Anda di halaman 1dari 6

AKU KAMU PINTAR

Jumat, 14 Oktober 2011


Cacing Schistosoma
CACING SCHISTOSOMA
Cacing Schistosoma termasuk ke dalam class Trematoda dalam phylum
Platyhelminthes. Pada manusia ditemukan 3 spesies penting Schistosoma yaitu,
Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan schistosoma haematobium.
1. SCHISTOSOMA JAPONICUM
Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada
cacing schistosoma yang dikenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang
mengandung cacing ini. Cacing ini dapat menyerang manusia apabila mereka menyentuh
atau mencuci dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari
kotoran babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta
dapat menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat cepat,
dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar kulit, lambung
dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang belakang yang bisa
menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. japonicum

Hospes
Hospes reservoir : rusa, babi hutan, sapi, anting dan tikus sawah
Hospes perantara : keong air (Oncomelania hupensis linduensis)

Nama Penyakit
Jika cacing ini menulari manusia, maka akan menyebabkan
penyakitschistosomosis, skistosomiasis japonika, penyakit katayama atau penyakit demam
keong yang menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar diAsia dan Afrika.
Seseorang yang menderita penyakit ini akan mengalami kerusakan hati, kelainan jantung,
limpa, ginjal, dan kantung kemih.

Lingkaran Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air kencing atau
kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong,
Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau
berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar,
maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi dengan
cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung
kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di
pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di
jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian
ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air; dan larva yang keluar
disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang
menjadi serkaria.

Gejala Klinis
Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada stadium I adalah
gatal-gatal (uritikaria). Gejala intoksikasi disertai demam hepatomegali dan eosinofilia
tinggi.
Pada stadium II ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium III atau stadium
menahun ditemukan sirosis hati dna splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf, gejala paru dan lain-lain.

Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9 cm,
hidupnya di vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di
alat-alat dalam seperti hati, paru, dan otak.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi
hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin test), IHT
(Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent
antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).

2. SCHISTOSOMA MANSONI
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum :Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. mansoni

Hospes
Hospesnya adalah manusia, dan hospes perantaranya adalah kera babon di Afrika

Nama Penyakit
Pada manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus.

Lingkaran Hidup


Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air
besar di air. Air kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan
cacing pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian,
orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air
kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi dengan
cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung
kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di
pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di
jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian
ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air dan larva yang keluar
disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang
menjadi serkaria.

Gejala Klinis
Kelainan dan gejala yang ditimbulkannya kira-kira sama seperti pada S. Japonicum,
akan tetapi lebih ringan.

Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran 1 cm, dan cacing dewasa betina berukuran 1,4 cm. Pada
cacing dewasa terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan Schistosoma
japonicum dan Schistosoma haematobium

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi
hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin test), IHT
(Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent
antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).

3. SCHISTOSOMA HAEMATOBIUM
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass : Digenea
Order : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. haematobium

Hospes
Hospes definitif adalah manusia. Baboon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes
reservoar.

Nama Penyakit
Cacing ini menyebabkan skistosomiasis kandung kemih

Lingkaran Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air kencing atau
kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan cacing pindah ke keong,
Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan demikian, orang yang mencuci atau
berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar,
maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma) menginfeksi dengan
cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria.
Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke
jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung
kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing betina meletakkan telur di
pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi di
jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian
ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air; dan larva yang keluar
disebut mirasidium. Mirasidium ini kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang
menjadi serkaria.

Gejala Klinis
Penyakit ini seringkali tidak memperlihatkan tanda-tanda awal. Di beberapa tempat
tanda-tanda umum yang sering terlihat adalah adanya darah di dalam air kencing atau
kotoran. Pada wanita tanda ini bisa juga disebabkan oleh adanya luka pada alat
kelaminnya. Di daerah di mana penyakit ini banyak terjadi, orang yang memperlihatkan
sekedar gejala-gejala yang tidak parah atau hanya sekedar sakit perut saja, patut diperiksa.

Morfologi

Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0 cm.
Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih.Telur ditemukan di urin
dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi
hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT (Circumoval precipitin test), IHT
(Indirect Haemagglutation test), CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent
antibody test) dan ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
)

Anda mungkin juga menyukai