PROPOSAL
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN
PENDIDIKAN DIPLOMA III (TIGA) PRODI SANITASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE
Oleh
AULIA MELINDA
NIM 21134510006
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Program Diploma
mendapat bantuan baik Moral dan Materi dari berbagai pihak, oleh karena
itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
Ternate
Kemenkes Ternate.
iii
5. Para Dosen dan Staf Program Studi D-III Kesehatan Lingkungan
6. Kepada Koor kelas Rauda hi siraju, SKM yang sudah membina kami
kedua orang tua saya yang telah berjuang, mendidik, membesarkan dan
peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Contents
PERNYATAAN PERSUTUJUAN PEMBIMBING..........................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum....................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus...................................................................................3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.5.1. Bagi peneliti.......................................................................................4
1.5.2. Bagi Poltekkes Kemenkes Ternate....................................................4
v
2.3.2. Teknik penyimpanan peralatan makan............................................11
2.4 Rumah Makan.........................................................................................12
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
9
Kontaminasi dapat terjadi setiap saat, salah satu penyebabnya adalah
peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Agar
tidak membahayakan kesehatan pada masyarakat di Indonesia telah dibuat
peraturan dalam bentuk Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011,
bahwa untuk persyaratan peralatan makan tidak boleh terdapat kuman lebih
dari 0 koloni/cm2 (Sarawati & Triyantoro, 2017).
10
rumah makan padang diwilayah Kelurahan Sido Mulyo Kota Bengkulu, hanya
ada 1 (33,33%) rumah makan pada pencucian peralatan makan yang dilakukan
sudah baik dan 2 (66,67%) rumah makan masih kurang baik. Dan jumlah
angka kuman alat makan pada 3 rumah makan, 1 rumah makan (33,33%)
diantaranya sudah memenuhi syarat kesehatan dan 2 rumah makan (66,67%)
diantaranya tidak memenuhi syarat kesehatan dimana angka kumannya > 100
koloni/cm2 berdasarkan hasil uji laboratorium.
Di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 kasus diare yang terlaporkan
sejumlah 21.528 (86,5%) penderita atau 12.076 (2,7%) dari seluruh total
perkiraan jumlah penderita. Riskesdas Malut pada tahun 2018 tercatat sebesar
5,39% prevalensi diare berdasarkan diagnosis Nakes dan gejala. Dengan
demikian terjadi peningkatan jumlah penderita diare.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Ternate pada tahun 2018 terdapat 3.439
(1,54%) kasus diare pada semua kelompok umur dan 2.023 (9,7%) kasus diare
pada balita. Dengan demikian, kasus diare yang masih cukup tinggi di kota
Ternate yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan
maupun masyarakat tentang bahaya dehidrasi akibat penyakit diare. Dari data
tersebut juga tercatat penderita diare di Puskesmas Kalumata Kota Ternate
sebesar 485 kasus diare pada balita dan masuk dalam 10 penyakit terbesar
yaitu dengan jumlah kasus pada seluruh kelompok umur sebesar 589 (8,1%).
11
peralatan makan di pakai secara berulang-ulang dan tidak diganti dengan
air yang bersih sehingga air menjadi sangat berminyak, serta air cucian
piring tersebut hanya di buang begitu saja ke tanah. Hal inilah yang di
khawatirkan dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri yang terdapat
dalam peralatan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri atau kotoran
lain akibat proses pencucian yang tidak bersih.
12
makassar di wilayah Pasar Barito Bahari Berkesan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
untuk mengendalikan empat faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi
makanan tersebut (Mundiatun, 2018).
15
2.2.1 Peralatan Makan
16
Alat makan yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya
penularan penyakit. Penyakit tersebut dapat berupa infeksi saluran
pernafasan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar alat makan yang
akan dipakai harus memenuhi syarat kesehatan. (Surasri, 1989).
1. Kualitas Mikrobiologi
Alat makan minum merupakan salah satu media masuknya
mikroba pathogen ke dalam tubuh manusia. Terdapat beberapa
penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat koloni kuman pada alat
makan yang melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Penelitian
yang dilakukan oleh Yunus (2011) menunjukkan bahwa semua sampel
alat makan yang di periksa melebihi ambang batas yang dipersyaratkan
(Yunus, 2011).
Parameter yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan
mikrobiologi alat makan minum adalah total koloni kuman dan E. coli.
Berikut adalah nilai ambang batas pada masing-masing parameter:
17
Timbal (Pb), Arsenik (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd)
dan Antimony (Sb).
18
Pada tahap ini digunakan sabun, tapas atau zat pembuang bau (abu
gosok, arang atau air jeruk nipis).
4. Rinsing (membilas dengan air), yaitu memcuci peralatan yang telah
digosok getergen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air
bersih. Pada tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan
selalu diganti. Setiap peralatan yang dibersihkan dibilas dengan
cara menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa kesat, tidak
licin. Bila mana masih terasa licin berarti pada peralatan tersebut
mash menempel sisa-sisa detergen dan kemungkinan mengandung
bau amis atau anyir.
5. Sanitizing/Disinfection (membebashamakan), yaitu tidak untuk
tidak untuk membebashamakan peralatan setelah proses pencucian.
Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari mikroba
dengan cara sanitasi atau yang dikenal dengan istilah desinfeksi.
Cara desinfeksi yang umum dilakukan yaitu:
a. Dengan rendaman air panas 100℃ selama 2 menit
b. Dengan larutan klor aktif (50 ppm)
c. Dengan udara panas (oven)
d. Dengan sinar ultraviolet (Sinar matahari pagi jam 9 sampai
jam 11) atau peralatan elektrik yang menghasilkan sinar
ultraviolet.
e. Dengan uap panas (stem) yang biasanya terdapat pada
mesin cuci piring (dishwashing machine)
6. Toweling (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau
mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan
maksud untuk menghilangkan sisa- sisa kotoran yang mungkin
mash menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda
detergen, noda klor, dan sebagainya. Sebenarnya kalau proses
pencucian berlangsung dengan baik, noda - noda itu tidak boleh
terjadi. Noda bisa terjadi pada mesin-mesin pencuci. Prinsip
menggunakan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya
19
tidak boleh digunakan, karena akan terjadi pencemaran sekunder
(rekomendasi)
Towelling dapat dilakukan dengan syarat bahwa lap yang
digunakan harus steril serta sering diganti. Penggunaan lap yang
paling baik adalah yang sekali dipakai/single use (Arnanda, 2018).
20
3. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak
aus/rusak.
4. Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
5. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak
21
mengandung E.coli. bila melebihi dari angka kuman yang ditentukan
berarti tidak memenuhi syarat kesehatan.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Rumah makan
Coto Makassar
Peralatan makan
Jumlah Angka
Teknik Pencucian
Kuman
23
3.1.3 Definisi Operasional
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Rumah Makan Coto
Makassar di wilayah Pasar Barito Bahari Berkesan Kota Ternate.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti, yaitu 3
Rumah Makan Coto Makassar di wilayah Pasar Barito Bahari
24
Berkesan Kota Ternate, setiap rumah makan diambil masing-
masing yaitu 3 gelas, 3 mangkok, dan 3 sendok.
25
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
26
13) Api Bunsen
14) Incubator
15) Autoclave
16) Kapas swab steril
17) Cool box
18) Korek api
b. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1) Alat makan
2) PCA
3) Aquades
4) Alcohol 70%
5) Nacl
6) Kain kasa
7) Kapas
8) Kertas coklat
9) Benang putih
10) Label
a. Strerilisasi Alat
1) Persiapan alat- alat yang akan disterilisasi kering Seperti: petridish,
pipet ukur, kapas (swab steril), tabung reaksi.
2) Setelah semua alat disiapkan kemudian dicuci bersih lalu
dikeringkan. Setelah kering alat-alat tersebut dibungkus dengan
kertas koran. Jangan ada bagian dari alat yang tidak terbungkus
karena akan menjadi tempat tumbuhnya bakteri saat alat sudah
disterilisasi.
3) Setelah dibungkus dengan rapi kemudian hidupkan oven dengan
suhu 1050C dengan waktu sterilisasi selama 1 jam.
4) Setelah oven diatur suhu dan jamnya kemudian masukkan alat-alat
yang sudah dibungkus tadi ke dalam oven.
27
5) Setelah 1 jam keluarkan semua alat yang telah disterilisasikan dari
oven, kemudian alat-alat tersebut bisa digunakan untuk penelitian.
c. Pembuatan control
1) Disiapkan 1 buah cawan petri dan diberi label (control).
2) NaCl steril di pipet sebanyak 1ml ke dalam cawan petri dan
ditambahkan nutrient agar kemudian dihomogenkan.
3) Cawan petri (control) yang telah dihomogenkan didiamkan sampai
membeku.
4) Setelah membeku, control dimasukkan ke dalam incubator dengan
suhu 34oC dengan posisi terbalik selama 1x24 jam.
28
4) Siapkan (swab steril), kemudian buka kapas penutup tabung
reaksi yang berisi cairan NaCl dan masukkan kapas (Swab
steril) ke dalam nya.
5) Kapas (swab steril) dalam tabung reaksi di tekan ke dalam
dinding tabung untuk mengurangi airnya, setelah itu diangkat
dan diusapkan pada alat makan yang diperiksa
6) Bagian yang diusapkan pada alat makan adalah :
a. mangkok : usapan dilakukan pada bagian permukaan
dalam dengan cara melakukan 2 usapan yang satu sama
lainnya saling menyilang siku-siku dari bagian tepi
piring.
b. Gelas : usapan dilakukan dengan mengelilingi
permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
c. Sendok : usapan dilakukan pada seluruh permukaan
luar dan dalam sendok.
7) Setelah selesai mengusapkan alat selanjutnya lidi dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% steril dan
tangkai lidi kapas dipatahkan.
8) Setelah itu mulut tabung reaksi dipanaskan dan ditutup dengan
kapas.
9) Tempelkan kertas label yang sudah disiapkan, tulis nama alat
makan yang diperiksa, tempat pengambilan sampel, nama atau
kode, tanggal pemeriksaan, nama petugas pemeriksa.
10) Kirim sampel ke laboratorium untuk diperiksa.
29
5) Masukkan kedalam autoclave dengan suhu 121℃ selama 30 menit.
6) Jika sudah 30 menit angkat Erlenmeyer menggunakan krustang, dan
letakkan didalam mapan yang berisi air.
7) Fiksasi pipet ukur, pipet Nacl sebanyak 9 ml disetiap tabung reaksi
1-5.
8) Tuang Nacl kedalam Erlenmeyer sebanyak 40 ml.
9) Kemudian ambil sampel alat makan usap satu arah lalu celupkan
kedalam Nacl tunggu 5 menit.
10) Setelah itu pipet sampel sebanyak 1 ml masukkan kedalam tabung
reaksi.
11) Pipet larutan dari tabung ke 1 ke tabung 2 sampai ke tabung 5.
12) Lalu pipet larutan sebanyak 1 ml masukkan kedalam cawan petri
sampai cawan petri ke 5.
13) Setelah itu tuangkan PCA ke masing-masing cawan petri dan
diamkan selama 10 menit hingga menjadi agar kemudian di
bungkus menggunakan kertas coklat.
14) Setelah itu masukkan kedalam incubator selama 1x24 jam dengan
35℃.
15) Jika sudah 1x24 jam maka keluar kan cawan petri kemudian amati
menggunakan alat coloni counter.
30
b. Tujuan Pengenceran
Menghitung angka kuman yang terdapat pada bahan padat
seperti produk obat tradisional, alat makan, makanan,
kosmetik dan alat kesehatan.
c. Prinsip pengenceran
Bahan yang sudah dihomogenkan dan diencerkan dengan
pengenceran yang sesuai dengan yang ditanami media agar
PCA (Plate Count Agar) setelah diinkubasi pada suhu 370C
selama 1x24 jam lalu dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Menghitung jumlah koloni dapat menggunakan rumus:
(10¿ ¿ 4 x 10000)=15 x n
Angka koloni=( 10 ˡ x 10 ) + ( 10 x 100 ) + ( 10 x 1000 ) +
2 3
¿
n¿
¿
a. Editing data
Dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
sudah konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini
dilakukan dengan cara membaca ulang hasil pencatatan di
Laboratorium.
b. Coding
Data yang diperoleh dari laboratorium atau hasil pencatatan
yang sudah diperiksa kelengkapannya dilakukan pengkodean
31
pada formulir uji angka kuman alat makan tersebut sebelum
diolah menggunakan komputer.
c. Tabulating
Membuat tabel yang berisikan data-data yang diberi kode
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mendapatkan
masing-masing gambaran pada variabel penelitian yang disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan narasi. Hasil ukur sanitasi peralatan makan
dikategorikan baik jika skor ≥50%, kurang baik jika <50%. Hasil ukur
yang didapat kemudian dibandingkan dengan standar jumlah angka
kuman pada alat makan <100 koloni/cm2 (Memenuhi syarat) sedangkan
jika > 100 koloni/cm2 (Tidak memenuhi syarat).
DAFTAR PUSTAKA
32
Apriani, P., Mualim, M., Sumaryono, D., Okfrianti, Y., & Sari, A. K. (2017).
Analisis Sanitasi Dan Angka Kuman Pada Peralatan Makan Di Rumah
Makan Padang Di Wilayah Kelurahan Sido Mulyo Kota Bengkulu
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).
Bobihu, F. (2012). Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan
Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota
Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025. 304.
BPOM. 2015 Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman. Jakarta : Badan
POM
Depkes RI, 2006. Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan
Minuman. Jakarta
Depkes RI, 2014. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Jakarta
Depkes, RI, 1989, Petunjuk Pemilihan Bahan Makanan dan Cara Pencucian Alat
Makan dan Alat Masak, Jakarta
33
Hatta, Gemala R., (2014) Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana
Pelayanan Kesehatan, Jakarta, UI Press.
Ratih, D., Ruhana, A., Astuti, N., & Bahar, A. (2022). Alasan pemilihan makanan
dan kebiasaan mengkonsumsi makanan sehat pada mahasiswa unesa
ketintang. Jurnal Tata Boga, 11(1), 22-32.
Sarawati, E., & Triyantoro, B. (2017). Komparasi Angka Kuman Pada Alat
Makan Sebelum Dan Sesudah Desinfeksi Di Instalasi Gizi Rsud Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2016. Buletin Keslingmas, 36(2),
110–115.
34