Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM V

OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR BAHAN ORGANIK TOTAL (BOT)


DI PERAIRAN PANTAI LOSARI

DISUSUN OLEH :

NAMA : JECLY PAEMBONAN


NIM : L011201019
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : ULFI SYAMSIAH

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi tingkat keseimbangan


perairan. Bahan organik yang mengendap di dasar perairan memberi pengaruh
terhadap kelangsungan sumber makanan bagi organisme, sehingga jumlah dan
laju pertambahannya dalam sedimen mempunyai pengaruh terhadap populasi
organisme dasar. Hal ini dikarenakan terdapat organisme-organisme tertentu yang
tahan terhadap tingginya kandungan bahan organik, sehingga dominansi oleh
spesies tertentu dapat terjadi. Dikaitkan dengan kandungan oksigen terlarut di
perairan yang berperan dalam proses perombakan bahan organik yang
memerlukan oksigen. Semakin banyak jumlah bahan organik yang terlarut
maka akan mengakibatkan nilai pH menurun karena konsentrasi CO2 semakin
meningkat akibat aktivitas mikroba dalam menguraikan bahan organik
sehingga menyebabkan kandungan oksigen terlarut (DO) semakin menurun (Zulkifli,
2009).
Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di
darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah
dan di perairan menjadi faktor kualitas perairan pada suatu lingkungan. Bahan organik
dalam jumlah tertentu akan berguna bagi perairan, tetapi apabila jumlah yang masuk
melebihi daya dukung perairan maka akan mengganggu perairan itu sendiri.
Gangguan tersebut berupa pendangkalan dan penurunan mutu air (Sari dkk., 2014).
Penentuan zat organik ditentukan menggunakan metode total organic matter
(TOM) secara permanganometri. Prinsip titrasi permanganometri didasarkan pada
reaksi KMnO4 mengoksidasi zat organik dalam air dan tereduksi menjadi Mn2+ dalam
suasana asam Metode ini merupakan metode alternatif dalam penentuan zat organik
selain chemical organic demand (COD) dan biochemical organic demand (BOD). BOD
merupakan gambaran bahan organik yang mudah terurai oleh mikroba secara biokimia
(Bachtiar dan Widodo 2015).
Kandungan bahan organik di perairan akan mengalami fluktuasi yang
disebabkan bervariasinya jumlah masukan baik dari domestik, pertanian, industri
maupun sumber lainnya. Kandungan bahan organik dalam perairan akan mengalami
peningkatan yang disebabkan buangan dari rumah tangga, pertanian, industri, hujan,
dan aliran air permukaan. Pada musim kemarau kandungan bahan organik akan
meningkat sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan
sebaliknya pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya proses
pengenceran (Hadinafta,2009). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum
BOT dalam air laut perlu dilakukan agar konsentrasinya dapat berkurang serta
praktikum ini juga dilakukan untuk mengetahui cara menentukan kadar BOT dalam air
laut khususnya pada perairan pantai losari.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengukur kadar bahan organik
total di perairan pantai losari. Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui kadar bahan organik total dalam air laut di perairan pantai losari.
Kegunaan dari praktikum yaitu praktikan dapat menentukan kadar bahan
organic total air laut perairan sekitar pantai losari.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bahan Organik Total

Bahan organik total merupakan sumber nutrient yang penting, yang sangat
dibutuhkan oleh organisme laut. Melalui proses dekomposisi oleh organisme pengurai,
bahan organik di perairan akan dirombak untuk menjadi bahan anorganik sebagai
nutrien penting di perairan. Selanjutnya nutrient tersebut akan dipergunakan dalam
proses produksi oleh produsen perairan dan sangat menentukan produktivitas primer
di perairan tersebut. Suplai bahan organik selain dari daratan juga merupakan hasil
metabolisme organisme laut. Proses produksi fitoplankton, rumput laut atau organisme
laut lainnya merupakan sumber bahan organik utama di perairan (Riniatsih, 2007).
Bahan organik terlarut total menggambarkan kandungan bahan organik total
suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan
koloid. Kandungan organik yang terdapat di sedimen laut terdiri dari partikel – partikel
yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan – potongan kulit (shell) serta
sisa rangka dari organisme laut ataupun dari detritus organik daratan yang telah
tertransportasi oleh berbagai media alam dan terendapkan di dasar laut dalam kurun
waktu yang cukup lama. Secara umum, pendeposisian material organik karbon dan
keadaannya (material yang bersumber dari cangkang dan karang) lebih banyak
terdapat di daerah dekat pantai dan pada lingkungan laut lepas (Sari dkk., 2014).
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau
lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama yaitu (Effendi,
2008);

1) Alam, misalnya minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa,
kanji, gula dan sebagainya.

2) Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia.

3) Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam; yang


semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme.

Kandungan bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi tingkat


keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi
kelimpahan organisme, dimana terdapat organisme tertentu yang tahan terhadap
tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies
tertentu dapat terjadi. Sehingga perlu diketahui seberapa besar pengaruh kandungan
bahan organik pada perairan sekitar (Hardjowigeno, 2005).
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik Total

Menurut Yuningsi et al.,( 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan


organik total di peraiaran yaitu:

1. Nilai pH tanah

Sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan


berakhir jika pH rendah. Derajat keasaman pada tanah sangat mempengaruhi
pembongkaran bahan organik di dalam tanah, hal tersebut dikarenakan pada pH
dibawah 4 hidup fungi-fungi yang menghambat proses dekomposisi sehingga
memungkinkan bahan organik tertimbun.

2. Nilai pH air

Komposisi bahan organik dapat menyebabkan menurun atau meningkatkan pH


air, hal ini dapat terjadi karena pada proses dekomposisi bahan organik dapat
menghasilkan asam. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH.
Peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah sangat berkaitan dengan proses
dekomposisi bahan organik, karena proses dekomposisi terjadi perubahan terhadap
komposisi kimia bahan organik dari senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Pada danau dengan pH rendah akan menurunkan proses
mineralisasi bahan organik. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.

3. Kecerahan

Adanya bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan organisme
lainnya dipengaruhi oleh kecerahan. Perairan yang dalam akan mengandung bahan
organik yang lebih sedikit atau kurang melimpah karena tidak adanya cahaya matahari
yang masuk, sehingga produktivitas perairan tersebut juga berkurang. produksi
perairan akan turun cepat sesuai dengan makin dalamnya perairan yang diikuti dengan
makin berkurangnya tumbuhan-tumbuhan berklorofil dan bahan organik. Kedalaman
2,5meter merupakan kedalaman yang ideal bagi terjadinya proses fotosintesis yang
optimal.
C. Standar Baku Mutu

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2005 tentang


baku mutu air laut. Kementrian Lingkungan Hidup menetapkan standar baku mutu
kadar bahan organik total (BOT) di perairan sebesar ≤ 𝟑𝟎 mg/L (Menteri Lingkungan
Hidup, 2005).

Tabel 1. Standar Baku Mutu Perairan Wisata

Parameter Baku mutu (derajat)

Kimia
DO (ppm) >5
BOD (mg/L) 20

COD (mg/L) 23

Amonia (mg/L) 0,3

Nitrat (mg/L) 0,008

Nitrit (mg/L) 0,06

pH 7 – 8,5

Salinitas (ppt) 0 – 34

BOT (mg/L) 0,01 - 30

D. Sumber Bahan Organik Total (BOT) Di Perairan

Sumber Bahan Organik Total Dalam Perairan Bahan organik terlarut dalam
perairan berasal dari empat sumber utama yaitu (Santoso, 2010):

1. Daratan
Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke perairan melalui angin dan
sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l,
terutama berasal dari pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah-
buahan yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam
bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi
dan segera membusuk karena bakteri dalam perairan. Namun dalam batasan badan
air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi
anoksik tersedia (Santoso, 2010).
2. Penguarian organisme mati oleh bakteri

Ada dua mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan
bakterial. Di alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat
penguraiannya tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan
bakteri yang diperlukan. Dalam proses autolisis, reaksi penguraian terjadi karena
adanya enzim di dalam sel dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan
perairan (Santoso, 2010).

3. Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton

Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan


perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan
juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan
yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp
(Santoso, 2010).

4. Eskresi zooplankton dan binatang laut lainnya

Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan
organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous
seperti urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amino,
trimethyl amine oxide dan asam amino (Santoso, 2010).

E. Distribusi Bahan Organik Total (BOT) Berdasarkan Waktu Musiman

Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari
karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada
keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil
pembusukan, eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. Distribusi
bahan organik terlarut erat hubungannya dengan produktivitas primer . Produktivitas
primer sangat tinggi di daerah pantai dan rendah pada daerah laut terbuka.
Konsentrasi bahan organik berdasarkan variasi musim yaitu hanya terjadi pada daerah
yang dipengaruhi musim (North sea). Dan apabila pada saat musim semi dan awal
musim panas merupakan konsentrasi tertinggi bagi bahan organik terlarut sementara
pada saat musim panas, musim gugur , awal musim semi, konsentrasi sedikit menurun
(Santoso, 2010).

F. Distribusi Bahan Organik Total (BOT) Terlarut Secara Vertikal dan Horizontal

Konsentrasi bahan organik terlarut untuk distribusi horizontal lebih tinggi pada
bagian permukaan perairan dan untuk distribusi kedalamannya untuk bagian bawah
zona eufotik konsentrasi mulai menurun dengan meningkatnya kedalaman dan
terdapat perbedaan antra satu tempat dengan tempat lainnya tergantung pada
produktivitas, ketersediaan heterotrof dan kondisi hidrografik. Pada kedalaman lebih
besar dari 100 meter konsentrasi masih relatif konstan. Pada perairan dalam,
kandungan bahan organik karbon terlarut terlihat kecil tetapi signifikan dan berbeda
menurut kedalaman (Santoso, 2010).

Distribusi vertikal BOT umumnya meningkat dengan kedalaman, sehingga


kandungan bahan organik total meningkat. Hal ini dikarenakan semakin lama bahan
organik akan mengendap di dasar perairan. Hal ini masuk dalam pendapat Marganof
(2007), yaitu sampah organik organik yang berada di perairan dalam bentuk padat
akan segera mengendap di dasar perairan, sedangkan bentuk lainnya berada di dalam
air. Pola sebaran kandungan bahan organik total dari berbagai kedalaman dapat dilihat
bahwa arah sebaran bahan organik total adalah ke arah laut dan mengikuti pola arus
yang terbentuk. Jika arus cukup kuat, kandungan bahan organik total yang naik ke
muara atau ke arah laut akan lebih tinggi (Putri, 2014).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilakukan pada hari Jumat, 22 April 2022, pukul 11.00 WITA
di Pantai Losari, Makassar. Praktikum Penentuan Kadar Bahan Organik Total (BOT)
dalam Air Laut dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2022, pukul 14.00-15.00
WITA, bertempat di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Prinsip Analisis

Prinsip analisis didasarkan pada bahwa hampir semua bahan organik dapat
dioksidasi dengan menggunakan senyawa Kalium permanganat atau Kalium
dikhromat. Oksidator yang digunakan pada penentuan bahan organik adalah KMNO4,
diasamkan dengan H2SO4 pekat yang dididihkan beberapa saat (Isyanita, 2016).

C. Alat Dan Bahan

Pada praktikum penentuan kadar oksigen terlarut air laut, alat dan bahan yang
digunakan sebagai berikut.

1. Alat
a. Pemanas Listrik

Gambar 1 Pemanas Listrik

Spketrofotometer berfungsi untuk memanaskan sampel.


b. Buret Asam
Gambar 2 Buret Asam
Buret asam berfungsi untuk mentitrasi sampel sesuai presisi.

c. Gelas Ukur

Gambar 3 Gelas Ukur

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur jumlah sampel yang akan digunakan.

d. Erlenmeyer

Gambar 4 Erlenmeyer

Erlenmeyer berfungsi untuk menampung titran (larutan yang dititrasi).

e. Pipet Skala

Gambar 5 Pipet Skala

Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan sejumlah larutan dengan volume


yang tepat.
2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sampel air laut sebagai bahan
uji, Kalium permanganat 0,01 N untuk mengoksidasi zat organik, Natrium oksalat 0,01
N mereduksi asam oksalat berelebih, asam sulfat untuk mengasamkan larutan sampel,
aquades untuk mengkalibrasi alat yang telah digunakan dan tissue untuk
mengeringkan alat yang telah dikalibrasi dengan aquades.

D. Prosedur Kerja

Dalam praktikum ini, prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Mengambil sampel sebanyak 50 ml kemudian masukkan ke Erlenmeyer.


2. Menambahkan asam sulfat sebanyak 10 ml menggunakan pipet skala.
3. Menitrasi dengan KmnO4 sebanyak 9,5 ml.
4. Panaskan sampel yang telah dititrasi di kompor listrik sampai warnanya
menjadi keruh.
5. Menitrasi dengan Natrium Okslat sampai berubah menjadi bening.
6. Menitrasi kembali dengan menggunakan KmnO 4 hingga berubah menjadi
merah jambu atau ungu.
7. Mencatat nilai KmnO4 yang digunakan.

E. Pengolahan Data

(𝑥−𝑦)𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000


BOT (mg/L) =
𝑉𝑐

Dimana :
x = mL KMNO4
y = mL KMNO4 untuk aquades (Larutan blanko).
31,6 = Seperlima dari BM KMnO4, karena tiap mol KMNO4 melepaskan 5 oksigen
dalam reaksi ini.
0,01 = Normalitas KMNO4
Vc = Volume sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Pantai Losari terletak di Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi


Selatan. Pada saat melakukan pengambilan sampel di Pantai Losari terlihat kondisi
lingkungan yang ada disana kurang baik. Air lautnya cukup jernih namun berwarna
gelap karena sampah yang berada di dasar serta bagian bawahnya yang didominasi
batu dan pasir dan banyaknya hasil buangan dari limbah yang berasal dari pedagang
dan aktivitas pengunjung disekitar lokasi pengambilan sampel.

Gambar 6. Lokasi Pengambilan sampel

B. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil perhitungan yang diperoleh dari praktikum yaitu nilai x (ml KMnO4 untuk
sampel) dan nilai y (ml KMnO4 untuk aquades) sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Perhitungan Bahan Organik Total

Pengulangan X (ml KMnO4 Y (ml KMnO4 BOT


sampel) aquades)

1 3,2 1,5 10,7


2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penetuan kadar bahan organik total (BOT) didapatkan nilai BOT
yaitu 10,7 (mg/L). pada percobaan tersebut didapatkan hasil perubahan warna air laut
yang berwarna bening berubah menajdi pink merah jambu setelah di tambahkan
KMNO4 namun setelah ditambahkan H2SO4 warna tidak berubah dan setelah larutan
ini dipanaskan kedalam Hot Plate warnanya berubah menjadi orange kemudian
berubah menjadi bening setelah penambahan natrium oksalat. Namun setelah dititrasi
dengan KMNO4 warna larutan kembali berubah warna menjadi merah mudah seperti
sebelumnya. Perubahan warna tersebut dianggap sebagai bahan organik Terlarut
(BOT) yang termasuk dalam kategori normal.
Menurut menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004
tentang standar baku mutu air laut menyatakan bahwa perairan dengan kandungan
BOT 0,01 – 30 mg/L dikategorikan sebagai perairan yang bersih sedangkan lebih dari
itu perairan tersebut dikatakan sebagai perairan yang tidak sehat atau kotor/tercemar.
Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin jelas bahwa
air tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009). Kandungan bahan organik yang
berlebih akan menimbulkan pencemaran di perairan, berupa kondisi kesuburan
yang terlalu tinggi. Kondisi subur yang berlebihan ini akan
menyebabkan eutrofikasi atau tingginya kadar nutrien di perairan, sehingga
terjadi ledakan populasi tumbuhan perairan tentunya hal ini akan mengganggu
makhluk hidup ataupun biota yang berada di lokasi (Hasibuan et al., 2021). Hasil
analisis yang diperoleh di Perairan Pantai Losari masih berada dibatas aman standra
baku mutu yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di


darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah
dan di perairan menjadi faktor kualitas perairan pada suatu lingkungan. Bahan organik
dalam jumlah tertentu akan berguna bagi perairan, tetapi apabila jumlah yang masuk
melebihi daya dukung perairan maka akan mengganggu perairan itu sendiri.
Gangguan tersebut berupa pendangkalan dan penurunan mutu air.
Pada perairan pantai losari kadar BOT termasuk dalam kategori aman karena
tidak melampaui standar baku mutu yang ditentukan pemerintah
B. Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium selanjutnya Sebaiknya sarana dan prasarana
laboratorium lebih dilengkapi demi kelancaran dan kenyamanan praktikum
kedepannya.

2. Saran Untuk Asisten


Saran untuk asisten sepertinya dari saya sendiri tidak ada, karena prosedur kerja
dari praktikum ini terlihat mudah dan para asisten selalu membimbing dalam jalannya
kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi Hefni. 2008. TELAAH KUALITAS AIR: Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hardjowigeno, S. 2005. Ilmu Tanah. Akademik Presindo, Jakarta, 233 hlm.

Hadinafta, R. 2009. Analisis Kebutuhan Oksigen untuk Dekompoisisi Bahan Organik di


Lapisan Dasar Perairan Estuari Sungai Cisadane, Tangerang. Skripsi Institut
Pertanian Bogor.

Isyanita. 2016. Penuntun Praktikum Oseanografi Kimia. Jurusan Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

KepMen-LH No. 51. 2005. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta.

Santoso, Dwi Arif. 2010. Bahan Organik Terlarut Dalam Air Laut. Jurnal JRL. Vol. 6,
No. 2, hal 139-143.

Riniatsih, I., & Widianingsih. 2007. Kelimpahan dan Pola sebaran Kerang-kerangan
(Bivalvia) di Ekosistem Padang Lamun Perairan Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan.
Vol 12 (1) Maret 2007.

Sari, Asmika Tiara., dkk. 2014. Studi Bahan Organik Total (BOT) Sedimen Dasar Laut
Di Perairan Nabire, Telur Cendrawasih, Papua. Jurnal Oseanografi. Vol. 3, No.
1, hal 81-86

Yuningsih, Dwi Hartati., dkk. 2014. Hubungan Bahan Organik Dengan Produktivitas
Perairan Pada Kawasan Tutupan Eceng Gondok, Perairan terbuka dan
Keramba Jaring Apung di Rawa Pening Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Diponegoro Journal Of Maquares. Vol. 3, No.1, hal 37-43.

Zulkifli, H., Z. Hanafiah., D. A. Puspitawati. 2009. Struktur dan Fungsi Komunitas


Makrozoobenthos di Perairan Sungai Musi Kota Palembang: Telaah Indikator
Pencemaran Air. Jurusan FMIPA. Universitas Sriwijaya.
LAMPIRAN

A. Perhitungan
(𝑥−𝑦)𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
BOT (mg/L) =
𝑉𝑐
(3,2−1,5)𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
=
50
1,7 𝑋 31,6 𝑋 0,01 𝑋 1000
=
50
537,2
=
50
= 10,744 mg/L
B. Dokumentasi

Gambar 7. Pengukuran sampel

Gambar 8. Pemanasan sampel

Gambar 9. Pengambilan sampel

Anda mungkin juga menyukai