Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI ZAT AKTIF DAN DASAR-DASAR PEMISAHAN

SEMESTER GENAP 2020-2021

PRESENTASI KELOMPOK 4

1. Pertanyaan dari Bu Dr. Nyi Mekar Saptarini, S.Si., M.Si., Apt.


Perbaiki struktur barbiturat pada reaksi spesifik!
Jawab :
● Reaksi Luminal dengan H2SO4 dan α-Naftol

(Svehla, 1985)
● Reaksi Barbital dengan H2SO4 dan α-Naftol

(Svehla, 1985)

2. Pertanyaan dari Kelompok 1


Apa saja tanda-tanda atau gejala penyalahgunaan barbiturat?
Jawab :
Penyalahgunaan barbiturat meski dalam jangka pendek tetap membahayakan tubuh,
terutama jika dosisnya berlebih. Penyalahgunaan barbiturat dapat ditandai dengan
beberapa gejala sebagai berikut:
1. Napas sangat pelan dan pendek
2. Badan terasa sangat lemas
3. Sangat mengantuk
4. Koordinasi buruk
5. Bicara sangat pelan
6. Tidak bisa berpikir panjang
7. Limbung dan oleng ketika berjalan
8. Mudah teringgung
9. Sulit mengingat
10. Bayi lahir cacat
(Purwatiningsih, 2001)

3. Pertanyaan dari Kelompok 2


Barbiturat merupakan salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan namun
mengapa barbiturat sering disalahgunakan sebagai zat adiktif?
Jawab :
Barbiturat sering disalahgunakan karena efek yang ditimbulkan dari penggunaan
barbiturat dapat membuat tubuh menjadi rileks dan tenang. Percobaan pembunuhan diri
merupakan salah satu penyalahgunaan barbiturat. Selain itu, barbiturat sering digunakan
untuk menyeimbangkan efek euforia. Penyalahgunaan barbiturat dapat menyebabkan
ketergantungan serta kecanduan. Risiko yang mengintai cukup beragam termasuk
overdosis, koma, hingga kematian. Penyalahgunaan barbiturat dilakukan dengan
menggerus pil kemudian disedot melalui hidung atau dalam bentuk suntikkan. (Andari,
2020).
Menurut American Addiction Center (2019), selain untuk mendapatkan euforia,
barbiturat disalahgunakan untuk menambah tidur, mengurangi kecemasan, atau
mengobati beberapa efek obat terlarang yang tidak diinginkan. Barbiturat memiliki
potensi tinggi untuk disalahgunakan. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
toleransi dan ketergantungan fisik. Orang dengan toleransi yang meningkat biasanya
mencari dosis yang lebih tinggi untuk mendapat efek yang diinginkan. Hal ini dapat
menyebabkan ketergantungan dan kecanduan.
4. Pertanyaan dari Kelompok 3
Apakah ada reaksi lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi golongan
barbiturat selain ketiga pereaksi umum yang telah dipaparkan?
Jawab :
Ada cara lain:
1. Jika dipanaskan dengan NaOH akan membebaskan NH3 yang dapat di test dengan
lakmus merah basah
2. Reaksi-reaksi terhadap rantai samping pada barbital:
a. Adanya ikatan tidak jenuh: dengan penambahan aqua brom atau larutan KMnO4
dan asam sulfat; akan menghilangkan warna pereaksi.
b. Adanya rantai aromatik (ring benzena):
i. Reaksi Ekkert (=reaksi Marquis)
Cara melakukan: 10 mg sampel ditambahkan 4 tetes asam sulfat pekat dan 1
tetes formalin, panaskan di atas penangas air, terbentuk warna merah anggur.
Reaksi ini positif untuk luminal.
ii. Reaksi nitrasi
Cara melakukan: sedikit sampel ditambahkan 20 mg KNO3 atau NaNO3 dan 1
ml asam sulfat pekat, biarkan, akan terbentuk warna kuning.
3. Reaksi warna yang lain untuk barbital :
a. Dengan vanilin dan asam sulfat pekat.
Cara melakukan: Pada plat tetes sedikit sampel dicampur dengan sedikit kristal
vanilin dan asam sulfat pekat, akan terbentuk warna.
4. Reaksi kristal untuk senyawa barbital:
a. Sublimasi
b. Aseton - air: sedikit sampel dilarutkan dalam aseton, lalu teteskan pada setetes air
di atas objek glass. Biarkan aseton menguap, akan terbentuk kristal.
c. Dragendorf: larutkan sedikit sampel dalam etanol atau NaOH, teteskan pada objek
glass dan tambahkan 1-2 tetes pereaksi, biarkan beberapa waktu, akan terbentuk
kristal berwarna jingga merah sampai jingga coklat.
d. Bouchardat: cara sama dengan reaksi Dragendorf, terbentuk kristal berwarna
putih kekuningan.
e. Zwikker: cara sama dengan reaksi Dragendorff, terbentuk kristal berwarna biru
ungu.
f. Fe kompleks: sedikit sampel padat atau larutan dalam etanol diletakkan pada
objek glass, tambahkan 1-2 tetes pereaksi, tutup dengan deck glass, panaskan
pada api kecil sampai mendidih (jangan sampai kering), angkat, biarkan dingin,
terbentuk kristal jingga merah sampai coklat.
(Permata, et al., 2019)

5. Pertanyaan dari Kelompok 5


Mengapa gugus N berada diluar cincin struktur kimianya?
Jawab :
Dalam powerpoint presentasi kelompok 4, terdapat kesalahan dalam struktur luminal dan
barbital. Pada senyawa barbiturat, gugus N seharusnya berada di dalam cincin. Berikut
struktur umum barbiturat, struktur luminal, dan struktur barbital yang sebenarnya:

Struktur Umum Barbiturat Luminal Barbital

(Siswandono dan Soekardjo, 2000; Svehla, 1985)

6. Pertanyaan dari Kelompok 6


Pada pelaksanaannya di lapangan, sampel seperti apa yang digunakan untuk
menguji keberadaan barbiturat pada orang yang dicurigai menyalahgunakan
barbiturat?
Jawab :
Tidak hanya barbiturat, ada beberapa cairan tubuh yang dapat digunakan sebagai
spesimen atau sampel dalam uji identifikasi golongan obat dalam praktiknya. Cairan
tubuh tersebut adalah darah, plasma atau serum, urin, rambut, kuku, udara yang
dihembuskan, cairan oral, dan isi lambung (Oliveira et al, 2016). Cairan tubuh yang
paling sering digunakan dalam screening kadar obat adalah plasma atau urin (Suddock &
Cain, 2020).

7. Pertanyaan dari Kelompok 7


Adakah golongan obat lain yang dapat mengganggu identifikasi pada golongan
barbiturat? Bila ada, mengapa disebut sebagai pengganggu?
Jawab :
Ada. Sebagai contoh, uji barbiturat dengan reagen Koppanyi-Zwikker yang menghasilkan
warna biru-ungu dapat diganggu oleh golongan obat sulfonamid dan imida karena
keduanya menghasilkan reaksi dan warna yang sama (UNODC, 2012).

8. Pertanyaan dari Kelompok 8


Bagaimana mekanisme kerja barbiturat dalam tubuh?
Mekanisme kerja barbiturat dalam tubuh yaitu memperpanjang durasi terbukanya kanal
klorida bergerbang GABA. Selain itu, pada konsentrasi tinggi barbiturat juga dapat
bekerja sebagai GABA-mimetik yang mengaktivasi kanal klorida secara langsung. Kerja
barbiturat ini kurang selektif jika dibandingkan dengan benzodiazepin. (Katzung et al.,
2014).

9. Pertanyaan dari Kelompok 9


Apakah barbiturat dapat diidentifikasi hanya dengan memanfaatkan sifat fisiknya?
Bila dapat diidentifikasi, bagaimana prosedurnya?
Jawab :
Barbiturat dapat diidentifikasi melalui sifat fisiknya. Menurut UNODC (2012), barbiturat
dapat diidentifikasi dengan melihat kelarutan dan pH-nya. Berikut adalah prosedur untuk
masing-masing uji identifikasi.
1. Uji Kelarutan.
- Letakkan aliquot sampel dalam dua tabung reaksi.
- Tambahkan beberapa tetes air ke dalam tabung reaksi pertama dan beberapa tetes
etil asetat ke tabung reaksi kedua.
- Amati pada tabung reaksi mana sampel larut.
Asam bebas larut dalam pelarut organik seperti etil asetat namun tidak larut dalam
air. Garam yang terbentuk dari barbiturat langsung larut dalam air namun tidak
larut dalam etil asetat.
2. Uji Penentuan pH
- Letakkan sedikit sampel (10-20 mg) di dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml air.
- Tentukan pH larutan.
pH lebih besar dari 8 mengindikasikan keberadaan barbiturat sebagai garam
natrium atau kalsium. Uji obat dengan melihat sifat fisiknya kurang spesifik
sehingga uji-uji yang telah disebutkan diatas harus dibarengi oleh uji sifat
kimianya.

10. Pertanyaan dari Kelompok 10


Dari reaksi yang ada mana yang lebih sering digunakan dalam identifikasi
barbiturat?
Jawab :
Reagen yang sering digunakan ketika mendeteksi adanya barbiturat adalah reagen
Dille-Koppanyi dan Zwikker (Philip, 2018). Maka reaksi yang sering digunakan salah
satunya adalah:

(Gandjar dan Rohman, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

American Addiction Center. 2019. Barbiturate Overdose: Symptoms, Effects, and Risk. Tersedia
secara online di https://americanaddictioncenters.org/barbiturate [Diakses pada 1 April
2021 pukul 20.14 WIB].
Andari, S., 2020. Efektivitas Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, 18(3), pp. 245-256.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik, Vol.2, Edisi
12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Oliveira, R.J.D., Vieira, D.N., & Magalhães, T. .2016. Guidelines for Collection of Biological
Samples for Clinical and Forensic Toxicological Analysis. Forensic Sciences Research.
1(1): 42.
Permata, Y. M., Pardede, T. R., Masfria, M., dan Muchlisyam, M. 2019. Kimia Farmasi
Kualitatif. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Philip, M. 2018. A review of chemical ‘spot’ tests: a presumptive illicit drug identification
technique. Tersedia secara online di
https://opus.lib.uts.edu.au/bitstream/10453/123158/4/DTA_submitted%20revision.pdf
[Diakses pada 1 April 2019 pukul 21.19 WIB].
Purwatiningsih, S. 2001. Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Populasi, 12(1).
Siswandono, S. dan Soekardjo, S. 2000. Kimia Medisinal Jilid II Edisi II. Surabaya: Airlangga
University Press.
Suddock, J.T. and Cain, M.D. Barbiturate Toxicity. Tersedia secara online di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499875/ [Diakses pada 21.08 WIB].
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka.
UNODC. 2012. Recommended Methods for The Identification and Analysis of Barbiturates and
Benzodiazepines Under International Control. Vienna: United Nations.

Anda mungkin juga menyukai