Anda di halaman 1dari 13

ORGANISASI KURIKULUM PENDIDIKAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pengembangan Kurikulum
Dosen pengampu : Dr. H. Tasman Hamami, M.A.

Disusun oleh :
Fredy Handria Hera Riza (17204010181)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Organisasi
Kurikulum Pendidikan” ini dapat saya selesaikan secara maksimal dengan
seluruh kemampuan dari penulis.
Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Kurikulum yang diampu oleh Dr. Tasman Hamimi, M.A.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam
kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang
dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

Yogyakarta, Oktober 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam usaha pengembangan kurikulum salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dan dipahami adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi
kurikulum. Karena dengan organisasi kurikulum, seorang pendidik akan
mudah menentukan segala hal yang berkenaan dengan kebijakan dan
pengambilan keputusan terkait dengan struktur dan pemilihan dan penentuan
isi dari kurikulum tersebut.
Pengembangan kurikulum sendiri adalah proses perencanaan
kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik
proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajar-mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber dsan alat pengukur pengembangan kurikulum
yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, dan garis pelajaran kurikulum
ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.1
Selain itu organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan
bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber
bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek
siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian yang
tidak kalah penting organisasi kurikulum menentukan peranan guru dan siswa
dalam pembinaan kurikulum.2 Dengan demikian apabila masing-masing guru
dan siswa dapat melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien maka
tujuan pendidikan akan tercapai secara maksimal.

1
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2013), hlm. 183-184
2
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 176

3
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi kurikulum?
2. Apakah macam-macam bentuk organisasi kurikulum dalam dunia
pendidikan?

Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian organisasi kurikulum.
2. Menjelaskan berbagai macam bentuk organisasi kurikulum dalam dunia
pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Menurut Rusman organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. 3
Menurut S. Nasution pengertian organisasi kurikulum adalah pola atau
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-
murid.4
Pemilihan dan pengorganisasian adalah dua hal yang sulit dipisahkan
satu dengan yang lainnya, karena keduanya merupakan suatu rangkaian
penyusunan kerangka kurikulum. Kaitan keduanya yaitu dalam usaha
penentuan ruang lingkup kurikulum, reorganisasi kurikulum, serta
pemilihan materi dan pemilihan kurikuler.5
Dalam pembagiannya, setiap bentuk organisasi kurikulum yang telah
berkembang memiliki corak dan ciri-ciri tersendiri, dan telah banyak
dikembangkan secara teratur, sejalan dengan dengan semakin majunya
teknologi dan semakin pesatnya perkembangan dalam ilmu kurikulum itu
sendiri.

B. Bentuk Organisasi Kurikulum


1. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran
Terpisah-pisah)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu

3
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 60
4
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 176
5
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013), hlm. 161

5
sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain. 6
Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain,
dan masing-masing berdiri sendiri;
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri
dan diberikan dalam waktu tertentu;
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya;
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang
dihadapi para siswa;
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan,
masalah, dan tuntutandalam masyarakatbyang senantiasa berubah
dan berkembang;
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem
penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di
kalangan para siswa;
g. Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem guru mata
pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para
siswa;
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan
kurikulum secara kooperatif.7
Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
subject curriculum) adalah sebagai berikut:
Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan
mudah dipelajari.
Kurikulum dapat dilaksanakan untik mewariskan nilai-nilai dan
budaya terdahulu.

6
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 1
7
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013), hlm. 155-156

6
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan
mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah
disesuaikan dengan waktu yang ada.
Sementara itu, kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah-
pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut:
Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah,
yang menggambarkan tidak adanya hubungannya antara materi
satu dengan materi yang lainnya.
Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual.
Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan
siswa cenderung pasif.
Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari
masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang
akan datang.
Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,
minat, dan kebutuhan siswa.8

2. Correlated Curriculum (Kurikulum dengan Mata Pelajaran


Berkorelasi/Gabungan)
Organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu
satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun
mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.
Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat
dilaksanakan dengan beberapa cara :
1) Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.

8
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.63

7
2) Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai
macam mata pelajaran.
3) Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan
batas masing-masing. 9

Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut:


a. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya;
b. Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran
dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya
masih penguasaan pengetahuan;
c. Sudah mulai mengusahakan penyesuian pelajaran dengan minat
dan kemampuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan
individual masih sangat terbatas;
d. Metode menyampaikan menggunakan metode korelasi, meski
masih banyak menghadapi kesulitan;
e. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa
sudah mulai dikembangkan.10
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum
ini. Kekurangannya adalah sebagai berikut:
Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang
begitu mendalam.
Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual
yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
Kurikulum ini kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan
siswa.
Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.

9
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 3
10
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013), hlm. 156-157

8
Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan
(correlated curriculum) adalah sebagai berikut:
Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata pelajaran.
Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang
studi.
Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang
sejenis.11

3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu/Terintegrasi)


Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai
mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu
membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan
sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan
anak di luar sekolah.12
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi;
b. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik;
c. Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural;
d. Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau
pertumbuhan siswa;
e. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan,
mata pelajaran atau bidang studi baru dapat saja muncul dan
dimanfaatkan guna pemecahan masalah;
f. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik
unit pengalaman (experience unit) atau unit pelajaran (subject
matter unit);

11
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 64
12
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 4-5

9
g. Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Bahkan, peran
murid lebih menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar, dan guru
bertindak selaku pembimbing.13

Ada beberapa kekurangan maupun kelebihan dalam kurikulum


bentuk ini. Kekurangan kurikulum ini di antaranya sebagai berikut:
Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka
kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.
Kurikulum dan bahan pelajaran tidak memiliki urutan yang
logis dan sistematis.
Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan
kebutuhan siswa maupun kelompok.
Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan
kurikulum bentuk ini.
Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan
kurikulum ini.
Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan
kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam
pengembangan kurikulum seperti ini.
Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana.
Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan
berbeda secara mencolok.
Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang
banyak. Oleh karena itu, perlu adanya pengorganisasian yang
lebih optimal sehingga dapat mengurangi kekurangan-
kekurangan tersebut.
Sementara itu, kelebihan kurikulum ini adalah sebagai berikut:

13
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013), hlm. 158-159

10
Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah
dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara
penyeluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau
permasalahan.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai
dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara
individu.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan
belajar secara bekerja sama (cooperative).
Mempraktikan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara
maksimal.
Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada
pengalaman langsung.
Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah
dengan masyarakat.
Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola
kurikulum yang lain.14

14
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 65-66

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Pengertian organisasi kurikulum dapat disimpulkan sebagai bentuk bahan


pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid serta
merupakan dasar yang penting dalam pembinaan kurikulum dan
berhubungan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Bentuk organisasi kurikulum dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
yaitu separated subject curriculum, correlated curriculum, dan integrated
curriculum.
Separated subject curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah-pisah)
adalah bentuk kurikulum yang menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran secara terpisah.
Correlated Curriculum (Kurikulum dengan Mata Pelajaran
Berkorelasi/Gabungan) adalah bentuk kurikulum yang berusaha
menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain
yang masih ada kaitannya.
Integrated curriculum (kurikulum terpadu/terintegrasi) adalah bentuk
kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
disajikan dalam bentuk unit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2017. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:

Remaja RosdaKarya

Nasution, S. 2006. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Suryosubroto, B. 2005. Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai