JUDUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PEMBIMBING
: Edi Wahyu SM
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami prinsip kromatografi kolom (KK) dan melakukan pemisahan dengan
metoda KK
2. Mampu melakukan pemisahan dan mengidentifikasi sampel dengan metoda KK
3. Mengamati dan mengetahui pengaruh eluen yang berbeda pada roses pemisahan
II.
DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan ergerak
lebih cepat.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertama kali di lakukan oleh D.T.Davy (1987) yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair padat (KCP) kolom terbuka. Alat kromatografi kolom sederhana,
terdiri dari kolom dari kaca yang ada krannya. Umumnya panjang kolom minimum 10x
diameter pipa kaca yang digunakan dan labu Erlenmeyer sebagai penampung eluen.
Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam
harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan adsorbsi tidak
reversible. Sebagai fasa diam digunakan alumina , silica gel, arang, bauksit, kalsium
karbonant, bauksit, magnesium karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.
Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada afinitas
kepolaran analit dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu memiliki kepolaran
yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian besar kromatografi kolom
menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan fase gerak yang non-polar dengan
begitu waktu retensi akan menjadi lebih singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak
akan meminimalkan waktu yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom. Laju
aliran kolom dapat ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di dalam kolom
dengan mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi dengan mengontrol keran.
Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan pompa atau dengan
menggunakan gas dengan kompresi (misalnya udara,nitrogen, argon) untuk mendorong
pelarut melalui kolom.
Kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati
yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel
kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben.
Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut
yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut
akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda
untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing
zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk
memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan
persamaan berikut:
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa
mobil).
Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara
basah:
o Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi
kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
o Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding
kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom
dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan
mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang
terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom
sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta
cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom adalah fase
diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter dan
panjang kolom), kecepatan alir elusi.
Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih
lambat (10-100l/menit)
Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal
jika digabung dengan spectrometer massa
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya
jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis
III.
IV.
LANGKAH KERJA
a. Metode Basah
Memasukkan silika gel yang sudah basah atau seperti bubur dengan hatihati ke dalam kolom. Mengetuk-ngetuk dengan pensil atau batang
pengaduk agar diperoleh susunan yang rata di dalam kolom
Mencari
panjang
gelombang
maximumnya
menggunakan
spektrofotometer shimadzu
b. Metode Kering
DATA PENGAMATAN
a. Metode Basah
Eluen
pengamatan
Gambar
Metanol : Dychloromethan
(2:8)
setelah pemisahan
Saat Pemisahan
Propanol : Dychloromethan
(3:7)
Setelah pemisahan
b. Metode Kering
Eluen
Pengamatan
Metanol : Dychloromethan
(2:8)
Gambar
Awal pemisahan
saat pemisahan
setelah pemisahan
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/pemisahandengan-kromatografi-tipis-dan-kromatografi-kolom/
http://robbaniryo.com/ilmu-kimia/kromatografi-kolom/
http://rafaeljosephhimawan.blogspot.com/2010/04/kromatografi-kolom-dankromatografi.html