Reaksi iodat sangat kuat juga reaksi ini hanya membutuhkan sedikit
sekali ion hydrogen untuk melengkapi reaksi. Reaksi bromat sangat lambat,
namun kecepatan dapat ditingkatkan dengan menambahkan konsentrasi ion
hidrogen. Biasanya ditambahkan sedikit amonium molibdat sebagai katalis
kekurangan utama kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa bobot
ekivalennya rendah (Underwood.1986.304).
Jika larutan iodium didalam KI pada suasana netral maupun asam ditritasi maka : I 3- + 2S2O32- 3I- + S4O62- selama reaksi zat antara S2O3I- yang tak berwarna adalah terbentuk sebagai : S2O32- + I3- S2O3I- + 2I- yang mana berjalan terus menerus menjadi : 2S2O3I- + I- S4O62- + I3- warna indikator muncul kembali pada: S2O3I- + S2O32- S4O62- + I- Reaksi berlangsung baik dibawah pH = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hypoiodus (HIO) terbentuk (Khopkar, 1990;59) Kalium iodida mengendapkan tembaga (I) iodida yang putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion triiodida (iod) 2Cu2+ + 5I- 2CuI + I3- Dengan menambahkan natrium tiosulfat berlebih kepada larutan ion triiodida direduksi menjadi ion iodida yang tidak berwarna, dan warna putih dari endapan menjadi terlihat. Reduksi dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationat I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62- Reaksi ini dipakai dalam analisis kualitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri (Svehla, 1979:231). Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabik dan mendominasi dalam larutan air. Dalam larutan air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru, yang karakteristik dari warnaa ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2+. Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga (II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujursangkar bergantung pada kation pasangannya. Pada dasarnya, tembaga bukanlah logam reaktif namun logam ini dapat diserang oleh asam-asam pekat. Secara khusus, tembaga bereaksi dengan asam hidroklorida pekat-mendidih dengan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas hidrogen (Sugiyarto, 2003: 266 dan 268). Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1038 0C. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga: 3Cu + 8HNO3 3Cu2+ + 6NO-3 + 2NO + 2H2O Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga: Cu + 2H2SO4 Cu2+ + SO24- + SO2 + 2H2O Tembaga mudah pula larut dalam air raja: 3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO + 4H2O (Svehla, 1985: 229). Reaksi dengan tembaga, kelebihan KI bereaksi dengan Cu (II) untuk membentuk CuI dan melepaskan sejumlah ekivalen I2. 2Cu2+ + 4I- 2CuI + I2
2Cu2+ + 3I- 2CuI + I3-
iodida berperan sebagai reduktor, reaksi dengan Cu:
Cu2+ + e- Cu+ E0 = 0,15 V
I2 + 2e- 2I- E0 = 0,54 V
Cu2+ + I - + e- CuI E0 = 0,86 V
Hasil yang terbaik diperoleh dalam 4% KI, pH optimum adalah 4,0. Cu(II)
pada mendium alkali akan lebih sulit dioksidasi. Na2S2O3 ditambahkan
secara perlahan-lahankarena iodiom yang teradsorbsi dilepaskan sedikit
demi sedikit. Adanya ion klorida dapat mengganggu karena iodida tidak
dapat mereduksi Cu(II) secara kuantitatif (Khopkar, 1990; 59)