PROPOSAL PENELITIAN
Asisten Pembimbing
Wardatul Chamro’
Oleh
Muhammad Ivan Pratama
NIM 161510601193
1
2
kaya vitamin dan mineral serta karbohidrat yang mudah dicerna sehingga aman
untuk konsumsi oleh tubuh manusia. Hortikultura buah secara nasional didapat
dari berbagai provinsi dengan keunggulannya masing-masing, termasuk di Jawa
Timur. Jawa Timur memiliki potensi dalam bidang pertanian. Potensi yang
dimiliki Jawa Timur tidak lepas dari peran pemerintah dalam proteksi terhadap
produk lokal. Produk lokal pertanian yang dibudidayakan di Jawa Timur berasal
dari berbagai macam komoditas, salah satunya adalah komoditas pisang.
Kabupaten yang menjadi sentra penghasil pisang di Jawa Timur antara lain
Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan lain sebagainya. Pisang menjadi
komoditas yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia termasuk
Jawa Timur dikarenakan tanaman pisang dapat tumbuh dengan perlakuan yang
sederhana. Pisang mas kirana menjadi komoditas unggulan Kabupaten Lumajang.
Sentra penghasil pisang di Jawa Timur salah satunya adalah Kabupaten
Lumajang.Kabupaten Lumajang terkenal sebagai lumbung pangan yang mampu
menyuplai hasil produksinya untuk daerah lain. Kondisi tanah yang subur
mendukung sektor pertanian karena Lumajang karena terdapat tiga gunung, yaitu
Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Lamongan. Pisang merupakan
salah satu tanaman yang dapat tumbuh disemua daerah tropis maupun subtropis
termasuk di Lumajang. Banyak produk pisang asal Lumajang bisa ditemui di
pasaran. Jenis pisang yang biasa dipasok dari Lumajang adalah Pisang Susu,
Pisang Kepok, Pisang Raja, Pisang Ambon, Pisang Mas Kirana dan Pisang Agung
Semeru. Banyaknya buah pisang yang ditanam di Lumajang dan ditandai dengan
beberapa sudut kota yang menggunakan buah pisang sebagai simbol-simbol yang
memperkuat identitas tersebut, sehingga Lumajang disebut sebagai kota pisang.
Kabupaten. Lumajang memiliki tiga kecamatan yang menjadi sentra budidaya
pisang yakni Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Senduro dan Kecamatan
Tempusari. Tanaman pisang yang sudah bertahun-tahun di tanam oleh petani di
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang adalah jenis pisang Mas Kirana.
Terlihat hampir di setiap pekarangan penduduk ada tanaman pisang Mas Kirana.
Potensi ekonomi pisang Mas di Kecamatan Senduro berpeluang sangat tinggi
sebagai usaha agribisnis karena aspek pemasaran pisang Mas Kirana sudah tidak
3
1.3.2 ManfaatPenelitian
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya tentang persepsi petani pisang organik terhadap
kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
efektiftas kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama
Putra serta dapat menjadi referensi petani dalam melakukan kemitraan
dengan pihak lain.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharap kan dapat dijadikan acuan atau
bahan pertimbangan pemerintah dalam menciptakan kebijakan khususnya
untuk petani pisang Mas Kirana yang berada di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
7
8
proses kemitraan yang berjalan. Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa
kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian ditinjau dari hasil kemitraan
dapat dikategorikan ke dalam kinerja cukup baik.
Berdasarkan penelitian Suriati, dkk (2015) yang berjudul “Pola Kemitraan
Antara Petani Heliconia dengan Sekar Bumi Farm di Desa Kerta Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar” menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan karena
adanya lembaga atau perusahaan merupakan hal yang diperlukan untuk membantu
petani dalam penyediaan sarana dan prasarana serta pemasaran hasil produksi.
Sekar Bumi Farm adalah hsebuah usaha perkebunan bunga Heliconia di Desa
Kerta yang berdiri sejak tahun 2008. Konsumen dari Sekar Bumi Farm adalah
beberapa toko bunga yang ada di Bali, Sekar Bumi Farm juga memasarkan
produknya ke hotel-hotel, restoran dalam bentuk bunga segar atau dengan
melewati proses perangkaian bunga sebelumnya. Pemenuhan permintaan pasar
Sekar Bumi Farm masih kekurangan produk Heliconia, hal tersebut dikarenakan
kurangnya lahan yang dimiliki oleh Sekar Bumi Farm serta tingginya permintaan
konsumen akan produk Heliconia. Keadaan inilah yang akhirnya membuat petani
penanam Heliconia dengan Sekar Bumi Farm menjalin kerjasama. Hasil dari
penelitian ini yaitu bentuk pelaksanaan yang dilakukan dalam kemitraan antara
petani dengan Sekar Bumi Farm menggunakan pola inti-plasma, yang mana yang
menjadi inti adalah Sekar Bumi Farm dan yang menjadi plasma adalah petani-
petani Heliconia di Desa Kerta. Pelaksanaan kemitraan terlebih dahulu dilakukan
dengan Sekar Bumi Farm mendatangi petani-petani yang bersedia bermitra dan
membuat perjanjian secara bersama-sama yang memuat hak dan kewajiban kedua
belah pihak yaitu petani dan Sekar Bumi Farm.
Berdasarkan penelitian Susanti (2014) yang berjudul “Pengaruh Kemitraan
Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Sayuran di Kabupaten Bogor”
menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemitraan
terhadap hasil produksi dan pendapatan usahatani sayuran. Kemitraan yang
dimaksud adalah hubungan pertanian kontrak antara Gapoktan Rukun Tani
dengan petani sayuran di Kabupaten Bogor selama tahun 2012. Pengaruh
kemitraan diketahui dengan membandingkan hasil produksi dan pendapatan
9
usahatani petani mitra dengan petani non mitra di lokasi penelitian. Gapoktan
Rukun tani sebagai salah bentuk farmer cooperative diduga mampu meningkatkan
hasil produksi dan pendapatan usahatani sayuran melalui kemitraan atau
hubungan kontrak yang dijalankan bersama petani sayuran. Hasil penelitian ini
yaitu kemitraan antara Gapoktan Rukun Tani dengan petani anggota lebih terlihat
pada kemampuannya dalam menjamin pasar bagi sayuran hasil panen petani,
insentif harga yang lebih tinggi, serrta penekanan pada biaya pasca panen.
Kemitraan belum mampu meningkatkan hasil produksi sehingga pengaruh pada
peningkatan pendapatan belum terlihat secara signifikan. Pola kemitraan yang
dijalankan antara Gapoktan Tani Rukun dengan petani yakni pola kemitraan
dagang umum, karena pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran
dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak
pemasaran tersebut.
Penelitian Zaelani yang berjudul (2008) yang berjudul “Manfaat Kemitraan
Agribisnis Bagi Petani Mitra” menyatakan bahwa pola hubungan kerjasama yang
telah dilakukan PT Pupuk Kujang dengan petani padi sawah sebagai mitra dengan
persyaratan yang diberlakukan oleh PT Pupuk Kujang, maka dapat diidentifikasi
bahwa pola kemitraan yang terjalin merupakan pola kemitraan saham. Hubungan
kemitraan antara petani mitra dengan PT Pupuk Kujang dilaksanakan serta
disertai pembinaan dan pengembangan pada satu atau lebih bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi PT
Pupuk Kujang memberikan kebebasan kepada petani mitra untuk menentukan
harga produk dan memasarkan produk ke pasar.
jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik pada iklim tropis maupun
sub tropis. Pisang memiliki nilai ekonomis disetiap bagian tumbuhannya baik dari
daun, batang, buah bahkan limbah kulitnya. Daun pisang dapat digunakan sebagai
pembungkus berbagai macam makanan. Buah pisang dapat dimanfaatkan menjadi
buah meja, sale pisang, dan sebagainya. Tanaman pisang di Indonesia memiliki
keragaman jenis dan bentuk serta manfaat yang terkandung di dalamnya sehingga
menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan dan memberikan nilai ekonomis
kepada yang mengusahakan (Alhabsyi et al., 2014).
Menurut Prahardini et al (2015) menyebutkan bahwa, pisang adalah nama
umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang
dari suku Musaceae. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning
ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau
bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber
energi dan mineral, terutama kalium. Klasifikasi ilmiah dari buah pisang akan
dijabarkan sebagai berikut.
Klasifikasi ilmiah dari buah pisang akan dijabarkan sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo :Musales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : M. xparadisiaca
Pisang Mas Kirana termasuk dalam musa aciminata yang merupakan buah
segar, pisang mas kirana juga memiliki beberapa karakterisasi yang meliputi tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, rasa yang legit, dan kenampakan yang
menarik. Buah pisang Mas Kirana merupakan pisang yang memiliki keunggulan
dibanding dengan pisang lain yakni produktivitas tinggi, bentuk buah bulat berisi,
kulit buah berwarna kuning bersih, dan memiliki daging buah berwarna kuning
bersih. Bentuk buah yang menarik dan rasa yang manis memberikan daya tarik
konsumen (Kurniawan, 2016).
11
Buah pisang Mas Kirana hanya dapat tumbuh di lereng Gunung Semeru
dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl), sehingga tidak
ditemukan di daerah lain. Gizi yang dikandung pisang Mas Kirana terbilang
lengkap yang terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin A, B1, B2,
dan vitamin C. Pisang Mas Kirana memiliki karakteristik yang tidak berbeda
dengan komoditas lainnya, seperti memiliki sifat mudah rusak sehingga pisang
Mas Kirana dikonsumsi dalam keadaan segar. Pemanenan buah pisang Mas
Kirana sebaiknya dilakukan lebih awal sebelum masak untuk menghindari
kerusakan seperti pembusukan (Maharani, 2016).
Pisang mas kirana adalah pisang unggulan Kabupaten Lumajang, Jawa
Timur. Awalnya, jenis pisang ini tidak mendapat tempat di hati umumnya warga
Lumajang. Namun, kini pisang mas kirana menjadi idola. Pisang mas kirana
memiliki nilai jual tinggi dan merambah berbagai pasar swalayan di kota-kota
besar di Indonesia. Bahkan, pisang ini juga menjadi sajian di Istana Negara.
Pisang mas kirana berbentuk panjang bulat (gilig) sekitar 9 sentimeter dengan
warna kulit kuning. Pisang ini sebenarnya sudah lama tumbuh di Lumajang, tetapi
tidak bernilai jual. Petani di Senduro memandang sebelah mata terhadap pisang
mas kirana. Pisang ini hanya menjadi tanaman pengisi kebun atau halaman rumah.
Padahal, potensi pisang ini amat bagus. Selain rasa manis dan bentuk mungil,
pisang ini juga banyak ditanam di kebun warga. Sayang, jika pisang ini tak
dijadikan sumber penghasilan (Simangunsong, et al., 2014).
Pisang telah ada sejak masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan
manusia adalah sebagai pengumpul. Masyarakat di Asia Tenggara diduga telah
lama memanfaatkan tanaman pisang. Masyarakat di daerah itu, saat
berkebudayaan pengumpul, telah menggunakan bagian tunas dan pelepah pisang
sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah
dimanfaatkan hingga saat ini (Margarettha et al., 2015).
Tanaman pisang banyak berkembang di Indonesia memiliki keragaman
jenis dan bentuk serta manfaat yang terkandung di dalamnya. Kemantapan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas suplai sangat menentukan kelangsungan usaha
perkebunan pisang, terutama bila produksi untuk ekspor. Pengelolaan kebun
pisang membutuhkan manajemen yang baik meliputi perencanaan, pemilihan
lokasi, penggunaan bibit bermutu, pemiliharaan kebun, penanganan prapanen dan
pascapenen, serta kontinuitas pemasaran. Tanaman pisang banyak dijumpai, baik
di pekarangan, sawah, bahkan di sekitar rumah. Tanaman pisang ini oleh
masyarakat dapat dimanfaatkan mulai dari bunga, buah, kulit buah, daun, batang
sampai bonggol dapat dimanfaatkan untuk dibuat sayur (Alhabsyi et al., 2014).
Buah pisang merupakan salah satu produk hortikultura yang menjadi buah
andalan di Indonesia yang dapat dikembangkan secara intensif untuk mendukung
program utama pemerintah pada pusat di bidang pertanian dalam pengembangan
berkelanjutan. Penunjang keberhasilan usahatani pisang selain penerapan
teknologi, penerapan penggunaan varietas unggul dan penerapan perbaikan
varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud tersebut adalah
varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang
pisang, mampu berproduksi tinggi, serta mempunyai kualitas buah yang bagus
dan disukai masyarakat luas (Maharani, 2016).
Buah pisang merupakan komoditas hortikultura yang banyakdigemari
penduduk di seluruh dunia khususnya di Indonesia.Berkaitan dengan hal tersebut
perlu adanya campur tangan dari pemerintah agar produk buah pisang dapat
berkembang secara pesat bahkan menjadi produk unggulan di Indonesia dan
diharapkan dapat bersaing di pasar Internasional. Pisang merupakan kekayaan
domestik yang perlu dijaga agar tidak punah (Valentine, 2015).
15
diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak membatasi lembaga pada peraturan yang
mengatur perilaku tersebut atau mewajibkan orang atau organisasi untuk harus
berpikir positif ke arah norma-norma yang menjelaskan perilaku mereka tetapi
juga pemahaman akan lembaga ini memusatkan perhatian pada pengertian
mengapa orang berprilaku atau bertindak sesuai dengan atau bertentangan dengan
peraturan yang ada.
Kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu; “aspek kelembagaan” dan
“aspek keorganisasian”. Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku sosial
dimana inti kajiannya adalah tentang nilai (value), norma (norm), custom, mores,
folkways, usage, kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi
dan lain-lain. Bentuk perubahan sosial dalam aspek kelembagaan bersifat kultural
dan proses perubahannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara
dalam aspek keorganisasian meliputi struktur sosial dengan inti kajiannya terletak
pada aspek peran (role). Lebih jauh aspek struktural mencakup: peran, aktivitas,
hubungan antar peran, integrasi sosial, struktur umum, perbandingan struktur
tekstual dengan struktur faktual, struktur kewenangan atau kekuasaan, hubungan
antar kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai, aspek solidaritas, klik, profil
dan pola kekuasaan. Bentuk perubahan sosial dalam aspek keorganisasian bersifat
struktural dan berlangsung relatif cepat (Setiawan, et al., 2105).
Menurut Setiawan dkk (2015) mengungkapkan bahwa konsep umum
mengenai lembaga meliputi apa yang ada pada tingkat lokal atau masyarakat, unit
manajemen proyek, institusi-institusi, departemen-departemen di pemerintah
pusat dan sebagainya. Sebuah lembaga dapat merupakan milik negara atau sektor
swasta dan juga bisa mengacu pada fungsi-fungsi administrasi pemerintah.
Kelembagaan (intitution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik
formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota
masyarakat tertentu dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya
untuk mencapai tujuan dari sebuah perusahaan tersebut. Peran kelembagaan
dalam usahatani merupakan faktor yang sangat penting yang digunakan untuk
meningkatkan produktivitas lahan maupun produktifitas petani karena adanya
kelembagaan tersebut, komunikasi dengan pemerintah, perusahaan swasta
19
maupun sesama petani terbina dan berlangsung secara alami akan banyak manfaat
yang akan diperoleh apabila dilakukan secara kelompok atau teroganisir dengan
begitu informasi yang diperoleh menjadi lebih jelas (Prabowo, 2015).
Pertanian
Hortikultura buah
Positif Negatif
1. Pola inti-plasma
2. Pola sub-kontrak
3. Pola dagang umum
Deskriptif 4. Pola keagenan
5. Pola KOA
26
27
kriteria atau sudah memenuhi kebutuhan dari persoalan atau masalah yang diteliti
atau yaitu dengan ciri tidak ada jawaban baru lagi di lapangan. Jawaban yang
diperoleh bersifat real atau sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
Penelitian yang dilakukan di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang, pengumpulan data diperoleh melaluin proses wawancara
secara langsung dan data tambahan seperti dokumen atau berkas-berkas yang
dapat membantu penelitian tersebut dan kemudian akan dlanjutkan dengan
kegiatan. Orang atau narasumber yang dimintai informasi disebut dengankey
informan atau informan kunci.Informan kunci dalam penelitian ini adalah petani
pisang yang berada di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang. Petani yang memiliki hubungan kerjasama kemitraan namun tidak
menutup kemungkinan wawancara akan dilakukan pada pihak lain yang
memungkinkan dalam proses penggalian data seperti tokoh masyarakat.
Penentuan informan didasarkan pada kriteria-kriteria sesuai dengan
ketetapan yang dilakukan oleh peneliti. Penentuan informan terbagi menjadi dua
yaitu key informan dan informan pendukung. Sampel sebagai sumber data atau
sebagai informan dalam penelitian sebaiknya memenuhi kriteria-kriteria. Kriteria
– kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pihak yang memahami suatu proses enkulturasi, sehingga tidak hanya sekedar
memahami suatu proses atau kegiatan, tetapi juga menghayati.
2. Pihak yang tergolong masih berkecimpung atau teribat dalam kegiatan yang
sedang diteliti.
3. Pihak yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil pengungkapan
sendiri.
4. Pihak yang dijadikan informan tergolong asing atau tidak kenal dengan
peneliti, sehingga lebih nyaman dalam menyampaikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kriteria-kriteria penentuan informan diatas, maka peneliti
memilih kriteria key informan yaitu petani pisang Mas Kirana yang berasal dari
Desa Kandangtepus, yang mengetahui persepsi serta pola kemitraan yang terjalin
antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
29
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari informan namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi seperti situasi atau kondisi.Teknik observasi
yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi
partisipan sebagai pengamat. Jenis teknik observasi partisipan sebagai
pengamat ini merupakan teknik yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat
dengan membatasi diri dalam berpatisipasi, serta informan yang diobservasi
menyadari bahwa dirinya adalah subjek pengamatan. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung di lokasi
30
Penyajian
Pengumpulan
Data Data
Gambar 3.1 Skema Tahapan Analisis Data Dalam Analisis Miles dan Huberman
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis
data dilakukan dengan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Penelitian ini data-data yang telah diperoleh baik dari kegiatan wawancara
maupun observasi dirangkum dan dipilih hal-hal yang penting kemudian akan
menentukan tema dan pola dari data yang telah diperoleh . Data yang diambil
pada penelitian ini adalah data mengenai hasil wawancara dan kegiatan
32
dilakukan oleh peneliti, sebab jenis pengujian ini sangat mudah untuk dipahami
dan dapat memberikan kemudahn untuk pembaca pada saat membaca
penelitian yang dibuat.
Data penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi
saat meninjau desa yang memiliki potensi budidaya buah pisang Mas Kirana
yaitu pada Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Informan dalam penelitian ini adalah petani pisang Mas Kirana, ketua atau
anggota kelompok tani yang berprofesi sebagai petani, petani yang sekaligus
pemasok pisang Mas Kirana kepada mitra atau perusahaan, dan petani yang
menerapkan teknologi budidaya pertanian yang merupakan tersedianya
packing house. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada pagi, siang, sore
dan malam hari menyesuaikan jam kerja informan sehingga mencari sela waktu
informan agar tidak mengganggu aktivitas informan tersebut.Triangulasi
tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah informan memberikan data yang
sama atau tidak. Apabila memberikan data yang berbeda, maka datanya belum
kredibel.
3.7 Terminologi
1. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang banyak di
kembangkan oleh masyarakat di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang.
2. Usahatani pisang Mas Kirana adalah salah satu kegiatan budidaya pisang Mas
Kirana yang dilakukan oleh petani di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang.
3. Petani pisang Mas Kirana adalah warga Desa Kandangtepus perseorangan atau
beserta keluarganya yang melakukan usahatani pisang Mas Kirana.
4. Persepsi petani adalah pendapat petani buah pisang Mas Kirana dengan adanya
kemitraan di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
5. Informan adalah petani pisang Mas Kirana di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang yang memberikan informasi penelitian.
35
6. Informan kunci (key informan) adalah petani pisang mas Kirana yang dipilih
oleh peneliti sebagai informan yang mengetahui, memahami, menguasai serta
berkecimpung dalam kegiatan kemitraan di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang.
7. Sampel adalah petani pisang Mas Kirana yang melakukan kemitraan yang
menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian.
8. Penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bersifat deskripsi
atau penggambaran untuk meneliti permasalahan yang terjadi di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
9. Snowball sampling adalah salah satu teknik penentuan informan yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mendapatkan sumber data
yang dibutuhkan.
10. Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan cirri, tujuan dan
ruang lingkup penelitian.
11. Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mengumpulkan data primer melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara peneliti dan informan
12. Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mengumpulkan data primer dengan meninjau langsung ke tempat penelitian
yang potensial untuk dikaji.
13. Metode dokumen digunakan oleh peneliti dalam memperoleh tambahan
informasi terkait dengan penelitian yang sedang berlangsung. Peneliti
menggunakan data dari instansi terkait seperti BPS Indonesia, BPS Jawa
Timur, BPS Kabupaten Lumajang serta artikel terkait.
14. Penyajian data adalah kegiatan menyajikan data dalam bentuk naratif
mengenai persepsi dan pola kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD
Rama Putra di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang.
15. Uji keabsahan data yang digunakan yaitu Triangulasi teknik, sumber,dan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Irsa, Riandari. 2017. Persepsi Petani dan Efektivitas Kelompok Tani dalam
Program Upsus Pajale di Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang
Bawang. Skripsi, Lampung : Universtas Lampung
Prabowo, A. 2015. Karakteristik dan Peranan Lembaga Petani Pemakai Air dalam
Mendukung Produktivitas Hasil Padi Di Kecamatan Toboali Kabupaten
Bangka Selatan. Pembangunan Wilayah dan Kota, 11(3): 271-285.
Suratyah, K. 2015. Ilmu Usaha Tani (Edisi Revisi). Depok: Penebar Swadaya.
Zulkarnain, M., Pudji, P dan Erlinda, I. 2103. Analisis Pengaruh Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan di
Indonesia. ECSOFiM, 1(1): 52-69