Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN KURIKULUM HILDA TABA

Disusun oleh:
M. Rifqi Risal Alami
21020024027

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah “Pengembangan Kurikulum Hilda Taba” dengan tepat waktu. Tanpa
rahmat dan pertolongan-Nya kami sebagai penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW
yang telah menuntun kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang yaitu agama
islam. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah evaluasi dan pengembangan
kurikulum Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi untuk
mengetahui pengembangan kurikulum hilda taba.

Kami selaku penulis menyadari Makalah ini masih memerlukan banyak


penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami terbuka dengan
adanya saran dan masukan pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Surabaya, 11 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C.Tujuan.................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Kurikulum........................................................................................................5
B. Pengembangan Kurikulum Hilda Taba..............................................................................6
1. Experimental Production Of Pilot Unit (Menguji Unit Eksperimen).............................6
2. Testing of Experimental Unit..........................................................................................9
3. Revising and consolidating...........................................................................................10
4. Developing and Framework..........................................................................................10
5. Istalation and Desimination of the New Unit................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
Kesimpulan...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membuat model atau bahkan merancang model kurikulum merupakan kebutuhan
untuk membangun struktur kurikulum. Penciptaan kurikulum harus didasarkan pada
prinsip-prinsip tertentu. Aturan, norma, pertimbangan, atau pedoman lain adalah
prinsip-prinsip yang diartikulasikan dalam pengembangan kurikulum yang
menghidupkan program. Misalnya, penerapan prinsip “pendidikan seumur hidup”
mengharuskan pengembangan kurikulum dengan sistematisasi kurikulum sedemikian
rupa sehingga peserta didik yang lulus dengan kurikulum tersebut paling tidak mampu
melanjutkan pendidikannya dan memiliki semangat belajar yang tinggi dan
berkelanjutan.
Prinsip-prinsip yang telah dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dapat
digunakan dalam pembuatan kurikulum, atau prinsip-prinsip baru dapat
dikembangkan secara mandiri. Akibatnya, dapat terjadi prinsip yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum suatu sekolah berbeda dengan prinsip yang digunakan di
sekolah lain. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum keluaran terbaru di Indonesia.
Sudah hampir enam tahun sejak 2013 dimulai. Namun, belum semua sekolah
mengadopsi kurikulum tersebut, khususnya di SD/MI. Ada banyak model yang
tersedia. pembuatan kurikulum oleh para profesional pendidikan. Model Hilda Taba
merupakan salah satu model pengembangan kurikulum. Model pengembangan
kurikulum yang dibuat oleh Hilda Taba berbeda dengan model sebelumnya karena
menggunakan metode induktif. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini telah
menggugah minat penulis untuk menganalisis pendekatan pengembangan kurikulum
Hilda Taba.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengembangan kurikulum hilda taba?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengembangan kurikulum hilda taba

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari kata Curir (pelari) dan Curere merupakan akar kata dari
Curriculum (tempat berpacu). Kurikulum saat ini disebut sebagai jarak yang harus
ditempuh seorang pelari untuk mendapatkan medali atau hadiah lainnya. Kemudian,
ilmu tersebut dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dalam berbagai mata pelajaran
yang harus ditempuh siswa sejak awal program pembelajaran hingga akhir untuk
mendapatkan ijazah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dari sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah rangkaian rencana yang menguraikan berbagai mata pelajaran,
tujuan, dan isi yang harus digunakan siswa sebagai pedoman dalam kegiatan mengajar
untuk memperoleh pendidikan tertentu. Pendekatan administrasi dan akar rumput
adalah dua pendekatan yang digunakan kurikulum dalam pengembangannya. Strategi
pertama adalah sistem komando top-down dengan pengembangan kurikulum. Strategi
kedua melibatkan pengembangan kurikulum yang dimulai dari inisiatif akar rumput
dan kemudian menyebar luas. Pengembangan kurikulum dapat menggunakan
berbagai model. Pemilihan model pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan model konsep pendidikan yang digunakan, sistem pendidikan
yang dianut, serta kekuatan, keutamaan, dan potensinya untuk menghasilkan hasil
yang terbaik. Beberapa model pengembangan kurikulum1 yaitu the administrative
model, the grass roots model, beauchamp’s system, the demonstration model, Taba’s
inverted model, Rogers interpersonal relations model, the systematic action research
model, dan emerging technical model. Pada tahun 2045, Indonesia akan menjadi
rumah bagi generasi emas. Usia produktif diperkirakan akan meningkat pada tahun-
tahun tersebut. Maka untuk menyongsong generasi emas diperlukan kurikulum yang
mendukung potensi tersebut. Dengan demikian Kurikulum 2013 dapat di

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (2013), 168

5
implementasikan di Indonesia dengan pertimbangan bahwa kurikulum tersebut
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Pengembangan Kurikulum Hilda Taba
Hilda Taba (1902–1967), seorang tokoh yang luar biasa dalam pembuatan kurikulum,
percaya bahwa fakta adalah komponen yang paling penting untuk mendukung
pemikiran dan generalisasi siswa. Selain itu, dia percaya bahwa jika gagasan-gagasan
ini dihubungkan dengan ide-ide abstrak yang kuat, tindakan baru, dan situasi yang
beragam, pengalaman belajar di semua tingkatan mungkin memiliki efek kumulatif.
John Dewey dan William Kilpatrick, yang bertanggung jawab atas prakarsa
pembelajaran praktis dan integrasi mata pelajaran, berdampak pada Taba. Taba
memainkan peran penting dalam penalaran Tyler, meskipun dia tidak pernah diberi
penghargaan untuk itu. Kontribusinya untuk pekerjaan ini sangat menonjol, terutama
dalam isu-isu berikut:
1. Kebutuhan akan metode untuk menilai pembelajaran bermakna yang
melampaui ujian dan perolehan muatan.
2. Perencanaan kurikulum yang terkoordinasi dengan kelompok organisasi
3. Guru berkolaborasi dalam menghubungkan mata pelajaran sekolah dengan
aktivitas untuk menyepakati tema-tema yang canggih.
Model Taba lebih menitikberatkan pada proses perbaikan dan penyempurnaan
pengembangan kurikulum. Akibatnya, model ini menciptakan langkah-langkah yang
harus diikuti pemegang kurikulum. Model induktif digunakan dalam kurikulum Taba.
Model ini dimulai dengan melakukan eksperimen, berteori, dan kemudian
mempraktekkannya. Ini menghilangkan keumuman dan keabstrakan kurikulum, yang
sering terjadi ketika diimplementasikan tanpa kegiatan eksperimental, dan
memungkinkan keselarasan yang lebih baik antara teori dan praktik. Lima langkah
pembuatan kurikulum2 menurut Taba adalah sebagai berikut:
1. Experimental Production Of Pilot Unit (Menguji Unit Eksperimen)
Pada eksperimen ini dapat dilakukan delapan Langkah, di antaranya:
a. Diagnosis Kebutuhan
Melalui diagnosis kesenjangan, defisit, dan perbedaan latar belakang siswa,
membuat kurikulum pada Langkah ini terlebih dahulu mengidentifikasi
kebutuhan siswa. Masih banyak kekurangan dalam kurikulum KTSP, seperti

2
Rusman, Manajemen Pendidikan (2011), 83-85

6
keberhasilan kompetensi siswa yang kabur dan tidak fokus. Penerapan KTSP
sangat terbuka untuk interpretasi yang berbeda karena keragaman kemampuan
guru di berbagai daerah, sehingga sulit untuk menstandarkan tingkat
kompetensi siswa. KTSP lebih menunjukkan potensi yang khas daerah, namun
pada kenyataannya justru memperparah perbedaan antar daerah. Potensinya
berbeda-beda tergantung daerahnya. Oleh karena itu, ketika suatu tempat
menjadi lebih berkembang, sistem pendidikan juga lebih berkembang, begitu
pula sebaliknya. Kurikulum 2013 telah disempurnakan sedemikian rupa
sehingga kompetensi siswa kini mencakup bagian sikap dan keterampilan
selain pengetahuan berbasis pengetahuan. Siswa tidak hanya memperoleh
pengetahuan tetapi juga menampilkan karakter positif.
b. Merumuskan tujuan khusus
Tahap kedua setelah mendiagnosis kebutuhan yaitu merumuskan tujuan
khusus Tujuan pendidikan di Indonesia pada kurikulum 2013 telah diatur
dalam Permendiknas No 20 Tahun 2003 yaitu “untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3 Standar
Kompetensi Lulusan yang merupakan persyaratan kualitas kemampuan
lulusan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan telah ditetapkan
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Penguasaan
keterampilan lulusan dibagi ke dalam beberapa Tingkat Kompetensi dalam
upaya memenuhi Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan untuk setiap
satuan dan jenjang studi. Kemampuan lulusan yang dituangkan dalam Standar
Kompetensi Lulusan dicapai melalui serangkaian tahapan yang ditunjukkan
oleh tingkat kompetensi. Tingkat Kompetensi dibuat berdasarkan tiga kriteria:
tingkat pertumbuhan siswa, persyaratan kompetensi bahasa Indonesia, dan
penguasaan kompetensi berbasis tingkatan.
c. Pemilihan materi
Tahap ketiga yaitu pemilihan materi. Pemilihan materi dalam Kurikulum 2013
berdasarkan pada Permendiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu “mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,

3
Peratuan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No 20 Tahun 2013 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pada Bab II Pasal 3.

7
kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik”.
Sesuai juga dengan peraturan mentri Pendidikan dan kebudayaan republic
Indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran pada Pendidikan dasar
dan Pendidikan menengah pada pasal 2 ayat 1 yaitu, Pembelajaran
dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik: pertama, interaktif dan
inspiratif. Kedua. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif. Ketiga, kontekstual dan kolaboratif. Keempat,
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
peserta didik Kelima, sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Dengan demikian peserta
didik tidak akan menganggap sekolah adalah hal yang membosankan yang
mengharuskan untuk menguasai berbagai mata pelajaran, melainkan sekolah
adalah tempat untuk memperoleh hal baru, dengan belajar sesuai dengan minat
dan bakat peserta didik.
d. Pengorganisasian materi
Pengorganisasian materi adalah langkah keempat dalam model Taba. Urutan
tingkat kompetensi menjadi pertimbangan saat memilih konten materi untuk
organisasi. Setiap siswa tingkat kelas harus memenuhi persyaratan pencapaian
tingkat kompetensi agar dianggap kompeten. memilih kompetensi dan sumber
daya yang membedakan kurikulum 2013 dan KTSP. Kurikulum KTSP lebih
menekankan pada pengetahuan siswa. Dalam Kurikulum 2013, nilai karakter
dan keterampilan dapat diakui untuk setiap kompetensi yang diselesaikan
selain pengetahuan.
e. Memilih pengalaman belajar
Proses pembelajaran adalah fase berikutnya. Sekolah merupakan komponen
masyarakat yang menawarkan kesempatan belajar terstruktur dimana siswa
menerapkan apa yang telah mereka pelajari di kelas ke dalam dunia nyata dan
menggunakan masyarakat sebagai sumber informasi. Menurut kurikulum
2013, siswa harus memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk
kemudian menerapkannya dalam konteks sosial dan akademik. Berikan waktu
yang cukup untuk pengembangan berbagai sikap, pengetahuan, dan
kemampuan.4

4
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Pada Bab 1 Point B

8
f. Pengorganisasian belajar
Selanjutnya adalah Organisasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dan
campuran atau urutan yang harus digunakan dikemas untuk mengatur
pembelajaran. Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran yang berpusat
pada siswa untuk menyusun instruksi. Agar siswa sama-sama kompeten
dengan konten yang dipelajari, mereka harus memiliki pilihan. Pembelajaran
kelompok, pembelajaran alat tunggal, pembelajaran sains, pola pembelajaran
terisolasi, pola belajar mandiri, dan pola belajar pasif semuanya menjadi
pembelajaran penting dalam pembelajaran interaktif.
g. Evaluasi
tahap evaluasi yang merupakan langkah terakhir. Memilih, mengumpulkan,
mengevaluasi, dan menyajikan data untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan dan pembuatan rencana tindak lanjut adalah proses atau kegiatan
evaluasi. Pengambilan keputusan didasarkan pada analisis dan pengumpulan
data yang dikumpulkan di lapangan. KTSP adalah program kurikulum
sebelumnya. Para ahli telah menilai modifikasi dari KTSP ke Kurikulum 2013.
h. Mengecek urutan keseimbangan dan konsistensi antara semua unsur
Dalam hal ini, konten, pengalaman belajar, dan jenis pembelajaran saling
menyeimbangkan satu sama lain. Siswa memperoleh keterampilan intelektual
dan psikomotor sambil mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu dan kreativitas, dan kerja sama tim. Isi kurikulum kemudian dipelajari
melalui model 5M, yaitu melihat, menanya, mencoba, menalar, dan
mengomunikasikan, setelah mentalitas tersebut dikembangkan.
2. Testing of Experimental Unit
Pada titik ini, tes dilakukan untuk mengevaluasi tingkat validitas dan penerapan
untuk mengumpulkan informasi untuk perbaikan. Kurikulum 2013 telah
diberlakukan secara serentak di sekolah Namun, kurikulum 2013 menerima
banyak umpan balik positif dan negatif dari banyak organisasi, yang mengarah
pada penerbitan surat 179342/MPK/KR/2014. Oleh karena itu, kurikulum 2013
untuk sementara ditunda. Dengan model Taba, diketahui bahwa kurikulum 2013
dapat diperbaiki dan diperbaiki dengan menangguhkannya untuk sementara.
Perbaikan dan perbaikan dilakukan pada kurikulum, sumber daya manusia, dan

9
infrastruktur. Akibatnya, pemerintah lebih siap ketika kurikulum 2013 Indonesia
diperkenalkan.
3. Revising and consolidating
Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, perbaikan dan peningkatan
dilaksanakan pada saat ini. Konsolidasi adalah hal lain yang dilakukan.
Konsolidasi adalah proses sampai pada kesimpulan luas yang sejalan dengan teori
yang diterapkan. Saat ini sekolah-sekolah yang dianggap mampu melaksanakan
kurikulum 2013 ditunjuk oleh pemerintah, mengingat mereka telah
melaksanakannya selama tiga semester berturut-turut. Kurikulum 2013 kemudian
dipantau di sekolah-sekolah setelah diadopsi untuk memastikan kelancaran
transisi. Kekurangan-kekurangan kurikulum 2013 akan diperiksa selama proses
pemantauan, antara lain pada buku, sumber daya manusia, hasil belajar siswa,
infrastruktur, dan bidang lainnya.
4. Developing and Framework
Tahap penelaahan kurikulum yang telah dimutakhirkan merupakan tahap
keempat. Kurikulum 2013 saat ini sedang dikaji dari berbagai sudut pandang.
Pertama, prinsip-prinsip dasar dan ide-ide yang digunakan telah dipertimbangkan.
Kedua, cukup tidaknya ruang lingkup mata pelajaran kurikulum 2013. Ketiga,
topik kurikulum 2013 disajikan secara logis. Keempat, kegiatan pendidikan dalam
kurikulum 2013 menawarkan peluang untuk tumbuh secara intelektual dan
emosional sepanjang waktu. Penerapan kurikulum 2013 di lapangan juga sedang
dikaji ulang oleh pemerintah. Dengan mengembangkan perbaikan-perbaikan yang
harus dilakukan atas kekurangan-kekurangan yang muncul di lapangan,
pemerintah lebih menyempurnakan perencanaan unit. Tindakan tersebut
menghasilkan materi kurikulum yang siap digunakan.
5. Istalation and Desimination of the New Unit
Kurikulum 2013 saat ini sedang dilaksanakan dan disosialisasikan ke daerah dan
sekolah. Pemerintah juga mengumpulkan informasi tentang tantangan dan
masalah yang dialami guru dalam pekerjaannya. Kurikulum 2013 saat ini sedang
divalidasi dan disosialisasikan sebagai hasil pengembangannya sebagai komponen
sekolah secara keseluruhan. Pada titik ini, sejumlah faktor perlu diperhatikan,
antara lain kesiapan guru, fasilitas, alat, media, sumber daya, dan biaya.
Keberadaan sekolah percontohan akan menjadi panutan bagi sekolah lain jika

10
kurikulum 2013 diadopsi. Alhasil, pemangku kepentingan kurikulum 2013 dapat
membantu sekolah lain melalui pendampingan, sharing, dan sarana lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan hasil pembahasan maka dapat disampaikan simpulan bahwa
pengembangan kurikulum yaitu model taba. Model ini dimulai dengan melakukan
eksperimen, berteori, dan kemudian mempraktekkannya. Adapun langkah-langkah
analisis kurikulum dengan mengunakan model taba dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut: Experimental Production of Pilot Units. (Menguji Unit Eksperimen),
Testing of Experimental Units, Revising and Consolidating, Developing and
Framework, Developing and Framework. Kurikulum 2013 dilaksanakan selama lima
tahap sebelum didistribusikan secara umum. Tahap pertama dilakukan pengujian
terhadap beberapa sekolah SD/MI yang telah beroperasi selama tiga semester
berturut-turut dan dinilai mampu. Setelah Kurikulum 2013 diujicobakan di kelas, akan
dilakukan tahap kedua untuk mengetahui validitas, penerapan, efektivitas, dan
efisiensi program. Kurikulum 2013 sedang direvisi untuk penyempurnaan kurikulum
pada tahap ketiga. Meninjau kurikulum yang diperbarui dan melakukan analisis
adalah tahap keempat, yang membuat kurikulum 2013 lebih siap untuk digunakan
oleh pemangku kepentingan sebelum didistribusikan. Tahap akhir didistribusikan
dalam tiga tahap ke sekolah yang berbeda: sekolah percontohan, sekolah inti, dan
orang tua.

11
DAFTAR PUSTAKA
Nafi’ah, Siti Anisatun. Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Pada Kurikulum
2013 SD/MI. jurnal Kajian Kritis Pendidikan Islam Dan Manajemen
Pendidikan Dasar, Juni 2019
Yu’timaalahuyatazaka. Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba dan
Identifikasinya Dalam Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Agustus 2016
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Wina, Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008
Widoyoko, Eko Putra. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar: 2016
Usmar, Ali, Model-Model Pengembangan Kurikulum dalam Proses Kegiatan Belajar:
Jurnal An-Nahdhah, Vol. 11 No. 2 Juli – Desember 2017

12

Anda mungkin juga menyukai