Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAHAN AJAR PENCEMARAN LAUT


PENCEMARAN RADIOAKTIF
(PERTEMUAN KEENAM BELAS)

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS HASANUDDDIN
MAKASSAR
2015
PERTEMUAN KEENAM BELAS
I. Pendahuluan
1.1. Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pada pertemuan ini mencakup pengertian, sifat radiasi,
kategori radioaktif, definisi dan bentuk limbah radioaktif, sumber limbah
radioaktif buatan, jalur limbah radioaktif di lingkungan laut, perilaku limbah
radioaktif di lingkungan, dampak limbah radioaktif terhadap manusia dan
biota laut, serta penanganannya.
1.2. Sasaran Pembelajaran
Mampu menjelaskan konsep teori mengenai limbah radioaktif dalam
perairan laut.
1.3. Perilaku Awal Mahasiswa
Sebelum mengikuti pembahasan materi ini, mahasiswa memiliki
pengetahuan mengenai dasar-dasar oseanografi.

1.4. Manfaat
Mempelajari materi ini, mahasiswa dapat mengetahui mengenai hal-hal
mendasar dan penting yang berkaitan dengan limbah radioaktif di dalam
perairan laut.

1.5. Urutan Pembahasan


1. Pengertian radioaktif, sifat radiasi dan kategori radioaktif
2. definisi dan bentuk limbah radioaktif, sumber limbah radioaktif buatan
3. jalur limbah radioaktif di lingkungan laut, dan perilaku limbah radioaktif di
lingkungan
4. dampak limbah radioaktif terhadap manusia dan biota laut
5. penanganannya.

1.6. Petunjuk Belajar


Proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk kuliah/teaching dan diskusi,
yang mana dosen memberikan penjelasan mengenai materi disertai diskusi
yang membahas hal-hal yang terkait dengan limbah radioaktif.
II. Penyajian
2.1. Uraikan
A. Pengertian radioaktif, sifat radiasi dan kategori radioaktif
1. Pengertian radioaktif

Radioaktif ialah atom yang memiliki inti yang tidak stabil. Untuk
menstabilkannya, terjadi perpindahan energi (dapat berupa partikel atau
gelombang elektromagnet) dari sumber energi ke lingkungan tanpa zat
perantara. Perpindahan energi semacam ini dikenal dengan istilah radiasi.

Pada reaksi kimia biasa, misalnya pembentukan ikatan kimia, perubahan hanya
melibatkan elektron pada kulit atom sementara inti atom tidak mengalami
perubahan, sedangkan reaksi inti atau reaksi nuklir melibatkan perubahan
susunan inti (nucleus) atom. Dibandingkan dengan energi kimia biasa,
pelepasan energi pada reaksi inti radioaktif jauh lebih besar. Oleh karena itu,
nuklir dipakai pada bidang militer dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Nuklida memiliki simbol:


A

Z X
Dimana: A = nomor massa (jumlah p + n)
Z = nomor atom (jumlah p)
p = proton
n = neutron
Contoh:
238

92 U
Dimana : p = 92
n = (238 – 92) = 143

Radioaktif biasanya memiliki nomor atom di atas 83.


2. Sifat Radiasi

Radiasi memiliki beberapa sifat khas, yaitu:


1. Tidak dapat dirasakan langsung oleh panca indra
2. Dapat menembus berbagai jenis bahan, tergantung jenis pancaran radiasi.
3. Dapat mengganti elektron dari atom dan mematahkan ikatan molekul (radiasi
pengion), oleh karena itu dapat memberi dampak negatif pada kesehatan,
misalnya merusak fungsi dari sel, jaringan, ataupun organ. Radiasi pengion
dilepaskan saat atom tak stabil (radionuklida) luruh ke bentuk yang lebih stabil.

Pancaran radiasi terdiri atas empat jenis, yaitu:


a. Alfa
Partikel alfa bermuatan dua proton dan dua neutron yang identik dengan muatan
helium. Pancaran radiasi partikel alfa berenergi tinggi dengan muatan +2 di
kedua protonnya. Kecepatannya di udara sekitar 1/20 dari kecepatan cahaya.
Pancaran radiasi partikel alfa terjadi saat rasio antara proton dan neutron kecil.
Untuk menyeimbangkannnya, atom-atom tertentu mengemisi radiasi alfa.
Contohnya 210Po memiliki 126 neutron dan 84 proton, atau dengan rasio 1,50
berbanding 1. Setelah radioaktif meluruh melalui pemancaran radiasi partikel
alfa, atom tersebut kehilangan dua proton dan rasionya berubah menjadi lebih
kecil, yaitu: 1,51 berbanding 1, kemudian atom tersebut berubah menjadi atom
yang stabil (non-radioaktif), yaitu 206Pb.

Atom-atom pengemisi radiasi partikel alfa biasanya memiliki nomor atom besar,
kecuali atom yang pengemisi partikel alfa yang alami, memiliki nomor atom yang
lebih kecil, atau minimum 82, misalnya Pb.

Radiasi alfa tidak dapat menembus lapisan jaringan kulit yang mati atau baju,
namun dapat menembus melalui mata atau jaringan yang luka.

b. Beta
Beta partikel memiliki muatan -1 yang equivalen dengan elekron, hanya saja beta
partikel berasal dari inti atom, sementara elektron berasal dari kulit luar atom.
Radiasi partikel terjadi apabila rasio antara neutron dan proton dalam inti atom
sangat tinggi. Untuk menyeimbangkannya, neutron bertransformasi menjadi
sebuah proton dan elektron. Protonnya menetap pada inti atom, sementara
elektronnya dilepaskan dengan energi yang sangat besar dan berkecepatan
tinggi. Oleh sebab itu, radiasi partikel beta berbahaya terhadap organisme hidup.
Radiasi ini dapat menyebabkan patahnya ikatan kimia dan formasi ion-ion.
Sementara, perubahan proton pada atom pada proses yang disebutkan di atas
menyebabkan perubahan radionuklida menjadi elemen lain sebab jumlah proton
di dalam atom menentukan suatu elemen.

Technetium-99 merupakan salah satu contoh radio nuklida pengemisi partikel


beta. Neutronnya yang berlebih dikonversikan ke proton menjadi 44 dan
memancarkan radiasi beta partikel dan gamma. Perubahan proton ini
menyebabkannya berubah menjadi elemen baru yaitu atom ruthenium.

c. Gamma
Radiasi gamma merupakan energi murni (foton) yang tidak memiiki massa dan
muatan atom. Radiasi gamma merupakan radiasi pengion yang memiliki energi
sangat tinggi. Dengan energi yang sangat tinggi, radiasi gamma dapat melintasi
udara ratusan hingga ribuan meter dengan kecepatan cahaya sebelum energinya
habis.

Sebagai akibat dari energi yang besar dan kecepatan yang sangat tinggi, radiasi
gamma dapat menembus berbagai ragam material, termasuk jaringan manusia.
Untuk memperlambat atau menghentikan radiasi gamma, material yang memiliki
kerapatan tinggi, misalnya timbal, biasa digunakan sebagai pelindung.

Radiasi gamma terjadi apabila inti (nucleus) dari atom radioaktif memiliki energi
yang berlebihan. Kondisi seperti ini terkadang terjadi setelah radiasi beta
dipancarkan seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Cesium-137 merupakan salah satu contoh peluruhan radioaktif oleh radiasi


gamma. Setelah suatu neutron bertransformasi menjadi proton dan partikel beta.
proton tambahan tersebut merubah atom menjadi Barium-137. Inti atom
kemudian melepaskan partikel beta. Namun karena inti atom masih memiliki
kelebihan energi, energi tersebut kemudian dilepaskannya dalam bentuk radiasi
gamma hingga atom menjadi lebih stabil.
Daya tembus gamma foton yang tinggi terhadap suatu material namun tidak
menjadikan material tersebut sebagai zat radioaktif membuat radioaktif
pengemisi gamma foton banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Cesium-
137, misalnya, banyak digunakan dalam treatment kanker, mengukur densitas
tanah pada area konstruksi, mengukur pengisian pada kemasan obat, makanan
dan lain-lain.

d. Sinar X
Seperti halnya radiasi gamma, sinar X juga merupakan energi murni (foton).
Namun, tidak seperti gamma foton yang berasal dari inti atom, sinar X berasal
dari wilayah elektron yang mengelilingi inti atom, selain yang diproduksi oleh
mesin.

Sinar X akan terbentuk bila berkas elektron ditumbukkan pada bahan target.
Sinar X juga memiliki energi besar berkecepatan cahaya yang mampu
menembus berbagai material, namun energinya lebih kecil dibanding radiasi
gamma. Tidak seperti sinar alfa dan beta yang energinya habis saat berada pada
jaringan dengan bersatu dengan jaringan serta merusak jaringan, radiasi sinar X
dan gamma memiliki daya tembusnya lebih besar namun akan menghilang pada
saat energinya habis.

3. Kategori Radioaktif

Radioaktif terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) radioaktif alam, (2) radioaktif buatan.
Radioaktif alam, terbag1 atas:

a. primordial, terbentuk sejak terbentuk alam semesta dan terletak di kerak bumi
dan hadir di mana saja di lingkungan.
238 232
Contoh radiasi promordial: Uranium ( U), Thorium ( Th), Potassium (40K).
Radioaktif primordial ini radiasinya lebih kecil dibandingkan dengan nuklida
buatan manusia.

b. partikel kosmik berenergi tinggi yang terjadi di angkasa, namun atmosfir,


yaitu lapisan udara seteba 1000 kg/cm 2 yang mengelilingi bumi menahan
radiasi tersebut. Selain itu, radiasi kosmik juga ditahan oleh area magnetik bumi.
Radiasi yang mencapai bumi pada level laut adalah sekitar 10% dari radiasi alam
yang memapar manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini bergantung
kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila
posisinya semakin tinggi. Selain di angkasa, radiasi langsung dari kosmik
pada material geologi yang padat pada permukaan bumi juga dapat terjadi.

Tingkat radiasi yang diterima seseorang juga tergantung pada letak


geografisnya. Jepang menerima paparan radiasi sekitar 2,4 milli Sieverts (mSv)
Rentang paparan radiasi di dunia berkisar antara 1-13 mSv per tahun, dengan
rata-rata paparan sebesar 2,4 mSv per tahun (UNSCEAR., 2008). Radiasi
natural ini tidak memberi efek apapun pada makhluk hidup.

Interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom di atmosfir memproduksi produk
radiasi lanjutan yang dikenal dengan istilah radiasi kosmogenik.

14 3 22
Contoh radiasi kosmik: C , He, Na.

Nuklida buatan dibuat berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak stabil
dengan neutron. Dari reaksi ini dihasilkan untuk pemanfaatan energi nuklir, mis:
PLTN.

Pancaran radiasi tergantung waktu paruh dari suatu radionuklida. Rentang


waktu paruh dari nuklida bervariasi dari yang berwaktu paruh sangat panjang
hingga yang sangat pendek. Contoh: 235U memiliki waktu paruh 703.800.000
tahun, 129I memiliki waktu paruh 1.570.000 tahun, 99Tc memiliki waktu paruh
213.000 tahun, dan 139Ba berwaktu paruh 1 jam 23 menit.

B. Definisi, bentuk, kategori dan sumber limbah radioatif


1. Definisi dan Bentuk Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan atau bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion
yang tidak dapat digunakan lagi (PP RI No. 27 Tahun 2002).
Bentuk limbah radioakif dapat berupa cair (organik dan non-organik), padat
(dapat terbakar, dan tidak terbakar), serta gas.

Operasi pemanfaatan tenaga nuklir dapat menimbulkan limbah radioaktif.


Sebagian limbah ini diproses (misalnya dilewatkan pada filter) sedemikian rupa
sehingga zat radioaktif yang lolos (disebut efluen radioaktif cair/gas) berada
dalam jumlah yang memungkinkan untuk dilepas ke lingkungan (atmosfer/badan
air).

2. Kategori Limbah Radioaktif

Berdasarkan tingkat radioaktifitasnya, limbah radioaktif terbagi atas:

1. Tinggi (High Level Waste/HLW)


Limbah cair berupa sisa bahan bakar atau sejumlah kecil volume yang
mengandung produk fisi yang sangat aktif yang berasal dari fasilitas olah ulang
bahan bakar. Fasilitas olah ulang ini memisahkan uranium dan plutonium dari
bahan bakar bekas. Limbah ini mengemisi sejumlah besar panas. Diperlukan
pendingin dan penahan radiasi saat penanganan pada kondisi normal dan
pengangkutan.

2. Sedang (Intermediate Level Waste /IMLW)


Limbah ini tidak mengemisi panas seperti halnya HLW. Dalam penanganan
limbah berkategori sedang ini tidak memerlukan pendingin, tetapi memerlukan
penahan radiasi selama penanganan dalam keadaan normal dan pengangkutan.

3. Rendah (Low Level Waste/LLW)


Limbah berkategori rendah pada umumnya berasal dari laboratorium (pusat riset,
universitas, swasta) yang berhubungan dengan penelitian, seperti: penggunaan
sumber radiasi, bahan bakar reaktor, fasilitas pengolahan bahan bakar.

Penanganan limbah yang hanya terkontaminasi ringan tidak memerlukan


penahan radiasi selama penanganan dalam keadaan normal dan pengangkutan.
Limbah tersebut akan disimpan dalam sistem penyimpanan sederhana pada
fasilitas tanah dangkal.
3. Sumber Limbah Radioaktif Buatan

Limbah radioaktif berasal dari semua pemanfaatan tenaga nuklir, baik


pemanfaatan dalam bidang militer, pabrik olah ulang bahan bakar bekas,
pembangkit listrik tenaga nuklir, maupun pemanfaatan nuklir untuk keperluan
industri, kedokteran / rumah sakit, farmasi, dll.

Di antara sumber-sumber yang telah disebutkan di atas, limbah militer dan pabrik
olah ulang bahan bakar bekas merupakan sumber utama limbah radioaktif
buatan di bumi ini. Dimana, 90Sr dan 137Cs merupakan kontributor radionuklida
antropogenik yang utama, yang dipakai pada tes senjata nuklir, pabrik olah ulang
bahan bakar untuk mendaur ulang U dan Pu yg digunakan ulang di reaktor.
Pabrik olah ulang bahan bakar tersebut tersebar di beberapa lokasi, seperti:
Inggris, Perancis, Jepang.

Selain kedua sumber utama tersebut, kecelakaan yang terjadi di PLTN juga
terkadang memegang sumbangan yang signifikan. Kecelakaan di Chernobyl ,
misalnya berdampak pada kontaminasi radioaktif di Laut Hitam sebesar 2-3 PBq
dan Laut Mediterania sebesar 3-5 PBq. 90Sr diketahui menyebabkan kanker
tulang.

C. Jalur limbah radioaktif di lingkungan laut, dan perilaku limbah radioaktif


di lingkungan
1. Jalur Limbah Radioaktif di Lingkungan Laut

Jalur masuknya radioaktif di lingkungan melalui atmosfir, akuatik (dari aliran


sungai), pembuangan langsung dan rantai makanan. Buangan gas dari sumber
pengguna nuklir ke atmosfir berpotensi bagi jatuhnya limbah radioaktif tersebut
ke tanah, perairan, ataupun ke lahan pertanian.

Limbah yang masuk ke perairan, baik yang merupakan jatuhan dari atmosfir
maupun buangan langsung dari sumber penggunaan radioaktif dapat berpindah
ke organisme akuatik melalui paparan langsung, konsumsi ataupun melalui rantai
makanan. Estuari merupakan sumber deposit dari bahan organik juga berpotensi
menjadi tempat deposit radionuklida yang berasosiasi dengan bahan organik.
Disamping itu, estuari juga berpotensi menjadi jalur masuknya radioaktif dalam
rantai makanan yang berdampak pada manusia sebagaimana fungsi estuari
sebagai tempat memijah, nursery dan tempat makan bagi banyak organisme
akuatik.

Gambar 1. Jalur masuknya limbah radioaktif di lingkungan.

Selain dari rantai makanan yang berasal dari perairan dan dari konsumsi bahan
makanan dari lahan pertanian yang telah tercemar zat radioaktif, manusia dapat
pula terpapar langung dari zat radioaktif dari atmosfir, baik melalui inhalasi
(pernafasan) maupun absorpsi dari kulit, serta paparan langsung dari tanah yang
telah terkontaminasi zat radioaktif.
2. Perilaku Limbah Radioaktif di Lingkungan

Perilaku limbah radioaktif di lingkungan laut tergantung pada sifat radionuklida di


lautan, yaitu konservarif dan reaktif (non konservatif). Limbah konservatif
didefinisikan sebagai radionuklida mudah larut dalam air, sehingga penyebaran
dipengaruhi oleh proses fisika, yaitu: pencampuran dan difusi. Contoh: Cs-137,
Sr-90, C-14 dan I-129.

Sementara radionuklida non konservatif (particle reactive) lebih mudah


menghilang dari laut disebabkan oleh afinitasnya terhadap permukaan partikel
alam sehingga menyebabkan radionuklida ini tenggelam ke dasar laut dan
terdeposit bersama sedimen. Contoh : Pu-239, Pu-240, Ru-106 dan Ce-144.

Arah dan kecepatan arus berpengaruh terhadap penyebaran radionuklida di laut.


Dimana, arus menyebabkan perpindahan efluen secara adveksi yang memiliki
pengaruh yang lebih besar daripada perpindahan secara difusi.

D. Dampak limbah radioaktif terhadap manusia dan biota laut


1. Dampak limbah radioaktif terhadap manusia.
Akibat ketidakstabilannya, zat radioaktif dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
yang berdampak buruk terhadap manusia. Beberapa dampak kronik yang dapat
terjadi adalah: merusak sel organ tubuh, terganggunya fungsi organ tubuh,
perubahan sel-sel di tubuh, misalnya: tumor atau kanker, tengganggunya fungsi
genetika, misalnya: cacat. Dampak tipe ini dikenal juga dengan istilah stokastik,
yaitu paparan radiasi berdosis rendah (0,25 – 1000 micro Sv, menurut versi di
Inggris). Namun yang diperdebatkan bahwa sekecil apapun dosis ini
memungkinkan menimbulkan dampak di atas yang dirasakan dalam waktu yang
lama. Oleh karena itu, banyak pihak tidak memberikan batas ambang pada efek
stokastik.

Sementara dampak akut yang dapat terjadi adalah sakit radiasi (radiation
sickness), dengan beberapa gejala, seperti: mual, keletihan, rambut rontok, kulit
terbakar, dan demam. Radiasi juga dapat merusak organ tubuh, bahkan
kematian. Dampak tipe ini dikenal juga dengan istilah non-stokastik
(deterministik) yang berefek jangka pendek dan dosis paparan yang tinggi.

2. Dampak Limbah Radioaktif terhadap Biota Laut

Besarnya dampak yang ditimbulkan ke biota tergantung dengan besar energi


yang diserap oleh biota, yang dikenal dengan istilah dosis serapan, dengan
satuan unit: Grays (Gy)). Dosis serapan, tergantung dari: jenis radioaktif, bentuk
kimia radioaktif, jalur paparan terhadap biota, dan sifat biokimia radioaktif.

Studi laboratorium menunjukkan bahwa pada ikan dewasa, efek lethal


(mematikan) terjadi pada dosis 3.75 – 100 Gy. Pada studi laboratorium juga
terlihat dampak pada reproduktif (sterilitas), dan efek genetik. Fase reproduktif
dan jaringan yang berkembang, terutama telur ikan laut lebih sensitif. Dimana,
embrio ikan mati pada dosis 0,16 Gy, dan efek lethal pada invertebrata, yaitu: 0,2
– 500 Gy. Tidak ada efek signifikan pada tingkat populasi dan makro crustacean.
Studi laboratorium juga memperlihatkan bahwa dosis sebesar 10 mGy/jam masih
dapat diterima oleh populasi akuatik. Efek kronik pada ikan dewasa dan
invertebrata tampak terjadi pada dosis 0.25 mGy / jam, berupa efek mutasi.
Dosis terendah yang dapat memberikan gangguan minor pada fisiologis atau
metabolism ialah sekitar 400 micro Sv / jam (IAEA, 1976). Sievert (Sv) ialah
satuan yang diperoleh setelah mengkonversi dosis yang terabsorbsi (Gray (Gy)
dengan faktor kualitas yang bertujuan untuk mempertimbangkan efek biologis
dari berbagai jenis radiasi.

Seperti halnya beberapa tipe pencemar, seperti pestisida dan logam berat,
radioaktif juga dapat terakumulasi pada biota, mulai dari tingkat produsen dan
meningkat mengikuti pola rantai makanan.

E. Penanganan

Karena limbah radioaktif sangat berbahaya dan dapat bertahan hingga ribuan
tahun, sulit untuk mendapatkan metode pembuangan limbah radioaktif yang
benar-benar tepat. Yang ada, hanya manajemen sementara hingga peluruhan
berakhir.
Metode penampungan harus didesain secara khusus sehingga mampu
memastikan perlindungan dari segi kesehatan dan keamanan publik serta
kualitas lingkungan, seperti air, tanah dan suplai air. Penampungan mesti
memiliki spesifikasi khusus agar limbah tidak bocor, bertahan ribuan tahun,
terisolasi dari air tanah, memiliki resiko yang rendah terhadap bencana alam dan
beresiko rendah terhadap erosi tanah, khususnya untuk menampungan di bawah
tanah.

Adapun untuk tanah dan air yang terkontaminasi perlu terlebih dahulu
diremediasi dengan metode-metode tertentu. Metode remediasi untuk tanah
yang terkontaminasi adalah seperti ekstraksi, pencucian dan insinerasi
(pembakaran). Ekstraksi meliputi pemindahan tanah yang terkontaminasi.
Namun metode ini tidak disukai karena tidak mengeliminasi limbah yang ada.
Metode pencucian meliputi kegiatan ekstraksi tanah yang terkontaminasi dengan
pelarut khusus yang kemudian merubahnya dalam bentuk larutan, kemudian
memerangkap pelarut yang baru terkontaminasi. Metode insinerasi
(pembakaran) merupakan metode remediasi yang efektif. Metode ini
menggunakan alat pembakaran tersendiri yang melepaskan kontaminan dalam
bentuk tidak berbahaya, namun metode ini mahal dan ditemukan beragam
kesulitan dalam pengoperasiannya.

Kelemahan lain dari ketiga metode ini ialah limbah tetap harus ditampung,
memakan waktu yang lama dan membahayakan pekerja.

Sementara untuk pembersihan air yang terkontaminasi terdapat beberapa


metode yang digunakan. Metode penyaringan dapat digunakan apabila air yang
terkontaminasi masih dalam tingkatan rendah. Penyaring khusus dibuthkan untuk
menyaring keluar partikel padat. Metode kedua yaitu demineralisasi, dimana ion
radioaktif dipisahkan dengan air dengan menggunakan elektrodialisis. Metode
lain yaitu pendidihan. Pada metode ini, air ditampung dalam bentuk uap
sementara kontaminan dalam bentuk padatan dipisahkan. Kelemahan dari ketiga
metode ini yaitu selain mahal, pengerjaannya sulit dan berbahaya. Selain itu,
limbah juga masih harus ditampung.
Di Indonesia, BATAN mengelola limbah radioaktif, misalnya sampah medis (tabung
dan jarum suntik, ampul bekas bahan berbasis isotop – produk turunan dari
teknologi nuklir) yang berasal dari rumah sakit dengan cara memasukkannya dalam
kemasan khusus dan mengangkutnya ke mobil boks kemudian dibawa ke Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif (PLTR) Batan, Serpong. Pengangkutan limbah harus
berjalan cepat, dan dalam setiap 5 meter, petugas pembawa limbah harus diganti.

Di gedung yang dinamai Gedung 50 di PLTR, limbah medis ini kemudian


dimasukkan ke dalam tabung kaca berkapasitas sekitar 1 meter kubik melalui proses
pemilahan dengan menggunakan sarung tangan tebal. Pemilahan ini dimaksudkan
agar tidak terjadi ledakan saat limbah diproses. Pemilahan ini dipantau oleh tim dari
divisi proteksi radiasi. Untuk menerapkan kebijakan zero accident demi keamanan
petugas pemilah, setiap tiga menit, petugas yang melakukan pemilahan harus
diganti.

Limbah-limbah di PTLR Batan ini dikelola dengan beberapa cara, sesuai dengan
jenis limbah. Pertama, pengolahan dengan cara dibakar. Proses pembakaran
menggunakan tabung khusus yang di dalamnya terdapat batu tahan api. Suhu
panas di dalam tabung diatur hingga mencapai 850oC. Saat pembakaran, tabung ini
tidak mengeluarkan api tetapi memanfaatkan batu tahan api yang sudah merah
membara. Limbah nuklir yang akan dibakar terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
kardus mi instan, kemudian dimasukkan ke dalam tabung tersebut melalui saluran
khusus. Sesaat setelah dimasukkan ke tabung, limbah tersebut berubah menjadi
abu dalam seketika. Kemudian, abu tersebut diturunkan ke dalam drum berkapasitas
100 liter dan dicampur dengan semen dan air. Setelah penuh, drum tersebut
langsung ditutup rapat. Dengan cara ini, kekuatan radiasi bisa diturunkan hingga
memenuhi ambang keamanan.

Cara kedua yaitu proses pemanasan atau penguapan. Cara ini dilakukan untuk
limbah radioaktif berjenis cair atau semi cair. Pada metode ini, limbah cair
dipanaskan pada suhu tertentu sampai volumenya menyusut sehingga menjadi
kental seperti adonan jenang. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
drum berkapasitas 100 liter dan diaduk bersama dengan semen. Setelah kering,
adonan aman untuk ditempatkan di gudang penyimpanan.
Cara ketiga ialah dengan cara pengepresan. Cara ini biasanya digunakan untuk
jenis limbah padat yang tidak bisa dibakar. Pada metode ini, limbah radioatif
dimasukkan ke dalam drum berkapasitas 100 liter. Setelah itu drum tersebut
digencet sampai penyet kemudian dimasukkan ke dalam drum yang berkapasitas
200 liter. Sisa ruang di drum berkapasitas 200 liter ini diisi dengan batu kerikil dan
semen, yang disebut sistem betonisasi atau sementasi. Karena sudah dilapisi
dengan beton semen, radiasi yang keluar sudah tidak lagi mengganggu kesehatan.
Saat ini gudang penyimpanan PTLR Batan Serpong menyimpan 1.027 tabung
berkapasitas 200 liter yang di dalamnya terdapat limbah nuklir.

2.2. Lingkup penghiliran/penerapan

Penerapan konsep telah dijelaskan secara eksplisit pada uraian, termasuk


mengenai sumber dan dampak sampah radioaktif di lingkungan laut dan pada
manusia.

2.3. Latihan

Mahasiswa mendiskusikan sumber, dampak dan metode penanganan limbah


radioaktif yang terjadi di Indonesia dan / atau di luar negeri.

2.4. Tugas mandiri

Mahasiswa ditugaskan secara individual untuk membuat poster ilmiah yang berisi
mengenai bentuk, sumber, perilaku limbah radioaktif dalam perairan laut, serta
dampak limbah padat terhadap biota laut dan manusia. Tugas ini diberikan
kepada mahasiswa agar mereka dapat mengembangkan pengetahuan dari
kegiatan-kegiatan perkuliahan yang diberikan. Melalui pembuatan poster,
mahasiswa juga dilatih untuk berbagi ilmu kepada masyarakat luas melalui bentuk
karya ilmiah singkat dan berisi.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
- Radioaktif ialah atom yang memiliki inti yang tidak stabil.
- Radiasi memiliki beberapa sifat khas, yaitu:
1. Tidak dapat dirasakan langsung oleh panca indra
2. Dapat menembus berbagai jenis bahan, tergantung jenis pancaran radiasi.
3. Dapat mengganti elektron dari atom dan mematahkan ikatan molekul (radiasi
pengion), oleh karena itu dapat memberi dampak negatif pada kesehatan,
- Radioaktif terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) radioaktif alam, (2) radioaktif
buatan.
- Radioaktif alam, terbagi atas:
a. primordial, terbentuk sejak terbentuk alam semesta dan terletak di kerak bumi
dan hadir di mana saja di lingkungan.
b. partikel kosmik berenergi tinggi yang terjadi di angkasa, namun atmosfir dan
area magnetik bumi menahan radiasi tersebut.
- Limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan atau bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi
pengion yang tidak dapat digunakan lagi (PP RI No. 27 Tahun 2002).
- Bentuk limbah radioakif dapat berupa cair (organik dan non-organik), padat
(dapat terbakar, dan tidak terbakar), serta gas.
- Limbah radioaktif berasal dari semua pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan dalam bidang militer dan pabrik olah ulang bahan bakar bekas
(sumber utama), maupun pembangkit listrik tenaga nuklir, serta pemanfaatan
nuklir untuk keperluan industri, kedokteran / rumah sakit, farmasi, dll.
- Jalur masuknya radioaktif di lingkungan melalui atmosfir, akuatik (dari aliran
sungai), pembuangan langsung dan rantai makanan
- Limbah yang masuk ke perairan, baik yang merupakan jatuhan dari atmosfir
maupun buangan langsung dari sumber penggunaan radioaktif dapat
berpindah ke organisme akuatik melalui paparan langsung, konsumsi ataupun
melalui rantai makanan.
- Perilaku limbah radioaktif di lingkungan laut tergantung pada sifat radionuklida
di lautan, yaitu konservarif (radionuklida mudah larut dalam air), dan reaktif /
non konservatif (lebih mudah menghilang dari laut)
- Zat radioaktif dapat menyebabkan beberapa dampak kronik (stokastik) pada
manusia, seperti: merusak sel organ tubuh, terganggunya fungsi organ tubuh,
perubahan sel-sel di tubuh (tumor atau kanker), tengganggunya fungsi
genetika (cacat) .
- Sementara dampak akut (non-stokastik / deterministik) yang dapat terjadi
pada manusia adalah sakit radiasi (radiation sickness), dengan beberapa
gejala, seperti: mual, keletihan, rambut rontok, kulit terbakar, dan demam.
Radiasi juga dapat merusak organ tubuh, bahkan kematian.
- Pada biota laut, studi laboratorium memperlihatkan dampak pada reproduktif
(sterilitas), dan efek genetik. Efek lethal (mematikan) juga dapat terjadi.
- Radioaktif juga dapat terakumulasi pada biota, mulai dari tingkat produsen
dan meningkat mengikuti pola rantai makanan.
- Limbah-limbah di PTLR Batan ini dikelola dengan beberapa cara, sesuai
dengan jenis limbah. Pertama, pengolahan dengan cara dibakar. Cara kedua
yaitu proses pemanasan atau penguapan. Cara ketiga ialah dengan cara
pengepresan.

3.2. Soal tes formatif


1.Jelaskan dengan singkat pengertian radioaktif.
2. Uraikan 3 sifat radiasi.
3. Sebutkan kategori radioaktif.
4. Sebutkan definisi dan bentuk limbah radioaktif.
5. Sebutkan sumber limbah radioaktif buatan.
6. Jelaskan mengenai jalur limbah radioaktif di lingkungan laut.
7. Jelaskan mengenai perilaku limbah radioaktif di lingkungan.
8. Uraikan dampak limbah radioaktif terhadap manusia.
9. Uraikan dampak limbah radioaktif terhadap biota laut.
10. Jelaskan metode penanganan limbah radioaktif yang diterapkan di Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif, Batan.
3.3. Umpan balik, atau Tindak Lanjut

3.4. Daftar Pustaka


BATAN. Ensiklopedia Teknologi Nuklir. Kelompok dan Jenis Limbah Radioaktif.
Web:https://www.batan.go.id/ensiklopedi/05/01/01/04/05-01-01-04.html

Fentiman, A.W., Leet, T. A., and Meredith, J. E.. What Is Radioactive Material and
How Does It Decay? RER-20. Factsheet. Extention Research. The Ohio State
University. Web: http://ohioline.osu.edu/rer-fact/rer_20.html

Radar Bogor., 2015. Sayogo Suprianto, 25 Tahun menjadi Pengepul dan Pengolah
Limbah Nuklir. Proses Harus Cepat, Tiap 5 Meter Ganti Orang. Surat kabar harian.
Rabu 21 Oktober 2015.

Suistainability of Semi-Arid Hydrology and Riparian Areas., 2005. Types of Isotopes:


Radioactive. Web:http://web.sahra.arizona.edu/programs/isotopes/types/
radioactive.html

UK Marine. Toxic Substance Profile: Radioactive Substances. SACs Project.


Web: http://www.ukmarinesac.org.uk/activities/water-qulity/wq8_49.htm#a5.

University of Michigan. Environmental Impacts of Nuclear Proliferation: Remediation


of Waste http://sitemaker.umich.edu/sec003group5/remediation_of_waste

UNSCEAR., 2008. Sources and Effects of Ionizing Radiation. Annex B.


Web: //www.unscear.org/docs/reports/2008/09-86753_Report_2008_Annex_B.pdf)

US.EPA., 2013. Understanding Radiation.


Web: //www.epa.gov/radiation/understand/index.htm

US. EPA., 2013. Radiation Protection. Radioactive Waste Disposal: An


Environmental Perspective
Web:http://www.epa.gov/radiation/docs/radwaste/

Anda mungkin juga menyukai