201751037 Kimia Farmasi Analisis Fakultas Sanis dan Tekhnologi Program Studi Farmasi Institut Sains dan Tekhnologi AL- Kamal KEMURNIAN
Apa itu kemurnian ?
Kemurnian adalah ukuran banyaknya zat pengotor yang terdapat dalam suatu materi/bahan/senyawa. Zat pengotor ini dapat berasal dari proses pembuatannya atau terbawa dari lingkungannya dimana materi/bahan/senyawa tersebut berasal. Misalnya, debu, potongan kertas/kayu, minyak dan pengotor-pengotor lain yang dapat terbawa dalam suatu produk selama proses pembuatannya didalam pabrik. Ukuran kemurnian adalah sesuatu yang “relatif” dimana nilainya sangat bergantung dari cara-cara/metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya zat pengotor tersebut. KEMURNIAN
Jadi tidak ada suatu materi/bahan/senyawa yang
murni secara “mutlak” yang ada adalah nilai yang “negatif” terhadap hasil uji yang tertentu, artinya suatu materi/bahan setelah dilakukan pengujian dengan cara tertentu ternyata tidak memberikan adanya hasil. Materi/bahan/senyawa dikatakan murni, bila bebas dari senyawa asing atau mengandung senyawa asing dalam batas yang diperbolehkan.
Kemurnian senyawa obat sangat erat
kaitannya dengan khasiat dan keamanan penggunaannya. KRITERIA YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENYATAKAN KEMURNIAN SUATU BAHAN/MATERI/SENYAWA :
1. Sifat-sifat fisika misalnya :
Titik leleh, titik didih, titik beku.
Kerapatan (massa jenis). Indeks refraksi (diukur pada suhu tertentu dan panjang gelombang tertentu). Spektrum absorpsi (daerah ultra violet, sinar tampak, infra merah, gelombang mikro). Daya hantar listrik spesifik (biasanya digunakan untuk menyatakan adanya pengotor air, garam, asam/basa organik dan anorganik yang terdapat dalam suatu materi non-elektrolit). Rotasi optik (pemutaran bidang polarisasi cahaya). Spektrum massa. KRITERIA YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENYATAKAN KEMURNIAN SUATU BAHAN/MATERI/SENYAWA :
2. Analisis perbandingan, misalnya kadar karbon,
nitrogen, hidrogen, abu dan lain-lainnya
3. Test kimia untuk jenis pengotor tertentu,
misalnya kadar peroksida, air, asam, basa dan lainnya.
4. Test fisik untuk jenis pengotor tertentu, misalnya :
Spektroskopi Emisi Nyala/ Absorbsi atom, untuk mendeteksi adanya pengotor ion-ion logam Kromatografi (cair,gas,kertas,lapis tipis,penukar ion,gel). Resonansi spin elektron, untuk mendeteksi adanya radikal bebas. Spektroskopi sinar X KRITERIA YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK MENYATAKAN KEMURNIAN SUATU BAHAN/MATERI/SENYAWA :
5. Metode elektro kimia (elektro gravimetri, elektro
foresis, polarografi dan lainnya)
6. Metode kimia inti.
Adanya perbedaan metode analisis yang digunakan akan memberikan hasil yang berbeda pula , sebab setiap metode analisis mempunyai sensitifitas dan batas deteksi yang berbeda. Sehingga dalam menyatakan hasil suatu pengujian perlu dicantumkan pula metode analisis yang digunakan. Bahkan bila perlu kondisi lingkungan waktu melakukan pengujian juga dicantumkan misalnya, temperatur, tekanan udara, kelembaban, panjang gelombang cahaya yang digunakan dan lain-lainnya. DARI MANA SAJA SENYAWA ASING/ CEMARAN/ PENGOTOR BERASAL?
Bahan asal atau bahan baku pembuatan
Proses sintesis atau isolasi
Hasil urai bahan yang tidak stabil
Hasil antara yang tidak sempurna dihilangkan
pada saat pemurnian atau diubah menjadi hasil utama. Hasil reaksi samping yang tidak sempurna dihilangkan. Saat penyimpanan
Cemaran udara
Serangga, tikus, ulat dan binatang lainnya.
TANDA KEMURNIAN 1) Kadar senyawa utamanya 100%. 2) Mempunyai tetapan fisika (suhu lebur, suhu didih, indeks bias, rotasi jenis) yang unik bukan rentang dan sesuai dengan pustaka (data base).
Tanda kemurnian dan derajat kemurnian
ini sangat sulit dicapai, karena proses pemurnian dan pemisahan belum tentu tuntas sempurna menghilangkan semua cemaran/senyawa asing. Sehingga senyawa dimungkinkan masih terdapat sejumlah “kecil” senyawa asing. TINGKAT/ DERAJAT KEMURNIAN Tingkat/ derajat kemurniaan ditentukan oleh 3 hal, yaitu : 1. Kegunaan dari senyawa tersebut, misalnya pro analisis, pharmaceutical grade, pure, teknis, dll. 2. Kandungan cemaran yang masih diperkenankan, misalnya kadar air, susut pengeringan, logam berat, dll. 3. Kandungan bahan aktif/utama, misalnya mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Sesuai dengan persyaratan IPTEKS dan
keamanan yang lebih ketat, maka derajat kemurnian bahan akan berubah menjadi ketat lagi, terlebih lagi bagi senyawa yang digunakan dalam pengobatan. Faktor yang harus diperhatikan untuk mengoreksi kesalahan pengamatan :
Kespesifikan reaksi kimia yang digunakan.
Kepekaan reaksi.
Pengawasan terhadap kesalahan personal, yang
dapat diatasi dengan cara sebagai berikut: - Melakukan uji reaksi negatif. - Melekukan uji pembandingan dengan larutan pembanding yang mengandung cemaran dalam kadar tertentu seperti yang dipersyaratkan monografi. - Melakukan penetapan kuantitatif cemaran yang dimaksud JENIS SENYAWA ASING/ PENGOTOR/ CEMARAN :
1. Cemaran anorganik (kation dan
anion/radikal asam).
2. Cemaran organik (bahan organik asing:
hasil urai, senyawa antara, hasil samping, dll)
3. Cemaran umum, meliputi kadar air,
susut pengeringan, sisa pemijaran/kadar abu dan kemurnian kromatografi. CEMARAN ORGANIK Senyawa asing/cemaran organik dalam zat berasal dari hasil urai, senyawa asam atau basa bebasnya, senyawa antara, senyawa sejenis atau hasil samping reaksi sintesis atau isolasi yang tidak sempurna dihilangkan pada saat pemurniannya. Beberapa senyawa asing bersifat toksis atau memberikan efek yang lain yang berbeda dengan zat utamanya maka keberadaannya harus diuji untuk menjamin khasiat dan keamanannya. Pengujian terhadap adanya senyawa asing dan cemaran dimaksudkan untuk membatasi senyawa demikian sampai pada jumlah yang tidak mempengaruhi zat pada kondisi penggunaan biasa. METODE KIMIA INTI Pengujian adanya cemaran organik dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia yang khas dan peka. Gejala yang diamati adalah hasil reaksi yang dapat diamati: pembentukan warna, endapan atau tidak terjadi reaksi (“no visual reaction”). Kadang-kadang hasil reaksi dilanjutkan dengan analisis lanjut untuk dihitung kadarnya. Pengujian secara kimia sangat sulit karena jenis dan kadarnya sangat sedikit. Di samping itu sifat reaktivitasnya kadang-kadang sama dengan zat yang diuji. CONTOH :
1. Uji alkaloida lain ( dari kofein).Pada larutan
jenuh dingin dalam air, tambahkan 1 ml larutan kalium tetraiodo hidrargirat (II): tidak terbentuk endapan. 2. Uji kofein, teobromin dan paraxantin (dari teofilin). Kocok 200 mg zat dengan 5 ml kalium hidroksida encer P atau amonia encer: larutan tetap jernih. 3. 4-aminofenol (dalam parasetamol). Tidak lebih dari 0,005% diukur setelah direaksikan dengan pereaksi natrium nitroprusida basa, setelah 30 menit warna biru tidak lebih tua dari larutan pembanding yang mengandung parasetamol dan 4-aminofenol. UJI BATAS 1) Cemaran senyawa pereduksi: adanya aldehid, keton atau gula dalam suatu bahan obat.
2) Kontaminasi oleh senyawa tidak jenuh.
3) Kontaminasi senyawa peroksida.
4) Kontaminasi metanol dalam etanol
5) Cemaran alkaloida lain
PENETAPAN KUANTITATIF Ketika cemaran/senyawa asing tidak diketahui secara khusus dan uji batas dengan cara kimia tidak dapat digunakan dalam menunjukkan adanya pencemaran, maka penetapan kadar cemaran umum dapat dilakukan. Cara ini digunakan untuk penetapan: Batas bahan yang tidak larut Batas bahan terlarut Batas lengas dan bahan menguap pada 105o Batas bahan tidak menguap Batas sisa pemijaran Batas susut pemijaran Kadar abu METODE SPEKTROFOTOMETRI o Pengujian adanya cemaran organik dalam senyawa obat dapat dilakukan berdasarkan pada pengukuran serapan di daerah UV atau VIS, atau kadar cemaran setelah direaksikan dengan suatu pereaksi yang spesifik.
o Pengujian yang dilakukan:
1) Perbandingan serapan pada dua panjang gelombang (A1/A2) 2) Harga serapan pada satu panjang gelombang. 3) Penetapan kadar cemaran setelah direaksikan dengan pereaksi spesifik secara spektrofotometri. CONTOH PENGUJIAN CEMARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI :
1. Perbandingan serapan pada dua panjang gelombang.
Pada fenoksi metilpenisilina: Larutkan kurang lebih 100 mg dalam 5 ml larutan natriumm bikarbonat LP, encerkan dengan air hingga 500 ml. Ukur serapan 1 cm larutan pada 268 nm dan 274 nm. Perbandingan serapan pada 268 nm terhadap 274 nm tidak kurang dari 1,21 dan tidak lebih dari 1,24.
2. Harga serapan pada satu panjang gelombang.
Untuk oksitetrasiklin: Spektrum ultraviolet dalam asam klorida 0,01N menunjukkan maksimum pada 268 dan 353 nm. Serapan 1 cm larutan 0,001% dalam asam klorida 0,01N pada 268 nm adalah 0,37 sampai 0,40, dan pada 353 nm adalah 0,27 sampai 0,29. CONTOH PENGUJIAN CEMARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI : 3. Penetapan kadar cemaran, setelah direaksikan dengan suatu pereaksi khas. Kadar p-Aminofenol bebas dalam Parasetamol: Masukkan 5,0 g zat ke dalam labu takar 100,o ml, larutkan dalam 75 ml campuran metanol-air (1:1), tambahkan 5,0 ml larutan natrium nitroprusida basa. Encerkan dengan campuran metanol-air (1:1) hingga tanda. Biarkan selama 30 menit. Ukur serapan larutan ini dan larutan p-aminofenol yang dibuat dengan cara yang sama pada 710 nm. Menggunakan 5,0 ml larutan natrium nitroprusida basa sebagai blangko
4. Penetapan kadar senyawa utuh/bebasnya.
Betametason bebas: Tidak lebih dari 1,0%. Larutkan 25,0 mg dalam air 25,0 ml. Pindahkan 5,0 ml larutan ke dalam corong pisah, ekstraksi tiga kali masing-masing dengan 25 ml kloroform. Kumpulkan sari dan uapkan serta residunya dilarutkan dalam metanol hingga 25,0 ml. Ukur serapan pada 239 nm. Hitung Betametason bebas dengan rumus= 3,25 A. METODE KROMATOGRAFI Berkat keunggulan yang dimilikinya, teknik kromatografi sering digunakan untuk mendeteksi adanya cemaran organik. Kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi ketiganya direkomendasikan oleh beberapa Farmakope, termasuk FI IV.
KLT lebih banyak dipakai karena lebih cepat,
sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang khusus. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Prosedur umum pengujian kemurnian dengan KLT adalah:
1. Di mana struktur cemaran diketahui. Cemaran
yang dimaksud merupakan hasil urai atau senyawa utuhnya. Beberapa Farmakope telah mencantumkan cemaran-cemaran yang dimaksud (lihat BP dan USP). 2. Di mana struktur cemaran belum diketahui strukturnya, masih prakiraan saja belum sempurna dinyatakan. Biasanya zat yang berasal dari alam (tumbuhan dan fermentasi) CEMARAN SUDAH DIKETAHUI Uji batas dengan KLT berdasarkan pada uji pembanding kromatogram larutan pekat bahan yang diuji dengan larutan encer cemaran yang telah diketahui. Intensitas dari bercak dari cemaran pada kromatogram bahan yang diuji dibandingkan dengan intensitas bercak cemaran pada lempeng yang sama. Bercak cemaran pada larutan bahan yang diuji tidak boleh seintensif bercak pada larutan cemaran pada kromatogram yang sama. CONTOH CEMARAN YANG SUDAH DIKETAHUI : Uji batas 4-epianhidrotetrasiklin - Fase diam : silika gel/tanah silika yang telah dicuci dengan asam HCL disuspensikan dalam poliglikol 400 dalam gliserol dan Na EDTA 0,1 N pH 7 lalu dibuat lapis tipis diatas lempeng kaca. dan dibacam dalam larutan amonium klorida P. - Fase gerak: Campuran Na EDTA pH 7, etil asetat, kloroform dan aseton (1:1:3). - Penampak bercak: lampu UV 366 nm. - Larutan Uji : larutan 0,1% tetrasiklin dalam metanol. - Larutan baku cemaran: larutan 4-epianhidrotetrasiklin 0,005%. - Hasil amatan: Kecuali bercak utama terdapat bercak yang tidak lebih intensif dari bercak baku cemaran.
Pada FI IV, prosedur bukan KLT tetapi kromatografi kolom
dengan sistem yang mirip (lihat <311>, hal 926). CONTOH CEMARAN YANG SUDAH DIKETAHUI : Cemaran hidrokortison dalam hidrokortison asetat Bercak yang dibuat dari 5 μL larutan 1% hidrokortison asetat dan bercak lain pada lempeng yang sama 5μL larutan 0,01% hidrokortison, lempeng dikembangkan dalam bejana yang berisi campuran metilenklorida-eter-metanol-air (77:15:8:1,2). Bercak diamati di bawah lampu UV. Hasil kalau intensitas bercak analit lebih kuat daripada bercak cemaran, maka zat uji tidak memenuhi syarat uji batas. Batas yang dipersyaratkan adalah [0,01/1] x 100 = 1% hidrokortison yang masih boleh ada dalam bahan baku hidrokortison asetat. STRUKTUR CEMARAN TIDAK DIKETAHUI
Beberapa senyawa tercemari oleh cemaran yang
tidak diketahui strukturnya.
o Untuk mengujinya dilakukan penotolan bercak
dari larutan pekat dan larutan yang encer (hasil pengenceran tertentu). o Misalnya uji kodein hasil ekstraksi dari poppy opium, dibuat bercak 10μL larutan 4,0% kodein, 0,06% kodein (larutan 2) dan 0,04% kodein (larutan 3). Lempeng dikembangkan dalam bejana berisi campuran etanol-siklohexan- amonia 13,5% (72:30:6). Bercak disemprot dengan larutan Dragendorff. STRUKTUR CEMARAN TIDAK DIKETAHUI
o Hasil amatan: Tidak boleh ada bercak kedua
selain bercak utama yang lebih intensif dari bercak larutan 2. Tidak boleh ada bercak selain bercak kedua yang mempunyai Rf lebih besar dari bercak larutan 3. o Batas dua cemaran itu adalah: a. cemaran I = 0,06/4 x 100 = 1,5% b. cemaran II = 0,04/4 x 100 = 1,0 DAFTAR PUSTAKA http://rancangan.tumblr.com/post/57062668535/sya rat-kemurnian http://bisakimia.com/2013/06/08/kemurnian-suatu- senyawa/ FI IV, (lihat <311>, hal 926).