PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1. Bagi Widyaiswara
- Menambah pengetahuan dan keterampilan widyaiswara/pengkaji
tentang budidaya garut
- Menambah wawasan widyaiswara/pengkaji dalam menyusun
bahan ajar.
2. Bagi Lembaga/unit kerja
- Hasil kajiwidya dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi.
- Meningkatkan kewibawaan Balai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Garut
1.Pembibitan
Tanaman garut dapat diperbanyak dengan cara vegetative yaitu
dengan ujung-ujung rhizome atau tunas umbi (bits) yang panjangnya sekitar
4-7 cm dan mempunyai 2-4 mata tunas. Untuk memperoleh hasil yang tinggi
sebaiknya jangan mempergunakan bibit yang kurang sehat, kurus atau yang
menderita akar cerutu (ciger root). Bibit yang diperlukan untuk satu hektar
lahan yang akan ditanami garut secara monokultur 3000 – 3500 kg bibit.
Potongan garut yang tertinggal saat panen dapat menjadi bibit untuk
penanaman selanjutnya (Lingga dkk., 1986). Penanaman jagung biasanya
dilakukan di awal musim penghujan yaitu sekitar bulan oktober untuk di
daerah Jawa sedangkan di daerah Kalimantan dapat dimulai Maret – Mei.
2.Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah memerlukan alat berupa bajak atau cangkul.
Pengerjaan tanah dilakukan dengan membuat bedengan dengan lebar 120
cm dan panjangnya tergantung dari panjang lahan. Tinggi bedengan 25 – 50
cm dan jarak antara satu bedengan dengan bedengan alin 30 – 50 cm, garut
menyukai tanah yang gembur, bibit garut ditanam dalam kedalaman 8 – 15
cm, kemudian ditutup tanah. Jarak tanam tanaman garut menurut berbagai
referensi tidak sama. Herison (1998) menyebutkan jarak tanam tanaman
garut adalah 40 x 80 cm, sedangkan Flach dan Rumawas (1996)
menyatakan jarak tanam tanaman garut adalah 20 x 50 cm bila ditanam
secara monokultur, atau 75 x 15 sampai 30 cm bila ditanam.
3.Pemeliharaan
Pemupukan dan pengairan, pemberian pupuk kandang, petroganik,
atau kompos dapat menggemburkan dan memperbaik struktur tanah. Jumlah
pupuk kandang yang diberikan sebanyak 20-30 ton tiap ha, tetapi dalam hal
ini yang digunakan adalah pupuk petroganik sehingga penggunaannya
adalah 2 ton tiap ha. Pupuk buatan yang dianjurkan adalah 350-650 kg urea,
300 kg TSP dan 300 kg KCL untuk tiap ha. Pemupukan pertama dilakukan
bersamaan dengan penanaman bibit (Lingga dkk, 1986). Dalam kegiatan ini
pupuk susulan yang digunakan adalah limbah cair biogas
METODE
Alat
1. Cangkul
2. Pompa air
3. Selang
Bahan
1. Umbi garut
2. Petroganik
3. Limbah biogas
RINCIAN ANGGARAN BIAYA KAJIWIDYA
Andi Yakub
NIP.19770814 201101 1 001
RENCANA KAJIWIDYA
No. Ay/02-kw/ / XII/ 2014
Tanggal Desember 2014
Oleh :
ANDI YAKUB, SP
NIP. 19770814 201101 1 001