MICRO TEACHING
Disusun Oleh :
Kelas A
Dosen Pengampu :
FAKULTAS TEKNIK
20223
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Nurul Ainun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................5
BAB II
BAB III
PENBAHASAN....................................................................................8
BAB IV
4.1 KELEBIHAN
4. 2 KEKURANGAN
BAB V
5.1 Kesimpulan................................................................................30
5.2 Saran..........................................................................................30
PENDAHULUAN
Latihan mengajar di kelas dengan murid sekitar 35-40 orang dalam satu jam
pelajaran dengan beban pengajaran yang banyak, maka perhatian guru cenderung
akan terfokus kepada “his pupils learn” sehingga tujuan utama latihan yaitu “he
learn to teach” akan terabaikan. Di samping itu, kekeliruan/kesalahan yang
dilakukan oleh calon guru tersebut akan merugikan sejumlah besar murid di kelas
tempat ia berlatih.
1.3 Tujuan
IDENTITAS BUKU
BUKU I
BUKU II
BUKU III
6. ISBN : 978-623-7007-61-6
BUKU IV
6. ISBN : 978-623-91313-6-4
BAB III
PEMBAHASAN
Melalui proses latihan dalam micro teaching inilah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh selanjutnya dikembangkan melalui PPL di sekolah-
sekolah di bawah pengawasan kepala sekolah, guru pamong dan supervisor atau
pembimbing PPL. Dengan demikian, pengembangan kompetensi guru dilakukan
secara terpadu dan berkelanjutan dalam suatu program yang sistematik. Tidak
jarang guru-guru yang sudah dalam jabatanpun mengalami masalah terkait
kompetensi dan keterampilan mengajar. Guru-guru yunior yang baru saja lulus
kuliah, masih ada yang belum terampil dalam melaksanakan tugas ini.
Dengan demikian, dasar pemikiran pelaksanaan micro teaching adalah:
1. Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang lama.
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro
teaching didefinisikan dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki
subtansi makna yang sama.
Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut
beberapa orang ahli:
1.Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang lama.
2.Menurut Roestiyah, pembelajaran mikro merupakan suatu kegiatan mengajar
dimana segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan.
3.Micro teaching is effective methode of learning to teach. Oleh sebab itu, micro
teaching sama dengan teaching to teach atau learning to teach.
3.2 Buku Kedua
Dari bagan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran mikro berbeda dari segi
ukuran dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Ukuran pembelajaran mikro
nampak lebih kecil, yaitu untuk mengilustrasikan bahwa dalam pembelajaran
mikro bentuk pembelajarannya lebih disederhanakan. Akan tetapi walaupun
bentuk pembelajaran mikro bersifat disederhanakan “micro”, tetap sebagai bentuk
pembelajaran yang sebenarnya (real teaching), hanya saja praktek mengajar
melalui micro teaching tersebut tidak dilakukan di kelas yang sebenarnya (not real
class room teaching). Kalau demikian, kemudian apanya yang disederhanakan itu?
Tentu saja yang disederhanakan itu setiap komponen atau unsur pembelajarannya
itu sendiri. Komponen pokok,yaitu :
Hasil dari Feed Back penampilan yang pertama ini digunakan Masukan dan
Perbaikan untuk menyusun persiapan dan Praktik Ulang dengan kontrak
menerapkan Ketreampilan Dasar Mengajar secara ter-Integrasi pada Tahap Enam
dan Tujuh. Dalam rangka Observasi latihan praktik mengajar, digunakan alat
bantu VTR (Video Tape Recorder). Tujuan penggunaan alat tersebut adalah untuk
merekam penampilan guru/dosen ketika sedang berlatih mengajar. Tiap – tiap
penampilan dalam pelatihan mengajar dianalisis bersama oleh Observer dan
Supervisor. Dengan menggunakan alat bantu VTR, penampilan mengajar dapat
diputar kembali, sehingga pihak yang berlatih dapat mengamati penampilannya.
Dengan cara ini pula, pihak yang berlatih dapat menganalisis penampilannya
bersama observer dan fasilitator.
3.3 Buku Ketiga
4. Teori Komunikasi
Setiap orang memerlukan komunikasi dengan orang lain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya, proses
komunikasi tersebut menggunakan kata-kata, bahasa, symbol-simbol, gambar dan
sebagainya agar orang yang diajak komunikasi (komunikan) dapat mengerti pesan
apa yang disampaikan oleh si penyampai pesan (komunikator). Seperti yang
dikatakan oleh Bernard dan Steiner (Mulyana, 2007: 68), komunikasi adalah
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
menggunakan symbol-symbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
Tindakan atau roses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
Model tadaluring diawali dengan kegiatan pra model atau planing activities.
Terdapat sejumlah aktivitas dalam aktivitas perancanaan dalampembelajaran
Microteaching yaitu menetapkan scopepembelajaran, pengorganisasian materi dan
merumuskan tujuan pembelajaran. Ruang lingkup atau scope pembelajaran
Microteachingyaitu kemampuan dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran
dan penguasaan sejumlah keterampilan dasar mengajar; keterampilan membuka
dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,
keterampilan melakukan variasi stimulus, keterampilan memberikan penguatan,
keterampilan membimbing diskusi kelomp kecil dan perorangan dan keterampilan
mengeloa kelas.
2. School Observing
School observing merupakan suatu kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah
tempat praktek yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok peserta
micoreaching dalam rangka mendapatkan sejumlah data sehubungan dengan
proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan observasi sekolah diawali dengan
mempersiapkan surat pengatar ke sekolah yanga akan dikunjungi. Selanjutnya
mempersiapan lembaran observasi yang telah dipersiapakan oleh dosen
pembimbing. Observasi dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang sesuai dengan pembagian kelompok sebelumnya.
2. Karakteristik
Karakteristik utama microteaching adalah minimalisasi atau penederhanaan.
Kata minimalisasi atau penyederhanaan tersebut mengacu kepada jumlah waktu,
jumlah materi, jumlah keterampilan, dan jumlah mahaiswa. Sharma dalam
Lakshmi (2009:54) mengidentifikasi karakterisitik pembelajaran microteaching.
1) Real Teaching, microteaching is real teaching. However, it focusses of
developing teaaching starts.
2) Scaled down teaching, the following out line is characteristic of scale down
teaching: a) Scaling down the class size of five to ten pupils, b) Scaling down the
duration of period of five to ten minutes, c) Scaling
down the size of topic, and d) Scaling down the teaching skill.
3) Individualised device, it is a highly individualized training device.
4) Providing feedback, it provides the feedback for trainee’s performance.
5) Device for preparing teachers, it is a device to prepare effective teachers.
3. Tujuan
Tujuan utama pembelajaran microteaching ialah untuk mempersiapkan colon
guru yang professional terutama dalam hal penguasaan keterampilan dasar dalam
mengajar. Sukirman (2012:35)mengemukakan tujuan pembelajaran microteaching.
1) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam hal
keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar
memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang maupun
peraturan pemerintah.
3) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara
bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan maksimal sesuai
dengan tuntunan professional sebagai tenaga seorang guru.
Edward Lee Thorndike adalah seorang psikolog Amerika yang tergolong kedalam
aliran Behavioristik telah menggagas beberapa ide penting berkaitan dengan
hukum-kukum belajar, yaitu law of readiness, law of excercise, dan law of effect
(Rahyubi, 2012). Dalam hukum kesiapan (law of readiness) semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah
laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
3.4 Buku Keempat
Dwight Allen, mengatakan bahwa tujuan micro teaching bagi calon guru adalah:
(1) memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan
dasar mengajar, (2) calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya
sebelum merekaterjun ke lapangan, (3) memberikan kemungkinan bagi calon
guruuntuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar mengajar.
Mahasiswa mengambil mata kuliah micro teaching harus sudah lulus Mata
Kuliah Dasar-dasar Kependidikan, Psikologi Pendididkan, Psikologi Belajar,
Perencanaan Pengajaran, Perencanaan Sistem PAI, atau Desain Pembelajaran,
Metodologi Pembelajaran, Profesi dan Etika Keguruan, Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum serta Evaluasi Pembelajran.Dosen selaku pemegang mata
kuliah bekerjasama dengan pengelolah laboratorium micro teaching selaku
pelaksana teknis.
3. Tugas mahasiswa
a. Mempelajari buku pedoman
b. Mengikuti orientasi
c. Membuat program RPP dan Silabus
d. Menyiapkan alat peraga
e. Peer teachingberfungsi sebagai siswa
f. Mengikuti seluruh kegiatan kuliah micro teaching sesuai jadwal
g. Berpakaian sebagai guru
C. Komponen-komponen Keterampilan Dasar dalam Proses Pembelajaran
4.1 KELEBIHAN
4.1.1 Buku Pertama :
1.Materi yang disajikan lengkap disertai banyak dari para ahli
2. Bahasa yang digunakan juga lebih mudah dipakai dikehidupan sehari-hari
3 cover buku sangat menarik
4.2 KEKURANGAN
4.2.1 Buku Pertama
1. Didalam buku ini tidak ada gambar atau diagram dalam mempermudah
pembaca memahami materi yang disajikan sebagai keterangan untuk lebih
menjelaskan dan memudahkan kota mengerti pembahasannya.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran