Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol.

18(3):121–126 ISSN 0853-7291

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun


di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara
Ita Riniatsih

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275
Email : iriniatsih@yahoo.com

Abstrak

Muatan padatan tersuspensi merupakan partikel bahan organik maupun anorganik


yang melayang di kolom air. Salah satu fungsi fisik ekosistem padang lamun adalah untuk
meredam arus dan gelombang, sehingga kondisi perairan di lingkungan padang lamun
menjadi lebih tenang, Kondisi ini akan mempengaruhi sebaran muatan padatan tersuspensi
di kokasi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di padang lamun
perairan Teluk Awur dan pantai Prawean Bandengan Jepara. Penentuan lokasi pengamatan
penelitian dengan metoda deskriptif ini ditentukan secara purposive sampling methode. Hasil
penelitian menunjukkan sebaran MPT tertinggi di Teluk Awur sebesar 0.056 mg/liter terdapat
pada Substasiun A12, sedangkan untuk perairan pantai Prawean Bandengan sebesar 0,057
mg/l di Substasiun B11.

Kata kunci : Muatan Padatan Tersuspensi, Lamun, Distribusi

PENDAHULUAN Sumber penting bahan organik sebagian


besar berasal dari masukan dari daratan
Ekosistem padang lamun merupakan melalui aliran sungai. Hal ini menyebabkan
salah satu ekosistem laut dangkal yang di daerah pesisir yang berdekatan dengan
mempunyai peranan yang penting dalam muara sungai, biasanya terdapat
kehidupan biota laut. Ekosistem padang kandungan bahan organik yang relative
lamun secara fisik,mempunyai fungsi tinggi (Nybaken . 1988).
sebagai perangkap sedimen yang berasal
dari pantai. Vegetasi lamun yang lebat Bahan organik merupakan sumber
dapat meredam gerakan air yang nutrient yang penting, yang sangat
disebabkan oleh arus dan gelombang, dibutuhkan oleh organisme laut. Melalui
sehingga menyebabkan perairan di proses dekomposisi oleh organisme
sekitarnya menjadi lebih tenang. Ekosisten pengurai, bahan organik di perairan akan
padang lamun juga berfungsi sebagai dirombak untuk menjadi bahan anorganik
pencegah erosi dan perangkap sedimen sebagai nutrien penting di perairan.
(Hutomo dan Azkab, 1987). Selanjutnya nutrient tersebut akan
dipergunakan dalam proses produksi oleh
Sedimen yang berada di perairan produsen perairan dan sangat
pantai biasanya bersumber dari sedimen menentukan produktivitas primer di
yang terbawa arus sungai ke laut maupun perairan tersebut. Suplai bahan organik
oleh longshore sediment transport selain dari daratan juga merupakan hasil
(Triatmodjo, 1999). Sedimen yang terkikis di metabolisme organisme laut. Proses
pantai atau yang terbawa oleh arus sungai produksi fitoplankton, rumput laut atau
dapat terangkut dan disebarkan oleh arus organisme laut lainnya merupakan sumber
dan gelombang di laut. Bahan organik bahan organik utama di perairan (Hutomo
merupakan salah satu bagian penyusun dan Azkab, 1987 ; Fortes, 1990).
sedimen atau substrat dasar perairan,
Bahan organik tersebut merupakan Ekosistem padang lamun dengan
timbunan sisa-sisa organisme perairan yang vegetasi lamun dengan rimpang yang
telah mati (Buckman dan Brady, 1982). tumbuh menjalar dan saling terkait di

Diterima/Received : 19-09-2015, Disetujui/Accepted : 07-11-2015


Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):121–126

bawah substrat dasar dapat berfungsi


sebagai perangkap sedimen dan penstabil Data tentang kerapatan vegetasi
substrat dasar sehingga dapat mengurangi lamun diambil pada awal penelitian
abrasi karena arus (Dawes, 1981). dengan merthode transek garis tegak lurus
Selanjutnya Hutomo dan Azkab (1987) pantai (English et al, 1997). Pengamatan
menjelaskan bahwa rimpang dan akar dilakukan sebanyak tiga kali ulangan
lamun dapat menangkap dan tempat di setiap sub stasiun.
menggabungkan sedimen, dan dapat
meningkatkan stabilitas permukaan Analisa muatan padatan tersuspensi
substrat dasar di bawah lamun, sehingga dilakukan menurut metoda yang
perairan menjadi lebih jernih. digunakan oleh Alerts dan Santika (1984),
dengan perhitungan sebagai berikut:
Kondisi kerapatan lamun di padang
lamun perairan Teluk Awur dan pantai MPT = (a-b) x 100
Prawean Bandengan, Jepara, dapat c
dikatakan masih relative baik (Riniatsih et Dimana:
al, 2007). Kerapatan lamun yang berbeda a = berat residu dan kertas saring (mg)
diduga akan berpengaruh terhadap sesudah pemanasan
sebaran bahan organik muatan padatan b = berat kering kertas saring (mg)
tersuspensi di perairan. Untuk itu penelitian c = volume sample air (ml)
ini penting dilakukan untuk melihat sebaran MPT = muatan Padatan tersuspensi (mg/lt)
bahan organik sebagai muatan padatan
tersuspensi diperairan sekitar padang Adapun prosedur analisa adalah sebagai
lamun di Teluk Awur dan pantai Prawean berikut (Utaminingsih et al, 1994):
Bandengan Jepara. 1. Kertas saring dipanaskan dalam oven
dengan suhu 105oC selama 1 jam.
Kemudian didinginkan dalam desikator
MATERI DAN METODE selama 15 menit dan ditimbang.
Pemanasan dilakukan berulang
Penelitian ini menggunakan metoda
hingga diperoleh berat konstan atau
deskriptif dengan penentuan titik sampling
kehilangan berat sesudah pemanasan
dilakukan dengan metoda purposive
ulang kurang dari 0.5 mg.
sampling method berdasarkan
2. Sampel dikocok dan diambil sebanyak
pertimbangan perbedaan kerapatan
100 ml dimasukkan ke dalam alat
vegetasi lamun di kedua lokasi
pengamatan. Masing-masing stasiun penyaring dengan kertas saring
pengamatan dibagi menjadi tiga 3. Kertas saring dimasukkan ke dalam
substasiun dengan ulangan 3 kali untuk oven dengan suhu 105oC selama 1
pengambilan sampelnya. Pengambilan jam. Setelah pemanasan dilakukan
atau pengukuran sampel MPT pada setiap pendinginan dalam desikator
stasiun dilakukan dengan metoda stratified kemudian ditimbang.
random sampling (Sidjabat, 1992). Pada
penelitian ini sampel muatan padatan TSS (mg/l) = (a-b) x 100
tersuspensi (MPT) diukur pada bagian c
permukaan air, bagian tengah/kolom air
dan bagian dasar perairan. Sampel air laut dimana:
diambil menggunakan botol langsung, a = berat residu dan kertas saring (mg)
karena perairan tidak terlalu dalam. sesudah pemanasan
b = berat kering kertas saring (mg)
Bersamaan dengan pengambilan c = volume sample air (ml)
sampel MPT dilakukan juga pengukuran TSS = Muatan Padatan Tersuspensi (mg/lt)
parameter kondisi perairan secara in situ.
Parameter kondisi perairan tersebut Adapun untuk melihat hubungan antara
meliputi suhu, salinitas, kedalaman sebaran muatan padatan tersuspensi di
perairan, kecepatan arus, pH dan perairan dengan kondisi kerapatan lamun
kecerahan. dianalisis dengan melihat korelasi regresi.

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Padang Lamun (Ita Riniatsih) 122


Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):121–126

HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan lamun merupakan


gambaran jumlah tunas atau tegakan
Data yang diperoleh selama persatuan luas pengamatan (individu/m2).
penilitian menunjukkan bahwa terdapat Seperti yang dijelaskan oleh Dawes (1981)
variasi sebaran muatan padatan bahwa salah satu fungsi ekologis secara
tersuspensi di kedua lokasi penelitin. Hasil fisik bagi ekosistem padang lamun adalah
penelitian menunjukkan sebaran muatan dapat mengikat sedimen yang ada di
padatan tersuspensi tertinggi di Teluk Awur perairan dan proses pengikatan ini sangat
sebesar 0.056 mg/liter terdapat pada tergantung dari tipe morfologi daun serta
Substasiun A12, sedangkan untuk perairan jumlah tegakan dari individu lamun.
pantai Prawean Bandengan sebesar 0,057
mg/l di Substasiun B11. Hasil pengukuran Kerapatan total tertinggi di perairan
muatan padatan tersuspensi di ekosistem Teluk Awur adalah pada substasiun A.3.3
padang lamun perairan Teluk Awur dan dengan kerapatan total sebesar 134.8
pantai Prawean Bandengan Jepara ind/m2. Sedangkan kerapatan total lamun
disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. tertinggi di perairan pantai Prawean
Bandengan adalah pada substasiun B.2.3
Data tentang kondisi kerapatan dengan kerapatan total sebesar 116.5
lamun selama penelitian di ekosistem ind/m2. . Kerapatan total lamun di perairan
padang lamun perairan Teluk Awur dan Teluk Awur lebih tinggi apabila
pantai Prawean Bandengan disajikan dibandingkan dengan kerapatan total
pada Tabel 3. Jenis lamun yang ditemukan lamun di pantai Prawean bandengan
di padang lamun perairan Teluk Awur Jepara. Hal ini diduga karena kondisi
meliputi Enhalus acoroides, Thalassia perairan di Teluk Awur lebih stabil dan
hemprichii, Syringodium isoetifolium, sedikit ada gangguan, apabila
Cymodecea serrulata dan Haludule dibandigkan dengan perairan padang
pinifolia. Sedangkan jenis-jenis lamun yang lamun di pantai Prawean Bandengan yang
ditemukan di padang lamun pantai merupakan jalur pelayaran untuk
Prawean Bandengan meliputi Enhalus pendaratan ikan hasil tangkapan bagan
acoroides, Thalassia hemprichii, yang banyak terdapat di perairan
Syringodium isoetifolium, Cymodecea Bandengan. Secara lengkap data tentang
serrulata, Haludule uninervis dan Halophila kerapatan total lamun di kedua lokasi
ovalis. penelitian disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 1. Hasil pengukuran muatan padatan tersuspensi di Perairan Teluk Awur (mg/l)

Rata-rata Sub Stasiun


Sampling A11 A12 A13 A21 A22 A23 A31 A32 A33
Atas 0.034 0.055 0.054 0.034 0.044 0.033 0.052 0.031 0.034
Tengah 0.036 0.057 0.059 0.038 0.041 0.032 0.057 0.036 0.031
Dasar 0.041 0.057 0.056 0.028 0.038 0.035 0.056 0.041 0.027

Tabel 2. Hasil pengukuran muatan padatan tersuspensi di perairan pantai Prawean


Bandengan Jepara (mg/l)

Rata-rata Sub Stasiun


Sampling B11 B12 B13 B21 B22 B23 B31 B32 B33
Atas 0.055 0.039 0.064 0.031 0.046 0.034 0.032 0.041 0.034
Tengah 0.059 0.033 0.059 0.034 0.044 0.033 0.035 0.056 0.031
Dasar 0.057 0.034 0.064 0.028 0.037 0.039 0.032 0.053 0.033

123 Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Padang Lamun (Ita Riniatsih)


Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):121–126

Tabel 3. Rata-rata Kerapatan Total Lamun di perairan Teluk Awur dan pantai
Prawean Bandengan Jepara (ind/m2)
Stasiun
Substasiun
1 2 3
Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3
TelukAwur 69,1 34,2 29,1 228,6 90,8 107,4 29,7 84,7 134,8
Bandengan 33,8 48,3 18,3 77,1 42,3 116,5 114,3 49,1 47,7

Gambar 1. Hubungan Korelasi antara distribusi sedimen muatan padatan tersuspensi


dengan kondisi kerapatan lamun di ekosistem padang lamun perairan Teluk
Awur Jepara

Gambar 2. Hubungan Korelasi antara distribusi muatan padatan tersuspensi dengan


kondisi kerapatan lamun di ekosistem padang lamun perairan pantai
Prawean Bandengan Jepara.

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Padang Lamun (Ita Riniatsih) 124


Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):121–126

Hasil analisis korelasi menunjukkan 0,000 X + 0,055 dengan R2 = 0,466. Hal ini
bahwa semakin tinggi nilai kerapatan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
lamun, maka akan semakin rendah kerapatan total lamun, maka kandungan
sebaran sedimen muatan padatan muatan padatan tersuspensi di perairan
tersuspensi yang terdapat di perairan. semakin rendah. Bengen (2001)
Secara umum kandungan muatan menyatakan bahwa salah satu fungsi
padatan tersuspensi yang terukur selama ekologis padang lamun sebagai
penelitian masih berada dalam kisaran “pengikat” sedimen dan partikel-pertikel
yang layak menurut baku mutu air laut bahan organic yang melayang di kolom
yang diperbolehkan, yaitu sebesar < 80 air di daerah tersebut.
mg/liter atau 0,080 gram/liter. Data hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kandungan sebaran muatan padatan KESIMPULAN
tersuspensi di perairan Teluk awur
cenderung lebih tinggi apabila Hasil pengamatan selama penelitian
dibandingkan muatan padatan tersuspensi menunjukkan bahwa kerapatan total
yang terukur di pantai Prawean vegetasi lamun di suatu perairan dapat
Bandengan. Hal ini diduga karena terkait mempengaruhi nilai muatan padatan
dengan perbedaan kondisi kerapatan tersuspensi terukur di perairan tersebut.
lamun di kedua lokasi tersebut. Semakin tinggi nilai kerapatan total lamun,
maka akan semakin rendah nilai muatan
Semakin tinggi kerapatan lamun, padatan tersuspensi yang terdapat di
semakin banyak bahan organik yang perairan tersebut.
terikat di dasar perairan. Kondisi padang
lamun yang rapat dapat menenangkan
arus dan gelombang, sehingga muatan UCAPAN TERIMA KASIH
padatan tersuspensi yang melayang di
kolom air cenderung lebih mudah Penulis menyampaikan ucapan
mengendap di dasar perairan. hal ini terimakasih kepada para reviewer yang
sesuai dengan pendapat Hutomo dan telah mambantu menyempurnakan artikel
Azkab (1987) dan Kiswara dan Winardi ini. Ucapan terimakasih juga penulis
(1999) yang menyatakan bahwa salah satu sampaikan kepada semua pihak yang
fungsi ekosistem padang lamun adalah telah banyak membantu selama
untuk menyaring sedimen terlarut dalam air pelaksanaan penelitian sehingga
dan menstabilkan sedimen substrat dasar penelitian dapat berlangsung dengan
Perairan. lancar.

Dasar perairan dengan tutupan


vegetasi lamun yang tinggi dapat DAFTAR PUSTAKA
menenangkan perairan juga memperkecil
terjadinya pengadukan sedimen substrat Alerts , G. & Santika ,S.S. 1984. Metoda
dasar oleh arus. Hal ini diduga sebagai Penelitian air. Penerbit Usaha
salah satu faktor yang mempengaruhi Nasional, Surabaya.
muatan padatan tersuspensi yang terukur Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumber
di perairan padang lamun Teluk Awur Daya Alam Pesisir dan laut .Pusat
cenderung lebih kecil bila dibandingkan kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
muatan padatan tersuspensi yang terukur (PKSPL-IPB) Bogor.
di pantai Prawean bandengan Jepara. Buckman, H.D. & N.C. Brady. 1982. The
Natural and Properties of Soil. The
Hasil analisa regresi menunjukkan macmilan Company, New York.
bahwa antara kerapatan total lamun Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. A Wiley
dengan kandungan muatan padatan Interscine Publication, Canada
tersuspensi yang terukur mempunyai English, SC, Wilkinson & V. Baker. 1997.
hubungan korelasi negative dengan Survey manual for Tropical Marine
persamaan Y = - 0,000X + 0,053 dengan R2 Resources. Australian Institute of
= 0,585 di perairan Teluk Awur dan Y = - Marine Science. Townsvile

125 Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Padang Lamun (Ita Riniatsih)


Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):121–126

Fortes, M.D. 1990. Seagrasses: A Resources Riniatsih, I., & Widianingsih. 2007.
Unknown in The Asean Region. Iclarm Kelimpahan dan Pola sebaran
Education Series 5. International Kerang-kerangan (Bivalvia) di
Center for Living Aquatic. Resources Ekosistem Padang Lamun Perairan
Management Manila, Philippines. Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 12
Hutomo, M. & M.H. Azkab. 1987. Perairan (1) Maret 2007.
Lamun di Lingkungan Laut dangkal. Sidjabat, M.M. 1992. Pengantar
Oseana Vol. XII No. 1. LON-LIPI, Oseanografi Bagian Oseanografi IPB-
Jakarta Bogor.
Kiswara, W. & Winardi. 1999. Sebaran Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta
Lamun di Teluk Kuta dan Teluk Ofset. Yogyakarta.
Gerupuk, Lombok. Puslitbang P3O-LIPI, Utamingsih, Jaya S, Dermiyaningsih. 1994.
Jakarta. Pedoman Analisis Kualitas Air dan
Nybaken, J.W. 1988. Biologi Laut, Suatu Tanah Sedimen Perairan Payau, Balai
Pendekatan Ekologis. Gramedia, Budidaya Air Payau. Jepara.
Jakarta.

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Padang Lamun (Ita Riniatsih) 126

Anda mungkin juga menyukai