BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
menambah devisa negara. Potensi pembangunan pesisir dan lautan kita terbagi
dalam tiga kelompok yaitu, sumberdaya dapat pulih (renewable recorces),
sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable recorces) dalam hal ini mineral dan
bahan tambang, jasa-jasa lingkungan (environmental service). Sayangnya ketiga
potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal (Soesanto, 1987).
Secara perlahan-lahan namun pasti pemanfaatan sumberdaya alam laut
Indonesia terus berkembang terutama untuk memenuhi kebutuhan akan pangan
(khususnya sumber protein hewani) energi, bahan baku, serta beberapa perluasan
lapangan kerja dan peningkatan pendapatan negara (Lestari dan Widiastuti, 2003).
Hasil perikanan laut pada umumnya digolongkan berdasarkan jenisnya,
tempat atau daerah hidupnya. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut :
Golongan demersal, yaitu ikan yang dapat diperoleh dari lautan yang dalam.
Contohnya adalah ikan kod san ikan haddock. Golongan pelagis kecil, yaitu jenis-
jenis ikan yang hidupnya di daerah permukaan laut, misalnya ikan parang-parang
atau ikan haring. Golongan pelagis besar, yaitu jenis ikan besar yang hidupnya
dipermukaan laut, seperti ikan sardin, ikan tuna, ikan tongkol. Sumberdaya
perikanan karang yaitu jenis makhluk hidup yang dihuni jenis ikan dengan warna
serta bentuk tubuh yang menarik. Misalnya sidat (belut laut) Hasil perikanan
berkulit keras (krustaceae), yaitu hasil perikanan yang mempunyai kulit keras,
misalnya udang, lobster, kepiting dan rajungan (Soesanto, 1987).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Sumberdaya Perikanan Laut ini yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing
bagian tubuh tersebut.
2. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh)
beberapa jenis ikan air laut.
3. Mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta
mengetahui besar bagian tersebut.
4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging serta
zat yang terkandung didalamnya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Sriwijaya
4
Ikan kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan
bagian bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada
punggung, satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas
garis rusuk, dua ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-
abu kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening
kekuningan. Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-
rata 20-25 cm (Saanin, 1984).
Universitas Sriwijaya
5
hujung bahagian kepala. Rahang atas dan bawah juga tidak boleh membuka
dengan luas. Bawal putih disebut juga bawal cermin karena dari pantulan cahaya
dari badannya yang berkilat dan berwarna perak. Garisan deria di badannya
bermula dari insang hingga mencecah zona ekor. Manakala sirip pektoral lebih
panjang berbanding sirip dorsal dan ekor melengkung bentuk V atau lengkungan
bumerang.Warna Badan bawal putih diliputi sisik halus berwarna putih beralun
perak dan bahagian sirip memancarkan warna kelabu. Setengah bahagian
badannya diliputi bintik hitam halus (Saanin,1984).
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
pertama berjari-jari keras 15, sedang yang kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 10
jari-jari sirip tambahan (fin ilet). Ukuran asli ikan tongkol cukup besar, bisa
mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Rata-rata, ikan ini berukuran sepanjang
50-60 cm (Direktorat Jenderal Perikanan, 1975).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
(P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). Kelima sirip tersebut ada
yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain
bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip
tersebut secara sempurna, melainkan ada yang tidak lengkap (Manda et al, 2005).
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur
gurat sisi, ikan ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga
Carangidae. Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan
Sebelah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan
makanan, dan mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di
dekat-dekat muara sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah
lautan. Jenis ikan-ikan ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan
Cina (Djuhanda, 1981).
Universitas Sriwijaya
12
pilihan untuk di kembangkan, ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm). Bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang
sehingga enak dilihatnya. Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan
bentuk cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 7,6 cm dari panjang
spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak
mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung
hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu
kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada
kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit (Djuanda, 1981).
Kerapu bebek memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip
pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi), dan sirip caundal (ekor). Selain
sirip, di bagian tubuhnya terdapat sisik yang berbentuk sikloid. Ikan kerapu bebek
banyak di jumpai di perairan batu karang atau daerah karang kapur, hidup dalam
kedalaman 7-40 meter. Dalam siklus hidupnya ikan kerapu bebek muda hidup di
perairan karang dengan kedalaman 0,5-3 meter, selanjutnya menginjak dewasa
menuju ke perairan yang lebih dalam,dan biasanya perpindahan ini berlangsung
pada siang dan senja hari. Telur larva kerapu bebek bersifat pelagis, sedangkan
kerapu muda hingga dewasa bersifat domesal (Djuanda, 1981).
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Persentase berat bagian tubuh Ikan Air Laut
Hasil Penimbangan (gram)
No
Nama Ikan Daging
. Utuh Sisik Sirip Jerohan Insang Kepala Tulang Kulit
Utuh Merah Putih
1. Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) 77,4 2,41 3,11 4,36 7,72 30,53 26,01 8,38 77,49 77,49 -
2. Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) 47 - 0,50 1,99 0,53 7,37 2,52 5,61 23 - 23
3. Ikan Sarden (Sardinella lemuru) 11,4 0,4 0,97 14 9 14 13 14 37
4. Ikan Tongkol (Euthynnus pelamis) 38 - 0,24 2,46 2,16 6,29 2,28 2,37 38 1,48 15,20
5. Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) 191 1,22 5,36 12,09 10,82 33,06 17,6 18,19 71 50 18
6. Ikan Salem (Elagastis bipinnulatus) 213 - 0,86 89 79 27 17 27 110 17 93
7. Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) 32 - 0,65 1,09 0,54 2,83 1,91 12,13 3,07 6,15
8. Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) 201 0,15 12,27 8,65 8,29 51,11 11,78 20,32 67,08 6,06 61,02
9. Ikan Parang-Parang (Chirocentrus dorab) 175 17,5 0,3 9 4 73 29 17 14 14 83
10. Ikan Bawal Hitam (Stromateus niger) 232 3 5 25 7 41 36 21 13 13 -
11. Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) 243 4 6 4 4 25 33 44 17 47 110
12. Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes
163 0 0,3 9 4 23 29 17 97 14,83 83
altivelis)
13. Ikan Makerel (Scomberomorus
148 - 1,26 8,32 6,09 22,66 8,29 11,06 68,25 5 49
comersoni)
14. Ikan Salem (Elagastis bipinnulatus) 210 0,33 1,35 15,56 7,08 24,65 20,11 13,32 28,04 28,04 86,55
15. Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) 107 - 2 3 6 19 7 7 54 3 45
16. Ikan Sarden (Sardinella lemuru) 125 - 5,51 10,67 4,61 24,01 7 8,64 48,7 6,44 42,26
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Sumberdaya Perikanan laut ini menggunakan ikan yang
sedang. Kita bisa mengatakan ikan itu besar apabila panjangnya mencapai kurang
lebih 20 cm, sedangkan ikan yang ukarannya lebih kecil biasanya mencapai 10
cm. Pada saat pratikum ini kita gunakan ikan yang ukurannya sedang. Pada
praktikum sumberdaya perikanan laut ini ikan yang diamati adalah ikan kembung
(Rastrelliger kanagurta). Yang dimana ikan (Rastrelliger kanagurta) memiliki berat
utuh 191 gr. Di dapat daging utuh sebesar 71 gr, yang dimana daging utuh ini
terdiri dari daging merah dan daging putih. Daging merah sangat sedikit dan
hampir semua daging adalah daging putih. Jumlah daging putih ikan Kembung
(Rastrelliger kanagurta) yang banyak dari daging merah sehingga dapat dikatakan
ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) tidak terlalu banyak mengandung histamine,
karena ikan ini lebih banyak mengandung daging putih, sehingga sulit terjadinya
alergi atau keracunan pada ikan itu sendiri. Hasil penimbangan yang dilakukan
dengan neraca analitik pada setiap ikan yaitu dimana ikan dicuci bersih lalu
ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan, yang mana berat utuh ikan
kembung (Rastrelliger kanagurta) sebesar 191 gram. Untuk tahap selanjutnya ikan
dibuang sisiknya dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.
Berat sisik ikan kembung 1,22 gram, kemudian secara bertahap dibuang isi
perut (gutted) dan setelah dibuangi iris perutnya ternyata jeroan pada kembung
(Rastrelliger kanagurta) terdapat 12,09 gram. Dan tahap selanjutnya tahap
eviscerated atau pembuangan insang pada ikan kembung (Rastrelliger kanagurta)
sebesar 10,82 gram. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya atau dressed dan
dilakukan hal yang sama yaitu ditimbang dengan neraca analitik didapatlah 33,06
gram berat kepala ikan kembung (Rastrelliger kanagurta. Daging ikan dipisahkan
dari tulang dan duri (skin on fillet) lalu ditimbang didapatkan hasil 110,04 gram,
terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless fillet). Daging fillet
dipisahkan daging merah dan daging putih kemudian masing-masing ditimbang
91,45 gram. Lalu selanjutnya dilakukan perhitungan edible flesh dilakukan
dengan membandingkan antara berat daging dengan berat utuh dikalikan 100%.
Untuk ikan yang kami amati yaitu ikan kembung ( Rastrelliger kanagurta) edible
flash yang didapat yaitu 37,17%.
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari praktikum yang telah dilakukan
yaitu sebagai berikut :
1. Edible flesh pada ikan kembung adalah 71 gram (37,17 %)
2. Ikan kembung memiliki daging putih yang jauh lebih banyak dibandingkan
daging merah.
3. Ikan Kembung memiliki Edible flesh yang rendah.
4. Ikan laut memiliki Edible flesh yang berbeda-beda.
5. Edible flesh tertinggi berada pada ikan bawal putih, yakni sebesar 62,16%.
6. Sumber daya perikanan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis ikan, krustasea,
moluska, makroalga, dan mikroalga yang hidup di perairan darat dan laut.
7. Sumber daya perikanan yang memiliki struktur tubuh ikan disebut finfish,
sedangkan yang memiliki struktur tubuh bercangkang disebut shellfish.
8. Edible flesh pada ikan bawal hitam adalah 75 gram (32,32 %).
9. Ikan bawal hitam memiliki daging putih yang jauh lebih banyak dibandingkan
daging merah.
10. Bahan baku ikan dimanfaatkan dalam bentuk : utuh, fillet, steak, disiangi
ataupun dibantai.
5.2. Saran
Saran dari kelompok kami yakni agar praktikum berjalan dengan baik,
praktikum sebaiknya dilakukan tepat waktu dan pemanfaatan waktu sebaiknya
dilakukan sebaik mungkin.
21
Universitas Sriwijaya
23
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
22
24
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh)
beberapa jenis ikan air tawar.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging dan
zat yang terkandung didalamnya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
24
26
Universitas Sriwijaya
27
Ikan gabus mudah dikenali sebab memiliki bentuk badan bulat didepan dan
pipih belakang. Punggungnya berwarna cokelat tua hampir hitam dengan perut
putih kecokelatan. Ukuran maksimum dapat mencapai panjang 90 cm. Ikan gabus
dapat hidup disungai, danau, rawa, air tawar, air payau. Makanan ikan gabus
berupa udang, ikan kecil, kepiting, cacing, dan serangga air (Evy, 2002).
Hingga saat ini ikan gabus belum dapat dibudidayakan. Biasanya ditangkap
langsung dari habitat asli di alam. Ikan gabus memijah pada musim hujan ditepi-
tepi perairan. Telurnya menetas sesudah 1-3 hari. Selama sisik dan alat
pernapasanya lembab, gabus mampu hidup lama tanpa air. Ikan gabus
memanfaatkan cadangan lemak dalam tubuhnya untuk makanan. Ikan gabus
termasuk dalam kelompok ikan-ikan karnivor. Anak-anaknya memakan ganggang
dan hewan bersel satu (Evy, 2002).
Universitas Sriwijaya
28
kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun
rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki
garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung
sampai pangkal sirip ekor (Kottelat et al. 1993).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair
payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982).
Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38 oC dengan suhu terbaik adalah 25-30 oC
dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto, 2003).
Universitas Sriwijaya
29
yang keras dan runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan kepala pipih dan
terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudian ikan ini memiliki
alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya yaitu
arborescent (Yusuf, 2000).
Lele lokal mempunyai ciri-ciri bentuk badan memanjang dengan kepala
gepeng dan lebar, memiliki 4 pasang sungut. Warna tubuh ikan hitam atau
kecokelatan. Bentuk tubuh lele dumbo sama dengan ikan lele lokal, hanya
ukuranya lebih besar. Ikan lele dapat mencapai ukuran panjang 40 cm. Habitat
aslinya adalah sungai dan rawa-rawa air tawar, makanan utama ikan lele adalah
cacing, udang-udangan, larva serangga, dan berbagai macam bahan organik di
dasar perairan. Pemijahan alami di alam bebas biasanya berlangsung dimusim
penghujan. Di kolam budidaya ikan lele dapat berbiak sepanjang tahun
(Sutojo, 2003).
Universitas Sriwijaya
30
dengan bibir yang tipis, satu sirip perut yang terdepan berubah menjadi semacam
cambuk yang dapat digerakkan. Punggung berwarna hijau kehitaman, tapi pada
bagian perut berwarna lebih terang. Pada bagian tubuh ikan sepat siam terdapat
satu garis hitam horizontal dari mata sampai ujung batang ekor, juga garis vertikal
yang tidak lurus mulai dari awal sirip dada sampai ekor, ikan sepat siam memiliki
sisik kecil-kecil dan panjang maksimumnya adalah sekitar 25 cm, lebar pipih,
dengan mulut agak meruncing (Yusuf, 2000).
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna
gelap. Ikan sepat siam hidup disungai dan rawa-rawa, mudah untuk dipelihara
dikolam. Sepat siam dapat tumbuh dengan cepat bila dipelihara di kolam dengan
pakan alami berlimpah. Selain makan plankton, ikan ini juga memakan tanaman
air yang lunak. Ikan sepat siam dapat hidup dengan baik pada daerah dengan
ketinggian 0-7 m DPL (Bahar, 2006).
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip du. Bentuk badannya pipih dengan warna
hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau bur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari.
Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda
dengan spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk tubuh,
pola adaptasi spesies ikan tersebut terhadap lingkungan tempat mereka hidup, atau
stadia dalam hidup spesies tersebut. Beberapa organ yang dapat diamati secara
anatomis pada tubuh ikan antara lain: otak, rongga mulut, insang, jantung, hati,
empedu, alat pencernaan makanan, limpa, kelenjar kelamin, gelembung renang,
dan lain-lain. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam
(salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan
pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan
menurun. (Saanin, 1968).
ordo : Siluriformes
famili : Pangasidae
genus : Pangasius
spesies : Pangasius pangasius
Universitas Sriwijaya
33
mencapai ukuran panjang 30-40 cm ikan ini hanya butuh waktu enam bulan.
(Saanin,1984)
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
35 Universitas Sriwijaya
37
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum Sumberdaya Perikanan Tawar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.4. Persentase Berat Bagian Tubuh Ikan Tawar
Universitas Sriwijaya
38
No. Nama Ikan Utuh Gutted Dressed Skin on Fillet Skinless Fillet
Universitas Sriwijaya
36
39
Universitas Sriwijaya
40
Edible Flesh
No. Nama Ikan
Gram %
1. Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) 8,54 15,81
2. Ikan Lele (Clarias batracus) 44,17 41,28
3. Ikan Nila (Oreochromisniloticus) 47 44,76
4. Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) 14,85 30,93
5. Ikan Betok (Anabas testudineus) 6,11 26,56
6. Ikan Gabus (Chana striata) 24 39,34
7. Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) 24,75 32,14
8. Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) 17,38 36,20
9. Ikan Mujair (Oreochromis mosambicus) 157 40,12
10. Ikan Patin (Pangasius pangasius) 513 62,5
11. Ikan Gabus (Channa stiata) 205 39
12. Ikan Mas (Cyprinus carpio) 101 37,7
13. Ikan Sepat (Trichogaster pectoralis) 48 29
14. Ikan Tambakan (Helestoma temencki) 36 28
15. Ikan Seluang (Rasbora sp) 15 20
16. Ikan Betok (Anabas testudineus) 20 35
Tabel 4.1.6. Persentase Edible Flesh Ikan Air Tawar
Universitas Sriwijaya
41
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu sumberdaya perikanan tawar, disini kita akan
menghitung berat daging yang dapat dimakan (edible flesh) beberapa jenis ikan air
tawar. Ikan yang digunakan pada praktikum ini ialah ikan betok (Anabas
testudineus). Ikan betok ini tergolong ikan kecil karena ukurannya lebih kecil
biasanya mencapai 10 cm. Ikan betok memiliki kelebihan yaitu mempunyai alat
pernapasan tambahan berupa labirin. Pada praktikum ini ikan yang akan kita
gunakan masih dalam keadaan hidup, ikan dimatikan dahulu dengan menusukkan
jarum pada kepala ikan dibagian otaknya. Kemudian ikan dicuci dahulu dengan air
didalam baskom, sebelum melakukan penyiangan ikan ditimbang terlebih dahulu
agar kita mengetahui berat utuh ikan tersebut. Berdasarkan penimbangan yang
telah dilakukan menggunakan neraca analitik ikan betok memiliki berat utuh 23 gr.
Setelah didapat berat utuh ikan tersebut kita siangi dengan melakukan penyiangan
sisik maka didapat pula berat sisik yaitu 2,24 gr.
Kemudian kita siangi bagian sirip, berat dari sirip ikan betok sebesar 0,81 gr.
Selanjutnya, kita siangi perut ikan untuk mendapatkan berat jeroan dan insang ikan
dan didapatlah berat jeroan ikan betok yaitu sebesar 0,91 gr dan juga berat insang
sebesar 0,49 gr. Setelah disiangi sisik dan isi perut kita potong dahulu kepala ikan
lalu timbang kepala ikan betok memiliki berat sebesar 6,52 gr. Kemudian daging
ikan dipisahkan dari tulang dan duri (skin on fillet) lalu setelah itu ditimbang berat
tulang sebesar 2,57 gr terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (skinless
fillet) sehingga didapat berat kulit sebesar 1,60 gr dan juga berat daging utuh ikan
betok sebesar 6,11 gr. Pada praktikum ini perikanan tawar memiliki berat yaitu 23-
107 gram ini membuktikan bahwa perbandingan berat utuh tubuh ikan sangatlah
mencolok dengan perikanan laut. Hal ini mungkin juga dipengaruhi tempat
hidupnya ikan dan cara ikan mendapatkan makanan begitu juga kandungan protein
yang terkandung di dalam perairan air tawar daging ikan air tawar lebih lembek.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan edible flesh yaitu untuk mengetahui berat ikan
Universitas Sriwijaya
42
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum sumberdaya perairan tawar yaitu
sebagai berikut :
1. Ukuran tubuh ikan betok yang kecil mempengaruhi edible flesh pada ikan.
2. Untuk mencari edible flesh kita bandingkan berat daging ikan dengan berat utuh
ikan dikalikan 100%.
3. Edible flesh pada ikan betok adalah 26,56 %.
4. Ikan betok memiliki edible flesh yang rendah.
5. Ikan tawar memiliki edible flesh yang berbeda-beda.
6. Edible flesh pada ikan sepat adalah 71 gram (36,20 %)
7. Ikan air tawar bebeda dengan ikan air laut, ikan tawar tekstur dagingnya
lembek,, sedangkan ikan laut tidak.
8. Pada ikan air tawar yang kami praktikum ada yang masih dalam keadaan hidup,
sedangkan ikan air laut tidak ada.
9. Ikan air tawar memiliki Edible flesh yang berbeda-beda tergantung pada jenis
dan ukuran ikan.
10. Ikan sepat terdapat di sungai, rawa seingga mudah untuk mendapatkannya.
5.2 Saran
Saran yang dberikan pada praktikum sumberdaya perairan tawar adalah agar
praktikum berjalan dengan baik, praktikum sebaiknya dilakukan tepat waktu dan
pemanfaatan waktu sebaiknya dilakukan sebaik mungkin.
41
Universitas Sriwijaya
44
BAB 1
LATAR BELAKANG
Universitas Sriwijaya
42
45
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Sumberdaya Perikanan Krustasea ini adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh hewan Krustasea.
2. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh) beberapa
jenis hewan Krustasea.
3. Mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk preparasi udang.
4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging serta
zat yang terkandung di dalamnya.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
44
47
Universitas Sriwijaya
48
kingdom : Animalia
filum : Arthropoda
kelas : Malacostraca
ordo : Decapodas
familia : Penaeidae
genus : Litopenaeus
spesies : Litopenaeus vannamei
Universitas Sriwijaya
49
Universitas Sriwijaya
50
berjumlah 5 pasang, pasangan kaki pertama berubah menjadi capit (cheliped) yang
digunakan untuk memegang serta memasukkan makanan ke dalam mulutnya,
pasangan kaki ke-2 sampai ke-4 menjadi kaki jalan, sedangkan pasangan kaki
jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat renang, sehingga sering disebut
sebagai kepiting renang (swimming crab). Kaki renang pada rajungan betina juga
berfungsi sebagai alat pemegang dan inkubasi telur (Oemarjati dan Wisnu, 1990).
Universitas Sriwijaya
51
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.3.1. Udang
1. Udang dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh (HO).
2. Udang dibuang kepalanya lalu ditimbang (HL).
3. Udang tanpa kepala dikupas sepanjang tubuh sampai pangkal ekornya (PTO)
lalu ditimbang.
4. Kemudian kulit ekor dikupas dan ditimbang (PUD).
5. Udang disiangi dengan menyayat sedikit bagian punggung menggunakan pisau
tajam lalu diambil saluran pencernaannya dan ditimbang (PD). Dengan
pernyayatan lebih dalam lagi didapatkan bentuk Butterfly.
6. Untuk mendapatkan bentuk PDTO, udang bentuk PTO disiangi bagian
pencernaannya lalu ditimbang.
Universitas Sriwijaya
50
53
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum Sumberdaya Perikanan Krustasea ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.7. Persentase Berat Bagian Tubuh Krustasea
Bagian Tubuh Udang Galah Kepiting Rajungan Udang Putih
Berat (g) % Berat Berat (g) % Berat Berat (g) % Berat Berat (g) % Berat
Utuh 12 100 114 100 173 100 13 100
Kepala 1,74 14,5 - - 59 34,1 4 30,76
Kulit 0,37 3,28 - - 75 43,3 0,92 7,07
Ekor 0,41 3,416 - - - - 0,32 2,46
Daging 6,61 55,08 43,45 41,76 52 30,05 6 46,8
Universitas Sriwijaya
52
55
Tabel 4.1.8. Persentase bagian yang dapat dimakan (edible flesh) Krustasea
Edible Flesh
No. Nama Ikan
Gram %
1. Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) 6,61 55,08
2. Kepiting (Scylla serrata) 43,45 41,76
3. Rajungan (Portunus pelagicus) 52 30,05
4. Udang Putih (Litopenaeus monocerus) 6 46,15
Universitas Sriwijaya
56
4.2. Pembahasan
Krustasea merupakan kelas dari hewan arthropoda yang memiliki cangkang.
Kelompok hewan ini mencakup lopster, kepiting, udang, dan rajungan (Suwigyo,
1997). Pada praktikum Pengetahuan Bahan Baku Hasil Perikanan ini mengenai
Sumberdaya Krustasea kami melakukan penimbangan bagian-bagian tubuh dan
perhitungan edible flesh beberapa hewan krustasea, yakni udang galah
(Macrobrachium rosenbergii), udang putih (Litopenaeus monocerus), kepiting
(Scylla serrata), dan rajungan (Portunus pelagicus). Pada praktikum ini, kelompok
kami melakukan penimbangan berat utuh, berat kepala, berat kulit, dan berat
daging, serta perhitungan edible flesh dari Rajungan (Portunus pelagicus). Pada
hasil penimbangan berat utuh dari rajungan yakni 173 gram. Berat utuh ini
merupakan berat keseluruhan dari rajungan. Berat kepala rajungan sebesar 59 gram
dengan persen berat 34,1%. Berat kepala ini didapatkan dari hasil penimbangan
kepala rajungan, yakni rajungan yang telah dilepaskan capit beserta kaki-kakinya.
Pada penimbangan berat kulit, hasil penimbangan yakni 75 gram. Berat kulit ini
didapat dari hasil penimbangan seluruh cangkang dari rajungan yang telah
dikeluarkan isinya, baik daging, jeroan ataupun insangnya.
Penimbangan daging dilakukan dengan melepaskan daging pada bagian
kepala atau abdomen dari rajungan dan capit serta seluruh kakinya, kemudian
ditimbang. Berat dari daging abdomen yakni 21 gram dengan persen berat 12,13%,
sedangkan berat daging pada capit yaitu 31 gram dengan persen berat 17,91%. Dari
hasil penimbangan daging abdomen dan capit, maka didapatlah berat daging
rajungan sebesar 52 gram dengan persentase berat 30,05%. Daging pada bagian
capit serta kaki memiliki bobot yang lebih besar dari pada daging pada abdomen
atau kepala rajungan. Karena, berbeda dengan kepiting, rajungan memiliki
abdomen atau kepala yang relatif kecil dan capitnya yang panjang dan cukup besar
(terlampir gambar 1.1.). Perhitungan berat bagian yang dapat dimakan (edible
flesh) yakni dengan membandingkan antara berat daging rajungan dengan berat
keseluruhannya (utuh) lalu dikalikan 100%, dan didapatkanlah berat edible flesh
sebesar 30,05%. Dari hasil edible flesh, maka rajungan memiliki daging yang
relatif lebih sedikit.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum tentang Sumberdaya Perikanan
Krustasea adalah sebagai berikut :
1. Krustasea merupakan golongan dari arthropoda, yakni kelas hewan-hewan yang
memiliki cangkang.
2. Hewan yang tergolong kelas krustasea adalah udang, lobster, kepiting, dan
rajungan.
3. Pada rajungan, memiliki kepala yang lebih kecil serta capit yang lebih panjang
dibanding dengan kepiting.
4. Rajungan memiliki edible flesh yang relatif kecil, yakni 30,05%.
5. Karena ukuran kepalanya yang relatif kecil, daging pada capit rajungan memiliki
persentase berat yang lebih dibanding daging pada bagian kepalanya.
5.2. Saran
Saran kami agar asisten dapat lebih menjelaskan tentang materi mengenai
praktikum.
Universitas Sriwijaya
55
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
56
59
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Sumberdaya Perikanan Krustasea ini adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh hewan Moluska dan berat masing-
masing bagian tubuh tersebut..
2. Mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh) beberapa
jenis hewan Moluska.
3. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging serta
zat yang terkandung di dalamnya.
Universitas Sriwijaya
60
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
58 Universitas Sriwijaya
61
Universitas Sriwijaya
62
Universitas Sriwijaya
63
Universitas Sriwijaya
64
Lola, pertama kali di diskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1767. Hasil diskripsi
tersebut bahwa siput lola merupakan siput yang berukuran besar, cangkangnya
berbentuk kerucut dengan 10 sampai 12 buah ulir (suture). Perputaran seluk
(Whorl) berbentuk spiral yang jelas dan beberapa seluk permulaan memiliki
tonjolan-tonjolan kecil, seluk akhir (body whorl) berbentuk lingkaran yang
cembung dan membesar. Cangkang berwarna dasar krem keputihan dengan corak
bergaris merah lembayung, sementara dasar cangkang berbintik merah muda
(Pradina, 1997).
Universitas Sriwijaya
65
BAB 3
Universitas Sriwijaya
66
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.3.2. Kerang-kerangan
1. Kerang dibersihkan dari kotoran yang masih melekat dan dicuci bersih.
64 Universitas Sriwijaya
67
Universitas Sriwijaya
68
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum mengenai Sumberdaya Perikanan Moluska ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.9. Persentase berat bagian tubuh Moluska
Bagian Cumi-cumi Sotong Kerang Darah 1 Kerang Darah 2 Kerang Kijing Siput (Tutut) Gondang
Tubuh Berat % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat % Berat (g) % Berat
(g) Berat (g) Berat (g) Berat (g) Berat (g) Berat (g) Berat
Utuh 114 100 39 100 21 100 21 100 7 100 1,73 100 12 100
Cangkang - - - - 13 61,9 15,36 73,14 3,84 55,14 1,23 71,09 3,54 29,5
Jerohan - - 1,32 3,38 3 14,28 1,83 8,71 - - - - 1,78 14,83
Daging 60 52,63 16 41,02 4 19,04 4,33 20,61 0,86 12,28 0,5 28,9 2,76 23
Sirip 3,81 3,34 - - - - - - - - - - - -
Kepala 40 35,08 10 25,64 - - - - - - - - - -
Selubung - - 24 61,53 0,74 3,52 - - - - - - 0,07 0,58
Universitas Sriwijaya
66
69
Tabel 4.1.10. Persentase bagian yang dapat dimakan (edible flesh) Moluska
Edible Flesh
No. Jenis Moluska
gram %
1. Sotong (Shepia sp) 16 41,02
2. Cumi-cumi (Loligo sp) 60 52,63
3. Kerang Darah (Anadara granosa) 1 4 19,04
4. Kerang Darah (Anadara granosa) 2 4,33 20,61
5. Kerang Kijing (Glauconome virens) 0,86 12,28
6. Siput (Filopaludina javanica) 0,5 28,9
7. Gondang (Pila ampuilacea) 2,76 23
4.2. Pembahasan
Universitas Sriwijaya
70
BAB 5
Universitas Sriwijaya
71
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Sumberdaya Perikanan Moluska
ini, yakni sebagai berikut :
1. Moluska merupakan hewan bertubuh lunak.
2. Moluska terdiri atas beberapa kelas yakni bivalva, gastropoda, dan cephalopoda.
3. Kelas bivalva dan gastropoda memiliki cangkang yang keras, sedangkan kelas
cephalopoda tidak.
4. Kerang darah (bivalva) memiliki edible flesh yang rendah karena memiliki
cangkang yang lebih berat.
5. Antara kerang darah 1 dan 2 memiliki edible flesh yang berbeda meskipun
memiliki berat utuh yang sama.
5.2. Saran
Saran kami agar asisten dapat lebih menjelaskan tentang materi mengenai
praktikum.
BAB 1
69
Universitas Sriwijaya
72
PENDAHULUAN
70 Universitas Sriwijaya
73
kesegaran produk Menjaga mutu daging paha kodok yang akan diekspor dapat
dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan teknologi pasca panen
sehingga bahan mentah yang akan dijadikan bahan baku daging paha kodok beku.
Teknologi pasca panen mempunyai peranan penting dalam mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku untuk paha kodok beku yang memenuhi persyaratan pasar baik
domestik maupun internasional (Usri Arie, 1999).
Dalam era globalisasi perdagangan, mutu merupakan faktor penting sebagai
salah satu unsur keunggulan kompetitif suatu komoditas dalam merebut pasar
internasional yang makin ketat persaingannya dengan negara pengekspor lainnya.
Masalah yang umumnya dialami dalam pemasaran produk komoditas kodok di luar
negeri adalah mutu produk yang rendah akibat terkontaminasi bakteri Salmonella
sp. Kontaminasi ini mungkin disebabkan karena penanganan pasca panen yang
kurang baik, sehingga perlu adanya peningkatan penanganan bahan mentah kodok
setelah dipanen agar dapat menjadi bahan baku paha kodok beku yang bermutu
tinggi (Holmes S.J., 1928).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai Sumberdaya Perikanan Paha Kodok ini
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh kodok.
2. Mahasiswa Mengetahui berat dagaing yang dapat dimakan (edible flesh) dari
kodok.
3. Mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari daging dan bagian yang
tidak dapat dimakan.
BAB 2
Universitas Sriwijaya
74
TINJAUAN PUSTAKA
72 Universitas Sriwijaya
75
pengamatan secara anatomi kodok, telah ditemukan organ-organ antara lain adalah
jantung (cor), hati (hepar), paru-paru (pulmo), kantung empedu (vesica vellea),
pancreas (pancreas), lambung (ventriculus), kerongkongan (esofagus) , usus 12
jari, usus halus (intestinum), usus besar (rectum), ginjal (ren), pericardium (selaput
tipis pembungkus jantung), kloaka (Triwibowo, 2003).
Mulut kodok terdapat pada ujung anterior, lebar dan berfungsi untuk
menangkap mangsa dengan bantuan lidah yang berlendir. Lubang hidung kodok
(Nares eksterna-nares anterior) merupakan sepasang lubang kecil yang terdapat
diatas mulut dan lubang ini berhubungan dengan rongga mulut melelui hidung
dalam. Kodok memiliki mata yang menonjol dan dilindungi oleh dua kelopak mata
yang tidak dapat bergerak, bagian atas disebut valvebra superior, bagian bawah
disebut valvebra inferior serta kelopak mata ketiga berupa selaput bening yang
dapat digerakkan dari bawah keatas disebut membrane nictitans yang berfungsi
untuk melindungi mata dari gesekan air. Ciri khas dari kodok adalah adanya
gendang telinga pada sebelah belakang matanya, pada kedua sisi kepalanya.
Selaput gendang telinga ini konon sangat peka terhadap getaran udara dan
berkaitan erat dengan kemampuan mereka menghasilkan suara. Sebagian kodok
juga memiliki ciriciri jenis kelamin yang umumnya jenis kelamin jantan lebih
besar dibandingkan dengan betinanya. Suara yang dihasilkan oleh suatu alat yang
bunyinya sangat bagus. Perkembangannya yang biasanya diperkuat dengan suatu
balon udara yang sangat besar, semua kodok berbedabeda dalam tinggi nada. Pada
kodok jantan biasanya pekik suara yang dihasilkan bisa mengandung banyak arti.
Mereka sering memanfaatkan suara yang besar untuk memanggil pasangannya
(Triwibowo, 2003).
Telinga (membrane thympanium) merupakan gendang pendengaran yang
berfungsi untuk menerima getaran suara, terletak caudal dari mata dan pada bagian
permukaan. Pada telinga tidak terdapat daun telinga (pinna auricularis). Alat gerak
(kaki depan kaki belakang) kodok jantan tubuhnya lebih kecil, pada kaki depan
terdapat bantalan kawin (nuptial flight) yang berfungsi untuk menekan tubuh betina
serta memberi tanda apabila jantan akan mengeluarkan spermatozoa. Seekor katak
didarat bertopang pada sepasan kaki 3depan, sedangkan kaki belakan terlipat pada
sisi tubuhnya. Kalau melompat, kaki belakang akan diluruskan dengan bantuan
tendon achiles. bila di air, kaki ini digunakan untuk mengayuh kuat dengan
Universitas Sriwijaya
76
bantuan selaput renangnya, sehingga tubuhnya dapat bisa maju ke arah depan
(Triwibowo, 2003).
Kulitnya sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit yang tipis
fleksibel membagi bagian luar badan untuk melindungi organisme terhadap
penyakit, berfungsi dalam pernapasan, penyerapan air, sebab kodok tidak pernah
minum. Di lengkapi dengan kelenjar mukosa yang menyebabkan kulit terjaga
kelembabannya, bagi spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak
pelumas bagi tubuh. Sebagian besar memiliki kelenjar granular dan kelenjar
mukus. Keduanya mirip, akan tetapi hasil produksinya berbeda. Kelanjar granular
memproduksi zat abnoxious atau racun untuk melindungi diri dari musuh.
Keduanya dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar (kelenjar yang tidak
mempunyai saluran pengeluaran, tetapi produknya di keluarkan lewat dinding
selnya sendiri secara alami). Kelenjar racundapat menimbukan iritasi pada kulit.
kodok adalah bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian
tengah disebut medial, samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior,
bagian belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang
bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/
cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian
kaudal (Triwibowo, 2003).
Struktur dan fungsi kodok ialah Pada kepala terdapat : rima oris yang lebar
untuk masuknya makanan, nares externs mempunyai peranan dalam pernafasan,
sepasang arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata terdapat membrane
tympani untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang
berfungsi sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel kelamin. Extremitas muka
yang berupa kaki atau tangan berukuran pendek, terdiri atas: brachium (lengan
atas) yang berupa humerus, antibracium (lengan bawah) yang berupa radioulna,
carpus (pergelangan tangan), menus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus
dan phalangus (jari jari), pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada
hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin (Triwibowo, 2003)
Universitas Sriwijaya
77
Kodok merupakan salah satu komoditas yang penting dalam sektor perikanan
di Indonesia. Ditinjau dari nilai gizinya, daging paha kodok merupakan sumber
protein hewani baik yang juga kaya akan vitamin dan mineral. Daging paha kodok
yang akan diekspor mempunyai permasalahan sumber daya yang kian menyusut
serta mengalami penolakan di negara tujuan ekspor yang disebabkan mutunya
rendah karena mengandung bakteri patogen. Masalah yang umumnya dialami
dalam pemasaran produk komoditas kodok di luar negeri adalah mutu produk yang
rendah akibat terkontaminasi bakteri Salmonella sp. Kodok hidup mudah mati bila
selama penangkapan atau penyimpanan mengalami perlakuan fisik dan kondisi
lingkungan yang tidak sesuai. Paha kodok segar yang akan diolah menjadi frozen
froglegs harus merupakan paha kodok yang diperoleh dari kodok hidup dan dijaga
kesegarannya dengan pendinginan. Hanya paha kodok yang bersih, sehat, dan
memenuhi standar mutulah yang dapat diterima dan diproses lebih lanjut.
Penanganan pasca panen harus mampu mengurangi pencemaran dan mortalitas,
maka harus segera dibersihkan sehingga menghilangkan kotoran serta mengurangi
jumlah bakteri yang ada. Kodok yang sudah tercemar hingga batas standar yang
ditentukan pabrik pengolahan akan menurun kualitas mutu produk akhirnya.
Penerapan penanganan pasca panen terhadap kodok sangat penting untuk dilakukan
agar didapat paha kodok dengan kualitas dan mutu yang baik (Tri Margono, 1993).
Universitas Sriwijaya
78
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB 4
Universitas Sriwijaya
76
79
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum Sumberdaya Perikanan Paha Kodok ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.11. Persentase Bagian Tubuh dan Edible Flesh Kodok
No. Bagian Tubuh Berat (gram) %berat
1. Utuh 83 100
2. Paha 31 37,34
3. Limbah 48 37,83
4. Edible flesh 29 34,93
4.2. Pembahasan
77 Universitas Sriwijaya
80
Universitas Sriwijaya
81
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum Sumberdaya Perikanan Kodok
ini adalah sebagai berikut :
1. Kodok memiliki perbedaan dengan katak. Selain dari ukuran tubuh kodok yang
lebih besar dari katak, kodok dapat di konsumsi sedangkan katak tidak, karena
mengandung racun pada area kulitnya.
2. Kodok memiliki berat limbah yang lebih besar dari pada berat pahanya.
3. Berat limbah dari kodok merupakan berat gabungan dari badan, kepala, jerohan,
kaki serta kulitnya.
4. Kodok memiliki edible flesh yang kurang dari setengah berat utuhnya.
5. Kodok memiliki paha dan kaki yang relatif besar karena selalu digunakannya
untuk melompat, dan menjaga agar kodok dapat melompat dengan baik.
5.2. Saran
Saran dari kelompok kami agar pada praktikum selanjutnya dapat dijelaskan
lagi tentang setiap langkah praktikum serta alasannya. Semoga pada praktikum di
lain waktu bisa lebih baik lagi.
79 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Moeljanto. 1982. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Direktorat
Jenderal Perikanan: Departemen Perikanan. Jakarta.
Moeljanto, Suryano A. 1992. Analisis Kelayakan Proyek Tambak Udang Windu.
IPB, Bogor.
Mujiman dan Suryanto. 2005. Kelas Krustasea. UGM Press, Yogyakarta.
Mujiman dan Suryanto. 2003. Avertebrata Air. UGM Press, Yogyakarta.
Murni R., Supardjo, Akmal, dan B.L. Ginting. 2008. Metode Pengolahan Limbah
Untuk Pakan Ternak. Universitas Jambi, Jambi.
Murtidjo. 2008. Analisis Kondisi Perikanan Indonesia. Universitas Negeri
Malang, Malang.
Manda et al. 2005. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Parang-Parang. Institut
ertanian Bogor, Bogor.
Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Niem. 1998. Ekologi Hewan Air. IKIP, Malang.
Nontji. 1987. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat
Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan
Badan Riset Kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan,
Jakarta.
Nontji. A. 2002. Laut Nusantara. Aksara Bintang, Jakarta.
Nurcaya, F. 2004. Siput dan Kerang Indonesia. Gramedia, Jakarta.
Oemarjati dan Wisnu. 1990. Biologi Laut Jilid 2. Press Universitas Bung Hatta,
Padang.
Pradina, et al. 2007. Analisis Morfologi dan Ikhtiologi Moluska. Undip,
Diponegoro.
Prianto, F. 2007. Analisis Pertumbuhan Kepiting Bakau di Hutan Bakau Pantai
Paranteritis. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Rukmana, 1997. Morfologi dan Klasifikasi Perikanan Moluskai. Kanisius,
Yogyakarta.
Saanin, 1968. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Perikanan. Medyatama Sarana
Perkasa, Jakarta.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta.
Soesanto, 1987. Pedoman Pemanfaatan Gizi Sumberdaya Hayati Laut. Kantor
Menteri Negara Urusan Pangan, Jakarta.
Soesanto, Endang. 2007. Biologi Umum I. Grafindo, Jakarta.
Soim, A. 1994. Budidaya Kepiting Bakau. Djambatan, Jakarta.
Sugiarto. 2001. Budidaya Ikan tawar. Kanisius, Yogyakarta.
Suwignyo. 1998. Avertebrata Air. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
Universitas Sriwijaya
Suwignyo. 1989. Moluska, Krustasea, dan Echinodermata Perairan. Direktorat
Jenderal Perikanan, Jakarta.
Suyanto, R. 2003. Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syakir, 2009. Pedoman Pemanfaatan.Gizi Sumberdaya Hayati. Kantor Menteri
Negara Urusan Pangan, Jakarta`
Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPIbekerjasama dengan
Swiss Development Cooperation, Swiss.
Triwibowo. 2003. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Universitas Sriwijaya
PERHITUNGAN
Universitas Sriwijaya
232
Skin On Fillet = Berat utuh (sisik +sirip+ jeroan + insang + kepala+tulang)
= 232 gr (3+5+25+7+41+36) gram
= 115 gram
B. Ikan Kembung
Diketahui :
Berat utuh : 191 gram
Sisik : 1,22 gram
Sirip : 5,36 gram
Jeroan : 12,90 gram
Insang : 10,82 gram
Kepala : 33,06 gram
Universitas Sriwijaya
Tulang : 17,60 gram
Kulit : 18,19 gram
Daging utuh : 71 gram
Daging merah :-
Daging putih : 71 gram
Universitas Sriwijaya
= 110,04 gram 18,59 gram
= 91,45 gram
% SlF = SLF x 100%
Utuh
= 91,46 x 100 %
191
= 48,08%
Universitas Sriwijaya
% Dressed = Dressed x 100%
Utuh
= 15,67 x 100 %
23
= 68,13 %
SOF = Berat utuh (sisik + sirip + jeroan + insang + kepala + tulang)
= 23 gr (2,24 + 0,81 + 0,91 + 0,49 + 6,52 + 2,57) gram
= 9,46 gram
% SOF = SOF x 100%
Utuh
= 9,46 x 100 %
23
= 41,13 %
SLF = SOF - kulit
= 9,46 gram 1,60 gram
= 7,86 gram
% SlF = SLF x 100%
Utuh
= 7,86 x 100 %
23
= 34,17 %
Edible Flesh = Berat daging utuh x 100%
Berat utuh
= 6,11 x 100 %
23
= 26,56 %
B. Ikan Sepat
Diketahui :
Berat utuh : 48 gram
Sisik : 2,8 gram
Universitas Sriwijaya
Sirip : 0,9 gram
Jeroan : 1 gram
Insang : 0,2 gram
Kepala : 7 gram
Tulang : 7 gram
Kulit : 6 gram
Daging utuh : 14 gram
Daging merah :-
Daging putih :-
Gutted
= Berat utuh (sisik + jeroan + insang)
= 48gr (2,8+1+0,2) gr
= 44 gram
% Gutted =Gutted x 100%
Utuh
= 44 x 100 %
48
= 91,66 %
Dressed
= Berat utuh (sisik +kepala)
= 48 gr (2,8+7) gr
= 38,2 gram
% Dressed = Dressed x 100%
utuh
= 38,2 x 100 % = 79,58%
48
SOF = Berat utuh (sisik+sirip+jeroan+insang+kepala+tulang)
=48 gr - ( 2,8 + 0,9 + 1 + 0,2 + 7 + 7 ) gram
= 30,1 gram
% SOF = SOF x 100%
Utuh
Universitas Sriwijaya
= 30,1 x 100 %
48
= 62,70 %
Universitas Sriwijaya
13
Persentase Cangkang = x100% 61,9%
21
3
Persentase Jerohan = x100% 14,28%
4
4
Persentase Daging = x100% 19,04%
21
0,74
Persentase Selubung = x100% 3,52%
21
4
Persentase Edible Flesh = x100% 19,04%
21
Perhitungan Sumberdaya Perikanan Paha Kodok
Diketahui :
Berat Utuh : 83 gram
Berat Paha : 31 gram
Berat Limbah : 48 gram
Berat Daging Paha : 29 gram
BeratPaha 31
% Paha = X 100% = X 100% = 37,34%
BeratUtuh 83
BeratLimbah 48
% Limbah = X 100% = X 100% = 57,83%
BeratUtuh 83
BeratDaging 29
Edible flesh = X 100% = X 100% = 34,93%
BeratUtuh 83
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Gambar 1.5. Penimbangan jerohan Gambar 1.6. Penimbangan tulang
Universitas Sriwijaya
Gambar 1.11. Penimbangan Ikan Gambar 1.12. Penimbangan Insang
Universitas Sriwijaya
Gambar 1.20. Penimbangan daging putih
Universitas Sriwijaya