Anda di halaman 1dari 49

i

KATA PENGANTAR

Berkat Asung Kertha Wara Nugraha Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, maka Bahan Ajar “ BUDIDAYA JAMBU BIJI KRISTAL” ini berhasil disusun.
Materi bahan ajar ini merupakan sub pokok bahasan dari mata kuliah Teknologi
Budidaya Tanaman.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
rekan-rekan staf dosen Program Studi Agroekoteknologi dan Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Udayana atas segala bantuannya, baik moril maupun dorongan
semangat.
Penulis menyadari bahwa Bahan Ajar ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk
penyempurnaan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Denpasar, Maret 2017.


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………… iii

I. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………. 1

II. BUDIDAYA JAMBU BIJI KRISTAL……………………………………………………………………. 2-28

III. PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH JAMBU BIJI KRISTAL


MELALUI PEMUPUKAN DAN APLIKASI ZAT PEMECAH DORMANSI
TUNAS BUNGA.......................................................................................…………………… 29-44

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………. 45-46

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu (Inggris = Lambo guava).

Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian

ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan &

menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk,

jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui

stek atau okulasi dengan jenis yg lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yg lebih

besar dengan keadaan biji yg lebih sedikit bahkan tdk berbiji yg diberi nama jambu

Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.

1.2 Jenis-Jenis Jambu Biji

Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yg

digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yg relatif lebih

tinggi diantaranya:

1. Jambu sukun (jambu tanpa biji yg tumbuh secara partenokarpi & bila tumbuh

dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).

2. Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal & sedikit bijinya, rasanya agak

hambar).

3. Jambu merah.

4. Jambu sari.

5. Jambu apel.

6. Jambu merah getas.

7. Jambu kristal

1
II. BUDIDAYA JAMBU BIJI KRISTAL

Usaha Budidaya Jambu Biji Kristal lebih menghasilkan untung karena

produktivitas jambu yang tinggi. Yang harus diingat jambu biji sebenarnya susah untuk

bisa dijadikan perkebunan secara komersil. Karena produktivitas jambu biji yang

rendah. Tumbuhan jambu non biji sulit menghasilkan buah lebat. Itu dikarenakan biji

merupakan persediaan energi untuk buah agar tumbuh besar. Saat jambu tanpa biji

berbuah mudah rontok. Tanaman Buah Jambu Biji Kristal sebenarnya tidak benar-

benar tanpa biji. Tapi tetap mempunyai biji akan tetapi jumlahnya sedikit kurang dari

3 persen bagian daging buah. Jadi saat sudah berbuah bisa kuat dan tidak mudah

rontok dan menghasilkan buah lebat.

2.1. Manfaat Tanaman Jambu Biji

1. Sebagai makanan buah segar maupun olahan yg mempunyai gizi &

mengandung vitamin A & vitamin C yg tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji

mempunyai rasa & aroma yg khas disebabkan oleh senyawa eugenol.

2. Sebagai pohon pembatas di pekarangan & sebagai tanaman hias.

3. Daun & akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.

4. Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yg kuat &

keras.

2.2. Sentra Penanaman Jambu Biji

Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia

dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu

terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta,

dan Jawa Timur. Sentra produksi yg lain adalah Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Pada

2
tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu

Bangkok yg dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang dan Jawa Barat.

2.3. Syarat tumbuh Jambu Kristal

a. Iklim Yang Cocok untuk budidaya jambu biji

1. Dalam budidaya tanaman jambu biji / jambu air angin berperan dlm

penyerbukan, namun angin yg kencang dapat menyebabkan kerontokan pada

bunga.

2. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis & dapat tumbuh di

daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yg diperlukan berkisar antara

1000-2000 mm/tahun & merata sepanjang tahun.

3. Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal

pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari

dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yg ideal

musim berbunga & berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan

Juli-September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari

bersamaan musim penghujan.

4. Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di

dataran rendah & sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yg rendah,

berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok utk

pertumbuhan tanaman jambu biji.

3
b. Media Tanam Jambu Biji

1. Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.

2. Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yg subur & gembur serta banyak

mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yg keadaan liat &

sedikit pasir.

3. Derajat keasaman tanah (pH) tdk terlalu jauh berbeda dengan tanaman

lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 & bila kurang dari pH tersebut maka perlu

dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

c. Ketinggian Tempat

Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-

1200 m dpl.

2.4. Pembibitan jambu biji

Untuk langkah ini anda bisa menentukan sendiri, anda akan menggunakan

bibit mana. Anda Bisa memakai bibit dari hasil stek dan cangkok, lalu bisa juga anda

pakai bibit yang berasal dari biji buah langsung. Lebih baik anda pakai bibit hasil dari

stek atau cangkok sebab jelas kualitas buahnya, lebih lagi anda tahu asal usul

tanaman jambu kristal itu. Jika tidak ingin ribet mencangkok, saat ini sudah banyak

orang yang menjual bibit hasil cangkokan. jadi anda bisa membeli bibitnya langsung.

2.4.1. Persyaratan Benih jambu biji

Benih yg diambil biasanya dipilih dari benih-benih yg disukai oleh masyarakat

konsumen yg merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yg baik antara

lain yg berasal dari:

1. Buah yg sudah cukup tua.

2. Buahnya tdk jatuh hingga pecah.

4
3. Pengadaan bibit lebih dari satu jenis utk menjamin kemungkinan adanya persarian

bersilang.

2.4.2. Penyiapan Benih Jambu Biji

Setelah buah dikupas & diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan

fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam

(sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan

1:2 dari air & larutan asam yg terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04)

BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yg bersih

sebanyak 3 kali berulang/dengan air yg mengalir selama 10 menit, kemudian

dianginkan selama 24 jam. utk menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan

Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah

mencapai ketinggia 5-6 meter bibit yg disemaikan baru dapat dilakukan okulasi

/cangkok yg kira-kira telah bergaris tengah 1cm & tumbuh lurus, kemudian dengan

menggunakan pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi & setelah selesai

pencangkokan ditaruh dlm media tanah baik dlm bedengan maupun didalam

pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yg

telah disiapkan.

2.4.3. Teknik Penyemaian Benih Jambu Biji

Pilih lahan yg gembur & sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan

disamping itu mudah diawasi utk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai

berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput,

batu-batu & sisa pepohonan & benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan

sehingga menjadi gembur & dibuat bedengan yg berukuran lebar 3-4 m & tinggi

sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yg idel sekitar 6-7 m, dengan

5
keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak

sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, & utk menambah kesuburan dapat

diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah

matang & benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat

langsung ditunggalkan pada bedeng-bedang yg sudah disiapkan, utk menyiapkan

pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam

pada bedeng-bedeng yg berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2

bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari

bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang

lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan

mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yg telah diberi

pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yg telah diberi

lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik supaya menjaga

petumbuhan akar tdk mengalami hambatan. Akar akan tumbuh dengan cepat,

sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkai yg telah berumur 1 th,

melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari

permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada bagian bibir kulit & setelah

berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan mata tetap konndisi hijau, okulasi

dianggap berhasil & pohon pangkal diatas okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya

memberi kesempatan mata terebut utk berkembang & setelah itu pohon pangkal

dipotong, bibit hasil okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik,

kemudian dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih

cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dlm lobang-lobang

bedengan yg telah dipersiapkan.

6
2.4.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong

pertumbuhan benih secara cepat & merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar

umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan menggunakan larutan Atoik 0,05-0,1%

atau Gandasil D 0,2%, utk merangsang secara langsung pada daun & akar, sehingga

memberikan kekuatan vital utk kegiatan pertumbuhan sel. Setelah itu dilakukan

penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan,

penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit,

alat yg digunakan "gembor" supaya penyiraman dapat merata & tdk merusak

bedengan, diusahakan supaya air dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan.

Selanjutnya dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap

2-3 minggu sekali, rumput yg tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari

serangan hama & penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun, baru setelah itu dapat

dilakukan pengokulasian dengan sistem Fokert yg sudah disempurnakan, sebelum

dilakukan okulasi daun-daun pohon induk yg telah dipilih mata kulitnya dirontokkan,

kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, ditunggu sampai mata kulit itu

tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas baru pada pohon induk di pangkas,

kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari & mendangir serta membersihkan

rumput-rumput yg ada disekitarnya. pemberian pupuk daun dengan Gundosil atau

Atonik diberikan setiap 2 minggu sekali selama 4 bulan dengan cara disemprotkan

melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cc larutan.

2.4.5. Pemindahan Bibit

Cara pemindahan bibit yg telah berkecambah atau telah di cangkok maupun

diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yg melekat pada media

penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, & pencungkilan

7
dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dlm

penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit utk menjaga terjadinya

penguapan yg berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada

bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m & ditutupi dengan atap yg dipasang miring

lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. &

dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim

penghujan.

8
2.5. Media Tanam

2.5.1. Persiapan

Sebagai salah satu syarat dlm mempersiapkan lahan kebun buah-buahan

khususnya Jambu biji dipilih tanah yg subur, banyak mengandung unsur nitrogen,

meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara

membuat sengkedan (teras) pada bagian yg curam, kemudian utk menggemburkan

tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara

merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian

dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yg panjangnya disesuaikan dengan

ukuran yg diperlukan.

2.5.2. Pembukaan Lahan

Tanah yg akan dipergunakan utk kebun jambu biji dikerjakan semua secara

bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak & rerumputan dibuang, &

benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam,

dengan mempertimbangkan bibit yg mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan

pengolahan tanah tdk perlu terlalu dlm (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu

pengolahan yg cukup dlm (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m & ke

dlm disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air

yg kurang lancar. Tanah yg kurus & ukurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk

hijau yg dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting & dedaunan dengan kondisi

seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan

pemupukan sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan

pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan.

9
2.5.3 Pembentukan Bedengan

Tanah yg telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yg berukuran 3 m lebar,

panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah diratakan

guna menopang bibit yg akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar

4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 m dengan keadaan

membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi,

setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 m, utk sarana lalu-lintas

para pekerja & dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, utk menambah

kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yg sudah matang.

Terkecuali apabila penanaman jenis jambu Bangkok menggunakan jarak tanaman

antara 3 x 2 m.

2.6.Pengapuran

Pengapuran dilakukan apabila dataran yg berasal dari tambak & juga dataran

yg baru terbentuk tdk bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum

terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar

lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter utk setiap lobang, guna menetralkan pH

tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk

kandang.

2.7. Pemupukan

Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yg

ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama

diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan sama dengan bulan

pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan dosis 15:15:15 ons/pohon & bulan ke 4

sampai tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk kandang yg

10
sudah matang & ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman. Pemupukan

merupakan bagian terpenting yg peggunaannya tdk dapat sembarangan, terlebih-

lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan

akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yg akan

membahayakan tanaman itu sendiri.

2.8. Teknik Penanaman

a. Penentuan Pola Tanaman

Setelah terjadi proses perkecambahan biji yg telah cukup umur ditempatan

pada bedeng-bedang yg telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui

proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cm setelah

berkecambah & berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2- 3 helai maka

bibit/zaeling dapat dipindahkan pada bedeng ke dua yg telah dibentuk selebar 3-4 m

dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30- 40 cm, jarak antara

bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengah bedengan guna pembuatan

lubang-lubang penanaman. utk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung

dibuat atap yg berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya

mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.

b. Pembuatan Lubang Tanaman

Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yg telah siap utk tempat penanaman

bibit jambu biji yg sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian

dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yg sebaiknya telah dipersiapkan 1

bulan sebelumnya & pada waktu penggalian tanah yg diatas & yg dibawah

dipisahkan, nantinya akan dipergunakan utk penutup kembali lubang yg telah diberi

tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan

11
agar jasad renik yg akan mengganggu tanaman musnah; sedangkan jarak antar

lubang sekitar 7-10 m.

c. Cara Penanaman

Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah

seperti semula & tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1

blek ± 20 liter) pupuk kandang yg sudah matang, & kira-kira 2 pekan tanah yg berada

di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam,

penanaman tdk perlu terlalu dalam, secukupnya, maksudnya batas antara akar dan

batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yg ada disekelilingnya.

Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi & sore), kecuali pada

musim hujan tdk perlu dilakukan penyiraman.

12
13
d. Lain-lain

Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yg rangkanya

dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar

tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, & utk

atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan

pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah.

2.9. Pemeliharaan Tanaman

Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh & menghasilkan tanpa perlu

diperhatikan keadaan tanah & cuaca yg mempengaruhinya tetapi akan lebih baik

apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yg diperhatikan dengan baik

akan memberikan imbalan hasil yg memuaskan.

a. Penjarangan & Penyulaman

Karena kondisi tanah telah gembur & mudah tanaman lain akan tumbuh

kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan & harus

disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tdk tumbuh

dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. & apabila tumbuh

tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman & sebaliknya

apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

b. Penyiangan

Selama 2 minggu setelah bibit yg berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di

lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat)

dengan dahan muda (warna hijau) & apabila buah terlalu banyak, tunas yg ada dlm

satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yg tdk diperlukan akan

14
berakibat buah menjadi besar & menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan

membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm

dilakukan pangkasan, & setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah

mendatar, guna utk merangsang tunas bunga & buah yg akan tumbuh.

c. Pembubunan

Supaya tanah tetap gembur & subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji

perlu dilakukan pembalikan & penggemburan tanah supaya tetap dlm keadaan

lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap telah kuat betul.

d. Perempalan

Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yg rimbun, setelah

tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung

cabang-cabangnya. Disamping utk memperoleh tajuk yg seimbang juga berguna

memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak & mengatur produksi agar tanaman

tetap terpelihara & pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah

berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya

bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil

keberadaannya.

e. Pemupukan

Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu

diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:

1. Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan

campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea & 20 gram ZK dengan

cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali di sekeliling pohon

15
2. sedalam 30 cm & lebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut &

tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali

setahun.

3. Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan

dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, & TSP 250 gram/pohon, & seterusnya cara

seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan TSP & NPK dengan takaran sama.

4. Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanaman kurang

sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasan raning,

berarti selain TSP & NPK dengan ukuran yg sama tanaman memerlukan pupuk

kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon. Cara pemupukan dilakukan dengan

membuat torakan yg mengelilingi tanaman persis di bawah ujung tajuk dengan

kedalaman sekitar 30-40 cm & pupuk segera di tanam dlm torakan tersebut &

ditutup kembali dengan bekas galian terdahulu.

16
f. Pengairan dan Penyiraman.

Selama dua minggu pertama setelah bibit yg berasal dari cangkokan atau

okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi & sore. &

minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari.

Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman

bisa dikurangi lagi yg dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja. & bila turun hujan

terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tdk tegenang air dengan cara

membuat lubang saluran utk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah

kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman dengan menggunakan pompa air 3

PK utk lahan seluas kurang lebih 3000 m 2 & dilakukan sehari sekali tiap sore hari.

g. Waktu Penyemprotan Pestisida

Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yg ditimbulkan

baik karena kondisi cuaca & juga dari hewan-hewan perusak, maka perlu dilakukan

penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20 hari sebelum

17
panen & juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutama utk

menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan, disamping itu

penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MX guna memberantas

cendawan yg akan mengundang hadirnya semut-semut.Disamping itu juga digunakan

insektisida guna memberantas lalat buah & kutu daun disemprot 2 x seminggu &

setelah sebulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.

h. Pemeliharaan Lain

Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji diperlukan larutan KNO3 (Kalsium

Nitrat) yg akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tdk diberi KNO3 & juga

mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) jambu biji pada

setiap stadium (tahap perkembangan) & juga mempercepat pertumbuhan buah

jambu biji, cara pemberian KNO3 dengan jalan menyemprotkan pada pucuk-pucuk

cabang dengan dosis antara 2-3 liter larutan KNO3 utk setiap 10 pucuk tanaman

dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10 gram yg dilarutkan dengan 1 liter pengencer

teknis. Selain itu, untuk mencegah serangan lalat buah, dilakukan pembungkusan

buah.

18
19
2.10. Hama dan Penyakit

a. Hama Jambu Biji

1. Ulat daun (trabala pallida)

Pengendalian: dengan menggunakan nogos.

2. Ulat keket (Ploneta diducta).

Pengendalian: sama dengan ulat daun.

3. Semut & tikus

Pengendalian: dengan penyemprotan sevin & furadan.

4. Kalong & Bajing

Keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik

maupun abiotik. yg termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan,

Pengendalian: dengan menggunakan musuh secara alami.

5. Ulat putih

Gejala: buah menjadi berwarna putih hitam,

Pengendalian: dilakukan penyemprotan dengan insektisida yg sesuai sebanyak 2

kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.

6. Ulat penggerek batang (Indrabela sp)

Gejala: membuat kulit kayu & mampu membuat lobang sepanjang 30 cm;

Pengendalian: sama dengan ulat putih.

7. Ulat jengkal (Berta chrysolineate)

Ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat

dan beruas-ruas.

Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.

Pengendalian: sama dengan ulat putih.

20
b. Penyakit Jambu Biji

1. Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons)

Menyerang daun tua & muncul pada musim hujan.

Gejala: adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus

berwarna jingga yg merupakan kumpulan sporanya.

Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.

2. Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil

Gejala: bercak pada daun berwarna hitam.

Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.

3. Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus

Gejala: rizom berwarna putih yg menempel pada akar & apabila akar yg kena

dikupas akan nampak warna kecoklatan.

Pengendalian: dengan menyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.

c. Gulma

Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yg berbentuk

rerumputan yg berada disekitar tanaman jambu biji yg mengganggu pertumbuhan &

perkembangan bibit tanaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

2.11. Budidaya Jambu Kristal Tabulampot

Budidaya Jambu Biji Kristal mirip dengan budidaya tanaman buah yang lainya.

Cara Budidaya Jambu Biji Kristal tidak harus menggunakan lahan yang luas. Jika ingin

budidaya Jambu Kristal, Anda dapat memanfaatkan sisa dari lahan yang ada disekitar

pekarangan rumah. Atau dengan sistem tanaman buah dalam pot sudah bisa

menerapkan budidaya Jambu Kristal. sebab tanaman tersebut tidak begitu

membutuhkan perawatan yang intensif. Dengan metode tabulampot akan lebih

21
mudah dan indah jika dipandang mata. Sedangkan untuk nilai ekonominya nilai

penjualan lebih mahal saat sedang berbuah.

Selain itu Anda bisa mendapat hasil dari penjualan bibit yang dicangkok. Sebab

dengan penanaman disekitar halaman rumah, mempermudah Anda membuat bibit

dengan cangkok dengan harga Rp 35.000 sampai Rp. 50.000. Anda bisa mendapat

untung berkali lipat dari hasil jual buah dan bibit. Pada waktu umur 7 bulan, buah

sudah bisa dipanen tapi hasil belum begitu banyak. Pada tahun yang pertama tiap

pohon dapat menghasilkan 50 kilo gram. Agar pertumbuhan tanaman baik

dibutuhkan pupuk kandang atau pupuk kompos. lainnya pupuk buatan dari pabrik,

dalam tiap hektar pupuk kandang sejumlah 2 ton. Untuk Anda yang hobby

tambulampot sangat cocok untuk mencoba budidaya jambu kristal dalam pot ini.

2.12. Panen Buah Jambu Biji

2.12.1. Ciri dan Umur Panen

Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbeda

dengan jambu yg pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebih

cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yg telah matang dengan ciri-ciri

melihat warna yg disesuikan dengan jenis jambu biji yg ditanam & juga dengan

mencium baunya serta yg terakhir dengan merasakan jambu biji yg sudah masak

dibandingkan dengan jambu yg masih hijau & belum masak, dapat dipastikan bahwa

pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekat menjadi muda ke putih-

putihan dlm kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.

2.12.2. Cara Panen

Cara pemanenan yg terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yg sudah

matang (hanya yg sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tdk

menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan ke dlm

22
keranjang yg dibawa oleh pemetik & setelah penuh diturunkan dengan tali yg telah

disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan dilakukan

sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik dengan harapan dapat

cepat berbuah kembali.

2.12.3. Periode Panen

Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dlm

satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat

berkembang besar & merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat

dilakukan dua kali dlm setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah,

dengan dicari buah yg masak, & yg belum masak supaya ditinggal & kemudian

dipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tdk dipetik maka akan

berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.

2.12.4. Prakiraan Produksi

Apabila penanganan & pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen

dilakukan secara baik & benar serta memenuhi aturan yg ada maka dapat

diperkirakan mendapatkan hasil yg diharapkan. Pada penanaman 400 pohon setelah

2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga & 6 bulan sudah

mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasil setiap panenan

seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya dapat mencapai 53.200 ton

dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jual sekarang ke konsumen

mencapai Rp. 650,- per ikat atau sampai Rp.750/ kg.

23
2.13. PASCAPANEN

2.13.1. Pengumpulan

Setelah dilakukan pemanenan yg benar buah jambu biji harus dikumpulkan

secara baik, biasanya dikumpulkan tdk jauh dari lokasi pohon sehingga selesai

pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dlm keranjang

dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dlm gudang/gubug.

2.13.2. Penyortiran dan Penggolongan

Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yg bagus mempunyai

harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran & mutunya, buah yg kecil

tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yg besar dengan mutu sama, yg

biasanya dijual dlm bentuk kiloan atau bijian & perlu diingat bahwa dlm penyortiran

diusahakan sama besar & sama baik mutunya. & dilakukan sesuai dengan jenis jambu

biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yg lain.

2.13.3. Penyimpanan

Penyimpanan jambu biji biasanya tdk terlalu lama mengingat daya tahan

jambu biji tdk bisa terlalu lama & sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung

dulu dlm gubug-gubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar

23-25 derajat C & jambu dapat bertahan hingga 15 hari dlm kantong PE & ditambah 7

hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan

4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yg baik adalah -1013 mbar & dapat

menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada permukaan buah,

konsentrasi C0² sebesar 5,21% & kerusakan 13,33% setelah penyimpanan dlm kantong

PE. Jalan yg terbaik utk penyimpanan buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya

dilakukan dengan jalan dibuat asinan atau manisan & dimasukkan dlm kaleng atau

24
botol atau dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga

kesterilan & ketahanan sehingga dapat lama dlm penyimpanannya. Serta biasanya

dibuat minuman atau koktail.

2.13.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tdk tergantung dari rasanya saja,

tetapi pada kenampakan & cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tdk jauh dari

lokasi maka cukup dibawa dengan dimasukkan dlm keranjang dengan melalui sarana

sepeda atau kendaraan bermotor. utk pengiriman dengan jarak yg agak jauh (antar

pulau) yg membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu batu

dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yg berukuran persegi

panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yg panjang dengan jarak 1 cm, sisi yg

pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm, karena sisi ini dlm

pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti

dilakukan jarang-jarang guna utk memberi kebebasan udara utk keluar masuk dlm

peti. Sebelumnya buah jambu dipilih & di pak. Setelah itu disusun berderet berbentuk

sudut terhadap sisi peti, yg sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, atau bahan

halus & lembut lainnya. Kemudian setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut

kelapa yg terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak

gembung, biasanya penempatan peti bagian yg pendek ditempatkan dibawah

didalam perjalanan.

2.13.5. Penanganan Lain

Agar hasil penyimpanan dapat bernilai tinggi maka perlu dilakukan

pengolahan terlebih dulu. & biasanya dengan cara pengawetan yg kemudian disimpan

atau dikemas dlm botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambat

25
proses pembusukan buah didalam botol, & dapat membuka peluang utk menikmati

buah jambu biji pada setiap saat tanpa menunggu musim berbuah berikutnya. Seperti

berbentuk koktail jambu, manisan jambu & jambu biji kalengan. Dengan membuka

peluang utk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambu biji. Seperti jus jambu biji

berbentuk cairan agak kental atau sirup.

2.14. Standar Produksi Jambu Biji

26
2.14.1. Pengambilan Contoh :

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini.

Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah &

bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai

diperoleh minimum 20 buah utk dianalisis.

1. Jumlah kemasan dlm partai (lot) sampai dengan 100, contoh yg diambil 5.

2. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yg diambil 7.

3. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 301-500, contoh yg diambil 9.

4. Jumlah kemasan dlm partai (lot) 501-1000, contoh yg diambil 10.

5. Jumlah kemasan dlm partai (lot) lebih dari 1000, contoh yg diambil 15 (minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yg

berpengalaman atau dilatih lebih dahulu & mempunyai ikatan dengan badan hukum.

27
2.14.2. Pengemasan

Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yg sesuai dengan berat bersih

maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yg bertuliskan antara lain: nama

barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,

negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

28
III. PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS BUAH JAMBU BIJI KRISTAL
MELALUI PEMUPUKAN DAN APLIKASI ZAT PEMECAH
DORMANSI TUNAS BUNGA

Jambu biji (Psidium guajava L.) semula termasuk jenis buah yang dipandang

sebelah mata oleh masyarakat Indonesia, termasuk di Bali, karena buahnya kecil-kecil,

berbiji banyak, daging buah sedikit, tekturnya keras, rasa tidak enak, sepat, dan kulit

buah tebal. Namun, belakangan buah ini semakin popular dan sangat disukai

konsumen sehingga harga jualnya tinggi, terutama sejak dilepasnya varietas unggul

jambu biji kristal berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor 540/Kpts/SR.120/9/2007. Keuggulan menonjol dari jambu biji kristal

dibandingkan dengan jambu biji lainnya seperti jambu biji lokal, jambu biji Bangkok,

jambu biji getas merah, jambu biji Australia, atau jambu biji Sukun, adalah cepat

berbuah (umur 8 bulan sejak tanam sudah mulai berproduksi), habitusnya kecil

sehingga bisa ditanam dengan jarak tanam rapat dengan populasi per hektar tinggi,

buahnya besar-besar dengan tampilan menarik, daging buah tebal, rasanya enak,

renyah dan agak manis, dan bijinya sangat sedikit bahkan banyak yang tidak berbiji

(seddless).

Berdasarkan berbagai keunggulan yang dimiliki, jambu biji kristal di Bali

populasinya berkembang sangat pesat sejak 5 tahun terakhir. Permintaan pasar yang

tinggi dan harganya yang menjanjikan yaitu di pasar tradisional berkisar dari Rp.

15.000-20.000/kg sedangkan di pasar swalayan, toko buah, dan pasar pariwisata

(hotel dan restoran) dari Rp. 25.000-35.000/kg, menyebabkan animo masyarakat

membudidayakan jambu biji kristal sangat tinggi. Walaupun secara statistik jumlah

populasinya belum tercatat, tetapi hasil survei Rai et al. (2015) menunjukkan bahwa

saat ini di Bali telah terdapat 2 sentra produksi jambu biji kristal dengan skala

penanaman yang cukup luas yaitu di Kecematan Petang, Badung Utara, dengan luas

29
mencapai 70 hektar meliputi Desa Plaga, Semanik, Belok, Lawak, Jempanang dan

Sekarmukti, dan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, dengan luas mencapai

47 hektar meliputi Desa Tinga-Tinga, Sanggalangit, dan Gerokgak. Selain itu,

berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali

(komunikasi pribadi pada September, 2015), jambu ini juga telah dibudidayakan

secara sporadis di kabupaten lain seperti Jembrana, Bangli, Gianyar, Tabanan, dan

Karangasem.

Kendala yang dihadapi oleh petani jambu biji kristal di Bali adalah kuantitas dan

kualitas produksi yang dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Produksi per

pohon pada umur sudah produktif (umur 4 tahun) masih rendah, hanya rata-rata 20

kg/tahun dan buah yang dihasilkan sebagian besar berukuran kecil-kecil, rata-rata

kurang dari 400 g/buah (Rai et al., 2016), padahal menurut Abdurahman (2012)

potensi produksi jambu biji kristal mencapai 40-60 kg/pohon/tahun dengan ukuran

buah rata-rata 500-600 g/buah. Dengan kondisi seperti itu, sebagian besar buah yang

diproduksi hanya dipasarkan di pasar tradisional sementara untuk swalayan, gerai/toko

buah, dan pasar pariwisata (hotel dan restoran) yang menghendaki buah dengan

kualitas kelas/grade A (buah mulus, tidak ada cacat, bentuk buah bulat agak gepeng,

dan beratnya > 500 g/buah) sangat terbatas. Hal tersebut terjadi karena pemeliharaan

yang dilakukan tidak memadai, terutama pemupukan yang tidak sesuai anjuran, baik

menyangkut jenis pupuk, waktu dan caranya. Pemupukan dilakukan hanya setahun

sekali dengan pupuk organik dan pupuk majemuk dengan dosis seadanya (Rai et al.,

2015). Jambu biji kristal dapat berproduksi dengan baik apabila dipupuk dengan jenis

pupuk yang tepat dan dengan dosis dan waktu aplikasi yang tepat pula, paling tidak

dengan pupuk oragnik dan pupuk yang mengandung hara N, P, dan K. Selain pupuk

N, P, dan K, untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah maka jambu biji perlu

dipupuk dengan pupuk Ca. Pupuk mikro terutama yang mengandung seng (Zn) dan

30
tembaga (Cu) juga sangat penting diberikan pada jambu biji, papaya, pisang, anggur

dan berbagai buah-buahan tropika serta sub-tropika lainnya untuk meningkatkan

kualitas buah, memperpanjang umur simpan, dan mengurangi kerusakan selama

penyimpanan.

Kendala lain yang dihadapi petani jambu kristal adalah frekuensi panen yang

rendah dan kontinyuitas produksi yang tidak berkesinambungan. Secara umum titik

kritis untuk dapat memproduksi buah-buahan tropika secara kontinyu terletak pada

proses pembungaan, khususnya keberhasilan dalam mengatur terjadinya induksi

bunga, sehingga buah-buahan tropika tidak hanya menghasilkan buah saat musimnya

(on-season), tetapi juga dapat menghasilkan di luar musim (off-season) dan itu

menyebabkan suplai buah terjadi secara. Namun berbeda dengan tanaman buah-

buahan tropika pada umumnya, permasalahan untuk dapat memproduksi buah

secara kontinyu pada jambu biji kristal tidak terletak pada perlunya melakukan

induksi bunga, karena secara alami (tidak memerlukan perlakuan apapun) jambu biji

kristal bunganya telah terinduksi dalam tunas sepanjang tahun. Namun masalahnya

mata tunas bunga yang telah terinduksi tersebut mengalami dormansi, penyebabnya

bisa karena faktor fisiologis (internal) dan/atau faktor lingkungan (ekternal). Untuk

mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penyemprotan zat pemecah dormansi tunas

bunga. KNO3 konsentrasi 40 g/l dan ethepon 0,40 g/l merupakan jenis zat yang efektif

dalam memecahkan tunas bunga dorman yang telah terinduksi. Berdasarkan atas

uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat ditemukan paket

teknologi pemupukan dan pemecahan dormansi tunas bunga untuk meningkatkan

produksi, kontinyuitas dan kualitas buah jambu biji kristal.

31
3.1. Karakteristik dan Keunggulan Jambu Biji Kristal

Jambu biji merupakan salah satu buah tropika dengan kandungan gizi yang

komplit dan kandungan vitamin C tinggi, mengandung garam mineral yang bervarasi

antara lain yaitu Ca, Se, Cu, P, Mg, Fe, dan Zn, tergantung tingkat kemasakan dan

kondisi cuaca selama perkembangan buah. Disamping itu, juga mengandung asam

folat, vitamin A, vitamin B komplek, serat, niacin, vitamen E, dan senyawa antioksidan.

Jambu biji kristal merupakan varian jambu biji yang paling baru yang ada di

Indonesia, bijinya sedikit hanya 4-6 biji per buah, bahkan banyak buahnya tidak

berbiji (seedless) sehingga disebut jambu biji yang memiliki biji paling sedikit diantara

varian jambu biji lainnya. Jambu biji kristal saat ini telah menjadi primadona petani

karena unggul dalam cita rasa. Buahnya berukuran besar, bisa mencapai dua kali dari

ukuran buah jambu biji lainnya, bila dibudidayakan dengan baik rata-rata buah yang

dihasilkan berkisar dari 500-600 g/buah dengan produksi saat umur produktif (sejak

umur 3 tahun setelah tanam) 40-60 kg/pohon. Daging buahnya putih bersih dan

jernih, tekstur renyah, saat digigit terdapat bunyi kresh, rasanya enak dan agak manis

(rasa jambu biji berkecap apel dan pir) sehingga menjadikan buah ini lebih unggul dari

varian jambu biji jenis lainnya. Berdasarkan karakteristik dan keunggulan tersebut,

jambu biji kristal telah menjadi buah favorit pilihan masyarakat sehingga prospek

pengembangannya sangat cerah, baik bagi petani atau bagi investor yang bergerak

dibidang agrobisnis dan agroindustri. Terlebih bagi Bali, prospek pengembangannya

akan lebih cerah dibandingkan daerah lain di Indonesia mengingat manfaat buah-

buahan di Bali tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi domestik,

perdagangan antar pulau dan ekspor, tetapi juga bernilai sosial budaya untuk

kegiatan ritual keagamaan serta untuk memenuhi kebutuhan pariwisata yang selama

ini masih sangat sedikit menyerap produk buah-buahan local.

32
Jambu biji kristal dapat tumbuh dengan baik jika kondisi lingkungan sekitarnya

sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Umur 8 bulan sejak tanam sudah mulai

berbuah dan produksinya mencapai puncak pada umur 3-4 tahun. Pada saat mulai

berbunga, hampir seluruh ujung rantingnya akan berbunga dengan bunga bewarna

putih, namun bunga juga dapat tumbuh dan terinduksi dari setiap ketiak ranting atau

ketiak daun, sehingga jambu kristal dapat berbunga sepanjang tahun dan frekuensi

panennya tinggi. Bentuk buahnya bulat agak sedikit gepeng, tidak bulat seperti jambu

biji lainnya. Demikian pula kulit buahnya tidak rata seperti buah jambu biji lainnya,

tetapi ada lekukan kearah memanjang dengan warna kulit buah saat masak hijau

kekuningan mengkilap. Lekukan kulit luar buah tersebut akan berbentuk kurang baik

atau banyak benjolan yang tidak beraturan disana-sini sehingga bentuk buahnya

menjadi tidak manerik apabila budidaya jambu biji kristal tidak dilakukan dengan

baik.

Buah jambu biji kristal dapat langsung dinikmati dari pohonnya atau dapat

diolah menjadi berbagai macam makanan atau minuman olahan seperti sirup,

permen, jus, selai, kue pai, bolu, kripik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan jambu

biji lainnya, jambu biji kristal juga mempunyai kelebihan dalam hal kandungan nutrisi,

yaitu memiliki kandungan vitamin A dan C tinggi, dimana kandungan vitamin C yang

terdapat pada buah ini 8 kali lipat lebih banyak dibanding jeruk lemon dan 5 kali lipat

lebih banyak dibanding jeruk biasa. Disamping itu, jambu biji kristal juga mengandung

asam lemak tak jenuh Omega 3 dan 6, serat pangan, dan kandungan zat gizi lainnya

seperti zat besi dan potassium sehingga buah ini cocok dikonsumsi untuk menjaga

kesehatan.

Dulu buah jambu biji kristal sulit didapat karena harus diimpor dari Taiwan,

tetapi sejak Kementerian Pertanian Indonesia melepas jambu biji kristal sebagai

varietas unggul nasional pada tahun 2007, perkembangan budidaya jambu biji kristal

33
di Indonesia sangat cepat dengan sentra produksi meliputi Jawa Barat (Bekasi, Bogor,

Karawang, Pandeglang), Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara

dan Kalimantan.

Pasar jambu biji kristal cukup menjanjikan karena permintaan yang tinggi dan

harganya yang mahal. Pada tingkat petani atau di pasar tradisional jambu kristal

dijual dengan harga Rp. 15.000 per kilogram, sedangkan di pasar swalayan harga buah

ini mencapai Rp 25.000-45.000 per kilogram, terutama sangat dipengaruhi oleh

kualitas atau kelas/grade buah yang dijual.

Buah jambu biji kristal dikelompokkan menjadi 3 kelas berbeda, yaitu kelas A

jika pemukaan kulit buah mulus, tidak ada cacat, bentuk buah simetris (bentuk bulat

agak gepeng), beratnya > 500 g/buah atau dalam 1 kg terdapat 2 buah, kelas B jika

ada cacat skala ringan, bentuk buah kurang simetris, berat per buah antara 400-500 g

atau dalam 1 kg terdapat 4-5 buah, dan kelas C jika buah cacat, kulit tidak mulus,

bentuk tidak simetris, berat per buah < 400 g atau dalam 1 kg terdapat lebih dari 5

buah. Perkembangan populasi jambu biji kristal yang cepat tidak diimbangi dengan

pengelolaan dan pemeliharaan yang baik sehingga produksi per pohonnya rendah dan

kualitas buah yang dihasilkan juga rendah sehinga sulit dapat memenuhi persyaratan

standar mutu, yang menyebabkan produksinya hanya sebagian kecil masuk dalam

katagori kelas A.

Dalam setahun jambu biji kristal berpotensi dapat dipanen sampai 4 kali.

Tanaman yang berumur 8 bulan sudah dapat menghasilkan 3-5 kg buah per pohon per

sekali panen, sedangkan bila umur tanaman sudah mencapai 3 tahun ke atas, satu

pohon bisa menghasilkan 10-15 kg buah per pohon per sekali panen, sehingga per tahun

buah yang dihasilkan berkisar antara 40-60 kg per pohon. Tiap pohon dapat

berproduksi dengan baik sampai umur 10 tahun, setelah itu sebenarnya masih bisa

berproduksi tetapi jumlah buah yang dihasilkan sudah menurun.

34
3.2. Jenis Pupuk dan Peranannya untuk Meningkatkan Kuantitas, Kontinyuitas dan
Kualitas Buah Jambu Biji Kristal.

Jambu biji sangat membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan

perkembangannya dengan susunan dan perbandingan tertentu. Untuk itu,

pemupukan memegang peranan sangat vital agar jambu biji dapat berproduksi

dengan baik. Pemupukan jambu biji kristal perlu dilakukan secara periodik, untuk

tanaman yang belum mulai berbuah diberikan 2 kali setahun, yaitu pada awal musim

hujan dan akhir musim hujan, sedangkan untuk tanaman yang sudah berproduksi

diberikan 3 kali dalam setahun, yaitu setelah pemangkasan, saat pembungaaan dan

saat pembesaran buah. Pupuk diberikan secara melingkar di bawah tajuk tanaman

dengan dosis tergantung umur tanaman seperti pada Tabel 1 berikut.

Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia

dan biologi tanah, sedangkan pemupukan dengan pupuk yang mengandung nitrogen

sangat penting karena unsur nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan

kadarnya dalam jaringan tergolong paling tinggi dibandingkan dengan kadar unsur

hara lainnya yaitu mencapai 2-4% dari berat kering. Diduga karena kadarnya yang

tinggi dalam jaringan tanaman maka pupuk nitrogen tergolong pupuk yang cepat

kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman.

35
Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk pada berbagai umur tanaman jambu biji kristal.

Umur Jenis pupuk dan dosisnya


tanaman Urea (g/pohon) TSP (g/pohon) KCl (g/pohon) Pupuk
(tahun) kandang
(kg/pohon)
1 150 150 150 4
2 200 150 150 8
3 200 300 300 8
4 250 300 300 10
5 350 400 400 12
6 350 500 500 12
7 500 600 600 12
>7 700 800 800 16
Sumber: Puslitbanghort (2013)

Pada tanaman jambu biji peran utama unsur nitrogen adalah merangsang

pertumbuhan vegetatif (akar, daun, dan batang), memperbaiki tingkat hasil dan

kualitas buah melalui peningkatan jumlah ranting, pengembangan luas daun,

pembentukan bunga dan buah, pengisian buah, dan sintesis protein. Jambu biji yang

kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhannya kerdil, daun kekuning-kuningan

dan sistem perakaran terbatas, sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan

mengakibatkan pertumbuhan vegetatif dominan sehingga tanaman lambat berbunga

dan berbuah, batang mudah patah, menurunkan kualitas panen dan ketahanan

terhadap hama dan penyakit rendah

Untuk pertumbuhan yang optimum, pemupukan N harus diimbangi dengan

pemupukan unsur lain, terutama P dan K. Unsur hara P berperan penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jambu biji karena P termasuk unsur hara

makro esensial. Konsentrasi P pada tanaman umumnya antara 0,1-0,4%, terdapat di

seluruh sel hidup tanaman yang menyusun jaringan seperti asam nukleat, fitin, dan

fosfolipid. P dan N harus disediakan pada tahap awal pertumbuhan untuk memastikan

pertumbuhan vegetatif yang baik. Peranan P yang istimewa adalah dalam proses

penangkapan energi matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi kimia

dalam bentuk ATP dan NADPH. Peran utama unsur P pada tanaman jambu biji

36
adalah memacu pertumbuhan akar halus dan akar serabut sehingga permukaan

serapan meningkat, memperkuat akar sehingga tanaman tidak mudah rebah,

memacu terbentuknya bunga, dan memperbaiki kualitas buah. Kekurangan posfor

menyebabkan pertumbuhan jambu biji menjadi kerdil, mudah rebah, pertumbuhan

bunga terganggu, dan kualitas buah rendah, sedangkan kelebihan posfor

menyebabkan tanaman berbunga terlalu cepat sehingga terjadi dominasi fase

generatif terhadap fase vegetatif, daun abnormal, melebar, dan berwarna kecoklatan.

Kalium juga merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua

proses untuk menunjang hidup tanaman. Kalium sering dipadankan namanya dengan

unsur hara mutu, karena pengaruhnya yang sangat penting terhadap ukuran, rasa,

bentuk, warna dan daya simpan hasil tanaman. Kalium digolongkan sebagai unsur

hara utama ketiga setelah N dan P, bersifat mobil dalam tanaman baik dalam sel dan

jaringan maupun dalam xylem dan floem. Fungsi utama kalium bagi tanaman jambu

biji adalah membantu perkembangan akar, memperkuat tegaknya batang sehingga

tanaman tidak mudah rebah, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit,

sebagai katalisator dalam pembentukan protein, meningkatkan kadar karbohidrat

dan gula pada buah, meningkatkan kualitas buah karena bentuk, rasa, kekerasan,

dan warna yang lebih baik. Kekurangan K menyebabkan pertumbuhan tanaman

kerdil, batangnya lemah dan pendek-pendek, daun kelihatan kering dan terbakar

pada sisi-sisinya, pembungaan terganggu, buah tumbuh tidak sempurna dan mudah

gugur, hasil buah kecil-kecil, mutunya jelek dan tidak tahan disimpan. Pemupukan

jambu biji dengan 200 kg N dan 100 kg K per hektar berpengaruh meningkatkan

kualitas buah, memperpanjang daya simpan, dan menunda kerusakan asam askorbat,

meningkatkan padatan terlarut dan kandungan gula buah.

Disamping pemupukan dengan pupuk N, P, dan K, jambu biji juga perlu dipupuk

dengan pupuk Ca dan pupuk mikro terutama yang megandung seng (Zn) dan

37
tembaga (Cu). Menurut Yadav et al., (2014), kualitas buah jambu biji dapat

ditingkatkan melalui pemupukan dengan kalsium nitrat dan aplikasi pupuk mikro

yang mengandung seng sulfat (zinc sulphate) dan tembaga sulfat (cupric sulphate).

Pemberian pupuk Ca dan pupuk mikro disebutkan dapat mempertahankan kualitas

selama penyimpanan dan daya tahan simpannya menjadi lebih panjang. Buah gugur

terendah dan kualitas buah terbaik diperoleh pada pemberian 0,6% seng sulpat dan

0,4% tembaga sulfat melalui daun. Oleh karena itu, pemupukan dengan pupuk makro

yang dibarengi dengan pemberian pupuk mikro disamping dapat meningkatkan

kuantiatas buah yang dihasilkan juga meningkatkan kualitas buah dan daya simpan

setelah panen.

Kalsium (Ca) berperan sangat penting dalam kaitannya dengan integritas dinding

sel. Kalsium adalah unsur hara yang paling penting untuk memelihara integritas

dinding sel dan elastisitas membran sel pada pohon buah-buahan. Kalsium berperanan

sangat penting untuk melindungi sel dari toksin, memperlambat penuaan jaringan,

meningkatkan ketahanan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, dan

memperpanjang masa simpan buah. Pohon buah-buahan yang kekurangan kalsium

menyebabkan membran sel lemah dan mudah bocor, buah mudah lembek dan busuk,

mudah terserang hama penyakit, dan tidak tahan disimpan lama. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa apel yang mendapat pemupukan kalsium (gypsum) cukup,

buahnya yang busuk dan terserang jamur botrytis cinerea lebih rendah dibandingkan

dengan yang tidak dipupuk kalsium. Pengaruh kalsium tersebut disebutkan berasosiasi

dengan kemampuanya memelihara integritas dinding sel pada jaringan kortek buah

apel. Kalsium tinggi mengubah komposisi senyawa penyusun dinding sel yang

ditunjukkan oleh menurunnya kandungan selulosa tetapi kandungan polisakarida non

selulosa yang berisi galacturonosil, rhamnosil, arabinosil, xilosil dan galaktosil meningkat.

Perubahan tektur buah apel sangat dipengaruhi oleh kandungan kalsium. Buah apel

38
lebih tahan busuk dan lebih kuat gesekan karena nisbah Ca:N tinggi pada dinding sel

primer dan lamella tengah (middle lamella), sebaliknnya pada buah yang memiliki

nisbah Ca:N rendah buah tersebut lebih lunak dan lebih mudah membusuk. Pada pear

dan apel, kalsium rendah menyebabkan buah banyak yang gugur, sedangkan buah

yang tidak gugur umur matangnya nyata lebih cepat dibandingkan dengan buah yang

kandungan kalsiumnya cukup. Buah yang kekurangan kalsium kualitasnya rendah,

tidak tahan disimpan, cepat busuk, dan mudah terserang hama penyakit pasca panen

Organ buah pada tanaman buah-buahan sangat mudah mengalami defisiensi kalsium

karena terjadi persaingan yang tinggi untuk memperebutkan kalsium antara organ

vegetatif dan buah selama fase pekembangan buah. Dalam persaingan tersebut, organ

vegetatif kemampuannya jauh lebih kuat. Kemampuan jaringan kortek apel untuk

mengabsorpsi kalsium menurun selama fase perkembangan buah.

3.3. Zat Pemecah Dormansi Tunas Bunga dan Peranannya dalam meningkatkan
Kontinyuitas Panen dan Kualitas Buah Jambi Biji Kristal.

Dormansi adalah berhentinya pertumbuhan secara sementara (temporarily)

dari semua struktur yang mengandung meristem pada tunas, baik maristem tunas

vegetatif maupun mersitem tunas generative. Pada pohon tropis, hal yang paling

menarik mengenai dormansi tunas adalah bahwa tidak semua tunas (shoot) memasuki

dormansi pada waktu yang sama, sehingga baik tunas dorman maupun tunas yang

sedang aktif tumbuh (tidak dorman) dapat terjadi pada pohon dan waktu yang sama,

tetapi pada tempat berbeda.

Tunas bunga yang dorman tidak dapat menghasilkan bunga walaupun tunas

bunganya telah terinduksi. Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman yang tunas

bunganya telah terinduksi harus diberikan zat pemecah dormansi sehingga bunga bisa

keluar. Beberapa bahan kimia yang dapat memecahkan dormansi tunas pada pohon

39
buah-buahan, seperti ethepon, giberelin, KNO3, kinetin, Bensil Amino Purin / BAP, thio

urea, calcium cyanamide 6-benzylaminopurine, dan hidrogen cyanamida, tetapi

diantara zat tersebut ada yang cenderung memecahkan dormansi tunas vegetatif dan

yang lain berfungsi memecahkan dormansi tunas generatif.

Hasil penelitian pada mangga menunjukkan, ethepon dan KNO3 merupakan zat

pemecah dormansi yang efektif dalam mengatasi dormansi tunas generatif yang

ditunjukkan oleh tunas bunga yang telah terinduksi dapat berkembang lebih lanjut

menghasilkan bunga. Pemberiannya dengan cara disemprotkan melalui daun secara

merata keseluruh permukaan tanaman pada konsentrasi 0,40 g/l untuk etefon dan 40

g/l untuk KNO3. Hasil serupa disampaikan bahwa mangga dapat diinduksi berbunga

dengan penyemprotan paklobutrazol melalui daun (folliar spray) dengan dosis 2 g/l,

tetapi tunas bunga tersebut tidak serta merta menghasilkan bunga karena mengalami

dormansi sehingga diperlukan aplikasi zat pemecah dormansi tunas bunga. Dari

beberapa jenis dan konsentrasi zat pemecah dormansi yang digunakan, disebutkan

bahwa yang efektif memecahkan tunas bunga dorman yang telah terinduksi oleh

pemberian paklobutrazol adalah benzil adenin 0,10 g/liter, etefon 0,40 g/l dan KNO3

40 g/l. Karena harga benzil adenin (zat pengatur tumbuh kelompok sitokinin) mahal

dan sulit larut dalam air, maka untuk tujuan komersial disarankan untuk menggunkan

etefon dan KNO3.

Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah satu zat pengatur tumbuh

sintetik yang dikenal dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut dalam air

sehingga dalam larutan atau dalam jarngan tanaman membentuk senyawa etilen, ion

klor dan fosfat. Proses pembentukan etilen dalam jaringan tanaman adalah hasil

degradasi atau dekomposisi ethepon melalui reaksi hidrolisis pada pH netral. Fungsi

etilen dalam memecahkan dormansi tunas bunga karena dapat meningkatkan sintesis

enzim amilase, enzim selulase, PEP karboksilase dan menginduksi sintesis mRNA.

40
Peningkatan sintesis enzim amilase dan selulase menyebabkan gula pentosa meningkat,

sedangkan peningkatan enzim PEP karboksilase menyebabkan glikolisis meningkat

sehingga glukosa dan RNA juga meningkat. Hal tersebut dapat memacu awal

pertumbuhan dalam proses pemecahan tunas bunga yang istirahat (dormansi)

sehingga tunas bunga yang telah terinduksi berkembang menghasilkan bunga dan

buah.

Kemampuan KNO3 dalam memecah dormansi tunas bunga berhubungan

dengan peran ion K+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa, peningkatan laju

transportasi sukrosa pada apoplas dari sel mesofil daun, peningkatan pemuatan pada

floem maupun pengaruh langsung dari peningkatan tekanan osmosis. Pemberian

KNO3 dengan kandungan nutrisi esensial yaitu kalium (K) dan nitrogen (N) dilaporkan

bahwa zat tersebut dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di luar musim

pada mangga karena mampu memecahkan dormansi tunas bunga. Di philipina

penggunaan kalium nitrat pada mangga bahkan telah dilakukan sejak tahun 1979 dan

dari penemuan itu memungkinkan Philipina memproduksi buah mangga kultivar pico,

carabao dan pahutan sepanjang tahun sehingga kontinyuitas persediaan buah mangga

dapat disuplai sepanjang tahun. Disamping itu, hasil penelitian pada jambu biji

menunjukkan pemberian KNO3 konsentrasi 1,5% dengan cara diseprotkan lewat daun

pada saat fase pembesaran buah memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan

kualitas buah yang ditunjukkan oleh meningkatnya kandungan vitamin C, total

padatan terlarut, lama penyimpanan, dan tingkat kerusakan buah. Hal serupa juga

diperoleh pada tomat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pemberian zat pemecah dormansi, khususnya KNO3, disamping dapat meningkatkan

kontinyuitas panen juga dapat meningkatkan kualitas buah jambu biji.

Hasil analisis statistik terhadap beberapa variebel pengamatan menunjukkan

interaksi antara pemupukan dan aplikasi zat pemecah dormansi serta pengaruh faktor

41
tunggal zat pemecah dormansi berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel

yang diamati. Faktor tunggal pemupukan hanya berpengaruh nyata terhadap

kekerasan buah.

Tabel 1 menunjukkan pemupukan taraf P1 dan P2 cenderung memberikan kadar

air daun dan kandungan kalorofil daun lebih tingi dibandingkan taraf P 0 walaupun

secara statistik berbeda tidak nyata. Demikian pula Tabel 2 dan Tabel 3 berturut-turut

menunjukkan berat per buah dan berat buah pertanaman pada P1 dan P2 cenderung

lebih tingi dibandingkan taraf P0 walaupun secara statistik berbeda tidak nyata.

Selanjutnya kekerasan buah pada P1 dan P2 nyata lebih tinggi dibandingkan taraf P0.

Hal ini berarti bahwa pemupukan menyebabkan kelembekan buah berkurang

sehingga secara fisik lebih tahan terhadap tindihan atau gesekan dan menjadi lebih

tahan untuk disimpan.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan pemupukan dan aplikasi zat pemecah dormansi tunas
bunga terhadap kadar air daun, kandungan klorofil, jumlah bunga per
tanaman, dan jumlah tunas baru.
Perlakuan Kadar air Kandungan Jumlah Bunga Jumlah
daun (%) Klorofil (SPAD) per Tanaman Tunas Baru
(buah) (buah)
Pemupukan
P0 73,2117 a 54,8111 a 38,8333 a 38,0000 a
P1 76,1300 a 56,9694 a 75,5000 a 35,2222 a
P2 76,6822 a 57,5833 a 79,2222 a 33,1667 a
Pemecah Dormansi Tunas Bunga
Dt 76,3144 a 55,9833 a 72,7222 a 35,8889 a
De 76,3661 a 56,8500 a 84,8330 a 38,1667 a
Dk 73,3433 a 56,5300 a 86,0000 a 39,3333 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, berdasarkan uji Duncan taraf
5%

42
Tabel 3. Pengaruh perlakuan pemupukan dan aplikasi zat pemecah dormansi tunas
bunga terhadap diameter buah, jumlah buah per tanaman, berat per buah,
dan persentase buah grade A.
Perlakuan
Diameter Jumlah buah per Berat per Persentase buah
buah (cm) tanaman (buah) buah (g) grade A (%)
Pemupukan
P0 7,7928 a 44,2778 a 212,9717 a 22,6833 a
P1 7,7744 a 42,1667 a 230,6628 a 24,5944 a
P2 7,7728 a 39,1111 a 231,5767 a 16,0072 a
Pemecah Dormansi Tunas Bunga
Dt 7,7311 a 41,7222 a 227,9883 a 18,1644 a
De 7,8322 a 41,7222 a 225,9883 a 19,3011 a
Dk 7,7767 a 42,1111 a 241,2345 a 25,8194 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, berdasarkan uji Duncan taraf
5%

Tabel 4. Pengaruh perlakuan pemupukan dan aplikasi zat pemecah dormansi tunas
bunga terhadap persentase buah grade B, persentase buah grade C,berat buah
per tanaman dan kekerasan buah.
Perlakuan Persentase Persentase buah Berat buah Kekerasan
buah grade C (%) per tanaman buah
grade B (%) (g)
Pemupukan
P0 34,0767 a 41,6328 a 9740,2625 a 7,7900 c
P1 43,3556 a 31,2183 a 9741,8027 a 8,9306 bc
P2 37,1794 a 39,6333 a 9047,6836 a 9,3750 a
Pemecah Dormansi Tunas Bunga
Dt 37,2806 a 40,9783 a 9161,5195 a 8,6544 a
De 44,7867 a 38,8067 a 9457,7227 a 8,7389 a
Dk 32,5444 a 32,6994 a 9970,5117 a 8,6972 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, berdasarkan uji Duncan taraf
5%

Faktor aplikasi pemecahan dormansi tunas bunga memberikan pengaruh serupa

seperti faktor pemupukan. Namun demikian, walaupun secara statistik berbeda tidak

nyata tetapi pemberian zat pemecah dormansi Ethreel (D e) dan KNO3 (Dk) cendrung

memberikan jumlah tunas baru, jumlah bunga per tanaman dan kandungan klorofil

43
lebih tinggi (Tabel 1), jumlah buah per tanaman, berat per buah dan persentase buah

grade A lebih tinggi (Tabel 2), berat buah per tanaman dan kekerasan buah lebih

tinggi (Tabel 3) dibandingkan tanpa pemberian zat pemecah dormansi tunas bunga

(Dt). Data ini menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan pendapat Poerwanto

et al. (1996) bahwa ethepon dan KNO3 merupakan zat pemecah dormansi yang efektif

dalam mengatasi dormansi tunas generatif mangga yang ditunjukkan oleh tunas

bunga yang telah terinduksi dapat berkembang lebih lanjut menghasilkan bunga.

Fungsi etilen dalam memecahkan dormansi tunas bunga karena dapat

meningkatkan sintesis enzim amilase, enzim selulase, PEP karboksilase dan menginduksi

sintesis mRNA. Sedangkan Kemampuan KNO3 dalam memecah dormansi tunas bunga

berhubungan dengan peran ion K+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa,

peningkatan laju transportasi sukrosa pada apoplas dari sel mesofil daun, peningkatan

pemuatan pada floem maupun pengaruh langsung dari peningkatan tekanan osmosis.

Pemberian KNO3 dengan kandungan nutrisi esensial yaitu kalium (K) dan nitrogen (N)

dilaporkan bahwa zat tersebut dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di

luar musim pada mangga karena mampu memecahkan dormansi tunas bunga.

pemberian KNO3 pada jambu biji konsentrasi 1,5% dengan cara diseprotkan lewat daun

pada saat fase pembesaran buah memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan

kualitas buah yang ditunjukkan oleh meningkatnya kandungan vitamin C, total

padatan terlarut, lama penyimpanan, dan tingkat kerusakan buah.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, N. 2012. Budidaya Jambu Biji Kristal: Renyah Dagingnya, Minim Bijinya,
Manis Labanya. http://bisnisjambukristal.blogspot.co.id. [Diakses 7 September
2015].
Anonimous. 2012. Usaha Tani Jambu Biji Kristal (Psidium Guajava). http://hortikultura.
com/usaha-tani-jambu-kristal-psidium-guajava. [Diakses 7 September 2015].
Cahyana, D. 2012. Jambu Kristal. http://jambukristal1.blogspot.co.id/ 2012/10/media-
tanam-tabulampot.html/spref=bl. [Diakses 7 September 2015].
Direktorat Tanaman Buah. 2009. Standar Prosedur Operasional (SPO) Budidaya
Jambu Biji. Jakarta: Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura, Departemen Pertanian
Ferguson, I.B., C.B.Watkins. 1999. Ion Relations of Apple Fruit Tissue During Fruit
Development and Ripening. III. Calcium Uptake. Australian Journal of Plant
Physiology 8(3) 259 - 266
Godage, S.S., N.S. Parekh, D.S. Nehete. 2013. Influence of Bio-fertilizers and Chemical
Fertilizers on Growth, Flowering and Fruit Characters of Guava ( Psidium guajava
L.) cv. Allahabad Safeda. International Journal of Agricultural Sciences 9(1): 309-
313.
Hanke, M.V., H. Flachowsky, A. Peil, C. Hattasch. 2010. No Flower No Fruit-Genetic
Potentials to Trigger Flowering in Fruit Trees. Genes, Genomes and Genomics 1(1):1-
20.
Hardiyanto, D. 2013. Jambu Kristal. http://jambukristal1.blogspot.co.id/2013-03-01/
archive.html. [Diakses 18 September 2015].
Marschner, H. 1997. Mineral Nutrition in Higher Plants. London: Academic Press Inc.
Ltd.
Naor, A., M. Flaishman, R. Stern, A. Moshe, A. Erez. 2003. Temperature Effects on
Dormancy Completion oOf Vegetative Buds iIn Apple. Journal of American Society
of Horticulture Science 128:636-641.
Poerwanto, R., S.S. Haryadi, S. Susanto, B.S. Purwoko, W.D. Widodo, D. Efendi. 1998.
Studi Tentang Pertumbuhan Dan Perkembangan Pohon Buah-Buahan Tropis,
Guna Memperpendek Masa Tanaman Belum Menghasilkan Dan Menginduksi
Pembungaan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing II/5 Tahun Anggaran 1997/1998.
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. 37 hlm.
Poerwanto, R., S.S. Harjadi, D. Efendi D. 1997. Pengaturan Pembungaan Mangga
Gadung 21 di Luar Musim dengan Paklobutrazol dan Zat Pemecah Dormansi.
Hayati 4(2):41-46.
Puslitbanghort (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura), Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 2013. Budidaya Jambu Biji. Departemen
Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.
Rai, I. N., G. Wijana, P. Sudana, W. Wiraatmaja. 2015. Strategi Pengembangan
Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal untuk Meningkatkan Integrasi
Pertanian dengan Pariwisata di Bali. Laporan Hasil Penelitian Prioritas Nasional
45
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025 (Penprinas MP3EI). Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Universitas Udayana. 234 hal.
Rai, I. N., G. Wijana, P. Sudana, W. Wiraatmaja. 2016. Identifikasi dan Telaah
Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Buah-buahan Lokal untuk Meningkatkan
Integrasi Pertanian dan Pariwisata di Bali. Artikel telah Accepted di Jurnal
Hortikultra Indonesia (Jurnal Nasional Terakreditas), pada Januari 2016.
Sharma, A., V.K. Wali, P. Bakshi, A. Jasrotia. 2013. Effect of Integrated Nutrient
Management Strategies on Nutrient Status, Yield and Quality of Guava. Indian
Journal of Horticulture 70(3):333-339.
Sunaryono, H. 2013. Berkebun Tanaman Buah. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.
204 hal.
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: metabolisme energi, karbohidrat, dan lipid.
Bandung: Penerbit ITB Bandung. hlm.7-118.

46

Anda mungkin juga menyukai