Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KURIKULUM DAN DESAIN

PEMBELAJARAN TEORI DAN TERAPAN

“KONSEPSI, KOMPONEN, DAN


PENYEBAB/FAKTOR PERUBAHAN KURIKULUM”

OLEH KELOMPOK :

I WAYAN WIANA 2129071002


NI PUTU YULISTIA HANDAYANI 2129071003
PUTU JULI ASTITI 2129071010
DINDA DWI FEBRIYANTI 2129071014

PRODI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat kemurahan-Nya makalah Kurikulum dan Desain Pembelajaran
ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah Kurikulum dan Desain
Pembelajaran ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah Kurikulum dan Desain
Pembelajaran ini di kemudian hari.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................
1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
2.1 Pengertian serta Konsepsi Kurikulum.........................................................................
2.2 Komponen Kurikulum.................................................................................................
2.3 Landasan atau Faktor Perubahan Kurikulum..............................................................
2.2.1 Perkembangan Kurikulum di Indonesia...............................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Simpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sering diabaikan
adalah kurikulum. Kurikulum memiliki posisi strategis karena secara umum
kurikulum merupakan deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan sebuah
bangsa. Hal ini sekaligus memposisikan kurikulum sebagai sentral muatan-
muatan nilai yang akan ditransformasikan kepada peserta didik.
Arah dan tujuan kurikulum pendidikan akan mengalami pergeseran dan
perubahan seiring dengan dinamika perubahan sosial yang disebabkan oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Karena sifatnya yang dinamis
dalam menyikapi perubahan, kurikulum mutlak harus fleksibel dan futuristik.
Ketimpangan-ketimpangan dalam disain kurikulum karena kurang respon
terhadap perubahan sosial boleh jadi berkonsekuensi kepada lahirnya pendidikan
yang ‘gagap’ dalam beradaptasi dengan kondisi sosial yang dimaksud.
Atas dasar pertimbangan ini, maka pengembangan kurikulum menjadi
salah satu tugas pokok pemerintah untuk mengatur dan mengembangkan
pendidikan. Demikian juga halnya dengan peran tokoh maupun pemerhati
pendidikan agar mengikuti setiap episode dari perubahan sosial, karena semua itu
akan menjadi bahan pertimbangan dalam mendisain serta mengembangkan
kurikulum. Selain itu, partisipasi masyarakat aktif juga sangat diharapkan untuk
memberikan sumbangan pemikiran dalam merespon setiap perubahan.
Banyak hal yang harus dipertimbankan dalam pengembangan kurikulum,
mulai dari pemahaman teori dan konsep kurikulum, asasasas kurikulum, macam-
macam model konsep kurikulum, anatomi dan desain kurikulum, landasan-
landasan pengembangan kurikulum dan lain-lain yang berkaitan dengan proses
pengembangan kurikulum.
Di Indonesia saat ini menerapkan kurikulum K13 dimana dalam
kurikulum ini menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada perserta didik
menjadi pusat pembelajaran dan guru yang berperan sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya. Selain itu, isu terbaru saat ini yaitu terkait penerapan
kurikulum prototype dimana dalam kurikulum ini memperbaharui kurikulum k13
dengan tambahan pandangan merdeka belajar dan pembelajaran berdiferensisi.
Dimana siswa yang sebelumnya menjadi pusat pembelajaran dalam kurikulum ini
diberikan kebebasan belajar seperti apa yang diinginkan.
Merdeka belajar dan merdeka mengajar merupakan sebuah terobosan yang
mungkin saja akan muncul nantinya sebagai sebuah kurikulum baru yang
menggantikan kurikulum k13. Siapa yang tahu? Karena sifat kurikulum harus
3
berkesinambungan atau berkontinue seiring perjalanan jaman tentunya akan ada
perubahan-perubahan baru didalamnya, apalagi ditengah kemajuan teknologi saat
ini di era industry 4.0 dan pola hidup masyarakat yang sudah digital natif. Maka
dari itu pasti akan adanya perubahan-perubahan lagi dalam kurikulum yang
diterapkan di Indonesia juga melihan perjalanan panjang perubahan kurikulum di
Indonesia dari tahun ke tahun. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas
konsepsi, komponen, dan landasan atau faktor perubahan kurikulum dengan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat dari pemaparan diatas, sebagai
berikut.
1) Bagaimana pengertian serta konsepsi kurikulum?
2) Bagaimana komponen kurikulum?
3) Bagaimana landasan serta faktor perubahan kurikulum?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat, sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengertian serta konsepsi kurikulum
2) Untuk mengetahui komponen kurikulum
3) Untuk mengetahui landasan serta factor perubahan kurikulum.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian serta Konsepsi Kurikulum


Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. Hasan (1986)
menyatakan dapat dipahami jarak yang harus ditempuh di sini bermakna
kurikulum dengan muatan isi dan materi pelajaran yang dijadikan jangka waktu
yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh ijazah.
S. Nasution (1989) menyatakan kurikulum merupakan suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staff pengajaran.
Selanjutnya Nasution menjelaskan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan
melainkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi
selain kegiatan kurikulum yang formal yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler
atau ekstra kurikuler (co-curriculum atau ekstra curriculum). Menurut Crow and
Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik, kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis
untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
Hamalik (1995) menyatakan kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan, mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang
tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun sistematis dan logis.
Ternyata kegiatan kurikuler tidak hanya terbatas dalam ruangan kurikulum dalam
pengertian luas tidak hanya terbatas pada subjek pelajaran saja, tetapi mencakup
berbagai aktivitas yang dilakukan, baik di sekolah mapun di luar sekolah seperti
yang diungkapkan oleh Saylor dan Alexander (1960) ”…school’s curriculum is
the total affort of the school to bring about desired outcome’s in school and in out
of school situation. In short, the curriculum is the school’s program for learner”.
Alice Miel (1954) menyatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan, dan sikap-sikap
orang yang melayani dan dilayani di sekolah (termasuk di dalamnya seluruh
pegawai sekolah) dalam memberikan bantuan kepada siswa termasuk ke dalam
kurikulum.
Hasbullah (2007) menyatakan Dalam pengertian lainnya ditegaskan,
bahwa kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu

5
lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi, misi dan lembaganya.
Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut. Pertama, Adanya
tenaga yang berkompeten. Kedua, Adanya fasilitas yang memadai. Ketiga,
Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung. Keempat, Adanya tenaga penunjang
pendidikan seperti tenaga administrasi, pembimbing, pustakawan, laboratorium.
Kelima, Adanya dana yang memadai, keenam, Adanya menejemen yang baik.
Ketujuh, Terpeliharanya budaya menunjang; religius, moral, kebangsaan dan lain-
lain, kedelapan, Kepemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.
Kurikulum dengan demikian adalah seperangkat rencana pembelajaran
yang terdiri dari isi dan materi-materi pelajaran yang terstruktur, terprogram dan
terencana dengan baik yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dan interaksi
sosial di lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan
tujuan mencapai tujuan pendidikan. Dalam makna yang lebih luas, kurikulum
adalah kumpulan seperangkat nilai yang dirancang untuk ditransformasikan
kepada subjek didik, baik nilai-nilai dalam bentuk kognitif, afektif maupu
psikomotor. dengan memperoleh seperangkat nilai tersebut, pola pikir dan
perilaku subjek didik akan terbentuk sesuai dengan arah dan tujuan yang sudah
diformulasikan sebelumnya, yaitu kurikulum.
Dengan demikian, pengertian kurikulum dalam pandangan modern
merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah, tidak terbatas pada
bidang studi dan kegiatan belajar saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu
kehidupannya yang pelaksanaannya bukan saja di sekolah, akan tetapi juga di luar
sekolah.
2.2 Komponen Kurikulum
Hamalik (2012) menyatakan komponen kurikulum adalah unsur-unsur
yang harus ada dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum secara menyeluruh
tak mungkin dipisahkan dari perkembangan sistem pendidikan nasional dalam
urutan waktu. Dari studi pengembangan kurikulum, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kurikulum juga tak mungkin dipisahkan dari perkembangan
komponen yang mendasari perencanaan dan pengembangan kurikulum.
Komponen-komponen itu adalah: (1) Perkembangan tujan pendidikan, (2)
Perkembangan teori belajar, (3) Perkembangan siswa, (4) Perkembanga kultur,
dan (5) Perkembangan bentuk kurikulum yang digunakan. Kelima komponen
pokok ini, pada dasarnya bersumber dari berbagai hal yang mendorong terjadinya
proses perubahan dan perkembangan kurikulum itu.

6
2.2.1 Komponen Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum menurut Sudjana, pada hakikatnya
adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan
kepada peserta didik. Secara hirarki tujuan pendidikan nasional
adalah: tujuan pendidikan nasional, tujuan lembaga pendidikan
(institusi), tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Tujuan
institusional adalah tujuan yang harus diemban dan dicapai oleh
setiap lembaga pendidikan.
Tujuan kurikulum merupakan sasaran yang hendak dicapai
oleh suatu kurikulum. Karena itu tujuan dirumuskan sedemikian
rupa dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti: a.
Tujuan pendidikan nasional, karena tujuan ini menjadi landasan
bagi setiap lembaga pendidikan. b. Kesesuaian antara tujuan
kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan. c.
Kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau
lapangan kerja, untuk mana tenaga-tenaga akan dipersiapkan. d.
Kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini. e. Kesesuaian tujuan kurikulum dengan sistem
nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.

2.2.2 Komponen Isi Kurikulum


Komponen isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki
siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Abuddin (2009) menyatakan pembalajaran secara
sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usah mempengaruhi
emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses
pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta
didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Hudoyo
(1988) menyatakan belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan
belajar. Sudjana (2008) menyatakan bahwa belajar bukan
menghafal dan bukan pula mengingat, belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

7
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapannya dan
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya, dan aspek
lainnya yang ada pada individu.

2.2.3 Komponen Strategi/Metode


Strategi dan metode merupakan komponenketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen
yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Raka Joni (1992) menyatakan
strategi pembelajaran sebagai plan dan urutan umum perbuatan
guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati,
yaitu: 1) Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2) Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk
merealisasikan strategiyang telah ditetapkan.

Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa


metode. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a
plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a
way in achieving something. Istilah lain yang juga memiliki
kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach).
Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadapp proses pembelajaran.

Roy Killen (1998) menyatakan ada dua pendekatan dalam


pembelajaran, yaitu 1) Pendekatan yang berpusat pada guru
(tescher centered approaches) dan 2) Pendekatan yang berpusat
pada siswa (student centered approach). Sedangkan Rowntree
(1974) menyatakan straregi pembelajaran dibagi atas: 1) Strategi
Exposition dan Strategi Discovery Learning dan 2) Strategi
Groups dan Individual Learning

8
2.2.4 Komponen Evaluasi

Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga


dimensi, yakni dimensi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-
produk) dan dimensi iii (operasi keseluruhan proses kurikulum atau
hasil belajar siswa). Dengan adanya tiga dimensi itu, maka dapat
digambarkan sebagai kubus. Selain itu dapat lagi kurikulum
ditinjau dari segi historis, yakni bagaimanakah kurikulum
sebelumnya yang dipandang oleh anteseden. Oleh sebab ketiga
dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka
keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertkaitan
satu sama lainnya.

1. Dimensi I

a. Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang oelaksanaan kurikulum.


Data dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah
serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.

b. Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu


tertentu, misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau
setelah lima tahun untuk mengetahui evektifitas kurikulum
dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan selama
pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum.

2. Dimensi II

a. Proses : yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam


pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui
metode dan proses yang digunakan dalam implementasi
kurikulum. Metode apakah yang digunakan? Apakah tepat
penggunaannya? Apakah berhasil baik atau tidak? Kesulitan apa
yang dihadapi?

b. Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat


dilihat dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang
dihasilkan oleh 10 guru dan hasil-hasil siswaberupa hasil test,
karangan, termasuk tesis, makalah, dan sebagainya.

3. Dimensi III

a. Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan


kurikulum termasuk perencanaan, disain, implementasi,
administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya. Juga

9
biaya, staf pengajar, penerimaan siswa, dan pendeknya seluruh
operasi lembaga pendidikan itu

b. Hasil belajar siswa: disini yang dievaluasi ialah hasil belajar


siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai
berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan
mempertimbangkan determinan kurikulum, misi lembaga
pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar.

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak


pernah berakhir (Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan
komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Scriven
(1967) menyatakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi
sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk meliahat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua
jenis, yaitu tes dan non tes. Evaluasi tes dari jenisnya seperti tes
kelompok dan individu, tes dilihat dari cara penyusunannya yaitu
tes buatan guru dan tes standar, tes dilihat dari pelaksanaannya
seperti tes tulis (esai dan objektif), tes lisan, dan tes peragaan.
Sedangkan Non Tes seperti observasi (partisipatif dan non
pertisipatif), wawancara (langsung dan tidak langsung), study
kasus, dan skala penilaian.

2.3 Landasan atau Faktor Perubahan Kurikulum

Kurikulum sangat menentukan didalam proses dan hasil suatu sistem


pendidikan. Kurikulum juga berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan
dalam proses pembelajaran sekaligus menjadi pedoaman dalam pembelajaran.
Soetopo dalam Andina dkk (2020) menyatakan bahwa suatu perubahan kurikulum
dapat mengalami perubahan bila adanyan perbedaan dalam satu atau lebih
komponen kurikulum antara dua periode tertebtu, yang disebabkan oleh adannya
usaha yang disengaja. Sedangkan Hasan (2009) menyatakan bahwa perubahan
kurikulum meruapakn suatu inovasi atau pembaharuan. Jadi perubahan pada
kurikulum terjadi karena adanya perbedaan komponen kurikulum antara periode
tertentu.

Soetopo dalam Andina (2020) menyatakan perubahan kurikulum dapat


bersifat sebagaian saja, tetapi juga dapat bersifat menyeluruh, berikut
penjelasannya.
1. Perubahan sebagian

10
Perubahan sebagaian ini hanya terjadii pada komponen tertentu saja dari
kurikulum tersebut, maka dari itu itu disebut perubahan yang sebagian,
perubahan yang dimaksud yaitu perubahan metode mengajar, atau
perubahan sistem penilaiannya. Jadi dalam perubahan sebagaian ini dapat
terjadi perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali
tidak berpengaruh terhadap komponen lainnya.
2. Perubahan menyeluruh
Perubahan menyeluruh adalah perubahan yang terjadi pada keseluruhan
sistem dari kurikulum tersebut, yang mengalami perubahan yang dimana
tergambar baik di dalam tujuannya, isinya, dan startegi dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Soetopo dalam Andina (2020) menyatakan adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan kurikulum menurut yaitu:
1. Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia dari kekuasaan kolonialis.
Setelah negara-negara merdeka mereka menyadari bahwa sistem
pendidikan yang mereka anut sudah tiak sesuai lagi dengan cita-cita
negara merdeka. Maka dari itu mulailah dirancang kembali perubahan
yang cukup penting dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
2. Perkembangan iptek yang semakin pesat, perkembangan dalam cabang
ilmu pengetahuan yang diajarkan disekolah menghasilkan teori-teori yang
baru dan cara-cara baru dalam proses belajar, sehingga mendorong
timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
3. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, jadi dengan bertambahnya
penduduk yang pesat membutuhkan pendidikan juga, sehingga hal tersebut
menyebabkan adanya keselarasan akan perlunya pendekatan atau tinjauan
kembali terhadap kurikulum yang berlaku, hal tersebut dilakukan agar
tuntutan pendidikan bagi penduduk dapat terpenuhi.
Zaini (2009) menyatakan faktor lain dari tiga diatas yang menyebabkan
terjadinya perubahan suatu kurikulum seperti:
1. Orientasi politik dan praktek kenegaraan
Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat,
karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan
menjadi makhluk terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus
mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang
yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan dunia sendiri yang baru
bukan hanya mampu mengikuti dunia itu
2. Pandangan intelektual yang berubah
Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian
materi sebanyak-banyaknya daripada mencapai suatu kemampuan tau
kompetensi tertentu. Sehingga outputnya kurang berkualitas di bandingkan
dengan Negara lain. Untuk meningkatkan kualitas itulah maka pemerintah
11
mengupayakan dilaksanakannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
yang dirintis seja tanggal 26 Juni 2002, kemudian pada tahun 2006
diberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP dan sekarang mulai dirintis
kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 dengan basis yang sanma dengan
perubahan dan penekanan pada aspek tertentu.
3. Pemikiran baru tentang proses belajar dan mengajar
Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam proses
pembelajaran, walaupun pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada
titik tekannya saja. Misalnya mengenai active learning atau (CBSA), co
ntextual learning, quntum teaching-learning dan lain-lain, untuk dapat
mengaktifkan seorang individu siswa dan mengaktifkan kelompok
4. Eksploitasi ilmu pengetahuan
Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tentu ilmu
pengetahuan mendapat porsi dalam kehidupan manusia. Banyak sekali
disiplin ilmu pengetahuan baru yang pada dekade sebelumnya belum
dikenal. Oleh karena itu kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, agar anak memiliki bekal yang cukup
untuk menghadapi kehidupan di masa depan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor tersebut yang dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan kurikulum saat ini. Perubahan pada
kurikulum memiliki dampak baik dan buruk bagi kualitas pendidikan, adapun
dampak baiknya perubahan kurikulum siswa dapat belajar dengan mengikuti
perubahan zamanyang begitu pesat saat ini. Sedangkan dampak buruknya
perubahan kurikulum yang terlalu cepat mengakibatkan masalah baru
contohnya turunnya nilai akademik siswa, hal tersebut dikarenakan siswa
belum mampu untuk menyesuaikan dengan kurikulum yang baru.

2.2.1 Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh
tatanan sosial politik Indonesia. Negara-negara penjajah yang
mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem
pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan Belanda diatur dengan
prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem
pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat
berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam
yang telah dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan belanda pun
bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan
membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing,
dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi
menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi (Sanjaya, 2008).
Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non
priyayi menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah
12
Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh
melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2
tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau
Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk
bangsa pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat
bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun,
Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS)
selama 3 tahun.
Selama 70 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 12
kali perubahan kurikulum. Rinciannya adalah pada zaman Orde
Lama (Orla) atau zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah
terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu (Kurikulum) Rencana
Pelajaran tahun 1947, (Kurikulum) Rencana Pendidikan Sekolah
dasar tahun 1964 dan Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1968.
Pada zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan
Presiden Soeharto, terjadi 6 kali pergantian kurikulum, yaitu
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) tahun
1973, Kurikulum SD tahun 1975, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada tahun
1997.
Usai zaman Orba berakhir atau dimulainya masa reformasi
terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004, Kurikulum Tingkat
Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir Kurikulum 2013.
Keterangan lebih lanjut, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber: Materi Persentasi Kemendikbud 2015


Dilihat dari lamanya waktu berlaku kurikulum dapat dicatat
di sini, bahwa (Kurikulum) Rencana Pelajaran tahun 1947

13
merupakan kurikulum terlama yang tidak mengalami pergantian
selama masa pasca kemerdekaan atau era Orla, yakni selama 17
tahun. Pada zaman Orde baru tercatat Kurikulum 1984 yang
berusia terlama pada zamannya, yaitu selama 10 tahun. Sementara
Kurikulum KTSP merupakan kurikulum terlama sepanjang masa
reformasi, yaitu 7 tahun. Sebaliknya, (Kurikulum) Rencana
Sekolah Dasar merupakan kurikulum terpendek usianya sepanjang
masa Orla, yaitu hanya 4 tahun saja. Pada era Orba, Kurikulum
PSPP tercatat sebagai kurikulum terpendek masa berlakunya, yaitu
cuma 3 tahun. Rintisan KBK merupakan kurikulum tersingkat
umurnya sepanjang era reformasi dan selama usia republik ini,
yakni cuma 2 tahun saja. Terakhir, Kurikulum yang dilaksanakan
adalah Kurikulum 2013 (K13).
Uhbiyati (2008) menyatakan bahwa setelah Indonesia
merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan
kurikulum yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan
kurikulum (1968-1975), kurikulum berbasis keterampilan proses
(1984-1999), dan kurikulum berbasis kompetensi (2004- 2006),
serta yang terakhir kurikulum dengan pendekatan saintific
kurikulum 2013.
Kurikulum (K13) juga pernah mengalami revisi sebanyak
dua kali yaitu pada tahun 2016-2018, dimana yang berlaku sampai
saat ini adalah kurikulum K13 edisi revisi 2018. Selain revisi
kurikulum 2013 yang dilakukan pada tahun 2016juga terdapat
beberapa kali revisi yang dilakukan oleh pemerintah, revisi terbaru
pada tahun 2018 menghasilkan beberapa poin perubahan,
diantaranya: (1) Nama kurikulum tidak diubah menjadi kurikulum
nasional namun tetap memakai nama kurikulum 2013 edisi revisi
yang diberlakukan secara nasional, (2) penilaian sikap KI-1 dan KI-
2 ditiadakan pada setiap mata pelajaran kecuali mata pelajaran
agama dan PPKN akan tetapi KI tetap dicantumkan dalam
penulisan RPP, (3) pendekatan scientific 5M bukanlah satu-satunya
metode saat mengajar dan apabila digunakan susunannya tidak
harus berurutan, (4) silabus kurikulum 2013revisi 2018lebih
dirampingkan menjadi hanya tiga kolom, yaitu KD, materi
pelajaran, dan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum Darurat (Kurikulum K13 yang Disederhanakan
dan Kurikulum Prototype (Merdeka Belajar dan Pembelajaran
Berdiferensiasi) di masa Pandemi Covid-19 yang menjadi pilihan
di tahun 2022. Kurikulum paradigma baru atau populer disebut
Kurikulum Prototype 2022 sebenarnya revisi dari Kurikulum 2013
dan diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk
14
melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024 sebagai
akibat dari pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan
kemunduran proses akademik, pengetahuan, dan keterampilan, baik
itu secara umum maupun spesifik (learning loss). Kebijakan
kurikulum nasional ini akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan
evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. Sejalan dengan
konsep merdeka belajar, Kurikulum Prototype 2022 mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan minat, gaya belajar dan
kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada
pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Kurikulum ini
memiliki beberapa karakteristik. Pertama, pembelajaran berbasis
proyek (project-based learning) untuk pengembangan soft skill dan
karakter (iman, takwa, dan akhlak mulia; gotong royong;
kebinekaan global; kemandirian nalar kritis; kreativitas).

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas dipahami
bahwa kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh
sekolah, tidak terbatas pada bidang studi dan kegiatan belajar saja, akan
tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya
bukan saja di sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah. Sedangkan terdapat
berbagai komponen didalam kurikulum seperti tujuan, isi, subjek,
strategi/metode, dan evaluasi. Dalam perjalanannya khususnya di
Indonesia sudah menerapkan berbagai kurikulum dari awal kemerdekaan
NKRI dan sampai pada kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum
K13 dan yang terbaru di masa pandemi Covid-19 yaitu kurikulum
prototype yang dinilai cocok dengan keadaan saat ini.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun
penulisan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. 2009. Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2008. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Anzar, Abdullah. 2007. Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah
(suatu Tinjauan Kritis Filosofis). Jurnal Pendidikan dan Kebuyaan.
Tersedia pada: https://scholar.google.co.id/
Hasan, H. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Hudoyo, H. 1988. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: DepDikbud.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies: Lesson From Research and.
Practice. Australia: Social Science Press.

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Oemar Hamalik. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasara.
Raka Joni, T. 1992. Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdiknas.
Rowntree. 1974. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan
S. Nasution. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Saffina, Andina Dea, dkk. 2020. Perubahan Kurikulum Di Awal Era Reformasi
(2004-2006) Dan Dampaknya Terhadap Pendidikan Nasional.
SINDANG JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN
SEJARAH. Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2020):52-62
Sanjaya, Winna. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saylor and Alexander. 1960. Curriculum Planing for Better Teaching and
Learning. New York: Holt, Rinchat.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2002. Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS.

Anda mungkin juga menyukai