Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN I

ANALISA SIFAT FISIK AIR


(WARNA, KEKERUHAN, DAN pH)

A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui warna sampel air dengan membandingkan sampel air dengan larutan
standar yang diketahui konsentrasinya.
2. Mengetahui kekeruahan sampel air dengan berdasarkan intensitas cahaya yang
dipendarkan oleh suspensi dalam sampel air.
3. Untuk menentukan tingkat keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi ion Hidrogen (H+ ).
B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari praktikum ini adalah membandingkan warna dari
contoh air yang diperiksa terhadap hasil kalibrasi warna yang ada, menghitung
kekeruhan dengan metode nefelometrik, serta menentukan pH dengan prinsip
potensiometri tegangan yang diukur dengan pH meter.
C. Dasar Teori
Menurut American Public Health Organization (1992), warna sejati adalah
warna yang terlihat dalam sampel tanpa zat-zat penyebab kekeruhan atau dapat juga
diartikan sebagai warna yang dapat dilihat dalam sampel dimana kekeruhan telah
dihilangkan dengan filtrasi atau sentrifugasi. Warna dapat direduksi dengan
penyaringan menggunakan filter, dimana saat kekeruhan berkurang karena
tereduksinya koloid, kepekatan warna dari sampel juga akan ikut berkurang (Hongve
& Akesson, 1996).
Air tanah secara kimiawi mengandung sedikit jumlah gas, mineral dan
bahan organik alami. Bau dapat menjadi petunjuk untuk menentukan
kualitas air secara tidak langsung. Air yang busuk mengandung bahan organik yang
mengalami penguraian oleh mikroorganisme air (Sari & Huljana, 2019).
pH adalah indicator yang menunjukkan tinggi rendahnya ion H+ dalam air. pH
air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,0 menyebabkan beberapa senyawa kimia dalam
tubuh manusia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan. pH juga
menentukan sifat korosi suatu zat. Apabila pH semakin rendah, maka sifat korosinya
semakin tinggi. pH yang kurang dari 7 menyebabkan air dapat melarutkan logam
seperti logam Fe. Dalam keadaan pH rendah, logam Fe yang ada dalam air berbentuk
ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap dan tidak larut dalam air serta
tidak dapat dilihat dengan mata sehingga mengakibatkan air menjadi berwarna,
berbau dan berasa (Yuliani & Lestari, 2017 dalam Putra & Mairizki, 2019).
Kekeruhan disebabkan oleh partikel kimia dan biologi yang tersuspensi dapat
memiliki implikasi keamanan air dalam persediaan air minum. Kekeruhan tidak
berdampak langsung pada Kesehatan masyarakat, akan tetapi dapat menunjukkan
kehadiran mikroorganisme pathogen yang menjadi indicator efektif dari bahaya di
system pasokan air (WHO, 2017).

D. Alat dan Bahan


Alat:
gelas beker 100mL; pH meter; spektrofotometer; kuvet;
Bahan:
larutan buffer pH 4, 7, dan 9; sampel air limbah bekas cucian motor.

E. Skema Kerja
Sampel Air Limbah
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu gelas beker 100mL; pH meter;
spektrofotometer; kuvet; larutan buffer pH 4, 7, dan 9; sampel air limbah bekas cucian
motor.
- Disiapkan sampel berupa air limbah bekas cucian motor
- Dimasukkan ke dalam gelas beker sebanyak 70 mL
Larutan buffer
- Disiapkan larutan buffer pH 4, 7, dan 9
- Dimasukkan pH meter dalam larutan buffer 4 lalu dicatat hasilnya
- Dimasukkan pH meter ke dalam sampel lalu dicatat hasilnya
- Dimasukkan ke dalam aquades untuk menetralkan pH meter
- Diulangi langkah 1-4 untuk seluruh buffer
Aquades
- Disiapkan larutan aquades ke dalam kuvet untuk dijadikan blanko
- Disiapkan sampel limbah air bekas cucian motor ke dalam kuvet
- Dimasukkan blanko untuk menetralkan pembacaan spektrofotometer
- Diatur pada gelombang 380 nm dalam spektrofotometer
- Dikeluarkan blanko dari spektrofotometer
- Dimasukkan sampel air limbah bekas cucian motor ke dalam spektrofotometer lalu
dicatat hasilnya
- Diulangi langkah 3-6 di atas pada gelombang 390 nm, 400 nm, 410 nm, dan 420 nm

F. Tabel Pengamatan
No Nama Kegiatan Keterangan Gambar
.
1. Menyiapkan alat dan Menyiapkan alat dan bahan yang
bahan akan digunakan, yaitu gelas beker
100mL; pH meter;
spektrofotometer; kuvet; larutan
buffer pH 4, 7, dan 9; dan sampel air
limbah bekas cucian motor.
2. Mengambil sampel Mengambil sampel sebanyak 70mL
untuk diuji untuk diuji pH-nya dengan pH meter
3. Menyiapkan larutan Mengambil larutan buffer dengan
buffer pH 4, 6, dan 9 masing masing 25
mL
4. Menyiapkan aquades Menyiapkan aquades dalam gelas
beker sebagai penetral pH meter
Memasukkan pH meter ke dalam
larutan aquades untuk
menetralkannya
Memasukkan pH meter ke dalam
5. Menguji pH sampel
larutan buffer kemudian catat
hasilnya
Memasukkan pH meter ke dalam
sampel kemudian catat hasilnya
6. Menyiapkan Mengambil aquades ke dalam kuvet
spektrofotometer sebagai larutan blanko kemudian
mengatur gelombangnya menjadi
380 nm
7. Menguji sampel Mengeluarkan aquades dari
dengan spektrofotometer dan menggantinya
spektrofotometer dengan sampel yang telah
dimasukkan ke dalam kuvet
8. Membaca hasil Membaca hasil yang terdapat dalam
absorbansi panel digital spektrofotometer
spektrofotometer kemudian mencatatnya
9. Mengulangi Melakukan pengujian seperti pada
pengujian Langkah 6-8 pada gelombang 390
nm, 400 nm, 410 nm, dan 420 nm.

G. Hasil dan Pembahasan


Air sampel berupa air bekas cucian motor yang diamati berwarna abu keruh,
hal ini mengindikasikan bahwa adanya warna semu yang menunjukkan adanya
kontaminasi zat-zat tersuspensi di dalam air sampel tersebut. Warna air dapat
dibedakan atas dua macam yaitu warna sesungguhnya yang di sebabkan oleh bahan-
bahan kimia terlarut, dan warna tampak yang selain disebabkan oleh adanya bahan-
bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk yang bersifat
koloid. Warna dapat diamati secara langsung ataupun diukur berdasarkan skala
platinum kobalt, dengan membandingkan warna air sampel dan warna standar.
Perairan alami tidak berwarna, air dengan nilai warna lebih kecil dari 10 PtCo
biasanya tidak memperlihatkan warna yang jelas. Air yang berasal dari rawa-rawa
yang biasanya berwarna kuning kecokelatan hingga kehitaman memiliki nilai warna
sekitar 200-300 PtCo karena adanya asam humus (Sujono, 2019). Seperti dalam
penelitian Asni (2022) bahwa karakteristik sampel air limbah yang dapat dilihat
secara fisik adalah intensitas warna yang tinggi, dimana sampel berwarna cokelat
keabu-abuan yang pekat. Hasil pemeriksaan kekeruhan sampel air limbah sebelum
dilakukan perlakuan mempunyai nilai kekeruhan yang besar yaitu 454 Ntu,
dimana melebihi nilai maksimum yang ditetapkan dalam standar baku mutu air
bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/ 1990.
Dikarenakan tidak adanya alat turbidimeter untuk mengukur kekeruhan suatu sampel,
maka dari itu hanya dilakukan pengamatan secara kasat mata.
Pengunaan dari penentuan kekeruhan air secara alami digunakan sebagai
indicator dari kejernihan air yang diterima dengan asumsi bahwa perkembangan
dengan standar yang lebih konsisten. Masalahnya adalah bahwa standar yang ada
telah diperkenalkan unit pengukuran yang benar-benar mewakili penggunaan uji
kekeruhan sehingga tidak dapat menggambarkan kejernihan air itu sendiri (Kitchener,
et al., 2017). Kekeruhan merupakan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabakan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), dan juga bahan anorganik
dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Sujono, 2019). Dalam
percobaan kali ini digunakan pengukuran kekeruhan dengan metode nefelometrik,
dimana unit kekeruhan yang digunakan dalam nefelometrik adalah FTU atau NTU.
Prinsip metoda nefelometrik adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang
dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh
suatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama. Makin tinggi intensitas cahaya
yang dihamburkan, maka makin tinggi pula kekeruhannya.

H. Kesimpulan
1. Warna sampel air berupa air bekas cucian motor yang berwarna abu keruh
dibandingkan dengan larutan aquades yang digunakan sebagai larutan blanko dalam
spektrofotometri. Hasil dari pengujian spektrofotometri mendapatkan hasil sebagai
berikut…..
2. Kekeruhan sampel air berdasarkan intensitas cahaya yang dipendarkan oleh
suspensi dalam sampel air dapat diuji dengan alat turbidimeter. Akan tetapi, dalam
percobaan ini hanya dilakukan pengamatan kasat mata tanpa alat turbidimeter yang
menyimpulkan bahwa kekeruhan dari air bekas cucian motor ini cenderung keruh
sehingga apabila ditembakkan cahaya ke dalamnya, cahaya akan diserap oleh partikel
yang terlarut dalam air tanpa meneruskannya.
3. Tingkat keasaman atau basa dalam suatu larutan dapat ditentukan melalui
konsentrasi ion Hidrogen (H+). Dalam percobaan ini digunakan pH meter untuk
menentukan keasaman/basa sampel air bekas cucian motor ini.

I. Pertanyaan
1. Sebutkan perbedaan antara warna sejati dan warna semu?
= Warna sejati adalah warna dari air yang sebenarnya tanpa adanya kekeruhan.
Warna ini biasanya disebabkan adanya senyawa-senyawa organik yang mudah
larut dan beberapa ion logam, misalnya besi dan mangan. Warna semu
ditimbulkan bukan saja oleh zat-zat tersebut, tetapi juga oleh adanya bahan yang
tersuspensi.
2. Apa yang digunakan sebagai unit standar warna?
3. Apa saja penyebab terjadinya kekeruhan?
= Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya
4. Sebutkan sifat-sifat bahan yang menyebabkan kekeruhan pada:
a. Air limbah domestik
b. Air Sungai
5. Bagaimana hubungan antara:
a. pH dengan konsentrasi ion H+
= pH menunjukkan kadar asam atau basa suatu larutan, melalui konsentrasi ion
hidrogen H+ . H+ ada dalam keseimbangan dinamis dalam air yang membentuk suasana
untuk reaksi kimiawi yang berkaitan dengan pencemaran air dan terdiri dari banyak
unsur lain.

b. pH dengan konsentrasi ion OH-


6. Berapakah kira-kira nilai pH larutan HCl 2N?

Daftar Pustaka
Hongve, D., & Åkesson, G. (1996). Spectrophotometric determination of water colour
in Hazen units. Water Research, 30(11), 2771-2775.

Kitchener, B. G., Wainwright, J., & Parsons, A. J. (2017). A review of the principles
of turbidity measurement. Progress in Physical Geography, 41(5), 620-642.

Sari, M., & Huljana, M. (2019). Analisis bau, warna, TDS, pH, dan salinitas air sumur
gali di tempat pembuangan akhir. ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 3(1), 1-
5.

Sujono, I. (2019). Restorasi Air Sungai Brantas (Water Restoration of Brantas River). Osf,
Surabaya.

World Health Organization. (2017). Water quality and health-review of turbidity:


information for regulators and water suppliers.

Anda mungkin juga menyukai