OSEANOGRAFI KIMIA
DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengukur kadar bahan organik
total di perairan pantai losari. Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui kadar bahan organik total dalam air laut di perairan pantai losari.
Kegunaan dari praktikum yaitu praktikan dapat menentukan kadar bahan
organic total air laut perairan sekitar pantai losari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik total merupakan sumber nutrient yang penting, yang sangat
dibutuhkan oleh organisme laut. Melalui proses dekomposisi oleh organisme pengurai,
bahan organik di perairan akan dirombak untuk menjadi bahan anorganik sebagai
nutrien penting di perairan. Selanjutnya nutrient tersebut akan dipergunakan dalam
proses produksi oleh produsen perairan dan sangat menentukan produktivitas primer
di perairan tersebut. Suplai bahan organik selain dari daratan juga merupakan hasil
metabolisme organisme laut. Proses produksi fitoplankton, rumput laut atau organisme
laut lainnya merupakan sumber bahan organik utama di perairan (Riniatsih, 2007).
Bahan organik terlarut total menggambarkan kandungan bahan organik total
suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan
koloid. Kandungan organik yang terdapat di sedimen laut terdiri dari partikel – partikel
yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan – potongan kulit (shell) serta
sisa rangka dari organisme laut ataupun dari detritus organik daratan yang telah
tertransportasi oleh berbagai media alam dan terendapkan di dasar laut dalam kurun
waktu yang cukup lama. Secara umum, pendeposisian material organik karbon dan
keadaannya (material yang bersumber dari cangkang dan karang) lebih banyak
terdapat di daerah dekat pantai dan pada lingkungan laut lepas (Sari dkk., 2014).
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau
lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama yaitu (Effendi,
2008);
1) Alam, misalnya minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa,
kanji, gula dan sebagainya.
2) Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia.
1. Nilai pH tanah
2. Nilai pH air
3. Kecerahan
Adanya bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan organisme
lainnya dipengaruhi oleh kecerahan. Perairan yang dalam akan mengandung bahan
organik yang lebih sedikit atau kurang melimpah karena tidak adanya cahaya matahari
yang masuk, sehingga produktivitas perairan tersebut juga berkurang. produksi
perairan akan turun cepat sesuai dengan makin dalamnya perairan yang diikuti dengan
makin berkurangnya tumbuhan-tumbuhan berklorofil dan bahan organik. Kedalaman
2,5meter merupakan kedalaman yang ideal bagi terjadinya proses fotosintesis yang
optimal.
C. Standar Baku Mutu
Kimia
DO (ppm) >5
BOD (mg/L) 20
COD (mg/L) 23
pH 7 – 8,5
Salinitas (ppt) 0 – 34
Sumber Bahan Organik Total Dalam Perairan Bahan organik terlarut dalam
perairan berasal dari empat sumber utama yaitu (Santoso, 2010):
1. Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke perairan melalui angin dan
sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l,
terutama berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah-
buahan yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam
bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi
dan segera membusuk karena bakteri dalam perairan. Namun dalam batasan badan
air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi
anoksik tersedia (Santoso, 2010).
2. Penguarian organisme mati oleh bakteri
Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan
bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat
penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan
bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena
adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan
perairan (Santoso, 2010).
Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan
organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous
seperti urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amino,
trimethyl amine oxide dan asam amino (Santoso, 2010).
Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari
karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada
keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil
pembusukan, eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. Distribusi
bahan organik terlarut erat hubungannya dengan produktivitas primer . Produktivitas
primer sangat tinggi di daerah pantai dan rendah pada daerah laut terbuka.
Konsentrasi bahan organik berdasarkan variasi musim yaitu hanya terjadi pada daerah
yang dipengaruhi musim (North sea). Dan apabila pada saat musim semi dan awal
musim panas merupakan konsentrasi tertinggi bagi bahan organik terlarut sementara
pada saat musim panas, musim gugur , awal musim semi, konsentrasi sedikit menurun
(Santoso, 2010).
F. Distribusi Bahan Organik Total (BOT) Terlarut Secara Vertikal dan Horizontal
Konsentrasi bahan organik terlarut untuk distribusi horizontal lebih tinggi pada
bagian permukaan perairan dan untuk distribusi kedalamannya untuk bagian bawah
zona eufotik konsentrasi mulai menurun dengan meningkatnya kedalaman dan
terdapat perbedaan antra satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada
produktivitas, ketersediaan heterotrof dan kondisi hidrografik. Pada kedalaman lebih
besar dari 100 meter konsentrasi masih relatif konstan. Pada perairan dalam,
kandungan bahan organik karbon terlarut terlihat kecil tetapi signifikan dan berbeda
menurut kedalaman (Santoso, 2010).
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Jumat, 22 April 2022, pukul 11.00 WITA
di Pantai Losari, Makassar. Praktikum Penentuan Kadar Bahan Organik Total (BOT)
dalam Air Laut dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2022, pukul 14.00-15.00
WITA, bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Prinsip Analisis
Prinsip analisis didasarkan pada bahwa hampir semua bahan organik dapat
dioksidasi dengan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium
dikhromat. Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4,
diasamkan dengan H2SO4 pekat yang dididihkan beberapa saat (Isyanita, 2016).
Pada praktikum penentuan kadar oksigen terlarut air laut, alat dan bahan yang
digunakan sebagai berikut.
1. Alat
a. Pemanas Listrik
c. Gelas Ukur
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur jumlah sampel yang akan digunakan.
d. Erlenmeyer
Gambar 4 Erlenmeyer
e. Pipet Skala
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel air laut sebagai bahan
uji, Kalium permanganat 0,01 N untuk mengoksidasi zat organik, Natrium oksalat 0,01
N mereduksi asam oksalat berelebih, asam sulfat untuk mengasamkan larutan sampel,
aquades untuk mengkalibrasi alat yang telah digunakan dan tissue untuk
mengeringkan alat yang telah dikalibrasi dengan aquades.
D. Prosedur Kerja
Dalam praktikum ini, prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut.
E. Pengolahan Data
Dimana :
x = mL KMNO4
y = mL KMNO4 untuk aquades (Larutan blanko).
31,6 = Seperlima dari BM KMnO4, karena tiap mol KMNO4 melepaskan 5 oksigen
dalam reaksi ini.
0,01 = Normalitas KMNO4
Vc = Volume sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Hasil perhitungan yang diperoleh dari praktikum yaitu nilai x (ml KMnO4 untuk
sampel) dan nilai y (ml KMnO4 untuk aquades) sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penetuan kadar bahan organik total (BOT) didapatkan nilai BOT
yaitu 10,7 (mg/L). pada percobaan tersebut didapatkan hasil perubahan warna air laut
yang berwarna bening berubah menajdi pink merah jambu setelah di tambahkan
KMNO4 namun setelah ditambahkan H2SO4 warna tidak berubah dan setelah larutan
ini dipanaskan kedalam Hot Plate warnanya berubah menjadi orange kemudian
berubah menjadi bening setelah penambahan natrium oksalat. Namun setelah dititrasi
dengan KMNO4 warna larutan kembali berubah warna menjadi merah mudah seperti
sebelumnya. Perubahan warna tersebut dianggap sebagai bahan organik Terlarut
(BOT) yang termasuk dalam kategori normal.
Menurut menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004
tentang standar baku mutu air laut menyatakan bahwa perairan dengan kandungan
BOT 0,01 – 30 mg/L dikategorikan sebagai perairan yang bersih sedangkan lebih dari
itu perairan tersebut dikatakan sebagai perairan yang tidak sehat atau kotor/tercemar.
Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa
air tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009). Kandungan bahan organik yang
berlebih akan menimbulkan pencemaran di perairan, berupa kondisi kesuburan
yang terlalu tinggi. Kondisi subur yang berlebihan ini akan
menyebabkan eutrofikasi atau tingginya kadar nutrien di perairan, sehingga
terjadi ledakan populasi tumbuhan perairan tentunya hal ini akan mengganggu
makhluk hidup ataupun biota yang berada di lokasi (Hasibuan et al., 2021). Hasil
analisis yang diperoleh di Perairan Pantai Losari masih berada dibatas aman standra
baku mutu yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Effendi Hefni. 2008. TELAAH KUALITAS AIR: Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Isyanita. 2016. Penuntun Praktikum Oseanografi Kimia. Jurusan Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
KepMen-LH No. 51. 2005. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta.
Santoso, Dwi Arif. 2010. Bahan Organik Terlarut Dalam Air Laut. Jurnal JRL. Vol. 6,
No. 2, hal 139-143.
Riniatsih, I., & Widianingsih. 2007. Kelimpahan dan Pola sebaran Kerang-kerangan
(Bivalvia) di Ekosistem Padang Lamun Perairan Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan.
Vol 12 (1) Maret 2007.
Sari, Asmika Tiara., dkk. 2014. Studi Bahan Organik Total (BOT) Sedimen Dasar Laut
Di Perairan Nabire, Telur Cendrawasih, Papua. Jurnal Oseanografi. Vol. 3, No.
1, hal 81-86
Yuningsih, Dwi Hartati., dkk. 2014. Hubungan Bahan Organik Dengan Produktivitas
Perairan Pada Kawasan Tutupan Eceng Gondok, Perairan terbuka dan
Keramba Jaring Apung di Rawa Pening Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Diponegoro Journal Of Maquares. Vol. 3, No.1, hal 37-43.
A. Perhitungan
(𝑥−𝑦)𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
BOT (mg/L) =
𝑉𝑐
(3,2−1,5)𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
=
50
1,7 𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
=
50
537,2
=
50
= 10,744 mg/L
B. Dokumentasi