Oleh :
MUHAMMAD RIFANI
1610712310008
1
2
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Kegiatan Praktik Lapangan
Akuakultur Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Oleh :
MUHAMMAD RIFANI
1610712310008
3
4
4
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
TIM PEMBIMBING
Mengetahui :
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya,
sehingga praktikan dapat menyusun Proposal kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur ini
dengan waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini tak lupa praktikan ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Ir. H. Untung Bijaksana, MP
sebagaiketua Tim Pembimbing dan ibu Olga, S.Pi, M.Si sebagai anggota atas bimbingan
serta saran yang diberikan selama penyusunan Usulan kegiatan Praktik Lapangan
Akuakultur ini. Terima kasih pula praktikan sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsusng maupun tidak langsung.
Praktikan menyadari bahwa Usulan Kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur yang
praktikan susun masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati
praktikan mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan Usalan Kegiatan Praktik
Lapangan Akuakultur ini.
Akhir kata, semoga Usulan Kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur ini
bermanfaat bagi semua orang dan bisa berguna sebagaimana mestinya.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan Kegiatan................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1. Profil BBIP Kotabaru........................................................................ 3
2.2. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)................................ 3
2.3. Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)................................. 3
2.4. Habitat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)..................................... 4
2.5. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.). . . 4
2.6. Hama dan Penyakit Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.).................. 5
2.7. Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.).............................. 5
2.7.1. Perbedaan Induk Jantan Dan Betina........................................ 5
2.7.2. Seleksi Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)................. 6
2.7.3. Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)...................... 7
2.7.4. Penetasan SR dan Pemeliharaan Larva................................... 8
BAB III. METODE MAGANG.......................................................................... 11
3.1. Waktu Dan Tempat ........................................................................... 11
3.2. Pengumpulan Data Praktik Lapangan Akuakultur............................. 12
3.3. Metode Praktik Lapangan Akuakultur............................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
iv
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
v
vi
vi
1
BAB I. PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Habitat ikan lele Sangkuriang adalah semua perairan air tawar. Lele Sangkuriang
dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan, yaitu terdapat kandungan O2 sekitar 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu
antara 24-260C, pH berkisar 6-7, NH3 kurang dari 1 ppm dan daya tembus matahari ke
4
5
dalam air maksimum 30 cm. ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada
siang hari, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang atau tempat yang tenang dan
aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk lumpur dasar
untuk mencari binatang-binatang kecil (bentos) sebagai makanan yang terletak di dasar
perairan. Pada siang hari biasanya lele bersembunyi dalam lubang-lubang
persembunyian, seperti di bawah pematang sawah, pinggiran sungai, akar pohon, di
dalam lubang kayu, atau bambu yang tenggelam (Khairuman, 2002).
Ikan lele dapat bertahan hidup di dalam air kotor, air berlumpur, parit, bahkan
dapat hidup di luar air hingga 6-8 jam. Hal ini disebabkan adanya arborescent organ
(Mudjiman, 2004). Lele juga relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik.
Organisme ini dapat hidup baik pada dataran rendah sampai pada ketinggian 600 meter di
atas permukaan laut dengan suhu antara 25-30°C. Pada ketinggian di atas 700 meter dpl,
pertumbuhan ikan lele akan kurang baik (Kordi, 2010). Dengan penggunaan teknologi
yang memadai terutama pengaturan suhu perairan, budidaya masih tetap bisa dilakukan
pada lahan yang memiliki ketinggian di atas 800 meter.
2.5. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Pakan yang dimakan ikan berasal dari alam (disebut pakan alami) dan dari
buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat
secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus
diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari
beberapa bahan baku yang memiliki kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara
sederhana atau diolah di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk
pellet, tepung, remeh atau crumble dan pasta.
Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1999), Ketersediaan pakan alami merupakan
faktor pembatas bagi kehidupan benih ikan di kolam. Di dalam unit pembenihan, pakan
alami harus dipasok secara kontinyu. Keistimewaan pakan alami bila dibandingkan
dengan pakan buatan adalah kelebihan pemberian pakan alami sampai batas tertentu tidak
menyebabkan penurunan kualitas air. Selain pakan alami yang tersedia di kolam,
diberikan juga makanan tambahan pakan (pelet) dengan kandungan protein minimal 25%,
dengan frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari.
Jumlah pakan yang diberikan 3% dari berat biomas ikan perhari. Kualitas pakan baik
secara fisik, kimia dan biologi sangat menentukan performa pakan. Kualitas tersebut
antara lain bentuk pakan, respon ikan terhadap aroma, rasa dan tekstur pakan, sehingga
pakan itu bisa diterima oleh ikan, kecernaaan, dan ketersediaan nutrien serta energi dalam
pakan ( Widiyati dan Sunarmo, 2010).
5
6
Ikan lele termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi di alam bebas
makanan alami lele terdiri dari jasad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton
seperti jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar (Sri
Najiyati 2004).
Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari
kelompok daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele
sangkuriang digolongkan sebagai ikan pemakan daging (karnivora) dan dapat juga
memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan
lainnya (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
2.6. Hama dan Penyakit Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Masalah penyakit dapat merupakan kendala utama karena dapat merugikan usaha
budidaya seperti penurunan produksi, penurunan kualitas air dan bahkan kematian total.
Penyakit dapat disebabkan oleh beberapa jenis patogen seperti, virus, parasit, jamur dan
bakteri, beberapa jenis bakteri yang umum menyerang ikan air tawar seperti Aeromonas
sp, dan Streptococcus sp, (Post, 1987; Austin dan Austin 1993).
2.7. Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Pembenihan adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam pematangan gonad,
pemijahan dan pembesaran larva hasil penetasan, sehingga menghasilkan benih yang siap
ditebar di kolam, keramba atau ditebar kembali ke perairan umum (Tubagus. 2014).
Pembenihan ikan lele Sangkuriang merupakan usaha budidaya yang sangat produktif.
Dengan jumlah telurnya yang banyak . Ikan ini bisa dikawinkan setiap tahun, sampai
usia produktifnya habis. Ikan lele Sangkuriang mudah dipijahkan baik secara alami
maupun buatan.
2.7.1. Perbedaan Induk Jantan Dan Betina Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Induk
betina yang sudah matang telur memiliki perut yang buncit, lembek, dan lubang genital
papilla terlihat jelas. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk
pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Induk jantan yang sudah
matang gonad ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan, dengan
perut yang ramping (Khairuman dan Amri, 2002). Induk betina yang siap memijah
berumur minimal 1 tahun, berat 0,70–1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Untuk
induk jantan, berumur 8-12 bulan, berat 0,5– 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm
(Dahlan dkk., 2014).
Jumlah induk jantan dan induk betina yang akan dipijahkan tergantung pada
rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan
6
7
diperlukan banyak jantan. Pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina
dapat berimbang (Dahlan dkk., 2014).
2.7.2. Pemeliharaan Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Pakan yang diberikan untuk calon indukan dapat berupa pakan buatan seperti
pelet dan pakan lainnya seperti ikan rucah, keong mas, bekicot dan lain sebagainya.
Pakan untuk induk dapat berupa pakan komersial yang memiliki kandungan protein di
atas 25 persen dengan jumlah 12 pakan 2–3 persen dari bobot biomasa dan frekuensi
pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam satu hari. Seminggu sekali indukan lele diberi
pakan hijauan berupa dedaunan, seperti daun talas. Makanan tambahan tersebut diberikan
dengan tujuan agar telur yang dihasilkan berkualitas dan besar. Jika hanya diberi pelet,
biasanya telur yang dihasilkan berukuran kecil. Pemberian pakan dilakukan tiga kali
sehari, yaitu pagi, sore, dan malam hari (Soetomo, 2003).
Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara
dipuasakan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan. Pemberokan
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi stres pada induk saat
proses pemilihan induk sebelum dilakukan pemijahan. Pemberokan juga dilakukan
dengan tujuan untuk memastikan agar induk benar-benar siap dipijahkan dan tidak dalam
kondisi sakit, sebab akan mempengaruhi jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan.
Pemberokan dilakukan selama 24 jam dengan kondisi indukan lele tidak diberi pakan
atau dipuasakan dengan tujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan
lemak dalam gonad, sehingga diperoleh telur dengan kualitas yang baik pada saat
dilakukan pemijahan (Mahyuddin, 2008).
Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang
benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami dalam bak atau wadah
pemijahan dengan pemberian kakaban (Sunarma, 2004).
2.7.4. Survival Rate dan Penetasan Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.)
Kelangsungan hidup (survival rate) adalah perbandingan jumlah organisme yang
hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode.
Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui toleransi dan
kemampuan ikan untuk hidup. Parameter untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup
suatu populasi ikan, yaitu mortalitas ikan. Kelangsungan hidup sebagai salah satu
parameter uji kualitas benih adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu,
sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang
dapat menyebabkan turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan menentukan
produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara.
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta
perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya. Kualitas air berupa parameter fisik
dan kimia yang tidak stabil akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik
dalam melakukan aktivitas (Elisma, 2013).
Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan dan mengapung di
permukaan air, sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih dan tenggelam di dasar.
Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi
larva. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap, yaitu prolarva dan post larva. Prolarva
adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh transparan. Post larva adalah
larva yang kuning telurnya telah habis dan organ- organ tubuhnya telah terbentuk sampai
larva tersebut memiliki bentuk menyerupai ikan dewasa. Perkembangan larva ikan terbagi
atas 4 fase berikut ini:1) fase volk sac, yaitu mulai dari menetas hingga kuning telur
habis, 2) fase prefleksion, yaitu dimulai dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk
spin. 3) fase fleksion, yaitu dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan
punggung sampai hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion, yaitu dimulai dari hilang atau
tereduksinya spina sampai menjadi juvenil. Oleh karena perkembangan morfologis dari
masing-masing spesies ikan berbeda-beda, maka perlu dikaji perkembangan morfologis
larva ikan yang dipelihara secara terkontrol selama proses penyerapan kuning telur
(Usman, et al. 2003).
Menurut Oyen et al (1991) dalam Syandri (1993), faktor internal yang
berpengaruh terhadap daya tetas telur adalah perkembangan embrio yang terhambat,
karena kualitas spermatozoa dan telur kurang baik. Sedangkan faktor eksternal yang
8
9
9
10
Gambar 3.1. Lokasi Balai Benih Ikan Kambitin (Sumber: Google Maps)
10
11
11
12
dilaksanakan mulai tanggal 4 September 2019 sampai 4 Oktober 2019. Dengan jam kerja
menyesuaikan dengan kebijakan balai. Bertempat di BBI (Balai Benih Ikan) Desa
Kambitin, Kecamatan Tanjung, Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan untuk
pengumpulan data kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur di BBI Kambitin adalah
metode Pengumpulan data pada kegitan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini menggunakan
dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
3.3.1. Metode Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang)
secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data yang diperoleh lebih akurat, tetapi memerlukan
waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar (Songadji dan Sopiah, 2010). Pengambilan data
primer dalam Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dengan cara pencatatan hasil
observasi, wawancara, dan partisipasi aktif.
3.3.2. Metode Data Sekunder
Menurut Songadji dan Sopiah (2010), bahwa data sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Data sekunder dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu data internal dan data eksternal. Data internal adalah data dokumen
akuntasi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan dalam suatu organisasi.
Data eksternal adalah data sekunder yang pada umumnya disusun oleh suatu instansi
selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan, misal dari data studi literatur, pustaka
yang menunjang, dan pihak lain yang berhubungan dengan teknik budidaya ikan lele
Sangkuriang.
3.3.3. Metode Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indra,
sehingga tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata (Songadji dan Sopiah,
2010). Observasi dalam Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan terhadap berbagai hal
yang berhubungan dengan Teknik Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan
Kambitin, Desa Kambitin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Provinsi
Kalimantan Selatan.
3.3.4. Metode Wawancara
12
13
Wawancara merupakan salah satu data subyek yang dapat diperoleh melalui
lisan (verbal) dengan menyertakan opini atau pendapat dari sumber data (Songadji dan
Sopiah, 2010). Wawancara dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara bertanya langsung kepada responden atau informan (Songadji dan
Sopiah, 2010). Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab mengenai sejarah
berdirinya Balai Benih Ikan Kambitin, Desa Kambitin, Kecamatan Tanjung, Kabupaten
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan Lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Songadji dan
Sopiah, 2010).
Analisis data adalah menguraikan bentuk data menjadi hal yang sederhana dan
mudah dipahami. Data dianalisis dengan membuat tabulasi sederhana dan deskriptif
untuk memberikan gambaran atau interpretasi hasil Praktik Lapangan Akuakultur sesuai
dengan kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian dibuat Laporan Kegiatan Praktik
Lapangan Akuakultur dengan mengacu kerangka laporan Praktik Lapangan Akuakultur
yang sudah ditentukan oleh prodi Budidaya Perairan. Data Hasil Praktik Lapangan
Akuakultur dengan partisipatif dan pencatatan langsung terhadap data-data di Lapangan
yang telah didapatkan. Hasil pencatatan data yang diperoleh di Lapangan Praktik
Lapangan Akuakultur dicatat dalam catatan harian seperti pada lampiran 2.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Purdom, E.C. 1993. Genetics and Fish Breeding. Capman – hall. London.
Rukmana, R. 2003. Lele Dumbo Budidaya dan Pascapanen. Aneka Ilmu. Semarang.
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar baru Algensindo. Jakarta.
Songadji, E.M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. ANDI. Yogyakarta.hal. 1 – 100.
Sri, N. 2004. Memelihara Lele Dumbo Di Kolam Taman . Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.).
Makalah Disampaikan pada Temu Usaha Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Bandung 04-07 Oktober 2004.
Bandung. 13 hal.
Sutisna, D.H dan R. Sutarmanto.1999. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kasinius. Jakarta.
Sutrisno,E. H, Santoso dan A. Suci. 1999. Pemeliharaan Larva. Dalam:
Pembenihan Kakap Putih ( Lates calcarifer) ditjenkan. BBL Lampung.
Suyanto, R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar. Swadaya. Jakarta.
Syamsul, H. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Observasi Terhadap
Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman
Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Lampung: Digital Repository Ulele Sangkuriang.
[Online] Tersedia di: http://digilib.ulele Sangkuriang.ac.id/124/ (Diakses 18
Februari 2018).
Syandri, H. 1993. Bebagai Dosis Ekstrak Hipofisasi dan Pengaruhnya Terhadap Mani
dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Terubuku.
Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Padang.
Tubagus,Y. 2014. Strategi Pengembangan Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius
hypopthalmus) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen
Perikanan dan Kelautan. 1(1): 12-20.
Usman, B. C. R Saad., R. Affandi, , M.S Kamarudin, Dan A. R Alimon. 2003.
Perkembangan Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Oltivelis). Selama
Proses Penyerapan Kuning Telur. Jurnal Iktologi Indonesia, Volume III. Nomor
1. Fakultas Perikanan, Universitas Bung Hatta, Padang.
Widyawati, A dan M.T.D. Sunarmo. 2010. Dampak penggunaan pakan buatan
terhadap keberlanjutan perikanan budidaya di perairan waduk. Badan
Research Kelautan dan Perikanan. Bogor.
15
16
LAMPIRAN
16
17
17
18
Lampiran 2. Catatan Harian Kegiatan Praktik Lapangan Akuakultur di Balai Benih Ikan
Kambitin.
Mengetahui :
Kepala BBI Kambitin
(……………………..)
18