Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan dan
karunia-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penemuan Cacing Pita pada Sarden Kalengan” ini dengan
sebaik-baiknya.Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran.

Makalah ini ditulis dari hasil infomasi dari media massa berupa internet yang
berhubungan dengan penemuan cacing pita pada ikan sarden.Kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu,kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik.Semoga makalah ini dapat
menjadi sebuah referensi penambah cakrawala pembaca mengenai penemuan cacing
pita pada sarden kalengan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1

1.2 TUJUAN PENELITIAN ................................................................................................... 1

1.3 MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

2.1 TINJAUAN PENEMUAN CACING PITA PADA SARDEN KALENG ........................ 2

2.2 AKIBAT YANG DITIMBULKAN BILA DIKONSUMSI .............................................. 2

2.3 CARA MENGATASI JIKA SUDAH TERINFEKSI........................................................ 3

2.4 DAMPAK TERHADAP PEMASARAN .......................................................................... 3

2.5 SOLUSI ............................................................................................................................. 4

BAB III KESIMPULAN ......................................................................................................... 5

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 5

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehidupan manusia sebagai makhluk iiiasiim tidak lepas kegiatan berinteraksi
dan berkomunikasi. Komunikasi sangat berkaitan erat dengan manusia apalagi dalam
kehidupan sehari-hari yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya dalam
pemenenuhan kebutuhan hidupnya. Komunikasi adalah penyampaian pesan berupa
ide, gagasan, informasi, sikap dan lain sebagainya dari pihak satu ke pihak lainnya
baik secara verbal atau non verbal.
Aktualitas merupakan salah satu syarat utama berita, dimana berita harus
mengandung unsur baru. Karena khalayak akan lebih memberikan perhatian terhadap
berita yang masih hangat dibicarakan oleh media. Khalayak dapat menentukan sikap
sesuai dengan ingatan mereka yang masih segar megenai pemberitaan sebuah kasus
atau peristiwa yang terjadi dan diberitakan oleh media massa.
Salah satunya adalah pemberitaan mengenai penemuan cacing di dalam ikan
makarel kaleng yang membuat geger masyarakat Indonesia sehingga membuat media
menayangkan pemberitaan tersebut. Pemerintah sigap dalam menindak lanjut kasus
penemuan cacing pada makarel kaleng, BPOM di berbagai wilayah Indonesia
melakukan sidak di pasar tradisional maupun swalayan yang menjual makanan kaleng
dan menemukan beberapa kemasan yang positif mengandung cacing pita.
Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesiatelah melakukan
sampling dan pengujian terhadap produk ikan kalengan lainnya yang beredar di
seluruh Indonesia, dari 541 sampel ikan kalengan terdapat 27 merek yang positif
mengandung cacing, 16 merek di antaranya produk impor dan 11 merek merupakan
produk dalam negeri yang kerap ditemukan di pasaran.

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran
dari berita penemuan cacing pita pada sarden kalengan serta mengetahui dampak
yang ditimbulkan dari penemuan tersebut.

1.3 MANFAAT PENELITIAN


Dengan adanya permasalahan ini,bisa memberikan pelajaran bagi masyarakat
untuk selalu waspada terhadap keamanan produk yang dikonsumsi,sehingga
kedepannya kasus yang sama tidak terjadi lagi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN PENEMUAN CACING PITA PADA SARDEN KALENG


Pada tahun 2018 kita semua dihebohkan dengan permasalahan disitanya produk
ikan sarden dan makarel kalengan karena ditemukannya cacing parasit. Beberapa brand
ternama yang selama ini dikenal aman memproduksi produk ikan kalengan pun tidak
luput dari penyitaan dan recall (penarikan) produk yang dilakukan oleh Badan POM
RI.
Masyarakat awam menjadi heboh dan takut untuk mengonsumsi produk ikan sarden
dan makarel kalengan. Permasalahan ini juga sangat dikhawatirkan mampu
mempengaruhi angka penjualan produk ikan kalengan di Indonesia sehingga akan
berimbas pada menurunnya tingkat perekonomian nasional. Hasil penyelidikan Badan
POM RI menyebutkan bahwa cacing parasit dari genus Anisakis ditemukan pada
beberapa produk ikan makarel dan sarden kaleng.
Permasalahan terkait cacing parasit pada produk perikanan sebenarnya bukanlah
masalah baru. Hal ini sudah ditemukan sejak lama, khususnya di negara Jepang yang
dikenal sangat mengandalkan konsumsi produk ikan yang masih mentah atau setengah
matang untuk membuat produk olahan seperti sushi, sashimi maupun fillet ikan melalui
berbagai teknik pengolahannya.
Cacing-cacing tersebut sebagian besar banyak ditemukan di saluran pencernaan
ikan seperti di bagian hati ikan dan usus ikan. Melalui teknik pembersihan,
penanganan dan pemasakan yang tepat kontaminasi cacing dapat diminimalisasi dan
dikurangi. Cacing iii yang pada umumnya sering ditemukan pada produk ikan selain
Anisakis biasanya adalah cacing gelang (Ascaris lumbriciodes), cacing pita (Taenia
sp.) dan cacing hati (Fasciola hepatica).

2.2 AKIBAT YANG DITIMBULKAN BILA DIKONSUMSI

Ada dua hal yang mungkin terjadi bila kita terlanjur mengonsumsi cacing di
sarden atau makarel kalengan,baik cacing mati maupun hidup.Yang pertama adalah
gangguan pencernaan, dengan gejala mual, muntah, dan diare.Akan tetapi, beberapa
orang yang makan cacing dari ikan laut mungkin saja tidak merasakan gejala
pencernaan apa pun.Hal kedua yang mungkin terjadi adalah reaksi alergi terhadap
cacing Anisakis.
Cacing di sarden atau makarel ini berpotensi menyebabkan reaksi alergi karena
mengandung zat kimia tertentu sejenis protein yang memang tidak ramah bagi
manusia. Akibatnya, ketika dimakan iiiiasiiim kekebalan tubuh (imun) Anda akan
menganggapnya sebagai serangan zat asing yang berbahaya bagi tubuh. Reaksi alergi
yang terjadi iiiias bersifat ringan hingga serius.
2
2.3 CARA MENGATASI JIKA SUDAH TERINFEKSI

Infeksi yang disebabkan cacing pita dewasa dapat dikenali dari tinja yang
mengandung telur ataupun bagian-bagian tubuh cacing tersebut.Tinja dari seseorang
yang mengalami infeksi sebaiknya diperiksa di laboratorium.Infeksi cacing pita dapat
diperiksa menggunakan sinar-X,ultrasound,CT scan,ataupun MRI.Pemeriksaan lain
mungkin juga dilakukan dengan tes darah atau tes fungsi hati.Umumnya pengobatan
akibat cacing pita adalah obat oral.Obat ini akan membasmi cacing pita dan akan
dikeluarkan bersama dengan tinja.Jika cacing pita tergolong besar,kemungkinan
penderita mengalami kram perut.

2.4 DAMPAK TERHADAP PEMASARAN

Akibat dari temuan ini,masyarakat jadi takut untuk membeli sarden kaleng
ini.Oleh sebab itu pemerintah melakukan penarikan terhadap sarden kaleng yang
diduga mengandung cacing pita.Ini akan mengakibatkan perusahaan merugi.

2.5 SOLUSI

Terhadap masalah tersebut pihak industri pangan yang bergerak di bidang


produksi ikan kalengan seharusnya perlu mengevaluasi beberapa langkah
penanggulangan produksi dengan mengaplikasikan GMP (Good Manufacturing
Practices), GHP (Good Handling Practices) dan prinsip HACCP (hazard Analytical
critical Control Point). Berikut beberapa saran dan rekomendasi yang dapat
diaplikasikan oleh pihak industri pangan diantaranya:
1. Pemilihan dan seleksi bahan baku ikan sarden dan makarel mentah yang belum
diproses sesuai dengan ketentuan SNI. Caranya adalah dengan menganalisis sampel
jaringan ikan tersebut untuk dianalisis keberadaan cacing parasitnya dengan
menggunakan mikroskop.
2. Proses klorinasi yang tepat untuk mencegah pertumbuhan mikrob pembusuk dan
mikroba patogen sehingga produk ikan kalengan tidak mudah rusak dan memiliki
umur simpan yang lebih panjang. Ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu
dengan tidak menggunakan konsentrasi klorin yang terlalu tinggi karena dapat
membahayakan kesehatan manusia. Perhatikan rekomendasi dari Kementerian
Kesehatan RI terkait batas konsentrasi penggunaan klorin.
3. Perlakuan blansir dan pasteurisasi ikan serta pemasakan bumbu ikan sarden dan
makarel berupa saus tomat maupun saus cabai melalui proses pemanasan pasteurisasi
pada suhu 72,7 derajat celsius selama 5 menit yang dikenal dengan istilah HTST
(High Temperature Short Time) atau penggunaan suhu pasteurisasi 63 derajat celsius
selama 30 menit yang dikenal dengan istilah LTLT (Long Temperature Long Time).
4. Proses pemasakan ikan dengan pemanasan retort maupun teknik autoclaving
(pemanasan bertekanan) pada suhu 121 derajat celsius selama 5 menit.

3
Proses ini dikenal juga dengan sterilisasi komersial yang merupakan tahapan paling
penting dan menjadi titik kritis dalam penanganan HACCP produk ikan kalengan.
Analisis kecukupan panas dan nilai Fo (12 D) juga harus betul-betul terpenuhi
sehingga dapat mematikan dan membunuh seluruh kontaminan mikroba patogen,
mikroba perusak, spora tahan panas, cacing parasit maupun telur cacing yang
mungkin masih ada dalam produk ikan.
5. Melakukan sterilisasi pada kemasan kaleng dengan pemanasan retort maupun
teknik autoclaving (pemanasan bertekanan) pada suhu 121 derajat celsius selama 15
menit. Proses sterilisasi kemasan kaleng selain dapat dilakukan dengan proses termal
dapat juga dilakukan dengan teknik alternatif yaitu dengan iradiasi penyinaran sinar
UV dengan dosis iradiasi 5 - 10 Kgy (kilogray). Penggunaan teknik iradiasi tersebut
mampu mematikan cacing-cacing parasit, telur cacing, bakteri pembusuk, bakteri
patogen, maupun spora. Pemilihan kemasan kaleng juga harus benar yaitu jangan
memilih bahan kemasan kaleng yang mudah berkarat.
6. Pengisian (filling) ikan makarel maupun sarden dan bumbu saus ke dalam kemasan
kaleng harus dilakukan secara aseptis (steril) dalam suatu ruangan maupun pipa
pengisian khusus. Untuk menjamin hal ini pihak industri harus benar-benar
memastikan aspek sanitasi dan kebersihan ruangan tempat pengisian produk dan
selalu membersihkan pipa-pipa yang digunakan untuk pengisian produk.
7. Pengemasan (packaging) dan penutupan produk ikan kaleng harus dilakukan secara
praktis, hermetis dan septis (steril) serta jangan sampai terjadi kebocoran kemasan
akibat proses pengemasan yang kurang tepat. Kebocoran kemasan dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi silang yang dapat menyebabkan masuknya spora kapang, dan
spora Clostridium botulinum yang tahan panas ke dalam produk ikan kalengan melalui
udara.
8. Penyimpanan produk di ruangan yang tepat baik kondisi suhunya maupun
kelembabannya. Umur simpan produk sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu
penyimpanan dan kadar air (Relative Humidity) ruang penyimpanan. Pihak industri
harus menyediakan ruang storage khusus untuk menyimpan produk ikan yang telah
dikalengkan sebelum didistribusikan kepada konsumen.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penyelidikan yang sudah dilakukan memang terdapat cacing parasit pada
kemasan sarden tersebut sehingga terjadi penurunan penjualan dari sarden kalengan
karena masyarakat awam sudah mendengar kabar tentang sarden tersebut yang juga
sangat membahayakan bagi tubuh seperti terganggunya pencernaan dan juga bisa
menyebabkan reaksi alergi bagi tubuh.
Dengan adanya kasus ini,industri pangan melakukan evaluasi terhadap tahapan
produksi dengan mengaplikasikan GMP (Good Manufacturing Practices), GHP
(Good Handling Practices) dan prinsip HACCP (hazard Analytical critical Control
Point). Para konsumen dan masyarakat jangan terlalu khawatir dengan adanya kasus
ini. Konsumen yang baik harus tetap tenang dan cerdas dalam meilih dan mengolah
produk pangan yang akan dikonsumsi.

5
DAFTAR PUSTAKA
-https://m.kumparan.com/r-haryo-bimo-setiarto/solusi-penanggulangan-produk-ikan-
mackarel-dan-sardines-kalengan-dari-kontaminasi-cacing-p

-https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/cacing-di-sarden-kalengan-makarel-bp
om/

-https://jabar.tribunnews.com/2018/03/29/ini-gejala-cara-mengobati-dan-mencegah-ca
cing-pita-masuk-tubuh?page=4

Anda mungkin juga menyukai