Anda di halaman 1dari 13

Kurikulum & pembelajaran

MAKALAH
BENTUK-BENTUK, ORIENTASI DAN MODEL PENGEMBANGAN
KURIKULUM

Kelompok 2

 Akmal Fauzan (211011529)


 Mutiara Anggita (211011543)
 Rovi Akmal (211011528)
 Yanuar Tri Hernawan (211011530)

Mata Kuliah : Kurikulum Dan Pembelajaran


Dosen pengampu : Poy Saefullah Zevender, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


STKIP PANGERAN DHARMA KUSUMA INDRAMAYU
2022

1
Kurikulum & pembelajaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya,
sehingga Makalah ini dapat tersusun dan terselesaikan. Sholawat serta Salam tercurahkan kepada
baginda mulia Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang, Semoga syafaatnya mengalir kepada kita sebagai umatnya diyaumil
akhir kelak, amin.
Makalah yang berjudul “ Bentuk-bentuk, Orientasi Dan Model Pengembangan Kurikulum”
ini disusun atas tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Dan
Pembelajaran. Kami sangat berharap semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi kami pribadi khususnya dan kepada pembaca umumnya.
Kami merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Dan semoga segala kekurangan dalam penyususan makalah ini
dapat diperbaiki lewat kritik dan saran pembaca demi kesempurnan makalah ini.

Bogor, 01 Oktober 2022

Penyusun

2
Kurikulum & pembelajaran

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................ 4
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Kurikulum ................................................................................................ 5
B. Bentuk-bentuk Kurikulum .......................................................................................... 6
C. Orientasi Pengembangan Kurikulum ......................................................................... 8
D. Model Pengembangan Kurikulum .............................................................................. 9
BAB III. PENUTUP .................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 12
B. Daftar Pustaka ............................................................................................................ 13

3
Kurikulum & pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-
menyeret kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis agar tidak ketinggalan. Dinamis tujuan
pendidikan. Sementara itu, dunia yang semakin cepat mengglobal sekaligus menyempit mengikuti
dinamika perubahan lingkungan yang ada serta dinamis mengantisipasi segala kemungkinan
perubahan masa depan. Berdasarkan alasan tersebut, kurikulum apa pun perlu senantiasa adaptif dan
dikelola dengan baik, dalam semua jenjang dan jenis pendidikan.
Kemudian dalam perubahan pengembangan kurikulum tersebut, tidak dapat ditinggalkan
yaitu model, bentuk, orientasi, dan yang lain-lainnya yang dibutuhkan dalam pengembangan
kurikulum. Karena dengan seperti itu kurikulum dapat dirubah dengan baik dan benar. Sehingga
tujuan pendidikan itu dapat tercapai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah, maka
implementasinya juga berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang ada.
Akan tetapi sebelum diimplementasikan dalam pengembangan kurikulum, terlebih dahulu
harus dikaji dan ditelaah sehingga pelaksanaannya dapat terlaksana dengan baik dan benar sesuai
dengan tujuan pendidikan khususnya di indonesia ini. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
diangkat yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum?
2. Apa saja Bentuk-bentuk Kurikulum?
3. Bagaimana Orientasi pengembangan Kurikulum ?
4. Apa saja Model Pengembangan Kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Kurikulum
2. Mengetahui Bentuk-bentuk Kurikulum
3. Mengetahui Orientasi Pengembangan Kurikulum
4. Mengetahui Macam-macam Model Pengembangan Kurikulum

4
Kurikulum & pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum sendiri berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu curriculum.
Curriulum memiliki arti rencana pembelajaran. Kata curriculum itu sendiri berasal dari
bahasa latin yakni dari kata currere. Kata currere dapat diartikan dengan banyak artian
seperti maju dengan cepat, berlari cepat, menjalani dan berusaha. Secara umum, definisi
kurikulum merupakan suatu sistem pengaturan dan rencana tentang bahan pembelajaran yang
nantinya akan dijadikan pedoman dalam aktivitas belajar mengajar.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun
lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America
serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada hakikatnya
kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan.
Para ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang lebih luas. Perubahan ini
terjadi karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu
memperbaiki. Selain itu yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum
adalah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan
dan kebutuhan masyarakat.
Disamping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan
perkembangan anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang memaksa
diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses yang tak
hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Akhirnya setiap pendidikan, setiap guru harus
menentukan sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya. Pengertian yang dianut oleh seseorang
akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas maupun diluar kelas.
Adapun pengertian Kurikulum menurut para ahli:

 J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum planning for
better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut
“segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di
halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga
apa yang disebut kegiatan extra kurikuler
 Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum (1965).
Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan definisi saylor
dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga
meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah
tanggung jawab sekolah.
 B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang kurikulum sebagai
“a sequence of potential experience set up in the school for the purpose of diseliping
ehildren and youth in group ways of thinking and acthing”. Mereka melihat
kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan
kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan
masyarakatnya.
 William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966) menjelaskan
arti kurikulum sebagai berikut: Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman
anak dibawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan
pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara
guru dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.

5
Kurikulum & pembelajaran

B. Bentuk-bentuk Kurikulum

Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah


kurikulum sebagai berikut:

1. Written Curriculum (Kurikulum Tertulis)


Written curriculum yaitu kurikulum yang tertulis berupa dokumen-dokumen yang
berisi progam pembelajaran. Kurikulum tertulis merupakan kurikulum yang sudah
disetujui pmerintah. Kurikulum tertulis berfungsi sebagai pengendali untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi pokok dari kurikulum tertulis adalah sebagai
mengantara, pengendali dan standar. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.

2. Idea Curriculum (Kurikulum Ideal) dan Actual Curriculum (Kurikulum Aktual)


Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang
dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. Kurikulum
aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian,
kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan
pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk
kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka
panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara
bertahap dalam belajar mengajar.
Jadi, Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan
berfungsi sebagai acuan atau program guru dalam proses belajar mengajar. Karena
kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum
formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya
pelaksanaan kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya.
Diantaranya adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan
sekolah/kepala sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum
sesuai dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual. Semakin jauh
jarak antara kurikulum ideal dengan aktual maka dapat diperkirakan makin buruklah
kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.
Para ahli kurikulum menganggap perlu adanya sejumlah kriteria yang digunakan
sebagai pedoman, patokan, dan ukuran dua macam kurikulum tersebut. Caswell dan
Campbell telah merumuskan beberapa kriteria sebagai berikut:
a) Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami dan menilai
kehidupan yang kontemporer.
b) Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para
siswa.
c) Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap dan
sebagainya yang dipandang bermanfaat bagi orang dewasa.
d) Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu.

3. Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)


Terdapat dua terminologi mengenai kurikulum, yakni terminologi kurikulum
eksplisit (tertulis) dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum). Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak

6
Kurikulum & pembelajaran

terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya tidak tertulis dan hal ini


sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Hal-hal inilah
yang disebut dengan kurikulum tersembunyi. Hal demikian sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dewey (dalam Marsh dan Willis, 1999:9 dalam Wahidmurni, 2009:2)
bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik di
bawah bimbingan pihak sekolah, baik pengalaman yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan. Sejumlah pengalaman yang kita kenal dengan hidden curriculum atau
kurikulum tersembunyi merupakan pengalaman yang tidak direncanakan/diprogramkan
seperti mematuhi peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan,
mematuhi peraturan-peraturan lainnya.
Razali (Wahidmurni 2009:2) menyebut kurikulum tersembunyi “Karena aktivitas
yang terlibat di dalam kurikulum ini tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak
dirancang. Kebanyakan aktiviti kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar
seperti pusat sukan, asrama, kantin, perpustakaan. Kurikulum tersembunyi ini dikenali
sebagai soft skils atau kemahiran insaniah. Elemen-elemen di dalam kurikulum ini
dizahirkan dan mempunyai suatu sistem dan struktur yang sistematis dan professional.
Antara nilai atau kualiti yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di sini adalah
kualiti kepemimpinan, kualiti pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, kualiti
daya pembelajaran, kualiti diri murni (tepat masa, hadir ke kelas, hantar tugasan tepat
janji dan lain-lain) dan kualiti kerja berpasukan”.
Hidden curriculum yaitu kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari,
yang secara lebih rinci digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar
kurikulum, tetapi mampu memberikan pengaruh dalam nilai, persepsi, dan perilaku
siswa. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curricullum) secara umum dapat dideskripsikan
sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar sekolah atau luar sekolah,
khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan.
Kurikulum tersembunyi juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan
kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan adanya interaksi sosial. Kurikulum tersembunyi (hidden curricullum)
juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang tidak direncanakan, kurikulum yang tidak
tercantum dalam kurikulum formal. Kurikulum tersembunyi tersebut tidak tampak, tetapi
dialami, dirasakan, dan mampu mempengaruhi dan membentuk karakter peserta didik.
Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang
berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Menurut Krathwohl
(1964:112), proses pembentukan dan pengembangan nilai-nilai pada anak didik itu ada
lima tahap.
a) Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima
secara aktif, artinya anak telah memilih untuk kemudiaj menerima nilai.
Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.
b) Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia
menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan
sendiri, yakni manut (menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam
menaggapi.
c) Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu
membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima.
Pada tahap ini ada tiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang
diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki
keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.
d) Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima
untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.

7
Kurikulum & pembelajaran

e) Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan


ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang
diyakininya dalam hidupnya yang serba mapan, ajek, dan konsisten.

4. Null Curriculum
Kurikulum Null (Null Curriculum) merupakan kurikulum yang bersifat ekstra,
tidak terencana atau tertulis dalam silabus. Kurikulum null mengacu pada apa yang tidak
diajarkan guru di dalamkelas, baik karena pengaruh keyakinan pribadi ataupun karena
tekanandari pihak lain seperti pemerintah. Contohnya saja topik mengenai sejarahkelam
orde pembentukan orde baru yang pada pemerintahan Soehartotidak disebut-sebut dalam
pelajaran sejarah di sekolah.

C. Orientasi Pengembangan Kurikulum


Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Seller memandang
bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum,
yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan
tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan
implementasi kurikulum, dan lain sebagainya.
Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman
pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil
evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya
hingga membentuk siklus.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut 6 aspek, yaitu:
a) Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan: artinya hendak
dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
b) Pandangan tentang anak: apakah anak dipandang sebagai organisme yang
aktif atau pasif.
c) Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah
perilaku anak.
d) Pandangan tentang lingkungan : apakah lingkungan belajar harus dikelola
secara formal atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas
belajar.
e) Konsepsi tentang peranan guru : apakah guru harus berperan sebagai
instruktur yang bersifat otoriter atau guru dianggap sebagai fasilitator yang
siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
f) Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau
non tes.
Orientasi merupakan suatu tidakan yang melakukan peninjauan untuk
menentukan suatu pendekatan yang akan digunakan dalam pengembangan kurikulum
dengan tujuan agar pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan keadaan suatu
tempat (adaftif) supaya dapat tercapainya suatu sasaran dengan tepat dan benar.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak terlupakan pendekatan yang akan digunakan,
akan tetapi suatu pendekatan baru dapat diidentifikasi apabila suatu orientasi sudah dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga pengembangan kurikulum dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan suatu pendidikan atau sesuai dengan
perkembangan zaman.
Maka hubungan orientasi dengan pendekatan pengembangan kurikulum
sangatlah berhubungan erat, karena tanpa orientasi pengembangan kurikulum maka
mengidentifikasi pendekatan pengembangan kurikulum tidak akan bisa terlaksana sebab

8
Kurikulum & pembelajaran

seorang pengembang kurikulum tidak mengetahui kebutuhan suatu pendidikan atau


kebutuhan suatu masyarakat.

D. Model Pengembangan Kurikulum


Model adalah konstruksi yang bersifat teroretis dari konsep. Menurut Roberts S. Zain
dalam bukunya: Curriculum Principles and Foundation (Dakir, 2004: 95-99), berbagai model
dalam pengembangan kurikulum secara garis besar diutarakan sebagai berikut:
1. The Administrative (Line-Staff) Model
Model pengembangan kurikulum ini paling awal dan sangat umum dikenal
model Top Down (dari atas Ke bawah) atau Line Staff (garis komando). Maksudnya
yaitu inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas).
Pengembangannya dilaksanakan sebagai berikut:
a) Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang
(pengawas pendidikan, Kepsek, dan pengajar inti)
b) Panitia pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip,
landasan filosofis, dan tujuan umum pendidikan.
c) Tim bertugas untuk merumuskan tujuan kurikulum yang spesifik,
menyusun materi, kegiatan pembelajaran, sistem penilaian, dan sebagainya.
d) Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para
spesialis kurikulum dan staf pengajar.
e) Hasil kerja direvisi oleh tim (panitia pengarah) atas dasar pengalaman atau
hasil try out.
f) Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa Kepsek, dan telah direvisi
sebelumnya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.
2. The Grass-Roots Model
Inisiatif pengembangan kurikulum model ini berada di tangan guru-guru
sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah
maupun dari beberapa sekolah sekaligus. Model ini didasarkan pada dua pandangan
pokok, yaitu: Pertama,Implementasi kurikulum akan lebih berhasil apabila guru-guru
sebagai pelaksana sudah sejak semula terlibat secara langsung dalam pengembangan
kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan personel yang
frofesional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan anggota masyarakat.
Langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a) Inisiatif pengembangan datang dari bawah (Para pengajar)
b) Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang
tua siswa atau masyarakat luas yang relevan.
c) Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d) Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintis diadakan loka
karya agar diperoleh input yang diperlukan.
3. The Demonstration Model
Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum
dalam skala kecil. Dalam pelaksanaannya, model ini menuntut sejumlah guru dalam
satu sekolah untuk mengorganissasikan dirinya dalam memperbarui kurikulum.
Langkah-langkah pelaksanannya sebagai berikut:
a) Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan
ternyata hasilnya dinilai baik.
b) Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.
4. Beuchamp’s System Model
Sistem yang diformalisasikan oleh G.A.Beauchamp (1975) dalam bukunya
“Curriculum Theory”, mengemukakan adanya 5 (lima) langkah kritis dalam
pengambilan keputusan pengembangan kurikulum, yaitu:

9
Kurikulum & pembelajaran

a) Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas,


diperluas di sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik
berskala regional maupun nasional yang disebut arena.
b) Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert,
staf pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk tugas tersebut dibentuk dewan kurikulum sebagai
koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum,
memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk
memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis keseluruhan
kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Melaksanakan kurikulum di sekolah
e) Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.
5. Taba’s Inverted Model
Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim ditempuh
secara deduktif sehingga model ini sifatnya lebih deduktif. Model ini dimulai dengan
melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan sifat
keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan
tanpa kegiatan eksperimental.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi,
menemukan penilaian, memperhatikan keluasan dan kedalaman bahan,
kemudian menyusun suatu unit kurikulum.
b) Mengadakan try out.
c) Mengadakan revisi berdasarkan try out.
d) Menyusun kerangka kerja teori
e) Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.
6. Roger’s Interpersonal Relatons Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa
“Kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes,
dan adaptif terhadap situasi perubahan”. Kurikulum demikian hanya dapat disusun
dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan berorientasi pada proses.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Dibentuk kelompok untuk memperoleh hubungan interpersonal di tempat
yang tidak sibuk.
b) Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar
pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas dalam
suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih
sempurna, yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dalam suasana yang akrab.
d) Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang
lebih luas lagi, yaitu para pegawai adminstrasi dan orang tua siswa. Dalam
situasi yang demikian diharapkan masing-masing personakan akan saling
menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan
problem sekolah.
e) Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan
lebih realistis karena didasari oleh kenyataan-kenyataan yang diharapkan.

10
Kurikulum & pembelajaran

7. The Systematic Action-Research Model


Ada 3 (tiga) faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model
ini adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta
otoritas ilmu.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Dirasakan adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu
diteliti.
b) Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari
pemecahannya.
c) Kemudian menentukan keputusan apa yang perlu diambil sehubungan
dengan masalah yang timbul tersebut.
d) Melaksankan keputusan yang telah diambil.

Perbedaan Antara Model-Model Pengembangan Kurikulum di atas yaitu sebagai berikut:

NO MODEL PERBEDAANNYA
1 Administratif (Line-Staff) Orang-orang yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum diberikan
penekanan dengan uraian tugas dan fungsinya.

2 Grass-Roots (dari bawah) Diletakkan pada pengembangan kurikulum


yang diselenggarakan secara demokratis yaitu
dari bawah.

3 Demonstrasi Mengutamakan pemberian contoh dan teladan


yang baik.

4 Beauchamp’s System Melihat dari segi keseluruhan proses


kurikulum.

5 Taba’s Inverted (terbalik) Mendekatkan kurikulum dengan realitas


pelaksananya melalui pengujian terlebih
dahulu oleh guru-guru profesional.

6 Roger’s Interpersonal Relation’s Mengutamakan hubungan antarpribadi dengan


harapan dapat menghasilkan penerapan
kurikulum dengan baik dan sukses.

7 Systematic Action-Research Mengutamakan penelitian sistematis oleh


orang lapangan tentang masalah-masalah
kurikulum.

11
Kurikulum & pembelajaran

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar.
Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang
suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang
salah satu bagian dari kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan
keseluruhan proses dan ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada
mekanisme penyusunan kurikulum. Ulasan teoritis demikian dapat pula hanya
mengutamakan uraiannya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang
menitikberatkan ulasannya hanya pada hubungan antarpribadi orang-orang yang
terlibat dalam pengembangan kurikulum. Aplikasi model-model sebaiknya didasarkan
pada faktor-faktor konstan, sehingga ulasan tentang model yang dibahas dapat
terungkapkan secara konsisten.
Pada semua model pengembangan kurikulum yang telah dijelaskam di atas,
titik pandang yang diletakkan oleh para pengembang berbeda-beda. Kita tidak dapat
mengatakan bahwa suatu model memiliki keuntungan dan dan kekurangnnya. Apabila
kita ingin menerapkan suatu model, sebaiknya dikaji terlebih dahulu situasi dan
kondisi kerja yang ada serta kepentingan kita, kemudian menentukan model manakah
yang dapat diterapkan dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan beberapa model.

12
Kurikulum & pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

“MacammacamdanKomponenKurikulum”http://wwwakmalcomkreatif.blogspot.com/2012/01/
macam-macam-dan-komponen-kurikulum.html
“Jenis dan Model Perkembangan Kurikulum”http://www.falaahisme.blogspot.com/2013/04/jenis-dan-
model-perkembangan-kurikulum.html
“Macam-macamKurikulum”http://marselrogi.wordpress.com/tugas-kuliah-3/macam-macam-
kurikulum/
“Kurikulum Ideal, Aktual dan Tersembunyi”http://andraputraa.blogspot.com/2014/03/kurikulum-
ideal-aktual-dan-tersembunyi.html

Ratna Sari Maulana's: BENTUK-BENTUK KURIKULUM (ratnasari15.blogspot.com)

Arifin, Zainal.2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Sy. 2005. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Yogyakarta: PT Raja
Grafindo Widya.
http://Strategipengembangankurikulum.com
http://Modelpengembangankurikulum.com
http://Orientasipengembangankurikulum.com

https://analisismodelpengembangankurikulum.blogspot.com/2011/12/analisis-model-pendekatan-
orientasi-dan.html

13

Anda mungkin juga menyukai