PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk
menuntut ketersediaan bahan pangan dan protein yang semakin besar pula.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut seharusnya diikuti pula oleh
peningkatan produksi dibidang pertanian dimana didalamnya termasuk sub
sektor perikanan. Produksi perikanan selama ini mengandalkan pada hasil
penangkapan ikan dari laut, perairan umum, dan budidaya air payau
(tambak). Perlu pula hendaknya ditingkatkan melalui usaha budidaya air
tawar, baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan komoditas
lainnya seperti ikan dengan ayam/itik, maupun ikan dengan padi (mina
padi).
Mina padi telah diterapkan oleh petani dibeberapa daerah sentra produksi
padi, khususnya di Sulawesi Selatan, namun demikian produksi ikan ratarata pada mina padi masih rendah dan masih dapat ditingkatkan dengan
teknologi yang tepat.
Dengan semakin meningkatnya jumlah petani yang berusaha sistem mina
padi, maka semakin berkembang pula luas areal sawah yang digunakan
untuk usaha tersebut. Karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Bentuk Usaha Mina Padi
Purnomo (1985) mengemukakan bahwa pemeliharaan ian bersama padi
di sawah disebut perikanan mina padi. Usaha perikanan mina padi dapat
terlesenggara jika persawahan mendapatkan air secara terus menerus.
Sedangkan menurut Handojo (1989) bahwa sistem pengairan yang baik
untuk mina padi atau mina padi itik adalah apabila air tersedia pada petakan
sawah minimal lebih dari 5 bulan.
Handojo (1991), mengemukakan bahwa bentuk pemeliharaan ikan
meliputi antara lain pembenihan,pendederan, maupun pembesaran ikan
konsumsi baik yang dilaksanakan sebagai penyelang palawija ikan ataupun
secara tumpangsari (mina padi). Selanjutnya diatakan pula bahwa
pemeliharaan ikan di sawah selain memanfaatkan lahan secara efektif juga
merupakan tambahan pendapatan bagi petani tersebut.
Akibat potensi lahan yang semakin terbatas, maka salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas lahan adalah melalui paduan berbagai
komoditas dalam suatu usahatani terpadu misalnya ternak,palawija, sayuran
serta perikanan. Pemeliharaan ikan campuran selain mengefesienkan
pemanfaatan juga dapat meningkatkan produksi ikan per luas areal bila
dipelihara dengan kombinasi optimum (Machyuddin, 1989).
Pengambilan keputusan seorang petani dihadapkan berbagai prinsip
usahatani. Prinsip-prinsip tersebut yang perlu diketahui petani dalam
mengelola usahataninya adalah : penentuan perkembangan harga, kombinasi
beberapa cabang usahatani, penentuan cara berproduksi, pembelian sarana
bahwa
salah
satu
cara
untuk
benda yang tidak tahan lama seperti bibit, upuk, dan obat-obatan tetap dinilai
menurut harga belinya.
Sedangkan penilaian terhadap upah yang diterima oleh setiap tenaga
kerja, maka umumnya tenaga kerja dibawah umur dan wanita akan
menerima upah yang lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja pria.
Karena itu penilaian terhadap upah tersebut perlu distandarisasi menjadi
Hari Kerja Orang (HOK) atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP), dimana satu
HKSP sama dengan besarnya upah yang diterima tenaga kerja yang
bersangkutan dibagi besarnya upah yang dibayarkan untuk tenaga kerja pria
dewasa (Soekartawi, 1994).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Letak Geografis dan Topografi
Kecamatan Tanralili terletak kurang lebih 72 km dari ibu kota propinsi
Sulawesi Selatan, atau sekitar 10 km dari ibu kota Kabupaten Maros.
Secara umum daerah ini merupakan daerah daratan dengan rata-rata
ketinggian antara 5 75 meter dari permukaan laut. Selain itu sebagian
Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
Persentase
1.
Kurusumange
8,14
11,24
2.
Purna Karya
4,63
6,39
3.
Leko Pancing
9,93
13,71
4.
Toddolimae
32,76
45,24
5.
Sudirman
4,72
6,52
6.
Damaii
6,11
8,44
7.
Allaere
2,12
2,93
8.
Borong
4,00
5,53
Jumlah
72,41
100,00
X 100 %
Jumlah rata-rata bulan basah
2
X 100 % = 29 %
7
Kelurahan / Desa
Sawah
(Ha)
1.
Kurusumange
343,30
95,30
290,40
2.
Purna Karya
126,10
154,00
7.000,00
3.
Leko Pancing
362,80
156,40
196,40
4.
Toddolimae
136,80
29,30
2.800,00
5.
Sudirman
50,00
103,90
25,00
6.
Damaii
413,00
32,00
7.
Allaere
130,00
40,00
8.
Borong
175,00
1.736,30
Total (Ha)
Sumber : Kantor stastik Kec. Tanralili, 2002
Pekarangan
(Ha)
38,50
649,40
Lain-lain
(Ha)
40,00
117,00
10.548,80
Jenis penggunaan tanah pada tabel 2 tersebut, terlihat bahwa lahan sawah
mencakup 13,40 % dari total luas wilayah. Persawahan tersebut tersebar di
semua Kelurahan/Desa yang ada di Kecamatan Tanralili.
Luas lahan sawah secara keseluruhan di Kecamatan Tanralili adalah
seluas 1.736,30 Ha, selain persawahan, lahan lainnya yang tidak terdefenisi
adalah seluas 10.548,80 Ha atau sekitar 82 % dari luas wilayah adalah
merupakan hutan, tanah kering yang kurang produktif serta termasuk
prasarana umum lainnya dan prasarana sosial yang ada di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros.
3.4Keadaan Penduduk
Penyerangan Penduduk di Kecamatan Tanralili hampir terpusat pada
masing-masing
kecamatan
Kelurahan/Desa.
Tanralili
adalah
Rata-rata
sebesar
kepadatan
3.676
penduduk
jiwa/km2,
di
sedangkan
Index tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap 100 jiwa penduduk wanita
terdapat 111 jiwa penduduk laki-laki.
Distribusi penduduk menurut jenis
kelamin
pada
masing-masing
Kelurahan/Des
a
Kurusumange
Purna Karya
Leko Pancing
Toddolimae
Sudirman
Damaii
Allaere
Borong
Jumlah (Jiwa)
Laki-laki
Wanita
Total
1.269
694
1.710
1.258
2.486
1.618
928
720
1.288
710
1.749
896
1.448
1.751
1.008
748
2.557
1.404
3.459
2.154
3.934
3.369
1.936
1.468
10.683
9.598
20.281
angkatan kerja tersebut terdapat 3,01 jiwa atau setara dengan 3 jiwa
penduduk non produktif.
Untuk lebih jelasnya distribusi penduduk menurut mata pencaharian di
Kecamatan Tanralili dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Matapencaharian di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros, 2012
No
Matapencaharian
Jumlah
Prosentase
(jiwa)
(%)
4.646
69,30
486
7,20
1.353
20,10
24
0,40
72
1,00
140
2,10
1. Petani
2. Pedagang
3. Pegawai
4. Negeri/ABRI/Swasta
5. Peternak
6. Tukan dan Jasa
lain-lain
Jumlah
6.720
Sumber : Monografi Kecamatan Tanralili, 2012
100,00
Dari jumlah angkatan kerja tersebut di atas, 69,30% atau sebesar 4.646 jiwa
memiliki mata pencaharian sebagai petani, kemudian disusul pegawai
negeri, ABRI, Swasta sebesar 20,10 % atau 1.353 jiwa. Besarnya prosentase
ini disebabkan di Kecamatan Tanralili ada Batalyon Kostrad, dari Jumlah
tersebut ada yang belum memiliki pekerjaan tetap sebesar 2,10 % atau 140
jiwa.
3.5Keadaan Pertanian
Luas Lahan
rata/ton/ha
(Ha)
Padi
Jagung
Ubi Kayu
Sayur-sayuran
4,10
1.736,30
0,22
1.211,60
3,70
1.101,50
Produksi Perikanan :
0,89
215,00
Ikan Mas
Ikan Lele
4,51
Produksi Peternakan :
6,11
2.
3.
Sapi
Kerbau
Kambing
Unggas :
- Ayam Ras
- Ayam buras
- Itik
379 ekor
215 ekor
327 ekor
8.115 ekor
21.525 ekor
5.610 ekor
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Maros, 2012
3.6Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasana yang tersedia di Kecamatan Tanralili hampir semua
memadai, penyebabnya bukan hanya karena mobilitas penduduknya yang
cukup tinggi, akan tetapi juga daerah ini merupakan perantara dari
kecamatan lain. Keadaan sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada
tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Keadaan Sarana Dan Prasarana Di Kecamatan Tanralili Kabupaten
Maros, 2012
No
1.
Sarana Perekonomian :
Pasar Umum
Perbankan
Koperasi/KUD
Sumber : Monografi Kecamatan Tanralili, 2012
3.7Potensi Pertanian
Lahan-lahan yang memiliki potensi untuk pengembangan produksi
perianan di Kecamatan Tanralili terdiri atas sawah-sawah irigasi, sawah tanah
hujan, kolam-kolam dan peranan umum lainnya. Luas lahan tersebut mencakup
185,4 Ha disepanjang alur saluran air PDAM dan sekitarnya, namun yang telah
diusahakan sepenuhnya baru mencapai 25,3 % dari potensi lahan tersebut.
Lahan yang potensi untuk pengembangan produksi perikanan pada
masing-masing kelurahan/desa di Kecamatan tanralili dapat dilihat pada tabel 7
berikut ini.
Tabel 7. Potensi Lahan Pengembangan Perikanan di Kecamatan Tanralili
Kabupaten Maros, 2012
No
Kelurahan/Desa
1.
2.
3.
4.
5.
Kurusumange
Purna Karya
Leko Pancing
Toddolimae
Sudirman
Sawah
Kolam
Sungai
Total
(Ha)
10
15
55
12
14
(Ha)
5
11
32
20
15
(Ha)
0,2
0,6
1,4
0,1
0,1
(Ha)
15,2
26,6
88,4
32,1
29,1
2,4
185,4
Total (Ha)
116
82
Sumber : Sub Dinas Perikanan Kabupaten Maros, 2012
Areal
7,9
Produksi (Ton/Ha)
281
2.
38,5
200
Mina Padi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Responden
biasanya
menerapkannya
lebih
demi
cepat
menerima
keberhasilan
hal-hal
usahanya.
yang
baru
dan
Seangkan
dari
segi
pengalaman, petani yang lebih tua umumnya telah lebih mapan dalam
berusaha,
sehingga dalam pengambilan keputusan untuk usaha taninya dilakukan
secara hati-hati, terutama dalam adopsi inovasi baru yang belum
diketahuinya secara pasti.
Persentase (%)
52,40
33,30
14,30
100,00
Tingkat pendidian
Responden
Presentase (%)
SD
SLTP
SLTA
16
3
2
76,20 %
14,30 %
9,50 %
Jumlah
21
100,00
3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan jumlah petani responden pada tingkat pendidikan seperti
terlihat pada tabel 11 tersebut di atas, terlihat bahwa sebagiaan besar petani
responden hanya memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar, yakni sebanyak
16 orang atau sebesar 76,20 %, sedangkan petani responden yang sampai ke
sekolah Lanjutan Tingkat Atas hanya sebanyak 2 orang atau 9,50 %. Namun
demikian dari segi pengalaman usaha tani, hampir semua petani responden
telah berusaha tani sebagai petani mina padi lebih dari 5 tahun, sehingga
No
Status Lahan
1.
Hak Milik
(Orang)
12
2.
Bagi Hasil
3.
Sewa
4
Jumlah
21
Sumber : data Primer yang telah diolah, 2012
Persentase
57,10
23,80
19,10
100,00
Sumber Penerimaan
Rata-rata/Ha/MT
Persentase (%)
1.
Rp. 2.723.580
68,60
2.
Rp. 1.249.081
31,40
Penerimaan Total
Rp. 3.972.661
100,00
benih padi, pestisida untuk tanaman padi ataupun biaya pembelian bibit
ikan dan alat-alat perikan. Karena itu secara keseluruhan menurut
Soekartawi (1984) biaya usaha tani hanya dapat dibedakan atas biaya
tetap dan biaya tidak tetap.
Hernanto (1993) mengemukakan bahwa adopsi teknologi baru pada
usahatani akan berpengaruh terhadap struktur biaya dan penerimaan.
Karena itu biaya posisi ini harus digunakan seefesien mungkin untuk
memperoleh keuntungan yang optimal. Jenis-jenis biaya pada usahatani
sistem mina padi di Kecamatan Tanralili, selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 14 berikut ini.
Tabel 14 Jenis-Jenis Biaya Usahatani Sistem Mina Padi di Kecamatan
Tanralili Kabupaten Maros, 2012
No
Jenis-jenis Biaya
Biaya Tetap :
Penyusutan Pondok
Penyusutan alat
Sewa lahan
Pajak
Iuran Irigasi
Jumlah Biaya Tetap
2.
Biaya Variabel :
Benih Padi
Bibit Ikan
Pupuk dan Pakan
Upah Tenaga Kerja
Jumlah Biaya Variabel
Total Biaya (1+2)
Rata-rata /
Persentase Jumlah
Usahatani/MT
(%)
(%)
1.
Rp. 22.995
Rp. 10.880
Rp. 291.550
Rp. 36.380
Rp. 57.300
2,50
1,18
31,71
3,96
6,23
45,58
7,42
19,79
12,37
14,84
54,42
100,00
No
1.
2.
1.
Biaya Tetap
Biaya tidak tetap
Pendapatan Kotor :
Penjualan padi
Penjualan ikan
Jumlah Pendapatan kotor
2.
Penghasilan bersih
pada nilai harga jual sebesar Rp. 187/kg, ini berarti pada titik harga
jual padi sebesar Rp. 187/kg bagi petani tidak mendapat keuntungan
dan tidak mengalami kerugian. Demikian halnya kapasitas produksi
yang dihasilkan petani pada titik 771 kg petani tidak memperoleh
keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian.
3. BEP harga (Rp) untuk komoditi ikan
Total Biaya Operasional Ikan
Total Penjualan Produksi Ikan (kg)
Rp. 787.854
= Rp. 6.313,124,8 kg
4. BEP Kapasitas Produksi Ikan
Rp. 787.854,= 79 kg
Rp. 10.000,Dari hasil analisis tersebut di atas, nampak bahwa usaha mina padi
untuk komoditi ikan mempunyai BEP harga jual sebesar Rp.
4.620/kg, ini berarti pada titik harga jual ikan sebesar Rp. 4.620/kg
bagi petani tidak mendapat keuntungan dan tidak mengalami
kerugian. Demikian halnya kapasitas produksi yang dihasilkan petani
pada titik 79 kg petani tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak
mengalami kerugian.
5. Revenue Cost Ratio
Total Penjualan Padi dan ikan
Total Biaya Operasional
Rp. 3.972.661,= 4,32
Rp. 919.293,-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian pada usahatani dengan
sistem mina padi di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Peneriman total rata-rata usaha per musim tanam adalah sebesar Rp.
3.972.661,- dengan biaya total sebesar Rp. 919.293,- sehingga
diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 3.053.368,-.
2. Tambahan penerimaan kotor dari produksi ikan adalah sebesar Rp.
1.249.081,- atau sebesar 31,40 % dari penerimaan total usaha tani mina
padi, diluar produksi ikan lain dari ikan penyelang dan palawija ikan.
3. Analisis BEP harga dan BEP kapasitas produksi untuk komoditi padi,
menunjukkan bahwa jika harga padi di pasaran sebesar Rp. 187/kg, dan
dengan kapasitas produksi padi yang dicapai sebesar 771 kg, ini berarti
petani tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
4. Analisis BEP harga dan BEP kapasitas produksi untuk komoditi ikan,
menunjukkan bahwa jika harga ikan mas dipasaran sebesar Rp.
6.313/kg, dan dengan kapasitas produksi ikan mas yang dicapai sebesar
79 kg, ini berarti petani tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian.
5. Lebih lanjut analisis revenue per cost ratio usahatani sistem mina padi
menunjukkan 4,32 ini berarti nilai R/C lebih besar dari 1, ini berarti
usahatani dengan sistem mina padi di Kecamatan Tanralili Kabupaten
Maros, dinyatakan layak untuk dikembangkan.
5.2 Saran-saran
Melihat pengaruh lahan yang masih dominan pada usahatani tersebut,
maka pemanfaatan lahan yang dimiliki para petani hendaknya diusahakan
seoptimal mungkin, dengan cara meningkatkan faktor-faktor produksi yang
belum optimal, seperti jumlah kebutuhan benih padi dan bibit ikan mas
serta pemberian pakan tambahan untuk ikan mas yang umumnya masih
rendah. Dengan mengoptimalkan faktor-faktor produksi tersebut diatas,
akan mendorong naiknya produksi usahatani yang pada akhirnya akan
DAFTAR PUSTAKA
Hadikoesworo, H. 1986. Penelitian Ekonomi Budaya Perairan Di Asia.
YOI dan PT. Gramedia. Jakarta
Handojo, F.L. 1989. Miina Padi. CV. Simplex, Jakarta.
Handojo, D.D. 1991. Petunjuk Teknis Usahatani Padi-Ikan_Itik. Aries
Lima. Jakarta.
Hernanto, F. 1993. Usahatani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Machyuddin , S. 1989. Usahatani Padi-Ikan-Ikan pada Lahan Sawah
Beririgasi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
DEPTAN R.I. Vol. 10 No. 6/1989.
Riyanto Bambang. 1991. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Yayasan Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Yokyakarta.
Poernomo. 1985. Perikanan Darat. CV. Pelangi. Surabaya.
Soekartawi. A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardeker 1984. Ilmu
Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Universitas Indonesia-Press. Jakarta.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali-Press. Jakarta.
Soeharjo, A. Dan D. Patong. 1986. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Ujung pandang.