Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS CEMARAN

DEFINISI:

I. Cemaran dalam bahan/sediaan obat

II. Cemaran dalam makanan/minuman/


kosmetik
I. CEMARAN DALAM BAHAN/SEDIAAN OBAT:
Konsep cemaran sudah berubah dgn
berkembangnya teknik analisis.
Kl pada waktu yg lalu, suatu sampel sudah
dikatakan murni, tp dgn suatu teknik analisis
yg “baru” dpt dipisahkan lebih dari satu kom-
ponen  didefinisikan kembali menjadi:
CAMPURAN BAHAN MURNI DAN
CEMARANNYA
Cemaran tersebut dpt merupakan
senyawa anorganik, organik isomer,
polimer, biokimia maupun mikrobiologi
Dalam monografi bahan baku obat,
umumnya disebutkan satu dari tiga tipe uji
kemurnian:
1. Uji kemurnian secara kromatografi 
yg
digabung dg uji non-spesifik lain
2. Secara kromatografi sesuai dg yg digu-
nakan untuk penentuan kadar
3. Uji spesifik dan uji batas untuk cemaran
tertentu (perlu ref. std. cemaran)
USP 24 : Beberapa istilah  impurities

Foreign substances
Toxic impurities
Concomitant components
Signal impurities
Ordinary impurities
Organic volatile impurities
FOREIGN SUBSTANCES:
Senyawa asing yg terdapat dalam bahan/
sediaan obat akibat adanya kontaminasi
atau pemalsuan, dan bukan akibat dari
proses sintesis atau proses pembuatan
sediaan.
Dlm USP 24/FI IV: adanya senyawa anorg/
senyawa asing dlm simplisia nabati/hewani
( sbg kadar abu yg tak lrt dlm asam) 
< 2% berat
TOXIC IMPURITIES:

Cemaran toksik ini mempunyai aktifitas


biologik yg tidak dikehendaki yg signifikan.
Meskipun termasuk minor konstituen,
cemaran ini memerlukan identifikasi dan
kuantitasi menggunakan uji yg spesifik.
Cemaran dapat berasal dari proses sinte-
sis, preparasi atau hasil degradasi
CONCOMITANT COMPONENTS:

Komponen ini sering kali tidak dianggap


sbg cemaran (krn sulit dipisahkan)
Misal: - Isomer optik (rasemat)
- Isomer geometri dll
Tetapi bila komponen ini toksik, maka
TIDAK BOLEH DIANGGAP sbg CONCO-
MITANT COMPONENTS
SIGNAL IMPURITIES:

Cemaran ini berasal dari proses produksi


atau proses degradasi suatu bahan/sediaan.
Adanya cemaran ini  petunjuk kesempur-
naan proses produksi bahan yg
bersangkutan
ORDINARY IMPURITIES:

FI IV:  Cemaran umum  Cemaran yg


dlm jumlah terdapatnya, mempunyai
aktifitas biologi yg tidak diinginkan kecil
(tidak signifikan).
Cemaran ini dpt berasal dari proses sinte-
sis, preparasi atau degradasi produk.
Maksimum: 2% berat ( KLT )
ORGANIC VOLATILE IMPURITIES:

Cemaran senyawa organik mudah


menguap.
Sering ditemukan sbg residu bahan yg
digunakan untuk sterilisasi (etilen oksida),
sisa monomer atau sisa pelarut organik yg
digunakan dlm proses pembuatan bahan/
sediaan
Cemaran senyawa Batas menurut Batas menurut
organik mudah menguap USP24 (µg per g) FI IV (bpj)

Etilena oksida 10 10
Benzena 2 100
Kloroform 60 50
1,4-Diosan 380 100
Metilena klorida 600 100
Trikloretilena 80 100

Catatan: Benzena tmsk pelrt. kategori 1 (karsinogenik)


 dilarang unt proses pemb. bahan baku atau
excipients obat
II. CEMARAN DLM MAKANAN/MINUMAN/
KOSMETIK:

USP 24: Nutritional and Dietary supplements


diijinkan mengandung pembawa, pewarna,
aroma, pengawet, stabilisator dll., tp harus
sesuai persyaratan dan tidak mengganggu
P.K. senyawa aktifnya.
FI/Kodeks Makanan/S Industri Ind:
 menetapkan batas maksimum bagi
cemaran tertentu dlm monografi bahan

FAO/WHO: Menetapkan batas maksimum


bagi cemaran tertentu yg dpt ditolerir oleh
tubuh manusia

Batas maksimum cemaran bahan/produk


masing2 negara berbeda  masalah
MASALAH ANALISIS CEMARAN:

Kadar analit yang sangat kecil


Matriks yang rumit/kompleks
Metode Analisis yg terbatas
Kadar analit yang sangat kecil:
 analit harus dipekatkan agar mencapai
batas kuantitasi (LOQ) alat/ metode analitik
yg digunakan.

Teknik pemekatan analit yg digunakan:


1. Penguapan (air/matriks/pelarut)
2. Ekstraksi langsung atau ekstraksi kem-
bali
Perhatian: analit yg mudah menguap (Hg) atau
labil (nitrosamin)  hati2
Matriks yang rumit/kompleks:
Matriks  mengganggu akurasi dan presisi
hasil penentuan kadar cemaran.  cemaran
harus dipisahkan/diisolasi dulu dari matriksnya
Teknik isolasi analit:
1. Destilasi
2. Presipitasi/kopresipitasi
3. Pengabuan (dry ashing), destruksi (wet
ashing)
4. Ekstraksi
5. Kromatografi
1. Destilasi  untuk isolasi analit dari matriks yg
relatif mudah menguap atau sebaliknya
Contoh: alkohol dlm cairan /sari buah

2. Presipitasi dan kopresipitasi  untuk isolasi


analit anorganik dari matriks anorganik
Contoh: cemaran sulfat dalam NaCl
3. Teknik pengabuan dan destruksi basah 
memisahkan analit anorganik dari matriks
organik
Sampel dipanaskan dlm wadah inert/porselin
pada suhu + 5000C  matriks organik akan
teroksidasi dan menguap, analit tertinggal.
Teknik ini dilakukan bila  perlu sampel besar
Cara ini relatif sederhana, aman , murah.
Awas : Hg, As dan Sb  mengapa?
Destruksi basah:  suhu tak terlalu tinggi
 perlu destruktor
 kdg2 perlu oksidator

Destruktor:  asam kuat dan kons. pekat


HCl; HNO3; H2SO4; HClO4
bentuk tunggal atau campuran

Oksidator:  dipakai bila jumlah sampel yang


diperlukan sedikit
H2O2 ; KMnO4
4. Ekstraksi  teknik isolasi analit dari
sampel yg masih banyak digunakan
Teknik isolasi analit organik/anorganik
dari matriks organik maupun anorganik
Isolasi ini sekaligus dpt sbg proses
pemekatan analit
5. Kromatografi  pemisahan sekaligus
identifikasi
penetapan kadar
METODE ANALISIS:
 Mempunyai keterbatasan  untuk analit
yg sama tp kadar/matriks/tujuan analisis
berbeda  metode belum tentu sama
Contoh:
- besi dlm “iron Sorbitex Inj.”  spectr. pd
λ = 510nm dg pereaksi 2,2’-bipyridine
- besi dlm uji batas (USP24) 
perbandingan
warna dg NH4CNS std. besi 0,2ppm
- besi dlm Nutritional Suppl (USP24)  AAS
ASAL – USUL CEMARAN:
Cemaran dlm bahan/sediaan obat:
1. Paparan alamiah
2. Proses pembuatan bahan baku dan
pengolahan sediaan:
- residu proses sintesa a.l. sisa reaktan;
hasil samping reaksi; sisa pelarut; kom-
ponen bahan wadah (logam berat)
- Hasil proses degradasi
- mikroba, toksin
3. Kesengajaan/pemalsuan (adulteration)
Latihan

1. Apa yang disebut sebagai foreign


substance?
2. Apa yang disebut sebagai toxic
impurities?
3. Apa bedanya dengan concomitant
components?
4. Apa beda toxic impurities dengan signal
impurities?
5. Kapan suatu bahan bisa disebut
concomitant components?
Cemaran dlm makanan:
1. Daging binatang ternak (tmsk susu &
telur)
a.l.: - residu bahan yg ditambahkan dlm
pakan  perangsang pertumbuhan
(steroid); antibiotika (tetrasiklin, oksi-
tetrasiklin, kloramfenikol)
- mikroba, mikotoksin  metabolit
jamur yg toksik (aflatoksin)
- N-nitrosamin  hasil reaksi NaNO2 c
amin sekunder (dlm lidah asap)
2. Kerang-kerangan (ikan, kerang, udang)
Dpt berasal dari air tempat hidup kerang

 logam berat; antibiotika


3. Tanaman (buah/sayur)  residu
pestisida, logam berat, mikotoksin
4. Proses pengolahan di pabrik  residu
monomer (vinyl chloride) dari PVC,
asbestos (penyaring minuman),
bakteri/
jamur, trace elements dari wadah
Dlm farmakope  FI; USP  lampiran khusus  uji
batas  beberapa senyawa: As, Fe, Se, K, Na, Cl,
SO4,Pb, Hg, dimetil-anilin, dioksan, residu pengabuan
dll.
Uji identifikasi  juga dlm farmakope : asetat, Al,
NH+4, Sb, dll
Uji identifikasi ini belum tentu bisa dipakai untuk uji
adanya senyawa tsb  dlm kadar cemaran
(trace/minor constituents)
Contoh syarat batas (USP24):
- asetosal :- Cl maks 0,014%; SO4 maks:0,04%
- Salisilat maks: 0,1%
- logam berat maks 10 ppm
Alprazolam:
 uji kemurnian  KG syarat impurities:
“area non-alprazolam maks1%”
Squalane  uji kemurnian  KG 
SYARAT  AREA SQ >97% dibandingkan
standar
KONTROL KUALITAS:
Selection of sample point:
- Lokasi sampling  mewakili populasi
 macam asal/proses terjadinya
cemaran
 gudang, farm, hospital dll
SAMPLE COLLECTION
Rancangan proses pengambilan  hrs
sesuai aturan
 area, jumlah, intensitas, waktu dll
 1. wadah
2. perlu tidaknya pengawetan
3. suhu penyimpanan sample
SAMPLE PREPARATION
1. Homogenisasi
2. reduksi sample
3. pelarutan
4. pengeringan/ penentuan kadar air.
PENENTUAN KADAR:  pemilihan metode
Pertimbangan: - kadar analit
- rumitnya matriks
- waktu analisa yg dibutuhkan
- harga/biaya
Metode umum cemaran a.l. Spektrometri Uv-Vis,
AAS, Kromatografi (KLT/HPLC/KG), RIA (Radio
Immuno Assay)
Validitas metode hrs dpt dipertanggung
jawabkan
Validitas USP 24
- Accuracy  % recovery
- Precision Kv
- Sensitivity  LOD/LOQ
- Linierity  K corelation
- Specificity

Untuk PK Cemaran (USP 24)  categori II


Untuk uji batas  spesifisitas & limit deteksi
PELAPORAN HASIL ANALISIS:
Tujuan  mengukur jumlah analit dlm sample
 perlu diperhatikan:
1. Unit yg digunakan (% b/b; % b/v; % v/v;
ppm)
 pembulatan yg digunakan  nilai batas
contoh: syarat uji batas < 3ppm
hasil analisis 0,00035% 
ditolak 0,00025%
diterima  0,00028%
2.Kondisi/dasar sample yg dianalisis a.l.:
- seluruh sample/sebag. dari sample?
- Sample kering, kadar air?
Kadar air ttt? Sample “as received”

3. Lingkup/cakupan berlakunya kesimpulan


hasil analisis:
- hanya untuk sample yg diukur
- bersifat “general”  statistik saat
sampling
DASAR PERHITUNGAN KADAR ANALIT:
Mayoritas metode  bersifat RELATIF:
DIGUNAKAN SENYAWA
STANDAR/BAKU  asumsi:
- sensitifitas std = sensitifitas lar sample
- senyawa std ~ seny. Sample
JADI: fsample = fstandar
A/Csample = A/Cstandar
A = signal (Absorbans; Area, Tinggi puncak)
C = Kadar/konsentrasi
Pers. Regresi  y = bx + a
Untuk mengurangi kesalahan akibat proses
preparasi sample maupun variasi volume
sample pd penyuntikan (KG), variasi kondisi
analisis ( mis: fluktuasi gas pembawa, suhu,
tegangan listrik)  senyawa std internal
(internal standard)  seny ini TIDAK SAMA
dg seny analit, tetapi respons detektor thd
seny internal std mirip/sama respons
detektor dari sample/analit
CARA PERHITUNGAN KADAR
ANALIT:
1. Membandingkan dg satu kadar analit std
- Tanpa internal std:
Csample= Asample/Astd X Cstd

- Dengan internal std:


Csample Asample/Aint.std Cstd
----------- = ----------------- X ------------
Cint.std Astd/ Aint.std Cint.std.
2. Membandingkan dg beberapa kadar
analit std (kurva baku)
- Tanpa internal std:
A std

Csapl

Cstd
- Dg internal standar:
A std
Aint.std

Csapl/Cint.std

Cstd/Cint.std
Syarat internal std:
- peak sempurna terpsah
- sebaiknya bentuk/besar peak mirip
- sifat fisiko kimia mirip
3. Dng cara adisi standar:
- dlkk bila matriks dr sampl  kompleks 
bisa mempengaruhi signal analit yg dibaca
- kadar analitsangat kecil (LOD<Canalit<LOQ)
Yg diadisikan adl seny analit yg standar
Bila adisi  1 kadar analit std:

Csampl =Asampl /(Atotal - Asampl) X Cstd


Bila yg diadisikan beberapa kadar analit
standar  ekstrapolasi:

Csampl + std
Csampl 0 0+100% 0 + 200%
Contoh cemaran & cara analisisnya:

Senyawa organik mudah menguap


Mikotoksin dalam makanan
Residu obat dalam makanan
Cemaran anorganik (dan analisis trace
element)
Pestisida
Senyawa organik mudah menguap: (FI/USP)
- Kecuali dinyatakan lain dlm monografi 
digunakan KG unt uji batasnya
- Kondisi analisis dlm masing2 monografi 
berbeda2
- Penimbangan sampel + 20 mg/ml (FI IV)
- Batas maksimum yg diijinkan  berbeda
antara FI IV & USP 24
Mikotoksin dalam makanan:
 metabolit sekunder dr macam species jamur
yg tumbuh dlm kacang, jagung, beras, gandum,
bila disimpan dlm kondisi lembab.
Yg paling banyak diperhatikan  aflatoksin B1
SNI  batas maksimum aflatoksin dlm daging
dan telur  0,02ppm, susu 0,001 ppm
Analisis kualitatif aflatoxin  TLC (J.Gilbert)
Analisis kuantitatif  TLC/HPTLC, HPLC, RIA
 melalui proses ekstraksi dan “clean up”
Peng-ekstrak: - Me-OH
- CHCl3
- Aseton
- Heksan
- Etil asetat
- Asetonitril
- Air
Dalam bentuk tunggal atau campuran
Ekstraksi (pengocokan)  30 – 45 menit
atau dpt digunakan blender  3 menit
“clean up”  thd crude extract 
menghilangkan seny. Non-mikotoksin
(malam, lemak, pigmen, dll)
Teknik “clean up” (J.Gilbert, 1994):
- Ekstraksi padat –cair  soxhlet ekstraktor
- Ekstraksi cair – cair
- Penambahan adsorben pd ekstraksi (CuCO 3
Pb(Act)2  seny diadsorbsi dipermukaan
- Kromatografi
- Dialisis
Residu obat dlm makanan:
SNI membatasi residu/metabolit obat dlm
makanan antara lain sbb:
No. Jenis residu dan Daging Telur Susu
urut metabolit mg/kg mg/kg mg/kg
21 Ampisilin 0,01 0,01 0,01
31 Basitrasin 0,5 -- 0,5
55 Chloramphenikol 0,01 0,01 0,01
70 Clindamisin 0,01 0,01
111 Estradiol 0,002
monopalmitat
252 Progesteron 0,003
Karena konsentrasi batas yg kecil 
teknik yg dipilih  RIA (Radioimmuno assay)
 mikrobiologi
AOAC  KCKT unt: basitrasin; furasolidin dlm
makanan (0,005-0,05%)
 spektrometri unt: griseofulvin,
sulfon-
amida, piperasin (0,05-0,5%),
pirantel tartrat (0,0106-0,8811%) dlm
makanan
Cemaran anorganik (dan trace element):
- Yg termasuk unsur esensial: (nutritif)
Cu, Mn, Zn, Co, Se
- Unsur non-nutritif  sbg cemaran:
Al, Br, Cr, Ni, Sn, As, Sb, Cd, F, Pb, Hg
Asal cemaran: - paparan alamiah
- buangan industri
- hasil urai pestisida
- proses produksi
1. Dari mana cemaran dalam makanan
berasal?
Preparasi sampel:
Bila matriks organik (jumlah sedikit tp > 3%)
atau unsur yg diukur kadarnya mudah
menguap
 destruksi basah
Contoh: Hg, As dlm daging, kerang, tanaman
Bila analit tak mudah menguap (Fe,Pb) dan
jumlah sampel besar  destruksi kering
Perhatian  Zn, Cu  teradsorpsi krus
Bila matriks anorganik  ekstraksi atau resin
penukar ion
Contoh: ekstraksi Pb dari air laut
Metode yang umum digunakan:
SSA/AAS (Atomic Absorption Spectrophotom)
Hasil preparasi sampel dpt langsung diukur dlm
pelarut air dg suasana asam atau dilakukan
ekstraksi/dipekatkan dlm pelarut organik stl
analit direaksikan dg pereaksi tertentu (mis:
dithizone, ammonium pirolidin dithio carbamat /
APDC)
Spektrometri sinar tampak seny kompl warna
 Fe sbg Fe(CNS)3  merah
KG  detektor khusus
Polarografi, Voltametri dll
Catatan khusus:

Arsenik (As)
As-organik  relatif tak toksik
As-anorganik  toksik
As3+ lebih toksik dari As 5+
Keracunan akut  1-2 jam stl konsumsi
70-200mg per-oral
Batas maksimum dlm daging, susu, telur =
0,5 ppm
Destruksi basah  atom  analisis As dg
AAS  teknik simple hybride generation
 mereduksi As dg NaBH4 suas asam
NaBH4

As ---- AsH3 + H2O


asam

Uji batas (USP24) untuk matriks anorganik


 spektrometri visible  reaksi antara
AsH3 + Ag-dietil dithiokarbamat
Raksa (Hg):
Berasal dari fungisida yg mengandung Hg
atau berasal dari buangan industri
Tragedi Minimata  cemaran metil-
merkuri pada ikan tuna
Hg  destruksi basah (camp. H2SO4 +
HNO3 + H2O2)
Sample  ekstraksi dg toluen suas basa
Clean up  lar sistein HCl  KG
Timbal (Pb)
Asal cemaran: - paparan alamiah
- solder
- pipa
- insektisida dll
Pernah terdeteksi cemaran Pb dari pipa 
pada industri minuman beralkohol dan
softdrinks
Analisis: - spektrometri sbg Pb-kompl Dithison
- AAS kompl dg APDC
Pestisida:
- insektisida yg toksik dan persisten  gol.
Organoklorin (Aldrin,DDT, Dieldrin)
- Insektisida yg toksik tp dpt dimetabolisir
 gol organofosfat (Malathion)
- Herbisida (Karbamat, Dithiokarbamat,
Pirethroid sintetik)
Analisis: Ekstraksi (heksan,aseton,PAe) 
KG stl dilkk clean up
Batas kadar: daging (0,2ppm), telur (0,1)
PUSTAKA:

1 P., Official Methods of Analysis of AOAC


International, 16 ed.,1995.
2. Egan Harold et all, Pearson’s Chemical Analysis of
Foods, 8th ed.,Longman, 1988
3. FI edisi IV
4. John Gilbert, Analysis of Food Contaminants, Elsevier,
London, 1994.
5. Pomeranz Yeshajahu & Cuffon E. Meloan, Food Analysis,
Theory & Practice, 3rd ed., Chapman & Hall, New York, 1994
6. Standar Nasional Indonesia (SNI No. 01-6366-2000)
7. USP 24
8. van Loan, Selected Methods of Trace metal
analysis, volume 80, John Wiley & Sons, 1985
Contoh soal:
P.K. etanol dlm sari buah  cara adisi std sbb:
- 4,0ml sampel ditambah 1 g NaCl  kocok
diekstraksi dg 3 x 4ml etil asetat  fase etil
ast  labu takar 25ml (labu 1)
- 4,0ml sampel + 1g NaCl  kocok + 4,0ml
Et-OH 2% dlm etil ast  kocok . Fase etil ast
 labu takar 25ml (labu 2)
- 4,0ml sampel + 1g NaCl  kocok + 4,0ml
Et-OH 4% dlm etil ast  kocok. Fase etil ast
 labu takar 25ml. Ulangi ekstraksi dg 2x4ml etil ast
Kumpulkan fase etil ast ke dlm labu no.3
Selanjutnya ke dlm
masing2 labu takar LABU AREA AREA
dimasukkan 5,0ml TAKAR ET-OH ISOPR
isopeopanl 1% kmd
di+ etil ast sampai
grs tanda. 1 509,14 583,52
Kmd msg2 2 1180,91 568,75
diinjeksikan dlm KG 3 2329,18 674,27
sebanyak 1µl
Berapa % kadar et-OH
dlm sari buah?
PK Pb dlm ikan  AAS sbb:
Daging ikan yg telah ditiriskan (25,0124g)  dikeringkan
 diabukan. Abu destruksi dg HNO3 pekat. Abu
dilartkan dlm 10ml HCl 0,1N  labu takar 25ml sp grs
tanda
Lar dipipet 5,0ml  3 labu takar 10ml (A,B,C)
Msg2 di+ lar baku Pb 10,42ppm  + HCl 1N sp grs
tanda  ukur A dg AAS pd λ 283 nm.
LABU PE+AN BAKU Pb ABSORBAN
A 0 ml 0,076
B 2,0ml 0,177
C 4,0ml 0,292
Berapa ppm kadar Pb dlm sampel ikan tsb?
PK residu pestisida “ARACHLOR 1254” (AR) 
AOAC 16  KG
4,0ml susu  + 2ml Et-OH  ekstraksi dg heksan-eter
(1:1) 3X5ml  kumpulkan uapkan sp 0,5ml 
kolom krom  aliri heksan. Hasil elusi (15ml) tampung
beker glas  uapkan sp kering di wb. Ekstrak kering
+ 1,0ml lar 47,0ppm DCB (DecaChloroBiphenyl) sbg
internal std. 2,0µL lar ini  KG
Dg vol yg sama disuntikkan lar std AR:
Berapa ppm kadar residu ARACHLO 1254 dlm susu
tsb?
Std. AR Kons.AR Kons.DCB Area AREA
ppm ppm AR dcb
1 4,393 47,0 49433 1188850
2 8,756 47,0 94923 1154970
3 21,08 47,0 221989 1123250
4 42,17 47,0 485107 1122570
SAMPEL 94407 1209120

Anda mungkin juga menyukai