Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Sebagai tanaman kacang-kacangan (Leguminosae) penghasil protein yang tinggi,

yaitu mencapai 30-50%, kedelai berkembang menjadi komoditas penting di dunia

(Irwan, 2005). Hal ini ditunjukan oleh produksi kedelai dunia yang mecapai sekitar

230 juta ton/tahun. Produksi kedelai tersebut dihasilkan oleh beberapa negara (juta

ton/tahun), yaitu Amerika Serikat (80,7), Brazil (59,2), Argentina (46,2), China

(15,5), India (9,9), Paraguay (6,3), Kanada (3,3), Bolivia (1,3), Uruguay (0,88) dan

Indonesia (0,77) (FAO, 2008 dalam Adetama, 2011). Khusus untuk Indonesia,

konsumsi kedelai perkapita meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998 menjadi 8,97 kg

pada tahun 2004 (Sryana, et al. 2005 dalam Adetama. 2011). Dengan jumlah

penduduk yang mencapai 230 juta jiwa, maka kebutuhan kedelai di Indonesia

mencapai 2,2 juta ton/tahun, sedangkan produksinya hanya 0,77 juta ton/tahun.

Dengan demikian, Indonesia harus mengimpor kedelai rata-rata 1,6 juta ton/tahun.

Impor sebanyak itu hanya dilakukan oleh 5 importir, yaitu PT Gerbang Cahaya
Utama, PT Teluk Intan, PT Gunung Sewu, PT Cargil Indonesia, dan PT Sekawan

Makmur Bersama (Pontes, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, terdapat kesenjangan antara produksi dan permintaan

kedelai di Indonesia. Kesenjangan tersebut memunculkan peluang sekaligus

tantangan agar Indonesia tidak tergantung pada kedelai impor. Peluang artinya usaha

tani kedelai memberikan prospek yang baik jika ada regulasi harga dari permerintah;

tantangan artinya bagaimana meningkatkan produksi kedelai di Indonesia. Upaya

yang dapat dilakukan untk meningkatkan produksi kedelai domestik antara lain

dengan meningkatkan produktivitas kedelai per satuan luas lahan dan memperluas

lahan penanaman kedelai.

Secara agronomi, hambatan peningkatan produktivitas kedelai di lahan petani

diantaranya adalah teknik budidaya yang belum sepenuhnya baik dan benar.

Budidaya kedelai membutuhkan bakteri Rhizobium sebagai inokulum untuuk

memfiksasi nitrogen (N) langsung dari udara. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

petani kesulitan untuk mendapatkan strain bakteri Rhizobium yang siap untuk

diaplikasikan, seperti Legin, akibatnya petani sering mengunakan tanah yang pernah

ditanami kedelai untuk mendapatkan bakteri Rhizobium. Pertanyaannya adalah

efektifkah langkah terakhir tersebut dilakukan ?


Dalam budidaya kedelai, peran bakteri Rhizobium dalam memfiksasi nitrogen

langsung dari udara yang terjadi disistem perakaran menjadi sangat vital. Simbiosis

tersebut mampu meningkatkan N2 dari udara dengan bantuan CO2 kemudian dirubah

menjadi senyawa nitrat (NO3) yang sangat penting dalam proses metabolisme

tanaman. Fungsi nitrogen pada tanaman kedelai diantaranya adalah : 1) untk

pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan

akar, 2) berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali

dalam proses fotosintesis, 3) membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa

organik,4) meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan, dan 5) meningkatkan

perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah. Nitrogen diserap tanaman dalam

bentuk nitrat (NO3) atau ammonim (NH4), dan diantaranya diperoleh tanaman melalui

fiksasi oleh bakteri (Supra, 2013).

Studi untuk mengetahui keragaman akar tanaman kedelai akibat aplikasi sumber

strain bakteri Rhizobium berbeda dan dosis pupuk Urea berbeda masih sangat sedikit.

Oleh sebab itu, penelitian untuk mengetahui keragaman akar tanaman kedelai akibat

tindakan tersebut menjadi sangat penting. Hasil penelitian ini dapat menambah

khazanah keilmuan terutama hubungan antara strain bakteri Rhizobium dan dosis

pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Selain itu, pada tataran
praktis dilapangan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi

petani yang mengembangkan tanaman kedelai yang sangat dibutuhkan di Indonesia.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengetahui pengaruh jenis inokulum bakteri Rhizobium, yaitu Legin dan tanah

yang pernah ditanami kedelai terhadap keragaman akar kedelai.

2) Mengetahui pengaruh dosis pupuk urea terhadap keragaman akar tanaman kedelai.

3) Mengetahui interaksi antara jenis inokulum bakteri Rhizobium dan dosis pupuk

Urea terhadap keragaman akar tanaman kedelai.

1.3 Hipotesis

Adapun hipotesis dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1) Terdapat perbedaan pengaruh jenis inokulum bakteri Rhizobium, yaitu Legin dan

tanah yang pernah ditanami kedelai terhadap keragaman akar kedelai.

2) Terdapat perbedaan pengaruh dosis pupuk urea terhadap keragaman akar tanaman

kedelai.
3) Terdapat interaksi antara jenis inokulum bakteri Rhizobium dan dosis pupuk urea

terhadap keragaman akar tanaman kedelai.

Anda mungkin juga menyukai