Anda di halaman 1dari 8

PEMUPUKAN NITROGEN MENINGKATKAN BIOMASSA KARBON

MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA PERTANAMAN KEDELAI


(Glycine max)

Dosen : Dr. Fitri Damayanti M.Si

Di Susun Oleh :
Nur Amalia Fitriah
NPM : 202141500133
KELAS : R2C

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acum,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin Yaa
Robbal Alamiin.
Abstrak

Tanaman kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan penghasil protein
nabati yang tinggi yaitu sekitar 40%. Kebutuhan masyarakat terhadap kedelai terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ketidakmampuan produksi untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri menyebabkan impor kedelai secara terus menerus. Di Indonesia
ketidakstabilan produksi disebabkan oleh adanya penurunan luas panen. Permasalahan
lingkungan pertanian telah mengalami kerusakan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh aplikasi bakteri penambat nitrogen serta konsentrasi yang tepat terhadap
pertumbuhan dan kualitas tanah pada tanaman kedelai.

Latar Belakang

Kedelai termasuk komoditas strategis di Indonesia. Hal ini dikarenakan kedelai merupakan
tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan sumber protein
nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang
kedelai memiliki peranan yang besar karena merupakan sumber bahan baku utama bagi industri
tahu, tempe, dan pakan ternak berupa bungkil kacang kedelai. Kebutuhan kedelai dalam
negericenderung meningkat pada lima tahun terakhir, dan produksi kedelai dalam negeri hanya
mampu memenuhi 29-42 persen dari kebutuhan tersebut. Saat ini lebih dari 50 persen kebutuhan
kedelai nasional diperoleh dari hasil impor, suatu kondisi yang dapat mengancam kedaulatan
pangan Indonesia jika suatu saat negara pengekspor kedelai menghentikan ekspornya.

Kedelai merupakan tumbuhan serba guna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen
bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya dapat
digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Kedelai terutama dimanfaatkan bijinya. Biji
kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam
fitat) dan lesitin. Olahan biji kedelai dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu,
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam),
tempe, susu kedelai, tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik,
resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco (Komalasari, 2008).

Untuk itu perlu dilakukan pemberian N dengan dosis yang sesuai pada pertanaman Kedelai
dengan kondisi lahan yang berbeda-beda.
Menurut sejumlah penelitian, nitrogen terdapat dalam 2 bentuk, yaitu Ammonium (NH4) dan
Nitrat (NO3). Menurut para ahli ammonium sebaiknya tidak lebih dari 25% dari total konsentrasi
nitrogen. Ammonium yang berlebihan menyebabkan tanaman memiliki sosok yang besar namun
rentan terhadap serangan penyakit.

Selain dengan pemberian N untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan
dengan meningkatkan mikroorganisme tanah.

Biomassa mikroorganisme tanah (C-mik) merupakan indeks kesuburan tanah. Tanah yang
memiliki banyak mikroorganisme tanah tentunya memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik.
Memiliki populasi yang beragam serta beragamnya jenis mikroorganisme tanah mungkin dapat
ditemukan pada sifat fisik tanah sehingga memungkinkan banyak jumlah keaktifan dan
perkembangan mikroorganisme tanah (Suntoro,2003). Agar mikroorganisme tanah dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada pertanaman kedelai dalam sifat kimia tanah perlunya unsur
hara yang cukup, tersedianya sumber energi dan air yang cukup, aerasi dan drainase yang baik
dan pH yang sesuai.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap biomassa
karbon mikroorganisme tanah pada pertanaman kedelai (Glycine max). (2) Mengetahui pengaruh
pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap biomassa karbon mikroorganisme tanah
pertanaman kedelai (Glycine max). (3) Mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah
dan pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap biomassa karbon mikroorganisme tanah pada
pertanaman kedelai (Glycine max).

Tinjauan pustaka

Tanah berpean penting dalam kehidupan. Peran mikroorganisme tanah tidak akan terlepas dari
kesuburan tanah, Mikroorganisme juga memiliki manfaat bagi kehidupan makhluk hidup, salah
satunya yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman. Allah SWT telah menciptakan
segala sesuatu baik yang bentuknya besar maupun kecil dan tidak pernah menganggap remeh
atas sesuatu yang telah Dia ciptakan. Sebagaimana keadaan mikroorganisme baik secara
struktural maupun secara fungsional. yakni dalam perombakan dan proses pengolahannya.
Menurut Rao (1994) menjelaskan bahwa mikroorganisme merupakan kelompok makhluk hidup
yangberukuran kecil bahkan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang Mikroba tanah memiliki
peranan penting pada proses siklus nitrogen di alam. Unsur nitrogen diperoleh dari jasad renik
yaitu bakteri tertentu yang terdapat pada akar, baik yang bersimbiosis atau tidak dan dapat pula
dengan cara embusan halilintar yang menerjang bumi sehingga masuk kedalam tanah dan
dimanfaatkan oleh tanaman

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2x2 yang
disusun secara dua faktorial dengan empat ulangan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah
perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 = Olah Tanah Intensif (OTI) dan T0 = Tanpa Olah
Tanah (TOT), faktor kedua dalam penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka panjang (N)
yaituN0 = 0 kg N ha-1, dan N1 = 200 kg N ha- 1. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya
dengan uji barley dan adifitasnya dengan uji tukey serta dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Serta uji korelasi antara C-mik tanah (variabel utama) dengan pH
tanah dan c- organik tanah (variabel pendukung).

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan menggukan bor tanah dan secara acak terstruktur
dilokasi yang telah ditentukan. Contoh tanah diambil dengan menentukan titik-titik pengambilan
secara melingkar dengan titik tengah plot sebagai pusatnya, didapatkan sebanyak 5 titik
kemudian tanah diambil menggunakan bor tanah dengan kedalaman 20 cm dan kemudian di
masukkan ke dalam ember dan dikompositkan. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam kantung
plastik dan diberi label sesuai dengan petak percobaan yang dilakukan.

Pengambilan contoh tanah pertama dilakukan pada bulan April 2016 yaitu sebelum dilakukan
penanaman kedelai, pengambilan contoh tanah kedua pada bulan Mei 2016 yaitu pada masa
pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai, pengambilan contoh tanah ketiga pada bulan Juni 2016
yaitu pada masa pertumbuhan generatif tanaman kedelai dan pengambilan contoh tanah keempat
pada bulan Juli 2016 yaitu pada masa panen tanaman kedelai.

Hasil dan pembahasan

Pada pengambilan sampel tanah yang pertama dilakukan pada bulan April 2016 yaitu sebelum
dilakukan penanaman kedelai, pengambilan sampel tanah kedua pada bulan Mei 2016 yaitu
pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai, pengambilan contoh tanah ketiga pada bulan
Juni 2016 yaitu pada masa pertumbuhan generatif tanaman kedelai dan pengambilan contoh
tanah keempat pada bulan Juli 2016 yaitu pada masa panen tanaman kedelai.

Tanaman kedelai memiliki dua fase dalam pertumbuhannya diataranya fase stadia atau fase
vegetatif dan fase reproduktif atau fase generatif. Awal munculnya pertumbuhan tanaman yaitu
ketika kotiledon membuka kemudian diikuti dengan membukanya daun tunggal. Ciri-ciri
banyaknya buku yang terdapat pada batang utama dan terbukanya daun trifoliat (bertiga) disebut
fase vegetatif. Fase generatif dimulai ketika munculnya satu bunga pada batang utama dan
diakhiri ketika polong telah matang yaitu sekitar 95% (Fehr and Cavies, 1977).

Berdasarkan data penelitian pada lampiran, analisis kimia tanah menunjukkan hasil C-Organik
tanah pada lahan penelitian memiliki kandungan yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat bahwa
perlakuan sistem olah tanah pemupukan N jangka panjang terhadap C-mik tanah pada
pertanaman kedelai (Glycine max) tidak terlalu meningkatkan kandungan C-Organik tanah.
Selanjutnya pada pH tanah. Pada lahan penelitian ini pH tanah tergolong masam namun
mendekati pH normal dan memiliki perbedaan dari perlakuan sistem olah tanah maupun aplikasi
pemupukan N, sehingga kisaran pH sedikit menunjukkan perubahan dari masing-masing plot
percobaan. Pada kadar air tanah didapatkan persentase yang beragam.

Nitrogen merupakan salah satu faktor kunci yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Gejala yang tampak pada tanaman akibat kekurangan hara nitrogen adalah
pertumbuhannya terhambat yang berdampak pada penampakannya yang kerdil, daun-daun
tanaman berwarna kuning pucat (gejala spesifik), dan kualitas hasilnya rendah (Purbajanti, 2013)

Faktor yang mempengaruhi populasi mikroorganisme dalam tanah terhadap pertumbuhan


mikroorganisme adalah kelembaban, tingkat aerasi, pH, jumlah dan macam zat hara, suhu, serta
perlakuan pada tanah seperti penambahan pupuk (Budiyanto, 2004). Menurut Soedarjo (2003)
pertumbuhan bakteri rhizobium juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara pada sekitar 21
dan tentunya akan berpengaruh pada fiksasi N2. Beberapa unsur hara yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan rhizobium dan fiksasi N2 adalah unsur Mo (molybdenum), Fe (besi), S (belerang),
P (fosfor), Ca (kalsium), Al (aluminium), dan Mn (mangan). Akan tetapi jika kekurangan atau
kelebihan unsur hara akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan rhizobium dan fiksasi N2.
Tanaman kedelai memperoleh pasokan nitrogen tidak hanya melalui pemupukan dan fiksasi N
dari udara oleh bakteri Rhizobium, tetapi juga dapat melalui fiksasi N dari udara dengan cara
berasosiasi dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. Bakteri Synechococcus sp. diketahui
hidup di filosfer dan mempunyai kemampuan menambat N2 dari udara menjadi senyawa-
senyawa sekunder dan memberikan nutrisi sederhana yang diperlukan oleh tanaman. Penelitian
mengenai hubungan antara asosiasi tanaman kedelai dengan bakteri fotosintetik Synechococcus
sp. terhadap laju fiksasi N2 pada tanaman kedelai selama ini hanya menggunakan pendekatan
yang sederhana dan belum menunjukkan hasil laju fiksasi N2 harian secara spesifik.

Berdasarkan data hasil pengamatan perlakuan pupuk N (N2) menunjukkan keadaan yang sama
(Gambar 2). Pengamatan 3 BST menunjukkan nilai C-mik tanah menurun pada perlakuan
dengan pemupukan N (N2). Selain itu, pemupukan N merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk memperbaiki keadaan lingkungan tanah, dari adanya lingkungan tanah yang baik maka
akan semakin mendukung kesuburan tanah.

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
mikroba dibedakan menjadi suhu minimum, optimum dan maksimum. Suhu minimum adalah
suhu terendah akan tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu yang terbaik
untuk pertumbuhan mikroba, sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan
mikroba perakaran. Suhu minimum pertumbuhan Rhizobium sekitar 3ºC, dan suhu optimal bagi
kehidupan Rhizobium berkisar 18-26 ºC dan suhu maksimalnya adalah 45 ºC ( Hidayat, 2010).

Simpulan

Pada lahan penelitian memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Faktor yang mempengaruhi
populasi mikroorganisme dalam tanah terhadap pertumbuhan mikroorganisme adalah
kelembaban, tingkat aerasi, pH, jumlah dan macam zat hara, suhu, serta perlakuan pada tanah
seperti penambahan pupuk . Menurut Soedarjo pertumbuhan bakteri rhizobium juga dipengaruhi
oleh ketersediaan unsur hara pada sekitar 21 dan tentunya akan berpengaruh pada fiksasi
N2. Kisaran suhu mikroba dibedakan menjadi suhu minimum, optimum dan maksimum. Suhu
minimum adalah suhu terendah akan tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah
suhu yang terbaik untuk pertumbuhan mikroba, sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi
untuk kehidupan mikroba perakaran.
Daftar pustaka

Ainin Niswati, Inti Marinti, Sri Yusnaini, Syamsul Arif, 2019. PEMUPUKAN NITROGEN
JANGKA PANJANG MENINGKATKAN BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH
(C-MIK) PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max) MUSIM KE-29, Bandar
Lampung:Semirata BKS PTN Wilayah Barat.

A Arsijal, A Upe, 2018. APLIKASI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN DAN BAKTERI


PELARUT FOSFAT PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS DEGA 1
SEBAGAI AGEN BIOFERTILIZER, Malang:Jurnal Ecosolum.

Sri Susanti Ningsih, Syafrizal Hasibuan, Hemapani, Armajaya, Fadia A Dinur, 2019.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN NITROGEN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG KEDELAI (Glycine max L).
Kisaran:Prosiding Nasional multi disiplin Ilmu Universitas Asahan.

M Wicaksono, FS Harahap, 2020. Pengaruh Interaksi Perlakuan Rhizobium dan Pemupukan


Nitrogen Terhadap Indeks Panen Terhadap Tiga Varietas Kedelai, Surabaya:Jurnal Tanah dan
Sumberdaya.

E Tando, 2019. Upaya efisiensi dan peningkatan ketersediaan nitrogen dalam tanah serta
serapan nitrogen pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.), Malang:Buana Sains.

Anda mungkin juga menyukai