UNIVERSITAS HASANUDDIN
1.4. Manfaat
Mempelajari materi ini, mahasiswa dapat mengetahui mengenai hal-hal
mendasar dan penting yang berkaitan dengan limbah radioaktif di dalam
perairan laut.
Radioaktif ialah atom yang memiliki inti yang tidak stabil. Untuk
menstabilkannya, terjadi perpindahan energi (dapat berupa partikel atau
gelombang elektromagnet) dari sumber energi ke lingkungan tanpa zat
perantara. Perpindahan energi semacam ini dikenal dengan istilah radiasi.
Pada reaksi kimia biasa, misalnya pembentukan ikatan kimia, perubahan hanya
melibatkan elektron pada kulit atom sementara inti atom tidak mengalami
perubahan, sedangkan reaksi inti atau reaksi nuklir melibatkan perubahan
susunan inti (nucleus) atom. Dibandingkan dengan energi kimia biasa,
pelepasan energi pada reaksi inti radioaktif jauh lebih besar. Oleh karena itu,
nuklir dipakai pada bidang militer dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Z X
Dimana: A = nomor massa (jumlah p + n)
Z = nomor atom (jumlah p)
p = proton
n = neutron
Contoh:
238
92 U
Dimana : p = 92
n = (238 – 92) = 143
Atom-atom pengemisi radiasi partikel alfa biasanya memiliki nomor atom besar,
kecuali atom yang pengemisi partikel alfa yang alami, memiliki nomor atom yang
lebih kecil, atau minimum 82, misalnya Pb.
Radiasi alfa tidak dapat menembus lapisan jaringan kulit yang mati atau baju,
namun dapat menembus melalui mata atau jaringan yang luka.
b. Beta
Beta partikel memiliki muatan -1 yang equivalen dengan elekron, hanya saja beta
partikel berasal dari inti atom, sementara elektron berasal dari kulit luar atom.
Radiasi partikel terjadi apabila rasio antara neutron dan proton dalam inti atom
sangat tinggi. Untuk menyeimbangkannya, neutron bertransformasi menjadi
sebuah proton dan elektron. Protonnya menetap pada inti atom, sementara
elektronnya dilepaskan dengan energi yang sangat besar dan berkecepatan
tinggi. Oleh sebab itu, radiasi partikel beta berbahaya terhadap organisme hidup.
Radiasi ini dapat menyebabkan patahnya ikatan kimia dan formasi ion-ion.
Sementara, perubahan proton pada atom pada proses yang disebutkan di atas
menyebabkan perubahan radionuklida menjadi elemen lain sebab jumlah proton
di dalam atom menentukan suatu elemen.
c. Gamma
Radiasi gamma merupakan energi murni (foton) yang tidak memiiki massa dan
muatan atom. Radiasi gamma merupakan radiasi pengion yang memiliki energi
sangat tinggi. Dengan energi yang sangat tinggi, radiasi gamma dapat melintasi
udara ratusan hingga ribuan meter dengan kecepatan cahaya sebelum energinya
habis.
Sebagai akibat dari energi yang besar dan kecepatan yang sangat tinggi, radiasi
gamma dapat menembus berbagai ragam material, termasuk jaringan manusia.
Untuk memperlambat atau menghentikan radiasi gamma, material yang memiliki
kerapatan tinggi, misalnya timbal, biasa digunakan sebagai pelindung.
Radiasi gamma terjadi apabila inti (nucleus) dari atom radioaktif memiliki energi
yang berlebihan. Kondisi seperti ini terkadang terjadi setelah radiasi beta
dipancarkan seperti yang dijelaskan sebelumnya.
d. Sinar X
Seperti halnya radiasi gamma, sinar X juga merupakan energi murni (foton).
Namun, tidak seperti gamma foton yang berasal dari inti atom, sinar X berasal
dari wilayah elektron yang mengelilingi inti atom, selain yang diproduksi oleh
mesin.
Sinar X akan terbentuk bila berkas elektron ditumbukkan pada bahan target.
Sinar X juga memiliki energi besar berkecepatan cahaya yang mampu
menembus berbagai material, namun energinya lebih kecil dibanding radiasi
gamma. Tidak seperti sinar alfa dan beta yang energinya habis saat berada pada
jaringan dengan bersatu dengan jaringan serta merusak jaringan, radiasi sinar X
dan gamma memiliki daya tembusnya lebih besar namun akan menghilang pada
saat energinya habis.
3. Kategori Radioaktif
Radioaktif terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) radioaktif alam, (2) radioaktif buatan.
Radioaktif alam, terbag1 atas:
a. primordial, terbentuk sejak terbentuk alam semesta dan terletak di kerak bumi
dan hadir di mana saja di lingkungan.
238 232
Contoh radiasi promordial: Uranium ( U), Thorium ( Th), Potassium (40K).
Radioaktif primordial ini radiasinya lebih kecil dibandingkan dengan nuklida
buatan manusia.
Interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom di atmosfir memproduksi produk
radiasi lanjutan yang dikenal dengan istilah radiasi kosmogenik.
14 3 22
Contoh radiasi kosmik: C , He, Na.
Nuklida buatan dibuat berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak stabil
dengan neutron. Dari reaksi ini dihasilkan untuk pemanfaatan energi nuklir, mis:
PLTN.
Limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan atau bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion
yang tidak dapat digunakan lagi (PP RI No. 27 Tahun 2002).
Bentuk limbah radioakif dapat berupa cair (organik dan non-organik), padat
(dapat terbakar, dan tidak terbakar), serta gas.
Di antara sumber-sumber yang telah disebutkan di atas, limbah militer dan pabrik
olah ulang bahan bakar bekas merupakan sumber utama limbah radioaktif
buatan di bumi ini. Dimana, 90Sr dan 137Cs merupakan kontributor radionuklida
antropogenik yang utama, yang dipakai pada tes senjata nuklir, pabrik olah ulang
bahan bakar untuk mendaur ulang U dan Pu yg digunakan ulang di reaktor.
Pabrik olah ulang bahan bakar tersebut tersebar di beberapa lokasi, seperti:
Inggris, Perancis, Jepang.
Selain kedua sumber utama tersebut, kecelakaan yang terjadi di PLTN juga
terkadang memegang sumbangan yang signifikan. Kecelakaan di Chernobyl ,
misalnya berdampak pada kontaminasi radioaktif di Laut Hitam sebesar 2-3 PBq
dan Laut Mediterania sebesar 3-5 PBq. 90Sr diketahui menyebabkan kanker
tulang.
Limbah yang masuk ke perairan, baik yang merupakan jatuhan dari atmosfir
maupun buangan langsung dari sumber penggunaan radioaktif dapat berpindah
ke organisme akuatik melalui paparan langsung, konsumsi ataupun melalui rantai
makanan. Estuari merupakan sumber deposit dari bahan organik juga berpotensi
menjadi tempat deposit radionuklida yang berasosiasi dengan bahan organik.
Disamping itu, estuari juga berpotensi menjadi jalur masuknya radioaktif dalam
rantai makanan yang berdampak pada manusia sebagaimana fungsi estuari
sebagai tempat memijah, nursery dan tempat makan bagi banyak organisme
akuatik.
Selain dari rantai makanan yang berasal dari perairan dan dari konsumsi bahan
makanan dari lahan pertanian yang telah tercemar zat radioaktif, manusia dapat
pula terpapar langung dari zat radioaktif dari atmosfir, baik melalui inhalasi
(pernafasan) maupun absorpsi dari kulit, serta paparan langsung dari tanah yang
telah terkontaminasi zat radioaktif.
2. Perilaku Limbah Radioaktif di Lingkungan
Sementara dampak akut yang dapat terjadi adalah sakit radiasi (radiation
sickness), dengan beberapa gejala, seperti: mual, keletihan, rambut rontok, kulit
terbakar, dan demam. Radiasi juga dapat merusak organ tubuh, bahkan
kematian. Dampak tipe ini dikenal juga dengan istilah non-stokastik
(deterministik) yang berefek jangka pendek dan dosis paparan yang tinggi.
Seperti halnya beberapa tipe pencemar, seperti pestisida dan logam berat,
radioaktif juga dapat terakumulasi pada biota, mulai dari tingkat produsen dan
meningkat mengikuti pola rantai makanan.
E. Penanganan
Karena limbah radioaktif sangat berbahaya dan dapat bertahan hingga ribuan
tahun, sulit untuk mendapatkan metode pembuangan limbah radioaktif yang
benar-benar tepat. Yang ada, hanya manajemen sementara hingga peluruhan
berakhir.
Metode penampungan harus didesain secara khusus sehingga mampu
memastikan perlindungan dari segi kesehatan dan keamanan publik serta
kualitas lingkungan, seperti air, tanah dan suplai air. Penampungan mesti
memiliki spesifikasi khusus agar limbah tidak bocor, bertahan ribuan tahun,
terisolasi dari air tanah, memiliki resiko yang rendah terhadap bencana alam dan
beresiko rendah terhadap erosi tanah, khususnya untuk menampungan di bawah
tanah.
Adapun untuk tanah dan air yang terkontaminasi perlu terlebih dahulu
diremediasi dengan metode-metode tertentu. Metode remediasi untuk tanah
yang terkontaminasi adalah seperti ekstraksi, pencucian dan insinerasi
(pembakaran). Ekstraksi meliputi pemindahan tanah yang terkontaminasi.
Namun metode ini tidak disukai karena tidak mengeliminasi limbah yang ada.
Metode pencucian meliputi kegiatan ekstraksi tanah yang terkontaminasi dengan
pelarut khusus yang kemudian merubahnya dalam bentuk larutan, kemudian
memerangkap pelarut yang baru terkontaminasi. Metode insinerasi
(pembakaran) merupakan metode remediasi yang efektif. Metode ini
menggunakan alat pembakaran tersendiri yang melepaskan kontaminan dalam
bentuk tidak berbahaya, namun metode ini mahal dan ditemukan beragam
kesulitan dalam pengoperasiannya.
Kelemahan lain dari ketiga metode ini ialah limbah tetap harus ditampung,
memakan waktu yang lama dan membahayakan pekerja.
Limbah-limbah di PTLR Batan ini dikelola dengan beberapa cara, sesuai dengan
jenis limbah. Pertama, pengolahan dengan cara dibakar. Proses pembakaran
menggunakan tabung khusus yang di dalamnya terdapat batu tahan api. Suhu
panas di dalam tabung diatur hingga mencapai 850oC. Saat pembakaran, tabung ini
tidak mengeluarkan api tetapi memanfaatkan batu tahan api yang sudah merah
membara. Limbah nuklir yang akan dibakar terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
kardus mi instan, kemudian dimasukkan ke dalam tabung tersebut melalui saluran
khusus. Sesaat setelah dimasukkan ke tabung, limbah tersebut berubah menjadi
abu dalam seketika. Kemudian, abu tersebut diturunkan ke dalam drum berkapasitas
100 liter dan dicampur dengan semen dan air. Setelah penuh, drum tersebut
langsung ditutup rapat. Dengan cara ini, kekuatan radiasi bisa diturunkan hingga
memenuhi ambang keamanan.
Cara kedua yaitu proses pemanasan atau penguapan. Cara ini dilakukan untuk
limbah radioaktif berjenis cair atau semi cair. Pada metode ini, limbah cair
dipanaskan pada suhu tertentu sampai volumenya menyusut sehingga menjadi
kental seperti adonan jenang. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
drum berkapasitas 100 liter dan diaduk bersama dengan semen. Setelah kering,
adonan aman untuk ditempatkan di gudang penyimpanan.
Cara ketiga ialah dengan cara pengepresan. Cara ini biasanya digunakan untuk
jenis limbah padat yang tidak bisa dibakar. Pada metode ini, limbah radioatif
dimasukkan ke dalam drum berkapasitas 100 liter. Setelah itu drum tersebut
digencet sampai penyet kemudian dimasukkan ke dalam drum yang berkapasitas
200 liter. Sisa ruang di drum berkapasitas 200 liter ini diisi dengan batu kerikil dan
semen, yang disebut sistem betonisasi atau sementasi. Karena sudah dilapisi
dengan beton semen, radiasi yang keluar sudah tidak lagi mengganggu kesehatan.
Saat ini gudang penyimpanan PTLR Batan Serpong menyimpan 1.027 tabung
berkapasitas 200 liter yang di dalamnya terdapat limbah nuklir.
2.3. Latihan
Mahasiswa ditugaskan secara individual untuk membuat poster ilmiah yang berisi
mengenai bentuk, sumber, perilaku limbah radioaktif dalam perairan laut, serta
dampak limbah padat terhadap biota laut dan manusia. Tugas ini diberikan
kepada mahasiswa agar mereka dapat mengembangkan pengetahuan dari
kegiatan-kegiatan perkuliahan yang diberikan. Melalui pembuatan poster,
mahasiswa juga dilatih untuk berbagi ilmu kepada masyarakat luas melalui bentuk
karya ilmiah singkat dan berisi.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
- Radioaktif ialah atom yang memiliki inti yang tidak stabil.
- Radiasi memiliki beberapa sifat khas, yaitu:
1. Tidak dapat dirasakan langsung oleh panca indra
2. Dapat menembus berbagai jenis bahan, tergantung jenis pancaran radiasi.
3. Dapat mengganti elektron dari atom dan mematahkan ikatan molekul (radiasi
pengion), oleh karena itu dapat memberi dampak negatif pada kesehatan,
- Radioaktif terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) radioaktif alam, (2) radioaktif
buatan.
- Radioaktif alam, terbagi atas:
a. primordial, terbentuk sejak terbentuk alam semesta dan terletak di kerak bumi
dan hadir di mana saja di lingkungan.
b. partikel kosmik berenergi tinggi yang terjadi di angkasa, namun atmosfir dan
area magnetik bumi menahan radiasi tersebut.
- Limbah radioaktif didefinisikan sebagai zat radioaktif dan atau bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi
pengion yang tidak dapat digunakan lagi (PP RI No. 27 Tahun 2002).
- Bentuk limbah radioakif dapat berupa cair (organik dan non-organik), padat
(dapat terbakar, dan tidak terbakar), serta gas.
- Limbah radioaktif berasal dari semua pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan dalam bidang militer dan pabrik olah ulang bahan bakar bekas
(sumber utama), maupun pembangkit listrik tenaga nuklir, serta pemanfaatan
nuklir untuk keperluan industri, kedokteran / rumah sakit, farmasi, dll.
- Jalur masuknya radioaktif di lingkungan melalui atmosfir, akuatik (dari aliran
sungai), pembuangan langsung dan rantai makanan
- Limbah yang masuk ke perairan, baik yang merupakan jatuhan dari atmosfir
maupun buangan langsung dari sumber penggunaan radioaktif dapat
berpindah ke organisme akuatik melalui paparan langsung, konsumsi ataupun
melalui rantai makanan.
- Perilaku limbah radioaktif di lingkungan laut tergantung pada sifat radionuklida
di lautan, yaitu konservarif (radionuklida mudah larut dalam air), dan reaktif /
non konservatif (lebih mudah menghilang dari laut)
- Zat radioaktif dapat menyebabkan beberapa dampak kronik (stokastik) pada
manusia, seperti: merusak sel organ tubuh, terganggunya fungsi organ tubuh,
perubahan sel-sel di tubuh (tumor atau kanker), tengganggunya fungsi
genetika (cacat) .
- Sementara dampak akut (non-stokastik / deterministik) yang dapat terjadi
pada manusia adalah sakit radiasi (radiation sickness), dengan beberapa
gejala, seperti: mual, keletihan, rambut rontok, kulit terbakar, dan demam.
Radiasi juga dapat merusak organ tubuh, bahkan kematian.
- Pada biota laut, studi laboratorium memperlihatkan dampak pada reproduktif
(sterilitas), dan efek genetik. Efek lethal (mematikan) juga dapat terjadi.
- Radioaktif juga dapat terakumulasi pada biota, mulai dari tingkat produsen
dan meningkat mengikuti pola rantai makanan.
- Limbah-limbah di PTLR Batan ini dikelola dengan beberapa cara, sesuai
dengan jenis limbah. Pertama, pengolahan dengan cara dibakar. Cara kedua
yaitu proses pemanasan atau penguapan. Cara ketiga ialah dengan cara
pengepresan.
Fentiman, A.W., Leet, T. A., and Meredith, J. E.. What Is Radioactive Material and
How Does It Decay? RER-20. Factsheet. Extention Research. The Ohio State
University. Web: http://ohioline.osu.edu/rer-fact/rer_20.html
Radar Bogor., 2015. Sayogo Suprianto, 25 Tahun menjadi Pengepul dan Pengolah
Limbah Nuklir. Proses Harus Cepat, Tiap 5 Meter Ganti Orang. Surat kabar harian.
Rabu 21 Oktober 2015.