Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAKTERIOLOGI 2

BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Dosen Mata Kuliah : Maria Tuntun, S.Pd., M.Biomed

KELOMPOK 5

Disusun oleh:

Gustina Tri Andriyana ( 1813353041 )

Dwi Yuni astuti ( 1813353042 )

Julia Fahrunisya Syabillah ( 1813353043 )

Selvi Sanditia ( 1813353044 )

Adelia Shartika ( 1813353045 )

Destria Nur Khasanah ( 1813353046 )

Vivi Agnes Wulandari ( 1813353047 )

M. Agung Pratama ( 1813353048 )

Shindi Oktaviani ( 1813353049 )

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Bakteri Pseudomonas aeruginosa”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Bakteriologi 2 di Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang. Dalam penulisan dan menyusun makalah, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bakteriologi 2 yang telah memberikan nasihat
dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Bandar Lampung, 17 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi ............................................................................................................. 6

2.2 Morfologi .............................................................................................................. 6

2.3 Etiologi .............................................................................................................. 7

2.4 Struktur Antigen .................................................................................................... 8

2.5 Patogenitas ........................................................................................................ 9

2.6 Toksin ............................................................................................................... 10

2.7 Identifikasi Secara Laboratorium ...................................................................... 10

2.8 Resistensi Terhadap Antibiotik ............................................................................ 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang negatif garam yang tidak
meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air.

Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan
zat organic. Bergerak dengan flagel polar satu atau lebih beberapa diantaranya adalah
fakultatif kemolitotrof, dapat memakai H2O atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.

Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-
duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi
kuman ini penting karena bersifat oportunis pathogen, dapat menyebabkan infeksi pada
individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.

Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosocomial.
Genus pseudomonas mempunyai spesies paling penting paling sedikit 10-12 yang penting
dalam klinik. ( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa
Aksara )

1.2 Rumusa Masalah

1. Bagaimana toksonomi Pseudomonas aeruginosa ?


2. Bagaimana morfologi Pseudomonas aeruginosa?
3. Bagaimana etiologi Pseudomonas aeruginosa ?
4. Bagaimana struktur antigen Pseudomonas aeruginosa ?
5. Bagaimana patogenitas Pseudomonas aeruginosa ?
6. Bagaimana toksin Pseudomonas aeruginosa ?
7. Bagaimana identifikasi secara laboratorium Pseudomonas aeruginosa ?
8. Bagaimana resistensi terhadap antibiotik Pseudomonas aeruginosa ?

4
1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui toksonomi Pseudomonas aeruginosa


2. Untuk mengetahui morfologi Pseudomonas aeruginosa
3. Untuk mengetahui etiologi Pseudomonas aeruginosa
4. Untuk mengetahui struktur antigen Pseudomonas aeruginosa
5. Untuk mengetahui patogenitas Pseudomonas aeruginosa
6. Untuk mengetahui toksin Pseudomonas aeruginosa
7. Untuk mengetahui identifikasi secara laboratorium Pseudomonas aeruginosa
8. Untuk mengetahui resistensi terhadap antibiotik Pseudomonas aeruginosa

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa

( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )

( https://id.wikipedia.org )

6
2.2 Morfologi

( https://id.wikipedia.org )

 Bentuk kuman batang ( basil ), gram negatif.


Ukurannya 0,5 -1,0 x 3,0- 4,0 µm.
 Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel.
 Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida
ekstraseluler.
 Struktur dinding sel sama dengan famili enterobacteriaceae.
 Strain yang di isolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk pelekatan pada
permukaan sel dan memegang peran penting resistensi terhadap fagositosis.
( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )

2.3 Etiologi

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul,


mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm.
Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat. Pada uji
biokimia, bakteri ini menghasilkan dampak positif pada uji Merah Metil. Bakteri ini secara
luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan. Pseudomonas
aeruginosa adalah patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi
pneumonia nosokomial.

Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan
menghasilkan pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Beberapa strain
Pseudomonas juga mampu menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau, yaitu pioverdin.
Bakteri ini juga sering digunakan untuk mendegradasi zat - zat pestisida

7
Pseudomonas aeruginosa menyebar melalui udara air tangan dan alat-alat yang tidak
steril di rumah sakit . Pseudomonas aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan
anestesi dan terapi pernafasan cairan intravena bahkan hasil penyulingan.

Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang diinfeksinya dan pindah pada
inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial yang dapat
menyebar melalui alat-alat yang tidak steril dari satu pasien ke pasien lain.

Inang yang rentan biasanya pasien bedah, radiasi atau menggunakan peralatan medis,
pasien dengan luka, luka bakar, pengobatan kanker, cystis fibrosis bisa menimbulkan resiko
yang fatal. Angkan cafe fatality rate atau tingkat fatalnya dalam kasus ini bisa mencapai 50%.
Selain itu Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan infeksi oportinistik ekstra intesrinal
yang berasal oleh Enterobacteriaceae dan mampu menginfeksi bagian dari mata serta telinga.

Penyakit yang ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa antara lain, infeksi pada luka
dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan, infeksi pada saluran kemih, infeksi pada
saluran napas menyebabkan pneumonia dengan nekrosis, infeksi mata, ootitis eksterna
biasanya terjadi pada penderita DM.

( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )

2.4 Struktur Antigen

Antigen O atau antigen somatik dipakai untuk menggolongkan berbagai strain dalam
tujuan epidemiologik. Pemeriksaan dengan bakteriofaga dan piosin perlu dilakukan untuk
melengkapi sifat-sifat dari strain yang diisolasi selama epidemik. Juga lapisan lendir bersifat
imunogenik dan memegang peranan dalam proteksi sel kuman terhadap fagositosis .
Imunisasi aktif dan pasif terhadap lendir ini dapat mencegah efek letal dari toxin dan kuman-
kuman hidup pada tikus.

Dinding sel (mirip famili enterobacteriaceae) terdiri dari Lipopolisakarida (LPS) dan
lipid. Lipopolisakarida (LPS) menyebabkan demam, syok, oligouria, lekositosis, koagulasi
intravaskuker, dan sindrom gagal pernafasan pada orang dewasa.

8
Untuk membedakan galur Pseudomonas aeruginosa yaitu reaksi serologis terhadap
antigen O, phage typing, dan produksi piosianin (merusak silia dan sel mukosa saluran
pernafasan)

Pemindahan materi genetik galur Pseudomonas aeruginosa melalui konjugasi dan


transduksi.

( Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )

2.5 Patogenitas

Mekanisme bagaimana Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan penyakit pada


manusia belum diketahui.

Sejumlah enzim dan toksin dan juga lender dan endotoksin menyebabkan efek
patologik pada binatang tetapi peranannya pada manusia belum diketahui.

Paling sedikit dihasilkan 2 tipe protease yang menyebabkan lesi hemoragik kulit dan
destruksi jaringan kornea mata, Tidak ada efek letal . Dua hemolisin dihasilkan yaitu:
fosfolipase dan glikolipid. Kedua-duanya tidak bersifat letal. Pada Pseudomonas aeruginosa
pneumonia, fosfolipase ini memperkuat penyerbuan organisme dengan menghancurkan
jaringan paru dan menyebabkan atelektasis nekrosis.

Terdapat 3 eksotoksin yaitu: A, B, dan C yang bersifat letal bagi tikus putih dan
anjing dan menyebabkan syok hipotensi pada kera. Telah ditemukan enteroksin yang
menyebabkan infeksi intestinal sehingga terjadi diare. ( Pengajar, Staf FKUI. 1993.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara )

Pseudomonas aeroginosa dapat menimbulkan infektif pada saluran pernafasan,


kandung kencing, telinga, kulit, dan pada luka-luka yang disebabkan terbakar atau luka
operasi. Bakterinya dapat ditemukan didalam sputum, urine, darah, feses, pus, secret telinga.
Juga didalam makanan dan air. ( Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik.
Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia )

Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi
pertahanannya abnormal misalnya bila selaput mukosa dan kulit robek karena kerusakan

9
jaringan langsung pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat
neutropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni pada
selaput mukosa atau kulit menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit sistemi.
Proses ini dibantu oleh pilih, enzim dan toksin. Lipopolisakarida berperan langsung dalam
menyebabkan demam, syok, oligouria, leukositisis, leukopenia gangguan koagulasi darah
dan gejala susah bernafas pada orang dewasa. (Jawetz dkk., 2005).
P. aeruginosa memiliki pili ( fimbrae ) yang menonjol dari permukaan sel dan
berfungsi untuk perlekatan pada sel epitel inang. Kapsul polisakarida menyebabkan bentuk
mukoid dari koloni yang dipisahkan dari pasien dengan kista fibrosis. Lipopolisakarida yang
ada dalam beragam bentuk antigenic, bertanggung jawab pada sifat endotoksin organisme.
Sebagian besar P. aeruginosa yang dipisahkan dan infeksi klinis memproduksi enzim
ekstraseluler, termasuk termasuk elastase, protease dan dua hemolisin yaitu sebuah
phospholipase c yang tidak tahan panas dan glikolipid yang tahan panas. Banyak Galur dari
Pseudomonas aeruginosa memproduksi eksotoksin a yang menyebabkan jaringan nekrosis
dan bisa mematikan binatang bentuk murni disuntikkan. (Jawetz dkk., 2005).

2.6 Toksin

Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang


menyebabkan nekrosis jaringan dan bersifat mematikan untuk binatang jika disuntikkan
dalam bentuk murni. Toksin tersebut menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara
kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria,(walaupun struktur kedua toksin tersebut
tidak sama).yaitu mengkatalis pemindahan sebagian ADP-ribosil-EF-2 dari NAD
(nicotinamide adenine dinucleotide) kepada EF-2(elongation factor 2).
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga
mengacaukan fungsi fisiologik sel normal.eAntitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan
pada beberapa serum manusia, termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat
Pseudomonas aeruginosa. (Jawetz dkk., 2005).

2.7 Identifikasi Secara Laboratorium


Sampel untuk pemeriksaan Pseudomonas aeruginosa berasal dari luka kulit, nanah,
darah, cairan spinal, sputum, dan bagian lain diambil sesuai tempat infeksi. Pembiakan
merupakan tes spesifik dari diagnosa infeksi Pseudomonas aeruginosa.

10
Sifat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada media perbenihan yaitu, tumbuh
pada suasana media aerob ( untuk kuman patogen ) dan anaerob,membentuk pigmen biru
kehijauan dan dalam media anaerob tidak membentuk, pigmen tersebut disebarkan dalam
media perbenihan, dapat memecah urea, tapi pada seri media gula-gula hanya glukosa yang
mampu difermentasi dan berbau manis seperti anggur atau seperti bau corn taco.

Pseudomonas aeruginosa dapat menghasilkan satu atau lebih pigmen. Beberapa pigmen
tersebut antara lain:

1. Piosianin, pigmen berwarana biru


2. Pioverdin, pigmen berwarna kehijauan
3. Piorubin, pigmen berwarna merah
4. Piomelanin, pigmen berwarna hitam

Piosianin merupakan pigmen nonfluoresen dan pioverdin merupakan pigmen fluoresen.


Strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan dua jenis pigmen yang larut air yaitu
pioverdin dan piosianin. Piocianin berasal dari kata pyocyaneus merujuk pada biru nanah, ini
merupakan karakteristik infeksi supuratif yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.

Reaksi positif terjadi pada :


Oxidase, catalase, motility, simmon’s citrat, arginine dihydrolysa, gelatinase, reduksi nitrat,
pertumbuhan pada 42°C.

Reaksi negatif terjadi pada :


ONPG, D Nase, Amylase, lysine decarboxylase, ornithine decarboxylase, aesculine
hydrolysa.
( Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia )

Karakteristik pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada media perbenihan :

11
A. Pertumbuhan pada Media Plate
1. Blood Agar Plate

Permukaan Rough

Ukuran koloni : Besar-besar

Bentuk koloni : Bulat

Warna koloni : Putih abu-abu

Hemolisa : β- Hemolisa

Permukaan : Rough

Tepian : Keping

2. Nutrient Agar Plate

Pigmen Fluoresen

12
Ukuran koloni : Sedang-Besar

Bentuk koloni : Bulat

Permukaan : Rough

Tepian : Keping

Warna pigmen : Hijau-biru

3. Mac Conkey

Ukuran koloni : Sedang

Bentuk koloni : Bulat

Permukaan : Rough

Tepian : Keping

Warna koloni : Kehijau-hijauan

13
B. Pertumbuhan pada Media Tabung
1. Gula-gula

Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi
metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Uji lain dapat
dilakukan dengan cara melihat kemampuannya menggunakan senyawa tertentu
sebagai sumber karbon dan sumber energi (Haryani et al 2012). Uji-uji biokimia
ditujukan untuk memastikan bakteri yang dianalisa benar-benar bakteri yang kita
harapkan. Uji biokimia bertujuan untuk memperkecil kesalahan, karena beberapa
spesies memiliki sifat-sifat yang hampir sama. Salah satu uji biokimia adalah uji
karbohidrat atau uji feremntasi.
Tidak semua bakteri bereaksi positif terhadap pengujian fermentasi
karbohidrat. Fermentasi karbohidrat dapat terjadi secara aerob pada permukaan media
dan secara anaerob pada dasar media. Pada permukaan media, glukosa dikatabolisme
melalui jalur Embden-Meyerhof menghasilkan asam piruvat yang kemudian
didegradasi sempurna dalam siklus asam sitrat menjadi CO2, H2O, dan energi.
Sedangkan pada dasar media uji, katabolisme glukosa akan menghasilkan produk
akhir berupa asam-asam organik, alkohol, CO2, H2, dan energi (Haryani et al 2012).
Selain itu, hasil uji fermentasi dapat dilihat melalui keadaan tabung durham yang ada
di dalam media. Uji positif fermentasi ini adalah timbulnya gelembung gas di dalam
tabung durham dan perubahan warna menjadi kuning sebagai tanda karbohidrat
difermentasi.
Pseudomonas aeroginosa hanya memfermentasi glukosa.Semua bakteri yang
dapat memfermentasikan gula- gula ini mengubah warna larutan menjadi kuning
beserta adanya gas pada tabung durham.

14
( Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi
Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia )

2. Triple Sugar Iron Agar ( TSIA )

L/D : M/M, G(-), H2S (-)

TSIA (Triple Sugar Iron agar) adalah media diferensial dengan indikator pH
yang dapat membedakan mikroorganisme berdasarkan kemampuannya dalam
memecah karbohidrat spesifik dengan atau tanpa menghasilkan gas. Dengan
menggunakan media ini, bakteri dapat dibedankan menjadi mikroba non fermenter,
fermenter glukosa, atau fermenter glukosa dan laktosa. TSIA mengandung
karbohidrat berupa glukosa,sukrosa, dan laktosa, fenol merah sebagai indikator pH,
serta natrium tiosulfat (Haryani et al 2012).
Permukaan TSIA yang berwarna merah merupakan indikasi terjadinya
degradasi glukosa secara aerob. Degradasi glukosa pada medium akan menyebabkan
digunakannya pepton sebagai sumber nutrisi dan selanjutnya katabolisme peptone
akan menghasilkan amonia sehingga medium menjadi basa dengan masing-masing
indikator pH pada medium tersebut (Haryani et al 2012).
Pengamatan perubahan warna pada medium akan terjadi apabila ada hasil dari
aktivitas bakteri. Apabila bagian permukaan berwarna merah dan dasar berwarna
kuning maka bakteri mampu memfermentasi glukosa,sedangkan apabila bagian
permukaan dan dasar keduanya berwarna kuning maka bakteri mampu
memfermentasi sukrosa dan laktosa (Yulvizar 2013).
Lereng/dasar berwarna merah/merah, gas menghasilkan reaksi negatif, dan H2S
menghasilkan reaksi negatif.

15
Pseudomonas aeruginosa mefermentasikan glukosa. Hal ini ditunjukan
dengan warna merah pada lereng dan merah pada dasar media.
Jika warna media baik lereng maupun dasarnya adalah kuning dapat
melakukan fermentasi glukosa dan laktosa dan atau sukrosa pada media.
( Aminah siti, dkk. 2014. Buku Penuntun Praktikum Bakteriologi. Lampung:
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang )

3. Urea

Uji urea bertujuan untuk mengetahui bakteri yang memiliki


enzim urease. Bakteri tertentu dapat menghidrolisis urea dan
membentuk amonia dengan menimbulkan warna merah karena
indikator phenol red. Terbentuknya amonia menyebabkan nilai pH
menjadi alkali sehingga jika uji urea terjadi warna merah muda
pada media berarti tes positif (Suyati 2010).
Uji ini negatif pada Pseudomonas aeruginosa. Bakteri yang
negatif terhadap uji ini berarti tidak dapat menghidrolisis urea dan
tidak membentuk amonia sehingga suasana medium menjadi basa
dan berwarna kuning. ( Aminah siti, dkk. 2014. Buku Penuntun
(-) Praktikum Bakteriologi. Lampung: Poltekkes Kemenkes
Tanjungkarang )

4. Simmon’s Citrate
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri
yang mengutilisasi sitrat. Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai
sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat
alkali, sehingga dengan adanya indikator brom thymol blue
menyebabkan warna biru pada media (Suyati 2010).
Pada uji Simmon’s citrate menghasilkan reaksi positif, yaitu
berwarna biru pada media. Hal ini disebabkan kerena medium yang
digunakan untuk menguji kemampuan bakteri dalam menggunakan
sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon yang digunakan.

(+)

16
Bila bakteri mampu tumbuh dengan menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon maka akan terlihat perubahan warna pada media tumbuh bakteri pada
permukaan agar miring akan menjadi warna biru. ( Aminah siti, dkk. 2014. Buku
Penuntun Praktikum Bakteriologi. Lampung: Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang )

5. Sulfur Indol Motility ( SIM )

Indol merupakan senyawa yang mengandung nitrogen


yang terbentuk sebagai hasil pemecahan amino tryphosphat.
Pentingnya uji indol ini adalah karena hanya beberapa jenis
bakteri saja yang dapat membentuk indol dan produk ini dapat
diuji sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi (Yulvizar
2013).
Pseudomonas aeruginosa bereaksi negatif Indol karena
tidak memiliki kemampuan mendegradasi asam amino
tryptophan. Positif motility dan negatif sulfur. Pembentukan
indol dari mikroorganisme dapat diketahui dengan dengan
S (-), I (-), M (+)
menumbuhkannya dalam media biakan yang kaya akan
tryptophan( Aminah siti, dkk. 2014. Buku Penuntun Praktikum
Bakteriologi. Lampung: Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang )

6. MrVp ( Methyl Red Voges Proskauer )

MR ( + ) VP ( - )

17
Uji Methyl Red (MR) digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam
campuran, dimana bakteri dapat memfermentasi glukosa dan menghasilkan produk
yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhan menjadi lebih
rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadietomo (1985), penambahan indikator
methyl red dapat menunjukkan perubahan pH pada media biakan, methyl red akan
menjadi merah pada kodisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa.
Pada Pseudomonas aeruginosa uji Methyl Red (MR) menunjukkan hasil yang
positif yaitu berwarna merah dengan kondisi asam setelah di tambah 5 tetes reagen
Methyl Red (MR).
Uji Voges Proskauer (VP) bertujuan untuk menentukan kemampuan beberapa
organisme untuk menghasilkan produk akhir yang netral ( asethyl methyl karbonal )
dari fermentasi glukosa. Pelaksaan uji Voges Proskauer (VP) dengan penambahan
reagen VP1 1⁄2 volume biakan ditambah VP2 1⁄2volume biakan.
Pseudomonas aeruginosa negatif Voges Proskauer (VP) yaitu terjadi warna
kuning dengan suasan basa.
( Aminah siti, dkk. 2014. Buku Penuntun Praktikum Bakteriologi. Lampung:
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang )

2.8 Resistensi Terhadap Antibiotik


Kemoterapetika yang digunakan pada penyakit infeksi kuman adakalanya tidak
bekerja (lagi) terhadap kuman-kuman tertentu yang ternyata memiliki daya tahan kuat dan
menunjukkan resistensi terhadap obat tersebut (Tjay dan Rahardja,2007). Asal mula
terjadinya resistensi kuman terhadap obat dapat dibagi menjadi:
a. Resistensi non genetik
Bakteri dalam keadaan istirahat (inaktivitas metabolik) biasanya tidak dipengaruhi
oleh antimikroba. Bila berubah menjadi aktif kembali, mikroba kembali bersifat sensitif
terhadap antimikroba. Keadaan ini dikenal sebagai resistensi non genetik.
b. Resistensi genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik umumnya terjadi karena perubahan
genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal dan ekstra kromosomal.

i) Resistensi kromosomal
Ini terjadi akibat mutasi spontan pada lokus yang mengendalikan kepekaan

18
terhadap obat antimikroba yang diberikan.
ii) Resistensi ekstrakromosomal (resistensi dipindahkan)
Bakteri sering mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosom yang dinamakan
plasmid. Bahan genetik dan plasmid tersebut dapat dipindahkan melalui mekanisme
transduksi, transformasi, dan konjugasi.
iii) Resistensi silang
Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten
terhadap obat-obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang sama (Jawetz dkk.,
2005 )

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram-negatif termasuk dalam family


pseudbmonadaceae, merupakan pathogen opurtunistik pada manusia. Alginat dan
lipopolisakarida melindungi organism ini dari pertahanan tubuh inang.
Kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada
produksi enzim-enzim dan toksin-toksin, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis
dan syok septic, eksotoksik A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstraseluler
bersifat histotoksik dan mempermudah invasi ke dalam pembuluh darah.
Pseudomonas aeruginosa dapat menginfeksi hampir setiap jaringan atau lokasi
tubuh dan penyebab sepsis yang umum dijumpai pada pasien di unit perawatan intensif.
Sering menginfeksi pasien luka bakar derajat II dan III. Menyebabkan meningitis, infeksi
saluran kemih, pneumonia disertai nekrosis, otitis eksterna ringan pada perenang, otitis
eksterna invasive pada penderita diabetes, infeksi mata setelah cedera atau pembedahan, dan
lain-lain. Pada sebagian besar infeksi, gejala dan tanda-tandanya tidak spesifik
Pseudomonas aeruginosa terdapat di tanah dan air, pada beberapa orang merupakan
flora normal di kolon. Pseudomonas aeruginosa dijumpai di banyak tempat di rumah sakit,
perlu perhatian khusus pada lingkungan yang basah.
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa. Isolasi
primer menggunakan agar darah dan salah satu media diferensial; MacConkey atau eosin-
methylene blue. Pseudomonas aeruginosa piosianogenik paling sering diisolasi dari specimen
klinik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Pengajar, Staf FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Aminah siti, dkk. 2014. Buku Penuntun Praktikum Bakteriologi. Lampung: Poltekkes
Kemenkes Tanjungkarang

21

Anda mungkin juga menyukai