Anda di halaman 1dari 29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak jenis kacang-kacangan seperti kacang tanah,

kacang kedelai, kacang hijau, kacang koro yang dapat dimanfaatkan menjadi

olahan pangan. Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan sumber

protein dengan nilai gizi yang tinggi, memiliki kandungan lemak yang umumnya

baik untuk kesehatan, dan mengandung berbagai mineral yang cukup banyak

(Ekafitri dan Isworo, 2014).

Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.) merupakan salah satu komoditas

terpenting dan banyak di butuhkan di Indonesia setelah kacang kedelai. kacang

tanah memiliki peran strategis pangan nasional sebagai sumber protein dan

minyak nabati. Dalam kandungan kacang tanah memilki lemak 40-50 %,

karbohidrat 18 %, protein 27 % dan vitamin. Kacang tanah banyak diolah

sebagai bahan pangan baik konsumsi langsung atau campuran makanan seperti

roti, bumbu dapur, bahan baku industri, dan pakan ternak, sehingga kebutuhan

kacang tanah terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan peningkatan

jumlah penduduk. (Balitkabi, 2008).

Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah menempati urutan keempat

setelah padi, jagung dan kedelai. Dewasa ini pertanaman kacang tanah sudah

tersebar hampir diseluruh pelosok dunia dengan total luas panen sekitar 21 juta

ha dan produktivitas ratarata 1,10 ton/ha polong kering. Di kawasan Asia,

Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas arealnya (650.000

ha) setelah India (9,0 juta ha) dan Cina (2,2 juta ha). Selain itu, Indonesia pun

dikenal sebagai negara ketujuh terbesar penghasil kacang tanah di dunia setelah
2

India, Cina, Nigeria, Senegal, USA, Brasil (Adisarwanto, 2000).

Kacang tanah termasuk komoditas yang multi fungsi dan dapat disebut

sebagai bio industri disebabkan karena kacang tanah selain dapat dikonsumsi

langsung dalam bentuk biji segar, dapat juga digunakan sebagai bahan baku

industri berbagai jenis makanan olahan seperti tepung dan minyak nabati, serta

bungkilnya untuk pakan ternak. Oleh karena itu, perkembangan industri olahan

pangan berbahan baku kacang tanah telah menyebabkan meningkatnya

permintaan terhadap kacang tanah dalam negeri. Meningkatnya penggunaan

kacang tanah merupakan peluang pasar yang besar bagi pengembangan produksi

kacang tanah ( Swastika, 2016).

Perkembangan teknologi dapat memudahkan melakukan pekerjaan-

pekerjaan yang dihadapi sehingga memperoleh efisiensi kerja yang tinggi,

efisiensi waktu, dan biaya yang lebih hemat, adanya penemuan baru dibidang

teknologi adalah salah satu bukti bahwa kebutuhan produktivitas, selalu

bertambah sepanjang waktu disamping untuk kebutuhan manusia, munculnya

penemuan baru dilatar belakangi oleh penggunaan tenaga manusia yang terbatas

yang masih dilakukan secara tradisional. Pengenalan peralatan, operasi dan

berbagai metode

pengolahan akan sangat membantu dalam memilih dan menerapkan

cara-cara pengolahan yang tepat untuk komoditi yang beraneka

ragam (Mangunwidjaja dan sailah, 2005).

Burr mill merupakan alat penggiling yang menggunakan motor listrik

atau motor bakar sebagai penggerak (Ichwan, 2003). Komponen utama alat

giling tipe burrmill ini adalah (1) lubang pemasukan (hopper) tempat masuk
3

bahan yang akan digiling, (2) rumah penggiling, pada rumah penggiling ini

dilengkapi dengan piringan besi mata pisau yang terdiri dari dua bagian, salah

satu piringannya bergerak secara memutar dan yang satu lagi diam atau sebagai

mata pisau mati (Aryadi, 2010). Piringan besi yang diam ini sekaligus berfungsi

sebagai dinding penutup pada saat piringan mata pisau yang satunya memutar.

Ukuran bahan diperkecil dari bentuk semula dengan adanya gaya gesek antara

dua permukaan piringan dan (3) lubang ke luar (output), hasil dari bahan yang

digiling yaitu tepung atau bubuk.

Penggilingan burr mill cocok dengan bahan baku yang berserat rendah

seperti kacang tanah, kacang hijau dan jagung, juga mampu menghasilkan

kualitas tepung yang halus, hasil gilingan yang seragam, serta biaya produksi

yang jauh lebih murah dan waktu penggilingan yang relatif lebih cepat (Suwarto,

2013). Produktivitas burr mill ditentukan oleh kecepatan putaran piringan, dan

jumlah mata pisau.

Hasil penggilingan utamanya dipengaruhi oleh ukuran dari penyaringan,

akan tetapi dalam hal ini putaran pada mata pisau (rpm) rotor penggerrak dan

kapasitas memasukkan bahan juga merupakan faktor lain yang berpengruh

(Henderson, 2006). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh jumlah mata pisau

terhadap hasil dari proses penggilingan kacang tanah menggunakan alat

penggiling kacang tanah tipe burr mill.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jumlah mata pisau

yang terbaik untuk memperoleh hasil gilingan kacang tanah dengan hasil

maksimal pada alat penggiling tepung tipe burr mill.


4

Hipotesis Penelitian

Diduga ada pengaruh berbagai mata pisau terhadap parameter yang

diteliti diantaranya kapasitas efektif alat, rendemen, dan persentase bahan yang

hilang pada alat.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sebagai bahan untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Pertanian Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas

Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai informasi pendukung untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai uji berbagai mata pisau alat penggiling

tepung tipe burr mill pada komoditas kacang tanah.

3. Bagi masyarakat yaitu, dapat memanfaatkan hasil penggilingan berupa

tepung kacang tanah untuk dapat diolah dalam berbagai macam olahan

makanan.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Tanah

Kebutuhan kacang tanah di Indonesia dari tahun ke tahun terus

meningkat seiring dangan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan

dan gizi masyarakat, serta kapasitas industri pakan dan makanan yang terus

meningkat di Indonesia. Belum tercukupinya produksi kacang tanah dalam

negeri yang membuat Indonesia masih memerlukan subsitusi impor dari luar

negeri. Karena itu, pemerintah harus membuat inovasi terbaru atau terus

berupaya memberikan kemajuan dalam budidaya kacang tanah sehingga

Indonesia tidak memerlukan subsitusi impor dari luar negeri lagi. Kacang tanah

juga memiliki beberapa gizi yang terkandung diantara lainnya memiliki

kandungan protein 25-30 %, lemak 40- 50 %, karbohidrat 12 % serta vitamin B1,

hal ini yang membuat kacang tanah dalam hal pemenuhan gizi berada setelah

tanaman kedelai (Cibro, 2008).

Di Indonesia, saat ini Kacang tanah (Arachis hypogaea) sudah menjadi

komoditas penting dan strategis (Taufiq dan Kristono,2015). Namun

produktivitas kacang tanah di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 1,3ton/ha.

Tingkat produktivitas hasil ini baru setengah dari potensi hasil dari Amerika

Serikat, China, dan Argentina yang mencapai hingga 2,0 ton/ha (Kristina,

2016). Menurut (Mulyani, 2006) bahwa semakin menurunnya kesuburan tanah

merupakan penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah. Beberapa hasil

penelitian menunjukan bahwa penurunan kesuburan tanah dapat dipulihkan

dengan aplikasi bahan organi (Sudiarso,2007).


6

Botani Kacang Tanah

Menurut (Steenis,2005) klasifikasi tanaman kacang tanah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogeae L.

Gambar 1 Kacang tanah (Sumber : https://www.orami.co.id/magazine/manfaat-


kacang-tanah)

Morfologi Kacang Tanah

Akar

Sistem perakaran kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar

primernya tidak tumbuh secara dominan. Akar tunggang biasanya dapat masuk

kedalam tanah dengan kedalamman 50-55 cm, sedangkan akar serabutnya

terletak pada bagian akar tunggang yang disebut sebagai akar sekunder. Akar

kacang tanah dapat tumbuh sedalam 40 cm. Pada akar tumbuh bintil akar

(Helmi, 2009).
7

Batang

Batang tanaman kacang tanah berbentuk bulat, terdapat bulu dan

komposisi ruas pendek. Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan 5

sejumlah cabang lateral dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20

cm, cabang lateral dekat dengan tanah dan menyebar (Mardiyati, 2007).

Daun

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap terdiri atas 4 anak daun,

dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun bertugas mendapatkan

cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Masa akhir pertumbuhan, daun mulai

gugur dari bagian bawah tanaman (Yuliana, 2013).

Bunga

Bunga kacang tanah berwarna kuning orange mucul pada setiap ketiak

daun, tanaman kacang tanah biasa mulai berbunga kira-kira 4-6 setelah tanam

tergantung pada varietas benih, mempunyai tangkai panjang yang berwarna putih.

Mahkota bunga berwarna kuning, pangkal bunga bergaris-garis merah atau merah

tua (Winarso, 2009).

Polong

Buah kacang tanah disebut polong setelah terjadinya pembuahan atau

bakal buah dan disebut juga dengan ginofora. Polong kacang tanah sangat

bervariasi ukurannya antara 1cm x 0,5 cm dan 6cm x 1,5 cm. Setiap polong

kacang tanah dapat berisi antara 1–5 biji (Pranata, 2010).

Biji

Biji kacang tanah memiliki bentuk bulat agak lonjong dan gemuk. Biji

memiliki ukuran bervariasi, ada yang kecil (20 gr/ 100 biji), sedang (50 gr/ 100
8

biji), dan besar (70 gr/ 100 biji). Demikian pula warna kulit biji bermacam-

macam, ada yang berwarna merah (merah tua, merah muda), ungu, dan putih

tergantung dari varietasnya. Misalnya, varietas gajah bijinya berwarna merah

tua, varietas rusa bijinya berwarna ungu, dan sebagainya. Warna yang melapisi

biji kacang tanah itu bukan warna biji yang sebenarnya melainkan warna dari

kulit arinya. Sedangkan warna biji sebenarnya adalah putih (Cahyono, 2007).

Karakteristik Kacang Tanah

Kacang tanah kaya kandungan lemak, protein yang tinggi, zat besi,

vitamin E, vitamin B kompleks, fosfor, vitamin A, vitamin K, lesitin, kolin, dan

kalsium (Rahmiana & Ginting 2012). Kandungan protein biji kacang tanah

merupakan parameter yang menentukan kualitas nutrisi biji dan berkorelasi

negatif dengan kandungan minyak biji dan persentase. (Santosa 2010).

Budidaya Kacang Tanah

Kacang tanah mempunyai dua tipe pertumbuhan yang berbeda yaitu tipe

tegak dan menjalar. Tipe tegak lebih disenangi oleh petani karena berumur

genjah yaitu 100-120 hari dan saat panen lebih mudah. Sedangkan tipe menjalar

berumur panjang yaitu 5-6 bulan dan ginofornya menyebar menurut arah

menyebarnya cabang tanaman (Somaatmaja, 2000).

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Helaian daun terdiri dari

empat anak daun dengan tangkai daun agak memanjang (Adisarwanto, 2000).

Bunga berbentuk kupu-kupu berwarna kekuningan dan bertangkai panjang yang

tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya 3-6 minggu setelah tanam.

Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari dan

hanya 70%-75% yang membentuk bakal buah polong (ginofor). Berat biji
9

kacang tanah antara 25-40 gram per 100 biji untuk ukuran kecil sedangkan biji

ukuran besar lebih kurang 50 gram per 100 biji (Rukmana, 2007).

Hingga saat ini melalui teknologi budidaya yang dilakukan petani,

potensi hasil dari kacang tanah jarang dapat tercapai. Padahal dengan budidaya

yang tepat produktivitas kacang tanah akan mampu tercapai potensi optimalnya,

bahkan beberapa varietas dapat mencapai 4 ton/Ha (Hidayat, 2004).

Pemilihan Bibit

Pemilihan Varietas Unggul

Kebutuhan rata – rata kacang tanah di Indonesia setiap tahunnya mencapai

± 816 ribu ton, sedangkan produksi dalam negeri sebesar 638.896 ton

(Kementrian Pertanian, 2016). Produksi dalam negeri yang rendah disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain yaitu penggunaan varietas lokal yang bukan

varietas unggul dan penggunaan benih bermutu tetapi pemeliharaan tanamannya

kurang tepat dalam produksi kacang tanah (Paturohman dan Sumarno, 2014).

Berdasarkan hal tersebut maka penting dilakukan upaya peningkatan produksi

agar dapat memenuhi kebutuhan kacang tanah di Indonesia.

Gunakanlah hanya varietas unggul karena produktivitasnya yang tinggi

serta beberapa keunggulan yang dimiliki. Saat ini telah tersedia varietas unggul

baru kacang tanah yang sesuai untuk lahan sawah, antara lain varietas Hypoma1,

Hypoma2, untuk lahan masam antara lain varietas Talam. Kebutuhan benih per

hektar 120 kg polong kering atau 75 kg biji. Perbedaan tingkat produktivitas

kacang tanah sebenarnya bukan semata-mata hanya disebabkan oleh perbedaan

teknologi produksi yang sudah diterapkan petani, tetapi karena adanya pengaruh

faktor-faktor lain yaitu sifat atau karakter agroklimat, intensitas jenis hama dan
10

penyakit, varietas yang ditanam, umur panen serta usaha taninya (Suwardjono,

2003).

Penyiapan benih sumber

Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar

dapat menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan.

Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih ditanam, yang

mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama produsen,

varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu benih (daya

kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik). (Balitkabi, 2013).

Penyiapan Lahan

Tanah yang ingin dijadikan tempat tanam kacang tanah dibajak dua kali

saling-silang hingga gembur, dibersihkan dari gulma kemudian diratakan,

selanjutnya dibuat bedengan selebar 3-4 m. Di antara bedengan dibuat saluran

dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm yang akan berfungsi sebagai

saluran drainase untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi

pada saat diperlukan air (Balitkabi, 2013)

Penanaman

Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan

tanah, musim dan varietas yang ditanam. Benih dapat ditanam pada jarak tanam

yang lebih rapat apabila daya tumbuh benih agak rendah, pada tanah yang

tandus, varietas yang batangnya tidak panjang dan penanaman pada musim

kemarau, sedangkan benih dapat ditanam pada jarak tanam yang lebih renggang

apabila ditanam pada tanah yang subur dan varietas yang banyak

bercabang (Murinnie, 2007).


11

Menurut (Suprapto, 2004), pada tanah yang subur, benih kacang tanah

ditanam dalam larikan dengan jarak tanam (40 x 15) cm atau (30 x 20) cm. Pada

tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat (40 x 10) cm atau (20 x

20) cm. Lubang tanamnya dibuat sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Ke dalam

setiap lubang tanam dimasukkan satu biji kacang tanah lalu ditutup dengan tanah

halus.

Rata-rata hasil per hektar di tingkat nasional sekitar 1,29 t/ha (BPS,

2012), walaupun hasil dari petak penelitian mampu mencapai 2,5−3 t/ha.

Beberapa petani di Blitar dan Tuban (Jawa Timur) telah mencapai hasil 2,0−2,5

t/ha. Rendahnya produktivitas kacang tanah disebabkan adanya keragaman cara

pengelolaan tanaman, termasuk perbedaan waktu tanam, cara tanam, penyiangan

gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Di samping itu, pada saat

ini budidaya kacang tanah yang baku belum tersedia untuk setiap sentra

produksi. Teknologi budidaya merupakan gabungan dari beberapa komponen

teknologi sehingga hasil yang tinggi dapat diperoleh ketika masing-masing

komponen teknologi diterapkan secara tepat. Apabila salah satu komponen tidak

dilaksanakan secara tepat, maka produktivitas yang optimal tidak dapat dicapai.

Pemeliharaan

Pemangkasan dapat meningkatkan hasil polong pada tanaman kacang

tanah, jika pemangkasan dilakukan beberapa hari setelah terjadinya pembungaan

pada umur 4-5 minggu yang mengakibatkan hasil fotosintat yang biasanya

sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dapat ditransfer dan

dimanfaatkan untuk pengisian polong (Yuda, 2007).


12

Pemanenan

Penentuan waktu panen kacang tanah di Indonesia masih menggunakan

satuan waktu (hari) yang ada pada deskripsi varietas (Marzuki, 2009), sehingga

akan dapat terjadi perbedaan kematangan polong pada waktu yang sama jika

tanaman ditanam pada lokasi dengan ketinggian yang berbeda. Perbedaan

tersebut terjadi karena perbedaan suhu harian yang diterima di tiap lokasi

tertentu. Selain itu, kebanyakan petani di Indonesia menggunakan indikator

penyakit bercak daun sebagai indikator waktu panen kacang tanah. Namun saat

ini, varietas kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun telah dikembangkan

(Yudiwanti et al., 2008), sehingga penentuan waktu panen tidak dapat lagi

menggunakan indikator tersebut. Penentuan waktu panen juga dapat dilakukan

dengan metode satuan panas. Metode satuan panas adalah metode kuantitatif

mengenai hubungan antara suhu dan tanaman. Penggunaan metode ini didasari

pemikiran bahwa suhu dipandang sebagai suatu faktor yang mewakili

tersedianya energi guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Metode ini

populer dengan istilah degree-days, heat unit, dan growing degree-days.

Berikut proses pengolahan kacang tanah setelah pemanenan:

- Perontokan

Menurut (Balitkabi, 21013) Perontokan dilakukan segera setelah dicabut

secara manual, digeblok, kemudian dijemur dengan cahaya matahari dengan

beralaskan tikar atau terpal. Untuk menjaga agar benih tidak rusak maka

penjemuran dilakukan hanya mencapai jam 13.00, tidak dibenarkan menjemur

sepanjang hari, pagi hingga matahari tenggelam. Penjemuran tersebut dilakukan

berulang hingga mencapai kadar air 12-14 %. Secara umum perontokan benih
13

perlu dilakukan secara hatihati untuk menghindarkan banyaknya polong rusak,

sebab hal ini akan mempercepat laju penurunan daya tumbuh maupun vigor

benih dalam penyimpanan.

- Pembersihan dan sortasi

Polong yang sudah kering perlu dibersihkan dari campuran bahan lain,

hal ini dapat dilakukan selama proses penjemuran. Jika tersedia blower sebelum

disimpan mungkin ada baiknya dilakukan untuk menghilangkan debu atau tanah

yang mungkin masih tercampur. Sortasi perlu dilakukan terhadap polong yang

sudah terjemur kering yakni dengan memisahkan polong hampa, keriput atau

mungkin polong varietas lain (Balitkabi, 2013).

- Pengeringan

Proses pengeringan yang murah dan mudah adalah dengan cahaya

matahari. Untuk kacang tanah lama pengeringan bervariasi tergantung

karakteristik polong, pada umumnya yang tergolong tipe valencia perlu

waktu. lebih lama dibanding yang tergolong tipa spanish. Biji yang sudah kering

ditandai dengan kulit biji yang mudah terkelupas, kadar air biji pada kondisi

demikian kira-kira 11-12 %. Pengeringan untuk mencapai kadar air biji tersebut

tidak dapat dilakukan sekali atau dua kali jemur sepanjang hari dibawah

matahari terik. Penjemuran diakhiri kira-kira jam 12.00-13.00 untuk

menghindarkan kerusakan sistem enzimatis dalam benih (Balitkabi, 2013).

Untuk menghindarkan benih terbakar sebelah maka pembalikan selama

penjemuran diperlukan. Jangan menumpuk benih dalam karung atau wadah

tertutup apabila benih masih dalam kondisi panas. Untuk itu sebelum di

masukkan ke empat tertutup perlu menunggu hingga benih cukup dingin.


14

- Pengemasan

Benih dikemas menggunakan bahan pengemas kedap udara untuk

menghambat masuknya uap air dari luar kemasan ke dalam benih. Kantong

plastik benih yang bening atau buram (kapasitas 10- 12 kg) dengan ketebalan

0.08 mm cukup digunakan sebagai pelapis dalam karung penyimpanan,

diharapkan pada kondisi demikian benih dapat bertahan selama 8 bulan pada

ruang simpan tanpa perangkat pendingin (AC). Penggunaan blek (kaleng)

bertutup rapat dengan kapasitas 5 kg dapat digunakan sebagai penyimpanan

benih kacang tanah dalam jumlah kecil (Balitkabi, 2013).

- Penyimpanan

Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau

pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan

lantai/tanah (Balitkabi, 2013). Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari

serangan tikus ataupun hewan pengganggu lain yang mungkin dapat merusak

kantong (kemasan) maupun benih. Usahakan menyimpan benih pada ruangan

tersendiri (jangan menyimpan benih dalam ruangan bersama pupuk ataupun

bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab).

Mesin Penggiling

Terdapat tiga metode dalam proses pengecilan ukuran butiran hasil

pertanian, yaitu pemotongan, penggilingan atau penggrusan, dan pengguntingan.

Ketiga metode tersebut dapat dilakukan sendiri-sendiri maupun dikombinasikan

antara satu dan lainnya. Pengecilan ukuran bahan merupakan proses yang

dilakukan untuk memperpanjang masa simpan butiran hasil pertanian. Menurut

(Andriyani, 2008). proses penggilingan merupakan proses butiran–butiran yang


15

masih kasar akan digiling dengan cara dihancurkan oleh mesin pemukul. Proses

pengilingan dilakukan untuk mencapai fraksi tertentu biasanya proses ini

dilakukan lebih dari satu kali (Sutanto, 2006). Proses penggilingan kacang-

kacangan dan biji-bijian menjadi tepung dapat dilakukan menggunakan alat dan

mesin seperti Hammer mill, Roller mill, Road mill, Pin mill atau Burr mill.

Jenis-Jenis Mesin Penggiling

Jenis-jenis mesin penepung yang beredar, dikategorikan berdasarkan

bentuk serta proses kerjanya :

Roll Mill

Rolling adalah suatu proses deformasi dimana ketebalan dari benda kerja

direduksi menggunakan daya tekan dan menggunakan dua buah roll atau

lebih. Roll brputar untuk menarik dan menekan benda kerja yang berada

diantaranya (Posner and Hibbs, 2005). Pada prosess pengerolan, benda dikenai

tegangan kompresi yang tinggi yang berasal darai gerakan jepit roll dan tegangan

geser- gesek permukaan sebagai akibat gesekan antara roll. Roller mill adalah

mesin 8 penggiling yang sering digunakan dipabrik tepung komersial karena

kemudahan dalam operasi.

Hammer Mill

Hammer mill adalah alat penepung yang tujuannya adalah untuk merusak

atau menghancurkan bahan baku menjadi potongan-potongan kecil dengan

menggunakan pukulan hammer secara berulang. Bahan dikecilkan ukurannya

dengan pukulan antara palu (hammer) dan dinding, dan mendorong bahan

melalui plat berlubang hingga terbangkitkan panas. Hal ini menyebabkan produk

terpanaskan dan kehilangan kandungan airnya. Dibutuhkan tenaga sebesar satu


16

kilowatt (Kw) untuk menggiling satu kilogram bahan permenit pada

penggilingan sedang (Sutanto, 2006). Sebuah hammer mill pada dasarnya berupa

drum baja yang didalamnya terdapat poros. Pada poros tersebut dipasang 9

hammer (palu), dan poros tersebut berputar secara vertikal atau horizontal

didalam drum. Palu bebas untuk mengayun dan menumbuk bahan baku. Rotor

berputar pada kecepatan tinggi di dalam drum sementara bahan dimasukkan ke

hopper pakan. Bahan yang selesai dihancurkan akan dikeluarkan melalui corong

pengeluaran sesuai dengan ukuran yang dipilih.

Disk Mill

Teknologi disc mill merupakan gabungan antara hammer mill dan roller

mill yang menerapkan pukulan dan penekanan pada bahan hingga mereduksi

bahan menjadi ukuran yang lebih kecil. Bahan makanan yang dapat

diaplikasikan atau diolah menggunakan mesin ini yaitu seperti beras, kopi,

kedelai, merica, jagung, tongkol jagung, bumbu-bumbu kering dan masih banyak

lagi bahan lainnya (Rohman, 2016).. Supaya bisa menghasilkan tepung

berkualitas bagus, maka sebaiknya semua bahan yang akan dibuat tepung harus

melewati tahapan pengeringan terlebih dahulu.

Burr Mill

Mesin burr mill merupakan salah satu alat pengecil ukuran bahan yang

mempunyai dua buah piringan (terbuat dari baja), yang satu berputar (rotor) dan

yang lainnya diam (stator). Mekanisme penghalusan terjadi dengan adanya gaya

gesekan antara permukaan bahan yang digiling dengan permukaan piringan dan

sesama bahan (Smith and Wilkes 2001). Sistem penggilingannya dengan proses

gesekan dari dua pelat yang bergerigi yang berfungsi sebagai mata pisau, pelat
17

ini berbentuk bidang vertikal. Pelat pisau penggiling ini berputar melemparkan

dan menghancurkan butiran-butiran bahan yang akan di haluskan melalui celah-

celah mata pisau ke dinding pembentur. Keluarnya butiran-butiran gilingan pada

sudut- sudut pisau penggiling, akibat adanya putaran yang cepat sehingga

menimbulkan gaya sentrifugal.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat menentukan nilai fasilitas yang ada memenuhi atau

tidaknya permintaan terhadap kinerja alat dalam mengelola bahan. Menurut

(Daywin dkk.,2008), kapasitas efektif suatu alat dapat didefenisikan sebagai

kemampuan alat dan mesin dalam mengolah suatu produk (contoh: ha, kg, lt)

persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas efektif alat dapat dikonversikan

menjadi satuan produk per kW per jam bila alat atau mesin tersebut

menggunakan daya penggerak motor. Satuannya adalah Ha.jam/kW,

Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut :

berat kacang tanah ( kg )


Kapasitas Efektif Alat = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(1)
Waktu Penggilingan ( jam )

Rendemen

Rendemen merupakan persentase dari bahan hasil setelah diolah dengan

bahan yang belum diolah atau bahan baku yang diolah per satuan berat bahan.

Perhitungan rendemen sangat diperlukan karena untuk mengetahui banyaknya

jumlah kebutuhan bahan baku dalam suatu proses industri yang menggunakan

alat atau menggunakan mesin untuk menghasilkan jumlah produk yang

diinginkan. Rendemen dapat dihitung dengan rumus berat hasil yang olahan

dengan berat bahan baku sebelum dioalah. (Lubis, 2008).


18

berat kacang yang telah digiling


Rendemen= x 100 % ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯( 2)
berat kacang sebelum digiling

Persentase Bahan Yang Hilang

Persentase bahan yang hilang di alat adalah banyaknya jumlah bahan

yang tidak dapat keluar dari alat secara otomatis setelah saluran pengeluaran

bahan dibuka dan setelah proses pengolahan selesai dilakukan. Bahan yang tidak

dapat keluar dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga operator untuk

mengeluarkannya secara manual. Hal ini menyebabkan efisiensi pengolahan dan

biaya produksi meningkat untuk upah operator (Nugraha dkk, 2012).

Menurut (Yusuf, 2015) persentase bahan yang hilang dapat diperoleh

dengan perbandingan antara berat bahan yang hilang dengan berat bahan awal

dan kemudian dikali 100%. proses penggilingan bahan terjadi karena adanya

gesekan antara alat dengan bahan dan gesekan antara bahan dengan bahan yang

akan menyebabkan bahan mudah dihancurkan. Semakin tinggi jumlah putaran

piringan maka kapasitas kerja alat akan meningkat. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian dengan beberapa faktor perlakuan yang mempengaruhi

seperti jumlah mata pisau dan jumlah putaran piringan terhadap kinerja

penggiling tipe burr mill pada penggilingan kacang tanah.

Berat bahan yang hilang( Kg)


Persentase bahan hilang= x 100 % ⋯ ⋯ ⋯(3)
Berat total bahan(Kg )

Analisis Statistika

Menurut (Sekaran,2006) ada analisis yang saling berhubungan yaitu

ANOVAdan DMRT. Analisis varians (Analysis of Variance) atau ANOVA

adalah suatu metode analisis statistika yang termasuk kedalam cabang statistika

inferensi.
19

Uji dalam ANOVA menggunakan uji F karena dipakai untuk pengujian

lebih dari 2 sampel. ANOVA dapat digolongkan dalam 3 kriteria yaitu

1. ANOVA 1 arah (one way ANOVA) digunakan apabila yang dianalisis

terdiri dari 1 variabel.

2. ANOVA 2 arah (two way ANOVA) digunakan bila sumber

keragaman yang terjadi tidak hanya karena 1 faktor (perlakuan).

3. ANOVA banyak arah (MANOVA) merupakan ANOVA yang didasarkan

pada pengamatan banyak kriteria.

Uji jarak ganda Duncan atau uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)

digunakan untuk mengetahui jenis terbaik berdasarkan rankingnya. Uji ini

dilakukan karena adanya perbedaan sangat nyata pada hasil analisis varians. Uji

ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan dari pemberian perlakuan

yang dilakukan uji F. Uji DMRT juga digunakan untuk melihat adanya pengaruh

antara perlakuan yang diuji DMRT.


20

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksakan pada bulan November 2021 sampai dengan

selesai di Laboratorium Bengkel Fakultas Pertanian, Program Studi Teknik

Pertanian dan Biosistem, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang tanah

digunakan sebagai bahan yang akan di giling.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penggiling

kacang tanah, mata pisau dengan jumlah 3, 4 dan 5 mata pisau, stopwatch,

timbangan, kunci pas, kalkulator, Plastik penampung, alat tulis dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan

acak lengkap (RAL) non faktorial dengan perbandingan mata pisau pada

penggiling kacang tanah. Dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan. Faktor

mata pisau pada alat penggiling kacang tanah yaitu:


21

P1 = 3 Mata Pisau

P2 = 4 Mata Pisau

P3 = 5 Mata Pisau

Treatment Combination (Tc) atau berbagai hubungan perlakukan yaitu adalah 3 x

3 = 9. Pada masing masing terdiri dari 3 ulangan dengan penentuan banyak

ulangan minimal (n) antara lain:

Tc (n-1) ≥ 15

9 (n-1) ≥ 15

9n ≥ 15 + 9

9n ≥ 24

n ≥ 2,6

Model Rancangan Penelitian

Adapun model rancangan perlakuan yang digunakan sebagai berikut:

Yij=µ+τi+εij........................................................................................................

(10)

Dimana : i = 1, 2, … , t

j = 1, 2, … , ri

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan dalam ulangan ke-j

μ = Rataan umum

τi = Perlakuan ke-i

εij = Komponen galat


22

Model rancangan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)

DMRT

α =R ( p , v , α )
√ KTG
R
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯(11)

Dimana :

R = Nilai jarak KT

G = Nilai analisis sidik ragam pada kuadran tengah galat

α = Taraf nilai acuan (0,05 atau 0,01)

r = Ulangan

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam pengujian alat penggiling kacang tanah adalah:

1. Menimbang kacang tanah yang akan digunakan.

2. Mengatur mata pisau yang akan digunakan.

3. Menghidupkan alat penggiling kacang tanah.

4. Menghitung waktu berapa lama hingga kacang tanah tergiling.

5. Menampung kacang tanah yang tergiling.

6. Mematikan alat penggiling kacang tanah.

7. Menghitung parameter yang diamati.

8. Dilakukan langkah 1-7 sebanyak 3 kali dengan 3 jenis mata pisau yang

berbeda yaitu 3 mata pisau 4 mata pisau dan 5 mata pisau.

Parameter Penelitian

1. Kapasitas Efektif Alat (Kg/Jam)

Pada parameter ini dilakukan dengan perhitungan total keseluruhan kacang

tanah yang dapat diperoleh dengan satuan kilogram di setiap satuan waktu yang
23

diperlukan saat tahapan pemotongam dengan satuan jam. Kapasitas efektif alat

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).

2. Rendemen

Pada parameter ini dilakukan dengan menghitung berat kacang tanah yang

sudah digiling (kg) dibagi dengan berat kacang tanah sebelum digiling (kg) dapat

dihitung dengan menggunakan Persamaan (2).

3. Persentase Bahan Yang Hilang (%)

Pada para meter inin dilakukan dengan mengitung berat bahan yang hilang

di bagi dengan berat total bahan dikali 100%. Persentase bahan yang tertinggal di

alat dihitung dengan rumus Persamaan (3).


24

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah


dan Lahan Kering. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Andriyani, S. 2008. Pengujian Teknik Penepung Biji Juwawut Menggunakan Pin


Mill dan Disk Mill. Fakultas Teknologi Pertanian. Instituti Pertanian
Bogor. Bogor.

Aryadi, D. 2010. Kapasitas Kerja dan Kehalusan Tepung Beras dan Ketan dengan
Menggunakan Batu Giling pada Grinding Machine. Fakultas Pertanian.
Universitas Sriwijaya. Palembang.

Balitkabi. 2008. Deskripsi Variates Unggul Kacang-kacangan da Umbi-umbian.


Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Balitkabi. 2013. Deskripsi varietas unggul kacang- kacangan dan umbi-umbian


Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi-umbian, Malang.

BPS. 2012. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Cahyono B. 2007.
Kacang tanah. Rineka Cipta, Semarang.

Cibro, M.A. 2008. Respon Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea
L.) Terhadap Pemakaian Mikoriza Pada Berbagai Cara Pengolahan
Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan
25

Darmaputra, O.S, I. Retnowati, A.S.R. Putri dan S. Ambarwati. 2003. Aspergillus


flavus and Aflatoksin in Peanuts at Various Stages of The Delivery
Chain in Pati Regence, Central Java. Report for ACIAR Project.PHT
97/017.38 pp.

Daywin FJ, Sitompul RG, dan Hidayat I. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian
Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ekafitri,R.,dan Isworo, R. 2014. Pemanfaatan Kacang-Kacangan sebagai Bahan


Baku Sumber Protein untuk Pangan Darurat. Jurnal Pangan 23 (2) Juni
2014.

Helmi, 2009. Perubahan beberapa sifat fisika regosol dan hasil kacang tanah
akibat pemberian bahan organik dan pupuk fosfat. Jurnal Sains. 1(1).

Henderson,S.M, 2006, Agricultural Proces Engineering Book, Hal 118-142. AVI


Publishing: Westport, USA

Hidayat. 2004. Analisis Pengembangan Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di


Jawa Barat dari Data Landsat Dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Ciltra Digital, 1(1): 46-50.

Ichwan, W. M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Kasno, A. 2007. Strategi Pengembangagn Kacang Tanah di Indonesia.


Peningkatan Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian Mendukung
Kemandirian Pangan. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Kristina N. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk NT45 dan Pupuk Fosfat Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Andalas. Sumatera Barat.

Lubis, H. S. A. 2008. Uji RPM Alat Pengaduk untuk Pembuatan Dodol.

Mangunwidjaja,D., dan Sailah,I, 2005. Pengantar teknologi Pertanian. Penebar


Swadya, Jakarta.
26

Mardiyati, T. 2007. Respon Morfofisiologis Beberapa Varietas Kacang Tanah


(Arachis Hypogea L.) terhadap Cekaman Kekeringan. Skripsi. 30
Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Marzuki, A. R. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, jakarta

Mulyani A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam untuk Pengembangan Pertanian.


Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16 -17.

Murinnie, E.D. 2007. Analisis Pertumbuhan Kacang Tanah dan Pergeseran


Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam Yang
Berbeda. Laporan Penelitian. Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus.

Nugraha, B., Bintaro, N., & Nugroho, J. 2012. Pengaruh Laju Udara dan Suhu
Selama Pengeringan Kelapa Parut Kering Secara Pneumatic. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Paturohman, E dan Sumarno. 2014. Peningkatan Produktivitas Kacang Tanah


Melalui Penerapan Komponen Teknologi Kunci. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Posner, E. S., & A. N. Hibbs. 2005. Wheat flour. minnesota: AACC International.

Pranata, A. S., 2010, Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik, PT. Agro
Media Pustaka, Jakarta.

Rahmiana, A.A. & Ginting, E. (2012) Kacang tanah lemak rendah. Mingguan
Sinar Tani, 3449.

Rohman, F. 2016. Karateristik Mesin penepung Disc Tipe FFC 23. Universitas
Diponegoro, Semarang.

Santosa, B.A.S. 2010 Inovasi teknologi defatting: Peluang peningkatan


diversifikasi produk kacang tanah dalam industri pertanian.
Pengembangan Inovasi Pertanian.

Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Salemba Empat, Jakarta.


27

Smith, H. P. Dan L. H. Wilkes 2000. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM:
Yogyakarata.

Somaatmadja. 2000. Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Steenis, Van


C.G.G.J. 2005. Flora. Bandung : PT. Pradnya Paramita.

Sudiarso. 2007. Pupuk Organik dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan.


Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.Cetakan Pertama.

Suprapto. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutanto. (2006). Uji Performansi Mesin Penyosoh dan Penepung Biji Buru
Hotong (Setari italica (L) Beauv). Skripsi. Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suwardjono,2003.PengaruhBeberapa Jenis Pupuk Kandang Terhada Pertumbuhan


dan Produksi Kacang Tanah.Jurnal Matematika, Sains dan Tehnologi.

Suwarto. 2013. Beras produksi 2 ton/ha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Swatika, D.K.S., 2016. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Monograf
Balitkabi No.13.

Taufiq A. dan Kristono, A. 2015. Keharaan Tanaman Kacang Tanah. Balai


Penelitian Tanaman Aneka Kacang danUmbi. Monograf Balitkabi
No. 13. Hal. 170 –193. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Winarso, S. 2009. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogtakarta.

Yuda. 2007. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Universitas Andalas. Padang.

Yudiwanti, Sudarsono, Purnamawati H, Yusnita, Hapsoro D, Hemon AF, dan


Soenarsih S. 2008. Perkembangan Pemuliaan Kacang Tanah di Institut
Pertanian Bogor, Bogor

Yuliana, I. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea
L.).Skripsi. Program Studi AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat.
28

Yusuf, M., 2015. Uji Berbagai Diameter Puli pada Alat Pembuat Sari Kedelai.
Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian (5) 1.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart pengujian alat

Mulai

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang Kacang tanah

Memasukkan kacang tanah ke


dalam hopper / corong

Menghitung waktu penggilingan

Menampung hasil penggilingan

Melakukan pengamatan parameter

Selesai
29

 Kapasitas Efektif Alat


 Rendemen
 Persentase Bahan yang
Hilang

Anda mungkin juga menyukai