Anda di halaman 1dari 10

ACARA III

PENGELOMPOKAN KOMODITAS HASIL PERTANIAN


BERDASARKAN FUNGSINYA

A. Tujuan Praktikum :
Tujuan Praktikum acara III ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan
menganalisis pengelompokkan komoditas pertanian beradasrkan fungsinya
menjadi bahan pangan dan non pangan.

B. Tinjauan Pustaka
Hasil Pertanian adalah suatu produk yang dihasilkan dari suatu usaha
dalam mengolah alam dalam bentuk pangan dan ternak. Teknologi hasil
pertanian sendiri berarti memnafaatkan teknologi untuk mempermudah dan
meningkatkan kualitas serta kuantitas pengolahan hasil pertanian. Fungsi
pengolahan harus pula dipahami sebagai kegiatan strategis yang menambah
nilai dalam mata rantai produksi dan menciptakan keunggulan kompetitif
(Purwanto, 2009).
Hasil pertanian secara umum dibagi menjadi dua yaitu, bahan pangan
dan non pangan. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia
tumbuh dan mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak. Manusia
memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan kehidupannya,
misalnya untuk membangun sel-sel tubuh dan menjaga agar tubuh sehat dan
mengonsumsi sebagaimana mestinya. Bahan pangan dikelompokkan secara
garis besar menjadi empat bidang besar yaitu bahan pangan sumber energi,
bahan pangan sumber protein, bahan pangan sumber vitamin dan mineral,
serta bahan pangan sumber air (Purwanto, 2009). Sedangkan, bahan non
pangan yaitu sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan (Alpharesy dkk.,
2012).
Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, diperlukan
untuk mencapai ketahanan pangan. Faktor lain yang merupakan fator penting
dalam mencapai ketahanan pangan adalah tersedianya dan terdistribusinya
pangan yang terjangkau dari sisi harga dan aman dikonsumsi masyarakat
untuk mencukupi kebutuhan energi dari kebutuhan dalam aktivitas sehari-hari
(Prabowo, 2010).
Indonesia sebenarnya memiliki potensi ketersediaan
anekaragam pangan yang sangat besar. Sehingga pengembangan sumber
pangan lokal harus didasarkan pada sumber karbohidrat seperti, ubi jalar,
padi, jagung, dan ubikayu yang mem-punyai potensi produktivitas yang
tinggi. Pangan mempunyai potensi diversifkasi produk yang cukup beragam
hasil olahannya dan memiliki kandungan zat gizi yang beragam. Pangan
memiliki potensi permintaan pasar baik lokal, regional, maupun ekspor yang
terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh terhadap
kebutuhan pangan, sesuai dengan pe-tambahan jumah penduduk, per kapita
dan nilai ekonomi di masyarakt yang meningkat (Rusdiana dan Maesya,
2017)
Kebutuhan pangan di Indonesia hampir dapat dipenuhi semua dari
potensi domestik, kecuali untuk komoditas pangan asal daging impor dan
kedelai yang masih mengalami defsit. Kecukupan pangan yang berasal dari
hasil pertanian dan peternakan seba-gai tolak ukur perkembangan perekono-
mian di Indnesia, sehingga sangat penting untuk membangunnya, karena
pangan se-bagai i salah satu bagian pembangnunan bangsa Indonesia.
Komoditas seperti ke-delai, jagung dan daging menurut FAO and IPAD
(2004), bahwa krisis pangan terjadi karena komoditas pangan tidak terkelola
dengan baik, setiap negara diharapkan da-pat mengupayakan penyelamatan
sendiri, negara yang dikenal pengekspor hasil pertanian seperti beras dari
Thailand dan Vietnam, ternak sapi dari Australia mulai mengamankan
terlebih dahulu kebutuhan dalam negeri. Menurut Adawiyah dan Rusdiana
(2012), bahwa akhir-akhir ini isu ket-ahanan pangan kembali menyeruak
ketika dilanda bencana alam yang berkepanjan-gan seperti musim kemarau
krisis air dan musim hujan banjir, sehingga akan terjadi kerawanan pangan
tetapi kehawatiran tersbeut cukup aman dan terkendali (Rusdiana dan
Maesya, 2017).
Jagung sebagai komoditas tanaman pangan di Indonesia dalam data
statistika (Badan Pusat Statistika) ditempatkan kedua setelah padi, sehingga
dikesankan atau ditafsirkan bahwa jagung bukan tanaman utama. Jagung
mempunyai daya manfaat yang demikian banyak untuk kehidupan, sebagai
bahan baku industri makanan, pakan ternak, industri kimia, dan industri
farmasi. Kandungan gizi dalam jagung seperti kalori sebesar 361 kal, protein
8,7 gram, lemak 4,5 gram, karbohidrat 72,4 gram, kalsium 9 mg, fosfor 380
mg dan zat besi 4,6 mg. Nilai gizi biji jangung mengalami penurunan setelah
diolah menjadi bahan stengah jadi (produk primer) (Gardjito dkk, 2013).
Di Indonesia, jagung merupakan komoditas tanaman pangan penting
kedua setelah padi. Jagung selain digunakan sebagai bahan pangan, juga
digunakan sebagai bahan pakan ternak (Pratama, dkk.,2015 ). Tanaman
jagung hingga kini dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk
penyajian, seperti : tepung jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan
serta sebagai pakan ternak dan lain-lainnya. Khusus jagung manis (sweet
corn), sangat disukai dalam bentuk jagung rebus atau bakar (Pratama, dkk.,
2015).

C. Metodologi
Cara Kerja:
1. Mahasiswa memilih satu bahan baku dari tabel acara II
2. Mahasiswa membuat pohon industri beradasarkan literatur
Gambar 3.1 Pohon Industri Jagung
D. Pembahasan
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan yang terpenting di
Indonesia karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Di samping itu, jagung juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak
(Ekowati dan Nasir, 2011). Di Indonesia, jagung merupakan komoditas
tanaman pangan penting kedua setelah padi. Jagung selain digunakan sebagai
bahan pangan, juga digunakan sebagai bahan pakan ternak (Pratama,
dkk.,2015 ). Tanaman jagung hingga kini dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam berbagai bentuk penyajian, seperti : tepung jagung (maizena), minyak
jagung, bahan pangan serta sebagai pakan ternak dan lain-lainnya. Khusus
jagung manis (sweet corn), sangat disukai dalam bentuk jagung rebus atau
bakar (Pratama, dkk., 2015).
Menurut Kasryno (2002), Akar tanaman jagung merupakan akar serabut
yang tumbuh di bagian pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar
lateral. Kemudian akar seminal yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji
jagung. Batang tanaman jagung bulat silindris dan beruas-ruas, dan pada
bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas.
Dan rata-rata tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter di atas
permukaan tanah. Sedangkan daun tanaman jagung bebentuk pita atau garis
dan jumlah atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30-45 cm dan lebarnya
5-15 cm (Warisno, 1998).
Pada setiap tanaman jagung biasa terdapat bunga jantan dan bunga
betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di
ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkolnya. Bunga
jantan yang terdapat di ujung tanaman akan masak terlebih dahulu daripada
bunga betina (Warisno, 1998).
Tanaman jagung terdiri dari tongkol, bii, dan daun pembungkus. Biji
jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Umumnya jagung memiliki barisan biji yang
melilit secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan berjumlah anatara
8-20 baris biji. Biji jagung terdiri dari 3 bagian utama yaitu kulit biji,
endosperm, dan embrio (Syafruddin dan Fadhly, 2004).
Protein jagung dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu albumin,
globulin, glutelin, dan prolamin, yang masing-masing mengandung asam
amino yang berlainan. Prolamin merupakan kadar tertinggi pada protein
jagung, mencapai 47%. Prolamin sedikit larut dalam air dan sangat larut
dalam 70% etanol. Dalam pemanfaatannya untuk pakan, prolamin jagung
kurang mendorong pertumbuhan ternak karena sedikit mengandung lisin dan
triptopan, namun mengandung asam amino nonpolar yang tinggi. Dengan
berkembangnya ilmu genetika dan pemuliaan telah dihasilkan beberapa
varietas jagung yang mengandung triptofan cukup tinggi. Gluten jagung dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan asam glutamat
(Juliano dan Kongseree, 1968).
Jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai minyak jagung. Bagian jagung
yang mengandung minyak adalah lembaga (germ). Minyak jagung dapat
diekstrak dari hasil proses penggilingan kering maupun basah, proses
penggilingan yang berbeda akan menghasilkan rendemen minyak yang
berbeda pula. Pada penggilingan kering (dry-milled), minyak jagung dapat
diekstrak dengan pengepresan maupun ekstraksi hexan. Kandungan minyak
pada tepung jagung adalah18%. Untuk penggilingan basah (wetmilling),
sebelumnya dapat dilakukan pemisahan lembaga, kemudian baru dilakukan
ekstraksi minyak. Pada lembaga, kandungan minyak yang bisa diekstrak rata-
rata 52%. Kandungan minyak hasil ekstraksi kurang dari 1,2%. Minyak kasar
masih mengandung bahan terlarut, yaitu fosfatida, asam lemak bebas,
pigmen, waxes, dan sejumlah kecil bahan flavor dan odor (Sjostrom, 1995).
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi
menggunakan bahan baku hayati. Etanol adalah ethyl alkohol (C2H5OH)
yang dapat dibuat dengan cara sintesis ethylen atau dengan fermentasi
glukosa. Bioetanol dapat dibuat dari pati jagung yang telah diproses menjadi
glukosa. Di Amerika, kebutuhan jagung terus meningkat karena selain untuk
pakan juga digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Etanol diproduksi
melalui hidrasi katalitik dari etilen atau melalui proses fermentasi gula
menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Beberapa bakteri seperti
Zymomonas mobilis juga diketahui memiliki kemampuan untuk melakukan
fermentasi dalam memproduksi etanol (Gokarn et al.1997).
Limbah pertanian batang dan daun jagung yang cukup melimpah
merupakan potensial sebagai bahan pembuatan pupuk organik. Cara membuat
pupuk organik tersebut yaitu dengan fermentasi secara semi-anaerob
kemudian proses pembuatan pupuk kompos tidak terkena sinar matahari
maupun hujan secara langsung. Kadar air campuran bahan 30%, ditandai
dengan jika campuran dikepal dengan tangan, air tidak keluar dan jika
kepalan tangan dilepas, campuran akan mekar kembali (Hasanah dkk., 2014).
Limbah jagung sebagian besar adalah bahan berlignoselulosa yang
memiliki potensi untuk pengembangan produk masa depan. Seringkali limbah
yang tidak tertangani akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah
lignoselulosa sebagai bahan organik memiliki potensi besar sebagai bahan
baku industri pangan, minuman, pakan, kertas, tekstil, dan kompos. Di
samping itu, fraksinasi limbah ini menjadi komponen penyusun yang akan
meningkatkan daya gunanya dalam berbagai industri. Tongkol jagung
memiliki kandungan xilan yang lebih tinggi dibanding sekam, bekatul, ampas
pati garut, dan onggok. Hal ini mengindikasikan tongkol jagung mempunyai
prospek sebagai bahan baku industri maupun pengolahan berbasis xilan, yaitu
furfural dan xilitol (Richana et al., 2004).
E. Kesimpulan

Kandungan nutrisi jagung dalam bentuk beras dan tepung sangat


memadai untuk bahan pangan. Agroindustri pati jagung dan turunannya
prospektif untuk meningkatkan nilai tambah jagung yang diharapkan dapat
mendorong pengembangan industri bioetanol. Industri pati jagung
mempunyai produk samping yang bernilai tinggi, yaitu minyak jagung dan
gluten.

Peningkatan produksi jagung akan diikuti oleh peningkatan limbah atau


biomas (tongkol, batang, dan daun jagung). Limbah tersebut dapat
dikembangkan menjadi pupuk kompos pengganti pupuk kimia. Limbah
jagung juga prospektif dikembangkan menjadi produk furfural dan xilitol.
Limbah tongkol jagung yang diproses menjadi tepung dapat digunakan
sebagai bahan baku industri pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Alpharessy, M. Agam., Zuzy Anna, dan Ayi Yustiati. 2012. Analisis Pendapatan
dan Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Buruh di Wilayah Pesisir
Kampak Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol.
3 No. 1 Hal 11-16.
Ekowati, Diah., Mochamad Nasir. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
Mays L.) Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject dan Pasir Asli di Pantai
Trisik Kulon Progo. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol. 18, No. 3 Hal
220-231
Gardjito Murdijati, Anton Djuwardi dan Eni Harmayani, 2013, Pangan Nusantara
Karakteristik dan Prospek untuk Diversifikasi Pangan, Jakarta,
Kencana.
Gokarn, R.R., M.A. Eitman, and J. Sridhar. 1997. Production of succinate by
anaerobic microorganisms in fuels and chemicals from biomass. In:
B.C. Saha and J. Woodward (Eds.). American Chemical Society.
Washington-DC. p. 237-263.
Hasanah, Uswatun, Murniaty Simorangkir, Indra Masmur, Sajaratud Dur dan,
Elvri Melliaty Sitinjak. 2014. Pemanfaatan Dan Pengolahan Pupuk
Organik Dari Limbah Tanaman Jagung dan Kulit Coklat. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 No 75.
Juliano, B.O and Kongseree. 1968. Physicochemical Properties Of Rice Grain
And Starch From Line Differing In Amylase Content And
Gelatinization Temperature. Journal of Agriculture And Food
Chemical. Vol. 20 No. 4.
Prabowo, Rossi. 2010. Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan
Pangan di Indonesia. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol .6 No. 2 Hal: 62-
73.
Pratama, Sigit Addy., James B. Kaligis., Jimmy Rimbing. 2015. Populasi Dan
Persentase Serangan Hama Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis
Guenee) Pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Di
Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. Jurnal Hama dan Penyakit.
Purwanto, Helmy. 2009. Teknologi Pengolah Hasil Pertanian. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Vol.5 No. 1 Hal: 15-19.
Richana, N., P. Lestina, dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa dari
limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan
bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol. 23. No. 3.
Rusdiana, Supardi., Aries Maesya. 2017. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan
Pangan di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Vol. 6 No. 1.
Sjostrom, E. 1995. Food Chemistry. Jilid II. Diterjemahkan oleh Hardjono S.
Syafruddin dan Fadhly, 2004. Budidaya Jagung untuk Produksi Benih. UGM
Press Yogyakarta.
Warisno, 2007. Cara Budidaya Tanaman Jagung. Jurnal Pertanian. Vol 5. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai