Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Aluminium dan


Senyawanya” yang disusun oleh:
Nama : 1. Nur Intan 1613141001
2. Sholichah Tri Yuliani 1613141002
3. Nurul Fadhillah Mutia 1613142007
Kelas : Kimia Sains
Kelompok : VI (enam)
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka,
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, Juni 2018


Koordinator Asisten Asisten,

Dirsyah Dedi Nugraha, S.Pd Yudhi Priyatmo, S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd. M.Si


NIP. 19740907 200501 1004
A. JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan Senyawanya

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaanya.

C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
Nama aluminium diturunkan dari kata alum yang menunjukkan pada senyawa
garam rangkap KAl(SO4).12H2O; kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang
artinya garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan
dengan nama aluminium dan kemudian berubah menjadi aluminum. Namun, nama
inipun segera termodifikasi menjadi aluminium yang menjadi popular diseluruh dunia
kecuali di Amerika Utara dimana American Chemical Society (Himpunan Masyarakat
Kimia Amerika) pada tahun 1925 memutuskan tetap menggunakan istilah aluminum
dalam publikasinya (Sugiyarto, 2003: 123).
Aluminium larut dalam asam galian yang lemah tetapu dipasifkan oleh asam
nitrar pekat. Sekiranya kesan lindungan oksida tipisan boleh dibatasi, contonya secara
mencalar atau pengamalgam, serangan yang cepat boleh terjadi walaupun dengan air.
Pada keadaan biasa, logam tersebut diserang oleh hidroksida alkali panas, sehingga
halogen dan berbagai bukan halogen. Al yang fungsi ketulenannya adalah juga
perintang terhadap asam dan akan diserang baik oleh asam hidroklorida yang
ditambahkan sedikit CuCl2 atau dengan Pt dan sedikit H2O2 juga ditambahkan semasa
pelarutan (Cotton,1930: 210).
Aluminium dengan konfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai
tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi
udara, karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara menghasilkan
oksidanya, Al2O3, yang membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan
logam sehingga tidak terjadi reaksi lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-1- 10-6 mm
sudah cukup mencegah terjadinya kontak lanjut karena ion dengan oksigen
mempunyai jari-jari ionik (124 pm) tidak jauh berbeda dari jari-jari metalik atom
aluminium (143 pm). Akibatnya kemasan permukaan hampir tidak berubah, karena
jari-jari ion aluminium (68 pm) “tepat” menempati rongga-rongga struktur
permukaan oksida. Hal ini berbeda dari oksida besi yang bersifat pori, tidak mampu
melindungi bagian dalam logam besi sehingga korosi terus
berlanjut (Sugiyarto, 2003: 123).
Aluminium mempunyai massa jenis kecil, tahan terhadap korosi, daya hantar
listrik baik, jika dipadu dengan unsur dan diproses dengan metode tertentu akan
mempunyai sifat fisis dan mekanis yang unggul. Aluminium murni mempunyai sifat
mekanis yang kurang baik, untuk menaikkan sifat mekaniknya, maka aluminium
dipadu dengan unsur Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni dsb. Satu atau bersamaan unsur tersebut
dalam paduan memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan, korosi, dan
dapat menurunkan koefisien muai (Purwanto, 2009: 41-41).

2. Tinjauan Hasil
Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa,bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659oC. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini,pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat
encer :
2 Al + 6 H+ 2 Al3+ + 3 H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (III)
klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan klorida :
2 Al + 6 H2SO4 2 Al3+ + 3 SO42- + 3 SO2 + 6 H2O
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida-hidroksida
alkali, terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat:
2 Al + 2 OH- + 6 H2O 2 [Al(OH)4]- + 3 H2
Aluminium adalah tetravalen dalam senyawa-senyawa. Ion-ion aluminium (Al3+)
membentuk garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.
Halida,nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam
karena hidrolisis. Aluminium sulfida dapat dibuat hanya dalam keadaan padat
saja,dalam larutan air ia terhidrolisis dan terbentuk aluminium hidroksida
Al(OH)3 (Svehla, 1985: 266).
Ion aluminium pada suhu kamar dan dalam larutan, aluminium stabil sebagai
aluminium (III) Al3+. Senyawa anhidrat dari aluminium (III) umumnya berikatan
secara kovalen, tetapi bila larut dalam air senyawa aluminium (III) tidak berwarna, s
ehingga hidrat dari aluminium (III) bersifat ionik karena muatan yang besar dan
ukurannya yang relatif kecil, ion aluminium (III) bereaksi dengan air (H2O). Adanya
anion basa kuat seperti CO32-, CN-,S2- akan terjadi hidrolisis menghasilkan endapan
hidroksida Al(OH)3. Al(OH)3 bersifat amfoter,yang larut dengan larutan dengan
larutan basa dengan pH > 10 menghasilkan [Al(OH)4]-. Pemanasan endapan Al(OH)3
menghasilkan bentuk oksidanya, Al2O3. Hanya sedikit kompleks aluminium yang
penting dalam analisis kualitatif, seperti [Al(OH)4 ]- , [AlF6 ]3- , [Al(H2 O)6 ]+3 .
Aluminium, suatu garam ammonium dari asam aurin karboksilat bereaksi dengan
Al3+ kompleks berwarna merah yang tidak larut banyak digunakan pada dunia
industri sebagai pewarna.Reaksi dengan aluminium juga digunakan sebagai uji
identifikasi adanya Al3+ .Senyawa aluminium (III) yang larut air mencakup asetat,
bromida, klorida, iodida, nitrat, perklorat, sulfat dan tiosulfat. Senyawa yang tidak
larutnya meliputi hidroksida dan fosfat. Reaksi penting untuk pemisahan dan
identifikasi dari Al3+ . Reaksi pengendapan golongan :
Al3+ +3OH- ↔Al(OH) 3(s)
putih

Pelarutan kembali dengan asam:


Al(OH)3(s) +3+ +3H2 O(l)
Pembentukan ion kompleks dan penguraian kembali:
Al3+ +4OH- ↔[Al(OH)4 ]-
[Al(OH)4 ]- +4H+ (Berlebih) ↔Al3+ +4H2 O(l)

Uji konfirmasi:
Al3+ +aluminium → endapan merah
(Ibnu, 2004: 71- 72).
Manfaat lain yang istimewa bagi logam aluminium yaitu afinitasnya (daya
gabung) yang sangat kuat dengan oksigen. Sabagai contoh, reaksi serbuk aluminium
dengan oksida-oksida logam transisi Fe2O3 juga menghasilkan panas yang sangat
tinggi:
Al(s) + Fe2O3 Al2O3 + Fe (l) ΔH° = -852 Kj/mol
Reaksi ini reaksi terumit dapat mengahasilkan panas yang sangat tinggi. Aluminium
sulfat juga dapat dipakai sebagai bahan pada pemadam kebakaran tipe busa bersama
soda NaHCO3 dengan panas sangat tinggi hingga temperatur kira-kira 3000°C dan
oleh karena itu sering dimanfaatkan misalnya pada proses pengelasan besi atau baja
rel kereta api (Sugiyarto, 2003: 125).
Aluminium merupakan unsur dengan kelimpahan pada urutan ketiga dalam
kerak bumi (setelah oksigen dan silikon). Aluminium terutama terdapat dalam
mineral aluminosilikat, yang ditemukan berasal dari batuan dalam kerak bumi. Akibat
perubahan alam, batuan ini, membentuk lempung yang mengandung aluminium.
Setelah melalui proses panjang dan lama, lempung tersebut menghasilkan bauksit,
suatu bijih aluminium yang mengandung AlO (OH) dan Al (OH)3 dalam berbagai
komposisi. Corondum adalah mineral keras yang mengandung aluminium oksida,
Al2O3. Aluminium oksidanya sendiri tidak berwarna, tetapi akibat adanya pengotor
dapat menghasilkan berbagai warna, seperti saphir (berwarna biru) dan ruby (warna
merah tua) (Sunarya, 2011: 396).
Sifat kimiawi aluminium yaitu serbuk aluminium terbakar dalam api
menghasilkan debu awan aluminium menurut persamaan reaksi:
4Al(s) + 3O2(g) 2Al2O3(s)
Logam aluminium bersifat amfoterik, bereaksi dengan asam kuat membebaskan
hydrogen, sedangkan dengan basa kuat membentuk aluminat menurut persamaan
reaksi:
2Al(s) + 6H3O+(aq) 2Al3+(aq) + 6H2O(l) + 3H2(g)
2Al(s) + 6OH-(aq) + 6H2O(l) 2[Al(OH)4 ]-(aq) + 3H2(g)
Dalam air, ion aluminium terhadap sebagai ion heksaakuaaluminium (III) [Al(OH)6 ]+
tetapi mengalami reaksi hidrolisis secara bertahap hingga menjadi ion
tetraakuadihidroksoaluminium (III) mneurut persamaan reaksi:
[Al(OH)6 ]3+(aq) + H2O(l) [Al(OH)5(OH) ]2+(aq) + H3O+(aq)
[Al(OH)5(OH) ]2+(aq) + H2O(l) [Al(OH)4(OH)2 ]+(aq) + H3O+(aq)
Jadi larutan garam aluminium bersifat asam dengan tetapi ionisasi asam hampir sama
dengan asam asetat (Sugiyarto,2003: 126).
Larutan natrium hidroksida : endapan putih aluminium hidroksida :
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan, pada mana ion-ion
tetrahidroksoaluminat terbentuk :
Al(OH)3 + OH- [Al(OH)4]-
Pengendapan aluminium hidroksida oleh larutan natrium hidroksida dan ammonia tak
akan terjadi bila ada serta asam tartarat, asam sitrat, asam sulfosalsilat, asam malat,
gula dann lain-lain senyawa hidroksi organik, karena pembentukan garam-garam
kompleks yang larut. Maka zat-zat organic ini harus diuraikan dengan pemijaran
perlahan-lahan atau dengan menguapkan dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat
pekat sebelum aluminium dapat diendapkan dalam pengerjaan analisis kualitatif yang
biasa (Svehla, G. 1985 ; 267).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi 12 buah
b. Rak tabung reaksi 2 buah
c. Corong biasa 1 buah
d. Gelas kimia 250 mL 1 buah
e. Bunsen 1 buah
f. Klem kayu 2 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Kaca arloji 2 buah
i. Pipet tetes 8 buah
j. Gelas ukur 10 mL 2 buah
k. Sendok 2 buah
l. Lap kasar 1 buah
m. Neraca Analitik 1 buah
2. Bahan
a. Indikator umum
b. Kristal Magnesium Klorida (MgCl2)
c. Kristal Aluminium Klorida (AlCl3) anhidrat
d. Aquades (H2O)
e. Larutan Aluminium Klorida (AlCl3)
f. Larutan Magnesium Klorida (MgCl2)
g. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 2 M
h. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
i. Indikator metil violet
j. Kertas saring biasa
k. Larutan Amonia (NH4OH) 2 M
l. Magnesium Oksida (MgO) anhidrat
m. Aluminium Oksida (Al2O3) anhidrat
n. Es batu (H2O(s))
E. PROSEDUR KERJA
1. Sifat Aluminium Hidroksida
a. Larutan AlCl3 diukur 2 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes larutan NH4OH 2 M, diamati perubahan yang
terjadi dan ditambahkan NH4OH 2 M secara berlebih, diamati perubahan yang
terjadi.
b. Larutan AlCl3 diukur 2 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambah NaOH hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk kemudian
dibagi ke dalam 2 tabung reaksi.
c. Tabung reaksi I ditambahkan NaOH 2 M kemudian diamati perubahan yang
terjadi.
d. Tabung reaksi II ditambahkan larutan HCl 0,1 M kemudian diamati perubahan
yang terjadi.
e. Larutan AlCl3 diukur 2 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambah larutan NaOH 2 M.
f. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan air dingin.
Setelah itu ditambahkan beberapa tetes metil violet dan diamati perubahan yang
terjadi.
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
a. Aluminium klorida anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan.
b. Magnesium klorida anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan.
c. Aluminium klorida anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditetesi beberapa tetes aquades lalu diukur pH-nya.
d. Magnesium klorida anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditetesi beberapa tetes aquades lalu diukur pH-nya.
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
a. Aluminium oksida sebanyak 0,1 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
b. Aluminium oksida ditambahkan 3 mL air lalu diukur pH-nya.
c. Magnesium oksida sebanyak 0,1 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
d. Magnesium oksida ditambahkan 3 mL air lalu diukur pH-nya.
e. Aluminium oksida sebanyak 0,1 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
f. Magnesium oksida sebanyak 0,1 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
g. Aluminium oksida dan magnesium oksida yang telah ada di dalam tabung
reaksi ditambahkan masing-masing 3 mL NaOH encer.
h. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 3 mL HCl encer lalu diukur pH-
nya.
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
a. Larutan AlCl3 diukur 3 mL lalu dipindahkan dalam tabung reaksi. Kemudian
larutan 3 mL NaOH 0,1 M diukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Perubahan yang terjadi diamati dan diukur pH-nya.
b. Larutan MgCl2 diukur 3 mL lalu dipindahkan dalam tabung reaksi. Kemudian
larutan 3 mL NaOH 0,1 M diukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Perubahan yang terjadi diamati dan diukur pH-nya.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
No. Aktivitas Hasil
1. 2 mL AlCl3 + NH4OH 2 M + Larutan bening
NH4OH 2 M berlebih Larutan keruh
2. 2 mL AlCl3 + NaOH 2 M Terbentuk endapan putih
 Tabung I + NaOH 2 M Terbentuk endapan putih
 Tabung II + HCl 0,1 M Endapan menjadi larut
3. 2 mL AlCl3 + NaOH 2 M Terbentuk endapan putih
Disaring Residu: endapan putih
filtrat: larutan bening
Residu dicuci dengan air dingin
Endapan putih + beberapa tetes Endapan berwarna ungu
metil violet
2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
No. Aktivitas Hasil
1. AlCl3 anhidrat dipanaskan Terbentuk uap air pada dinding
tabung
2. MgCl2 anhidrat dipanaskan Terbentuk uap air pada dinding
tabung
3. AlCl3 anhidrat + H2O Larut dalam air
diukur pH-nya pH= 2
4. MgCl2 anhidrat + H2O Larut dalam air
diukur pH-nya pH= 6
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
No. Aktivitas Hasil
1. 0,1 gram MgO anhidrat + H2O Endapan keruh
Diukur pH-nya pH= 10
2. 0,1 gram Al2O3 anhidrat+ H2O bening dan terdapat endapan putih
Diukur pH-nya pH= 6
3. 0,1 gram Al2O3 anhidrat+ HCl 0,1 M bening dan terdapat endapan putih
Diukur pH-nya pH= 1
4. 0,1 gram MgO anhidrat+ HCl 0,1 M bening dan terdapat endapan putih
Diukur pH-nya pH= 10
5. 0,1 gram MgO anhidrat + NaOH terdapat endapan
Diukur pH-nya pH= 14
6. 0,1 gram Al2O3 anhidrat + NaOH terdapat endapan
Diukur pH-nya pH= 14
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
No. Aktivitas Hasil
1. AlCl3 3 mL + NaOH 0,1 M 3 mL Larutan keruh
Diukur pH-nya pH= 9
2. MgCl2 3 mL + NaOH 0,1 M 3 mL Larutan bening
Diukur pH-nya pH= 4

G. PEMBAHASAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui sifat
aluminium hidroksida, dimana garam aluminium yang
digunakan adalah aluminium klorida (AlCl3) yang ditambhakan
dengan ammonia (NH4OH). Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh larutan keruh. Hal ini sesuai dengan teori yang mana
reaksi antara Al3+ dan NH4OH yang merupakan reaksi
pembentukan endapan Al(OH)3 dan ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa reaksi aluminium dengan ammonia Penambahan

akan terbentuk endapan putih seperti gelatin (Svehla, 1985: NH4OH berlebih

266).
Aluminium Hidroksida Al(OH)3 yang ditambahkan ammonia berlebih tidak
mengalami perubahaan yaitu larutan tetap keruh. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa apabila ditambahkan ammonia berlebih maka larutan
berubah menjadi bening yang berarti Al(OH)3 larut dalam amonia berlebihan.
Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium, disebabkan oleh efek
ion sekutu (Svehla, 1985: 266). Adapun reaksinya :
AlCl3 + 3NH4OH Al(OH)3 + 3NH4Cl
Al(OH)3 + NH4OH [ Al(OH)4]- + NH4+
(bening)
Perlakuan selanjutnya yaitu AlCl3 ditambahkan NaOH
dan menghasilkan endapan putih Al(OH)3. Endapan Al(OH)3
yang diperoleh dibagi dua, pada bagian pertama endapan
tersebut ditambahkan NaOH lagi dan diperoleh larutan
berwarna jernih yang berarti endapan melarut dalam reagensia
(NaOH) berlebihan dan membentuk ion kompleks
tetrahidrosoaluminat [Al(OH)4]-. Adapun reaksinya:
Penambahan
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
NaOH berlebih
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
(bening)
Tabung bagian kedua, ditambahkan HCl encer dan
diperoleh larutan keruh. Hal ini tidak sesuai denga teori yang
mengatakan bahwa Al(OH)3 bersifat amfoter karena bereaksi
dengan basa dan asam (Ibnu, 2004: 71). Sehingga saat
penambahan suatu asam (HCl) yang berlebih menyebabkan
hidroksida yang diendapakn melarut lagi.

Adapun reaksi yang terjadi :


Endapan Al(OH)3
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
ditambah HCl

Perlakuan selanjutnya yaitu AlCl3 ditambah NaOH menghasilkan endapan putih


Al(OH)3 yang kemudian disaring untuk memisahkan antara endapan dengan air yang
bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan. Setelah itu,
ditambahkan dengan beberapa tetes metil violet dimana trayek pH-nya
(0,5-1,5) dan trayek warnanya (kuning-ungu) karena trayek-nya adalah
pH basa maka diperoleh endapan berwarna ungu (Day & Underwood,
2001). Perubahan warna dari putih menjadi ungu maka endapan Al(OH)3
yang diperoleh bersifat basa. Adapaun reaksi yang terjadi :
AlCl3 + 3 NaOH Al(OH)3 + 3 NaCl

2. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida


AlCl3 penambahan
Percobaan ini bertujuan untuk
NaOH dan metil
membandingkan sifat dari senyawa aluminium
violet
klorida dengan magnesium klorida. Perlakuan
pertama yaitu AlCl3 dipanaskan dan diperoleh serbuk putih Al
dan terbentuk gelembung gas berasap pada dinding tabung yang
berarti terjadi pelepasan gas Cl2. Sedangkan pada saat MgCl2
anhidrat yang dipanaskan hasil yang diperoleh yaitu kristal
meleleh namun tidak mengalami perubahan warna. Adapun
AlCl3 dan MgCl2
reaksi yang terjadi :
dipanaskan
2AlCl3 + 3/2 O2 Al2O3 + 3Cl2
2MgCl2 + O2 2MgO + 2Cl2
Proses pemanasan aluminium klorida tidak meleleh. Hal ini ditandakan bahwa
titik leleh aluminium sangat tinggi, yaitu 659°C (Svehla, 1985: 266), sehingga
aluminium klorida akan menyublim dan berkumpul pada
bagian bawah tabung reaksi. Adapun reaksinya:
2 Al + 3 Cl2 → 2 AlCl3
Perlakuan kedua yaitu AlCl3 anhidrat direaksikan
dengan H2O dan diperoleh AlCl3 larut dalam air dengan pH=
4, hal ini menandakan bahwa larutan bersifat asam. Sedangkan

pada MgCl2 menghasilkan pula larutan yang bening (larut


AlCl3 pHnya 4
dalam air) dengan pH= 5, hal ini menandakan larutan bersifat
MgCl2 pHnya 5
askan
asam, namun AlCl3 lebih bersifat asam dengan persamaan reaksi:
AlCl3 (s) + 6H2O (ℓ) [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl- (aq)
Magnesium klorida direaksikan dengan air akan menghasilkan
larutan heksakuamagnesium dan klor. Adapun reaksinya:
MgCl2 (s) + 6H2O (ℓ) [Mg(H2O)6]2+ (aq) + 2Cl- (aq)
Hal lain karena dalam kristal MgCl2, panas yang dibutuhkan
untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga besar ini
disebabkan karena muatannya yang hanya +2 atau jumlah ion

kloridanya dua kali lebih banyak dari ion magnesium


MgCl2 dan AlCl3
(Sugiyarto, 2003) sedangkan pada kristal AlCl3 jumlah ion
ditambah H2O
kloridanya 3 kali lebih banyak dari pada ion aluminiumnya
sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion lebih
kecil dibanding magnesium. Aluminium klorida mempunyai sifat yang mudah larut
daripada magnesium klorida.
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
Percobaan ini Al2O3 direaksikan dengan dengan H2O
menghasilkan larutan jernih dan terdapat serbuk yang tak larut,
dengan pH = 4 (asam). Hal ini menandakan bahwa Al2O3 tidak
dapat larut dalam air. Walapun masih
mengandung ion oksida tetapi terlalu
kuat berada dalam kisi kristal padatan
untuk dapat bereaksi dengan air, serta
larutan bersifat asam. Sedangkan pada Al2O3 dan MgO
ditambah H2O
MgO yang direaksikan dengan H2O
diperoleh larutan putih keruh, dengan pH = 7. Hasil yang
Al2O3 pHnya 4
diperoleh sesuai dengan teori bahwa jika MgO direaksikan
MgO pHnya 7
dngan air maka akan terbentuk Mg(OH)2 sedikit larut (Svehla,
1985: 304).. Adapun reaksinya :
Al2O3 + H2O
MgO + H2O Mg(OH)2
Percobaan selanjutnya Al2O3 ditambahkan HCl
diperoleh pula larutan jernih dan masih terdapat endapan. Hal
ini berarti aluminium oksida bereaksi dengan HCl encer
menghasilkan larutan aluminium klorida. Adapun reaksinya:
Al2O3 + 6 HCl 2 AlCl3 + 3 H2O
Sedangkan pada MgO yang
ditambahkan HCl diperoleh pula larutan
jernih dan masih terdapat endapan
Al2O3 dan MgO
MgCl2. Hal ini berarti MgO bereaksi
penambahan HCl
dengan HCl encer untuk menghasilkan
larutan MgCl2. Dalam hal ini, aluminium oksida menunjukkan
sisi asam dengan pH=0 sedangkan pada MgO bersifat asam
dengan pH=1, hal ini menunjukkan bahwa Al2O3 lebih bersifat
Al2O3 pHnya 0 dan
MgO pHnya 1 asam daripada MgO. Adapun reaksinya ;
MgO + 2 HCl MgCl2 + H2O
Selanjutnya, aluminium oksida direaksikan dengan
NaOH yang menghasilkan larutan jernih dan terdapat endapan
dengan pH=13. Hal ini menandakan kristal
aluminium oksida bereaksi dengan NaOH
menghasilkan NaAlO3 dan gas H2. Adapun
reaksi yang terjadi:

Al2O3 + NaOH 2NaAlO3 + 3H2


Sedangkan pada kristal magnesium oksida Al2O3 dan MgO
penambahan NaOH
direaksikan dengan NaOH menghasilkan
Al2O3 pHnya 13
larutan keruh dengan pH=14. Hal ini
MgO pHnya 14
menandakan Kristal magnesium oksida bereaksi dengan NaOH
yaitu menghasilkan Mg(OH)2 dan Na+. Adapun reaksinya:
MgO + NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
Percobaan ini dapat diketahui, bahwa MgO lebih bersifat basa daripada Al2O3
yang dapat dilihat dari ukuran pH= 14. Hasil yang diperoleh sesuai teori bahwa
aluminium mudah larut dalam asam kuat dan basa kuat (Svehla, 1985: 267).
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
Aluminium klorida dengan pH=3, bereaksi dengan
larutan NaOH akan menghasilkan larutan keruh atau Al(OH)3
dengan pH 4 dan akan menghasilkan larutan tetrahidroksi
aluminium. Adapun reaksinya :
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+

Magnesium klorida dengan


AlCl3 pHnya 3
MgCl2 pHnya 4 pH=4 bereaksi dengan larutan NaOH
menghasilkan larutan keruh atau larutan
Mg(OH)2 dengan pH 7 bila ditambahkan berlebih. Adapun
reaaksinya:
MgCl2 + NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl

Mg(OH)2 + NaOH
AlCl3 pHnya 4
Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori (Sugiyarto,
MgCl2 pHnya 7
2004), bahwa jika larutan garam aluminium dan magnesium
direaksikan dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan Al(OH)3 dengan
keasaman garam aluminium lebih besar. Yang mana aluminium dengan pH=9 dan
garam magnesium dengan pH= 4.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan:
a. Sifat aluminium hidroksida adalah Al(OH)3 dapat larut dalam pH asam maupun
basa sedangkan ammonia akan membentuk Al(OH)3. Yang berarti aluminium
hidroksida bersifat amfoter. Endapan seperti gel terbentuk disebut dengan gel
aluminium.
b. Aluminium klorida mempunyai titik leleh yang tinggi dibandingkan dengan
magnesium klorida.
c. Aluminium klorida kelarutannya lebih besar dibandingkan dengan magnesium
klorida
d. Magnesium oksida dan aluminium oksida mempunyai sifat basa.
e. Ion aluminium memilki sifat basa yang kuat dibandingkan dengan ion
magnesium yang sifat basanya lebih lemah.
2. Saran
Diharapkan pada praktikan selanjutnya untuk memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi pada saat mereaksikan dan memperhatikan konsentrasi
pereaksi yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1930. Kimia Tak Organik Tak Lanjutan.
Negeri Sembilan Malaysia: Universitas Teknologi Malaysia.

Ibnu, Soddiq. dkk. 2004. Kimia Analitik I. Malang: JICA.

Purwanto.H. 2009. Pengaruh Jarak dari Tepi Cetakan terhadap Kekuatan tarik dan
kekerasan pada Coron Aluminium. Jurnal Momentum. Vol.5. No.1.
Hal: 41-45.

Sugiyarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik II. Malang: JICA.

Sunarya, Yayan. 2011. Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini.


Bandung: Yrama Widya.

Svehla, G. 1985. Analisis Kuantitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta:


PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai