusikannya. Kegiatan diskusi dilakukan dalam rangka
mengevaluasi modelmodel yangnantinya dapat dijadikan pedoman dan dicontoh
dalam kegiatan latihan. Model yang baik tentunya memiliki indikatorindikator
yang ada pada setiap keterampilan dasar mengajar.

C. Pembelajaran Micro Teaching


1. Pengertian
Microteaching merupakan metode pelatihan peforma yang dirancang untuk
membatasi komponen proses pembelajaran sehingga praktikan dapat menguasai
komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang sederhana. A. Pelberg dalam
Sukirman (2012:23) mengatakan bahwa, “microteaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifying the complexities of regular teaching-learning
processing”. Microteaching adalah prosedur pelatihan yang dilengkapi dengan alat
-alat laboratory, bertujuan untuk menyederhanakan kompleksitas proses belajar
mengajar konvensional.

2. Karakteristik
Karakteristik utama microteaching adalah minimalisasi atau penederhanaan.
Kata minimalisasi atau penyederhanaan tersebut mengacu kepada jumlah waktu,
jumlah materi, jumlah keterampilan, dan jumlah mahaiswa. Sharma dalam
Lakshmi (2009:54) mengidentifikasi karakterisitik pembelajaran microteaching.
1) Real Teaching, microteaching is real teaching. However, it focusses of
developing teaaching starts.
2) Scaled down teaching, the following out line is characteristic of scale down
teaching: a) Scaling down the class size of five to ten pupils, b) Scaling down the
duration of period of five to ten minutes, c) Scaling
down the size of topic, and d) Scaling down the teaching skill.
3) Individualised device, it is a highly individualized training device.
4) Providing feedback, it provides the feedback for trainee’s performance.
5) Device for preparing teachers, it is a device to prepare effective teachers.
3. Tujuan
Tujuan utama pembelajaran microteaching ialah untuk mempersiapkan colon
guru yang professional terutama dalam hal penguasaan keterampilan dasar dalam
mengajar. Sukirman (2012:35)mengemukakan tujuan pembelajaran microteaching.
1) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam hal
keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar
memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang maupun
peraturan pemerintah.
3) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara
bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan maksimal sesuai
dengan tuntunan professional sebagai tenaga seorang guru.

4. Microteaching dalam Perspektif Teori Belajar


Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya
connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980,
Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subyeknya (Suryabrata,
1990). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara
stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi.
Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba
salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pembawa
kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang
mendatangkan kesenangan dan ”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek
menghindari keadaan yang tidak menyenangkan (Winkel, 1991).

Edward Lee Thorndike adalah seorang psikolog Amerika yang tergolong kedalam
aliran Behavioristik telah menggagas beberapa ide penting berkaitan dengan
hukum-kukum belajar, yaitu law of readiness, law of excercise, dan law of effect
(Rahyubi, 2012). Dalam hukum kesiapan (law of readiness) semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah
laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
3.4 Buku Keempat

A. Pembelajaran Micro Teaching


1. Pengertian
Pembelajaran micro teaching bagi setiap calon guru sebagai bekal persiapan
menghadapi praktik lapangan. Kegiatan micro teaching para calon dilatih untuk
menunjukkan keaktifan dan kemampuan sebagai guru. Oleh sebab itu, micro
teaching periode awal yang akan menentukan sukses atau gagalnya mendapatkan
guru profesional di lapangan.

Pembelajaran (teaching skills training) bagi calon guru pada umumnya


dilakukan melalui dua tahap, yaitu peer-teaching (di hadapan teman sendiri) dan
tahap praktik (di hadapan siswa). Microteaching mulai dirintis di Standford
University, USA tahun 1963, sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan
kualitas guru. Berdasarkan rekomendasi dari The Second Sub- RegionalWorkshop
on Teacher Education, yang diadakan di Bangkok padaNovember 1971,
berkembang ke negara asia terutama Malaysia danFilipina.

Di Indonesia pembelajaran micro mulai diperkenalkan oleh beberapa lembaga


pendidikan tinggi, antara lain IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung
Pandang, FKIP University Kristen Satyawacana. Pada Mei 1977 diadakan seminar
untukmerekomendasikan pembelajaran micro dimasukkan kedalam silabus dan
kurikulm pada lembaga guru. Dan pada Sekolah Pendidikan Guru dimasukkan ke
dalam salah satu sub pokok pembahasan.

2. Landasan Pemikiran, Tujuan, Sasaran, dan Fungsi Pembelajaran Micro


T.Gilarso dalam bukuknya Program Pengalaman Lapanganmengutip pendapat
Flanders dan Brown mengemukakan prinsip dasar yang melandasi program micro
teaching adalah:
1. direncanakan di dalamnya mengenai materi, metode, tujuan, kegiatan belajar
mengajar, alat- alat bantu yang digunakan, tingkah laku, dan penampilan.
2. Nyata, terjadi dekelas artinya diwujudkan dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar secara konkret.
3. Bayangin sekaligus dirasakan, dalam diri pengajar akan terdapat suatu
gambaran mengenai tingkah lakunya sendiri.

Mencermati pendapat di atas kesimpulannya adalah perlu tiga langkah


meningkatkan keterampilan professional guru, yaitu planing (persiapan yang baik),
performance (pelaksanaan latihan mengajar), dan perception (balikan,
keterbukaan mau belajar dan pengalaman).Tujuan diselenggrakan pembelajaran
micro menurut T. Gilarso bahwa tujuan pembelajaran micro terbagi dua, tujuan
umum melatih kemampuan dan keterampilan dasar keguruan.

Dwight Allen, mengatakan bahwa tujuan micro teaching bagi calon guru adalah:
(1) memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan
dasar mengajar, (2) calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya
sebelum merekaterjun ke lapangan, (3) memberikan kemungkinan bagi calon
guruuntuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar mengajar.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran micro teaching adalah melatih calon


guru agar memiliki keterampilan dasar dan khusus dalam proses
pembelajaran.Sasaran akhir yang akan dicapai dalam pembelajaran micro
teaching adalah terbinanya calon guru memiliki pengetahuan tentang proses
pembelajaran, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai seorang
guru.Sedangkan fungsi pembelajaran micro adalah selain sebagai sarana latihan
dalam mempraktikkan keterampilan mengajar, dan juga salah satu syarat bagi
mahasiswa yang akan mengikuti Praktik Mengajar di Lapangan (PPL).

B. Sistem pengelolahandan Pengoprasian Laboratorium Micro Teaching


1. Pengelolaan
Sistem pengelolaan pembelajaran micro dilaksanakan oleh UPT PPL yang
sekarng diganti menjadi program praktik magang di bawah koordinasi Dekan
selaku penanggung jawab dan dosen pengasuh mata kuliah sebagai pelaksana di
lapangan, mata kuliah ini memiliki bobot 3 sks, dilaksanakan pada semester VI
atau VII untuk Strata I(S.1).

Mahasiswa mengambil mata kuliah micro teaching harus sudah lulus Mata
Kuliah Dasar-dasar Kependidikan, Psikologi Pendididkan, Psikologi Belajar,
Perencanaan Pengajaran, Perencanaan Sistem PAI, atau Desain Pembelajaran,
Metodologi Pembelajaran, Profesi dan Etika Keguruan, Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum serta Evaluasi Pembelajran.Dosen selaku pemegang mata
kuliah bekerjasama dengan pengelolah laboratorium micro teaching selaku
pelaksana teknis.

2. Sistem Pengoperasian Peralatan


Pelaksanaan proses pembelajaran micro teachingdi laboratorium sebelumnya
mahasiswa harus sudah menyelesaikan materi micro teaching terlebih dahulu,
pemberian materi kuliah didahului dengan beberapa kali pertemuan dan
pengenalan terhadap peralatan yang akan digunakan dalam pembelajaran micro di
kelas. Teknisi atau operator memperkenalkan fungsi dan jenis-jenis peralatan yang
tersedia dan digunakan di laboratorium micro teaching.

Adapun alat-alat yang tersedia dalam laboratoriummicro teaching antara lain:


1. Kamera video digital
2. Standar kamera
3. Kaset video kamera digital kosong
4. Video kaset player
5. Tv monitor
6. DVD
7. Title maker vidionic
8. Kamera video handcam
9. Kaset kosong handcam
10. Laptop
11. Proyektor
12. Tape recorder
3. Tugas Pembimbing dan Mahasiswa
Kegiatan pembimbing yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa yang di
bawah bimbingannya mengacu kepada tugas dosesn pembimbing. Jadwal
bimbingan diatur tersendiri, namun tugas pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Tugas Coordinator Pembimbing


a. Memantau pelaksanaan kuliah micro teachingdalam kelas
b. Mengoordinasi pelaksanaan kuliah antar dosen pembimbing terutama dalam
rolling pembimbing.
c. Mengevaluasi pelaksaan tugas dosen pembimbing

2. Tugas dosen pembimbing


a. Memberikan penjelasan dalam orientasi mahasiswa
b. Membimbing perbuatan program satuan pembelajaran
c. Memberikan penjelasan dalam pelaksanaan latihan keterampilan khusus
d. Mengevaluasikan hasil latihan mahasiswa
e. Mengatur tata laksana kuliah micro teaching didalamkelas

3. Tugas mahasiswa
a. Mempelajari buku pedoman
b. Mengikuti orientasi
c. Membuat program RPP dan Silabus
d. Menyiapkan alat peraga
e. Peer teachingberfungsi sebagai siswa
f. Mengikuti seluruh kegiatan kuliah micro teaching sesuai jadwal
g. Berpakaian sebagai guru
C. Komponen-komponen Keterampilan Dasar dalam Proses Pembelajaran

1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and


Closure)
Membuka pelajaran merupakan kegiatan guru dalam mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan ini meliputi kondisi menciptakan
suasana siap mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara guru
dengan peserta didik, menimbulkan perhatian peserta didik terhadap apayang akan
dipelajari. Dalam hal ini, guru dapat memulainya

2. Keterampilan Mengelolah Kelas (ClassRoom Management)


Mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal. Mengelolakelas adalah hal inti yang
harus dimiliki seorang guru, kondisi kelas gurulah yang menguasai kondusifatau
tidaknya tergantung guru yang mengelolanya. Salah satu indikasi dari
keterampilan ini adalah guru mampu mengembalikan kondisi belajar pada kondisi
optimal jika terjadi sesuatu yang mengganggu kegiatan belajar dan mengajar, baik
dengan cara mendisplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. Untuk
mengoptimalkan kembali suasana kelas maka guru dapat mengajak siswa untuk
focus kembali seperti; memberi pertanyaan secara random kepada siswa, bisa juga
dengan memberikan kuis, serta memberi soal yang dapat memacu semangat untuk
kembali untuk kondusif.

3. Keterampilan Memberikan Penguatan (Reinforcement)


Pemberian penguatan merupakan tingkah laku guru dalam merespons secara
positif suatu tingkah laku tertentu peserta didik yang memungkinkan tingkah laku
tersebut terulang kembali. Karenapada dasarnya di dalam kelas siswa itu tidak
semua mudah diatursehingga kita perlu penguatan-penguatan agar siswa tidak
kembali mengulangi kesalahan yang sama. Guru dapat menggunakan berbagai
macam trik agar siswa dapat mengubah tingkah lakunya mulai diberikan teguran,
serta hukuman yang sedang maupun hukuman yang berat agar adanya rasa jera
agar siswa tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama.
4. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
(Guiding Small Discussion)
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai
tindakan guru dalam konteks proses belajar dan mengajar yang hanya melayani 3-
8 orang peserta didik.Membimbing diskusi kelompok berarti suatu proses yang
teraturdengan melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka
kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman
mengambil keputusan. Drs. Muhammad Uzair Usman mengatakan bahwa diskusi
kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil
dalam di bawahpembinaan guru atau temannya untuk berbagi.

5. Keterampilan Bertanya (Questioning)


Keterampilan bertanya merupakan ucapan guru secara verbal yang meminta
respon dari peserta didik. Respon yang diberikan dapat berupa penetahuan sampai
hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Dengan demikian, bertanya
merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir peserta didik.

6. Keterampilan Menjelaskan Pelajaran (Explaining)


Keterampilan menjelaskan dimaknai sebagai keterampilan guru dalam
menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan
dapat menunjukkan hubungan antar materi yang telah dikumpulkan, dikuasai,
serta disiapkan untuk disajikan. Selain itu, penekanan dalam memberikan
penjelasan harus bertumpu pada proses penalaran peserta didik, dan bukan dengan
cara indoktrinasi.

7. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)


Keterampilan menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam
konteks proses belajar dan mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan peserta
didik. Sehingga, dalam proses belajar dan mengajar, peserta didik senantiasa
menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif. Siswa lebih
cendrung cepat merasa jenuh jika suasana kelas tidak nyaman, sebelum masuk
pada proses pembelajaran sebaiknya buatlah suasana kelas senyaman mungkin.
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

4.1 KELEBIHAN
4.1.1 Buku Pertama :
1.Materi yang disajikan lengkap disertai banyak dari para ahli
2. Bahasa yang digunakan juga lebih mudah dipakai dikehidupan sehari-hari
3 cover buku sangat menarik

4.1.2 Buku Kedua:


1.Dalam buku ini penulis menyajikan materi secara sistematis sehingga mudah
dipahami dan dimengerti.
2. Sangat baik digunakan oleh mahasiswa sebagai buku pegangan untuk belajar.

4.1.3 Buku Ketiga :


1. Cover atau sampul buku sangat menarik
2. Buku ini cocok untuk dibaca dan dijadikan pedomanan para calon guru maupun
guru

4.1.4 Buku Keempat:


1. Keterkaitan atar bab sudah sangat baik
2. Cover buku sangat menarik

4.2 KEKURANGAN
4.2.1 Buku Pertama
1. Didalam buku ini tidak ada gambar atau diagram dalam mempermudah
pembaca memahami materi yang disajikan sebagai keterangan untuk lebih
menjelaskan dan memudahkan kota mengerti pembahasannya.

4.2.2 Buku Kedua:


1. Bahasanya kurang dipahami
2. Cover atau sampul kurang menarik
4.2.3 Buku Ketiga:
1. Penulisannya kurang rapi
2. Tidak ada keterkaitan antar bab

4.2.4 Buku Keempat :


1. Bahasa yang digunakan kurang dipahami
2. Penulis tidak menyajikan materi secara sistematis sehingga kurang mudah
dipahami dan dimengerti.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tujuan umum pengajaran Mikro (Micro Teaching) adalah untuk


memberikan kesempatan kepada Mahasiswa (calon Guru/Dosen) untuk berlatih
mempraktikkan beberapa Keterampilan Dasar Mengajar di depan teman –
temannya dalam suasana yang Constructive, Supportive, dan Bersahabat
sehingga mendukung kesiapan Mental, Keterampilan dan Kemampuan
Performance yang ter-Integrasi untuk Bekal Praktik Mengajar sesungguhnya di
sekolah/institusi Pendidikan. terdapat 8 (Delapan) Keterampilan yang sangat
berperan dalam Kegiatan Belajar Mengajar yaitu :
1. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and
Closure)
2. Keterampilan Dasar Menjelaskan (Explaining Skills)
3. Keterampilan Dasar Mengadakan Variasi (Variation Skills)
4. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan (Reinforcement Skills)
5. Keterampilan Dasar Bertanya (Questioning Skills)
6. Keterampilan Dasar Mengelola Kelas
7. Keterampilan Dasar Mengajar Perorangan/Kelompok Kecil
8. Keterampilan Dasar Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

5.2 Saran

Dari makalah ini penulis mengharapkan:


1. Pembaca mau membaca dan memahami materi yang disajikan.
2. Pembaca berkenan memberikan kritik yang membangun tentang hal-hal
yang kurang tepat.
3 .Pembaca dapat menyempatkan waktunya untuk mendiskusikan materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Helmiati.2013.Micro Teaching melatih kemampuan dasar


mengajar.Yogyakarta.Aswaja Pressindo.
Sukiman,dadang.PembelajaranMicro Teaching.Jakarta.Direktoral Jendral Islam
Kementrian Agama.

Anda mungkin juga menyukai