IL
DI SUSUN OLEH :
YOLANDA PODOMI
N I M : 13 54211 033
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1 Kultur Jaringan
Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah
kebutuhan bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang
dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit tanaman yang dibutuhkan
jumlahnya sangat banyak.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah
satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan
keberhasilan adalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang
jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada
tanaman
perbanyakan
melalui
kultur
jaringan,
bila
berhasil
dapat
lebih
menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam
waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Dari uraian di atas, maka perlu
dilakukan penulisan makalah tentang hidroponik ini.
1.2.1 Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini HIDROPONIK maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan hidroponik ?
Bagaimana cara menanam dengan cara hidroponik ?
Jenis tanaman apa yang memiliki nilai jual diatas rata-rata ?
Apa keuntungan dan kelebihan menanam dengan cara hidroponik ?
Bagaimanakah bentuk tanaman hidroponik ?
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Mahasiswa mampu memahami deskripsi tentang hidroponik.
Mahasiswa mampu memahami keunggulan dan kekurangan hidroponik.
Mahasiswa mampu melakukan kegiatan hidroponik sendiri.
Mahasiwa mampu mensosialisasikan tentang kegiatan hidroponik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kultur Jaringan
2.1.1 Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur,
dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel
kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang
serba steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap.
Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai
kultur sel atau kultur jaringan. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam
bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan
berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki
sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama
dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar,
pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.
2.1.2
sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (omne cellula ex cellula).
Teori Totipotensi Sel
Teori sel oleh Schwann dan Schleiden (1898) yang menyatakan bahwa sel memiliki
sifat totipotensi, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan
informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai. Teori ini mempercayai
bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembangbiak karena seluruh bagian tanaman
2.1.3
Teori totipotensi yang menyatakan bahwa setiap sel tanaman dapat berkembang
menjadi individu baru, digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kultur jaringan.
Dalam kultur jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat
sedemikian mungkin untuk ditanam di sebuah media yang steril dan lingkungan yang
terkendali. Seperti teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang ditanam di media
tersebut ternyata dapat bertumbuh dan berkembang menjadi individu baru bila kondisinya
2.1.4
sesuai.
Tipe-tipe Kultur Jaringan
Tipe-tipe kultur, yakni:
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau
seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun,
bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan
(sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair
dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel
atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa
kalus atau jaringan meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian
dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat
dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur
protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2
protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
2.1.5
2.1.6
2.1.7
temperatur tinggi. Oleh karena itu untuk bladenya dianjurkan cara sterilisasi dengan
pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit.
Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi sebelum penanaman adalah;
Pinset, Gunting, Gagang scapel, Kertas saring, Petridish, Botol-botol kosong, Jarum,
2.1.8
Pipet.
Fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan
Fasilitas laboratorium kultur jaringan di bagi dalam beberapa bagian yang
fungsinya satu sama lainnya berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula.
Laboratorium kultur jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian
atau ruangan-ruangan yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba.
Ruang-ruang dalam kultur jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada
di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
A. Ruang Tidak Steril
Ruang Tamu
Dalam laborsatorium kultur jaringan sebaiknya di lengkapi dengan ruang tamu,
karena biasanya laboratorium kultur jaringan selalu di datangi tamu baik tamu yang
ingin melihat sarana dan suasana laboratorium maupun tamu ingin membeli hasil
biakan kultur jaringan.
Ruang Administrasi
Segala surat-menyurat tentang pembelian alat-alatlboratorium, pembelian media
kultur jringan, penjualan bibit-bibit hasil biakan kultur jaringan, dan transaksitransaksi ataupun perjanjian-perjanjian kerja sama tentang penelitian dilaksanakan di
dalam ruangan administrasi.
Ruang Staf
Laboratorium kultur jaringan membutuhkan staf peneliti dalam jumlah banyak,
tujuannya adalah agar dapat di adakan pembagian kerja sesuai dengan spesialisasinya
masing-masing. Di dalam ruang staf ini dapat pula di lakasanakan diskusi antar staf
pada waktu berkumpul bersama.
Kamar Mandi dan WC
Ruang kultur jaringan harus dalam suasana bersih untuk menghindari kontaminasi
oleh mikroba. Bila pekerja akan memasuki ruangan penabur atau ruang inkubator,
tubuh dan pakaiannya harus bersih, tidak berkeringat dan tidak berdebu.
Ruang Ganti Pakaian
Untuk menghindari timbulnya kontaminasi oleh mikroba, maka para karyawan di
dalam laboratorium kultur jaringan perlu memakai pakaian yang bersih, dalam arti
baru di cuci. Oleh karena itu dalam ruangan kultur jaringan perlu di adakan ruang
ganti pakaian.
Ruang Tempat Penyimpanan Bahan Kimia dan Alat-alat dari Gelas
Komponen bahan kimia penyusun media kultur jaringan sangat banyak macamna.
Oleh karena itu, penyimpanannya memerlukan pengaturn yang khusus supaya mudah
mecarinya. Penyimpanan yang tidak teratur akan mempelambat dalam pekerjaan,
misalnya dalam mencari salah sau komponen media saja membutuhkan waktu yang
lama. Bahan kimia yang mahal harganya seperti hormon tumbuh dan enzim untuk
isolasi protoplas harus disimpan dala ruangan yang sejuk. Alat-alat dari gelas seperti
erlenmeyer, gelas ukur dan alat gelas lainnya perlu disimpan dalam almari tersendiri.
Ruang Preparasi
Di dalam ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-alat
laboratorium yang akan digunakan. Peralatan yang ada antara lain keranjangkeranjang plastik untuk tempat peralatan yang baru dicuci.
Ruang Penimbangan dan Sterilisasi
Bermacam-macam media kultur jaringan dijual dalam bentuk kemasan dengan
harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, staf labolatorium lebih senang meramu
sendiri medum tanam yang dibutuhkannya.dengan demikian dibutuhkan lat untuk
menimbang semua komponen bahan kimia tersebut. Misalnya menimbang bahan
kimia makro dan mikro.
Rumah Kaca (Green House)
Rumah kaca adalah suatu bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian
atasnya terbuat dari kaca. Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat
meletakkan pot-pot bibit tanaman.
B. Ruang Tidak Mutlak Steril
Ruang Planlet
Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka temperatur ruangan dapat
mencapai sekitar 25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang
berisi planlet jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini
perlu disediakan rak-rak alumuniaum yang dasrnya berlobang-lobang untuk
meletakkan botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.
Ruang Inkubator
Eksplan yang sudah ditanam dalam media kultur jringan perlu dipantau
pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini perlu ruangan khusus yang
keadaannya lebih steril dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator. Ruang inkubator
harus memiliki suhu kurang lebih 25OC dan harus dilengkapi dengan lampu-lampu
neon, karena eksplan yang ditumbuhkan dalam ruangan inkubasi membutuhkan
temperatru dan cahaya yang dapat diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.
Ruang Shaker dan Enkas.
Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam ruang inkubator akan
menghasilkan kalus. Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel,
yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan menggunakan media cair
(media yang tidak menggunakan zat pemadat atau agar), kemudian digojok di atas
shaker. Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus atau dalam istilah
asing disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat
padat dan berwarna hijau. Bila keadaan protocormus sudah keadaan demikian maka
sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di tumbuhkan menjadi planlet.
Enkas juga sering di letakkan dalam satu ruang dengan shaker, kegunaan enkas ini
sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu untuk menabur eksplan.
C. Ruang Mutlak Steril
Ruang Penabur
Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu 23
m2. tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi ruangannya tidak membutuhkan
waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin, sehingga sterilisasi mudah
dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 96%
dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang
dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak harus dilakukan menjelang ruang penabur
akan digunakan.
Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan, lampu ultra violet harus
dimatkan terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu neon biasa dan calon penabur
diperbolehkan memasuki ruangan tersebut. Sebaiknya, pada saat akan keluar lampu
neon di matikan dan setelah keluar menutup daun pintu kembali lampu ultra violet
dinyalakan. Dengan demikian steril ruangan dapat dijamin.
2.1.9
dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng
yang yang memang khusus digunakan untuk media padat untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab
akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu
lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa
tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat
tumbuh menjadi kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang
luka) tertutup oleh medium.
Metode padat dapat
digunakan
untuk
metode
kloning,
untuk
1) Kultur meristem.
2) Kultur antera
3) Kultur endosperma
4) Kultur suspensi sel
5) Kultur protoplas
6) Kultur embrio
7) Kultur spora
8) Dan lain-lain
3. Dilihat dari Cara Pemeliharaan
Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian
menjadi planlet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan tepat. Artinya, eksplan
atau kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru
harus segera dilaksanakan, tidak boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat
dapat menyebabkan pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat
mengalami brownig atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
2.1.10 Tahapan Kultur Jaringan
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat pendukung kehidupan
jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang
steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang
mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang
diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan
media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan
gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang
dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak,
tergantung kebutuhan.
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan
tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.
Tahapan tersebut, yaitu:
a. Inisiasi Kultur
b. Sterilisasi
2.2.3
terdapat pada tanah. Dapat ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim.
Beberapa Tanaman Yang Sering Ditanam Secara Hidroponik Adalah:
1. Tanaman hortikultura :sawi, kangkung, strawberi, dan lain-lain.
2. Sayuran : sawi, tomat, wortel, brokoli, cabai, seledri, bawang putih, bawang merah,
bawang daun, selada, dan terong.
3. Buah : melon, mentimun, semangka, strawberry, tomat dan paprika
4. Tanaman hias : krisan, gerberra, anggrek, kaladium dan kaktus.
Menanam dengan cara Hydroponik
Penanaman secara hidroponik secara umum dilakukan dengan dua cara, yang
pertama dengan menggunakan media keras. Media yang dipergunakan, bisa berupa sabut
kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai
pengganti media tanah. Cara kedua adalah mengunakan larutan, tanpa media keras untuk
pertumbuhan akarnya, hanya cukup dengan larutan bernutrisi. Cara ini dapat mengunakan
2.2.4
mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam.
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada
penanaman sistem konvensional.
e. Gambar Hidroponik
Gambar dibawah ini diambil saat praktek di Laboratorium UNHAS :
1. Tanaman jagung yang memiliki kecukupan unsur hara
Tanaman yang memiliki kecukupan unsur hara akan tidak mudah rebah, tidak
mudah terkena penyakit dan pertumbuhan vegetative maupun generative
menjadi lebih baik.
2. Kekurangan N
Tanaman yang kekurangan Nitrogen dikenali dari daun bagian bawah. Daun
itu menguning karena kekurangan klorofil. Lebih lanjut mengering dan
rontok. Tulang-tulang dibawah permukaan daun muda tampak pucat.
Pertumbuhan tanaman lambat.
3. Kekurangan P
Dimulai dari daun tua menjadi keunguan cenderung kelabu. Tepi daun
cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap. Hangus, pertumbuhan daun
kecil, kerdil, dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman
kerdil.
4. Kekurangan unsur K
Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak
hangus. Bunga mudah rontok. Tepi daun hangus, daun menggulung kebawah,
dan rentan terhadap serangan penyakit.
Daun bagian bawah mnguning dan tulang daun mudah berwarna hijau gelap.
2.2.5
lebih bersih, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat
dikurangi.
Kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit,
memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia serta
investasi awal yang mahal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kultur Jaringan
Pada dasarnya, kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau
jaringan ke dalam media kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan
tumbuhan baru dengan cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptic yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip
utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
Dalam kultur jaringan digunakan eksplan, yaitu sel atau irisan jaringan tanaman
yang akan menjadi benih tanaman yang baru nanti setelah di kultur jaringan.
Faktor eksplan yang perlu diperhatikan adalah genotipe/varietas, umur eksplan,
letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagai eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda,
kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
Tanaman yang dimanfaatkan dalam kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom,
3.1.2
tanam
tanpa
menggunakan
media
tanah,
melainkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA