Anda di halaman 1dari 39

PERSEPSI PETANI PISANG ORGANIK DI KECAMATAN

SENDURO KABUPATEN LUMAJANG TERHADAP


KEMITRAAN GAPOKTAN TANI MAJU
DENGAN PD RAMA PUTRA

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi


Penelitian pada Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Program Studi AgribisnisFakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Wardatul Chamro’

Oleh
Muhammad Ivan Pratama
NIM 161510601193

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hortikultura merupakan salah satu subsektor bidang pertanian yang penting
dalam peran pembangunan Indonesia. Hortikultura dapat dibagi menjadi
hortikultura sayur dan hortikultura buah. Tanaman sayur dan buah mengandung
banyak vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Hortikultura buah seringkali
memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sebagai bahan pangan maupun bahan baku
industri karena di dalam buah memiliki berbagai macam kandungan yang
bermanfaat untuk tubuh (Maharani, et al., 2016).
Perkembangan usaha tanaman hortikultura di Indonesia seiring berjalannya
waktu menjadi semakin baik dan meningkat. Namun masyarakat secara umum
hanya sebatas dikonsumsi serta dibudidayakan secara sederhana di pekarangan
rumah. Komoditas hortikultura memiliki prospek pengembangan yang sangat baik
karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar,
baik di dalam maupun diluar negeri. Permintaan akan buah secara nasional terus
meningkat setiap tahunnya. Permintaan akan buah yang semakin meningkat,
mengharuskan produksi buah harus meningkat pula. Kondisi alam yang subur
menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki keunggulan disetiap produksi
hortikultura buahnya disetiap provinsi (Simangunsong, et al., 2014).
Keragaman komoditas hortikultura buah dapat dikembangkan di Indonesia
yang memiliki iklim dan kondisi cuaca sesuai, salah satu komoditas buah yang
dapat dikembangkan salah satunya adalah buah pisang. Pisang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi karena disetiap bagian tumbuhannya baik dari daun, batang,
buah bahkan sampai limbah kulitnya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan atau
kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Tanaman pisang banyak berkembang di
Indonesia memiliki keragaman jenis dan bentuk serta manfaat yang terkandung di
dalamnya (Prahardini, et al., 2014) .
Pisang (Musa Paradisiaca) merupakan salah satu komoditas subsektor
hortikultura yang sangat digemari di kalangan masyarakat. Buah pisang
merupakan salah satu komoditas yang dapat dikonsumsi dan mengandung yang

1
2

kaya vitamin dan mineral serta karbohidrat yang mudah dicerna sehingga aman
untuk konsumsi oleh tubuh manusia. Hortikultura buah secara nasional didapat
dari berbagai provinsi dengan keunggulannya masing-masing, termasuk di Jawa
Timur. Jawa Timur memiliki potensi dalam bidang pertanian. Potensi yang
dimiliki Jawa Timur tidak lepas dari peran pemerintah dalam proteksi terhadap
produk lokal. Produk lokal pertanian yang dibudidayakan di Jawa Timur berasal
dari berbagai macam komoditas, salah satunya adalah komoditas pisang.
Kabupaten yang menjadi sentra penghasil pisang di Jawa Timur antara lain
Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan lain sebagainya. Pisang menjadi
komoditas yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia termasuk
Jawa Timur dikarenakan tanaman pisang dapat tumbuh dengan perlakuan yang
sederhana. Pisang mas kirana menjadi komoditas unggulan Kabupaten Lumajang.
Sentra penghasil pisang di Jawa Timur salah satunya adalah Kabupaten
Lumajang.Kabupaten Lumajang terkenal sebagai lumbung pangan yang mampu
menyuplai hasil produksinya untuk daerah lain. Kondisi tanah yang subur
mendukung sektor pertanian karena Lumajang karena terdapat tiga gunung, yaitu
Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Lamongan. Pisang merupakan
salah satu tanaman yang dapat tumbuh disemua daerah tropis maupun subtropis
termasuk di Lumajang. Banyak produk pisang asal Lumajang bisa ditemui di
pasaran. Jenis pisang yang biasa dipasok dari Lumajang adalah Pisang Susu,
Pisang Kepok, Pisang Raja, Pisang Ambon, Pisang Mas Kirana dan Pisang Agung
Semeru. Banyaknya buah pisang yang ditanam di Lumajang dan ditandai dengan
beberapa sudut kota yang menggunakan buah pisang sebagai simbol-simbol yang
memperkuat identitas tersebut, sehingga Lumajang disebut sebagai kota pisang.
Kabupaten. Lumajang memiliki tiga kecamatan yang menjadi sentra budidaya
pisang yakni Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Senduro dan Kecamatan
Tempusari. Tanaman pisang yang sudah bertahun-tahun di tanam oleh petani di
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang adalah jenis pisang Mas Kirana.
Terlihat hampir di setiap pekarangan penduduk ada tanaman pisang Mas Kirana.
Potensi ekonomi pisang Mas di Kecamatan Senduro berpeluang sangat tinggi
sebagai usaha agribisnis karena aspek pemasaran pisang Mas Kirana sudah tidak
3

menjadi masalah di tingkat petani bahkan wilayah pemasarannya sudah sangat


luas bahkan sudah dijajagi untuk di ekspor. Pisang mas kirana memiliki
keunggulan dimana antara lain memiliki ukuran yang sesuai untuk dikonsumsi
setelah makan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Buah pisang Mas Kirana
dibandingkan pisang lain yakni produktivitas tinggi, bentuk buah panjang bulat,
lingir buah hampir tidak tampak, kulit buah berwarna kuning bersih, dan daging
buah berwarna kuning cerah dengan rasa manis dan legit, tak heran apabila pisang
mas kirana digemari konsumen baik dalam maupun luar negeri. Keunggulan yang
dimiliki oleh jenis mas pisang kirana dipandang pemerintah sebagai potensi yang
perlu dikembangkan.
Pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan menyediakan
bibit berkualitas dan penerapan teknologi. Pemerintah Lumajang menetapkan
Desa Kandangtepus di Kecamatan Senduro dijadikan sebagai desa yang
membudidayakan buah pisang. Pemerintah turut memegang peran penting dalam
pengembangan hortikultura buah lokal seperti buah pisang. Upaya pengembangan
produk hortikultura selain dengan dukungan pemerintah, kegiatan pengembangan
sentra produksi dapat dilakukan dengan mewujudkan kesejahteraan petani yang
lebih baik adalah dengan menjalin kerjasama kepada perusahaan. Pemerintah juga
memberikan bantuan berupa penyediaan benih berkualitas, bantuan kredit alat-alat
pertanian, penerapan teknologi baru, dan subsidi pupuk.
Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur
hara yang berguna bagi tanaman. Pupuk dibagi menjadi dua yakni pupuk organik
dan pupuk anorganik. Moyoritas masyarakat Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro melakukan ternak sapi. Harga pupuk yang semakin mahal membuat
petani pisang tidak sanggup untuk membelinya dan pada akhirnya mereka
memanfaatkan kotoran dari hewan ternak sebagai pupuk. Pupuk organik dari
kotoran ternak ini membuat pertumbuhan pisang menjadi baik sertahasil yang
lebih optimum.
Organik secara umum merupakan yang berkaitan dengan suatu organisme,
benda hidup atau kehidupan di alam semesta yang ditunjukkan dengan hubungan
yang harmonis antara unsur-unsur keseluruhan serta ditandai dengan
4

pengembangan secara bertahap atau alami. Pisang organik yang dibudidayakan


petani di Desa Kandang tepus membuat pisang tersebut digemari konsumen di
pasar lokal bahkan sampai mancanegara. Jenis pisang yang dibudidayakan secara
organik yaitu pisang mas kirana, dimana pisang tersebut sudah mampu menembus
pasar ekspor. Kegiatan eksporter sebut dilakukan antara perusahaan eksportir
dengan gapoktan yang ada pada Desa Kandangtepus yang melakukan kemitraan
untuk mempermudah dalam kegiatan pemasaran.
Kemitraan merupakan salahsatu pemecah masalah untuk meningkatkan
kesempatan bagi petani kecil dan kesejahteraan rakyat. Kemitraan merupakan
suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk ikatan
kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan. Tujuan
kemitraan antara lain adalah untuk meningkatkan pendapatan, usaha, jaminan
suplai jumlah, dan kualitas produksi. Dasar tujuan dari kemitraan adalah
kesadaran dan saling menguntungkan.
Upaya pengembangan hortikultura komoditas pisang dapat ditempuh dengan
jalan menjalin proses kerjasama atau biasa disebut dengan kemitraan yang
dilakukan dengan sebuah perusahaan. Pengembangan produksi pisang Mas Kirana
di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabuapte Lumajang ditandai dengan
terdapatnya perusahaan yang bermitra dengan para petani pisang Mas Kirana
melalui gapoktan yakni antara perusahaan PD Rama Putra yang menjalin
kemitraan dengan Gapoktan Tani Maju. Kemitraan tersebut bertujuan
meningkatkan kualitas dan kuantitas dariPisang Mas Kirana tersebut dan
diharapkan produk tersebut dapat bersaing di pasar internasional serta dapat
meningkatkan pendapatan petani. Perusahaan mitra memiliki pemilihan grade
produksi pisang oleh petani yang mana semakin tinggi grade yang dihasilkan akan
mempengaruhi pendapatan petani dan terbukanya peluang pasar menyebabkan
adanya perilaku para petani untuk meningkatkan kualitas buah pisang Mas Kirana
yang dihasilkan.
Gapoktan Tani Maju merupakan gabungan kelompok tani yang berada di
Desa Kandangtepus yang didirikan bertujuan untuk mensejahterakan seluruh
anggotanya. PD Rama Putra merupakan sebuah perusahaan yang memasok
5

komoditas hortikultura untuk diekspor ke mancanegara misalnya ke singapura,


hongkong, dan lain-lain. Kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama
Putra yang membentuk pola-pola tertentu agar mencapai tujuan dari kegiatan
kemitraan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagamaina pola kemitraan
antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Tersedianya perusahaan PD Rama Putra yang bermitra dengan para petani
melalui Gapoktan Tani Maju yang beradadi Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupateng Lumajang dengan tingkat grade terhadap produksi pisang
para petani akan mempengaruhi perilaku kehidupan sosial budaya petani. Kinerja
kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra dapat dikatakan
baik karena apa yang diharapakan dengan apa yang diperoleh mencapai angka
80%. Persepsi adalah pengindraan yang dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan
dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara orang yang satu dengan yang
lain tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dalam satu organisasi. Persepsi
dipengaruhi oleh aktifitas komunikasi orang tersebut baik yang ia seorang
komunikator atau komunikan. Persepsi setiap petani pisang mas kirana di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang akan memiliki persepsi
yang berbeda terkait dengan kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan
PD Rama Putra. Berdasarakan fenomena yang ada, maka peneliti ingin meneliti
mengenai pola kemitraan dan persepsi petani terhadap kinerja kemitraan
Gapoktan Tani Maju dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana persepsi petani terhadap kinerja kemitraan Gapoktan Tani Maju
dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang?
2. Bagaimana pola kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan Perusahaan
Eksportir PD Rama Putra di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang?
6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan Gapoktan Tani Maju
dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
2. Untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja kemitraan Gapoktan
Tani Maju dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putar di di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

1.3.2 ManfaatPenelitian
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya tentang persepsi petani pisang organik terhadap
kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
efektiftas kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama
Putra serta dapat menjadi referensi petani dalam melakukan kemitraan
dengan pihak lain.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharap kan dapat dijadikan acuan atau
bahan pertimbangan pemerintah dalam menciptakan kebijakan khususnya
untuk petani pisang Mas Kirana yang berada di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian Karo-karo (2016) yang berjudul “Persepsi Petani
Terhadap Kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan PD RAMA PUTRA”
menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana gambaran
pelaksanaan kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra, persepsi
petani terhadap kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani dengan perusahaan
eksportir PD Rama Putra. PD Rama Putra merupakan salah satu perusahaan
eksportir yang menjadi mitra petani dalam kegiatan ekspor hortikultura ke
Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Korea Selatan. Hasil penelitian ini yaitu
persepsi petani terhadap kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan Gapoktan Tani
Maju Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di daerah penelitian adalah positif.
Dinyatakan positif karena kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan
PD Rama Putra berjalan baik, karena adanya kemitraan ini membuat petani
mengerti mengenai penerapan teknologi sehingga mampu meningkatkan kualitas
serta kuantitas komoditas pisang mas kirana serta kemitraan ini membuat
pendapatan petani menjadi meningkat.
Berdasarkan penelitian Sasmita (2016) yang berjudul “Persepsi Petani
Hortikultura terhadap kemitraan Agribisnis dengan PT. Alamanda Sejati Utama”
menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja kemitraan
agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama,
untuk mengetahui persepsi petani hortikultura terhadap kemitraan agribisnis di
daerah penelitian yang ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu.
Hasil dari penelitian ini terdapat lebih dari 50% petani memiliki persepsi posistif
sehingga dapat dikatakan persepsi petani terhadap kemitraan agribisnis dengan PT
Alamanda Sejati Utama yaitu dapat berjalan dengan baik. Hasil penelitian
“Persepsi Petani Hortikultura terhadap kemitraan Agribisnis dengan PT.
Alamanda Sejati Utama” menunjukkan kinerja kemitraan agribisnis hanya
berjalan dengan cukup baik. Dinyatakan cukup baik karena tingginya nilai unsur
produk disebabkan petani telah merasakan dampak penambahan pendapatn dari
proses kemitraan yang terjalin. Selin itu, terbentuknya kemandirian petani dari

7
8

proses kemitraan yang berjalan. Berdasarkan hal tersebut dapat kita ketahui bahwa
kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian ditinjau dari hasil kemitraan
dapat dikategorikan ke dalam kinerja cukup baik.
Berdasarkan penelitian Suriati, dkk (2015) yang berjudul “Pola Kemitraan
Antara Petani Heliconia dengan Sekar Bumi Farm di Desa Kerta Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar” menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan karena
adanya lembaga atau perusahaan merupakan hal yang diperlukan untuk membantu
petani dalam penyediaan sarana dan prasarana serta pemasaran hasil produksi.
Sekar Bumi Farm adalah hsebuah usaha perkebunan bunga Heliconia di Desa
Kerta yang berdiri sejak tahun 2008. Konsumen dari Sekar Bumi Farm adalah
beberapa toko bunga yang ada di Bali, Sekar Bumi Farm juga memasarkan
produknya ke hotel-hotel, restoran dalam bentuk bunga segar atau dengan
melewati proses perangkaian bunga sebelumnya. Pemenuhan permintaan pasar
Sekar Bumi Farm masih kekurangan produk Heliconia, hal tersebut dikarenakan
kurangnya lahan yang dimiliki oleh Sekar Bumi Farm serta tingginya permintaan
konsumen akan produk Heliconia. Keadaan inilah yang akhirnya membuat petani
penanam Heliconia dengan Sekar Bumi Farm menjalin kerjasama. Hasil dari
penelitian ini yaitu bentuk pelaksanaan yang dilakukan dalam kemitraan antara
petani dengan Sekar Bumi Farm menggunakan pola inti-plasma, yang mana yang
menjadi inti adalah Sekar Bumi Farm dan yang menjadi plasma adalah petani-
petani Heliconia di Desa Kerta. Pelaksanaan kemitraan terlebih dahulu dilakukan
dengan Sekar Bumi Farm mendatangi petani-petani yang bersedia bermitra dan
membuat perjanjian secara bersama-sama yang memuat hak dan kewajiban kedua
belah pihak yaitu petani dan Sekar Bumi Farm.
Berdasarkan penelitian Susanti (2014) yang berjudul “Pengaruh Kemitraan
Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Sayuran di Kabupaten Bogor”
menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemitraan
terhadap hasil produksi dan pendapatan usahatani sayuran. Kemitraan yang
dimaksud adalah hubungan pertanian kontrak antara Gapoktan Rukun Tani
dengan petani sayuran di Kabupaten Bogor selama tahun 2012. Pengaruh
kemitraan diketahui dengan membandingkan hasil produksi dan pendapatan
9

usahatani petani mitra dengan petani non mitra di lokasi penelitian. Gapoktan
Rukun tani sebagai salah bentuk farmer cooperative diduga mampu meningkatkan
hasil produksi dan pendapatan usahatani sayuran melalui kemitraan atau
hubungan kontrak yang dijalankan bersama petani sayuran. Hasil penelitian ini
yaitu kemitraan antara Gapoktan Rukun Tani dengan petani anggota lebih terlihat
pada kemampuannya dalam menjamin pasar bagi sayuran hasil panen petani,
insentif harga yang lebih tinggi, serrta penekanan pada biaya pasca panen.
Kemitraan belum mampu meningkatkan hasil produksi sehingga pengaruh pada
peningkatan pendapatan belum terlihat secara signifikan. Pola kemitraan yang
dijalankan antara Gapoktan Tani Rukun dengan petani yakni pola kemitraan
dagang umum, karena pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran
dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak
pemasaran tersebut.
Penelitian Zaelani yang berjudul (2008) yang berjudul “Manfaat Kemitraan
Agribisnis Bagi Petani Mitra” menyatakan bahwa pola hubungan kerjasama yang
telah dilakukan PT Pupuk Kujang dengan petani padi sawah sebagai mitra dengan
persyaratan yang diberlakukan oleh PT Pupuk Kujang, maka dapat diidentifikasi
bahwa pola kemitraan yang terjalin merupakan pola kemitraan saham. Hubungan
kemitraan antara petani mitra dengan PT Pupuk Kujang dilaksanakan serta
disertai pembinaan dan pengembangan pada satu atau lebih bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi PT
Pupuk Kujang memberikan kebebasan kepada petani mitra untuk menentukan
harga produk dan memasarkan produk ke pasar.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Komoditas Pisang Mas Kirana


Pisang (Musa Paradisiaca) merupakan salah satu komoditas subsektor
hortikultura yang sudah tidak asing.  Pisang adalah salah satu jenis tanaman atau
tumbuhan terna yang memiliki ukuran relatif besar atau raksasa yang berdaun
besar dengan suku Musaceae. Tanaman pisang ini juga merupakan salah satu
10

jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik pada iklim tropis maupun
sub tropis. Pisang memiliki nilai ekonomis disetiap bagian tumbuhannya baik dari
daun, batang, buah bahkan limbah kulitnya. Daun pisang dapat digunakan sebagai
pembungkus berbagai macam makanan. Buah pisang dapat dimanfaatkan menjadi
buah meja, sale pisang, dan sebagainya. Tanaman pisang di Indonesia memiliki
keragaman jenis dan bentuk serta manfaat yang terkandung di dalamnya sehingga
menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan dan memberikan nilai ekonomis
kepada yang mengusahakan (Alhabsyi et al., 2014).
Menurut Prahardini et al (2015) menyebutkan bahwa, pisang adalah nama
umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang
dari suku Musaceae. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning
ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau
bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber
energi dan mineral, terutama kalium. Klasifikasi ilmiah dari buah pisang akan
dijabarkan sebagai berikut.
Klasifikasi ilmiah dari buah pisang akan dijabarkan sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo :Musales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : M. xparadisiaca
Pisang Mas Kirana termasuk dalam musa aciminata yang merupakan buah
segar, pisang mas kirana juga memiliki beberapa karakterisasi yang meliputi tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, rasa yang legit, dan kenampakan yang
menarik. Buah pisang Mas Kirana merupakan pisang yang memiliki keunggulan
dibanding dengan pisang lain yakni produktivitas tinggi, bentuk buah bulat berisi,
kulit buah berwarna kuning bersih, dan memiliki daging buah berwarna kuning
bersih. Bentuk buah yang menarik dan rasa yang manis memberikan daya tarik
konsumen (Kurniawan, 2016).
11

Buah pisang Mas Kirana hanya dapat tumbuh di lereng Gunung Semeru
dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl), sehingga tidak
ditemukan di daerah lain. Gizi yang dikandung pisang Mas Kirana terbilang
lengkap yang terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin A, B1, B2,
dan vitamin C. Pisang Mas Kirana memiliki karakteristik yang tidak berbeda
dengan komoditas lainnya, seperti memiliki sifat mudah rusak sehingga pisang
Mas Kirana dikonsumsi dalam keadaan segar. Pemanenan buah pisang Mas
Kirana sebaiknya dilakukan lebih awal sebelum masak untuk menghindari
kerusakan seperti pembusukan (Maharani, 2016).
Pisang mas kirana adalah pisang unggulan Kabupaten Lumajang, Jawa
Timur. Awalnya, jenis pisang ini tidak mendapat tempat di hati umumnya warga
Lumajang. Namun, kini pisang mas kirana menjadi idola. Pisang mas kirana
memiliki nilai jual tinggi dan merambah berbagai pasar swalayan di kota-kota
besar di Indonesia. Bahkan, pisang ini juga menjadi sajian di Istana Negara.
Pisang mas kirana berbentuk panjang bulat (gilig) sekitar 9 sentimeter dengan
warna kulit kuning. Pisang ini sebenarnya sudah lama tumbuh di Lumajang, tetapi
tidak bernilai jual. Petani di Senduro memandang sebelah mata terhadap pisang
mas kirana. Pisang ini hanya menjadi tanaman pengisi kebun atau halaman rumah.
Padahal, potensi pisang ini amat bagus. Selain rasa manis dan bentuk mungil,
pisang ini juga banyak ditanam di kebun warga. Sayang, jika pisang ini tak
dijadikan sumber penghasilan (Simangunsong, et al., 2014).

2.2.2 Teori Usahatani


Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-
bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya. Peranan usahatani
mampu menjadi sumber-sumber penghasil bahan kebutuhan pokok/pangan,
sandang, papan, serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar
penduduk, memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional, dan sebagainya.
Usahatani juga dapat dijadikan basis dalam pengembangan kegiatan ekonomi
12

pedesaan sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat melalui


pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agrobisnis dan agroindustri.
Berkembangnya perekonomian pedesaan, di samping berdampak pada pendapatan
juga akan mengurangi urban ke daerah perkotaan (Mahyutan, 2016).
Menurut Nashar (2015) menyebutkan bahwa peranan sektor pertanian tidak
diragukan lagi karena sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang,
papan, menyediakan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk,
memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional, dan sebagai penghasil
komoditi ekspor. Usahatani memiliki empat unsur pokok yang selalu ada pada
usahatani antara lain tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan.
Usahatani merupakan salah satu kegiatan yang mengorganisasi penggunaan
faktor-faktor produksi dan sarana produksi pertanian secara seefektif dan seefisien
mungkin serta teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian
sehingga menghasilkan pendapatan atau penghasilan petani yang lebih besar dan
meningkat. Salah satu ciri usahatani adalah adanya ketergantungan kepada
keadaan alam dan lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh produksi yang
maksimal, petani harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja,
pupuk dan bibit yang digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu
sama lain dalam mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang
baik dan optimal (Ginting, 2013).
Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan
(input). Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi
teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Tumoka, 2015).
Menurut Suratyah (2015) menyebutkan bahwa kebanyakan usahatani
menghasilkan bermacam-macam hasil bumi. Daerah yang memiliki selisih antara
hasil dan biaya bagi suatu jenis tanaman tertentu jauh lebih besar daripada untuk
13

tanaman-tanaman lainnya, sehingga kebanyakan usaha tani di daerah tersebut


ditanami hampir seluruhnya dengan tanaman satu jenis. Kebanyakan tempat
perlakuan menyesuaikan keadaan tanah dan iklim atau cuaca, penggunaan tenaga
kerja secara efisien dan sefektig mungkin, kebutuhan keluarga dan kondisi
pasaran, membuat pendapatan menjadi meningkat atau lebih menguntungkan bagi
petani, apabila petani menanam atau membudidayakan bermacam-macam
tanaman. Berdasarkan tujuan dan sosial ekonomi, perkembangan sektor pertanian
sebagai usahatani digolongkan dalam tiga golongan, antara lain:
a) Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis seperti perkebunan di
Indonesia hukum dan biasanya beorientasi usahanya pada komoditas yang
menghasilkan pendapatan dan keuntungan sebesar-besarnya.
b) Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialistis-komunitas yang mana
sangat menghargai atau memberikan nilai lebih kepada tenaga kerja karena
dianggap sebagai faktor yang paling penting.
c) Usahatani memiliki ciri-ciri ekonomis yang terbagi dari family farming
merupakan subsistence dan kemudian berkembang menjadi commercial
farming.

2.2.3 Budidaya Pisang


Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati
yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya.
Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Usaha budi daya
tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan
untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai
ekonomi. Buidaya menjadi faktor penggerak utama di dalam pertumbuhan
ekonomi di bidang pertanian dengan tujuan meningkatkan laju perekonomian
suatu negara (Zulkarnain, et al., 2013).
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditas subsektor
hortikultura yang sudah tidak asing. Buah pisang merupakan salah satu komoditas
yang dapat dikonsumsi dan mengandung unsur empat sehat lima sempurna yang
kaya vitamin dan kaya mineral serta karbohidrat yang baik dicerna oleh tubuh.
14

Pisang telah ada sejak masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan
manusia adalah sebagai pengumpul. Masyarakat di Asia Tenggara diduga telah
lama memanfaatkan tanaman pisang. Masyarakat di daerah itu, saat
berkebudayaan pengumpul, telah menggunakan bagian tunas dan pelepah pisang
sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah
dimanfaatkan hingga saat ini (Margarettha et al., 2015).
Tanaman pisang banyak berkembang di Indonesia memiliki keragaman
jenis dan bentuk serta manfaat yang terkandung di dalamnya. Kemantapan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas suplai sangat menentukan kelangsungan usaha
perkebunan pisang, terutama bila produksi untuk ekspor. Pengelolaan kebun
pisang membutuhkan manajemen yang baik meliputi perencanaan, pemilihan
lokasi, penggunaan bibit bermutu, pemiliharaan kebun, penanganan prapanen dan
pascapenen, serta kontinuitas pemasaran. Tanaman pisang banyak dijumpai, baik
di pekarangan, sawah, bahkan di sekitar rumah. Tanaman pisang ini oleh
masyarakat dapat dimanfaatkan mulai dari bunga, buah, kulit buah, daun, batang
sampai bonggol dapat dimanfaatkan untuk dibuat sayur (Alhabsyi et al., 2014).
Buah pisang merupakan salah satu produk hortikultura yang menjadi buah
andalan di Indonesia yang dapat dikembangkan secara intensif untuk mendukung
program utama pemerintah pada pusat di bidang pertanian dalam pengembangan
berkelanjutan. Penunjang keberhasilan usahatani pisang selain penerapan
teknologi, penerapan penggunaan varietas unggul dan penerapan perbaikan
varietas harus dilaksanakan. Varietas unggul yang dimaksud tersebut adalah
varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang
pisang, mampu berproduksi tinggi, serta mempunyai kualitas buah yang bagus
dan disukai masyarakat luas (Maharani, 2016).
Buah pisang merupakan komoditas hortikultura yang banyakdigemari
penduduk di seluruh dunia khususnya di Indonesia.Berkaitan dengan hal tersebut
perlu adanya campur tangan dari pemerintah agar produk buah pisang dapat
berkembang secara pesat bahkan menjadi produk unggulan di Indonesia dan
diharapkan dapat bersaing di pasar Internasional. Pisang merupakan kekayaan
domestik yang perlu dijaga agar tidak punah (Valentine, 2015).
15

2.2.4 Teori Persepsi


Teori persepsi berasal dari bahasa Indonesia yang merupakan istilah serapan
dari bahasa Inggris, yaitu perception. Sedangkan kata perception itu sendiri
berasal dari bahasa latin yaitu Percepto dan Percipio, yang mempunyai arti
pengaturan identifikasi dan penerjemahan dari informasi yang diterima melalui
panca idra manusia dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman
akan lingkungan sekitar. Semua persepsi dalam psikologi melibatkan sinyal dan
sistem syaraf. Sinyal ini timbul sebagai akibat dari rangsangan fisik dan kimiawi
terhadap indra perasa. Persepsi inipun tergantung kepada beragam fungsi sistem
syaraf yang kompleks meskipun tampkanya tidak membutuhkan adanya usaha
secara subjektif, karena biasanya persepsi ini berasal dari luar kesadaran orang
yang sedang di nilai kepribadiaanya. Pengertian persepsi dalam arti sempit
persepsi itu merupakan cara atau bagimana seseorang melihat seseorang atau
sesuatu menurut pandangannya sendiri, sedangkan dalam arti luas adalah tentang
bagaimana seseorang memandang atau menilai sesuatu menurut cara pandang atau
penilaiannya sendiri (Hartono dan Listyana, 2103).
Menurut Sudjiarto (2013) menyebutkan bahwa, persepsi merupakan salah
satu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi
tentang lingkungannya. Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung
pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan
ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Persepsi merupakan
proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau
penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh
indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai
perilaku individu.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Proses
pengindraan yaitu merupakan proses yang berwujud stimulus mengenai apa yang
diterima oleh individu melalui alat reseptornya, kemudian diteruskan ke pusat
susunan syaraf yaitu otak. Stimulus yang disampaikan ke otak akan melakukan
proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, yang didengar,
dan keudian individu mengalami persepsi (Irsa, 2017).
16

Persepsi merupakan pandangan orang tentang kenyataan yang diproses


secara kompleks oleh seseorang untuk memilih mengtur dan memberi makna pada
kenyataan yang dijumpai disekelilingnya. Persepsi juga mencakup konteks
kehidupan sosial, sehingga dapat disebut persepsi sosial. Persepsi sosial
merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk
mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik
mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang
yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek
persepsi tersebut. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Mawey, 2013).
Menurut Simamora (2008) menyebutkan bahwa, indikator persepsi terbagi
menjadi dua macam. Indikator pertama yaitu penyerapan. Penyerapan stimulus
yang ada akan diserap di dalam otak dan menimbulkan proses analisis, klasifikasi
dan organisisr dengan pengalaman yang dimiliki individu sebelumnya.
Penyerapan tersebut bersifat individual, sehingga berbeda satu sama lain
meskipun stimulus yang diserap adalah sama. Indikator kedua yaitu memahami
atau mengerti stimulus yang diserap sehingga terjadi pola perubahan yang
merupakan respon dari hal yang dihadapi.

2.2.5 Konsep Kelembagaan


Menurut Arifin dalam Susanti (2013) menyebutkan bahwa, definisi
kelembagaan mencakup dua pengertian penting yaitu norma dan konvensi, serta
aturan main. Kelembagaan pad umumnya dapat diprediksi dan cukup stabil, serta
dapat diaplikasikan pada situasi berulang, sehingga sering diartikan sebagai
seperangkat aturan main atua tata cara untuk kelangsungan sekumpulan
kepentingan. Ruang lingkup kelembagaan dibatasi hal-hal berikut:
a. Kelembagaan adalah kreasi manusia. Beberapa bagian penting dari
kelembagaan adalah hasil akhir dari upaya atau kegiatan manusia yang
dilakukan secara sadar, jika manusia hanya pasif saja pada suatu sistem maka
sistem tersebut sama halnya dengan kondisi alami atau sistem fisik yang
mungkin dapat lebih menguasai kelangsungan kepentingan manusia.
17

b. Kelembagaan hanya berlaku pada kelompok individu, setidaknya dua orang


atau bagi seluruh masyarakat. Kelembagaan seharusnya dirumuskan dan
diputuskan bersama-sama oleh sekelompok individu, bukan secara perorangan.
c. Karakteristik dari suatu institusi adalah apabila sesuatu dapat diaplikasikan
pada situasi yang berulang dalam suatu dimensi waktu. Kelembagaan tidak
diciptakan hanya untuk satu atau dua momen pada suatu kurun waktu tertentu
saja.
d. Suatu lingkungna fisik merupakan salah satu determinan penting dalam
aransemen kelembagaan, namun aransemen kelembagaan juga dapat berperan
penting pada perubahan kondisi atau lingkungan fisik.
e. Kelembagaan ditentukan oleh konfigurasi aturan main dan norma, yang telah
dirumuskan oleh sekelompok masyarakat. Anggota masyarakat harus mengerti
rumusan-rumusan yang mewarnai semua tingkah laku dan norma yang dianut
dalam kelembagaan.
f. Aturan main atau norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang
berkompeten, atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu,
artinya yaitu sistem pemantauan dan penegakan aturan ini tidak sekedar aturan
di atas aturan, namun lebih dari itu.
g. Kelembagaan bukanlah struktur yang terisolasi, tetapi merupakan bagian dari
hierarki dan jaringan atau sistem kelembagaan yang lebih kompleks. Pola
hubungan ini sering menimbulkan keteraturan yang berjenjang dalam
masyarakat, sehingga setiap kelembagaan pada setiap hierarki dapat mewarnai
proses evolusi dari setiap kelembagaan yang ada.
Secara umum dikenal dua tingkatan konsekuensi. Pertama, kelembagaan
meningkatkan rutinitas, keteraturan, atau tidakan manusia yang tidak memerlukan
pilihan lengkap dan sempurna. Kedua, kelembagaan memiliki pengaruh bagi
terciptanya suatu pola interaksi yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap
individu.
Menurut Setiawan, et al (2015) menyebutkan bahwa pada umumnya definisi
lembaga mencakup konsep pola perilaku sosial yang sudah mengakar dan
berlangsung terus menerus atau berulang. Dalam konteks ini sangat penting
18

diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak membatasi lembaga pada peraturan yang
mengatur perilaku tersebut atau mewajibkan orang atau organisasi untuk harus
berpikir positif ke arah norma-norma yang menjelaskan perilaku mereka tetapi
juga pemahaman akan lembaga ini memusatkan perhatian pada pengertian
mengapa orang berprilaku atau bertindak sesuai dengan atau bertentangan dengan
peraturan yang ada.
Kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu; “aspek kelembagaan” dan
“aspek keorganisasian”. Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku sosial
dimana inti kajiannya adalah tentang nilai (value), norma (norm), custom, mores,
folkways, usage, kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi
dan lain-lain. Bentuk perubahan sosial dalam aspek kelembagaan bersifat kultural
dan proses perubahannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara
dalam aspek keorganisasian meliputi struktur sosial dengan inti kajiannya terletak
pada aspek peran (role). Lebih jauh aspek struktural mencakup: peran, aktivitas,
hubungan antar peran, integrasi sosial, struktur umum, perbandingan struktur
tekstual dengan struktur faktual, struktur kewenangan atau kekuasaan, hubungan
antar kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai, aspek solidaritas, klik, profil
dan pola kekuasaan. Bentuk perubahan sosial dalam aspek keorganisasian bersifat
struktural dan berlangsung relatif cepat (Setiawan, et al., 2105).
Menurut Setiawan dkk (2015) mengungkapkan bahwa konsep umum
mengenai lembaga meliputi apa yang ada pada tingkat lokal atau masyarakat, unit
manajemen proyek, institusi-institusi, departemen-departemen di pemerintah
pusat dan sebagainya. Sebuah lembaga dapat merupakan milik negara atau sektor
swasta dan juga bisa mengacu pada fungsi-fungsi administrasi pemerintah.
Kelembagaan (intitution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik
formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota
masyarakat tertentu dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya
untuk mencapai tujuan dari sebuah perusahaan tersebut. Peran kelembagaan
dalam usahatani merupakan faktor yang sangat penting yang digunakan untuk
meningkatkan produktivitas lahan maupun produktifitas petani karena adanya
kelembagaan tersebut, komunikasi dengan pemerintah, perusahaan swasta
19

maupun sesama petani terbina dan berlangsung secara alami akan banyak manfaat
yang akan diperoleh apabila dilakukan secara kelompok atau teroganisir dengan
begitu informasi yang diperoleh menjadi lebih jelas (Prabowo, 2015).

2.2.6 Konsep Kemitraan


Menurut Manaf dan Rahajeng (2105) menyebutkan bahwa, kemitraan
adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, mempekuat, dan menguntungkan.
Kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, keselarasan,
dan peningkatan keterampilan kelompook mitra oleh perusahaan mitra melalui
perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan,
memperkuat, dan menguntungkan. Saling memerlukan dalam kemitraan atinya
mitra dalam memerlukan hasil produksi sebagai bahan baku dan pemberian
bimbingan dari perusahaan. Saling memperkut artinya kelompok mitra maupun
perusahaan mitra bersama-sama memperhatikan tangggung jawab moral dan etika
bisnis. Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra
memperoleh peningkatan pendapatan, kesinambungan usaha.
Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Salah satu unsur penting
dari kemitraan yang membedakan dengan hubungan bisnis atau kerja sama biasa
adalah adanya ”pembinaan dan pengembangan” yang dilakukan oleh pengusaha.
Apabila unsur pembinaan dan pengembangan tersebut tidak ada, maka kerja sama
bisnis tersebut adalah hubungan atau transaksi bisnis biasa yang belum dapat
dikategorikan sebagai kemitraan yang baik (Rudiyanto, 2014).
Kemitraan memiliki tujuan untuk penciptaan kepastian pemasaran hasil
usaha yang dibudidayakan, membangun hubungna fungsional antar pelaku
agribisnis, sekaligus memberdayakan petani maupun kelompok tani.
Pengembangan industri pertanian (agroindustri) dengan pola kemitran antar
20

investor dengan petani diarapkan mampu mengurangi kendala yang dihadapi


usaha kecil seperti teknologi, informasi, pengadaan sarana produksi, dan
pemasaran. Kemitraan harus menciptakan peluang yang selalu terbuka untuk
kolaborasi mencapai keuntungan bersama melalui proses yang terkontrol agar
tidak ada satu pihak menguasai pihak lain (Maliki, et al., 2013).
Menurut Manaf dan Rahajeng (2015) menyebutkan bahwa, sistem
agribisnis di Indonesia terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan
pengusaha besar. Bentuk kemitraan tersebut yaitu pola kemitraan inti plasma, pola
kemitraan subkontrak, pola kemitraan dagang umum, pola kemitraan keagenan
dan pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Adapun bentuk-
bentuk kemitraan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Pola Kemitraan Inti Plasma.
Hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha
besar, yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai
inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan ini melaksanakan pembinaan
mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan
pemasaran hasil produksi. Pola inti plasma menjadikan usaha besar dan usaha
menengah sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang
menjadi plasmanya dalam penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana
produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi,
perolehan penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan,
pembiayaan, pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan
efisiensi dan produktivitas usaha.
2. Pola Kemitraan Subkontrak
Pola kemitraan ini merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha kecil memproduksi
komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai
bagian dari produksinya. kemitraan usaha besar dan atau usaha menengah
dengan usaha kecil berlangsung dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi
barang dan atau jasa, usaha besar atau usaha menengah memberikan bantuan
berupa kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen,
21

kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku yang


diproduksinya secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar,
bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen, perolehan,
penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan, dan pembiayaan.
3. Pola Kemitraan Dagang Umum
Pola kemitraan ini merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha menengah atau
usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Kegiatan perdagangan pada umumnya kemitraan antara usaha besar dan atau
usaha menengah dengan usaha kecil dapat berlangsung dalam bentuk
kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari
usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
usaha besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan.
4. Pola Kemitraan Keagenan
Pola ini merupakan bentuk kemmitraan yang terdiri dari pihak perusahaan
mitra dan kelompok mtra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra
(perusahaan besar) memberikakn hak khusus kepada sekelompok mitra untuk
memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar
mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan
volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya
berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Pihak-pihak yang bermitra
menjalin kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya
komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
5. Pola Kemitraan KOA
Pola kemitraan ini merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
sekelomppok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan
biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk
mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Perusahaan
mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan
22

meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. KOA


dalam kemitraannya terdapat kesepakatan tentang pembagian hasil dan resiko
dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapat perhatian besar dari
pemerintah karena pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan
ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil
bahan kebutuhan pokok, menyediakan lapangan kerja, memberikan sumbangan
terhadap pendapatan nasional, dan memberikan devisa kepada negara. Sektor
pertanian terdiri dari beberapa subsektor yang meliputi subsektor tanaman pangan,
subsektor kehutanan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor
hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang penting
dalam peran pembangunan Indonesia. Hortikultura dapat dibagi menjadi
hortikultura sayur dan hortikultura buah. Tanaman sayur dan buah mengandung
banyak vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.  Hortikultura buah seringkali
memiliki nilai ekonomis sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri
karena di dalam buah memiliki berbagai macam kandungan yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia.
Pisang merupakan produk hortikultura yang dikenal masyarakat karena
karakteristiknya yang manis. Budidaya buah pisang memiliki prospek yang cerah
untuk dikembangkan karena permintaan masyarakat Indonesia sebagai
pemenuhan nutrisi dan kebutuhan lainnya semakin meningkat.. Kabupaten
Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi
tanaman pisang setelah Malang di Provinsi Jawa Timur. Lumajang memiliki tiga
kecamatan yang menjadi sentra budidaya pisang yakni Kecamatan Pasrujambe,
Kecamatan Senduro dan Kecamatan Tempusari. Tanaman pisang yang sudah
bertahun-tahun di tanam oleh petani di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang
adalah jenis pisang Mas Kirana. Terlihat hampir di setiap pekarangan penduduk
ada tanaman pisang Mas Kirana.
23

Potensi ekonomi pisang Mas di Kecamatan Senduro berpeluang sangat


tinggi sebagai usaha agribisnis karena aspek pemasaran pisang Mas Kirana sudah
tidak menjadi masalah di tingkat petani bahkan wilayah pemasarannya sudah
sangat luas yang dapat menembus pasar luar negeri . Dukungan pemerintah
daerah terutama berupa wilayah pengembangan dan ketersediaan bibit yang
berkualitas sudah mulai ditangani dengan penerapan teknologi. Pemerintah
Lumajang menetapkan beberapa desa untuk dijadikan sebagai desa yang
membudidayakan buah pisang, salah satunya yaitu Desa Kandangtepus di
Kecamatan Senduro.
Upaya pengembangan hortikultura komoditas pisang dapat ditempuh dengan
jalan menjalin kemitraan dengan sebuah perusahaan. Pengembangan produksi
pisang Mas Kirana di Desa Kandangtepus ditandai dengan terdapatnya
perusahaan yang bermitra dengan para petani pisang Mas Kirana yakni antara
perusahaan PD Rama Putra yang menjalin kemitraan dengan Gapoktan Tani
Maju. Kemitraan tersebut bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari
Pisang Mas Kirana tersebut dan diharapkan produk tersebut dapat bersaing di
pasar internasional serta dapat meningkatkan pendapatan petani.
Kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Ram Putra menimbulkan
persepsi dari petani atas kinerja dan pola kemitraan yang dilakukan. Muncul dua
persepsi dari petani yakni positif dan negatif. Persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh pengindraan. Proses pengindraan yaitu merupakan proses
yang berwujud stimulus mengenai apa yang diterima oleh individu melalui alat
reseptornya, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak. indikator
persepsi terbagi menjadi dua macam. Indikator pertama yaitu penyerapan dan
yang kedua yaitu memahami atau mengerti stimulus yang diserap
Petani berpersepsi positif karena kemitraan yang dilakukan membuat
pendapatan petani menjadi meningkat. Sedangkan persepsi negatifnya, petani
menganggap bahwa adanya kemitraan tersebut membuat petani tidak dapat
menjual hasil panennya kepihak selain perusahaan mitra. Persepsi petani terhadap
kemitraan yang dijalin mendeskriptifkan peningkatan kinerja kemitraan antara
Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
24

Pola kemitraan yang dilaksanakan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD


Rama Putra yakni pola inti plasma. Pola inti plasma merupakan pola kemitraan
dimana perusahaan sebagai inti dan gapoktan sebagai plasma. Selain Inti plasma
masih ada pola kemitraan yang lain seperti sub-kontrak, dagang
umumu,keagenan, dan KOA.
Keberadaan perusahaan mitra membuat peneliti ingin melihat meneliti
mengenai pola kemitraan dan persepsi petani terhadap kinerja kemitraan
Gapoktan Tani Maju dengan Perusahaan Eksportir PD Rama Putra di di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Beriku adalah skema
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan:
25

Pertanian

Hortikultura buah

Pisang Mas Kirana di


Kecamatan Senduro

Potensi ekonomi upaya


pengembangan pisang
mas kirana

Kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD


Rama Putra di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang

Persepsi petani Pola Kemitraan

Positif Negatif
1. Pola inti-plasma
2. Pola sub-kontrak
3. Pola dagang umum
Deskriptif 4. Pola keagenan
5. Pola KOA

Meningkatkan kinerja kemitraan antara Gapoktan Tani


Maju dengan PD Rama Putra

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran


BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Menurut Arifin (2013) menyebutkan bahwa lokasi penelitian merupakan
tempat yang digunakan peneliti secara langsung dalam melakukan penelitiannya
yang dilakukan secara sengaja untuk melihat keadaan di lapangan.Purposive
method (secara sengaja), yaitusebuah penentuan daerah penelitian yang dilakukan
oleh peneliti sesua dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan
tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan penentuan lokasi penelitian yaitu untuk
mengetahui secara jelas mengenai objek yang akan diteliti. Daerah penelitian
dipilih dengan pertimbangan bahwa Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduromerupakan salah satu desa penghasil Pisang Mas Kirana yang merupakan
komoditas unggulan dan terbesar di Kabupaten Lumajang, dimana pemasarannya
telah mencapai pasar luar negeri. Alsan lainnya pemilihan lokasi di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro bahwasanya lokasi tersebut cocok untuk
ditanami komoditas pisang mas kirana serta masyarakatnya mayoritas
membudidayakan pisang mas kirana di setiap pekarangan rumahnya. Masyarakat
atau petani pisang mas kirana yang berada di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro mayoritas tergabung dalam Gapoktan dimana Gapoktan tersebut
menjalin kemitraan dengan perusahaan mitra yaitu PD Rama Putra, sehingga
sesuai untuk dijadikan sebagai daerah penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
persepsi petani serta pola kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama
Putra.

3.2 Metode Penelitian


Menurut Karo – karo, et al (2015) menyebutkan bahwa penelitian yang
dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi penelitian
deskriptif, yang menganalisis persepsi dan pola kemitraan yang dilakukan oleh
Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian
yang menggambarkan fakta, data-data, atau objek material, tidak berupa

26
27

rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui


intreprestasi yang tepan dan sitematis, serta bermaksud untuk meneliti apa yang
dialami subjek penelitian. Pertimbangan menggunakan pendekatan kualitatif
adalah untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan detail mengenai
persepsi serta pola kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra
yang terdapat di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

3.3 Metode Penentuan Informan


Penelitian yang dilakukan di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang memperoleh sumber data utama melalui wawancara dan
data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Ungkapan dan tindakan informan
kemudian akan ditindak lanjuti untuk diobservasi. Orang yang dimintai informasi
disebut key informan atau informan kunci, informan yang dipilih adalah yang
mengetahui mengenai persepsi serta pola kemitraan yang terjalin antara Gapoktan
Tani Maju dengan PD Rama Putra .Penelitian ini yang akan dijadikan informan
kunci adalah petani pisang mas kirana yang tergabung dalam anggota Gapoktan
Tani Maju.
Menurut Jurianto (2013)menyebutkan bahwa penentuan informan
dilakukan dengan cara sengaja (Purposive Sampling). Purposive Sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan ciri-ciri khusus tergantung pada
pertimbangan dan penilaian subjektif dari seorang peneliti.Model pengambilan
informan dilakukan dengan Snowball Sampling.Menurut Lestari (2017)
menejelaskan bahwa metode penentuan informan dilakukan denganSnowball
sampling adalah suatu pendekatan untuk menemukan informan-informan kunci
yang memiliki banyak informasi melalui keterkaitan hubungan dalam
mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau
rantai hubungan yang menerus. Pertimbangan memilih Snowball Sampling yaitu
pengambilan sampel menjadikan informan awal dipilih berdasarkan metode-
metode probabilitas kemudian menunjuk rekannya sehingga peneliti memperoleh
informan lainnya, sehingga diharapkan memperoleh informasi yang lengkap dan
jelas. Proses pengumpulan data dihentikan setelah dianggap sudah memenuhi
28

kriteria atau sudah memenuhi kebutuhan dari persoalan atau masalah yang diteliti
atau yaitu dengan ciri tidak ada jawaban baru lagi di lapangan. Jawaban yang
diperoleh bersifat real atau sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
Penelitian yang dilakukan di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang, pengumpulan data diperoleh melaluin proses wawancara
secara langsung dan data tambahan seperti dokumen atau berkas-berkas yang
dapat membantu penelitian tersebut dan kemudian akan dlanjutkan dengan
kegiatan. Orang atau narasumber yang dimintai informasi disebut dengankey
informan atau informan kunci.Informan kunci dalam penelitian ini adalah petani
pisang yang berada di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang. Petani yang memiliki hubungan kerjasama kemitraan namun tidak
menutup kemungkinan wawancara akan dilakukan pada pihak lain yang
memungkinkan dalam proses penggalian data seperti tokoh masyarakat.
Penentuan informan didasarkan pada kriteria-kriteria sesuai dengan
ketetapan yang dilakukan oleh peneliti. Penentuan informan terbagi menjadi dua
yaitu key informan dan informan pendukung. Sampel sebagai sumber data atau
sebagai informan dalam penelitian sebaiknya memenuhi kriteria-kriteria. Kriteria
– kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pihak yang memahami suatu proses enkulturasi, sehingga tidak hanya sekedar
memahami suatu proses atau kegiatan, tetapi juga menghayati.
2. Pihak yang tergolong masih berkecimpung atau teribat dalam kegiatan yang
sedang diteliti.
3. Pihak yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil pengungkapan
sendiri.
4. Pihak yang dijadikan informan tergolong asing atau tidak kenal dengan
peneliti, sehingga lebih nyaman dalam menyampaikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan kriteria-kriteria penentuan informan diatas, maka peneliti
memilih kriteria key informan yaitu petani pisang Mas Kirana yang berasal dari
Desa Kandangtepus, yang mengetahui persepsi serta pola kemitraan yang terjalin
antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
29

3.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian yang berkaitan dengan cara mengumpulkan data, sumber informasinya,
dan alat yang digunakan seperti pada penelitian ini menggunakan alat tape
recorderataupun alat perekamlainnya seperti HP dan lain lain yang digunakan
untuk merekam informasi saat wawancara.
a. Wawancara
Wawancara akan dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan
informan. Metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
tergolong dalam wawancara terpimpin karena peneliti telah menyiapkan
panduan atau susunan pertanyaan wawancara yang akan diberikan kepada
informan dengan menggunakan bantuan alat perekam. Wawancara dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer yang berkaitan dengan
persepsi Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra. Persepsi petani yang
tergabung menjadi anggota Gapoktan Tani Maju menyebutkan bahwa dengan
adanya kemitraan ini membuat petani lebih mudah dalam menyediakan input
yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya. Selain itu pendapatan petani
menjadi terjamin karena terdapat perusahaan yang memasok hasil produksi
mereka dan lebih mudah dalam proses pemasarannya. Namun, patokan harga
yang ditetapkan perusahaan terlalu rendah daripada harga di pasar.

b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari informan namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi seperti situasi atau kondisi.Teknik observasi
yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi
partisipan sebagai pengamat. Jenis teknik observasi partisipan sebagai
pengamat ini merupakan teknik yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat
dengan membatasi diri dalam berpatisipasi, serta informan yang diobservasi
menyadari bahwa dirinya adalah subjek pengamatan. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung di lokasi
30

penelitian yaitu di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten


Lumajang mengenai persepsi serta pola kemitraan terjalin dalam kemitraan
antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra. Observasi dilakukan
dengan tujuan memperoleh data yang original dan mendalam tanpa
menimbulkan kesan berjarak antara peneliti dengan informan. Hasil observasi
kemudian disimpulkan atas apa yang telah diamati dan dapat digunakan
sebagai penialaian kesesuaian antara hasil wawancara dengan hasil
pengamatan. Data yang diperoleh yaitu data primer karena penagamatan secara
langsung pada objek. Informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi yaitu
dalam proses budidaya pisang petani lebih mudah karena adanya bantuan
teknologi dan modal sehingga dapat meingkatkan tingkat efisiensi dan
efektivitas. Petani senang dengan adanya kemitraan tersebut karena selain
mendapat bantuan sarana produksi (input) petani juga lebih mudah dalam
proses pemasaran dengan harga yang tetap meskipun kualitas yang dihasilkan
menurun, karena petani takut mengalami kerugian. Tidak semua petani
memiliki persepsi positif, ada juga yang negatif karena mereka beranggapan
bahwa patokan harga yang ditetapkan perusahaan mitra terlalu rendah
ketimbang di pasaran padahal harga di pasar sedikit lebih mahal daripada harga
yang ditetapkan oleh perusahaan mitra.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan yang berbentuk tulisan maupun gambar foto
dari seseorang. Data-data yang berbentuk dokumen dan arsip penting dapat
diperoleh dari dinas atau lembaga tertentu seperti profil desa,mata pencaharian
penduduk, jumlah penduduk, dan potensi sumber daya alam yang dimiliki.
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari berbagai literatur dan
instasi terkait dengan penelitian seperti Badan Pusat Statistik Indonesia yang
dapat memberikan informasi perkembangan produksi hortikultura buah-buahan
di Indonesia, Badan Pusat Statistik Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian
untuk mengetahui data perkembangan tanaman buah pisang di Provinsi Jawa
Timur, dan Badan Pusat Statistik dalam angka Kabupaten Lumajang untuk
mengetahui perkembangan pisang di Kabupaten Lumajang.
31

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan adalah metode yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman.Menurut Pawito (2007) menyebutkan bahwa, teknis
analisis data model Miles dan Huberman terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi
data, penyajian data, penarikan dan pengujian kesimpulan. Komponen-komponen
yang terdapat dalam teknis analisis Miles dan Huberman bertujuan memudahkan
peneliti dalam memperoleh data yang valid. Teknik analisis data Miles dan
Huberman digunakan peneliti untuk menjawab tiga rumusan masalah yang telah
disusun.Berikut merupakan langkah-langkah teknik dalam analisis data model
Miles dan Huberman:

Penyajian
Pengumpulan
Data Data

Reduksi Data Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Tahapan Analisis Data Dalam Analisis Miles dan Huberman

Penjelasan komponen-komponen yang terdapat dalam teknis analisis


Miles dan Huberman bertujuan memudahkan peneliti dalam memperoleh data
yang valid sebagai berikut.

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis
data dilakukan dengan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Penelitian ini data-data yang telah diperoleh baik dari kegiatan wawancara
maupun observasi dirangkum dan dipilih hal-hal yang penting kemudian akan
menentukan tema dan pola dari data yang telah diperoleh . Data yang diambil
pada penelitian ini adalah data mengenai hasil wawancara dan kegiatan
32

observasi mengenai penggambaran persepsi serta pola kemitraan antara


Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah penyajian data.Penyajian
data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan
mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian dataPenyajian
data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan dapat juga berupa grafik, matriks, dan
sebagainya. Cara yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif yaitu dengan teks yang bersifat naratif. Data yang disajikan
dalam penelitian ini berbentuk naratif dengan menjelaskan mengenai data atau
informasi mengenai persepsi pola kemitraan yang petani buah pisang Mas
Kirana yang tergabung dalam Gapoktan Tani maju menjalin hubungan
kerjasama dengan PD Rama Putra.
3. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus
penelitian berdasarkan hasil analisis data.Simpulan yang didapat kemudian
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada
kajian penelitian.Mula-mula kesimpulan itu kabur, kemudian semakin jelas
karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung.Penelitian yang
dilakukan di Desa Kandangtepus menghasilkan kesimpulan mengenai persepsi
petani buah pisang Mas Kirana yang tergabung dalam Gapoktan Tani Maju
menjalin hubungan kerjasama serta data mengenai pola kemitraan yang terjalin
antara Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra.
3.6 Uji Keabsahan Data
Menurut Dahlan, et al (2014) menyebutkan bahwa validitas merupakan
derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Uji keabsahan data dalam penelitian ini
33

menggunakan uji kredibilitas data dengan triangulasi.Triangulasi merupakan


gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Triangulasi memiliki beberapa macam:
a. Triangulasi Teknik dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode wawancara yang dilakukan kepada key informan dan informan
pendukung dan menggunakan observasi saat meninjau Gapoktan Tani Maju
yang melakukan kemitraan dengan PD Rama Putra pada Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang
b. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data yang diperoleh dari sumber data literatur dan instansi terkait dengan
apa yang dikaji oleh peneliti di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang
c. Triangulasi Waktu digunakan pada saat menggunakan teknik wawancara di
pagi hari pada saat informan masih segar, belum banyak masalah akan
memberikan data atau informasi yang lebih valid. Pada peenlitian ini,
wawancara dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari menyesuaikan
kondisi informan dan mencari sela waktu informan sehingga tidak
mengganggu aktivitas dan kesibukan informan tersebut.
Ketiga metode pengumpulan data yang berbeda perlu dilakukan
pengecekan untuk mengetahui kebeneran informasi dan data yang diperoleh
oleh peneliti.Uji keabsahan data ini dilakukan untuk menjawab keraguan dari
peneliti atas data atau informasi yang telah diperoleh dari subjek atau informan
yang dianggap belum mampu meyakinkan peneliti. Hasil penelitian apabila
terdapat informasi yang berbeda , maka penelitian akan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kapasitas datanya. Triangulasi
dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti
lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data pada saat kegiatan
penelitian berlangsung dilokasi. Pengujian data menggunakan triangulasi
merupakan salah jenis pengujian yang ada di dalam uji kredibilitas yang sering
34

dilakukan oleh peneliti, sebab jenis pengujian ini sangat mudah untuk dipahami
dan dapat memberikan kemudahn untuk pembaca pada saat membaca
penelitian yang dibuat.
Data penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi
saat meninjau desa yang memiliki potensi budidaya buah pisang Mas Kirana
yaitu pada Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Informan dalam penelitian ini adalah petani pisang Mas Kirana, ketua atau
anggota kelompok tani yang berprofesi sebagai petani, petani yang sekaligus
pemasok pisang Mas Kirana kepada mitra atau perusahaan, dan petani yang
menerapkan teknologi budidaya pertanian yang merupakan tersedianya
packing house. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada pagi, siang, sore
dan malam hari menyesuaikan jam kerja informan sehingga mencari sela waktu
informan agar tidak mengganggu aktivitas informan tersebut.Triangulasi
tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah informan memberikan data yang
sama atau tidak. Apabila memberikan data yang berbeda, maka datanya belum
kredibel.

3.7 Terminologi
1. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang banyak di
kembangkan oleh masyarakat di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang.
2. Usahatani pisang Mas Kirana adalah salah satu kegiatan budidaya pisang Mas
Kirana yang dilakukan oleh petani di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang.
3. Petani pisang Mas Kirana adalah warga Desa Kandangtepus perseorangan atau
beserta keluarganya yang melakukan usahatani pisang Mas Kirana.
4. Persepsi petani adalah pendapat petani buah pisang Mas Kirana dengan adanya
kemitraan di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
5. Informan adalah petani pisang Mas Kirana di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang yang memberikan informasi penelitian.
35

6. Informan kunci (key informan) adalah petani pisang mas Kirana yang dipilih
oleh peneliti sebagai informan yang mengetahui, memahami, menguasai serta
berkecimpung dalam kegiatan kemitraan di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang.
7. Sampel adalah petani pisang Mas Kirana yang melakukan kemitraan yang
menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian.
8. Penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bersifat deskripsi
atau penggambaran untuk meneliti permasalahan yang terjadi di Desa
Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
9. Snowball sampling adalah salah satu teknik penentuan informan yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mendapatkan sumber data
yang dibutuhkan.
10. Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan cirri, tujuan dan
ruang lingkup penelitian.
11. Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mengumpulkan data primer melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara peneliti dan informan
12. Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk
mengumpulkan data primer dengan meninjau langsung ke tempat penelitian
yang potensial untuk dikaji.
13. Metode dokumen digunakan oleh peneliti dalam memperoleh tambahan
informasi terkait dengan penelitian yang sedang berlangsung. Peneliti
menggunakan data dari instansi terkait seperti BPS Indonesia, BPS Jawa
Timur, BPS Kabupaten Lumajang serta artikel terkait.
14. Penyajian data adalah kegiatan menyajikan data dalam bentuk naratif
mengenai persepsi dan pola kemitraan antara Gapoktan Tani Maju dengan PD
Rama Putra di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang.
15. Uji keabsahan data yang digunakan yaitu Triangulasi teknik, sumber,dan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Alhabsyi, D. F., E. Suryanto, dan D.S. Wewengkang.2014. Aktivitas Antioksidan


dan Tabir Surya pada Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho.Farmasi, 3(2):
107-114.

Arifin, S. 2013. Partisipasi Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi di Desa


Curahnongko Resort Andongrejo dalam Program Rehabilitasi Taman
Nasional Meru Betiri.Skripsi, Jember: Fakultas Pertanian.

Dahlan, M. Y., L. Mananeke, dan L. O. H. Dotulung. 2014. Pelaksanaan Program


Kesehatan dan Keselamatan Kerja Serta Pemberian Insentif Terhadap
Kinerja Karyawan UD. Sinar Sakti Malalayang. EMBA, 2(2): 1429-1439.

Ginting, Albani. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padidan


Kontribusinya TerhadapPendapatan Keluarga Petani. JURIDIKTI, 6(2) : 1-
20
Hartono, Yudi dan Listyana, Rohmatul. 2013. Persepsi dan Sikap Masyarakat
Terhadap Penanggalan dalam Penentuan Waktu Pernikahan. Agastya,
5(1):118-138

Irsa, Riandari. 2017. Persepsi Petani dan Efektivitas Kelompok Tani dalam
Program Upsus Pajale di Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang
Bawang. Skripsi, Lampung : Universtas Lampung

Karo-karo, A. S., Y. Maryunianta, dan S. I. Kusuma. 2016. Persepsi Petani


Terhadap Kemitraan Gapoktan Tani Maju dengan PD Rama Putra (Kasus :
Desa Dokan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo). Agribusiness, 5(1): 1-
10.

Kurniawan, B. P. Y. 2016. Analisis Faktor Konfirmatori Bauran Pemasaran untuk


PenciptaanBrand Image Pisang Mas Kirana (Musa Acuminate) Kabupaten
Lumajang. Manajemen dan Terapan, 9(2): 97-119.

Lestaria, W. O. P., H. Bahar, S. Munandar.2017. Peran Bidan dan Dukun dalam


Perawatan Kehamilan Ibu Hamil di Wilayah Pesisir Kecamatan Abeli
(Studi Kasus) Kota Kendari 2016.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 1(4): 1-9.

Maharani, A. D., R. Wibowo dan T. D. Hapsari. 2016. Pengaruh Kebijakan


Penerapan SPO Terhadap Profitabilitas Pisang Mas Kirana di Kabupaten
Lumajang. Agriekonomika, 5(2):150-161
Mahyutan, Ahmad S. 2016. Analisis Usahatani Dan Efisiensi Penggunaan Input
Produksi Usahatani Kedelai.Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Maliki, A., R. H. Ismono, dan Helvi Yanfika. 2013. Pola Kemitraan Contract
Farming Antara Petani Cluster dan PT Mitratani Agro Unggul (PT MAU)
di Kabupaten Lampung Selatan. Ilmu-Ilmu Agribisnis, 1(3): 187-194.

Manaf , Asnawi dan Rahajeng. S. M. 2015. Bentuk-Bentuk Kemitraan


Pemerintah, Swasata dan Masyarakat dalam Upaya Keberlanjutan Program
Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (Stdui kasus :
Kabupaten Kendal dan Kota Pekalongan). JPK, 3(2) : 112 – 119

Margarettha, H. Nasution, dan M. Syarif. 2015. Pemanfaatan Kompos Aktif


dalam Budidaya Pepaya Organik di Desa Kasang Pudak.Pengabdian
Masyarakat, 30(3): 16-22

Mawey, H. E. 2013. Motivasi, Persepsi, dan Sikap Konsumen Pengaruhnya


Terhadap Keputusan Pembelian Produk PT. Rajawali Nusindo Cabang
Manado. Emba, 1(4): 791-801.

Nashar.2015. Prospek Jenis Tanaman Pisang untuk Dilakukan Oleh Kelompok


Usaha Tani.Iqtishadia, 2(1): 91-116.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualittaif. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Prabowo, A. 2015. Karakteristik dan Peranan Lembaga Petani Pemakai Air dalam
Mendukung Produktivitas Hasil Padi Di Kecamatan Toboali Kabupaten
Bangka Selatan. Pembangunan Wilayah dan Kota, 11(3): 271-285.

Prahardini, P. E. R., T. Sudaryonodan K. B. Andri. 2014. Pisang Mas Kirana


Primadona dari Jawa Timur. BPTP, 3(1) : 148-157

Prahardini, P. E. R., Yunairti dan Krismawati, A. 2015. Karakterisasi Varietas


Unggul Pisang Mas Kirana dan Agung Semeru di Kabupaten
Lumajang.Buletin Plasma Nutfah, 16(2) : 126-133

Rudiyanto, A.A. 2014. Pola Kemitraan Koperasi Sejahtera Abadi dalam


Meningkatkan Keuntungan Petani Cabai. Jejak, 7(2): 100-202.

Sasmita, A., L. Fauzia, dan Y. Maryunianta. 2016. Persepsi Petani Hortikultura


Terhadap Kemitraan Agribisnis dengan PT. Alamanda Sejati
Utama.Agribusiness, 4(10): 1-10.
Setiawan, A., Irma, F.U dan Muhtar Haboddin. 2105. Pengantar State Auxiliary
Agency.Malang: UB Press.
Siamamoa, Bilson. 2008. Panduan Riset Perlaku Konsumen.Jakarta : Gramedia.

Simangunsong, A. D., Respatijarti dan Damanhuri. 2014. Ekplorasi dan


Karakterisasi Pisang Mas (Musa sp) di KabupatenNganjuk, Mojokerto,
Lumajang, dan Kediri. Produksi Tanaman,5(3): 363-367

Suratyah, K. 2015. Ilmu Usaha Tani (Edisi Revisi). Depok: Penebar Swadaya.

Suriati, N. N., R. K. Dewi, dan A. A. A. W. S. Djelantik. 2015. Pola Kemitraan


Antara petani Heliconia dengan Sekar Bumi Farm di Desa Kerta
Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.Agribisnis dan Agrowisata, 4(4):
241-249.

Susanti. 2014. Pengaruh Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani


Sayuran (Studi Kasus: Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor). Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tumoka, N. 2013.Analisis Pendapatan Usaha Tani Tomat di Kecamatan


Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa.EMBA, 1(3): 345-354.

Widayani, D., dan A. Fathoni. Analisis Prosedur Pelayanan Administrasi


Pendaftaran Veteran dan Kompetensi Managerial Pengelolaan Staff Di
Kantor Kanminvetcad Salatiga.Journal of Manajemen, 3(3): 1-7.

Zaelani, A. 2008.Manfaat Kemitraan Agribisnis bagi Petani Mitra (Kasus:


Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa
Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa
Barat). Skripsi,Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zulkarnain, M., Pudji, P dan Erlinda, I. 2103. Analisis Pengaruh Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Terhadap Produk Domestik Bruto Sektor Perikanan di
Indonesia. ECSOFiM, 1(1): 52-69

Anda mungkin juga menyukai