Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Melsa Sapira (B1D022128)


2. M. Anwar Hidayat (B1D022121)
3. M. Irwan Sajini (B1D022124)
4. M. Ihsanuddin (B1D022122)
5. Italia (B1D022108)
6. Nadiya Wulandari (B1D022149)
7. Mukhtar Yogi (B1D022147)
8. Muhammad Hairul Rizki Maulana (B1D022137)

PROGRAM STUDY PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU PRODUKSI TERNAK
PERAH DISERAHKAN GUNA MELENGKAPI 1 SKS, SERTA MENJADI
SUATU SYARAT KELULUSAN DARI MATA KULIAH
ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM

Rabu, 01 November 2023

Kelompok 5

Assistant Coordinator Dosen Pengampu

Supirul Hazidin, S.Pt Ir. Muhammad Dohi, M.Si


NIP.196210241988031001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga Laporan praktikum llmu Produksi
Ternak Perah dapat disusun sedemikian rupa dan selesai tepat pada waktunya.

Laporan ini berisi hasil praktikum yang sudah dilengkapi dengan berbagai
referensi dari jurnal-jurnal ilmiah dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada:

1. Bapak Ir. Muhammad Dohi, M.Si. yang telah banyak membimbing kami dalam
praktikum sekaligus mengizinkan kami melaksanakan praktikum di lokasi
peternakan
2. Semua pihak yang telah banyak membantu kami melalui dari pelaksanaan
praktikum sampai proses penyusunan laporan yang mungkin terlalu banyak untuk
kami mencantumkan namanya satu persatu

Dan kami menyadari bahwa Laporan Praktikum Ilmu Produksi Ternak


Perah ini masih sangat jauh dari kelengkapan dan kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelengkapan
dan kesempurnaan dari penulisan laporan.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................
1.1 latar belakang.......................................................................................................
1.2.1 Tujuan............................................................................................................
1.2.2 Kegunaan.......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
2.1 Kambing Perah.....................................................................................................
2.2 Manajemen Kandang...........................................................................................
2.3 Manajemen Pakan................................................................................................
2.4 Manajemen Kesehatan.........................................................................................
BAB III MATERI DAN METODE PRAKTIKUM....................................................
3.1 Waktu dan tampat.................................................................................................
3.2 Alat praktikum.....................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
4.1 Acara 1 Pengukuran Kandang............................................................................
4.1.1 Hasil............................................................................................................
4.1.2 Pembahasan.................................................................................................
4.2 Acara 2 Pengukuran Kambing...........................................................................
4.2.1 Hasil.............................................................................................................
4.2.2 Pembahasan.................................................................................................
4.3 Acara 3 Pemberian Pakan Pada Ternak..............................................................
4.3.1 Hasil............................................................................................................
4.3.2 Pembahasan.................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat-Alat Praktikum.......................................................................................


Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pengukuran Panggung Kandang.......................................
Tabel 4.2 Hasil Praktikum Pengukuran Kambing.......................................................
Tabel 4.3 Hasil Praktikum Macam-Macam Pakan Ternak..........................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pemotongan Kuku Kambing....................................................................


Lampiran Gambar 1.1 Pengambilan Pakan ................................................................
Lampiran Gambar 1.2 Pengukuran Tinggi..................................................................
Lampiran Gambar 1.3 Pengukuran Wajah...................................................................
Lampiran Gambar 1.4 Pemberian Pakan.....................................................................
Lampiran Gambar 1.5 Pengukuran Kandanng............................................................

Lampiran Gambar 1.6 Pengukuran Panggung Kandang 22


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor
pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan
berdaya saing tinggi serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis
peternakan (Pakage, 2008). Prospek usaha peternakan yang mengarah kepada
komoditas unggulan dan spesifik lokasi akan berperan penting sebagai pasok
pengetahuan dan teknologi peternakan serta memberikan umpan kedepan bagi
pembangunan sektor pertanian pada umumnya untuk mewujudkan pertanian
yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuan dalam
peningkatan kesejahteraan petani dan mampu mendorong pertumbuhan sektor
terkait dan ekonomi nasional secara keseluruhan (Rangkuti dkk., 2006).

Pembangunan sektor peternakan di Indonesia mempunyai peluang untuk


dikembangkan dikarenakan sumberdaya ternak dan sumberdaya pakan cukup
tersedia. Salah satu usaha peternakan yang dapat dikembangkan yaitu usaha
ternak kambing. Ternak kambing merupakan ternak yang mudah dalam
pemeliharaannya. Ditinjau dari aspek pengembangan secara komersil sangat
potensial bila diusahakan karena umur dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta
lama bunting ternak kambing sangat pendek dibandingkan dengan ternak
ruminansia lainnya (Sundari dan Efendi, 2010).

Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak diberbagai daerah


antara lain adalah pakan dan lahan (Zulfanita, 2011). Faktor utama dalam
menentukan produktivitas ternak adalah terjaminnya ketersediaan hijauan pakan.
Menurut Sunarso (2003), berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi
hijauan pakan yaitu integrasi tanaman pangan dan ternak, pemanfaatan lahan
perkebunan kelapa atau karet. Menurut Prawirodigjo dkk. (2005), ternak
kambing mampu beradaptasi pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan

1
hijauan yang kurang baik, serta ternak kambing merupakan komponen
peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging.

Ternak kambing merupakan jenis ternak yang cukup mudah


dibudidayakan. Dalam pemilihan bibit dan standar mutu yang harus disesuaikan
dengan tujuan usaha untuk pedaging atau perah. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 57/Permentan/ot.140/10/2006 tentang klasifikasi bibit
kambing dan domba dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : a) bibit dasar
(elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur yang
mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai ratarata, b) bibit induk (breeding stock),
diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar, c) bibit sebar (commercial
stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.

Karakterisasi Pembibitan peternakan rakyat sebagai progress genetik masih


banyak kekurangan dan disebabkan keberagaman seleksi dan kriteria. Rendahnya
intensitas seleksi, disebabkan kecilnya skala pembibitan, kurangnya
pengendalian pembibitan di lahan milik bersama dan penyeleksian yang bersifat
negatif melalui penjualan performan ternak yang terbaik (Kosgey and Okeyo,
2007; Rege et al., 2011).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan praktikum yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui identifikasi kandang.


2. Untuk mengetahui identifikasi ternak.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pakan kambing.

1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan praktikum yaitu sebagai berikut:
1. Agar mengetahui identifikasi ternak.
2. Untuk mengetahui identifikasi kandang.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pakan kambing.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kambing Perah
Kambing merupakan salah satu ternak yang cukup disenangi untuk
diternakkan. Hal ini karena dalam pemeliharaannya cukup mudah. Kambing
memiliki ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
yang besar dalam pemeliharaannya seperti sapi ataupun kerbau (Nugraha, 2021).
Kambing perah menjadi salah satu komoditi ternak yang saat ini mulai
dikembangkan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Pengembangannya masih tergolong lambat, hal ini akibat masih banyaknya
kendala dalam pemeliharaannya. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan ternak kambing antara lain keterbatasan lahan, tenaga kerja,
sumber daya, maupun pemahaman peternak mengenai manajemen pemeliharaan
(Miftahudin, 2020).

Salah satu indikator untuk mengetahui potensi pengembangan kambing


perah adalah performa fisik ternak. Performa fisik ternak yang baik
mengindikasikan bahwa ternak tersebut akan memiliki produktivitas yang baik
pula. Sehingga potensi pengembangan peternakan kambing akan semakin tinggi.
Performa fisik yang biasanya dijadikan dalam penilaian performa ternak adalah
panjang, lingkar dan tinggi badan (Christi et al., 2019). Identifikasi performa
ternak ini menjadi data yang penting untuk diketahui, sebagai acuan dalam
pengembangan peternakan tersebut.

2.2 Manajemen Kandang


Kandang ternak kambing di Kecamatan Lingsar sebagian besar berlokasi
dengan jarak dua puluh meter dari rumah peternak. Sarwono (2002) menyatakan
bahwa lokasi kandang sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah untuk
memudahkan pengawasan dan penjagaan dari berbagai gangguan dan hal-hal
yang tak terduga. Sedangkan kedudukan kandang ternak kambing sejajar dengan

3
permukaan tanah sekitar kandang sebaiknya didirikan diatas tanah yang lebih
tinggi dengan kondisi yang padat, kering, tidak becek diwaktu hujan (Sarwono,
2007).

Sarwono (2007) menjelaskan bahwa setiap ekor kambing dewasa


membutuhkan ruang dengan luas minimal 1-1,5m2/ekor. Sodiq dan Abidin
(2007) menyatakan bahwa standar luas untuk seekor kambing adalah 1,5m 2.
Kandang sebaiknya kokoh, awet dipakai, memenuhi syaat kesehatan dan nyaman
dihuni oleh ternak (Sarwono, 2007). Menurut Sodiq dan Abidin (2008), kandang
harus kuat meskipun menggunakan bahan yang tidak seluruhnya baru. Tiang-
tiang kandang harus dapat menyangga keseluruhan bangunan kandang sehingga
kandang dapat berfungsi baik dan tahan lama. Konstruksi kandang dibuat
panggung di mana di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung
kotoran. Dengan adanya kolong berfungsi untuk menghindari becek dan kontak
langsung dengan tanah yang bisa jadi tercemar penyakit. Lantai kandang
ditinggikan antara 0,5–2 m dari permukaan tanah (Mulyono dan Sarwono, 2007).

Tempat pakan hijauan didesain khusus di depan kandang. Sebagian besar


kandang kambing menggunakan ember untuk tempat minum sekaligus tempat
pakan konsentrat yang di letak di bak tempat pakan. Sodiq dan Abidin (2007)
menyatakan bahwa tempat pakan sebaiknya didesain khusus berupa kotak atau
bak yang hanya memberi ruang bagi kepala kambing untuk masuk dan
mengambil pakan. Sarwono (2002) menyatakan bahwa ember bisa dipakai
sebagai tempat minum dan diletakkan di sisi kandang yang mudah dicapai.
Umumnya kambing tidak terlalu banyak minum kecuali induk kambing yang
sedang menyusui anak (Mulyono dan Sarwono, 2007).

Ventilasi kandang yang baik yaitu mudahnya udara keluar masuk kandang.
Ventilasi dari kandang kambing di Kecamatan Lingsar dikatakan baik. Ventilasi
dari kandang yang kecil kurang baik namun untuk kandang yang besar sangat
bagus sehingga udara mudah keluar masuk kandang. Kandang mendapat
intensitas cahaya yang masuk dikarenakan menghadap timur dan barat. Intensitas

4
cahaya semua kandang mendapatkan cahaya yang bagus dikarenakan menghadap
timur dan barat. Kandang sebaiknya selalu mendapat sinar matahari pagi, jauh
dari pepohonan besar dan agak terbuka (Sarwono, 2002).

Bila kandang didirikan di tempat terbuka sebaiknya lokasi di sekeliling


kandang ditanami pepohonan yang tidak terlalu besar sebagai pagar pelindung.
Pagar pelindung ini berfungsi sebagai penahan angin dan terik matahari sehingga
Ssuhu di dalam dan sekitar kandang terasa sejuk dan stabil (Sarwono, 2002).

2.3 Manajemen Pakan


Menurut Mulyono dan Sarwono (2007), menilai sumber pakan yang sudah
ada di sekitar lingkungan merupakan langkah pertama dalam agribisnis ternak
kambing. Ketersediaan konsentrat sangat penting bagi peternakan kambing untuk
menjamin kebutuhan gizi ternak kambing. Ketersediaan konsentrat di daerah ini
sangat banyak dan sangat mudah diperoleh.

Pengelolaan pakan sumber pakan hijauan akan menjamin ketersediaan


pakan yang baik sepanjang tahun (Mulyono dan Sarwono, 2007). Sumber pakan
hijauan di Kecamatan Lingsar sangat mudah diperoleh dikarenakan masih luas
lahan hijauan yang tidak dipakai untuk kegiatan warga sehingga memudahkan
hijauan untuk tumbuh. Hijauan yang mudah didapat tidak diimbangi dengan
kualitas hijauan. Sebagian besar berupa rumput lapangan yang dikonsumsi ternak
kambing. Mulyono dan Sarwono (2007) menyatakan bahwa kambing lebih
menyukai daun-daunan hijau dibandingkan rumput.

Menurut Sarwono (2002), pemberian pakan hijauan diberikan beberapa


kali dengan jumlah yang relatif sedikit. Pemberian pakan hijauan pada kambing
sebaiknya berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur
dengan perbandingan 1:1. Dengan cara ini zat gizi akan saling melengkapi dan
menjamin ketersediaan gizi yang baik dan kambing tidak bosan melahap pakan
hijauan (Mulyono dan Sarwono, 2007). Menurut Sodiq dan Abidin (2007),
pemberian hijauan yang bervariasi akan memberi dampak yang lebih baik

5
dikarenakan jenis hijauan akan memberikan efek substitusi kepada hijauan
lainnya.

Volume kebutuhan air pada kambing sangat bervariasi dipengaruhi oleh


jenis kambing, suhu lingkungan, jenis pakan dan kegiatan kambing (Mulyono
dan Sarwono, 2007).

Sarwono (2002), menyatakan bahwa kambing dewasa membutuhkan air


setiap hari rata-rata dua liter per kilogram pakan kering. Kebutuhan air dalam
tubuh ternak dapat dicukupi melalui air minum, air dalam bahan pakan dan air
yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Menurut Sodiq dan
Abidin (2007), sebaiknya air disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas
ditempatkan khusus dalam bak air yang diletakkan dekat tempat pakan agar tidak
terinjak oleh kambing.

2.4 Manajemen Kesehatan


Sodiq dan Abidin (2007), menyatakan bahwa vitamin juga dibutuhkan oleh
kambing dalam jumlah sedikit namun kebutuhan vitamin biasanya sudah
tercukupi dari konsumsi pakan dan tidak membutuhkan tambahan berupa food
supplement dari luar. Jenis mineral yang disarankan adalah zeolit, garam dapur
atau tepung tulang yang keadaannya selalu tersedia di dalam kandang (Sodiq dan
Abidin, 2007).

Salah satu pengendalian penyakit pada kambing yaitu dengan perlakuan


desinfeksi pada kandang. Perlakuan desinfeksi tidak umum dilakukan oleh
peternak. Menurut Sodiq dan Abidin (2007), desinfeksi dilakukan pada saat
kosong kandang sebelum memasukkan bibit bakalan kambing yang baru.

Kambing tergolong ternak yang cukup tahan terhadap bermacam penyakit.


Kejadian penyakit pada kambing biasanya diakibatkan kebersihan dan
pemeliharaan lingkungan yang tidak dijaga (Mulyono dan Abidin, 2007).
Menurut Mulyono dan Sarwono (2007), pengelolaan kebersihan lingkungan dan

6
pemeliharaan yang dilakukan dengan baik maka kondisi ternak akan selalu sehat
dan jauh dari gangguan penyakit.

BAB III

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan tampat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 07 Oktober 2023, pukul
07:30-12:00 WITA di Teaching Farm, Fakultas Peternakan, Kec. Lingsar,
Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
3.2 Alat praktikum
Table 3.1 Alat-Alat Praktikum:
Alat Fungsi
Buku Untuk menulis hasil praktikum
Kamera/Hp Sebagai pengambilan dokumentasi
Kandang kambing Sebagai tempat pelindung ternak
Karung Untuk menaruh pakan kambing
Pita ukur Untuk mengukur ternak
Pita morfometrik Untuk mengukur kendang dan panggung kambing
Sabit Untuk mengambil pakan ternak
Sapu lidi Untuk membersihkan kendang
Tongkat ukur Untuk mengukur tinggi atau lebar ternak

3.3 Metode Praktikum


1. Menyiapkan peralatan berupa karung, dan sabit. Kemudian para laki-laki
mengambil rumput di lahan pakan.
2. Menyiapkan pita ukur, pita morfometrik bagi para perempuan untuk
melakukan pengukuran kandang dan panggung kandang. Setiap hasil/angka

7
dari pengukuran kandang dan panggung akan dikurangi sebanyak 20 cm.
Hasil akhir dicatat.
3. Setelah para laki-laki kembali membawa rumput, selanjutnya memberikan
kambing pakan. Kemudian melakukan pengukuran kambing baik tinggi
kambing, lebar muka, dan lain-lainnya. Hasil pengukuran tersebut di catat.
4. Menyiapkan timbangan untuk menimbang berat manusia dan berat hewan.
Setelah mendapatkan hasil penimbangan selanjutkan melakukan perhitungan
dimana (berat hewan – berat manusia).

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Acara 1 Pengukuran Kandang
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pengukuran Kandang dan Panggung

Indeks Cm cm
Panjang kandang 920 cm
Tinggi kandang 290 cm
Lebar kendang 880 cm
Panjang panggung 400 cm
Tinggi panggung 40 cm
Lebar panggung 180 cm

Pada praktikum ini, model kandang kambing perah adalah kandang


tipe panggung yang jumlahnya 1 buah kandang. Kelebihan dari kandang
tipe panggung ini adalah kotoran dan air kencing kambing jatuh ke tempat
penampungan yang berada di kolong kandang, sehingga kebersihan
kandang terjamin, lantai kandang tidak becek dan kering sehingga
kelembaban tinggi didalam kandang dapat dihindari untuk mencegah
tumbuhnya parasit penyebab penyakit.

Dalam manajemen perkandangan ternak kambing ada beberapa


peralatan yang selalu dibutuhkan, diantaranya:

1. Gudang pakan.
2. Tempat kotoran.
3. Tempat pakan dan minum.
4. Tempat umbaran.

9
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beternak kambing,
yakni sebagai berikut :

1. Kandang hendaknya berada di tempat yang kering dan tidak tergenang


air.
2. Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.
3. Dibuat dari bahan yang cukup kuat dan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi.
4. Memiliki ventilasi yang cukup baik pada dinding kambing.
5. Atap kandang terbuat dari bahan yang memiliki daya penghantar panas
yang cukup baik.
6. Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat.
7. Kolong kandang bisa dibuat miring dan disemen untuk menampung
kotoran.
8. Ukuran kandang dibuat sesuai kebutuhan dalam beternak kambing.
9. Mudah dalam melakukan pembersihan dan perawatan kandang.
10. Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur yakni ± 10 meter.

4.2 Pengukuran Kambing


Tabel 4.2 Hasil Praktikum Pengukuran Kambing

Keterangan Hasil
Panjang badan 71 cm
Tinggi badan 74 cm
Tinggi pinggul 78 cm
Dalam dada 30 cm
Lebar dada 22 cm
Lingkar dada 77 cm (97 – 20)
Bulu rewes 9 cm – 2 cm = 7 cm
Panjang telinga 30 cm ( -20 )
Panjang muka 45 cm (-20)

10
Cekung muka 25 cm ( -20 cm )
Lebar kepala 6 cm ( -20 )
Lingkar ambing 26 cm ( -30 )
Sumber: Praktikum IPTP 2023

Pengukuran tubuh ternak kambing digunakan untuk mengetahui


macam-macam bentuk ternak secara visual dan melihat pertumbuhannya
secara ideal. Penilaian ternak kambing dilakukan dengan cara
memberikan skor kepada masing-masing ternak sehingga menghasilkan
urutan atau peringkat tertinggi berdasarkan nilai rekam performanya, juga
baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.

Penimbangan dan pengukuran dilakukan dua kali untuk mengetahui


pengukuran awal dan akhir dengan rentang waktu 14 hari. Alat yang
digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur dalam satuan sentimeter
pada ternak kambing.

Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas


karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung
pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan
dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat
menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh kelamin,
perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas.

Penilaian ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari


tubuh ternak. Contohnya pada ternak kambing, untuk mendapatkan
kambing yang baik harus memperhatikan konformasi tubuh yang ideal,
ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis
bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu
dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Bagian-bagian tubuh sapi
yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan
dihasilkannya.

11
Penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat
dari segi penampilannya saja dan terkadang terdapat hal-hal yang oleh
peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat
bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi
perkembangbiakan atau produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya
kedua cara penilaian digunakan. Penilaian ternak tersebut dilakukan
dengan cara memberikan score kepada masing-masing ternak sehingga
menghasilkan urutan atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor
performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.

4.3 Pemberian Pakan Pada Ternak


Tabel 4.3 Hasil Praktikum Macam-Macam Pakan Ternak

Gambar Nama Pakan Manfaat


Daun pohon kuda memiliki
beberapa manfaat sebagai
pakan ternak termasuk:
1. kandungan gizi yang tinggi:
daun pohon kuda mengandung
protein, serat, dan beberapa
mineral seperti kalsium, fosfor,
dan zat besi.
2. ketersediaan sepanjang
tahun: pohon tumbuh dengan
cepat dan daunya tersedia
sepanjang tahun, sehingga
Pohon kuda dapat digunakan sebagai
(Vatica sumber pakan yang konsisten,
bantamensis) terutama dalam situasi dimana
hijauan lain mungkin langka.
3. meningkatkan kandungan
protein yang baik: daun pohon
kuda mengandung protein yang
cukup tinggi.
4. meingkatkan susu dan
daging: memberikan daun
pohon kuda kepada ternak
dapat membantu meningkatkan
kualitas susu dan daging yang
dihasilkan.

12
Tanaman lamtoro mengandung
nilai protein yang sangat tinggi,
sehingga baik untuk
pertumbuhan ternak. Lamtoro
mampu menjadi pakan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi
Lamtoro
hewan ternak ruminansia
(Leucaena
seperti kambing dan sapi.
leucocephala
Tanaman lamtoro memiliki
)
kualitas yang sangat baik untuk
dijadikan sebagai pakan ternak,
protein kasar yang
dikandungnya akan membantu
ternak bertumbuh dengan
sangat cepat.

Daun nangka memiliki


kandungan serat kasar yang
lumayan tinggi, yaitu sekitar
20%. Daun nangka juga cocok
Daun Nangka untuk diberikan pada kambing
(Artocarpus yang sedang menyusui karena
heterophylus) memiliki kandungan Protein
Kasar (PK) yang cukup tinggi,
yaitu di atas 20%. Selain itu,
daun nangka juga dapat
membantu meningkatkan
produksi susu kambing.

Pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha


peternakan yang sangat menentukan. Kenyataan di lapangan menunjukan
masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan
persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya
produktivitas ternak yang dipelihara tidak optimal, bahkan diantara
peternak banyak yang mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang
kurang tepat. Kelemahan ini sudah lama disadari, namun sayangnya
upaya swasembada sapronak utamanya pakan masih belum
menggembirakan. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan

13
sehingga pemecahannya antara lain melalui upaya swasembada bahan
baku pakan dan upaya memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari
bahan lokal. Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan
berkembang biak. Hanya pakan yang sempurna yang mampu
mengembangkan pekerjaan sel tubuh. Pakan yang sempurna mengandung
kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan mineral.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum ini, model kandang kambing perah adalah kandang tipe panggung
yang jumlahnya 1 buah kandang. Kelebihan dari kandang tipe panggung ini adalah
kotoran dan air kencing kambing jatuh ke tempat penampungan yang berada di

14
kolong kandang, sehingga kebersihan kandang terjamin, lantai kandang tidak becek
dan kering sehingga kelembaban tinggi didalam kandang dapat dihindari untuk
mencegah tumbuhnya parasit penyebab penyakit.
2. Pengukuran tubuh ternak kambing digunakan untuk mengetahui macam-macam
bentuk ternak secara visual dan melihat pertumbuhannya secara ideal. Penilaian
ternak kambing dilakukan dengan cara memberikan skor kepada masing-masing
ternak sehingga menghasilkan urutan atau peringkat tertinggi berdasarkan nilai rekam
performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik
3. Pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan yang
sangat menentukan. Kenyataan di lapangan menunjukan masih banyak peternak yang
memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik
pemberiannya. Dari sekian banyaknya tumbuhan, ada 3 jenis tumbuhan yang kita
gunakan yaotu: a. Pohon kuda (Vatica bantamensis) b. Lamtoro (Leucaena
leucocephala) c. Daun Nangka (Artocarpus heterophylus)

5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa

Untuk produksi ternak perah selanjutnya di harapkan kepada mahasiswa-


mahasiswa untuk lebih disiplin dan serius dalam mengikuti praktikum, sehinga
dapat memperoleh wawasan terkait dengan teknik melakukan sanitasi kandang
ternak.

2. Bagi peternak

Haruslah menjaga kebersihan kandang serta peralatan, karena hal ini


berkaitan dengan kesehatan ternak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, B. F., Nugraha, W. T., & Suhendra, D. (2021). Identifikasi Lokasi dan Performa
Fisik Kambing Perah di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang
Provinsi Jawa Tengah. Bulletin of Tropical Animal Science, 2(2), 98-102.

Christi, R. F., L.B., Salman, Hermawan dan D. Suharwanti. 2019. Karakteristik ukuran
tubuh kambing peranakan ettawa pada periode dara dan laktasi 1 di kelompok P4S
Agribisnis Assalam Indihiang Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Sains Peternakan, 7(2),
122-127.

Miftahudin. 2020. Analisis ekonomi Kambing Etawa pola gaduhan: Studi kasus di Desa
Sukomulyo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Jurnal Paradigma
Multidisipliner (JPM) 1(1): 31-41.

Mulyono dan Sarwono, 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pakage, Stepanus. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. Jurnal
Ilmu Peternakan hal. 51–57 Vol. 3 No.2. FPPK UNIPA. Manokwari 98314.

Rangkuti, M., A. Setiadi, Solich dan A. Rusjat. 2006. Pedoman Praktis Beternak Kambing
Domba sebagai Ternak Potong. Puslitbangnak. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Rege, J.E.O., Marshall, K., Notenbaert, A., Ojango, J.M.K. and Okeyo, A.M., 2011. Pro-poor
animal improvement and breeding—What can science do? Livestock Science
136(1):15–28.

Sodiq dan Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Ettawa.
Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.

Sundari dan K. Efendi. 2010. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Peternak Kambing
Peranakan Etawah di Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulonprogo. Jurnal
AgriSains Vol.1 No.1. Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Zulfanita. 2011. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kecamatan
Pituruh Kabupaten Purworejo. Mediagro Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 7. No. 2:
HAL 61–68. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.

19
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pengambilan pakan. Gambar 1.2 Pengukuran tinggi

Gambar 1.3 Pemberian pakan Gambar 1.4 Pengukuran wajah

20
Gambar 1.5 Pengukuran kandang Gambar 1.6 Pengukuran panggung kandang

21

Anda mungkin juga menyukai