Anna mendengar itu kaget. Ia tak mau bulu putihnya terkena lumpur yang kotor.
tak mau. Ambil saja sendiri. ujar Anna dengan memalingkan muka.
kenapa kucing yang cantik? tanya kucing tua agak kecewa.
aku tak mau buluku kotor terkena lumpur! bentak Anna lihat! Buluku tak seindah
bulumu, kucing tua! tambahnya. Itu membuat kucing tua sakit hati. ia memandang
Anna dengan tajam.
lihat saja nanti. Apa yang terjadi dengan bulumu, kucing cantik! kata kucing tua
dengan pandangan tajam, lalu pergi meninggalkan Anna.
huh! Dasar kucing tua tiba-tiba Anna terjatuh ke kolam berisi lumpur. Semua
badannya diguyur lumpur termasuk bulunya.
aaaah! Tolong aku! teriak Anna. Mona pun menolongnya dengan hati-hati.
Ajaibnya lumpur yang ada pada tubuh Anna tak mengenai tubuh Mona.
argh! Buluku! Anna panik saat melihat bulunya yang terkena lumpur cukup tebal.
Apalagi, di daerah wajah.
yang penting kau selamat! kata Mona agak cuek. sudah ya. Hari mulai malam.
Daaah! Mona dengan sengaja, meninggalkan Anna.
ah Lengket! keluh Anna. Lalu ia pun berjalan pelan menuju rumahnya.
Cit cit Suara burung bernyanyi merdu. Hari mulai pagi. Dari malam, Anna
membersihkan tubuhnya. Namun susah sekali. Alhasil bulu ataupun wajahnya
diselimuti lumpur yang mulai mengering.
oh tidak Buluku! Wajahku! air mata mulai berjatuhan dari mata si kucing
sombong.
Tiga hari, Anna tak makan apapun. Ia hanya menangis, menyesali perbuatannya.
Warga negeri kucing, terutama betina agak cuek mengenai Anna. Mata Anna kini
memerah dan aneh, karena tiap hari ia menangis.
Anna mulai mencari makan, ke luar rumah.
hei itu si Anna ya? kata para pejantan kucing.
iya. Sayang sekali sudah tak secantik dulu.
Anna yang mendengar itu diam saja. Ia malu jika marah.
Mulai saat ini, Anna menjadi kucing pendiam yang selalu diejek oleh temannya. Tapi
ia berusaha tak sombong dan membantu kucing lain. Meskipun wajah ataupun
bulunya tak akan kembali seperti awal.