OLEH
ELPODESY MARLISA
F051050041
ELPODESY MARLISA
F051050041
RINGKASAN
Mangga gedong gincu merupakan salah satu jenis buah andalan ekspor
Indonesia. Salah satu kendala ekspor yang dihadapi diantaranya tingginya
serangan hama/lalat buah sehingga mengakibatkan banyak buah tidak lolos
dalam proses karantina. Beberapa teknologi karantina yang biasa digunakan
diantaranya adalah perlakuan dingin (cold treatment), iradiasi, fumigasi dan
perlakuan panas. Keefektifan metode perlakuan dingin dalam mengendalikan
hama pascapanen tergantung pada rendahnya suhu yang digunakan dan
lamanya waktu aplikasi. Metode ini menjadi kurang efektif karena beberapa buah
tidak tahan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang lama. Metode
iradiasi hingga saat ini belum dapat diterima konsumen secara luas karena faktor
keamanannya masih diragukan. Sementara metode fumigasi (seperti
menggunakan etilen bromida) yang telah diterapkan secara luas di seluruh dunia,
diketahui menyisakan residu yang tidak aman bagi kesehatan manusia, selain itu
juga merusak lapisan ozon. Oleh karena itu metode perlakuan panas menjadi
afternatif utama untuk proses disinfestasi. Beberapa perlakuan panas yang biasa
digunakan antara lain dengan menggunakan air panas (hot water treatment,
HWT), uap panas (vapor heat treatment, VHT) dan udara panas (hot air
treatment, HAT) (Lurie, 1998).
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mempelajari proses
disinfestasi lalat buah pada mangga gedong gincu menggunakan metode VHT.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) menentukan tingkat mortalitas
fase telur lalat buah pada beberapa suhu dan lama pemanasan yang berbeda
dan mengamati daur hidup lalat buah (Bactrocera dorsalis); (2) mengkaji
pengaruh perlakuan panas dan pelilinan terhadap mutu buah mangga gedong
gincu dan (3) menentukan suhu dan waktu optimum dalam proses perlakuan uap
panas pada mangga gedong gincu.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2007 di Laboratorium
AP4, TPPHP, dan LBP, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bahan utama yang
digunakan adalah mangga gedong gincu dan telur lalat buah (B. dorsalis).
Mangga diperoleh dari petani mangga di daerah Cirebon, Jawa Barat dan telur
lalat buah diperoleh dari pembiakan di laboratorium. Peralatan yang digunakan
adalah VHT chamber, hybrid recorder, chromameter Minolta CR-200, rheometer
model CR-300, gas analyzer Shimadzu, refraktometer, kurungan kayu dan lain-
lain. Penelitian tahap pertama adalah mengetahui tingkat mortalitas telur lalat
buah, dengan merendam telur lalat buah pada air panas bersuhu 40, 43, 46 dan
49 oC selama 30 menit dan pada suhu 46 oC selama 5, 10, 15, 20, 25 dan 30
menit. Penelitian tahap kedua adalah mempelajari pengaruh VHT dan pelilinan
terhadap mutu mangga gedong gincu. Tahap ini meliputi penentuan waktu
kondisioning, yakni waktu yang dibutuhkan hingga suhu pusat mangga mencapai
46,5 oC. VHT diaplikasikan selama 10, 20 dan 30 menit dan kontrol kemudian
dilakukan pelilinan dengan lilin lebah dengan konsentrasi 6%. Pengamatan
perubahan mutu setelah VHT dan pelilinan dilakukan setiap 4 hari sekali selama
28 hari masa simpan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas lalat buah B. dorsalis
mencapai 100% pada pemanasan selama 30 menit untuk suhu diatas 43 oC,
sedangkan pada suhu 46 oC tercapai pada pemanasan minimal selama 10 menit.
Selama masa simpan laju konsumsi O2 mengalami peningkatan pada masa
klimakterik (hari ke-6 dan 7). Laju konsumsi O2 terbesar adalah 63,7 ml
O2/kg.jam (VHT 30 menit tanpa pelilinan) dan 56,2 ml O2/kg.jam (VHT 10 menit
dengan pelilinan). Susut bobot mengalami peningkatan selama masa simpan,
pada hari simpan terakhir susut bobot tertinggi 20,1% (kontrol dengan pelilinan)
dan 27,8% (VHT 10 menit tanpa pelilinan). Sementara kekerasan mangga
gedong selama penyimpanan mengalami penurunan, nilai kekerasan tertinggi
pada akhir masa simpan adalah 0,49 kg/mm (kontrol dengan pelilinan) dan 0,46
kg/mm (VHT 20 menit tanpa pelilinan). Warna mangga gedong mengalami
perubahan dari hijau ke kuning, ini menandai terjadinya proses pematangan.
Kadar air dan nilai total padatan terlarut mengalami perubahan yang fluktuatif
selama penyimpanan. Vitamin C mengalami peningkatan selama penyimpanan.
Pada hari simpan ke-24, kandungan vitamin C tertinggi adalah adalah 36,03
mg/100g (VHT 10 menit dengan pelilinan) dan 33,40 mg/100g (VHT 10 menit
tanpa pelilinan). Proses VHT pada mangga gedong gincu memberikan pengaruh
yang berbeda nyata pada laju respirasi, dan total populasi cendawan dan tidak
berpengaruh nyata pada susut bobot, kekerasan, warna, total padatan terlarut,
kadar air dan vitamin C serta hasil uji organoleptik. Pemberian lilin memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju respirasi, susut bobot dan total
populasi cendawan dan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai
kekerasan, warna, total padatan terlarut, kadar air dan vitamin C serta hasil uji
organoleptik. Interaksi antara perlakuan pelilinan dengan lama VHT memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju respirasi, susut bobot, penurunan
kekerasan, perubahan nilai total padatan terlarut, kadar air dan total populasi
cendawan dan tidak berbeda nyata terhadap warna, vitamin C serta hasil uji
organoleptik.
Perlakuan VHT selama 20-30 menit pada suhu 46,5 oC cukup efektif
dalam membunuh telur lalat buah yang terinfestasi di dalam mangga dan apabila
diikuti dengan pelilinan mampu mempertahankan mutu mangga gedong gincu
selama 28 hari penyimpanan. Namun demikian perlu diteliti pengkombinasian
perlakuan VHT dengan perlakuan yang dapat menghambat serangan penyakit
mangga selama penyimpanan seperti penggunaan asap cair atau bahan kimia
alami lainnya yang diijinkan. Sementara untuk memperpanjang masa simpan
buah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penggunaan penyerap etilen,
pengemasan dengan atmosfer termodifikasi (MAP) atau penyimpanan atmosfer
terkontrol (CAS)
ABSTRACT
ELPODESY MARLISA. Study on The Fruit Fly Disinfestation using Vapor Heat
Treatment on Gedong Gincu Mango. Under supervisors of ROKHANI
HASBULLAH and DADANG.
Oleh
ELPODESY MARLISA
TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Pascapanen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul Tesis : Kajian Disinfestasi Lalat Buah dengan Perlakuan Uap Panas
(Vapor Heat Treatment) Pada Mangga Gedong Gincu
Nama : Elpodesy Marlisa
NRP : F051050041
Disetujui
Komisi Pembimbing:
Diketahui
Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rezki,
nikmat, kesempatan serta karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan baik.
Segala hambatan teknis maupun non teknis yang dihadapi pada masa
penelitian dan penyusunan tesis ini telah menjadi pengalaman dan merupakan
pelajaran yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M. Si dan Dr. Ir. Dadang, M. Sc sebagai komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan, koreksi dan masukan mulai
dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian serta penyusunan tesis
ini.
2. Dr. Ir. Lilik Pujantoro EN, M. Agr, yang telah bersedia menjadi penguji luar
komisi dan memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.
3. Dr. Ir. I Wayang Budiastra, M. Agr, selaku ketua program studi Teknologi
Pascapanen, seluruh staf pengajar di program studi Teknologi Pascapanen,
yang telah mengajar dan mendidik penulis selama masa perkuliahan. Selain
itu rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada para teknisi yang telah
membantu penulis selama masa penelitian.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
Papa dan Mama, atas segala pengorbanan mereka hingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang master ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna, oleh karena
itu saran dan masukan sangat diharapkan. Namun demikian penulis berharap
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
ELPODESY MARLISA
RIWAYAT HIDUP
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 33. Penyakit antraknosa (A) dan stem end rot (B) .......................... 68
Gambar 34. Identifikasi cendawan pada hari simpan ke-12 .......................... 69
Gambar 35. Skor uji organoleptik pada hari ke-12 ........................................ 70
Gambar 36. Hasil uji verifikasi ....................................................................... 71
Gambar 37. Kondisi mangga pada hari penyimpanan ke-16 ......................... 74
Gambar 38. Kondisi mangga pada hari penyimpanan ke-24 ......................... 74
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
Lampiran 22. Uji lanjut Duncan perubahan kadar air mangga
gedong gincu selama penyimpanan ......................................... 117
Lampiran 23. Uji lanjut Duncan perubahan vitamin C mangga
gedong gincu selama penyimpanan ......................................... 118
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
-1-
tropika seperti Indonesia. Teknologi karantina belum banyak dikembangkan di
Indonesia meskipun buah-buahan dan sayuran Indonesia berpotensi untuk
dipasarkan di pasar internasional.
B. Tujuan
(1) Mengamati daur hidup lalat buah dan menentukan tingkat mortalitas
fase telur lalat buah pada beberapa suhu dan lama pemanasan.
(3) Menentukan suhu dan waktu optimum dalam proses perlakuan uap
panas pada mangga gedong gincu
-2-
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica L.
-3-
Buah mangga berukuran relatif besar, bentuknya bulat sampai lonjong,
bijinya gepeng dibungkus oleh daging yang tebal dan lunak serta enak dimakan.
Mangga tersusun atas 11-18% kulit, 14-22% daging dan 60-75% biji (Verheij dan
Coronel, 1997). Produksi mangga antara 25-1000 buah per pohon tergantung
varietas, umur, tempat tumbuh, dan kondisi iklim. Umumnya tanaman mangga
dapat dipanen pada bulan September sampai Desember. Satuhu (1999)
menyatakan bahwa musim mangga di Indonesia pada bulan Agustus sampai
Desember untuk mangga arumanis, golek dan manalagi, sedangkan Juni dan
Juli untuk mangga gedong gincu.
Jenis mangga gedong ada dua macam yaitu mangga gedong biasa dan
mangga gedong gincu (Gambar 1). Mangga gedong biasa berbentuk bulat, letak
tangkai di tengah, pangkal buah miring, sedikit berlekuk, pucuk buah bulat dan
sedikit pecah. Berat rata-rata 300 g dan berukuran 9,4 cm x 7,4 cm x 6,1 cm.
Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik agak jarang dan berwarna putih
kehijauan. Warna daging buah masak kuning jingga. Daging buah tebal, kenyal,
berserat halus sekali, kandungan air banyak, beraroma harum dan khas, serta
rasanya manis segar.
-4-
Bijinya besar berukuran 7,9 cm x 4,5 cm x 2,3 cm dan sebagian biji berserat
pendek (Satuhu, 1999). Buah mangga gedong gincu memiliki warna daging
merah kekuningan. Bentuk buah hampir bulat dengan panjang 10 cm dan
lebarnya 8 cm. Bobot buah rata-rata 200-250 g dan kulit tipis serta halus. Daging
buah tebal, berwarna kuning kemerahan, berserat, beraroma harum dan rasanya
manis (Satuhu, 1999).
Mangga gedong gincu mempunyai keunggulan dibandingkan mangga
gedong biasa ataupun mangga lainnya, karena mangga ini memiliki aroma lebih
tajam, kulit buah berwarna merah menyala (disukai konsumen luar negeri). Pada
Tabel 1 ditampilkan beberapa keunggulan mangga gedong gincu dibandingkan
mangga arumanis.
Buah mangga mengandung nutrisi yang cukup tinggi sehingga baik untuk
dikonsumsi dengan komposisi nutrisi yang berbeda-beda tergantung varietasnya.
Selama mengalami pematangan, beberapa varietas mangga mengalami
-5-
perubahan fisiko-kimia seperti yang tertera pada Tabel 2 sementara pada Tabel
3 ditampilkan komposisi gizi beberapa varietas mangga.
Tabel 2. Karakteristik fisik dan kimiawi beberapa varietas mangga matang
Jenis mangga
Kandungan
Gedong Arumanis Cengkir
o
Total padatan terlarut ( brix) 16,0-7,8 14,8-16,6 13,0-15,0
Total asam (%) 0,12-0,49 0,22-0,56 0,26-0,88
Total gula (g/100g) 14,80 11,40 11,50
Zat pati (g/100g) 8,80 7,40 7,60
Vit. C (g/100g) 36,2-96,2 22,0-46,9 37,8-58,2
Kadar air (%) ±82,9 ±81,1 ±84,3
(Sumber: Sabari, 1989).
C. Respirasi
-6-
H2O serta sejumlah energi (Winarno dan Aman, 1981). Selama proses respirasi
terjadi perubahan fisik, kimia, dan biologi misalnya proses pematangan,
pembentukan aroma dan kemanisan, pengurangan keasaman, pelunakan daging
buah dan pengurangan bobot. Bila proses respirasi berlanjut terus, buah dan
sayuran akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan yang
ditandai dengan hilangnya zat gizi dan faktor mutu buah tersebut. Respirasi
yang merupakan pembongkaran oksidatif bahan-bahan komplek, yang terdapat
di dalam sel menjadi molekul yang sederhana, disamping terbentuknya energi
dan juga dihasilkan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa
(Wills et al., 1981). Umumnya respirasi aerob pada buah tropis digambarkan
dengan reaksi berikut:
Ryall dan Pentzer (1982) menyatakan bahwa tiap buah yang berbeda
mempunyai kecepatan dan pola respirasi yang berbeda pula sesuai dengan jenis
dan tingkat kedewasaan buah (maturation). Berdasarkan pola respirasinya, buah
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu buah klimakterik dan non klimakterik.
Buah-buahan klimakterik menurut Pantastico (1986) adalah buah yang
mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian mengalami
penurunan yang cepat. Demikian juga menurut Haard (1976), buah-buahan yang
mengalami kenaikan dalam respirasi digolongkan ke dalam buah-buahan
klimakterik. Klimakterik sedikit banyak berhubungan dengan perubahan flavour,
tekstur, warna yang erat hubungannya dengan kematangan buah. Biale dan
Young (1981) menambahkan bahwa peningkatan laju respirasi pada buah
klimakterik terjadi pada akhir fase kemasakan, sedang pada buah non klimakterik
tidak terjadi peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan.
-7-
menurun. Laju respirasi buah mangga dapat dibagi menjadi 4 periode yaitu,
praklimakterik, klimakterik, puncak klimakterik dan periode kelayuan atau
senescene. Menurut Phan et al. (1986) laju respirasi buah dan sayuran
dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi
respirasi adalah tinggkat perkembangan, ukuran produk, jenis jaringan dan
lapisan alamiah seperti lilin, ketebalan kulit dan sebagainya. Sementara faktor
luar yang mempengaruhi adalah suhu, konsentrasi gas CO2 dan O2 yang
tersedia, zat-zat pengatur tumbuh, dan kerusakan yang ada pada buah.
Panen
Penyimpanan
Pematangan buatan
-8-
1. Panen
-9-
Dengan demikian sortasi merupakan kegiatan yang menentukan keberhasilan
buah agar tetap bermutu baik hingga sampai ke tangan konsumen (Broto, 1993).
Setelah sortasi dilakukan buah mangga dicuci terlebih dahulu untuk
membersihkan kotoran dan sisa getah yang masih menempel pada permukaan
kulit buah. Pencucian biasanya dilakukan dengan meletakkan mangga pada
konveyor yang melewati semprotan air selama lebih kurang 20 menit. Pencucian
dilakukan dengan hati-hati agar getah terbuang dan tidak mengalir pada kulit
buah, bahkan pada mangga kensington pekerja harus menggunakan sarung
tangan agar getah tidak merusak kulit. Penambahan detergen atau cairan
pembersih seperti klorin biasanya sering dilakukan pada berbagai packing house.
3. Pemutuan
- 10 -
Tabel 5. Syarat mutu mangga
Karakteristik Mutu I Mutu II
Keseragaman varietas Seragam Seragam
Tingkat ketuaan Tua tapi tidak matang Tua agak matang
Kekerasan Keras Cukup keras
Keseragaman ukuran Seragam Kurang seragam
Mangga cacat, % maks 0 0
Kadar kotoran Bebas Bebas
Mangga busuk, % maks 0 0
Panjang tangkai, maks 1 cm 1 cm
(Sumber: SNI 01-3164-1992).
Beberapa syarat mutu yang harus dipenuhi oleh mangga untuk tujuan
ekspor (Tabel 6) adalah: permukaan kulit mulus (tidak berbintik, tidak berlubang,
tidak ada warna hitam pada pangkal buah, tidak ada noda ”scab”), bebas dari
luka (luka mekanis atau mikrobiologis), bebas dari penyakit pascapanen dan
bentuk normal. Beberapa syarat mutu tambahan untuk mangga yang akan
diekspor yaitu matang fisiologis, kolorisasi kuning 30-50%, tingkat kematangan
merata, berat dan ukuran seragam berdasarkan varietasnya.
4. Pelilinan
- 11 -
Pemberian lapisan lilin cukup penting, khususnya bila terdapat luka-luka
atau goresan kecil pada permukaan buah. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat
ditutupi oleh lapisan lilin. Dalam pelilinan diupayakan agar pori-pori kulit buah
tidak tertutupi sama sekali untuk mencegah kondisi anaerob di dalam buah, yang
dapat mengakibatkan terjadinya fermentasi sehingga mempercepat kebusukan
(Akamine et al., 1986).
Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertamakali dikenal sejak abad 12-13
oleh bangsa Cina. Pelapisan lilin pada saat itu tanpa memperhatikan adanya
efek-efek respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu
tebal, mengakibatkan respirasi anaerob dan menghasilkan jeruk yang masam
dan busuk. Roosmani (1975) melakukan percobaan menggunakan mangga
indramayu, apel malang, jeruk siam dan tomat varietas money maker
menggunakan emulsi lilin yang mengandung 6, 8 dan 9 % solid untuk
mengetahui pengaruh pelilinan terhadap hortikultura di Indonesia (Tabel 7).
- 12 -
Pada buah mangga pelilinan juga biasa diterapkan, berdasarkan SPO
mangga arumanis dijelaskan bahwa untuk membuat emulsi lilin standar 12 %
terlebih dahulu diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat 20 g, triethanol amin 40 g
dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci sampai mencair, kemudian
dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi sedikit asam oleat,
triethanolamin dan air panas, larutan diblender kurang lebih dari 2-5 menit agar
tercampur dengan sempurna kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat
digunakan setelah proses pendinginan selesai dilaksanakan. Berdasarkan
pengetahuan ini dan sesuai dengan kemajuan teknologi maka pelilinan terhadap
berbagai komoditas hortikultura terus berkembang. Menurut Roosmani (1975)
emulsi lilin optimum untuk buah mangga adalah pada konsentrasi 6%.
5. Pengemasan
- 13 -
6. Penyimpanan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penting dijaga agar suhu
ruang penyimpanan relatif tetap. Jika kelembaban rendah maka akan terjadi
pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses
pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan. Kelembaban
nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari pelayuan dan pelunakan pada
beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan memerlukan kelembaban
sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan pendinginan dapat
dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air. Kelembaban
yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap
pertumbuhan mikroba. Selain itu dibutukan sirkulasi udara yang cepat terutama
pada waktu bahan baru dimasukkan, untuk menghilangkan panas lapang.
Setelah panas lapangan dihilangkan dari bahan, maka kecepatan sirkulasi udara
tidak perlu terlalu besar. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang
panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.
- 14 -
Buah-buahan tropika pada umumnya sensitif pada suhu dingin (Kays, 1991).
Chiling injury adalah kerusakan karena penyimpanan di bawah suhu optimum
yang dicirikan oleh bintik-bintik hitam atau coklat pada kulit buah, pembentukan
warna kulit yang tidak sempurna dan pematangan yang tidak normal. Kays
(1991) menerangkan bahwa suhu chiling injury pada mangga adalah 10-13oC.
Apandi (1984) menerangkan bahwa suhu 7-13 oC adalah suhu chiling injury
untuk penyimpanan mangga, sedangkan Broto (2003) menerangkan bahwa suhu
chiling injury untuk penyimpanan mangga adalah 5-20 oC dan untuk mencegah
terjadinya chiling injury pada penyimpanan mangga gedong yang disimpan pada
suhu 10 oC, diperlukan adaptasi selama sehari pada suhu 15 oC.
- 15 -
memuaskan bila tanpa pendinginan. Penyimpanan dengan pengaturan
lingkungan atmosfir dimaksudkan untuk memberikan kondisi atmosfir disekitar
produk yang berbeda dengan kondisi atmosfir udara normal, biasanya dengan
meningkatkan kandungan karbondioksida dan atau menurunkan kandungan
oksigen. Kondisi atmosfir ini dapat menekan laju respirasi sehingga masa simpan
dapat diperpanjang.
7. Pematangan buatan
- 16 -
terjadwal, baik dalam mempercepat atau memperlambat proses pematangan
buah tersebut. Beberapa keuntungan dari proses pematangan buatan ini adalah,
warna yang seragam dan maksimal, memperkecil terjadinya pengeriputan karena
jangka waktu buah menjadi matang dan siap dipasarkan lebih singkat, sehingga
presentase kehilangan airnya lebih kecil, modal kembali lebih cepat karena pada
saat yang ditentukan petani atau pedagang bisa menjual buah matang dari pada
buah dibiarkan matang secara alami, memberikan keleluasaan pedagang besar
atau pengencer dalam menjual buah matang yang dinginkan pembeli,
mendapatkan keuntungan dari harga yang lebih tinggi pada awal, akhir atau luar
musim mangga (Broto, 2003). Secara teoritik, pengontrolan pematangan buatan
dilakukan dengan perlakuan suhu ruang penyimpanan pada suatu tingkat
tertentu tanpa menimbulkan kerusakan pada buah-buahan tersebut. Suhu
ruangan pematangan yang tinggi dapat mengakibatkan kelainan fisiologis pada
buah. Buah yang diperam pada suhu tinggi akan berwarna kusam dan daging
buah rusak. Sedang pada suhu rendah, pematangan akan berlangsung lama.
Broto (2003) menyarankan suhu terbaik untuk proses pematangan adalah 21-25
o
C.
- 17 -
Dengan kelembaban tinggi, konsentrasi optimal untuk pematangan
mangga gedong menggunakan etilen, dan asetilen secara terus menerus pada
suhu kamar masing-masing sebesar 50 ppm dan 500 ppm. Sementara mangga
cengkir juga memerlukan 500 ppm asetilen. Seymor dan Tucker (1993)
menerangkan bahwa konsentrasi dan waktu pemberian etilen adalah khas untuk
setiap jenis buah. Penggunaan 100 ppm etilen selama 24-48 jam pada suhu 20
o
C untuk menyeragamkan masaknya mangga. Penggunaan gas asetilen dari
kalsium karbida juga dapat diaplikasikan pada ruangan tertutup selama 24 jam
dan suhu 20-25 oC dengan RH 90-95% serta konsentrasi gas 10-100 ppm
(0,001-0,01%) etilen dan 1000 ppm asetilen (Kader, 1992)
Buah mangga yang telah tua dapat masak pada suhu 21 - 240C dan
kelembaban 85 - 90%. Pada proses masaknya buah khlorofil (warna hijau)
berkurang dan terjadi pembentukan antosianin dan karotenoida dalam kulit dan
daging. Etilen dapat digunakan untuk mempercepat dan lebih menyeragamkan
o
masaknya buah (100 ppm etilen selama 24 - 48 jam pada suhu 20 C).
Menjadikan buah masak dapat dilakukan di tempat pengangkutan bila waktu
transit kurang dari 5 hari atau di tempat penerimaan bila waktu transit lebih dari 5
hari.
- 18 -
Lalat buah termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas Insekta, ordo Diptera, sub
Ordo Cyclorrhapha dan famili Tephritidae (Trypetidae) (Borror, 1981). Di
Indonesia telah diketahui sekitar lima genus lalat buah dari sekitar 12 genus yang
ada, kelimanya adalah Anastrepha, Bactrocera, Ceratitis, Rhagolestis dan Dacus
(Nugroho, 1997). Pada beberapa jenis buah-buahan lalat buah dianggap sebagai
hama utama (White dan Elson, 1992). Mediteranian fruit fly (Ceratitis capitata),
Oriental fruit fly (Bactrocera dorsalis), Queensland fruit fly (Bactocera tryoni),
melon fly (Bactrocera curcubitae), codling moth (Cydia pomonella) adalah hama
yang sangat merugikan dan negara yang diketahui memiliki jenis-jenis hama ini
tidak diijinkan melakukan impor buah-buah yang menjadi inang hama ini ke
Jepang (Plant Protection Division, 1997).
Betina Jantan
Lalat buah mempunyai empat fase metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa
dan imago. Telur diletakkan di dalam atau di bawah kulit buah oleh lalat buah
betina, tempat peletakannya ditandai oleh cekungan/titik kecil berwarna gelap
pada komoditas yang terserang. Imago lalat buah meletakan telur antara 2-15
butir setiap periode. Setiap lalat betina mampu meletakan sekitar 800 butir telur
- 19 -
selama masa peletakan telur, telur tersebut akan menetas kira-kira dua hari
setelah diletakkan oleh induknya (Nugroho, 1997). Bahkan menurut Pena dan
Mohyuddin (1997) lalat betina Anastrepha fraterculus dapat meletakkan
sebanyak 200-400 telur dan B. Dorsalis sebanyak 1200-1500 telur. Telur
berwarna putih bening sampai kuning krem dan berubah menjadi lebih tua
mendekati saat menetas. Bentuk dan ukuran telur bervariasi, tergantung
spesiesnya. Pada umumnya telur berbentuk bulat panjang seperti pisang dengan
ujung meruncing. Panjang telur lalat buah sekitar 1,2 mm dengan lebar 0,2 mm
tergantung spesiesnya (White dan Elson-Haris, 1992).
- 20 -
Penyakit pascapanen pada mangga dapat dibedakan berdasarkan
waktu terjadinya infeksi patogen, yaitu penyakit yang disebabkan patogen yang
menginfeksi buah saat buah telah dipanen dan yang menginfeksi sejak buah
masih di pohon yang gejalanya kemudian berkembang saat buah dalam
penyimpanan (Yulianingsih, 1995). Cendawan merupakan salah satu mikroba
penyebab penyakit pascapanen pada buah-buahan sehingga mempercepat
terjadinya penurunan mutu. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Wills et al.
(1981), cendawan dan bakteri dapat menyebabkan penyakit pascapanen buah
dan sayur. Dodd et al. (1997) menyatakan bahwa antraknosa merupakan
penyakit pascapanen utama pada mangga di seluruh dunia, yang disebabkan
oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides, dimana perkembangannya
berkaitan erat dengan curah hujan sewaktu di lapangan. Penyakit ini dapat
menyerang daun, bunga dan buah. Pada buah terlihat gejala khas yaitu bercak-
bercak hitam pada bagian kulit yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu
dan daging buah membusuk. Selain itu salah satu penyakit yang sering ditemui
adalah busuk pangkal buah (stem end rot). Penyakit ini dapat disebabkan oleh
beberapa cendawan seperti Lasiodiplodia theobromae, Dothiorella dominicana,
Pestalotiopsis mangiferae. Buah yang terinfeksi, terdapat bercak yang pada
awalnya terjadi di sekitar ujung tangkai buah. Bercak berwarna gelap kemudian
berubah menjadi bercak coklat kehitaman, berbatas tidak teratur. Pada kondisi
lembab pembusukan buah terjadi sangat cepat, dalam waktu 2-3 hari seluruh
kulit buah menjadi busuk, daging buah berwarna coklat tua, lunak dan
mengandung cairan berwarna gelap.
F. Perlakuan Karantina
- 21 -
metode tersebut digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis spesies hama
tanaman dan tumbuhan berdasarkan standar dan aturan dari setiap negara yang
menggunakannya. Secara umum semua metode-metode tersebut cukup
memuaskan jika diaplikasikan sesuai aturan.
2. Fumigasi
- 22 -
diaplikasikan pada suhu rendah. Namun demikian metil bromida terbukti dapat
merusak lapisan ozon. Selain itu residu yang ditinggalkannya pada komoditas
yang difumigasi disinyalir berbahaya bagi kesehatan. Alumunium pospin
umumnya digunakan untuk memfumigasi serangga di gudang-gudang
penyimpanan biji-bijian. Bentuknya dapat berupa tablet atau tepung. Hidrogen
sianida adalah gas fumigan yang biasa digunakan pada komoditas perishable
seperti, buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga potong. Sementara itu
karbondioksida tidak meninggalkan residu pada produk yang difumigasi. Selain
itu cukup efektif untuk mengontrol beberapa hama pada gudang-gudang
penyimpanan biji-bijian dengan waktu apikasi yang tidak terlalu lama. Namun
fumigan ini tidak dapat mengontrol pupa serangga beras secara efektif.
3. Iradiasi
- 23 -
Tabel 10. Dosis radiasi minimum untuk berbagai lalat buah
- 24 -
Iradiasi pada jeruk australia, washington dan valencia tidak dapat lebih
dari dosis 0,30 kGy, karena dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan
kulit buah. Jeruk California yang diiradiasi dengan 0,35-0,50 kGy mengalami
kerusakan kulit dan perubahan rasa setelah diradiasi. Laporan lain menyebutkan
bahwa iradiasi jeruk pada dosis 0,50 kGy menyebabkan perubahan warna dan
rasa setelah 2-4 minggu penyimpanan. Demikian juga dengan iradiasi terhadap
anggur Marsh tanpa biji dengan dosis 0,25-0,50 kGy menyebabkan perubahan
yang siknifikan pada rasa. Dan banyak survey menunjukan bahwa jeruk tidak
tahan pada radiasi lebih dari 0,50 kGy, sementara cendawan penyebab penyakit
pascapanen pada jeruk membutuhkan dosis radiasi hingga 3 kGy. Demikian juga
pada buah cherry, aprikot dan peach dibutuhkan dosis radiasi lebih dari 2 kGy
untuk mengontrol pertumbuhan cendawan Monilia fructicola yang menyebabkan
penyakit brown rot.
- 25 -
memanaskan buah pada suhu tertentu selama periode waktu tertentu yang
bertujuan untuk membunuh lalat buah atau mengendalikan penyakit seperti
antraknosa dan stem end rot tanpa menyebabkan kerusakan pada buah itu
sendiri.
- 26 -
1989 dan Mc Guire, 1991). Pencelupan komoditas non-food perishable seperti
bunga ke dalam air panas dengan suhu 43,3-49 oC selama 6 menit hingga 1 jam
efektif untuk membunuh serangga dan tidak merusak kualitas produk (Hara et
al., 1994). Saat ini HWT digunakan pada mangga yang terinfestasi Mediteranean
fruit fly dan beberapa lalat buah dari jenis Anastrepha, yang diimpor dari
Meksiko, Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan ke Amerika Serikat.
Perendaman jeruk pada suhu 45°C selama 42 menit dapat mengurangi
pembusukan yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides, Penicillium
digitatum dan Penicillium italicum. Pada mangga ’Irwin’, HWT memberikan hasil
yang terbaik pada suhu 47,2°C selama 90 menit, dalam hal ini suhu pusat
mangga mencapai 46,5°C. HWT pada ubi jalar varietas Siroyutaka dan CIP
menggunakan suhu 47,5°C selama 30 menit mencapai hasil yang optimum.
Perendaman paprika pada suhu 50°C selama 3 menit dapat menghambat
pertumbuhan jamur hitam dan jamur abu-abu. Tetapi perendaman pada suhu
50°C selama 5 menit atau pada suhu 55°C selama 1 menit atau lebih dapat
mengakibatkan retak-retak pada kulit buah. HWT pada suhu 46,5°C selama 20
menit memberikan hasil terbaik dalam mempertahankan mutu tomat dan dapat
menekan chiling injury pada penyimpanan dingin. Kesuksesan penerapan hot
water treatment sebagai pada karantina mangga juga dikembangkan pada
pepaya (Couey dan Hayes, 1986), jambu biji (Gould dan Sharp, 1992) dan
pisang (Armstrong, 1982). Namun demikian metode ini tidak direkomendasikan
untuk anggur, belimbing, plum, dan peach karena dapat merusak mutu buah
(Hallman, 1991; Hallman dan Sharp, 1990).
- 27 -
(Sharp and Hallman, 1992), persimon (Lay-yee, 1994) dan pepaya (Armstrong et
al., 1989). Namun demikian perlakuan udara panas tidak direkomendasikan
pada buah alpukat, lychee dan nectarine. USDA-APHIS telah menggunakan
perlakuan HAT pada pepaya, mangga, dan anggur (APHIS, 1993). Metode ini
efektif digunakan untuk mengendalikan lalat buah seperti lalat buah Meksiko
pada anggur dari Meksiko, lalat buah Mediteranean, Oriental dan Melon fly pada
pepaya dari Hawaii serta lalat buah Meksiko, West Indian dan lalat buah hitam
pada mangga dari Meksiko.
- 28 -
diproduksi di Okinawa tahan pada suhu 46,5oC selama 30 menit. Proses tersebut
cukup efektif dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa dan stem end
rot pada mangga serta dapat mempertahankan mutu buah hingga 21 hari
penyimpanan pada suhu 13oC.
- 29 -
Botrytis cinerea. Tabel 11 memperlihatkan pedoman karantina untuk buah
mangga yang akan diekspor ke Jepang.
Tabel 11. Pedoman karantina dengan perlakuan panas pada mangga yang akan
diekspor ke Jepang
atau
- 30 -
Menurut Niven, (2000) perubahan ekstrim suhu (misal pada saat
perlakuan karantina setelah panen) dapat menimbulkan respon metabolisme
yang berbeda. Pada beberapa jenis serangga responnya dapat berupa
peningkatan metabolisme anaerob seperti yang terjadi pada larva Cochliomyia
macellaria yang menghasilkan penyingkatan polyols dan polipospat. Enzim juga
merupakan salah satu yang sangat terpengaruhi dengan adanya perbedaan
suhu ini. Perubahan suhu mempengaruhi ikatan pada enzim sehingga
mempengaruhi metabolismenya seperti perubahan katalisasi enzim yang
menyebabkan kekurangan energi, aktivasi, perubahan fluiditas pada lapisan
membran pospolipid. Respon-respon ini akan semakin kritis pada suhu diatas 40
o
C. Pada Gambar 4 ditampilkan hubungan suhu dan lama perlakuan panas
terhadap mortalitas lalat buah dan toleransi buah pada perlakuan panas.
35
30 Garis maksimum
kerusakan buah
25
Daerah aplikasi
perlakuan panas
20
15
10 Garis minimum
mortalitas 100 %
5
46 47 48 49 50 51 52
Gambar 4. Hubungan antara suhu dan lama perlakuan yang layak untuk proses
karantina mangga (Sumber: JFTA, 1996).
- 31 -
III. METODE PENELITIAN
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah mangga gedong gincu
yang berukuran 200-350 g yang diperoleh dari petani mangga di daerah Cirebon,
Jawa Barat. Telur lalat buah Oriental fruit fly diperoleh dengan melakukan
pembiakan (rearing) di laboratorium.
C. Metode
- 32 -
Pepaya masak
≠ terinfestasi Terinfestasi
≠ B. dorsalis B. dorsalis
Dilubangi
Dimasukan ke kurungan kayu
Diletakkan di wadah
- 33 -
Gambar 6. Proses pembiakan lalat buah.
Pembiakan lalat buah dilakukan pada suhu ruang 27-29oC dan RH 75-
85%. Buah yang digunakan adalah pepaya masak yang diambil dari kebun
pepaya Tajur I, Seameo Biotrop, Tajur, Bogor. Pepaya yang telah matang
diisolasi dengan menempatkannya pada kurungan mika dan toples plastik, pada
dasarnya ditaburi serbuk gergaji yang telah disterilkan untuk mengindari
tergenangnya air karena proses pembusukan buah. Serbuk gergaji yang
digunakan telah disterilkan pada suhu 120 oC selama sedikitnya 2 jam, atau
dibekukan selama 2 malam untuk membunuh hewan lain. Setelah 3 hari buah
yang terlihat terinfeksi lalat buah ditandai dengan terjadinya proses pelunakan
dan pembusukan yang lebih cepat, dilanjutkan proses isolasinya hingga 30-40
hari.
- 34 -
menyediakan makanan yang cocok dan menghindari suhu diatas 30 oC. Lalat
dewasa dipelihara dan dikembangbiakkan di dalam kurungan kayu. Pakan yang
diberikan berupa air gula yang disajikan dengan wadah yang dialasi kertas tisu.
Air diganti setiap hari untuk menjaga kebersihan kurungan. Selain itu juga
disediakan inang berupa pepaya utuh (whole fruit) yang diletakkan di dalam
kurungan. Peletakkan inang ini adalah untuk media bertelur bagi lalat betina.
Inang diganti setiap 2 hari sekali, inang yang telah diteluri kembali di isolasi untuk
memperbanyak populasi lalat buah.
a. Pencelupan pada suhu 46 oC dengan variasi waktu (5, 10, 15, 20 dan 30
menit).
b. Pencelupan selama 30 menit dengan variasi suhu (40, 43, 46 dan 49 oC).
- 35 -
Telur
Pemanasan
Pembiakan
Hidup Mati
- 36 -
plastik kecil dengan ketebalan 1-2 cm. Setelah telur dimasukkan wadah plastik
ditutup bagian atasnya agar kelembabannya tidak hilang dan menghindarkannya
dari cahaya yang dapat memicu pertumbuhan cendawan serta mencegah
hinggapnya lalat lain. Setelah 6-7 hari telur yang berhasil menetas menjadi larva
terlihat berloncatan di dalam wadah dan dihitung sebagai telur yang dapat
bertahan hidup.
Tahap II: Pengaruh Perlakuan Panas dan Pelilinan terhadap Mutu Buah
- 37 -
A
Tθ =
(1 + B exp(− kθ ))
Pada metode VHT pemanasan buah terjadi secara konduktif dimana panas pada
permukaan buah akan berpenetrasi hingga ke pusat buah. Hansen (1992)
mengembangkan beberapa model matematika untuk menduga penetrasi panas
pada buah dan sayur selama proses karantina, dan dilaporkan bahwa model
terbaik adalah model logistik. Demikian pula menurut Rokhani (2002), model
terbaik dalam menduga suhu pusat mangga Irwin yang di VHT adalah model
logistik.
Proses VHT
Mangga dibawa dari kebun menggunakan peti kayu yang dialasi kertas
koran untuk mencegah terjadinya kerusakan mekanis dan diangkut
menggunakan mobil berpendingin. Setiba di laboratorium dilakukan sortasi untuk
mendapatkan ukuran yang sesuai. Lalu mangga dicuci untuk menghilangkan
getah dan kotoran yang menempel pada permukaan kulit buah. VHT diberikan
pada buah mangga dengan suhu chamber 46,5 oC dengan lama perlakuan 0, 10,
20, dan 30 menit setelah suhu pusat mangga gedong mencapai suhu 46 oC.
Setelah proses perlakuan panas mangga segera didinginkan dengan air yang
mengalir hingga suhu kembali menjadi normal. Kemudian mangga dikeringkan
dengan cara mengangin-anginkannya. Setelah kering dilakukan proses pelilinan
dan tanpa pelilinan. Mangga yang dililin kembali dikeringanginkan, setelah
permukaan buah benar-benar kering, kemudian dilakukan pengemasan. Diagram
alir proses VHT dan pelilinan diperlihatkan pada Gambar 10 dan foto selama
proses VHT ditampilkan pada Gambar 11.
- 38 -
Panen
Sortasi
Pemutuan
- 39 -
Gambar 11. Proses VHT pada mangga.
dimana,
i = 1,2,3, dan p
j = 1, 2, 3, dan n
Yijk = Respon setiap parameter yang diamati
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh utama lama VHT
βj = Pengaruh utama pelilinan
(αβ)ij = Komponen interaksi dari lama VHT dan pelilinan
εijk = Pengaruh galat percobaan
- 40 -
Pengamatan mutu
Mangga gedong yang telah diberi perlakuan panas disimpan dalam ruang
pendingin bersuhu 13-15 oC dengan RH >70%, menggunakan karton yang diberi
partisi pada bagian dalamnya. Perubahan mutu diamati setiap 4 hari sekali
hingga 28 hari penyimpanan. Parameter mutu yang diamati adalah: laju
respirasi, susut bobot, kadar air, warna, kekerasan, total padatan terlarut, uji
vitamin C, jumlah populasi cendawan dan uji organoleptik.
a. Laju respirasi
R =V × dx
W dt
b. Kekerasan
- 41 -
c. Warna
Y=y
X= Y(x/y)
Z= Y((1-x-y)/y)
Dimana:
L = 10 Y
a = [17.5(1.02 X − Y )] / Y
b = [7.0(Y − 0.847 Z )] / Y
Chroma = (a 2
+ b2 )
Menurut Mohsenin (1984), metode Munsell merupakan metode
berdasarkan tiga notasi Munsell yaitu Hueo (hijau, merah, biru, kuning), value
(nilai L atau kecerahan yang bergerak dari dark atau gelap sampai light/bright
atau cerah), dan chroma (saturasi atau tingkat kandungan warna yang bergerak
dari weak atau muda sampai vivid/strong atau tua). Nilai dari notasi tersebut
kemudian diplotkan pada Munsell color chart (Gambar 12).
- 42 -
Gambar 12. Munsell color chart.
d. Susut bobot
Wo − Wt
SusutBobot = x100%
Wo
e. Kadar air
BA
KA = x100%
BA + BK
Dimana: BA= berat air dalam bahan, BK= berat kering mutlak
f. Uji vitamin C
- 43 -
ml dan ditambahkan larutan dye (Dichlorofenol indofenol) ± 5-10ml (sampai
warna merah). Setengah menit dari penambahan larutan dye tersebut dimasukan
ke spektrofotometer dan nilainya dapat dibaca. Panjang gelombang absorban
yang digunakan 518 nm. Selanjutnya kandungan vitamin C dapat dihitung
dengan rumus:
g Vit. C/100g sampel = (a x b)/(cxd)
h. Uji organoleptik
i. Populasi cendawan
- 44 -
Tahap III: Proses disinfestasi lalat buah yang optimum
- 45 -
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Telur Larva
Imago Pupa
- 46 -
runcing yang berfungsi sebagai alat untuk meletakkan telur, sementara abdomen
lalat jantan membulat.
- 47 -
suhu 46 oC pada berbagai lama pemanasan yang telqah dirata-rata ditampilkan
pada Tabel 13 dan hasil pengujian sebelum dirata-rata dapat dilihat pada
Lampiran 2.
- 48 -
C. Pengaruh Perlakuan Panas dan Pelilinan terhadap Mutu Buah
1. Waktu Kondisioning
65
Suhu mangga Suhu air Suhu ruang
60
55
50
Suhu ( C)
o
45
40
35
30
25
0 16 32 48 64 80 96 112
Waktu (menit)
Gambar 14. Perkembangan suhu buah mangga gedong gincu selama proses
VHT.
- 49 -
50
Suhu ukur Suhu duga
45
40
Suhu ( C)
o
35
30
25
0 16 32 48 64 80 96 112
Waktu (menit)
Suhu awal pada menit ke-1 hasil pengukuran adalah sebesar 28,4 oC
dimana hanya berselisih sebesar 0,6 oC dengan suhu hasil pendugaan (suhu
o
hasil pendugaan 29,0 C). Dari hasil pengukuran diketahui, bahwa waktu
kondisioning yang dibutuhkan mangga gedong gincu hingga suhu pusatnya
mencapai 46 oC adalah selama 82 menit (1 jam 22 menit). Hal ini hanya berbeda
2 menit dengan suhu hasil pendugaan, dimana dari hasil pendugaan suhu pusat
mangga 46 oC tercapai pada menit ke 80 (1 jam 20 menit). Secara keseluruhan
model logistik sudah dapat digunakan untuk menduga perkembangan suhu pada
mangga gedong gincu selama proses VHT dengan akurat. Hansen (1992)
mengembangkan beberapa model matematika untuk menduga penetrasi panas
pada buah dan sayur selama proses karantina, dan dilaporkan bahwa model
terbaik adalah model logistik. Demikian pula menurut Rokhani (2002), model
terbaik dalam menduga suhu pusat mangga Irwin yang di VHT adalah model
logistik.
2. Perubahan Mutu
Mangga gedong diberi perlakuan panas metode VHT pada suhu 46,5 oC
dengan RH ≥ 90% selama 10 menit, 20 menit, 30 menit dan kontrol. Kemudian
sebagian mangga diberi lapisan lilin (6%) dan sebagian tidak dililin. Mangga
disimpan pada suhu 13 oC dengan RH ≥70% menggunakan kemasan karton
yang diberi partisi pada bagian dalamnya. Pemberian partisi ini adalah untuk
- 50 -
menghindari gesekan sesama mangga dan untuk memperkecil kemungkinan
penyebaran penyakit yang mungkin terjadi selama masa penyimpanan. Untuk
mengetahui parameter proses yang memberikan hasil terbaik, dilakukan
pengamatan terhadap respirasi buah dan parameter mutu yang meliputi susut
bobot, kekerasan, warna, total padatan terlarut, kadar air, vitamin C, total
populasi cendawan dan uji organoleptik.
Respirasi
60
60
50
50
40
40
30
30
Pelilinan Tanpa pelilinan
20 20
0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (hari) Waktu (hari )
Gambar 16. Pengaruh lama VHT terhadap konsumsi O2 mangga gedong gincu
selama penyimpanan.
- 51 -
dimana buah kiwi yang diberi perlakuan panas metode HWT pada suhu 50-54
o
C selama 8 menit memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Esguerra dan Lizada (1990) menambahkan bahwa terjadi peningkatan respirasi
pada mangga carabao yang diberi perlakuan panas metode VHT 46oC selama
10 menit.
Pemberian lilin dapat menekan laju respirasi dimana, mangga yang tidak
dililin memiliki laju konsumsi O2 yang lebih tinggi dibandingkan mangga yang
dililin. Pada hari ke-0, 1, 13 dan 15 mangga yang digunakan sebagai kontrol
memiliki laju konsumsi O2 paling tinggi sementara lama VHT tidak memiliki
pengaruh nyata terhadap laju konsumsi O2, walaupun demikian mangga yang
diberi VHT selama 20 menit memiliki laju respirasi terendah pada hari ke-0, 1 dan
15. Joyce dan Shorter (1994) juga menyatakan bahwa respirasi buah yang diberi
panas lebih rendah dibandingkan kontrol. Konsumsi O2 pada hari ke-15
diperlihatkan pada Gambar 17.
60
Laju konsumsi O2 (ml.O2/kg.jam)
40
30
20
10
0
10 20 30 kontrol
Lama VHT (menit)
Gambar 17. Laju konsumsi O2 mangga gedong gincu pada hari ke-15.
- 52 -
peningkatan produksi CO2 pada hari 6-7 (klimakterik), laju produksi CO2 kembali
mengalami penurunan setelah berlalunya fase klimakterik. Untuk penyimpanan
ke-0 laju produksi CO2 tertinggi untuk mangga yang tidak dililin adalah pada VHT
selama 10 menit sebesar 47,1 ml CO2/kg.jam dan pada VHT selama 30 menit
42,8 ml CO2/kg.jam untuk mangga yang dililin. Pada puncak fase klimakterik
produksi CO2 tertinggi adalah sebesar 62,6 ml CO2/kg.jam (kontrol tanpa
pelilinan) dan 52,8 ml CO2/kg.jam (VHT 10 menit dengan pelilinan). Rokhani
(2002) juga melaporkan bahwa mangga irwin yang diberi perlakuan panas
memiliki laju yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.
70 70
kontrol vht 10' vht 20' vht 30'
kontrol vht 10' vht 20' vht 30'
60 60
50 50
40 40
30 30
Pelilinan
Tanpa pelilinan
20 20
0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (hari) Waktu (hari)
Gambar 18. Pengaruh lama VHT terhadap produksi CO2 mangga selama
penyimpanan.
Dari analisa sidik ragam (Lampiran 8), diketahui bahwa lama VHT
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi CO2 pada hari ke-
2, dan perlakuan pelilinan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
produksi CO2 pada hari ke-0, 1 dan 2 sementara interaksi antara lama VHT dan
pelilinan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada hari ke-0, 1, 2, 13 dan
14. Mangga yang digunakan sebagai kontrol memiliki laju produksi CO2 tertinggi
pada hari ke-2, dan mangga yang diberi VHT 20 menit dengan pelilinan memiliki
laju produksi CO2 terendah dibandingkan perlakuan lainnya, walaupun tidak ada
beda nyata diantara lama VHT 10, 20 dan 30 menit. Pada diagram di Gambar 19
ditampilkan laju produksi CO2 pada hari ke-14.
- 53 -
45
VHT dengan pelilinan VHT tanpa pelilinan
Gambar 19. Laju produksi CO2 mangga gedong gincu pada hari simpan ke-14.
Susut Bobot
30 30
Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30'
Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30'
25 25
20 20
Susut (%)
Susut (%)
15 15
10 10
5 5
Pelilinan Tanpa pelilinan
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 0 4 8 12 16 20 24 28
Waktu (hari) Waktu (hari)
Gambar 20. Pengaruh lama VHT terhadap peningkatan susut bobot mangga
gedong selama penyimpanan.
- 54 -
Dari hasil pengamatan pada hari penyimpanan ke-4 susut bobot terbesar
adalah 1,8% (VHT 30 menit dengan pelilinan) dan 2,7% (VHT 20 menit tanpa
pelilinan). Pada akhir pengamatan yakni hari penyimpanan ke-28, didapatkan
susut bobot tertinggi 20,1% (kontrol dengan pelilinan) dan 27,8% (VHT 10 menit
tanpa pelilinan). Hasil sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa lama VHT
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kehilangan bobot
selama penyimpanan. Sementara pelilinan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap penurunan bobot mangga gedong selama masa simpan. Interaksi
antara lama VHT dan pelilinan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
hingga hari penyimpanan ke-20. Rokhani (2002) juga melaporkan bahwa
perlakuan panas tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
susut bobot mangga irwin selama masa simpan. Hal serupa juga dilaporkan oleh
Sunagawa et al. (1987) di dalam Rokhani (2002), dimana susut bobot dari
mangga irwin tidak dipengaruhi oleh perlakuan VHT.
Dari uji Duncan (Lampiran 8) diketahui bahwa mangga yang tidak dililin
memiliki kehilangan bobot yang lebih tinggi dibandingkan mangga yang dililin.
Interaksi pelilinan dan lama VHT hingga hari simpan ke-16 dan 24, terlihat bahwa
mangga yang di VHT selama 20 menit dan dililin memiliki susut bobot terendah.
Pada diagram di Gambar 21 diperlihatkan penurunan bobot mangga gedong di
hari ke-24.
25
VHT dengan pelilinan VHT tanpa pelilinan
20
Susut bobot (%)
15
10
0
10 20 30 kontrol
Lama VHT (menit)
Gambar 21. Nilai susut bobot mangga gedong gincu pada hari ke-24.
- 55 -
lebih lemah dan jaraknya meregang sehingga air-air bebas yang terdapat di
dalam buah menjadi mudah teruapkan (Bourne, 1979). Dikatakan pula oleh Wills
et al. (1981), faktor lain yang mempengaruhi kehilangan air pada buah dan
sayuran antara lain adalah luas/volume permukaan buah dan sayur itu sendiri,
lapisan alami permukaan buah serta kerusakan mekanik pada buah dan sayur
itu. Disamping itu Syarief dan Halid (1991) menjelaskan bahwa salah satu
penyebab susut bobot adalah proses respirasi dan proses transpirasi. Transpirasi
merupakan faktor dominan penyebab susut bobot. Proses transpirasi dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban. Roosmani (1975) juga
menerangkan bahwa pelapisan lilin juga dapat menekan respirasi dan transpirasi
sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama dan nilai
jualnya dapat dipertahankan.
Kekerasan
Kekerasan (kg/mm)
Tanpa pelilinan
1.5 1.5
1.0 1.0
0.5 0.5
0.0 0.0
0 4 8 12 16 20 24 28 0 4 8 12 16 20 24 28
Waktu (Hari) Waktu (Hari)
Gambar 22. Pengaruh lama VHT pada penurunan kekerasan mangga gedong
gincu selama penyimpanan.
- 56 -
mangga gedong selama penyimpanan sementara interaksi antara pelilinan dan
lama VHT memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada hari ke-24, dimana
mangga yang digunakan sebagai kontrol dan tidak dililin memiliki kekerasan
tertinggi, diikuti oleh VHT selama 20, 30 dan 10 menit, tetapi tidak terdapat
perbedaan diantara lama VHT. Pada Gambar 23 ditampilkan penurunan
kekerasan pada hari ke-24 uji Duncannya ditampilkan pada Tabel 16.
0.6
VHT dengan pelilinan VHT tanpa pelilinan
0.5
Kekerasan (kg/mm)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 kontrol
Lama VHT (menit)
Gambar 23. Nilai kekerasan mangga gedong gincu pada hari ke-24.
- 57 -
menjadi empuk. Kekerasan buah mangga berhubungan dengan struktur dan
tekstur buah yaitu kulit dan daging. Tucker (1993) menambahkan bahwa
penurunan kekerasan buah dapat meningkat selama pemeraman yang
disebabkan oleh 3 mekanisme yaitu, penurunan tekanan turgor, degradasi
(perombakan zat tepung) dan pemecahan dinding sel buah. Penurunan tekanan
turgor sel pada umumnya disebabkan penurunan komposisi dinding sel, terjadi
karena adanya senyawa penyusun dinding sel menjadi fraksi yang berat
molekulnya lebih rendah dan larut di dalam air.
Warna
15
Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30'
15
10 10
Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30'
5 5
0 0
nilai a
Nilai a
0 4 8 12 16 20 24 28 0 4 8 12 16 20 24 28
-5 -5
-10 -10
-15 -15
-25 -25
Waktu (hari) Waktu (hari)
Gambar 24. Pengaruh lama VHT terhadap perubahan warna (nilai a) mangga
gedong gincu selama penyimpanan.
- 58 -
55 55
Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30' Kontrol VHT 10' VHT 20' VHT 30'
50 50
45 45
40 40
nilai b
nilai b
35 35
30 30
25 25
20 20
Tanpa pelilinan
Pelilinan
15 15
0 4 8 12 16 20 24 28 0 4 8 12 16 20 24 28
Waktu (Hari) Waktu (Hari)
Gambar 25. Pengaruh lama VHT terhadap perubahan warna (nilai b) mangga
gedong gincu selama penyimpanan.
- 59 -
Gambar 27. Warna mangga gedong gincu pada hari ke-12.
Dari analisa sidik ragam (Lampiran 11 dan 13) diketahui bahwa lama VHT
perlakuan, pelilinan, dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap perubahan nilai a selama penyimpanan. Lama
VHT juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perubahan
nilai b tetapi pemberian lilin memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada hari
simpan ke-0, 16 dan 24. Interaksi antara lama VHT dan pelilinan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada hari ke-16 dan 20, dimana VHT selama 30
dan 20 menit memiliki nilai b tertinggi berturut-turut. Dari perubahan nilai a dan b
ini cenderung terlihat bahwa mangga yang di VHT menjadi kuning lebih cepat
dibandingkan mangga yang digunakan sebagai kontrol. Juga didapati bahwa
VHT selama 10, 20 dan 30 menit belum menimbulkan gejala heat injury pada
kulit mangga gedong. Uji lanjut Duncan-nya dapat dilihat pada Lampiran 12 dan
14. Rokhani (2002) juga mendapatkan hasil yang serupa, dimana lama perlakuan
panas tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perubahan
warna mangga irwin selama masa penyimpanan.
- 60 -
pembentukan karatenoid. Pigmen karoten adalah pigmen yang stabil pada kulit
buah mangga tetapi penampakannya tertutup oleh klorofil. Dengan
terdegradasinya klorofil selama pematangan, maka pigmen karoten nampak
sehingga menyebabkan mangga berwarna kuning (Wills et al., 1981).
17 17
16 16
15 15
14 14
13 13 Tanpa pelilinan
Pelilinan
12 12
0 4 8 12 16 20 24 28 0 4 8 12 16 20 24 28
Waktu (hari) Waktu (hari)
Gambar 28. Pengaruh lama VHT terhadap perubahan TPT mangga gedong
gincu selama penyimpanan.
o
Nilai TPT tertinggi pada hari ke-0 adalah 13,67 brix (VHT 20 menit
o
dengan pelilinan) dan 15,00 brix (kontrol tanpa pelilinan). Analisa sidik ragam
(Lampiran 15) menunjukkan bahwa lama VHT memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada hari ke-24, dimana VHT 30 menit memiliki nilai TPT tertinggi,
Namun pelilinan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
perubahan TPT selama penyimpanan. Interaksi antara pelilinan dan lama VHT
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada hari ke-0 dan 20. Mangga yang
digunakan sebagai kontrol dan VHT 10 menit tanpa pelilinan memiliki kandungan
TPT tertinggi pada hari ke-0 dan 20. Hasil uji lanjut Duncan ditampilkan pada
Lampiran 21. Pada diagram di Gambar 29 diperlihatkan nilai TPT mangga
gedong pada hari ke-20 dan uji Duncannya dapat dilihat pada Lampiran 16.
- 61 -
18
18 VHT dengan pelilinan VHT tanpa pelilinan
o
17
16
16
15
15
14
14
10 20 30 kontrol
Lama VHT (menit)
Gambar 29. Nilai total padatan terlarut mangga gedong gincu pada hari ke-20.
- 62 -
Kadar Air
90 90
KONTROL VHT 10' VHT 20' VHT 30' KONTROL VHT 10' VHT 20' VHT 30'
Kadar air (%)
85 85
Gambar 30. Pengaruh lama VHT terhadap perubahan kadar air mangga gedong
gincu selama penyimpanan.
Pada penyimpanan hari ke-0 nilai kadar air tertinggi adalah 87,7%( VHT
10 menit dengan pelilinan) dan 87,3% (VHT 10 menit tanpa pelilinan). Pada
akhir masa simpan (hari ke-28) kadar air tertinggi adalah 84,6% kontrol dengan
pelilinan) 84,3% (VHT 30 menit tanpa pelilinan). Dari hasil analisa sidik ragam
(Lampiran 17) diketahui bahwa lama VHT memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada hari ke-0 dan pelilinan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
pada hari pengamatan ke-0 dan 8. Sementara interaksi antara lama VHT dengan
pelilinan memberikan pengaruh nyata pada hari ke-0 dan 20. Uji lanjut Duncan
(Lampiran 18) memperlihatkan bahwa mangga yang tidak dililin memiliki kadar
air lebih tinggi pada hari pengamatan ke-0 dan 8 dan VHT 30 menit memiliki
kadar air tertinggi pada hari ke-0, namun demikian tidak terdapat perbedaan
diantara lama VHT. Dari hasil interaksi pemberian lilin dan lama VHT terlihat
bahwa VHT 20 dan 30 menit tanpa pelilinan memiliki nilai kadar air tertinggi pada
hari ke-0 dan 20. Pada Gambar 31 ditampilkan nilai kadar air pada hari ke-20.
- 63 -
86
VHT dengan pelilinan VHT tanpa pelilinan
85
84
Gambar 31. Nilai kadar air mangga gedong gincu pada hari ke-20.
Rokhani (2002) juga melaporkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
berbeda nyata pada perubahan kadar air mangga irwin setelah mendapat
perlakuan panas. Kadar air merupakan faktor penting dalam penyimpanan,
terutama pada penyimpanan bahan-bahan segar, karena kadar air akan
berpengaruh pada konsistensi bahan dan berpengaruh terhadap keawetan
bahan pangan tersebut. (Winarno et al., 1997). Setelah pemetikan buah masih
mempunyai kadar air yang tinggi kemudian akan terus menurun sampai
pemasakan (Pantastico, 1986).
Vitamin C
40 40
kontrol VHT 10 ' VHT 20' VHT 30'
kontrol VHT 10 ' VHT 20' VHT 30'
35 35
total vit C (%)
total vit C (%)
30 30
25 25
20 Pelilinan 20
Tanpa pelilinan
15 15
0 8 16 24 0 8 16 24
Waktu (hari) Waktu (hari)
Pada hari ke-0, kandungan tertinggi vitamin C adalah 21,52 mg/100g pada
mangga yang mendapat VHT selama 20 menit, baik untuk mangga yang dililin
- 64 -
maupun tidak dililin. Pada pengamatan hari ke-24, kandungan vitamin C
meningkat tertinggi adalah 36,03 mg/100g (VHT 10 menit dengan pelilinan) dan
33,40 mg/100g (VHT 10 menit tanpa pelilinan). Dari hasil analisa sidik ragam
(Lampiran 19) didapatkan bahwa, lama VHT tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada perubahan kandungan vitamin C mangga gedong selama
penyimpanan kecuali pada hari pengamatan ke-0, dimana mangga yang
mendapatkan VHT selama 30 menit memiliki kandungan vitamin C tertinggi
(21,56 mg/100g) sementara pemberian lilin tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada perubahan kandungan vitamin C selama penyimpanan. Dari
uji lanjut Duncan (Lampiran 20) terlihat bahwa lama VHT 10, 20 30 menit tidak
berpengaruh kecuali terhadap kontrol. Interaksi antara perlakuan pelilinan
dengan lama VHT juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda pada
kandungan vitamin C.
Vitamin terpenting yang dikandung oleh sayur dan buah adalah vitamin C
dan lebih dari 90% kebutuhan manusia akan vitamin C disuplai dari buah dan
sayur. Kandungan vitamin C pada buah-buahan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti perbedaan genotip, kondisi iklim, cara budi daya, tingkat
kematangan dan metode pemanasan serta penanganan pascapanen.
Pengaturan temperatur setelah panen sangat penting untuk mempertahankan
kandungan vitamin C pada buah-buahan. Kehilangan vitamin C akan sejalan
dengan peningkatan temperatur, rendahnya RH, kerusakan fisik, chilling injury,
panjangnya masa simpan dan tingginya tingkat CO2 (Lee dan Kader, 2000).
Mangga yang matang merupakan sumber vitamin C, B1 dan B2 serta pro vitamin
A (Mukherjee, 1957).
Populasi Cendawan
- 65 -
Tabel 14. Total populasi cendawan mangga gedong gincu segera
setelah VHT
Populasi cendawan
Cendawan (koloni/g bobot basah)
Kontrol VHT
C. gloeosporioides 3 -
P. mangiferae 3 -
Di hari ke-12 mulai terlihat bintik hitam kecil yang merupakan gejala awal
serangan penyakit antraknose pada mangga. Ditemukan 4 spesies cendawan
dan 3 diantaranya adalah patogen penyebab penyakit kecuali cendawan
Cladosporium cladosporoides (Tabel 15). Mangga yang digunakan sebagai
kontrol memiliki tingkat populasi cendawan yang paling tinggi, dimulai dari C.
gloeosporioides sebanyak 1000 koloni pada mangga yang dililin dan 11.633
pada mangga yang tidak dililin. Lasiodiplodia theobromae 217 koloni pada
mangga yang dililin dan pada mangga yang tidak dililin populasinya mencapai
1300 koloni. Cendawan P. mangiferae mempunyai populasi 14 koloni pada
mangga yang dililin dan 5 koloni pada mangga yang tidak dililin. Pada mangga
gedong yang diberi perlakuan VHT jumlah koloni cendawan <100 koloni, kecuali
untuk cendawan C. gloeosporioides pada mangga yang diberi VHT selama 20
menit dan tidak dililin.
Tabel 15. Total populasi cendawan mangga gedong gincu pada hari
penyimpanan ke-12
Populasi cendawan
(koloni/g bobot basah)
Cendawan Kontrol VHT 10’ VHT 20’ VHT 30’
P TP P TP P TP P TP
C. cladosporoides - - 10 - - 2 2 2
C. gloeosporioides 1.000 11.633 - 90 45 373 - 70
P. mangiferae 14 5 - - 5 - - -
L. theobromae 217 1.300 - 28 - 17 - 9
Ket: P= pelilian; TP= tanpa pelilinan
- 66 -
memperlambat perkembangan penyakit antraknosa (cendawan C.
gloeosporioides) dan stem end rot (cendawan Dothiorella dominicana).
Gambar 34. Penyakit antraknose (A) dan stem end rot (B).
Setelah gelaja awal penyakit muncul pada hari penyimpanan ke-12, semakin
lama penyimpanan gejala serangan semakin meluas. Terutama pada mangga
gedong yang digunakan sebagai kontrol dan tidak dililin. Pada mangga yang di-
VHT juga terjadi peningkatan serangan penyakit selama penyimpanan, namun
- 67 -
penyebarannya tidak secepat pada mangga gedong yang tidak diberi perlakuan
panas. Terlihat bahwa lama perlakuan panas metode VHT memberikan
pengaruh terhadap kecepatan penyebarluasan penyakit. Menurut Sulusi et al.
(1993) bahwa tingkat kematangan buah juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan gejala serangan cendawan pascapanen seperti Colletotrichum
gloeosporioides dan Lasiodiplodia theobromae. Perlakuan panas dilaporkan
dapat mengendalikan perkembangan penyakit antraknosa pada mangga, secara
umum perendaman dengan air bersuhu 50-55 oC setidaknya selama 5 menit,
namun demikian hal ini tergantung pada toleransi panas kultivar mangga dan
sensitifitas strain C. gloeosporioides terhadap panas. Coates et al. (1996)
melaporkan perlakuan panas metode VHT pada suhu 46 oC selama 24 menit
atau pada suhu 48 oC selama 8 menit dapat mengontrol penyakit antraknosa.
- 68 -
Uji Organoleptik
4 3
Nilai aroma
Nilai warna
3
4
2
4 2
1
4 1
0
3
kontrol 10 20 30
kontrol 10 20 30
Lama VHT (menit)
Lama VHT (menit)
5 5
5 Dililin Tanpa Lilin Dililin Tanpa lilin
4 4
4
4
Nilai tekstur
3
Nilai rasa
3 4
2
2 4
1
4
1
0
3
kontrol 10 20 30
kontrol 10 20 30
Lama VHT (menit) Lama VHT (menit)
Gambar 35. Skor uji organoleptik mangga gedong gincu pada hari ke-12.
Dari hasil uji organoleptik terlihat bahwa pemberian lilin tidak memberikan
pengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis. Demikian juga hasil uji lanjut
memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara mangga yang diberi
perlakuan panas dengan mangga yang tidak diberi perlakuan terhadap tingkat
- 69 -
kesukaan panelis yang mencakup warna, aroma, rasa dan tekstur. Hal serupa
juga dilaporkan oleh (Merino et al., 1985; Unahawutti et al., 1986; Jacobi et al.,
1995) bahwa, hasil organoleptik menunjukkan pemberian panas tidak
mempengaruhi rasa, aroma, pH, TPT dan total asam pada mangga.
Mangga gedong dinfestasi langsung dengan lalat oriental fruit fly dengan
cara meletakkan mangga ke dalam kurungan lalat. Masing-masing kurungan
diberi 1 mangga dengan populasi lalat jantan dan betina ± 250 ekor/kurungan.
Setelah 1 hari di dalam kurungan mangga diambil dan diberi VHT pasa suhu 46,5
o
C selama 0, 10, 20, dan 30 menit, kemudian diisolasi. Untuk memastikan bahwa
lalat melakukan infestasi dengan meletakkan telurnya pada mangga gedong
yang digunakan sebagai inang, sebelumnya mangga dikupas terlebih dahulu,
dan ditemukan adanya telur.
Gambar 36. Hasil uji verifikasi mangga gedong; yang diberi perlakuan panas
(kiri) dan kontrol (kanan).
- 70 -
Setelah diisolasi selama 6 hari terlihat bahwa pada mangga gedong yang
digunakan sebagai kontrol terdapat larva dari oriental fruit fly. Sementara pada
mangga yang diberi perlakuan panas tidak terdapat larva yang menandakan
bahwa telur yang terinfestasi di dalam mangga tidak berkembang/mati.
Tabel 16. Pengaruh lama VHT dan pelilinan terhadap mutu mangga gedong
gincu
Parameter mutu
Perlakuan Susut bobot TPT Kadar Air Kekerasan
(%) (o brix) (%) (kg/mm)
VHT 10’ 11,80 ± 1,15 c 15,31 ± 0,38 b 84,33 ± 0,55 a 0,39 ± 0,03 bcd
VHT 20’ 10,16 ± 3,00 c 16,36 ± 0,38 ab 82,70 ± 0,95 ab 0,36 ± 0,04 d
Pelilinan VHT 30’ 13,56 ± 2,69 c 16,44 ± 0,89 ab 82,83 ± 0,86 ab 0,46 ± 0,01 abc
Kontrol 11,70 ± 0,76 c 15,42 ± 0,79 b 83,96 ± 1,06 a 0,50 ± 0,05 a
VHT 10’ 20,70 ± 1,41 a 17,24 ± 1.16 a 82,43 ±1,35 ab 0,37 ± 0,07 cd
VHT 20’ 19,40 ± 4,85 a 16.26 ± 1,26 ab 83,60± 1,64 ab 0,49 ± 0,08 ab
Tanpa VHT 30’ 18,96 ± 4,32 a 15,02 ± 0,42 b 84,60 ± 0,36 a 0,40 ± 0,01 bcd
pelilinan
Kontrol 17,96 ± 1,15 ab 16,57 ± 1,27 ab 81,33 ± 2,02 b 0,39 ± 0,05 bcd
Hari ke- 24 20 20 24
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0.05.
- 71 -
dililin. Sementara itu lama pemberian VHT tidak memiliki pengaruh yang berbeda
nyata terhadap kehilangan bobot mangga gedong selama penyimpanan,
interaksi dari perlakuan pelilinan dan lama VHT memberikan susut bobot
terendah hingga hari ke-16 dan 24 yaitu pada mangga yang diberi VHT selama
20 menit dan pelilinan.
Uji total populasi cendawan pada hari ke-0 dan ke-12 memperlihatkan
bahwa pemberian lilin dan VHT memberikan pengaruh yang nyata terhadap total
populasi cendawan. Dimana mangga yang dililin dan diberi VHT dapat
diperlambat laju pertumbuhan cendawannya. Pada Gambar 37 dan 38
ditampilkan penampakan mangga gedong secara visual pada hari ke-16 dan 24
sedangkan penampakan secara visual untuk hari ke-8 dan ke-12 dapat dilihat
pada Lampiran 22.
Dari pengamatan total padatan terlarut, kadar air dan kandungan vitamin
C secara umum tidak ada pengaruh yang berbeda nyata untuk perlakuan
pelilinan, lama pemberian VHT dan interaksi keduanya. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa perlakuan yang diberikan terutama VHT selama 10, 20
- 72 -
dan 30 menit belum mempengaruhi kandungan total padatan terlarut, kadar air
dan vitamin C mangga gedong selama penyimpanan.
Gambar 37. Kondisi mangga gedong gincu pada hari penyimpanan ke-16.
Gambar 38. Kondisi mangga gedong gincu pada hari penyimpanan ke-24.
- 73 -
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Lalat buah Bactrocera dorsalis mengalami metamorfosis sempurna
melalui fase telur selama ± 1-2 hari, larva ± 6-9 hari, pupa 4-12 hari dan
fase imago.
- 74 -
SARAN
1. Perlu dipelajari pengkombinasian perlakuan VHT dengan perlakuan yang
dapat menghambat serangan penyakit mangga selama penyimpanan
seperti penggunaan asap cair atau bahan kimia alami lainnya yang
diijinkan.
- 75 -
DAFTAR PUSTAKA
Abeles FB. 1973. Ethylene in Plant Biology. Academic Press. New York. Apandi,
M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni. Bandung.
Allowood, A. J., A. et al. 1999. Host plan records for fruit fies (Diptera:
Tephriditidae) in South East Asia. Raffles Bull. Zool. Suppl. 7:1-92.
Aluja, M. and P. Liedo (eds). 1993. Fruit Flies, Biology and Management.
Springer-Verlag, New York, USA. 492pp.
Akamine, E. K. et al. 1986. Kegiatan-kegiatan Dalam Gudang Pengemasan. Di
dalam Pantastico, Er. B. (ed). Fisiologi Pascapanen. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
APHIS. 1993. Plant Protection and Quarantine Treatment Manual. United States
Department of Agriculture. Animal and Plant Health Inspection
Service.
APHIS. 1996. The application of irradiation to phytosanitary problems. USDA
Fed. Reg. 16:24433-24439.
Armstrong J. W. 1982. Development of a hot-water immersion quarantine
treatment for Hawaiian grown 'Brazilian' bananas. J. Econ. Entomol.
75:787-790.
Armstrong J. W, Hansen J. D, Hu B. K, and Brown S. A. 1989. High-temperature,
forced-air quarantine treatment for papayas infested with Tephritid
fruit flies (Diptera: Tephritidae). J. Econ. Entomol. 82(6): 1667-1674.
Armstrong, J. W. and H. M. Couey, 1989. Fruit disinfestation. In Robinson and
Hooper (eds). Fruits Flies, Their Biology, Natural Enemies and
Control. Volume 3B. Elsevier. Tokyo.
Australian Quarantine& Inspection Service. 1999. Final Import Analysis on The
Proposal to Change the Treatment for Mango (Mangifera indica L.)
Fruit From The Republic of Philippines. Australian Quarantine&
Inspection Service. Canberra ACT 2601. Australia.
Biale, J. B. dan R. E. Young. 1981. Respiration and Ripening in Fruit,
Restrospect and Prospect. Didalam Friend, J dan M.J.C Rhodes
(eds.). Recent Advance in the Biochemeistry of Fruit and
Vegetable. Academic Press, London, New York.
Borror, D. J., Dwigth D., C.A Triplehorn.1981. An Introduction to Study of Insect.
Edisi ke-5. New york. Saunders College Publisher.
Bourne, M. C. 1976. Texture of Fruits and Vegetables. Di dalam De Man, J. M.,
Voise, P.W., Rasper, V. F dan Stanley, D. W. (eds.). Rheology dan
Texture in Food Quality. The AVI Pub. Co. Inc. Wesport,
Connecticut.
Broto, W. 1993. Metode Penanganan segar buah-buahan dan sayuran dalam
skala industri. Info Hortikultura 1 (1):26-37.
Broto, W. 2003. Mangga, Budidaya, Pascapanen dan Tataniaganya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
- 76 -
Budiastra, W dan Purwadaria, H. K. 1993. Penanganan pascapanen sayuran dan
buah-buahan dalam rumah pengemasan. Makalah Pelatihan
Pascapanen Sayuran dan Buah-buahan. Bogor, 10-15 Mei 1993.
Chan, H. T., Tam, S. Y. T., Seo, S. T. 1981. Papaya polygalacturonase and its
role in thermally injured ripening fruit. J. Food Science. 46: 190-197.
Coates, L.M., A.W. Cooke and J.R. Dean. 1996. The response of mango stem
end rot pathogens to heat. Proceeding in 5th International Mango
Symposium. Tel Aviv, Israel, September 1-6.
Couey, H.M. and C.F. Hayes. 1986. Quarantine procedure for Hawaiian papaya
using fruit selection and a two-stage hot-water immersion. J. Econ.
Entomol. 79:1307-14.
Couey, H.M. 1989. Heat treatment for control of postharvest diseases and insect
pests of fruits. HortScience 24, 198-202.
Departemen Pertanian. 2007a. Basis data pertanian.
http://database.deptan.go.id/eksim/eksporKomoditi.asp
1 Desember 2007.
Departemen Pertanian. 2007b. Basis data pertanian.
http://database.deptan.go.id/bdspweb/bdsp2007/hasil_kom.asp
22 Oktober 2007.
Departemen Pertanian. 2003. Statistik Pertanian 2002. Jakarta. Departemen
Pertanian Republik Indonesia.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1981. Daftar
Komposisi Makanan. Bharata. Jakarta.
Ditjen Bina Produsksi Hortikultura. 2004. Buku Tahunan Hortikultura 2003,
Sentra Tanaman Buah. Departemen Pertanian. Dirjen Bina
Produksi Hortikultura. Jakarta.
Dodd, J. C., Prusky, D., Jeffires, P., 1997. Fruits disease. In: Litz, R. E. (eds.).
The mango: Botany, Production and Uses. CAB International,
Wallingford, Oxon, United Kingdom, pp. 257-280.
- 77 -
Hallman G. J. 1991. Quality of carambolas subjected to postharvest hot-water
immersion and vapor heat treatments. HortScience 26(2):286-287.
Hallman G. J and Sharp J. L. 1990. Mortality of Caribbean fruit fly (Diptera:
Tephritidae) larvae infesting mangoes subjected to hot-water
treatment, then immersion cooling. J. Econ. Entomol. 83(6): 2320-
2323.
Hansen, J. D. 1992. Heating curve models of quarantine treatments against
insect pest. J. Encon. Entomol. 85, 1846-54.
Hansen JD, Hara AH, and Tenbrink VL. 1992. Vapor heat: a potential treatment
to disinfest tropical cut flowers and foliage. HortScience 27(2):139-
143.
Hardenburg. R. E., A. E. Watada and C.Y. Wang.1986. The Commercial Storage
od Fruit, Vegetable and Florist and Nursery Stocks. USDA,
Agriculture Research Service. Agriculture Handbook. No. 66.
Heard, T. A., N.W. Heather and P.M. Peterson. 1992. Relative tolerance to vapor
heat treatment of eggs and larvae of Bactrocera tryoni (Diptera:
Tephritidae) in mangoes. J. Econ. Entomol. 85, 461-463.
Heather, N.W., R.J. Corcoran and R.A. Kopittke. 1997. Hot air disinfestations of
Australian ‘Kensington’ mangoes against two fruit flies (Diptera:
Tephritidae). Postharvest Biol. Technol. 10, 99-105.
Hara A, Tsang M, Hata T, et al. 1994. Postharvest treatment alternatives for
flowers and foliage. In: Annual International Research Conference
on Methyl Bromide Alternatives and Emissions Reductions.
November 13-16, 1994, pp. 74-1–74-2.
Hou, B., et al. 2006. Depth of pupation and survival of the Oriental fruit fly,
Bactrocera dorsalis (Diptera: Tephritidae) pupae at selected soil
moistures. Appl. Entomol. Zool. 41(3):515-520.
Irving, D. E., J.C. Pallesen and L. H. Cheah. 1991. Respiration and ethylene
production in kiwi fruit following hot water dips. Postharvest Biol.
Technol. 1, 137-42.
JFTA. 1996. Textbook for vapor heat disinfestation test technicians. Japan
Fumigation Technology Association. Okinawa International Center-
JICA. Japan.
Jacobi, K. K., and L.S. Wong. 1992. Quality of ‘Kensington’ mango (Mangifera
indica Linn.) following hot water and vapour-heat treatments.
Postharvest Biol. Technol. 1, 349-359.
Jacobi, K. K., J. Giles, E. MacRae and T. Wegrzyn. 1995. Conditioning
‘Kensington’ mango with hot air alleviates hot water disinfestation
injuries. HortScience 30, 562-65.
Jacobi, K. K. Giles, J. E. 1997. Quality of ‘Kensington’ mango (Mangifera indica
L.) fruit following continued vapor heat disinfestation and hot water
disease control treatment. Postharvest Biol. Technol. 12, 285-292.
Jacobi, K. K., et al. 2000. Effects of hot air conditioning of ‘Kesington’ mango fruit
on the response to hot water treatment. Postharvest Biology and
Technology (21):39-49.
- 78 -
Joyce, D.C., and A. J. Shorter.1994. High temperature conditioning reduce hot
water treatment injury of ‘Kensington Pride’ mango fruit.
HortScience, 29:1047-1051.
Kader, A.A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Publication
3311. University of California. Amerika Serikat.
Kane, O. and Marcellin, P. 1978. Incidence of ripening and shiling injury on the
oxidative actifities and fatty acid compositions of the mitochondria
from mango fruits. Plant Physiol., 61:634
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plan Product. AVI. New
York.
Klein, J. D., Lurie, S., 1990. Prestorage heat treatment as a means of improving
poststorage quality of apples. J. Am. Soc. Hort. Sci. 115:265-269.
Krishnamurthy, S. 1973. Pre and Postharvest Physiology of Mango Fruits.
Tropical Science. 15(2):167.
Lay-Yee M. 1994. Responses of fruit to high temperature disinfestation. In:
Annual International Research Conference on Methyl Bromide
Alternatives and Emissions Reductions. November 13-16, 1994, pp.
66-1.
Leley, V. K., Narayana, N., dan Darji, J. A. 1943. Biochemical Studies in The
Growth and Ripening of The Alphonso Mango. Ind. J. Agric. Sci.,
13:291.
Lurie, S. 1998. Review: Postharvest heat treatments. Postharvest Biology and
Technology, 14, 257-69.
Laksminarayana. 1980. Tropical and Subtropical Fruits. AVI. Westport
Connecticut.
Mangan R. L and Ingle S. J. 1992. Forced hot-air quarantine treatment for
mangoes infested with West Indian fruit fly (Diptera: Tephritidae). J.
Econ. Entomol. 85(5):1859-1864.
McGuire R. G. 1991. Concomitant decay reductions when mangoes are treated
with heat to control infestations of Caribbean fruit flies. Plant
Disease 75(9):946-949.
Merino, S. R. Eugenio, M. M., Ramos, A. U and Hernandez, S.T. 1985. Fruit fly
disinfestation of mangoes by vapor heat treatment. Report of
Bureau of Plan Industry, Ministry of Agriculture of Food, Manila, 76
pp.
Mitcham E. J., McDonald R.E. 1993. Respiration rate, internal atmosphere and
ethanol and acetaldehyde accumulation in heat treated mango fruit.
Postharvest. Biol. Technol. 3:77-86.
Miller W.R., McDonald R.E., Hallman G.H., and Sharp J.L. 1991. Condition of
Florida grapefruit after exposure to vapor heat quarantine
treatment. HortScience 26(1):42-44.
Mohsenin N.N. 1984. Electromagnetic Radiation Properties of Foods and
Agricultural Products. Gordon and Breach Science Publishers. New
York, London, Paris, Montreux, Tokyo.
- 79 -
Mukherjee, S. K. 1957. Cytology of some Malayan Species of Mangifera.
Cytologia (22):239-241.
Neven, L. G. 2000. Physiological responses of insects to heat. Postharvest
Biology and Technology (21):103-111.
Nugroho. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Pantastico, E. B. 1975. Post Harvest Technology. The AVI Pub. Co. Inc.
Westport, Connecticut.
Pantastico, E. R. D. 1986. Postharvest Physiology, Handling and Utilization of
Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The AVI. Westport,
Connecticut.
Paull, R. E., et al. 1997. Postharvest handling and lossed during marketing of
papaya (Carica papaya L.). Postharvest Biology and Technology
(11):165-179.
Paull, R.E and N.J. Chen.2000. Heat treatments and fruit ripening. Postharvest
Biol. Technol. (2):21-37.
Pena, J. E. 1993. Pest of mango in Florida. Acta Horticulture 341:395-406.
Phan, C. T., E. B. Pantastico, K. Ogata dan K. Chachin. 1986. Respirasi dan
Puncak Respirasi. Didalam Pantastico, E. B. (eds). Fisiologi
Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Plant Protection Division. 1997. Text Book of Plant Quarantine Treatments. Plant
Protection Bureau, Ministry of Agriculture, Forestry abd Fisheries
Goverment of Japan. Japan.
Ponce de Leon, L., C. Munoz, L. Perez, F. Diaz de Leon, C. Kerbel, L. Peres
Flores, S. Esparda, E. Bosquez and M. Trinidad. 1996. Hot Water
Quarantine treatment and water cooling of Haden mangos.
Proceeding in 5th International Mango symposium. Tel Aviv. Israel,
September 1-6.
Pratikno, S dan S. Sosrodihardjo. 1989. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan
terhadap daya simpan dan proses pematangan mangga cengkir.
Buletin Penelitian Hortikultura. 2(2). Balai Penelitian Hortikultura
Solok. Indonesia.
Rachmiyanti, Mirra. 2006. Analisis Pemasaran Mangga Gedong Gincu
(Mangifera Indica spp.) di Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat. Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rangana, S. 1977. Manual of Analisys of Fruit and Vegetable Products. Mc
Grow-Hill Pub. Co., New Delhi (Chapter 5, pp:94).
Ratule, M. T. 1998. Penentuan Keadaan Penyimpanan Optimal Untuk Irisan
Buah Mangga Segar Terlapis Film Edibel. Thesis Magister,
Program Studi Teknologi Pascapanen. IPB Bogor.
Rodriguez, A. C., G. J. Hallman, W. P. Gould, and J. J. Gaffney. 1989. Modeling
fruit quarantine heat treatments. Paper no 896053.1989 Summer
Meeting, American Soc. Agric. Engineers, Quebec.
- 80 -
Roosmani, A. B. 1973. Pelapisan lilin terhadap hasil-hasil hortikultura. Bull. LPH
Pasar Minggu, Jakarta.
Roosmani, A. B. 1975. Percobaan pendahuluan pelapisan lilin terhadap buah-
buahan dan sayuran Indonesia. Buletin Penelitian Hortikultura LPH
Pasar Minggu, Jakarta 3(2): 17-21.
Rokhani, H., S. Kawasaki, T. Kojima and T. Akinaga. 2001. Effect of heat
treatments on respiration and quality of ‘Irwin’ mango. The Journal
of the Society of Agric. Structures, Japan, 32, 59-67.
Rokhani, H. 2002. Studies on the postharvest treatments for export preparation of
tropical fruits: Mango. Dissertation. The United Graduate School of
Agricultural Sciences, Kagoshima University. Japan.
Ryall, A. L dan W. T. Pentzer. 1982. Handling, Transportation and Storage of
Fruit and Vegetable. AVI Publishing Co. Inc., Westport,
Connecticut.
Sabari, S. D. 1989. Karakteristik fisik dan Kimia Buah. P:74-80. In. S. Kusumo,
Ismiyati, Sunaryono dan Ria Riati, Penyunting. Produksi Mangga di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Jakarta.
Sahirman, S. Kumalaningsih, Loekito, A.S. 1994. Penanganan buah mangga
segar varietas arumanis dan madu pada beberapa variasi suhu
dingin. Prosiding Hortikultura Nasional. Malang, 8-9 Nopember.
Sakai, W. S., J. Jagtiani, H. T. Chan, Jr. 1988. Tropical Fruits Processing.
Academic Pr. California.
Satuhu, S. 2000/1999. Penanganan Mangga Segar Untuk Ekspor. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setyadjit dan Sjaifullah. 1992. Pengaruh ketebalan plastik untuk penyimpanan
atmosfer termodifikasi mangga arumanis dan indramayu. Jurnal
Hortikultura 2(1):31-42.
Seymor, G.B., J.E. Taylor and G. A. Tucker.1993. Biochemistry of Fruit Ripening.
Chapmann&Hall, London.
Scott K. J., 1984. Methods of Delaying The Ripening of Fruits. ASEAN
Horticultural Produce Handling Workshop Report Bureau. Kuala
Lumpur. P. 43-47.
Sjaifullah, Dondy, A.S.B.1991. Formulasi penggunaan kalium permanganay dan
bahan penyerapnya untuk pembuatan pellet pengikat etilen. J. Hort.
(3):23-26.
Syarif dan Halid.1991. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit ARCAN.
Jakarta.
Sharp J. L. 1986. Hot-water treatment for control of Anastrepha suspens (Diptera:
Tephritidae). J. Econ. Entomol. 79:706-708.
Sharp J. L. 1989. Hot-water immersion appliance for quarantine research. J.
Econ. Entomol. 82(1):189-192.
Sharp J. L. 1992. Hot-air quarantine treatment for mango infested with Caribbean
fruit fly (Diptera:Tephritidae). J. Econ. Entomol. 85(6):2302-2304.
- 81 -
Sharp J. L and Hallman GJ. 1992. Hot-air treatment for carambolas infested with
Caribbean fruit fly (Diptera: Tephritidae). J. Econ. Entomol.
85(1):168-171.
Sharp J. L and R.G McGuire. 1996. Control of Caribbean fruit fly (Diptera:
Tephritadae) in navel orange by forced air. J. Econ. Entomol. 89:in
press.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditi Pertanian. Jurusan TIN,
Fateta, IPB, Bogor.
Smith, P. H. 1989. Behavioral partitioning of the day and circadian rhythmicity. In
World Crop Pests. Vol 3(B). Fruits Flies: Their Bilogy, Natural
Enemies and Control (A. S. Robinson and G. Hooper eds.).
Elsevier, Amsterdam, Netherland, pp. 325-341.
Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-3164-1992 UDC.
Sugiono, 1999. Kajian Pengembangan Sistem Kontrol Otomatis Menggunakan
Logika Fuzzy pada Pemeraman (Artificial Ripening) untuk Buah-
buahan Tropika : Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB, Bogor.
Sulusi, P., Murtiningsih dan Yulianingsih. 1993. Pengaruh ketuaan dan
perlakuan setelah panen terhadap penampakan dan perkembangan
busuk pangkal (stem end rot) buah mangga arumanis. Jurnal
Hortikultura. 3(3):39-46. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, Jakarta.
Sunagawa, K., K. Kume and R. Iwaizumi. 1987. The effectiveness of vapor heat
treatment against the melon fly, dacus cucurbitae coquillett, in
mango and fruits tolerance to the treatment. Res. Bull. PI. Prot.
Japan, 23,13-20.
Sunaryono, H. 1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-buahan dan Bercocok
Tanam Buah-buahan penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
Surachmat. 1985. Mangga (Mangifera indica, L.). Yasaguna. Jakarta.
Sutrisno, S. 1991. Current Fruit fly problems in Indonesia. Proceedings of The
International Symposium on the Biology and Control Fruit Flies. K.
Kawasaki, O. Iwahashi, K. Y. Kaneshiro (Eds). Okinawa Japan, 2-4
September 1991.
Tucker, G. A. 1993. Introduction. In: Biochemestry of Fruits Ripening. Seymor,
G., J. Taylor and G. Tucker (Eds). Chapmann&Hall, London. Pp. 1-
51.
Untung, O. 1999. Agar Tanaman Berbuah di Luar Musim. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Unahawutti, U., Chettanachitara, C., Poomthong., M., Komson, and
Intarakumheng, R., 1986. Evaluation of vapor heat treatment for
control of the oriental fruit fly and the melon fly in ‘Nang Klangwun’
mango. Technical Report of the Departement of Agriculture,
Bangkok, Thailand, 106 pp.
Unahawutti, U., Poomthong., Intarakumheng, R., Worawisitthumrong, W.,
Lapasathukool, C., Smitasiri. E., Srisook, P. And Ratanawahara, C.
1992. Vapor heat as plant quarantine treatment of ‘Nang
Klarngwun’, ‘Nam Dorkmai’, ‘Rad’ and ‘Pimseng Daeng’ magoes
- 82 -
infested with fruit flies (Diptera: Tephtritidae). Technical Report of
the Departement of Agriculture, Bangkok, Thailand, 64 pp.
USDA. 1968. Penyimpanan buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan.
Penerjemah Soesarsono, W. Jurusan TIN, IPB, Bogor.
Verheij, E. W. M. Dan Coronel, R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara
2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Wills, Graham, M. C. Glason dan Hall. 1981. Post Harvest. An Introduction of
Fruits and Vegetables. Granada. London.
Winarno, F.G dan M.A. Wiratakusumah. 1981. Fisologi Lepas panen:PT. Sastra
Hudaya. Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
White, I. M dan Elson-Haris. 1992. Fruit Flies of Economics Significance: Their
Identification and Bionomics. Dipublikasikan oleh C.A. Bactocera
International bekerjasama dengan ACIAR. Red-wood Press Ltd.
Melksham.
Yulianingsih. 1995. Pengaruh Penyimpanan Sistem Atmosfer Termodifikasi
Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknose (Colletotrichum
gloeosporioides PENZ.) pada Buah Mangga (Mangiferae indica L.)
cv. Gedong. Thesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
Yuniarti. 1980 Pengaruh waktu simpan terhadap perubahan fisiko-kimia mangga
arumanis. Buletin Penelitian&Pengembangan Hortikutura. Jakarta.
- 83 -
Lampiran 1. Hasil uji mortalitas telur oriental fruit fly pada berbagai suhu selama
30 menit
- 84 -
Lampiran 2. Hasil uji mortalitas telur oriental fruit fly pada suhu 46 oC dengan
beberapa lama perlakuan
Waktu Ulangan Jumlah Telur Hidup Mati Mortalitas
(menit) (ke-) (butir) (ekor) (ekor) (%)
1 20 20 0 0
0 2 20 20 0 0
3 20 20 0 0
1 20 5 15 75
5 2 20 5 15 75
3 20 5 15 75
1 20 0 20 100
10 2 20 0 20 100
3 20 0 20 100
1 20 0 20 100
15 2 20 0 20 100
3 20 0 20 100
1 20 0 20 100
20 2 20 0 20 100
3 20 0 20 100
1 20 0 20 100
25 2 20 0 20 100
3 20 0 20 100
1 20 0 20 100
30 2 20 0 20 100
3 20 0 20 100
- 85 -
Lampiran 3. Penetrasi panas selama proses VHT pada mangga gedong gincu
- 86 -
Lampiran 3. (Lanjutan)
- 87 -
Lampiran 3. (Lanjutan)
Suhu mangga
Waktu Suhu mangga Suhu air Suhu
hasil duga
(mnt) (oC) (oC) ruang
metode logistik
(oC)
(oC)
96 46,4 58,5 46,5 46,56
97 46,2 58,4 46,3 46,58
98 46,4 58,4 46,4 46,60
99 46,5 58,6 46,3 46,62
100 46,6 58,7 46,5 46,65
101 46,5 58,9 46,3 46,67
102 46,5 59,2 46,4 46,69
103 46,3 59,4 46,2 46,71
104 46,5 59,4 46,6 46,72
105 46,5 59,3 46,4 46,74
106 46,5 59,2 46,6 46,76
107 46,6 59,1 45,6 46,78
108 46,6 59,1 46,7 46,79
109 46,6 59,3 46,8 46,81
110 46,5 59,3 46,5 46,82
111 46,6 59,2 46,5 46,83
112 46,7 59,2 46,4 46,85
113 46,6 59,3 46,7 46,86
114 46,7 59,3 46,7 46,87
115 46,9 59,3 46,0 46,89
116 46,7 59,4 46,7 46,90
117 46,7 59,6 46,0 46,91
118 46,8 59,8 46,3 46,92
119 46,8 59,7 46,5 46,93
120 46,8 59,5 46,1 46,94
121 46,7 59,7 46,6 46,95
122 46,9 59,7 46,6 46,96
123 46,7 59,6 46,9 46,97
- 88 -
Lampiran 4. Hasil running SAS untuk model matematika logistik
- 89 -
Lampiran 5. Hasil sidik ragam laju konsumsi O2 mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
- 90 -
Lampiran 5. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 143,6258 47,8752 1,22 0,3650
Pelilinan 1 261,7115 261,7115 6,65 0,0327
7 Interaksi 3 111,0920 37,0306 0,94 0,4652
Galat 16 315,0336 39,3792
Total 23 831,4630
Lama VHT 3 32,4418 10,8139 1,58 0,2691
Pelilinan 1 89,3024 89,3024 13,03 0,0069
8 Interaksi 3 27,0835 9,0278 1,32 0,3346
Galat 16 54,8331 6,8541
Total 23 203,6609
Lama VHT 3 19,8502 6,6167 0,83 0,5146
Pelilinan 1 44,8565 44,8565 5,61 0,0453
9 Interaksi 3 30,3563 10,1187 1,27 0,3494
Galat 16 63,9263 7,9907
Total 23 158,9894
Lama VHT 3 43,7988 14,5996 1,58 0,2681
Pelilinan 1 10,8405 10,8405 1,17 0,3100
10 Interaksi 3 35,1798 11,7266 1,27 0,3481
Galat 16 73,8259
Total 23 163,6451
Lama VHT 3 9,6706 3,2235 0,23 0,8708
Pelilinan 1 30,7193 30,7193 2,22 0,1744
11 Interaksi 3 95,3842 31,7947 2,30 0,1541
Galat 16 110,6105 13,8263
Total 23 246,3846
Lama VHT 3 36,2787 12,0929 4,36 0,0425
Pelilinan 1 3,9700 3,9700 1,43 0,2656
12 Interaksi 3 39,4273 13,1424 4,74 0,0348
Galat 16 22,1680 2,7710
Total 23 101,8441
Lama VHT 3 66,9774 22,3258 5,03 0,0301
Pelilinan 1 4,9729 4,9729 1,12 0,3207
13 Interaksi 3 111,9444 37,3148 8,41 0,0074
Galat 16 35,5056 4,4382
Total 23 219,4005
- 91 -
Lampiran 5. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 89,7472 29,9157 1,80 0,2242
Pelilinan 1 24,1326 24,1326 1,46 0,2620
14 Interaksi 3 104,6044 34,8681 2,10 0,1781
Galat 16 132,5957 16,5744
Total 23 351,0801
Lama VHT 3 64,2809 21,4269 4,14 0,0479
Pelilinan 1 11,0223 11,0223 2,13 0,1825
15 Interaksi 3 69,7608 23,2536 4,49 0,0396
Galat 16 41,3894 5,1736
Total 23 186,4535
Lama VHT 3 70,2261 23,4087 2,82 0,1075
Pelilinan 1 0,0058 0,0058 0,00 0,9794
16 Interaksi 3 90,8981 30,2993 3,64 0,0637
Galat 16 66,5098 8,3137
Total 23 227,6400
- 92 -
Lampiran 6. Hasil sidik ragam laju produksi CO2 mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 1,6353 0,5451 0,10 0,9583
Pelilinan 1 98,5552 98,5552 17,92 0,0029
0 Interaksi 3 164,5343 54,8447 9,97 0,0044
Galat 16 43,9931 5,4991
Total 23 308,7180
Lama VHT 3 1,6316 0,5438 0,10 0,9584
Pelilinan 1 98,4846 98,4846 17,90 0,0029
1 Interaksi 3 164,6257 54,8752 9,97 0,0044
Galat 16 44,0241 5,5030
Total 23 308,7662
Lama VHT 3 83,4468 27,8156 8,10 0,0083
Pelilinan 1 40,4714 40,4714 11,78 0,0089
2 Interaksi 3 54,8841 18,2947 5,33 0,0261
Galat 16 27,4714 3,4344
Total 23 206,2782
Lama VHT 3 64,8440 21,6146 2,74 0,1132
Pelilinan 1 7,3308 7,3308 0,93 0,3634
3 Interaksi 3 29,7269 9,9089 1,26 0,3527
Galat 16 63,1333 7,8916
Total 23 165,0350
Lama VHT 3 20,4638 6,8212 0,54 0,6653
Pelilinan 1 58,1393 58,1393 4,64 0,0633
4 Interaksi 3 1,2653 0,4217 0,03 0,9911
Galat 16 100,1805 12,5225
Total 23 180,0491
Lama VHT 3 14,4832 4,8277 1,40 0,3115
Pelilinan 1 3,6450 3,6450 1,06 0,3337
5 Interaksi 3 4,0116 1,3372 0,39 0,7647
Galat 16 27,5563 3,4445
Total 23 49,6962
Lama VHT 3 54,8880 18,2960 2,91 0,1006
Pelilinan 1 39,0341 39,0341 6,22 0,0373
6 Interaksi 3 24,8787 8,2929 1,32 0,3335
Galat 16 50,2230 6,2778
Total 23 169,0240
- 93 -
Lampiran 6. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 168,4246 56,1415 3,07 0,0911
Pelilinan 1 39,5261 39,5261 2,16 0,1800
7 Interaksi 3 25,7917 8,5972 0,47 0,7118
Galat 16 146,4866 18,3108
Total 23 380,2292
Lama VHT 3 50,0509 16,6836 2,62 0,1225
Pelilinan 1 21,5781 21,5781 3,39 0,1027
8 Interaksi 3 37,2654 12,4218 1,95 0,1997
Galat 16 50,8726 6,3590
Total 23 159,7672
Lama VHT 3 31,9101 10,6367 0,78 0,5375
Pelilinan 1 19,0353 19,0353 1,40 0,2713
9 Interaksi 3 79,9544 26,6514 1,95 0,1995
Galat 16 109,0809 13,6351
Total 23 239,9808
Lama VHT 3 38,3594 12,7864 1,18 0,3775
Pelilinan 1 6,1608 6,1608 0,57 0,4730
10 Interaksi 3 12,0533 4,0177 0,37 0,7771
Galat 16 86,9092 10,8636
Total 23 143,4828
Lama VHT 3 39,5329 13,1776 1,06 0,4165
Pelilinan 1 11,1176 11,1176 0,90 0,3710
11 Interaksi 3 105,3086 35,1028 2,84 0,1060
Galat 16 99,0185 12,3773
Total 23 254,9777
Lama VHT 3 55,9792 18,6597 3,38 0,0750
Pelilinan 1 3,9052 3,9052 0,71 0,4250
12 Interaksi 3 45,6282 15,2094 2,75 0,1122
Galat 16 44,2170 5,5271
Total 23 149,7298
Lama VHT 3 56,2117 18,7705 3,55 0,0672
Pelilinan 1 0,5270 0,5270 0,10 0,7601
13 Interaksi 3 109,3756 36,4385 6,90 0,0131
Galat 16 42,2453 5,2806
Total 23 208,4598
- 94 -
Lampiran 6. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 49,3799 16,4599 3,42 0,0731
Pelilinan 1 2,2028 2,2028 0,46 0,5179
14 Interaksi 3 73,5461 24,5153 5,09 0,0293
Galat 16 38,5342 4,8167
Total 23 163,6632
Lama VHT 3 109,5756 36,5255 5,44 0,0247
Pelilinan 1 2,5728 2,5728 0,38 0,5531
15 Interaksi 3 68,6621 22,8873 3,41 0,0735
Galat 16 53,7107 6,7138
Total 23 234,5226
Lama VHT 3 7,3265 2,4421 2,27 0,1574
Pelilinan 1 3,3501 3,3501 3,11 0,1156
16 Interaksi 3 59,9205 19,9735 18,57 0,0006
Galat 16 8,6057 1,0757
Total 23 79,2030
- 95 -
Lampiran 7. Hasil sidik ragam susut bobot mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 0,1079 0,0359 0,91 0,4587
Pelilinan 1 0,6037 3,6037 91,04 0,0001
4 Interaksi 3 0,3845 0,4281 3,24 0,0500
Galat 16 0,6333 0,0395
Total 23 4,7295
Lama VHT 3 0,7800 0,2600 1,44 0,2670
Pelilinan 1 21,2816 21,2816 118,23 0,0001
8 Interaksi 3 2,7383 0,9127 5,07 0,0117
Galat 16 2,8799 0,1800
Total 23 27,6800
Lama VHT 3 2,4745 0,8248 2,36 0,1100
Pelilinan 1 61,1204 61,1204 174,84 0,0001
12 Interaksi 3 6,9879 2,3293 6,66 0,0040
Galat 16 5,5933 0,3495
Total 23 76,1762
Lama VHT 3 3,42 1,1422 2,06 0,1460
Pelilinan 1 89,7066 89,7066 161,76 0,0001
16 Interaksi 3 8,40 2,80 5,05 0,0119
Galat 16 8,8733 0,5545
Total 23 110,4133
Lama VHT 3 4,9979 1,6659 1,46 0,2636
Pelilinan 1 153,5204 153,5204 134,27 0,0001
20 Interaksi 3 21,8445 7,2815 6,37 0,0048
Galat 16 18,2933 1,1433
Total 23 198,6562
Lama VHT 3 12,3483 4,1161 0,52 0,6774
Pelilinan 1 331,5266 331,5266 41,53 0,0001
24 Interaksi 3 16,5700 5,5233 0,69 0,5702
Galat 16 127,7233
Total 23 488,1583
Lama VHT 3 77,1254 25,7084 1,10 0,3781
Pelilinan 1 313,5651 313,5651 13,41 0,0021
28 Interaksi 3 81,1128 27,0376 1,16 0,3570
Galat 16 374,1297 23,3831
Total 23 845,9331
- 96 -
Lampiran 8. Uji Duncan peningkatan susut bobot mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Susut bobot (hari ke-)
Perlakuan
4 8 12 16
VHT 10’ 1,66 ± 0,11 c 3,33 ± 0,15 c 5,03 ± 0,32 c 6,60 ± 0,39 c
VHT 20 ‘ 1,60 ± 0,26 c 3,23 ± 0,40 c 4,80 ± 0,60 c 6,26 ± 0,98 c
Pelilinan
VHT 30 ‘ 1,76 ± 0,15 c 3,66 ± 0,41 c 5,43 ± 0,60 c 6,93 ± 0,68 c
Kontrol 1,70 ± 0,10 c 3,40 ± 0,30 c 5,00 ± 0,26 c 6,40 ± 0,45 c
VHT 10 ‘ 2,53 ± 0,15 a 5,46 ± 0,37 a 8,23 ± 0,60 a 10,90 ± 0,72 a
VHT 20’ 2,70 ± 0,17 a 5,96 ± 0,40 a 9,00 ± 0,36 a 11,56 ± 0,70 a
Tanpa
pelilinan VHT 30’ 2,16 ± 0,15 b 4,53 ± 0,40 b 6,86 ± 0,58 b 8,96 ± 0,77 b
Kontrol 2,43 ± 0,35 ab 5,20 ± 0,72 ab 8,93 ± 1,02 a 10,23 ±1,00 ab
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 97 -
Lampiran 9. Hasil sidik ragam kekerasan mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 0,0415 0,0138 1,62 0,2249
Pelilinan 1 0,0005 0,0005 0,06 0,8113
0 Interaksi 3 0,0520 0,0173 2,03 0,1507
Galat 16 0,1369 0,0085
Total 23 0,2309
Lama VHT 3 0,1089 0,0363 0,70 0,5671
Pelilinan 1 0,0580 0,0580 1,11 0,3069
4 Interaksi 3 0,4153 0,1384 2,66 0,0835
Galat 16 0,8332 0,0520
Total 23 1,4155
Lama VHT 3 0,0546 0,0482 4,58 0,0169
Pelilinan 1 0,0004 0,0004 0,10 0,7504
8 Interaksi 3 0,0180 0,0060 1,51 0,2489
Galat 16 0,0636 0,0039
Total 23 0,1368
Lama VHT 3 0,1060 0,0353 2,04 0,1490
Pelilinan 1 0,0192 0,0192 1,11 0,3076
12 Interaksi 3 0,0353 0,0117 0,68 0,5779
Galat 16 0,2775 0,0173
Total 23 0,4381
Lama VHT 3 0,0055 0,0018 1,15 0,3593
Pelilinan 1 0,0016 0,0016 1,04 0,3232
16 Interaksi 3 0,0034 0,0011 0,72 0,5543
Galat 16 0,0256 0,0016
Total 23 0,0363
Lama VHT 3 0,0055 0,0018 1,15 0,3593
Pelilinan 1 0,0016 0,0016 1,04 0,3232
20 Interaksi 3 0,0034 0,0011 0,72 0,5543
Galat 16 0,0256 0,0016
Total 23 0,0036
Lama VHT 3 0,0134 0,0044 1,71 0,2045
Pelilinan 1 0,0015 0,0015 0,57 0,4594
24 Interaksi 3 0,0473 0,0157 6,04 0,006
Galat 16 0,0418 0,0026
Total 23 0,1041
- 98 -
Lampiran 9. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 0,0201 0,0067 0,72 0,5540
Pelilinan 1 0,0108 0,0108 1,17 0,2964
28 Interaksi 3 0,0130 0,0043 0,47 0,7090
Galat 16 0,1488 0,0093
Total 23 0,1927
- 99 -
Lampiran 10. Uji Duncan penurunan kekerasan mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Kekerasan (hari ke-)
Perlakuan
0 4 8 12
VHT 10’ 1,97 ± 0,05 ab 1,21± 0,20 a 0,87 ± 0,25 a 0,77 ± 0,24 a
VHT 20’ 1,92 ± 0,03 ab 1,12 ± 0,06 ab 0,77 ± 0,07 ab 0,65 ± 0,13 a
Pelilinan VHT 30’ 1,95 ± 0,06 ab 0,83 ± 0,09 ab 0,79 ± 0,04 ab 0,57 ± 0,01 a
Kontrol 1,96 ± 0,12 ab 0,95 ± 0,12 ab 0,72 ± 0,06 b 0,80 ± 0,18 a
VHT 10’ 2,00 ± 0,07 a 0,72 ± 0,47 b 0,86 ± 0,06 a 0,60 ± 0,09 a
Tanpa VHT 20’ 1,97 ± 0,05 ab 0,96 ± 0,02 ab 0,73 ± 0,09 b 0,59 ± 0,06 a
pelilinan VHT 30’ 2,00 ± 0,06 a 0,93 ± 0,15 ab 0,72 ± 0,04 b 0,63 ± 0,04 a
Kontrol 1,79 ± 0,18 b 1,12 ± 0,31 ab 0,80 ± 0,07 ab 0,74 ± 0,13 a
Pelilinan VHT 20’ 0,54 ± 0,02 a 0,54 ± 0,02 a 0,36 ± 0,04 d 0,45 ± 0,05 a
VHT 30’ 0,49 ± 0,02 a 0,49 ± 0,02 a 0,46 ± 0,01 abc 0,41 ± 0,05 a
Kontrol 0,47 ± 0,05 a 0,47 ± 0,05 a 0,50 ± 0,05 a 0,48 ± 0,11 a
VHT 10’ 0,46 ± 0,03 a 0,46 ± 0,03 a 0,37 ± 0,07 cd 0,34 ± 0,05 a
Tanpa VHT 20’ 0,49 ± 0,05 a 0,49 ± 0,05 a 0,49 ± 0,08 ab 0,46 ± 0,16 a
pelilinan VHT 30’ 0,86 ± 0,03 a 0,48 ± 0,03 a 0,40 ± 0,01 bcd 0,41 ± 0,03 a
Kontrol 0,49 ± 0,03 a 0,49 ± 0,03 a 0,39 ± 0,05 bcd 0,38 ± 0,04 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 100 -
Lampiran 11. Hasil sidik ragam warna (a) mangga gedong gincu selama
penyimpanan,
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 2,2563 0,7521 1,63 0,2224
Pelilinan 1 0,4565 0,4565 0,99 0,3350
0 Interaksi 3 0,4567 0,1522 0,33 0,8041
Galat 16 7,3917 0,4619
Total 23 10,5613
Lama VHT 3 24,5550 8,1850 1,31 0,3047
Pelilinan 1 3,1032 3,1032 0,50 0,4906
4 Interaksi 3 18,7755 6,2585 1,00 0,4166
Galat 16 99,7523 6,2345
Total 23 146,1861
Lama VHT 3 11,7268 3,9089 0,42 0,7401
Pelilinan 1 0,0088 0,0088 0,00 0,9758
8 Interaksi 3 6,3225 2,1075 0,23 0,8760
Galat 16 148,3790 9,2736
Total 23 166,4372
Lama VHT 3 5,7878 1,9292 0,24 0,8639
Pelilinan 1 32,0859 32,0859 4,07 0,0608
12 Interaksi 3 8,4782 2,8260 0,36 0,7839
Galat 16 126,2007 7,8875
Total 23 172,5527
Lama VHT 3 37,4516 12,4838 0,82 0,5012
Pelilinan 1 43,5512 43,5512 2,86 0,1099
16 Interaksi 3 50,9072 16,9690 1,12 0,3719
Galat 16 243,2859
Total 23 375,1959
Lama VHT 3 52,4113 17,4704 2,39 0,1068
Pelilinan 1 7,5152 7,5152 1,03 0,3256
20 Interaksi 3 30,8753 10,2917 1,41 0,2768
Galat 16 116,9118 7,3069
Total 23 207,7137
Lama VHT 3 5,5925 1,8641 1,86 0,1764
Pelilinan 1 2,1420 2,1420 2,14 0,1627
24 Interaksi 3 0,8947 0,2982 0,30 0,8262
Galat 16 16,0033 1,0002
Total 23 24,6326
- 101 -
Lampiran 11. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 3,9203 1,3067 0,34 0,7982
Pelilinan 1 4,5762 4,5762 1,18 0,2928
28 Interaksi 3 2,6716 0,8905 0,23 0,8740
Galat 16 61,8844 3,8677
Total 23 73,0526
- 102 -
Lampiran 12. Uji Duncan perubahan warna (a) mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Tanpa VHT 20’ -20,3 ± 0,43 a -0,6 ± 0,31a -12,9 ± 1,59 a 5,8 ± 1,27a
pelilinan VHT 30’ -20,3 ± 0,26 a -4,8 ± 3,28 a -15,2 ± 2,08 a 8,3 ± 6,79 a
Kontrol -20,7 ± 0,37 a -3,0 ± 2,86 a 14,8 ± 1,79 a 6,5 ± 1,02 a
Pelilinan VHT 20’ 2,6 ± 1,27 a 1,4 ± 0,45 b 3,2 ± 1,25 a 5,8 ± 2,46 a
VHT 30’ 1,9 ± 1,42 a 1,4 ± 0,54 b 2,7 ± 0,91 a 6,9 ± 4,22 a
Kontrol 2,1 ± 0,630 a 1,6 ± 0,67 b 3,8 ± 1,04 a 7,3 ± 1,26 a
VHT 10’ 3,2 ± 2,74 a 2,39 ± 0,87 ba 3,1 ± 0,79 a 5,9 ± 1,10 a
Tanpa VHT 20’ 4,6 ± 1,26 a 1,09 ± 0,79 b 2,6 ± 0,23 a 5,9 ± 0,90 a
pelilinan VHT 30’ 9,5 ± 9,69 a 1,77 ± 0,66 b 2,4 ± 1,37 a 5,1 ± 0,69 a
Kontrol 2,6 ± 2,53 a 2,98 ± 0,47 ba 3,5 ± 1,37 a 6,4 ± 1,50 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 103 -
Lampiran 13. Hasil sidik ragam warna (b) mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 6,6403 2,2134 0,36 0,7858
Pelilinan 1 49,9682 49,9682 8,03 0,0120
0 Interaksi 3 9,4403 3,1467 0,51 0,6839
Galat 16 99,5924 6,2245
Total 23 165,6413
Lama VHT 3 14,5582 4,8527 0,90 0,4635
Pelilinan 1 3,0602 3,0602 0,57 0,4626
4 Interaksi 3 7,1269 2,3756 0,44 0,7276
Galat 16 86,4197 5,4012
Total 23 111,1650
Lama VHT 3 25,1402 8,3800 1,67 0,2123
Pelilinan 1 0,0726 0,0726 0,01 0,9056
8 Interaksi 3 1,9245 0,6415 0,13 0,9420
Galat 16 80,0564 5,0035
Total 23 107,1937
Lama VHT 3 5,4872 1,8290 0,40 0,7560
Pelilinan 1 13,3504 13,3504 2,91 0,1075
12 Interaksi 3 2,5621 0,8540 0,19 0,9044
Galat 16 73,4681 4,5917
Total 23 94,8679
Lama VHT 3 17,2936 5,7645 1,67 0,2124
Pelilinan 1 31,6250 31,6250 9,19 0,0079
16 Interaksi 3 35,3372 11,7790 3,42 0,0428
Galat 16 55,0767 3,4422
Total 23 139,33
Lama VHT 3 20,1735 6,7245 0,44 0,7280
Pelilinan 1 68,0740 68,0740 4,45 0,0511
20 Interaksi 3 108,2999 36,0999 2,36 0,0110
Galat 16 244,9002 15,3062
Total 23 441,4477
Lama VHT 3 96,0963 32,0321 0,81 0,5065
Pelilinan 1 371,0707 371,0707 9,39 0,0074
24 Interaksi 3 155,2727 51,7575 1,31 0,3058
Galat 16 632,4367 39,5272
Total 23 1254,8764
- 104 -
Lampiran 13. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 228,7209 76,2403 1,44 0,2669
Pelilinan 1 27,9504 27,9504 0,53 0,4773
28 Interaksi 3 11,7150 3,9050 0,07 0,9731
Galat 16 844,2936 52,7683
Total 23 1112,6800
- 105 -
Lampiran 14. Uji Duncan perubahan warna (b) mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Warna (b) (hari ke-)
Perlakuan
0 4 8 12
VHT 10’ 40,2 ± 4,04 ab 45,2 ± 1,63 a 41,9 ± 2,49 a 47,9 ± 1,55 a
Pelilinan VHT 20’ 42,5 ± 0,92 a 44,8 ± 1,40 a 42,8 ± 0,82 a 47,9 ± 0,74 a
VHT 30’ 39,7 ± 3,2 ab 45,1 ± 4,88 a 41,1 ± 3,6 a 48,1 ± 4,71a
Kontrol 40,8 ± 1,9 ab 43,3 ± 1,23 a 40,3 ± 0,85 a 46,5 ± 1,51 a
VHT 10’ 38,4 ± 3,04 ab 46,5 ± 0,78 a 42,9 ± 2,19 a 49,6 ± 1,47 a
Tanpa
pelilinan VHT 20’ 38,0 ± 0,89 ab 46,3 ± 1,36 a 42,7 ± 1,6 a 48,4 ± 0,53 a
VHT 30’ 38,2 ± 2,06 ab 43,9 ± 2,22 a 40,6 ± 2,7 a 49,5 ± 1,46 a
Kontrol 37,0 ± 2,07 b 44,5 ± 2,43 a 40,4 ± 2,27 a 48,8 ± 2,17 a
Pelilinan VHT 20’ 45,8 ± 1,53 ab 44,4 ± 0,49 a 32,7 ± 2,68 ab 22,5 ±10,04 a
VHT 30’ 42,1 ± 3,42 c 42,3 ± 2,70 a 42,9 ± 1,87 a 24,3 ± 5,00 a
Kontrol 44,6 ± 0,95 bc 39,4 ± 3,99 ab 32,6 ± 5,27 ab 30,4 ± 4,63 a
VHT 10’ 47,3 ± 0,25 ab 40,6 ± 6,19 ab 26,6 ± 9,17 b 27,9 ± 7,35 a
Tanpa VHT 20’ 47,3 ± 1,11 ab 33,8 ± 5,48 b 30,7 ± 4,53 b 21,6 ± 5,21a
pelilinan VHT 30’ 48,5 ± 0,41 a 40,1± 1,75 ab 29,1± 6,61 b 20,8 ± 3,94 a
Kontrol 45,8 ± 3,26 ab 39,2 ± 2,71 ab 28,8 ± 9,31 b 26,7 ± 6,97 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
*sangat berbeda nyata
- 106 -
Lampiran 15. Hasil sidik ragam total padatan terlarut mangga gedong gincu
selama penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 1,4050 0,4683 0,80 0,5136
Pelilinan 1 2,5350 2,5350 4,31 0,0543
0 Interaksi 3 6,8983 2,2994 3,91 0,0286
Galat 16 9,4066 0,5879
Total 23 20,2450
Lama VHT 3 4,3530 1,4510 0,72 0,5550
Pelilinan 1 1,5862 1,5862 0,79 0,3884
4 Interaksi 3 12,5231 4,1743 2,07 0,1447
Galat 16 32,2814 2,0175
Total 23 50,7437
Lama VHT 3 11,1002 3,7000 2,72 0,0792
Pelilinan 1 1,7985 1,7985 1,32 0,2673
8 Interaksi 3 1,7257 0,5752 0,42 0,7395
Galat 16 21,7857 1,3616
Total 23 36,4101
Lama VHT 3 5,8257 1,9419 0,84 0,4921
Pelilinan 1 0,1190 0,1190 0,05 0,8235
12 Interaksi 3 4,3262 1,4420 0,62 0,6103
Galat 16 37,0268 2,3141
Total 23 47,2977
Lama VHT 3 6,0656 2,0218 1,04 0,4023
Pelilinan 1 1,4950 1,4950 0,77 0,3939
16 Interaksi 3 1,4209 0,4736 2,04 0,8649
Galat 16 31,1581 1,9473
Total 23 40,1396
Lama VHT 3 1,3457 0,4485 0,55 0,6546
Pelilinan 1 0,9087 0,9087 1,12 0,3063
20 Interaksi 3 9,7240 3,2413 3,98 0,0269
Galat 16 13,0204 0,8137
Total 23 24,9988
Lama VHT 3 28,3339 9,4446 4,87 0,0136
Pelilinan 1 0,5953 0,5953 0,31 0,5871
24 Interaksi 3 6,5324 2,1774 1,12 0,3690
Galat 16 31,0102 1,9381
Total 23 66,4719
- 107 -
Lampiran 15. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 0,6116 0,2038 0,05 0,9846
Pelilinan 1 0,3504 0,3504 0,09 0,7727
28 Interaksi 3 8,5877 2,8625 0,71 0,5628
Galat 16 64,9596 4,0599
Total 23 74,5093
- 108 -
Lampiran 16. Uji Duncan perubahan total padatan terlarut mangga gedong gincu
selama penyimpanan
Total padatan terlarut (hari ke-)
Perlakuan
0 4 8 12
VHT 10’ 13,50 ± 0,91 b 15,53 ± 0,55 a 17,48 ± 2,06 a 15,01 ± 1,00 a
Pelilinan VHT 20’ 13,66 ± 0,55 b 14,63 ± 1,01 a 16,30 ± 1,28 ab 14,85 ± 2,57a
VHT 30’ 12,19 ± 1,01 b 16,61 ± 1,31 a 16,71 ± 1,34 ab 16,93 ± 1,38 a
Kontrol 12,53 ± 0,92 b 16,19 ± 1,18 a 16,02 ± 0,65 ab 16,05 ± 1,22 a
VHT 10’ 13,43 ± 0,85 a 14,18 ± 2,03 a 17,21 ± 0,48 a 15,26 ± 0,58 a
Tanpa VHT 20’ 13,46 ± 0,75 b 16,33 ± 0,35 a 16,48 ± 0,80 ab 15,92 ± 1,66 a
pelilinan VHT 30’ 13,30 ± 0,55 b 14,45 ± 2,44 a 15,80 ± 1,18 ab 15,96 ± 1,60 a
Kontrol 15,00 ± 0,26 b 15,93 ± 1,20 a 14,83 ± 0,68 b 15,14 ± 1,32 a
Pelilinan VHT 20’ 16,86 ± 1,57 a 16,36 ± 0,38 ab 13,06 ± 1,69 b 15,95 ± 0,57 a
VHT 30’ 16,21 ± 0,96 a 16,44 ± 0,89 ab 17,10 ± 0,99 a 16,67 ± 1,50 a
Kontrol 15,37 ± 1,00 a 15,42 ± 0,79 b 15,99 ± 1,87 ab 15,29 ± 2,93 a
VHT 10’ 16,20 ± 0,15 a 17,24 ± 1,16 a 16,16 ± 2,37 ab 15,77 ± 1,83 a
Tanpa VHT 20’ 16,61 ± 0,47 a 16,26 ± 1,26 ab 15,16 ± 0,39 ab 16,15 ± 2,59 a
pelilinan VHT 30’ 17,32 ± 2,50 a 15,02 ± 0,42 b 17,40 ± 0,59 a 15,63 ± 3,23 a
Kontrol 15,90 ± 1,28 a 16,57 ± 1,27 ba 16,78 ± 0,59 a 17,46 ± 0,61 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 109 -
Lampiran 17. Hasil sidik ragam kadar air mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value Pr>F
Lama VHT 3 25,2633 8,4211 3,74 0,0328
Pelilinan 1 13,4999 13,4999 6,00 0,0262
0 Interaksi 3 33,7900 11,2633 5,00 0,0123
Galat 16 36,0266 2,2516
Total 23 108,5800
Lama VHT 3 15,2549 5,0849 2,34 0,1117
Pelilinan 1 3,3749 3,3749 1,55 0,2304
4 Interaksi 3 1,8549 0,6183 0,28 0,8356
Galat 16 34,7333 2,1708
Total 23 55,2183
Lama VHT 3 26,2612 8,7537 2,13 0,1360
Pelilinan 1 24,2004 24,2004 5,90 0,0273
8 Interaksi 3 6,5579 2,1859 0,53 0,6663
Galat 16 65,6399 4,1024
Total 23 122,6595
Lama VHT 3 10,1979 3,3993 1,17 0,3507
Pelilinan 1 0,1837 0,1837 0,06 0,8043
12 Interaksi 3 12,5145 4,1715 1,44 0,2681
Galat 16 46,3333 2,8958
Total 23 69,2295
Lama VHT 3 14,1745 4,7248 0,92 0,4523
Pelilinan 1 5,3204 5,3204 1,04 0,3232
16 Interaksi 3 10,1412 3,3804 0,66 0,5885
Galat 16 81,9333 5,1208
Total 23 111,5695
Lama VHT 3 3,6183 1,2061 0,81 0,5052
Pelilinan 1 1,3066 1,3066 0,88 0,3619
20 Interaksi 3 20,4066 6,8022 4,59 0,0168
Galat 16 23,7333 1,4833
Total 23 49,0650
Lama VHT 3 34,8845 11,6281 1,51 0,2504
Pelilinan 1 0,1204 0,1204 0,02 0,9021
24 Interaksi 3 15,6912 5,2304 0,68 0,5778
Galat 16 123,3200 7,7075
Total 23 174,0162
- 110 -
Lampiran 17. (Lanjutan)
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Pr>F
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah value
Lama VHT 3 0,6412 0,2137 0,06 0,9797
Pelilinan 1 0,0937 0,0937 0,03 0,8724
28 Interaksi 3 21,404 7,1348 2,03 0,1507
Galat 16 56,3200 3,5200
Total 23 78,4595
- 111 -
Lampiran 18. Uji Duncan perubahan kadar air mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Kadar air (hari ke-)
Perlakuan
0 4 8 12
VHT 10’ 86,20 ± 2,95 a 81,53 ± 3,15 a 83,86 ± 2,28 ab 84,73 ± 1,33 a
Pelilinan VHT 20’ 82,53 ± 1,12 bc 82,33 ± 0,86 a 83,36 ± 3,21 ab 85,73 ± 3,01 a
VHT 30’ 85,30 ± 0,36 ab 82,93 ± 0,89 a 83,80 ± 0,79 ab 82,40 ± 1,21 a
Kontrol 81,96 ± 1,09 c 82,86 ± 0,75 a 82,36 ± 2,22 b 84,26 ± 1,06 a
VHT 10’ 83,96 ± 2,21 abc 81,80 ± 1,05 a 86,63 ± 2,03 a 85,00 ± 0,40 a
Tanpa VHT 20’ 86,80 ± 1,22 a 82,50 ± 1,25 a 84,23 ± 0,66 ab 83,56 ± 1,76 a
pelilinan VHT 30’ 86,80 ± 0,17 a 84,00 ± 1,32 a 87,10 ± 1,47 a 84,10 ± 1,35 a
Kontrol 84,43 ± 0,51 abc 84,36 ± 0,95 a 83,46 ± 2,22 ab 85,16± 2,14 a
Pelilinan VHT 20 ‘ 83,00 ± 0,70 a 82,70 ± 0,95 ab 85,56 ± 1,62 a 83,43 ± 0,77 a
VHT 30’ 82,00 ± 1,38 a 82,83 ± 0,86 ab 82,23 ± 0,90 a 82,16 ± 1,46 a
Kontrol 80,66 ± 4,83 a 83,96 ± 1,06 a 82,96 ± 1,16 a 84,63 ± 2,91 a
VHT 10’ 84,03 ± 3,06 a 82,43 ±1,35 ab 82,60 ± 1,85 a 83,60 ± 1,57 a
Tanpa VHT 20’ 81,93 ± 1,94 a 83,60± 1,64 ab 84,33 ± 1,15 a 83,56 ± 1,86 a
pelilinan VHT 30’ 84,23 ± 1,07 a 84,60 ± 0,36 a 81,63 ± 1,05 a 84,33 ± 2,97 a
Kontrol 82,60 ± 0,87 a 81,33 ± 2,02 b 85,86 ± 6,61 a 81,73 ± 1,10 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 112 -
Lampiran 19. Hasil sidik ragam vitamin C mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Waktu Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F value
(hari ke-) keragaman bebas kuadrat tengah Pr>F
Lama VHT 3 11,0719 3,6906 4613,33 0,0001
Pelilinan 1 0,0000 0,0000 0,00 1,0000
0 Interaksi 3 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
Galat 16 0,0064 0,0008
Total 23 11,0783
Lama VHT 3 7,3255 2,4418 0,24 0,8635
Pelilinan 1 28,9444 28,9444 2,89 0,1276
8 Interaksi 3 4,5278 1,5092 0,15 0,9264
Galat 16 80,1476 10,0184
Total 23 120,9454
Lama VHT 3 16,5338 5,5112 0,23 0,8717
Pelilinan 1 31,3600 31,3600 1,32 0,2839
16 Interaksi 3 20,9367 6,9789 0,29 0,8291
Galat 16 190,2021 23,7752
Total 23 259,0327
Lama VHT 3 156,9838 52,3279 1,53 0,2797
Pelilinan 1 37,2710 37,2710 1,09 0,3269
24 Interaksi 3 46,9480 15,6493 0,46 0,7192
Galat 16 273,4714 34,1839
Total 23 514,6743
- 113 -
Lampiran 20. Uji Duncan perubahan vitamin C mangga gedong gincu selama
penyimpanan
Vitamin C (hari ke-)
Perlakuan
0 8 16 24
VHT 10 ‘ 21,48 ± 0,00 a 21,97 ± 5,16 a 24,27 ± 5,72 a 36,02 ± 3,47 a
Pelilinan VHT 20’ 21,52 ± 0,06 a 20,39 ± 2,70 a 25,51 ± 7,46 a 31,25 ± 11,49 a
VHT 30’ 21,56 ± 0,00 a 19,57 ± 3,77 a 23,43 ± 0,81 a 27,32 ± 4,12 a
Kontrol 19,60 ± 0,00 a 19,90 ± 1,97 a 24,27 ± 5,72 a 29,08 ± 0,48 a
VHT 10’ 21,48 ± 0,00 a 17,75 ± 4,13 a 19,62 ± 3,42 a 33,39 ± 3,74 a
Tanpa VHT 20’ 21,52 ± 0,06 a 19,04 ± 0,00 a 22,62 ± 2,05 a 22,51 ± 3,13 a
pelilinan VHT 30’ 21,56 ± 0,00 a 17,41 ± 2,34 a 24,39 ± 6,41 a 27,43 ± 9,02 a
Kontrol 19,60 ± 0,00 a 16,89 ± 2,34 a 19,65 ± 3,37 a 28,13 ± 2,62 a
Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
* sangat berbeda nyata
- 114 -
Lampiran 21. Hasil uji statistik pada hari ke-12
(Metode: NPar Kruskal-Wallis Test)
Ranks
Test Statisticsa,b
- 115 -
Lampiran 22. Penampakan mangga secara visual
- 116 -