Anda di halaman 1dari 36

CRITICAL BOOK REVIEW

“PENGEMBANGAN KURIKULUM TEORI DAN PRAKTEK”

(Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,2022 & Dr. H. Hasan Baharun, M.Pd. Dkk,2019)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Kurikulum IPA

OLEH :

Rayanti Oktavia Siallangan_2001010150

Kelas PGA4

Dosen Pengampu: Maria Barus S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Kurikulum IPA yang
berjudul “Critical Book Review”. Saya berterima kasih kepada kepada Dosen pengampu Ibu
Maria Barus S.Pd,.M.Pd yang sudah memberikan bimbingannya.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Pematang Siantar, April 2023

Rayanti Oktavia Siallagan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 1

1.3 Manfaat ........................................................................................................................... 2

1.4 Identitas Buku .................................................................................................................. 2

BAB II RINGKASAN, KELEBIHAN, DAN KEKURANGAN ISI BUKU........................ 3

2.1 Buku Utama .................................................................................................................... 3

2.2 Buku Pembanding ......................................................................................................... 19

2.3 Kelebihan Buku Utama .................................................................................................. 30

2.4 Kelebihan Buku Pembanding ......................................................................................... 31

2.5 Kekurakan Buku Utama ................................................................................................. 31

2.6 Kekurangan Buku Pembanding ...................................................................................... 31

BAB III PENTUP................................................................................................................... 32

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan kurikulum pembelajaran dan pengembangan kurikulum teori dan


praktik merupakan topik yang selalu menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan kurikulum yang baik akan mampu memberikan pengalaman belajar yang efektif
dan efisien bagi siswa. Namun, tidak semua pengembangan kurikulum berhasil memberikan
hasil yang diharapkan. Terkadang, kurikulum yang dikembangkan malah tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa atau tidak mampu menangkap perkembangan zaman. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah kritik yang konstruktif terhadap pengembangan kurikulum agar dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.

Critical book review merupakan salah satu cara untuk memberikan kritik terhadap
sebuah buku atau artikel yang membahas tentang pengembangan kurikulum. Dalam critical
book review, seorang penulis akan mengevaluasi buku tersebut secara kritis dan objektif.
Penulis akan menilai kelebihan dan kelemahan dari buku tersebut serta memberikan saran
untuk perbaikan. Dengan adanya critical book review, diharapkan para pengembang kurikulum
dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam kurikulum yang telah
dikembangkan. Selain itu, para pembaca juga dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap
dan objektif tentang pengembangan kurikulum sehingga dapat membantu mereka dalam
memilih kurikulum yang tepat untuk siswa mereka.

1.2 Tujuan

1. Untuk memberikan evaluasi kritis terhadap buku atau artikel yang membahas tentang
pengembangan kurikulum, sehingga dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ada dalam kurikulum yang telah dikembangkan.
2. Untuk meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum dengan memberikan saran dan
rekomendasi untuk perbaikan serta memberikan informasi yang lebih lengkap dan
objektif tentang pengembangan kurikulum kepada pembaca, sehingga dapat membantu
mereka dalam memilih kurikulum yang tepat untuk siswa mereka.
3. Mendorong pengembang kurikulum untuk terus melakukan penelitian dan
pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan
siswa serta memperkuat kesadaran akan pentingnya pengembangan kurikulum yang
efektif dan efisien bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara
keseluruhan.

1
1.3 Manfaat
1. Memberikan evaluasi kritis terhadap buku atau artikel yang membahas tentang
pengembangan kurikulum, sehingga dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada
dalam kurikulum yang telah dikembangkan.
2. Meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum dengan memberikan saran dan
rekomendasi untuk perbaikan.
3. Memberikan informasi yang lebih lengkap dan objektif tentang pengembangan
kurikulum kepada pembaca, sehingga dapat membantu mereka dalam memilih kurikulum
yang tepat untuk siswa mereka.
4. Mendorong pengembang kurikulum untuk terus melakukan penelitian dan
pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan
siswa.
5. Memperkuat kesadaran akan pentingnya pengembangan kurikulum yang efektif dan
efisien bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

1.4 Identitas Buku


A. Buku Utama
1. Judul : Pengembangan Kurikulum: Teori dan Paktek
2. Edisi : keduabelas, Januari 2022
3. Pengarang : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
4. Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
5. Kota terbit : Bandung
6. Tahun terbit : 2022
7. ISBN : 979-514-601-7
B. Buku Pembanding
1. Judul : Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik
2. Edisi : cetakan pertama, Juni 2019
3. Pengarang : Dr. H. Hasan Baharun, M. Pd. dkk.
4. Penerbit : Pustaka Nurja
5. Kota terbit : Kanganyar Paiton Probolinggo
6. Tahun terbit : 2019
7. ISBN : 978-602-61794-0-1

2
BAB II

RINGKASAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU

2.1 Buku Utama

BAB 1. KOSEP KURIKULUM

Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.


Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Mauritz Johnson (1967, hlm. 130) kurikulum "prescribes (or at least anticipates)
the result of in- struction". Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di
samping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh
para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teoretis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

Konsep Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik


pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut
pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno,
dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu
kurikulum sebagai "... a racecourse of subject matters to be mastered" (Robert S. Zais, 1976,
hlm. 7). Banyak orang tua bahkan juga guru-guru, kalau ditanya tentang kurikulum akan
memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran. Lebih khusus mungkin
kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.

Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan

1. Pendidikan Klasik
Kurikulum pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil
dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan guru-guru,
apalagi siswa. Isi disusun secara logis, sistematis, dan berstruktur, dengan berpusatkan
pada segi intelektual, sedikit sekali memperhatikan segi-segi sosial atau psikologis
peserta didik. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dan lebih dominan. Dalam
pengajaran, ia menentukan isi, metode, dan evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung
jawab dalam segala aspek pengajaran. Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai
penerima informasi dan tugas-tugas dari guru.
2. Pendidikan Pribadi

3
Kurikulum pendidikan pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan
kemampuan siswa. Materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru- guru dengan melibatkan siswa. Tidak
ada suatu kurikulum standar, yang ada adalah kurikulum minimal yang dalam
implementasinya dikem- bangkan bersama siswa. Isi dan proses pembelajarannya
selalu berubah sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3. Teknologi Pendidikan
Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam
kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang
mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup
lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai dengan rincian bahan
ajar yang dipelajari oleh siswa, yang tersusun dalam satuan-satuan bahan ajar dalam
bentuk satuan pelajaran, paket belajar, modul, paket program audio, video ataupun
komputer. Dalam satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula kegiatan
pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
4. Pendidikan Interaksional
Kurikulum pendidikan interaksional menekankan baik pada isi maupun proses
pendidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem- problem nyata yang aktual
yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses pendidikannya berbentuk
kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antarsiswa,
siswa dan guru, maupun antara siswa dan guru dengan sumber-sumber belajar yang
lain.

BAB 2. TEORI KURIKULUM

Apakah Teori Itu

Mengenai apakah teori itu, telah ada beberapa kesepakatan di antara para ahli, tetapi
juga ada beberapa perbedaan pendapat. Kesepakatan yang telah diterima secara umum, bahwa
teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan
serangkaian hal. Ketidaksepakatannya terletak pada karakteristik pernyataan tersebut.

Teori Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu ilmu terapan (applied science), yaitu terapan dari ilmu atau
disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi, dan humanitas. Sebagai ilmu terapan,
perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran-pemikiran filosofis-teoretis, penelitian
empiris dalam praktik pendidikan. Dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli menyatakan
bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu yang "belum jelas". Hal itu diperkuat oleh kenyataan
bahwa cukup sulit untuk dapat merumuskan teori pendidikan. Teori-teori pendidikan yang ada
lebih menggambarkan pandangan filosofis, seperti teori pendidikan Langeveld, Kohnstam, dan

4
sebagainya, atau lebih menekankan pada pengajaran seperti teori Gagne, Skinner, dan
sebagainya.

Teori Kurikulum

1. Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai
substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum,
dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat
menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para
penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
propinsi, ataupun seluruh negara.
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum.
Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan,
bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan
prosedur kerja bagaimana cara me- nyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyem- purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang
dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
2. Perkembangan Teori Kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan
tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin
Babbit tahun 1918. Bobbit sering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, ia
perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan
dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah
dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai
dasar pengembangan kurikulum.

5
BAB 3 LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN
KURIKULUM

Landasan Filosofis

1. Dasar-dasar Filsafat Dewey


Filsafat Dewey lebih berkenaan dengan epistemologi dan tekanannya kepada
proses berpikir. Proses berpikir merupakan satu dengan pemecahan yang bersifat
tentatif, antara ide dengan fakta, antara hipotesis dengan hasil. Proses berpikir
merupakan proses pengecekan dengan kejadian- kejadian nyata. Dalam filsafat Dewey
kebenaran itu terletak dalam perbuatan atau truth is in the making, yaitu adanya
persesuaian antara hipotesis dengan kenyataan.
2. Teori Pendidikan Dawey
Pendidikan berarti perkem- bangan, perkembangan sejak lahir hingga
menjelang kematian. Jadi, pendidikan itu juga berarti sebagai kehidupan. Bagi Dewey,
Education is growth, development, life. Ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak
mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses
pendidikan juga bersifat kontinu, merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan
pengubahan pengalaman hidup. Jadi, pendidikan itu merupakan organisasi pengalaman
hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan pengalaman
hidup sendiri.

Landasan Psikologis

Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu


yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkunganya.
Perilaku perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang
tampak maupun tidak tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.

BAB 4 LANDASAN SOSIAL-BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU DAN


TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendidikan dan Masyarakat

Ada tiga sifat penting pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan
memberikan pertimbangan nilai. Hal itu disebabkan karena pendidikan diarahkan pada
pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan
masyarakat. Karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat
nilai. Proses pendidikannya juga harus bersifat membina dan mengembangkan nilai. Kedua,

6
pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Generasi muda perlu
mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan- kecakapan
untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, baik sebagai warga maupun sebagai karyawan.
Ketiga, pelaksanaan pendidikan di- pengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat
tempat pendidikan itu berlangsung. Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap pendidikan,
karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Proses pendidikan
merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat. Pelaksanaan pendidikan membutuhkan
dukungan dari lingkungan masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya,
politik, keamanan, dan lain-lain.

Perkembangan Masyarakat

Mobilitas yang tinggi mempercepat pertemuan antarsuku dan antarbangsa, membuka


daerah-daerah yang terisolasi, meningkatkan pemerataan pembangunan. Komunikasi sangat
cepat, lancar, dan akurat memudahkan perolehan informasi, yang sangat berharga baik bagi
kepentingan bisnis, pemerintahan, penelitian, rekreasi, maupun hobi. Pertemuan antarsuku
bangsa, antarbangsa, dan antarras dengan berbagai tradisi, kebudayaan, kemampuan
masyarakat makin sering terjadi. Maka terjadilah proses pembauran budaya, tradisi, nilai-nilai,
pengetahuan, dan lain-lain malah terjadi pembauran suku, bangsa, atau ras. Di samping
pembauran, pertentangan atau konflik antarsektor sosial-budaya adakalanya juga terjadi.
Melalui proses alkulturalisasi, pertentangan atau konflik-konflik ini berangsur-angsur
berkurang.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Masa setelah
abad pertengahan sering disebut zaman modern. Perkem bangan ilmu pengetahuan pada masa
ini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba, seperti Thales,
Phythagoras, Leucipos, Demokritos, Socrates, Plato, Aristoteles, Euclid, Archimides,
Aristarhus yang hidup sebelum Masehi, sampai kepada Al-Khawarizmi yang hidup pada abad
ke-9. Perkembangan ilmu pengetahuan modern tidak dapat dilepaskan dari peranan ilmuwan
Muslim, seperti dike- mukakan Briffault dalam Making of Humanity (dalam C.A. Qodir, 1995:
2).

7
Perkembangan Teknologi

Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
bantuan alat dan akal (hardware dan software) sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindera, dan otak manusia.
Sebenarnya sejak dahulu, teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi.
Kalau manusia zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah,
sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi yaitu teknologi sederhana. Mengapa
manusia menggunakan teknologi, karena manusia berakal. Dengan akalnya itu ia ingin hidup
lebih baik, lebih mudah, lebih aman, lebih sejahtera.

Penemuan teknologi pertama yang cukup penting adalah teknologi api. Dengan
teknologi ini manusia mendapatkan penerangan pada malam hari, bisa menghangatkan badan,
dan mengolah berbagai bahan makanan. Berkat api, makanan menjadi lebih lunak, lebih lezat,
dan lebih sehat. Penemuan teknologi api mendasari pengembangan teknologi lain pada masa-
masa berikutnya, umpamanya teknologi penerangan, teknologi pemadam kebakaran, teknologi
pembuangan asap, dan yang paling penting dan banyak mendasari pengembangan teknologi
lebih lanjut adalah teknologi logam. Dengan teknologi api, bijih timah, besi, mangan, tembaga,
perak, mas, dan lain-lain, dapat diolah menjadi batangan kemudian diolah lebih lanjut menjadi
berbagai alat kebutuhan manusia. Pengembangan suatu teknologi sering berdampak negatif,
karena itu perlu temuan teknologi lain untuk mengatasinya, seperti teknologi untuk mengatasi
kebakaran, mengurangi polusi, dan sebagainya.

Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi terhadap pendidikan selain bersifat tidak
langsung seperti yang telah dikemukakan terdahulu, juga yang bersifat langsung.
Perkembangan ilmu dan teknologi bukan hanya yang bentuk hardware tetapi juga software dan
hubungan antarmanusia. Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya, merupakan
tempat pemindahan teknologi yang bersifat software dan hubungan antarmanusia. Di sekolah,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya, dipelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip,
kaidah-kaidah, cara-cara dan pendekatan- pendekatan baru, untuk memahami dan
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan di rumah dan di masyarakat, dalam
pekerjaan serta dalam hubungan-hubungan yang lebih luas. Hal-hal tersebut juga menuntut
selalu adanya perkembangan dari pendidikan.

8
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung, maupun tidak
langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah mem- berikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan
dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat
menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.

BAB 5 MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

Kurikulum Subjek Akademis

Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama
berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang
tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Karena kurikulum ini sangat
praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya.

Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan


esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-
hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar
adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar
adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru.

Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para
ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis, dan solid. Para
pengembang kurikulum tidak perlu susah- susah menyusun dan mengembangkan bahan
sendiri. Mereka tinggal memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin

Kurikulum Humanistik

1. Konsep Dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J.
Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama

9
kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang
pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya
kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia
yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif
(emosi, sikap, perasaan, nilai, dan nilai)
2. Kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen,
yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan segi-
segi kognitif (kemampuan intelektual). Pendidikan konfluen kurang
menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif). Menurut mereka
kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang
harus dimiliki murid-murid. Kurikulum hendaknya
3. Beberapa Ciri-Ciri Kurikulum Konfluen
Kurikulum konfluen menyatukan pengetahuan objektif dan subjektif,
berhubungan dengan kehidupan siswa dan bermanfaat baik bagi individu
maupun masyarakat. Hal itu sesuai dengan konsep Gestalt bahwa sesuatu itu
dikatakan berarti (penting - red) apabila bermanfaat bagi keseluruhan.
Pendidikan konfluen sangat mengutamakan kesatuan dari keseluruhan.
4. Metode-Metode Belajar Konfluen
Para pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk
berbagai bidang pengajaran. Kurikulum tersebut mencakup tujuan, topik- topik
yang akan dipelajari, alat-alat pelajaran, dan buku teks. Pengajaran konfluen
juga telah tersusun dalam bentuk rencana-rencana pelajaran, unit- unit pelajaran
yang telah diujicobakan. Kebanyakan bahan tersebut diajarkan dengan teknik
afektif. George Issac Brown telah memberikan sekitar 40 macam teknik
pengajaran konfluen, di antaranya: dyads yang merupakan latihan komunikasi
afektif antara dua orang, fantasy body trips merupakan pemahaman tentang
badan dan diri individu, rituals yaitu suatu kegiatan untuk menciptakan
kebiasaan, kegiatan atau ritual baru.

10
5. Karakteristik kurikulum humanistic
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi ist, dan evaluasi. Menurut par humanis,
kurikulum befungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan m) berharga untuk
membantu memperlancar perkembangan pribadi m nd Bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribad yang dinamis yang diarahkan
pada pertumbuhan, integritas, dan otonom kepribadian, sikap yang sehat
terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar Semua itu merupakan bagian dari
cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (elf actualizing person).
Seseorang yang telah mamp mengakutalisasikan diri adalah orang yang telah
mencapai keseimbanga harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik
aspek kogniti estetika, maupun moral. Seorang dapat bekerja dengan baik bila
memiliki karakter yang baik pula.

Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.


Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumbe pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kers sama
atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, rekap juga antara siswa dengan
siswa siswa dengan orang-orang di lingkunga nya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui
interaksi dan kega ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya
dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik

Teknologi dan Kurikulum

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology),
sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (syster
technology).

1. Beberapa Ciri Kurkulum Teknologis


Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki
beberapa ciri khusus, yaitu:

11
a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci
menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.
Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan
yang dapat diamati atau diukur.
b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila
terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat. Tujuan-tujuan
pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa
menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan
kecepatan masing-masing.
2. Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum model lama, menurut para ahli teknologi pendidikan,
penyusunan kurikulum, penyusunan buku-buku serta perangkat kurikulum lainnya lebih
bersifat seni dan didasarkan atas kepentingan politik daripada landasan-landasan ilmiah dan
teknologis Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-
konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum disusun dengan fokus pada
nilai-nilai tadi. Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:
1) Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disem- purnakan oleh pengembang
kurikulum yang lain, 2) Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa
diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama. Inti dari pengembangan
kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat
dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program
pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.

BAB 6 ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

Komponen-Komponen Kurikulum

1. Tujuan
2. Bahan ajar
3. Strategi mengajar
4. Media mengajar

12
5. Evaluasi pengajaran
6. Penyempurnaan Pengajaran

Desain Kurikulum

Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang- kurangnya dikenal
tiga pola desain kurikulum, yaitu:

1. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
2. Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
3. Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang
dihadapi dalam masyarakat.

BAB 7 PROSES PENGAJARAN

Keseimbangan Antara Isi dan Proses

Baik dalam uraian tentang model-model konsep kurikulum, maupun dalam macam-
macam desain kurikulum, masalah isi dan proses pengajaran selalu menjadi tema dan titik
tolak. Hal itu disebabkan kedudukan kedua komponen kurikulum tersebut sangat penting.
Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ada yang berpendapat bahwa kurikulum itu
tidak lain dari suatu program pendidikan yang berisi jalinan antara isi dengan proses
penyampaiannya. Pendapat demikian tidak seluruhnya benar tetapi mengandung kebenaran,
mengingat kedua komponen tersebut berperanan sebagai kunci.

Isi Kurikulum

Ada empat hal pokok penting dalam proses pendidikan. Pertama, peranan struktur bahan, dan
bagaimana hal tersebut menjadi pusat kegiatan belajar. Hal yang sangat penting dalam
menyusun dan mengembangkan kurikulum adalah bagaimana memberikan pengertian kepada
siswa tentang struktur yang mendasar terhadap tiap mata pelajaran. Bagaimana mengajarkan
struktur mendasar secara efektif, serta bagaimana menciptakan kondisi belajar yang
mendukung hal tersebut. Kedua, proses belajar menekankan pada berpikir intuitif. Berpikir
intuitif merupakan teknik intelektual untuk mencapai formulasi tentatif tanpa mengadakan
analisis langkah demi langkah. Ketiga, masalah kesiapan (readiness) dalam belajar. Pada masa
lalu, sekolah banyak membuang waktu untuk mengajarkan hal-hal yang terlalu sulit bagi anak,

13
karena kurang memperhatikan kesiapan belajar. dorongan untuk belajar (learning motives)
serta bagaimana membangkitkan motif tersebut.

Proses Belajar

1. Belajar intuitif
2. Belajar bermakna
3. Hubungan macam-macam belajar dengan taksonomi Bloom
4. Mengingat dan lupaa
5. Kelebihan belajar bermakna
6. Inhibisi proaktif dan retroaktif

Kesiapan Belajar

Perkembangan intelek

Perkembangan intelek anak bukanlah suatu rangkaian yang bersifat tertutup, tetapi
terbuka, merespons terhadap pengaruh lingkungannya terutama lingkungan sekolah.
Perkembangan intelek anak perlu ditunjang oleh kesempatan-kesempatan yang berguna agar
berkembang lebih pesat. Menurut David Page seorang ahli dan guru yang sangat
berpengalaman dalam mengajar matematika, dalam pengajaran dari Taman Kanak-Kanak
sampai Perguruan Tinggi dalam perkembangan intelek menunjukkan kecenderungan yang
sama, bahwa anak lebih spontan, lebih kreatif, lebih energik dibandingkan dengan orang
dewasa. Belajar anak dalam segala hal lebih cepat dibandingkan dengan orang tua.

Kegiatan Belajar

Dalam mempersiapkan bahan pelajaran, biasanya kita susun bahan pelajaran tersebut
dalam rentetan episode (satuan pelajaran). Dalam tiap episode terdapat ketiga proses di atas.
Episode belajar dapat panjang, juga dapat pendek, berisi banyak konsep, atau hanya beberapa
konsep saja. Dalam menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
murid, episode-episode bahan pelajaran, kita manipulasi dengan beberapa cara. Cara-cara yang
biasa dilakukan adalah: memper- panjang atau memperpendek isi episode, memberikan
ganjaran dalam bentuk pujian, pemberian gelar juara, dan sebagainya, mempersiapkan
pertanyaan yang dapat memberikan motivasi intrinsik atau ekstrinsik.

Spiral Kurikulum

14
Kurikulum bukan sesuatu yang statis tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka.
Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk di sekitar prinsip-prinsip,
masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum selalu membutuhkan baik anak
didik maupun masyarakat sekitarnya.

Minat dan Motif Belajar

Pembangkitan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila proses belajar lebih
menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, serta
mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar.

BAB 8 PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikum

1. Prinsip-prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip
relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke
luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan,
isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan
tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa
untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
2. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum.
Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan
penilaian.

Pengembang Kurikulum

1. Peranan para administrator pendidikan


2. Peranan para ahli
3. Peranan guru
4. Peranan orang tua murid

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

15
1. Perguruan tinggi
2. Masyarakat
3. Sistem nilai

Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum

Artikulasi dalam pendidikan berarti "kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman


belajar". Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara
menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, metode serta
isi penga- jaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Bila artikulasi
dilaksanakan dengan baik akan terwujud kesinambungan pengalaman belajar sejak TK sampai
Perguruan Tinggi, juga antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya secara horizontal.
Tanpa artikulasi akan terdapat keragaman baik dalam isi, metode maupun perhatian terhadap
perkembangan anak.

Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama


terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengem- bangan kurikulum. Hal itu
disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik
antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena
kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.

Model-Model Pengembangan Kurikulum

1. The administrative model


2. The grass roots model
3. Beauchamp’s System
4. The demonstration model
5. Taba’s inverted model
6. Roger’s interpersonal
7. The systematic action-research model
8. Emerging technical models

BAB 9 EVALUASI KURIKULUM

Evaluasi dan Kurikulum

16
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor

1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.


2. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep
kurikulum yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya
juga berubah.

Konsep Kurikulum

Kurikulum yang menekankan pada organisasi menolak pendapat bahwa penguasaan


pengetahuan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kurikulum yang menekankan organisasi
juga sesungguhnya sukar untuk diukur. Secara teoretis penyusunan tes yang spesifik dapat
dibuat, tetapi seperti telah diutarakan di muka, isi kurikulum tidak spesifik, tujuannya dapat
dicapai dengan cara yang berbeda-beda. Tes yang disusun akan banyak menyangkut proses
belajar yang bersifat umum. Lebih jauh, kalau penyusunan tes hasil belajar didasarkan pada
tujuan, maka kurikulum yang menekankan pada organisasi, tesnya akan lebih banyak
mengukur tujuan-tujuan tingkat tinggi pada klasifikasi Bloom (analisis, sintesis, dan evaluasi).

Implementasi dan Evaluasi Kurikulum

Macam-macam model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek- aspek tertentu
yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat
komparatif berkaitan erat dengan tingkah- tingkah laku individu, evaluasi yang menekankan
tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajaran atau isi
kurikulum, model (pendekatan) antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk mengevaluasi
tingkah-tingkah laku dalam suatu lembaga sosial. Dengan demikian sesungguhnya terdapat
hubungan yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga
merupakan teori dari evaluasi kurikulum.

Peranan Evaluasi Kurikulum

Pendekatan evaluasi yang bersifat goal free bertolak dari sikap kebudayaan yang
majemuk (cultural pluralism). Sikap kebudayaan yang majemuk mempunyai dasar relativis,
memandang bahwa tiap pandangan sama baiknya. Dalam evaluasi kurikulum sudah tentu
pandangan ini mempunyai kesulitan yang cukup besar, sebab alat-alat evaluasi yang digunakan

17
bertolak dari dasar posisi nilai yang berbeda. Dengan demikian evaluasi juga bersifat relatif.
Evaluasi model ini dapat ditemukan pada para peneliti yang memandang pekerjaannya semata-
mata hanya sebagai pengumpulan data.

Ujian Sebagai Evaluasi Sosial

Ujian bukan saja menunjukkan nilai pengetahuan atau kemampuan secara sosial, tetapi
juga telah merupakan peraturan dari sekolah. Dalam dua dekade pertama dari abad 20 sejumlah
ahli psikologi dikumpulkan dalam satu komisi untuk menyusun tes kecerdasan. Hasilnya
digunakan untuk menyeleksi anak-anak yang akan masuk ke sekolah menengah yang tidak
mampu membayar uang sekolah. Kemudian tes tersebut juga digunakan sebagai alat bagi
penentuan kenaikan kelas serta sebagai saringan masuk. Pelaksanaan ujian-ujian tersebut
sejalan dengan anggapan masyarakat pada waktu itu, bahwa hanya sebagian dari penduduk
yang mempunyai kemampuan untuk menguasai pengetahuan pada suatu jenis sekolah atau
pada jenjang sekolah tertentu. Sistem ujian yang mempunyai nilai historis ini juga digunakan
untuk mengontrol efisiensi dan efektivitas pelaksanaan sekolah. Apakah sistem ini dipandang
baik atau jelek bergantung pada pandangan yang menggunakannya.

Model-Model Evaluasi Kurikulum

Bagian ini membahas perkembangan evaluasi kurikulum, yaitu evaluasi kurikulum


sebagai fenomena sejarah, suatu elemen dalam proses sosial dihubungkan dengan
perkembangan pendidikan

1. Evaluasi model pendidikan


Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori
dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
2. Evaluasi model objektif
3. Model campuran multivariasi

BAB 10 GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Guru Sebagai Pendidik Profesional

Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama
pendidikan merupakan pendidik professional. Sebagai pendidik professional, guru bukan saja

18
dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan professional.

Guru Sebagai Pembimbing Belajar

Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu,
sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam
konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan
pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.

Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum

1. Peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi


2. Peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi

Pendidikan Guru

1. Masalah pendidikan guru


2. Standarisasi pendidikan guru
3. Pendidikan guru berdasarkan kompetensi
4. IKIP,FKIP,STKIP sebagai lembaga pendidikan guru

2.2 Buku Pembanding

BAB 1 KONSEP DASAR KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi,
tetapi dari definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada yang menekankan
pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses atau
pengalaman belajar.

Tujuan Fungsi Kurikulum

1. Tujuan Kurikulum
Dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan
mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kuri
kulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama

19
perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh
pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama
falsafah Negara.
2. Fungsi Kurikulum
a. Bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan
1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yang diinginkan atau
dalam istilah KBK disebut standar kompetensi PAI, meliputi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi tama tan/lulusan,
kompetensi bahan kajian PAI, kompetensi mata pelajaran PAI (TK, SD/MI. SMP/MTs,
SMA/MA), kompetensi mata pelajaran kelas (Kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX,
X, XI, XII).
2. Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan Pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah.
b. Bagi sekolah atau madrasah di atasanya:
1. Melakukan penyesuaian.
2. Menghindari keterulangan sehingga boros waktu.
3. Menjaga kesinambungan.
c. Bagi Masyarakat:
1. Masyarakat sebagai pengguna lulusan (users), sehingga sekolah/madrasah harus
mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam konteks pengembangan
PAI.
2. Adanya kerjasama yang harmonis dalam hal pembenahan dan pengembangan kurikulum PAI

Peranan Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat
penting, yaitu peran konservatif, peran kritis dan evaluatif serta peran kreatif.

Guru dan Kurikulum

1. Pengertian Guru
Pendidik atau lebih populer dikatakan sebagai Guru adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
ins truktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan khusussanya, serta
berpartipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
2. Guru sebagai tokoh kunci dalam pendidikan
Peranan guru yang begitu besar dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif,
sebagai agen moral, innovator, dan kooperatif.

BAB 2 PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kritik Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

20
Pendidikan adalah kodrat bagi manusia. Keberadaan pendidikan berlangsung dari satu
generasi ke generasi di sepanjang eksistensi kehidupan manusia. Sasaran utama dalam
pendidikan adalah membina kemampuan berkreativitas agar segala perubahan yang
bermanfaat bagi kelangsungan dan perkembangan kehidupan dapat dicipta. Untuk itu, proses
pendidikan difokuskan pada pembinaan tiga potensi kejiwaan yaitu rasa, cipta dan karsa yang
pembinaannya diarahkan pada kecerdasan spiritual, intelektual dan moral.

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah/Madrasah

Wina Sanjaya, bahwa peran-peran guru itu diantaranya:


1. Guru sebagai sumber belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai
sumber belajar berkaitan erat dengan penguasan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau
tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik
manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan
sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

2.Guru sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa
dalam kegiatan proses pembelajaran.

3. Guru sebagi pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan


iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

Model Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Evaluasi merupakan komponen kurikulum dan mungkin dan mungkin merupakan aspek
kegiatan pendidikanyang dipandang paling kecil. Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil evaluasi
pada dasarnya dapat digolongkan menjadi empat kategori:

1. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
2. Untuk menentukan angka/hasil belajar masing-masing murid yang antara lain
diperlukan untuk penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya murid.
3. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid.
4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memecah kan kesulitan-kesulitan tersebut.

BAB 3 KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM DI SEKOLAH/MADRASAH

21
Pendahuluan

Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yang menjadi alat mencapai
tujuan pendidikan, maka sebagai alat pendidikan, kurikulum mempunyai komponen-
komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lain.

Komponen-Komponen Kurokulum Di Sekolah/Madrasah

1. Visi dan Misi


Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin
diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau
ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau masa yang
akan datang.
2. Tujuan Pendidikan
Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target atau
sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan suatu kurikulum. komponen ini
sangat penting, karena melalui tujuan, materi proses dan evaluasi dapat
dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan kurikulum dimaksud.
3. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.
4. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang
harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar
kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah, kompetensi dasar merupakan
penjabaran dari standar kompetensi.
5. Indikator Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6. Isi/Mata Pelajaran
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen
tujuan. Yang dimaksud dengan komponen materi adalah bahan-bahan kajian yang
terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman dan keterampilan yang
dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai komponen tujuan.
7. Struktur dan Muatan Kurikulum

22
Struktur kurikulum adalah pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman dan keluasan
muatan kurikulum untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan beban
belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
8. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar adalah satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket atau system kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan
jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.
9. Pengembangan Muatan Lokal
Muatan lokal adalah muatan untuk mengembangkan potensi daerah sebagai
sebagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah / madrasah. Selain itu
muatan lokal juga sebagai upaya untuk melestarikan bahasa daerah yang berbasis
kebudayaandan kesenian pada daerah di mana madrasah itu berkembang.
10. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengem bangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik.
11. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Life skill dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Istilah
Kecakapan Hidup (life skills) sendiri diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
12. Ketuntasan Belajar, Sistem Penilaian
Secara harfiah tuntas dalam buku besar bahasa Indonesia berarti “habis”,
ketuntasan berarti “keadaan tuntas atau habis”. Dari arti kamus tersebut dapat
diberikan pemaknaan bahwa ketuntasan belajar yaitu keadaan kompetensi siswa
setelah tuntas atau habis menguasai keseluruhan materi yang dipelajarinya. Dengan
kata lain, ketuntasan belajar itu adalah keadaan di mana siswa habis menguasai
seluruh kompetensi dasar yang ada dalam mata pelajaran tertentu. Senada dengan
itu Surakhmad mengatakan bahwa pembelajaran tuntas (mastery learning)
dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa
23
menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar atas
pelajaran tertentu.
13. Sistem Penilaian
Penilaian (assessment) penafsiran hasil pengukuran & pencapaian hasil belajar.
a. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan
hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan
umpan balik perbaikan proses pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
Penilaian kelas terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan
umum. Bahan penilaian kelas sesuai dengan kalender pendidikan.
b. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka
mempernbaiki program pembelajaran (program remedial)
c. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diseleng garakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh pencapaian ke tuntasan belajar peserta didik dalam satuan
waktu tertentu.
d. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu penilaian terhadap proses dan hasil
untuk menuju ke suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan
dapat ditentukan ditingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik dapat
mencapai satu tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan usaha dan keuletannya.
e. Penilaian Program
Penilaian program dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan.
14. Pengembangan Silabus
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai: “Garis besar, ringkasan, ikhtisar atau
pokok-pokok isi atau materi pelajaran”.25 Istilah ini digunakan untuk menyebut
suatu produk berupa penjelasan lebih lanjut dari SK dan KD pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan atau KI dan KD pada Kurikulum 2013 yang ingin
24
dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengertian yang agak lebih
rinci, silabus didefinisikan sebagai: “rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
15. Kalender Pendidikan
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan
dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender
pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

BAB 4 KURIKULUM 2013

Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan baru pemerintah dalam bidang pendidikan
yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh
bangsa Indonesia ke depan.

Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

1. Landasan Yudiris
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Landasan Filosofis
Menurut E. Mulyasa, pengembangan kurikulum 2013 secara filosofis
berlandaskan:
a. Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.

25
b. Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur nilai akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
3. Landasan Empirik
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi,
termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan
mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan anti korupsi melalui kegiatan
pembelajaran di dalam satuan pendidikan. Maka kurikulum harus mampu memandu
upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.
4. Landasan Teoritik
Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengem bangan kurikulum
sebagai dokumen dan proses. Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum
berbasis kompetensi.
5. Landasan Konseptual
a. Relevansi pendidikan (link and match).
b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter.
c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).
d. Pembelajaran aktif (student active learning).
e. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.

BAB 5 PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dalam Sisdiknas dinyatakan bahwa sekolah berfungsi membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yaitu warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, mandiri, kritis dan kreatif, sehat
jasmani dan rohaninya serta mempunyai rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.
Tujuan dari pendidikan, isi, bahan, metode, serta evaluasi hasil belajar dirancang menjadi suatu
program kegiatan pendidikan yang disebut kurikulum. Maka dalam rangka memenuhi fungsi
itulah kurikulum perlu disusun dan diorganisir, dikembangkan sedemikian rupa agar sejalan
dengan harapan dan fungsinya. Kurikulum sebagai program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan mempunyai peran sentral dalam kegiatan
pendidikan di sekolah.

BAB 6 PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN KURIKUKLUM PAI

Istilah Problema atau Problematika berasal dari Bahasa Inggris yaitu “problematic”
yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal

26
yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan masalah. Permasalahan situasi yang dapat
didefinisi sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan. Sedangkan
yang lain menyatakan bahwa “problema/ problematika” merupakan suatu kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Menurut Endang Porwanti, menyatakan bahwa
“problema/problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi
kesenjangan itu.”

Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam Sistem Pendidikan yang terbagi menjadi
tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga, diakuinya keberadaan lembaga
pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, diakuinya
Pendidikan Agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value), yakni ditemukannya nilai-
nilai Islami dalam Sistem Pendidikan. Walaupun demikian, Pendidikan Islam yang
dilaksanakan di sekolah/ madrasah tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini.
Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

BAB 7 PERAN FILSAFAT DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan (the mother of sciences) pada dasarnya
bermaksud untuk menjawab seluruh problematika yang ada maupun yang mungkin ada.
Masalah yang berkaitan dengan trilogi metafisika, yaitu manusia, Tuhan dan alam beserta
problematikanya menjadi isu utama yang yang menjadi kajian filsafat. Seiring dengan
perkembagan dan perubahan yang terjadi di masyarakat, ternyata ada banyak berbagai masalah
kemanusiaan yang tidak mampu dijawab oleh filsafat. Maka lahirnya ilmu pengetahuan
sesungguhnya merupakan jawaban atas kegagalan filsafat dalam menjawab problem
kemanusiaan universal. Sejarah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan
menunjukkan filsafat tidak lagi menjadi unsur dominan dalam penyelesaian berbagai masalah
yang muncul, meskipun filsafat tetap memberikan kontribusi besar bagi lahir dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang semula menjadi obyek kajian
filsafat, tetapi dalam perkembanganya kini telah menjadi topik pokok perhatian dari ilmu
pengetahuan.

BAB 8 LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam, diperlukan landasan kuat agar


supaya nilai kurikulum memiliki nilai guna bagi masyarakat. Menurut Tyler, landasan
kurikulum terdiri dari landasan filosofis, sosial, budaya dan psikologis. Pendapat tersebut
serupa dengan yang dikemukakan Murray Print bahwa landasan kurikulum terdiri dari landasan
filosofis, sosial budayan dan psikologi, Perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan
terakhir beliau menambahkan atau melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen.

BAB 9 PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

27
Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua katagori, yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum di
mana pun. Di samping itu, prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang
membangunnya. Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan
situasi tertentu. Prinsip ini juga merajuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri.

BAB 10 JENIS & MODEL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Jenis atau tipe atau organisasi kurikulum, merupakan bentuk bahan pelajaran disusun
dandisampaikan kepada murid-murid. Jenis kurikulum juga merupakan suatu dasar yang
penting dalam pembinaan kurikulum dan berhubungan erat dengantujuan program pendidikan
yang hendak dicapai, karena itu, bentuk kurikulumturut menentukan bahan pelajaran,
urutannya dan cara penyampaiannya kepadasubjek didik. Pada dasarnya model apapun
kurikulumnya sangat ditentukan padakemampuan guru. Hal ini sejalan dengan apa yang
dijelaskan oleh Nasution, selain dari itu organisasi kurikulum menentukan juga peranan guru
dalampembinaan kurikulum.

BAB 11 PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang secara umum tentang kegiatan atau proses penyusunan, pelaksanaan,
penilain, dan penyempurnaan kurikukulum PAI untuk menghasilkan pendidikan Islam yang
lebih baik. Ada empat pendekatan dalam teori kurikulum yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam, yaitu; pendekatan subjek akademis,
pendekatan humanistis, pendekatan tekhnologis, pendekatan rekonstruksi sosial. Pada
Pengembangan Kurukulum PAI dapat menggunakan pendekatan eklektik, yakni dapat memilih
yang terbaik dari keempat pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristiknya.

BAB 12 LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Pengembangan kurikulum PAI diibaratkan sebuah siklus, suatu proses berulang yang
tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri atas empat unsur, yakni tujuan, metode dan
material, penilaian, serta umpan balik. Adapun langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan kurikulum sebagai berikut: perumusan tujuan, penentuan isi, pemilihan
kegiatan, perumusan evaluasi. Peran orang tua sangat memiliki andil yang cukup beasr dalam
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama
antara sekolah, guru dan orang tua. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum
dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anak
di rumah. Orang tua juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai
kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan guru dan orang tua, pameran sekolah
dan sebagainya.

28
BAB 13 PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SEKOLAH UMUM TK, SD, SMP,SMK

Efektifitas kurikulum tergantung pada implementasinya dalam proses instruksional


yang dikembangkan oleh guru dengan metode pembelajaran yang membangkitkan prakarsa,
partisipasi, mengilhami (inspiring) dan motivasi belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap, kebiasaan, maupun nilai-nilai agama Islam serta mengantarkan
terbentuknya kepribadian muslim yang integratif, yaitu individu
yang memiliki pengetahuan agama, beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia yang
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan metode pembelajaran PAI di sekolah
umum (TK, Sd, SLTP, dan SMA/SMK) yang selama ini dilakukan yaitu didasarkan atas unsur
mata pelajaran yang meliputi: keimanan, ibadah, al-Qur’an, akhlak, mu’amalah, syari’ah, dan
tarikh temyata lebih terfokus pada orientasi keluasan materi pelajaran
saja dan kurang memperhatikan kedalaman materinya, sehingga pembelajaran PAI cenderung
menghasilkan penguasaan materi yang parsial. Oleh karena itu, maka diperlukan
pengembangan metode PAI dengan model konvergensi yang mengintegrasikan
pendekatan unsur mata pelajaran (untuk mengembangkan orientasi keluasan materi pelajaran)
dengan pendekatan aspek hasil belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, normatif
dan psikomotor (untuk mengembangkan orientasi kedalaman materi pelajaran), sehingga
pembelajaran PAI menghasilkan kemampuan yang integrative.

BAB 14 PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI


PERGURUAN TINGGI UMUM (PTU)

Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum merupakan kelanjutan dari


pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari tingkat dasar, sekolah menengah
pertama dan atas. Pemberian dan pengelolaan mata kuliah PAI secara baik dan setara dengan
mata kuliah lain di PTU adalah hak bagi setiap mahasiswa Islam. Realitas Pendidikan Agama
Islam di PTU masih berada di pinggiran. Nilai mata kuliah PAI sering mendapat nilai
dongkrakan dan tidak menentukan bobot kelulusan akademik. Selain itu, bobot perkuliahan
PAI di beberapa PTU sebanyak 2 SKS, yang pada umumnya dianggap terlalu minim dan tidak
mencukupi Tantangan Pendidikan Agama Islam yang begitu kompleks pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal dari
pendidikan Islam. Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama sebagai program
pendidikan, baik dari segi orientasi Pendidikan Agama Islam yang kurang tepat. Sedangkan
tantangan eksternal berupa berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang berdampak pada munculnya scientific critizism terhadap penjelasan ajaran agama yang
bersifat konservatif, tradisional, tekstual. Untuk bisa keluar dari masalah-masalah yang
dihadapi oleh perguruan tinggi umum ini, maka ada beberapa aspek yang harus diperbaiki yaitu
antara lain mengganti dosen-dosen PAI dengan yang lebih kompeten serat mewajibkan
mahasiswi untuk menutup aurat. Begitu pula materi PAI harus disiapkan sedemikian rupa
agar pembelajaran PAI di dalam kelas menjadi efektif. Sedangkan kurikulumnya diubah dan
disesuaikan dengan kearifan local yang cocok dengan masing-masing daerah di seluruh
Indonesia. Oleh karena itu, materi atau kurikulum pembelajaran PAI di PTU harus
dikembangkan berdasarkan pada perhatian terhadap situasi, latar belakang kebutuhan

29
mahasiswa, dan situasi kondisi pelaksanaan PAI. Dengan begitu, maka pengembangan materi
dan proses yang tidak hanya pada pemberian utuh tentang ajaran Islam yang dianut, akan tetapi
juga mencerminkan kebutuhan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, serta adanya
pengasahan kepekaan mahasiswa terhadap masalah actual di bidang sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Dalam pengembangan PAI di PTU terdapat beberapa para digma, salah satunya
adalah paradigma dikotomis yang menganggap PAI hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan
ukhrowy saja, sementara kehidupan ekonomi politik, seni budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni dan sebagainya dianggapsebagai urusan duniawi yang menjadi bidang
garap pendidikan non agama.

BAB 15 PENGEMBANGAN KURIKULUM MA’HAD ALY

Ma’had Aly merupakan lembaga tinggi pesantren yang membidani anak didik yang
kemampuan agamanya bukan lagi dari tahap dasar, akan tetapi sudah mulai mengarah pada
pengembangan dan spesialisasi dalam fan ilmu tertentu yang berbasis kitab kuning Ma’had Aly
Nurul Jadid memiliki bangunan kurikulum yang sudah mengalami pengembangan pada
beberapa komponen kurikulumnya. Diantaranya adalah (1) komponen tujuan yang terbagi dua
menjadi tujuan umum dan khusus (2) komponen Isi berupa materi ilmu Fikih, qowaid ushul
fiqh sebagai materi pokok dan pengembangannya berupa ilmu falak, arud dan lain
sebagainya. (3) Komponen Media atau Sarana berupa kelas, ruang tunggu dosen, media papan
tulis dan sekarang bertambah media LCD Projektor (4) Komponen Strategi yang secara garis
besar menggunakan pendekatan tekstual, kontekstual, Naqdiyah (kritis) (5) Komponen Proses
yang diwujudkan dalam bentuk diskusi-diskusi, muroja’ah, dan sebagainya. (6) Komponen
Evaluasi.

2.3 Kelebihan Buku Utama

1. Buku ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pengembangan


kurikulum, baik dari segi teori maupun prakteknya.
2. Penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menghindari penggunaan
bahasa akademis yang sulit dipahami oleh pembaca awam.
3. Buku ini dilengkapi dengan contoh-contoh kasus dan studi kasus yang membantu
pembaca untuk memahami konsep-konsep yang dijelaskan.
4. Penulis memberikan pandangan yang objektif dan kritis terhadap berbagai
pendekatan dan model pengembangan kurikulum yang ada.
5. Buku ini cocok sebagai referensi bagi para pengajar, peneliti, dan praktisi pendidikan
yang ingin memperdalam pemahaman tentang pengembangan kurikulum.

30
2.4 Kelebihan Buku Pembanding

1. Setiap teori yang dikemukakan penulis memiliki referensi.


2. Gambar pada sampul buku relevan dengan judul.
3. Isi buku sesuai dengan judul.
4. Informasi yang disajikan pada paragraf yang satu berkaitan dengan paragraf yang
selanjutnya.
5. Kalimat mudah dipahami.
6. Penggunaan tanda baca yang sesuai.

2.5 Kekurangan Buku Utama

1. Buku ini cenderung lebih cocok untuk pembaca yang sudah memiliki latar belakang
pendidikan atau pengalaman dalam pengembangan kurikulum, sehingga tidak begitu
cocok untuk pembaca awam.
2. Beberapa kunsep yang dijelaskan dalam buku ini mungkinterlalu abstrak atau sulit
dipahami bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa akademis.
3. Buku ini tidak memberikan solusi praktis atau langkah-langkah konkret dalam
pengembangan kurikulum, sehingga pembaca mungkin perlu mencari referensi
tambahan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dijelaskan.

2.6 Kekurangan Buku Pembanding

1. Terdapat penggunaan literature bahasa asing yang tidak diterjemahkan kedalam


bahasa indonesia
2. Tidak membuat daftar pustaka disetiap akhir bab

31
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Pengembanngan Kurikulum melibatkan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


program pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Teori-teori
pendidikan dan praktek-praktek terbaik dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
kurikulum efektif dan relevan bagi siswa. Kurikulum juga harus terus dikembangkan dan
disesuaikan dengan perubahan dalam kebutuhan siswa dan tuntutan masyarakat.

32
DAFTAR PUTAKA

Hasan Baharun, H. (2019). Pengembangan Kurikulum Teori dan Pratik. Probolinggo:


Pustaka Nurja.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2022). Pengembangan Kurikulum Teori dan Pratek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

33

Anda mungkin juga menyukai