Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN FIELDTRIP

PERTANIAN BERLANJUT

KELOMPOK 1
Anggota :
Yuyun Dwi Alfiyanti 205040200113002
Mochamad Ian Wahyu A. P .205040200113004
Lenny Dwi Lestari 205040200113006
Farid Fauzi Ar Rahman 205040200113012
Alya Aulia Rahmah
Rangga Penget Prasetio 205040200113020
Arya Mulya Subagja
Arik Pratiwi
Ahmad Bahruddin Luthfi
Ika Diana Putri 205040200113030
Elisabeth Rekyan Prahasthi
Intan Suci Nurani

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,

Asisten Aspek Budidaya Pertanian Asisten Aspek Sosial Ekonomi Perta

(NAMA ASISTEN) (NAMA ASISTEN)

Asisten Aspek Hama Penyakit Tumbuhan Asisten Aspek Tanah

(NAMA ASISTEN) (NAMA ASISTEN)

Diterima tanggal:
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Pertanian berkelanjutan merupakan suatu
tantangan dalam dunia pertanian untuk tujuan proses produksi pertanian
dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pertanian
berkelanjutan merupakan tantangan dalam dunia pertanian, yang menuntut
petani untuk memiliki perilaku usahatani yang berbeda dan lebih baik, terutama
terkait lingkungan (Charina, 2018).
Masalah keberlanjutan meliputi penggunaan sumber daya, kualitas dan kuantitas
produksi, dan lingkungan. Secara umum, sistem pertanian berkelanjutan adalah
sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat
lanskap, upaya pengelolaan diarahkan pada upaya mempertahankan kondisi
biofisik yang menguntungkan. Dalam pertanian berlanjut menggunakan
keanekaragaman hayati tanaman untuk memelihara keberadaan penyerbuk,
mengendalikan gulma, mengendalikan hama dan penyakit, memperbaiki kondisi
hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak jenis
penggunaan lahan yang tersebar di seluruh lanskap, dan komposisi serta
distribusinya bergantung pada beberapa faktor, antara lain iklim, topografi, jenis
tanah, vegetasi, serta kebiasaan dan adat istiadat masyarakat sekitar. Ruang
kuliah Pelajari beberapa indikator pertanian berkelanjutan kegagalan dari
perspektif biofisik (ekologis), ekonomi dan sosial. Menentukan keberlanjutan
sistem pertanian memerlukan penilaian apakah sistem pertanian yang ada dapat
disebut berkelanjutan. Empat jenis penggunaan lahan dalam memahami
pertanian berkelanjutan yaitu kehutanan, agroforestri, budidaya tanaman
semusim, dan pemukiman. Berdasarkan uraian di atas, penting untuk
mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang konsep dasar pertanian
berkelanjutan di daerah tropis dan implementasinya di tingkat lanskap. Oleh
karena itu, dalam upaya memperkenalkan pengelolaan lanskap terpadu,
dilakukan kegiatan field trip pertanian berkelanjutan di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan fieldtrip pertanian berlanjut ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa memperoleh semua informasi terkait pertanian berkelanjutan dari
aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
2. Mahasiswa mampu memahami interaksi antara tipe tutupan lahan, sebaran
tutupan lahan, dan tutupan lahan pertanian dalam suatu lanskap.
3. Memahami dampak pengelolaan lanskap pertanian terhadap kondisi hidrologi,
tingkat keanekaragaman hayati, dan serapan karbon.
4. Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi
pengamatan.
5. Untuk mengetahui apakah pertanian di daerah fieldtrip dapat dikatakan
berkelanjutan.
1.3 Manfaat
Dari pembuatan laporam fieldtrip pertanian berlanjut, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa antara lainnya yaitu:
1. Mahasiswa mampu menentukan apakah sistem pertanian akan dilanjutkan.
2. Mahasiswa mampu menerapkan teori dasar yang dipelajari dalam
perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat menyimpulkan bagaimana kondisi biodiversitas, kualitas
air dan status karbon pada wilayah pengamatan.
4. Mahasiswa mampu menyimpulkan tingkat keberlanjutan pertanian lokal
ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
BAB 2 METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan fieldtrip Pertanian Berlanjut berada di Desa
Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Fieldtrip dilaksanakan
pada hari Sabtu, 09 Oktober 2022, pada pukul 06.00 hingga selesai. Dilakukan
pengamatan pada jalur 2 yang terdapat 4 plot dengan penggunaan lahan
yang berbeda dimana pada setiap plot dilakukan pengamatan terhadap
masing-masing aspek pertanian berlanjut yaitu HPT, Sosek, Tanah, dan BP.
Pada Kelas B AGT PSDKU Kelompok 1, mendapatkan pembagian sebagai
berikut :
Plot 4: Pemukiman-TS (Aspek Tanah)
Plot 3: Tanaman Semusim (Aspek Sosial Ekonomi)
Plot 1: Hutan (Aspek Hama dan Penyakit Tumbuhan)
Plot 2: Agroforestri (Aspek Budidaya Pertanian)
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1 Pemahaman Karakteristik Landskap
Pemahaman karakteristik lanskap berguna untuk penentuan tipe
lanskap yang terbentuk. Alat, bahan dan metode pemahaman
karakteristik lanskap dijelaskan secara runtut pada tabel 1 sebagai
berikut
Alat dan Bahan Pemahaman Karakteristik Lanskap

Alat dan Bahan Fungsi

Kamera Alat Dokumentasi

Klinometer Alat pengukur kelerengan

Kompas Melihat arah mata angin

Alat tulis Menulis hasil pengamatan Pengukuran


Kualitas Air
Cara kerja pemahaman karakteristik kansekap adalah sebagai berikut:

Menentukan lokasi yang representative sehingga kita dapat melihat


lansekap secara keseluruhan

Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai


penggunaan lahan yang ada, isikan pada kolom penggunaan lahan
dokumentasi dengan foto.
Identifikasikan jenis vegetasi yang ada, isikan hasil identifikasi ke
dalam kolom tutupan lahan

Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai


tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan kanopi
dan seresahnya.

Isikan hasil pengamatan pada form yang tersedia

2.2.2 Pengukuran Kualitas Air


1. Pengambilan Sampel Air
Pengambilan contoh air perlu dilakukan untuk mengukur
parameter dissolve oxygen (DO) dan pH di laboratorium. Adapun
alat yang diperlukan untuk pengambilan sampel dapat dilihat
pada tabel 2 sebagai berikut :

Alat dan Bahan Fungsi

Bahan Botol air mineral Wadah sampel air


bekas ukuran 600 mL

Spidol permanen Menulis keterangan pada botol


sampel
Langkah – langkah pengambilan contoh air adalah sebagai berikut:

Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam kondisi yang
alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini untuk
menghindari kekeruhan air akibat gangguan tersebut.

Mengambil contoh air dengan menggunakan botol ukuran 1 L


(sampai penuh) dan tutup rapat.

Memberi label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat


pengambilan contoh, dan nama pengambil contoh;

Mengisi hasil pengamatan pada form yang tersedia


Menyimpan baik - baik contoh air dan segera bawa ke laboratorium
untuk di analisa

2. Pendugaan kualitas air secara fisik


a. Pengamatan kekeruhan air sungai Alat yang diperlukan untuk
mengukur kekeruhan dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3. Alat Dan Bahan Pengukuran Kekeruhan Air

Alat dan Bahan Fungsi

Tabung dari botol bekas (2) Wadah air

Secchi disc Pengukur kekeruhan


Cara membaca Sechi disc

Tuangkan contoh air adalam tabung/botol air mineral sampai


ketinggian 40 cm;

Aduk air secara merata

Masukan ‘Secchi disc’ kedalam tabung yang berisi air secara


perlahan -lahan dan amati secara tegak lurus sampai warna hitam -
putih pada ‘Secchi disc’ tidak dapat dibedakan

Baca berapa centimeter kedalaman ‘Secchi disc’ tersebut

3. Pengamatan Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Alat dan Bahan Pengamatan Suhu:

Alat dan Bahan Fungsi

Termometer Mengukur suhu


Langkah dalam pengukuran suhu adalah sebagai berikut :
Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air;

Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit;

Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau secepatnya


setelah dikeluarkan dari dalam air;

Catat pada form pengamatan.

4. Pendugaan kualitas air secara kimia


Pendugaan kualitas air secara kimia Alat yang dibutuhkan
untuk menduga kualitas air secara kimia dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut :
Tabel 5. Alat dan Bahan Pendugaan kualitas air secara kimia

Alat dan Bahan Fungsi

Multi water quality checker Mengukur Ph dan DO

Alat Tulis Mencatat hasil


Langkah kerja pengamatan kualitas air secara kimia adalah
sebagai berikut :

Alat multi water quality checker dimasukkan ke dalam contoh air


yang telah diambil

Melihat data hasil analisis di data logger

Membaca tingkatan DO, pH

2.2.3 Pengukuran Biodiversitas


1. Aspek Agronomi
1. Biodiversitas tanaman
Indikator dalam menilai keberhasilan sistem pertanian
berlanjut salah satunya yaitu biodiversitas. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat suatu biodiversitas pada suatu lahan dapat
mengurangi seperti penggunaan pestisida yang dapat diganti
dengan musuh alami, penggunaan pupuk kimia diganti dengan
pupuk organik, pengolahan tanah yang dikurangi dengan
masukan seresah maupun sisa-sisa panen. Pengamatan
biodiversitas tanaman tahunan dan tanaman semusim dapat
dilakukan dengan :

Membuat jalur (transek) pada hamparan yang akan di


amati

Menentukan titik pada jalur (transek) mewakili masing-


masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap

Mencatat karakteristik tanaman budidaya pada


masing-masing jalur (transek) di setiap tutupan lahan
yang sudah ditentukan
2. Keragaman dan Analisis Vegetasi
Pada tanaman tahunan kemampuan tanaman dan umur
produksi tanaman menjadi pertimbangan dan pada tanaman
semusim pola tanam harus diatur sedemikian rupa. Gulma
merupakan salah satu tumbuhan yang merugikan, namun
apabila dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat dan
meningkatkan produktivitas lahan. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan terhadap vegetasi gulma dan pengelompokkan
spesies gulma yang tumbuh.
Alat dan Bahan yang digunakan dalam analisis vegetasi yaitu :
Alat dan Bahan Fungsi

Petak kuadrat berukuran 0,5 Membatasi area yang


m x 0,5 m ditanami

Pisau Memotong bagian tanaman

Kamera Dokumentasi

Kertas gambar A3 Menggambarkan transek

Buku flora Mengidentifikasi gulma

Plastik klip Menempatkan gulma untuk


diidentifikasi
Alkohol 75% Mengawetkan gulma

Kalkulator Analitik Menghitung populasi gulma

Pengamatan pengelolaan gulma di lapang dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut :

Menentukan lima titik pengambilan sampel pada masing - masing


tutupan lahan dalam hamparan lanskap secara acak (dengan
melempar petak kuadrat 0,5 m x 0,5 m.

Foto petak kuadrat dengan kamera, sehingga seluruh gulma di


dalam petak kuadrat dapat terlihat jelas.

Mengidentifikasi gulma yang ada pada petak kuadrat.

Menghitung jumlah populasi gulma, d1 (diameter tajuk terlebar),


dan d2 (diameter tajuk yang tegak lurus d1).

Apabila terdapat gulma yang tidak dikenal maka gunakan pisau


untuk memotong gulma tersebut sebagai sampel (selanjutnya
digunakan untuk identifikasi)

Menyemprot gulma dengan alkohol 75% agar tidak layu dan


memasukkan ke dalam plastik untuk diidentifikasi dengan
membandingkan dengan foto dari buku atau internet.

2. Aspek Hama Penyakit


1. Pengamatan Keragaman Arthropoda
Pengamatan keragaman arthropoda pada suatu lahan dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkap pitfall, yellow sticky
trap dan sweepnet.
Alat dan Bahan yang digunakan dalam pengamatan hama
menggunakan pitfall :
Alat dan Bahan Fungsi
Pitfall Perangkap serangga pada
permukaan tanah

Alkohol 75% Mengawetkan serangga

Plastik klip Menempatkan serangga yang


sudah ditangkap

Deterjen Mengurangi ketegangan


permukaan air

Gelas Plastik Wadah untuk perangkap


serangga

Air Bahan untuk perangkap

Ajir Menyangga pitfall

Kamera Dokumentasi

Spidol Menandai hasil pengamatan


Cara pengamatan menggunakan perangkap pitfall yaitu :

Pemasangan pitfall dilakukan h-1 sebelum pengamatan dengan alat


dan bahan yang digunakan yaitu gelas plastik dan deterjen

Pengamatan keragaman arthropoda dengan menggunakan pitfall


yaitu mengambil serangga yang terperangkap pada pitfall yang sudah
dipasang sebelumnya

Serangga yang terperangkap kemudian diambil dan dikumpulkan lalu


dimasukkan pada plastik klip yang di dalamnya terdapat kapas yang
telah diberi alkohol 75%.

Kemudian mengidentifikasi dan menghitung jumlah serangga pada


perangkap pitfall.

● Yellow Sticky Trap


Alat dan Bahan yang digunakan dalam pengamatan hama menggunakan
yellow sticky trap :
Alat dan Bahan Fungsi

Yellow Sticky trap Perangkap serangga


berwarna kuning untuk
serangga di atas permukaan
tanah

Alkohol 75% Mengawetkan serangga

Plastik klip Menempatkan serangga yang


sudah ditangkap

Kamera Dokumentasi

Spidol Menandai hasil pengamatan

Cara pengamatan menggunakan perangkap yellow sticky trap yaitu :


Mengambil serangga yang terperangkap yang telah dipasang
sebelumnya yaitu h-1 pengamatan.

Mengambil dan dikumpulkan lalu dimasukkan pada plastik klip yang


di dalamnya ada terdapat kapas yang telah diberi alkohol 75%.

Mengidentifikasi dan menghitung jumlah serangga pada perangkap


yellow sticky trap.
● Sweepnet
Alat dan Bahan yang digunakan dalam pengamatan hama menggunakan
perangkap sweepnet yaitu :
Alat dan Bahan Fungsi

Sweepnet Menangkap serangga terbang

Alkohol 75% Mengawetkan serangga

Plastik klip Menempatkan serangga yang


sudah ditangkap

Kamera Dokumentasi

Spidol Menandai hasil pengamatan


Cara pengamatan menggunakan perangkap sweepnet yaitu :

Pengambilan sampel serangga dalam suatu lahan dapat


dilakukan dengan metode zig-zag.

Mengayunkan sweepnet sebanyak 3 kali, dan kecepatan


ayunan sweepnet harus stabil dan tidak terlalu cepat.

Serangga yang terperangkap di dalamnya dimasukkan ke


dalam plastik klip yang di dalamnya ada terdapat kapas
yang telah diberi alkohol 75%.

Mengidentifikasi dan menghitung jumlah serangga pada


perangkap sweepnet.

2. Pengamatan penyakit
Pengamatan penyakit secara visual pada masing-masing
plot tanaman semusim, pemukiman, agroforestri, dan hutan.
Dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Mengamati gejala dan tanda pada masing-masing plot pengamatan

Mengambil bagian tanaman yang memiliki gejala dan tanda yang


terindikasi terserang penyakit

Membungkus rapat menggunakan plastik klip bagian tanaman yang


terserang penyakit

Mendokumentasikan dan mengidentifikasi penyakit tanaman yang


diperoleh pada masing-masing plot.

2.2.4 Pendugaan Cadangan Karbon


Besarnya karbon yang tersimpan di lahan bervariasi antar
penggunaan lahan yang bergantung pada kerapatan pohon, jenis
pohon, dan umur pohon. Pada pengamatan lapang pada berbagai plot
yang diamati yaitu plot hutan produksi, plot agroforestri, plot
tanaman semusim, dan plot pemukiman dan tanaman semusim
pendugaan cadangan karbon dapat dilakukan dengan alat dan bahan
berikut ini :

Alat dan Bahan Fungsi

Kompas Melihat arah mata angin

Kamera Dokumentasi

Klinometer Mengukur kelerengan

Alat tulis Menulis hasil pengamatan

Cara kerja pengamatan pendugaan karbon :

Menentukan lokasi yang reprentif sehingga dapat melihat


lanskap secara keseluruhan.

Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap


penggunaan lahan yang ada dan mendokumentasikan.

Mengidentifikasi jenis vegetasi yang ada, lalu mengisi hasil


identifikasi ke dalam kolom tutupan lahan.

Melakukan pengamatan secara menyeluruh mengenai


tingkat kemiringan lereng yang ada dan tingkat tutupan
kanopi dan seresahnya.

Menentukan nilai estimasi cadangan karbon berdasarkan


penggunaan lahan dan kerapatan pohon pada masing-masing
plot pengamatan.
Nilai estimasi cadangan karbon berdasarkan penggunaan lahan dan kerapatan
pohon yaitu :
No Penggunaan Lahan Kerapatan Cadangan C di permukaan
pohon tanah (ton/ha)

1 Hutan Tinggi 250

Sedang 150

Rendah 100

Agroforestri
2 Tinggi 80

Sedang 50

Rendah 20

3 Tanaman semusim - 1

2.2.5 Identifikasi keberlanjutan lahan dari Aspek Sosial Ekonomi


ALat dan bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi
keberlanjutan lahan dari aspek sosial ekonomi yaitu :

Alat dan Bahan Fungsi

Form Wawancara Panduan untuk menyusun


wawancara dengan petani

Bolpoin Mencatat hasil wawancara

Kamera Dokumentasi

Cara kerja mengidentifikasi keberlanjutan lahan dari aspek sosial dan


ekonomi meliputi :
Kunjungan dan observasi pada masing-masing plot

Wawancara dengan petani

Mencatat hasil wawancara di lembar kuisioner

Pembuatan laporan
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kondisi Umum Wilayah
Isi sesuai dengan tabel isian pada materi I. Pemahaman
karakteristik lanskap, lakukan pembahasan. Buat pembahasan disertai
foto dan dokumen pendukung lainnya pada indikator ini. Kaitkan dengan
Pertanian Berlanjut.
3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik
1. Kualitas Air
Pengujian kualitas air sangat diperlukan dalam proses budidaya tanaman
khususnya untuk mendukung sistem pertanian berlanjut. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah air tersebut layak dijadikan sebagai sumber irigasi
untuk tanaman serta untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekeruhan pada
air tersebut karena tingkat kekeruhan dapat menunjukkan seberapa tinggi erosi
yang terjadi. Kualitas air ini juga mempengaruhi pertanian yang ada di Desa
Tulungrejo Kecamatan Ngantang. Indikator kualitas air secara tidak langsung
mencerminkan bagaimana pengelolaan lahan pada skala lanskap dengan batasan
DAS. Kualitas air ini ditentukan dengan melihat sifat fisik maupun kimia yang ada
di daerah pengamatan dengan parameter pengamatan meliputi (kekeruhan,
suhu, pH dan DO). Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan pada
masing-masing plot pengamatan diperoleh data dalam tabel berikut:
Tabel.. Data Pengamatan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia

Lokasi Kedalaman Suhu DO Kela


Pengambilan Air Ulangan Secchi-disk (cm) (oC) pH (mg/L) s

1 Hulu 40 24

Plot 1 2 Tengah 40 24

3 Hilir 40 25 5.75 0.04 IV

1 Hulu 40 23

Plot 2 2 Tengah 40 22

3 Hilir 40 22 5.94 0.02 IV

1 Hulu 40 22 5.94 0.01 IV


Plot 3 2 Tengah 40 22

3 Hilir 40 23

1 Hulu 40 23

Plot 4 2 Tengah 40 23

3 Hilir 40 24 5.81 0.006 IV

Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan bahwa rata-rata tingkat


kedalaman secchi-disk di semua plot dan ulangan sebesar 40 cm atau bisa
dikatakan cukup jernih. Suhu air yang diukur di lapangan menunjukkan bahwa
suhu tertinggi terdapat pada plot 1 (hutan pada ulangan 3) sedangkan suhu
terendah terdapat di plot 2 (agroforestry pada ulangan 2 dan 3) dan plot 3
(Tanaman semusim pada ulangan 1 dan 2). Berdasarkan nilai DO dan pH pada
semua plot, kualitas air di Desa Tulungrejo dapat dimasukkan atau dikategorikan
dalam kelas IV, yaitu air yang dapat diperuntukkan sebagai mengairi pertanaman
dan atau peruntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Gambar…Pengukuran suhu dan kekeruhan air menggunakan secchi-disk

Parameter DO merupakan indikator yang menunjukkan jumlah oksigen


terlarut didalam air dimana oksigen tersebut berasal dari udara dan hasil
fotosintesis tumbuhan air. Hasil pengukuran DO memperlihatkan bahwa jumlah
oksigen yang terdapat di dalam sampel air plot 1 sampai 4 tergolong rendah
sehingga diklasifikasikan kedalam kelas IV. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
sungai tersebut sangat minim keberadaan tumbuhan airnya karena tidak ada
organisme yang menghasilkan oksigen dari fotosintesis. Kekurangan oksigen
didalam air juga dapat menyebabkan hewan atau organisme lainnya mati. Namun,
air sungai yang mengalir dari plot 1 hingga plot 4 ini masih bisa digunakan untuk
irigasi tanaman.

Parameter suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam menilai


kualitas air. Suhu berkaitan dengan proses fotosintesis tumbuhan air, kandungan
oksigen didalam air. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu air di semua
plot masih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusnidar (2012) yang
menyatakan bahwa air yang baik mempunyai temperatur normal yaitu sekitar 27-
28ºC. Suhu air yang kurang atau melebihi batas normal biasanya mengindikasikan
terdapat bahan kimia yang terlarut. Menurut Effendi (2003), suhu yang rendah di
sungai dapat disebabkan waktu dan cuaca pengambilan sampel serta naungan
pohon di pinggir aliran sehingga intensitas matahari yang masuk dalam badan air
cukup sedikit. Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami
penyerapan dan perubahan menjadi energi panas yang dapat meningkatkan suhu
di perairan.

Parameter pH merupakan faktor yang sangat penting dalam menilai


kualitas air. Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pH air di semua plot
bersifat asam karena berada dibawah 6,5. Wardhana (2004) menyatakan bahwa
kondisi optimum pH air bagi makhluk hidup adalah pada kisaran 6,5 – 8,2.
Menurut Tatangindatu (2013), pH air yang masam ini dapat mengganggu
biodiversitas di perairan sungai karena dalam pH tersebut ada beberapa organisme
yang akan mati. Menurut PP no 82 tahun 2001, pH di semua plot tersebut masuk
kedalam kelas IV yang artinya masih bisa dimanfaatkan untuk mengairi
pertanaman.

Parameter kekeruhan air dapat dihitung atau diketahui dari hasil


pengukuran tingkat kekeruhan air. Metode yang digunakan untuk mengukur
tingkat kekeruhan air di lapangan adalah dengan menggunakan 'Secchi-disk' atau
piringan berwarna hitam-putih (Rahayu, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan
pada semua plot 1 sampai 4 pada kedalaman 40 cm tampak warna hitam putihnya.
Dimana kualitas air di Desa Tulungrejo dikategorikan cukup baik. Namun, tingkat
kekeruhan di lahan tersebut akan tetap berpotensi semakin keruh akibat semakin
bervariasinya penggunaan lahan.

Secara keseluruhan Kualitas air di Desa Tulungrejo ini masih tergolong


rendah. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya aktivitas pertanian seperti
pengolahan tanah, pemupukan dan penggunaan pestisida secara tidak tepat.
Menurut Agustiningsih (2012), kegiatan pertanian terutama akibat menggunakan
pupuk dan pestisida akan mempengaruhi kualitas air sungai melalui buangan dari
lahan pertanian yang masuk ke badan air. Alih fungsi lahan juga memberikan
dampak yang besar bagi kualitas air atau DAS. Menurut Agung (2008) semakin
kecil tutupan hutan dalam DAS serta semakin beragamnya jenis penggunaan
lahan dalam DAS menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk
dari hulu ke hilir, terutama akibat adanya aktivitas pertanian dan pemukiman.
Sehingga berdasarkan indikator kualitas air ini dapat disimpulkan bahwa
pertanian di Desa Tulungrejo tidak merupakan pertanian berlanjut. Meskipun
begitu indikator pertanian berlanjut tidak hanya dilihat dari indikator kualitas air ,
tetapi bisa dilihat dari indikator yang lain seperti aspek sosial ekonomi, hama
penyakit tanaman, dan biodiversitas tanaman.

2. Biodiversitas Tumbuhan
Kami pusing, tidak dijelas kan samsek di praktikum~
Isi sesuai dengan tabel dan form isian pada materi III.
Pengukuran biodiversitas dari aspek agronomi sebagai indikator
pertanian berlanjut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik batang
untuk analisis vegetasi gulma. Buat pembahasan disertai foto dan
dokumen pendukung lainnya pada indikator ini. Kaitkan dengan
pertanian berlanjut. (perhitungan analisis vegetasi gulma harus
dibandingkan dengan semua plot, perhitungan sampai indeks
dominansi simpson).
a. Keragaman Tanaman Bernilai Ekonomi

Tabel 1. Perbandingan Sebaran Tanaman Bernilai Ekonomi


pada Plot 1, 2, 3 dan 4 Lokasi Ngantang
Nama Populasi Sebaran
No Tanama Jenis Plot Plot Plot Plo Plot Plot Plot Plot
n 1 2 3 t4 1 2 3 4
Bawang
1 S TA TA TA PS TA TA TA SK
Merah
Bunga
2 S TA TA TA PS TA TA TA SK
Kol
3 Labu Air S TA TA TA PR TA TA TA SK
4 Jagung S TA TA TA PS TA TA TA SK
5 Tomat S TA TA PT TA TA TA SK TA
6 Sawi s TA TA PT TA TA TA SK TA
6 Kopi T TA PT TA TA TA SM TA TA
7 Pisang S TA PT TA TA SB SB TA TA
8 Durian T PR PS TA TA SB SB TA TA
9 Pinus T PS TA TA TA SB TA TA TA
Rumput
10 S PT TA TA TA SK TA TA TA
gajah
Keterangan: T: Tahunan, S: Semusim, PT: Populasi
Tinggi, PS: Populasi Sedang, PR: Populasi Rendah, TA: Tidak
Ada, SM: Sebaran Merata, SK: Sebaran Berkelompok, SB:
Sebaran Tidak Beraturan
b. Analisis Vegetasi Gulma
Tabel 2. Analisis Vegetasi Gulma pada Plot 1, 2, 3 dan 4 Lokasi
Ngantang

Peng Gulma Jumlah Gulma Plot ke- D1 D2


guna
an Nama Nama 1 2 3 4 5 tot
Laha Lokal Ilmiah
n

Plot
1
(Hut
an)

Plot
2 Rumpu Cyperu 3 3 5 6 2 19 3 15
(Agr t Teki s
ofor rotund
estri) us

Verben Verben 0 2 2 0 1 5 2 44
a a
officina
lis L.

Spider Trades 0 1 2 1 3 7 2 34
wort cantia
daun flumin
kecil ensis
Vell.

Mallow Concol 2 2 4 1 1 10 2,5 32


bindwe culus
ed althea
oides
L.

wound Stachy 3 2 4 1 0 10 3 10
wort s Recta
L.

Madde Rubia 0 1 2 0 1 4 1,5 40


r liar peregri
na L.

Aur- Comm 2 0 1 1 2 6 2 16
aur elina
diffusa
Burm.

Plot
3
(Sem
usim
)

Plot
4
(Pem
ukim
an &
sem
usim
)

SDR (%)
Nama Gulma Jeni
No Plot Plot Plot Plot
(Nama Ilmiah) s
1 2 3 4
Teki (C. 7,2
1 T 17,1 18,2 0,00
rotundus) 3
2
3
Ds
Dst
t
Keterangan: L: Daun Lebar, S: Daun Sempit, T: Teki-Tekian
Perbandingan Nilai Indeks Keragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks
Dominansi Simson (C)
Tabel 3. Perbandingan Nilai Indeks Keragaman Shannon-
Wiener (H’) dan Indeks Dominansi Simson (C)
No Lokasi H’ C
1 Hutan 2,22 0,11
2 Agroforestry 1,22 0,26
3 Semusim 0,98 1,11
Pemukiman &
4 0,88 1,24
Semusim

Grafik balok Indeks Keragaman

rendah,
Kriteria1< < 3indeks
nilai : Keanekaragaman sedang
keanekaragaman ≥ 3 : Keanekaragaman
Shannon-Wiener tinggi (Adelina rendah, 1< < 3 : Ke
(H') 1 : keanekaragaman
et al, 2016).

Grafik Balok Indeks Dominasi

Indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1, dimana semakin kecil nilai


indeks dominansi maka menunjukan bahwa tidak ada spesies yang
mendominasi sebaliknya semakin besar dominansi maka menunjukkan
ada spesies tertentu (Odum, 1993; dalam Sirait et al, 2018).

Keterangan: L: Daun Lebar, S: Daun Sempit, T: Teki-Tekian

Tabel 4. Matrix Koefisien Komunitas


Semusi Pemukiman
Plot Hutan Agroforestry
m & Semusim
Hutan 100,00
Agroforestry 21,21 100,00
Semusim 0,12 0,11 100,00
Pemukiman &
0,89 0,24 0,22 100,00
Semusim

3. Daya Dukung Lahan (Carrying Capacity)

Daya Dukung lahan (carrying capasity) merupakan kemampuan suatu


habitat untuk mendukung sejumlah individu. Daya dukung lahan dinilai menurut
ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem untuk memenuhi
penggunaan lahan tersebut. Menurut Moniaga (2012) perhitungan nilai daya
dukung lahan pertanian juga dapat mengetahui apakah suata daerah sudah atau
belum swasembada pangannya. Nilai daya dukung lahan dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
X
σ=
K

➢ X = Luas panen tanaman pangan per kapita


➢ K = Luas lahan untuk swasembada pangan

Dengan :
Luas Panen(ha)
X=
Jumlah Penduduk ( jiwa)
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM )
K=
Produksi Tanaman perha pertahun

● Luas panen = 2500m (tomat) + 2500m (sawi) = 0,5 ha


● Jumlah penduduk Kecamatan Ngantang = 56.376 jiwa (BPS Kabupaten
Malang, 2022)
● Nilai KFM penduduk desa yakni 320 kg/ kapita/tahun (desa dengan lahan
sempit 265 kg/kapita/tahun). Kebutuhan Fisik Minimum penduduk desa
yang biasa digunakan yaitu KFM = 320 kg/kapita/tahun sesuai dengan
kondisi wilayahnya (Kunu, 2020).
● Produksi tanaman/ha/tahun = 3 ton (tomat), 5 ton (sawi)
● Biaya pengeluaran = 3jt

0 ,5 ha
X=
56.376
X =8 , 87
320 kg perkapita pertahun
K=
8 ton /tahun
X =40
8 , 87
σ=
40
σ =0 , 22
Maka nilai daya dukung lahan yakni sebesar 0,22. Hal ini dapat disimpukan
bahwa pada lahan tersebut belum mampu untuk swasembada pangan bagi
penduduknya, seperti yang dijelaskan oleh Moniaga (2012) bahwa :
➔ Kelas I → σ > 2,47 : Wilayah yang mampu swasembada pangan dan
mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
➔ Kelas II → 1 ≤ σ ≤ 2,7 : Wilayah yang mampu swasembada pangan tetapi
belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
➔ Kelas III → σ < 1: Wilayah yang belum mampu swasembada pangan.

4. Biodiversitas Arthropoda dan Penyakit


Isi sesuai dengan tabel dan form isian pada modul materi IV. Hasil
pengukuran biodiversitas arthropoda, peranan arthropoda sebagai layanan
lingkungan dan gejala penyakit sebagai indikator pertanian berlanjut disajikan
dalam bentuk tabel dan perbandingan antar plot disajikan dalam bentuk grafik
(diagram batang).
Berikut ini merupakan hasil pengamatan mengenai biodiversitas
Arthropoda dan Penyakit yang terdapat dalam pengamatan pada Plot 1, 2, 3,
dan 4.yang terletak di desa Ngantang.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Biodiversitas Arthropoda Setiap Plot.

Titik Peran
Nama
Pengambilan Musuh Serangg Dokume Total
Serangga Hama
Sampel Alami a Lain ntasi

Titik 1 (Hutan
Produksi) Belalang
v 3
coklat

Lalat buah v 2

Kupu-kupu v 1

Jangkrik v 1

Laba-laba v 1

Kumbang v 2

Semut api v 1
Bothrogonia v 2

Komposisi
peran 76.9% 15.3% 7.6% 13
Arthropoda

Titik 2
(Agroforestri)

Capung v 1

Belalang
kayu v 3

Kepik hitam v 1

Laba-laba v 3

Ulat bulu v 1

Ngengat v 2
Walang
sangit v 3

Kepik hijau v 1

Semut v 2

Kecoa v 1

Bothrogonia v 1

Kumbang
v 1
tanah

Kupu-kupu v 1

Lalat buah v 1

Komposisi
peran 54.5% 13.6% 31.8% 22
Arthropoda

Titik 3 (Tanaman Lalat v 1


Semusim)
Lady bug v 2

Laba-laba v 1

Trips v 2

Belalang
v 1
kayu

Lalat buah v 1

Tawon v 1

Kumbang
v 2
tanah

Kutu busuk v 1
Semut
v 2
hitam

kumbang
v 1
koksi

jangkrik v 1

zaprionus v 1

monolepta
v 1
lepida

pentatomoi
v 1
dea

ulat grayak v 1
kumbang
v 1
rove

Komposisi
peran 38.0% 42.8% 19.0% 21
Arthropoda

Lycia
v 1
hirtaria

Lady bug v 3

Titik 4 (TS-
Pemukiman)

Ulat gagak v 1

Komposisi
peran 40% 60% 5
Arthropoda

Berikut ini merupakan tabel dari komposisi peran arthropoda yang


terdapat pada setiap plot pengamatan di desa Ngantang.
Tabel 6. Plot Hutan Produksi.
JUMLAH INDIVIDU PROSENTASE
HAMA MA SL TOTAL HAMA MA SL
10 2 1 13 76,9% 15,3% 7,6%

Segitiga Fiktorial komposisi peran arthropoda


Tabel 7. Plot Agroforestri.
JUMLAH INDIVIDU PROSENTASE
HAMA MA SL TOTAL HAMA MA SL
12 3 7 22 54,5% 13,6% 31,8%

Segitiga Fiktorial komposisi peran arthropoda

Tabel 8. Plot Tanaman Semusim.


JUMLAH INDIVIDU PROSENTASE
HAMA MA SL TOTAL HAMA MA SL
8 9 4 21 38% 42,8% 19%

Segitiga Fiktorial komposisi peran arthropoda


Tabel 9. Plot Pemukiman
JUMLAH INDIVIDU PROSENTASE
HAMA MA SL TOTAL HAMA MA SL
2 3 0 5 40% 60% 0%

Segitiga Fiktorial komposisi peran arthropoda

Perhitungan Komposisi Peranan Arthropoda pada setiap plot pengamatan:


1. Plot pengamatan Hutan Produksi:
Hama = (10/13)x100% = 76,9%
Musuh alami = (2/13)x100% = 15,3%
Serangga lain = (1/13)x100% = 7,6%
2. Plot pengamatan Agroforestri:
Hama = (12/22)x100% = 54,5%
Musuh alami = (3/22)x100% = 13,6%
Serangga lain = (7/22)x100% = 31,8%
3. Plot pengamatan Tanaman Semusim:
Hama = (8/21)x100% = 38%
Musuh alami = (9/21)x100% = 42,8%
Serangga lain = (4/21)x100% = 19%
4. Plot pengamatan Pemukiman:
Hama = (2/5)x100% = 40%
Musuh alami = (3/5)x100% = 60%
Serangga lain = (0/5)x100% = 0%

Berdasarkan data dari tabel keragaman arthropoda, maka dapat disajikan data
grafik perbandingan antar plot yang disajikan dalam bentuk diagram batang
berikut:

Berdasarkan dari data tabel dan grafik mengenai keragaman


arthropoda pada setiap plot, maka didapat hasil data yang sangat beragam.
Pada plot pengamatan hutan produksi jumlah dari hama justru malah lebih
tinggi daripada jumlah musuh alami. Dengan data seperti itu maka dapat
disimpulkan bahwa keberadaan musuh alami pada plot pengamatan hutan
produksi ini jumlahnya belum mampu untuk menutup jumlah populasi hama.
berdasarkan dari pendapat Amin, dkk (2016) menyebutkan bahwa kehadiran
musuh alami pada suatu lahan akan berperan sangat penting untuk dapat
menekan populasi hama pada lahan tersebut. Kurangnya populasi dari musuh
alami pada suatu lahan ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, salah
satunya yakni adanya penggunaan pestisida yang kurang tepat. Dengan kondisi
demikian maka perlu adanya pelestarian untuk musuh alami supaya
populasinya mampu mengimbangi populasi hama sehingga dapat tercipta
kesimbangan ekosistem yang merupakan indikator dari pertanian berlanjut.
Pada hasil pengamatan di plot agroforestri didapati data yang hampir
sama dengan data dari hutan produksi. Untuk data dalam agroforestri ini
didapat hasil populasi hama yang masih mendominasi area daripada
keberadaan dari musuh alami. Namun pada plot ini dijumpai bahwa serangga
lain juga memiliki populasi yang cukup banyak pada area plot agroforestri ini.
Peran dari serangga lain ini pada suatu lahan dapat ini tidak dapat membantu
mengurangi populasi hama, melainkan berperan dalam hal penguraian dan
penyerbukan pada tanaman. Kemerataan dari sebaran arthropoda pada suatu
lahan dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik dan abiotik lahan. Hal ini
diperkuat oleh pendapat dari Amin, dkk (2016) bahwa keberadaan faktor
abiotik dan biotik pada suatu ekosistem pertanian secara bersamaan akan
dapat menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan organisme.
Berdasarkan data dari grafik dan juga tabel keragaman arthropoda di
atas, pada lahan tanaman semusim justru malah menunjukkan kehadiran
musuh alami yang mendominasi daripada kehadiran hama. Hal tersebut dapat
ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti adanya pola tumpangsari, faktor
abiotik, dan pengelolaan hama yang mementingkan keseimbangan ekosistem.
Hal ini diperkuat dengan data dari Septiani dan Aminah (2021) yang
menyebutkan bahwa, melimpahnya musuh alami pada suatu lahan tergantung
dari keberagaman jenis tanaman yang ditanam, dan dengan beragamnya
tanaman tersebut maka akan dapat menyebabkan datangnya berbagai jenis
predator dan parasitoid bagi hama. Selain dari beragamnya vegetasi, suhu
lingkungan juga mampu mempengaruhi kehadiran predator hama pada suatu
lahan. Amin, dkk (2021) menyebutkan bahwa suhu akan menjadi pengaruh
yang vital bagi pertumbuhan serangga baik hama, musuh alami, maupun
serangga lain, karena sifat dari serangga yang bersifat ektoterm yang
menjadikan suhu menjadi faktor penting bagi keberlangsungan hidup individu
serangga. Pada plot pengamatan tanaman semusim ini dapat dikatakan bahwa
lingkungan ekosistemnya seimbang dan populasi hama dapat ditekan dengan
hadirnya musuh alami. Keseimbangan ekosistem tersebut dapat menunjang ke
arah pertanian berkelanjutan yang lebih mementingkan keseimbangan
lingkungan dengan lancarnya siklus rantai makanan dan penyerbukan pada
wilayah tersebut.
Pada plot pengamatan pemukiman, dan berdasarkan dari hasil tabel di
atas memiliki keragaman arthropoda yang rendah baik dari hama maupun
musuh alaminya. Namun dari hasil data tersebut jumlah populasi data dari
musuh alami masih mendominasi daripada populasi hama pada plot
pemukiman. Dengan kondisi populasi musuh alami yang lebih tinggi daripada
hama maka petani justru dapat meminimalisir biaya produksi dengan
mengurangi biaya penggunaan pestisida. Indikator dari ekosistem pertanian
yang baik yakni yang keragaman biodiversitas mampu berfungsi secara optimal
dan berkelanjutan sehingga mampu menyediakan jasa lingkungan untuk dapat
menunjang kehidupan makhluk yang lain.
Berikut ini merupakan data dari indeks penyakit tanaman yang
terdapat dalam setiap plot pengamatan:
Tabel 6. Plot 1 Hutan Produksi
Nama Jenis Patogen Jumlah daun dalam J. Daun yang Intensitas
Penyakit dan Gejala 1 tanaman Terserang Penyakit
- - - - -
Pada plot hutan produksi tidak ditemukan penyakit tanaman.
Tabel 7. Plot 2 Agroforestri
Nama Jenis Patogen dan Jumlah daun J. Daun yang Intensitas
Penyakit Gejala dalam 1 tanaman Terserang Penyakit
Karat
daun kopi Hemilia vastatrix 26 9
Pada plot agroforestri ini dijumpai penyakit pada tanaman, penyakit
tersebut yakni karat daun pada komoditas kopi. Sedangkan untuk patogen
pada penyakit karat daun kopi ini disebabkan oleh Hemilia vastatrix.
Tabel 8. Plot 3 Tanaman Semusim
Nama Jenis Patogen Jumlah daun dalam J. Daun yang Intensitas
Penyakit dan Gejala 1 tanaman Terserang Penyakit
- - - - -
Pada plot tanaman semusim tidak ditemukan penyakit tanaman.

Tabel 9. Plot Pemukiman


Nama Jenis Patogen Jumlah daun dalam J. Daun yang Intensitas
Penyakit dan Gejala 1 tanaman Terserang Penyakit
Karat
daun Puccinia sorghi 8
Pada plot pengamatan pemukiman ini dijumpai penyakit tanaman karat daun,
penyakit karat daun ini diakibatkan oleh patogen Puccinia sorghi.

Gambarkan biodiversitas arthropoda masing-masing plot


dalam segitiga fiktorial. Buat pembahasan disertai foto dan
pendukung yang sesuai. Jelaskan keterkaitan biodiversitas
arthropoda dan penyakit sebagai indikator pertanian berlanjut.

5. Cadangan Karbon
Isi sesuai dengan tabel dan form isian pada materi I.
Pendugaan nilai cadangan karbon sebagai indikator pertanian
berlanjut. Buat pembahasan yang diperkuat dengan jurnal
pendukung minimal 5 jurnal internasional dan 2 jurnal nasional
disertai foto,

N Penggun Tutup Manfa Posis Tingkat Jumla Kerapat C-


o aan lahan an at i Tutupan h an Stoc
Lahan Lere Spesi k
ng es
Kano Seres
pi ah
1 Padang Rump D T r s - - 1
Rumput ut

2 Tegalan Jagun B A r r 2 - 1
g

3 Pemukim - - B r r - - 1
an

4 Jalan - - T r r - - 1

5 Pepohon Pohon T s s - r 1
an

Dari hasil pengamatan jumlah cadangan karbon, didapatkan


hasil bahwa…… memiliki jumlah cadangan karbon paling tinggi,
kemudian ada …… diurutan berikutnya, lalu ada …….. diketahui
juga bahwa cadangan karbon yang ada di lokasi pemukiman serta
jalan tidak memiliki cadangan karbon. Hal ini menunjukkan bahwa
….. adalah lingkungan yang terbaik dalam menyimpan cadangan
carbon.
Pemanasan global (global warming) yang terjadi saat ini
merupakan dampak dari berbagai aktivitas masyarakat. Dampak
yang terjadi dari global warming adalah naiknya permukaan air laut
sehingga luas daratan berkurang dan air laut masuk ke pemukiman
akibat kemunduran garis pantai (Wacano et al., 2013). Penyebab
utama terjadinya global warming adalah meningkatnya emisi gas
rumah kaca seperti CO2 di atmosfer yang dihasilkan oleh berbagai
aktivitas masyarakat seperti perindustrian, transportasi, maupun
pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat (Robert, 2001) yang
mengatakan “Peningkatan gas rumah kaca (green house gas/GHG),
terutama karbon dioksida (CO ), 2 merupakan faktor utama yang
berkontribusi dan berdampak besar terhadap perubahan iklim
pada abad ke-21 (Robert, 2001)”.
Tanah mempunyai kapasitas tertentu dalam menyerap karbon
(Paustian et al., 2000). Potensi sekuestrasi/simpanan karbon
organik di dalam tanah tergantung pada tipe/jenis tanah
(komposisi mineral tanah, tekstur, kedalaman, BD) (Broos &
Baldock, 2008; Carson, 2014). Tekstur tanah dapat mempengaruhi
jumlah karbon pada tipe yang berbeda. Oleh karena itu, jumlah
karbon organik yang disimpan di dalam tanah cenderung
meningkat dengan peningkatan kandungan liat, sedangkan pada
tanah pasir, kehilangan karbon organik lebih besar oleh
dekomposisi mikroorganisme (Carson, 2014).
Ketersediaan cadangan karbon yang ada di lahan pertanian
maupun di hutan memiliki jumlah yang berbeda-beda. Sekuestrasi
karbon ke dalam tanah akan mendorong perubahan penting dalam
pengelolaan lahan melalui peningkatan kandungan bahan organik,
dan akan memiliki efek langsung yang signifikan terhadap sifat-sifat
tanah dan dampak positif pada kualitas lingkungan atau kualitas
pertanian dan keanekaragaman hayati. Perbedaan cadangan
karbon ini berdasarkan pada keanekaragaman dan kerapatan
tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya.
Tingkat penyimpanan karbon pada suatu lahan akan semakin besar
jika kondisi kesuburan tanahnya baik.

Jelaskan mengapa nilainya berbeda.


Jelaskan pentingnya cadangan karbon dengan aspek
lain dalam kaitannya dengan Pertanian Berlanjut.

3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi


3.1.3.1 Economically Viable
PLOT 1 Hutan
1) Economically viable (keberlangsungan secara ekonomi)
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dari bidang pertanian (perhitungan
pendapatan usahatani)
Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan dengan
narasumber yang bernama Bapak Amin, Bapak Amin melakukan
kegiatan usaha tani dengan menggunakan lahan perhutani seluas
7500m2 ,lahan perhutani ditanami pohon pinus dengan sistem
pembayaran pajak setiap tahun sebesar Rp. 115.000.
Pada plot lahan hutan petani menanam tanaman semusim dan
tanaman tahunan yaitu tanaman rumput gajah dan pohon durian,
Petani menanam tanaman rumput gajah untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak sapi. Berdasarkan hasil wawancara Bapak Amin memiliki
ternak yaitu 6 ekor sapi dengan 3 ekor sapi kepemilikan sendiri dan 3
ekor sapi kepemilikan orang tua. Penghasilan yang diperoleh Bapak
Amin berasal dari hasil penjualan anakan sapi bila sudah berusia 4
bulan. Selain itu Bapak Amin juga memperoleh penghasilan dari hasil
menjual rumput gajah dengan harga Rp. 10.000 / ikat. Namun Bapak
Amin belum memperoleh hasil dari tanaman durian, karena tanaman
durian masih berusia 3 tahun.
Bapak Amin juga bermitra dengan PT. BISI INTERNATIONAL Tbk.
agung yang dibudidayakan pak amin saat panen digunakan sebagai
produksi PT. BISI yang akan diolah dan di perjual belikan kepada pihak
umum dengan harga jagung yang diambil oleh pihak PT BISI telah
disepakati sebelumnya pada harga 4700/kg beserta tongkol jagung.
b. Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input
produksi:
● Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan Masyarakat Desa Tulungrejo yaitu
tenaga pribadi, petani akan rutin ke sawah yang ditanami rumput
gajah untuk dilakukan pemanen yang digunakan sebagai pakan
ternak sapi secara berkala.
● Bibit
Bibit yang digunakan untuk budidaya tanaman durian yaitu benih
lokal, sedangkan Bibit rumput gajah yang digunakan berasal dari
varietas lokal hasil perbanyakan secara vegetatif.
● Pupuk
Petani menggunakan pupuk phonska sebanyak 100 kg dengan harga
Rp.160.000 / 50 kg, kemudian juga pupuk organik sebanyak 100 kg
dengan harga Rp.90.000 / 50 kg.

PLOT 2 Agroforestri
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dari bidang pertanian.
Dari hasil wawancara dengan petani pada plot 2 agroforestry
didapatkan bahwa petani tersebut mendapatkan lahan warisan
orang tua dan memiliki setidaknya 50% dengan luas 7500m2 atau
0,75 ha dari total keseluruhan lahan warisan, lahan tersebut bebas
dari biaya sewa lahan. Tanaman yang dibudidayakan adalah
tanaman kopi dengan varietas arabika dan robusta serta durian
dengan varietas durian lokal ngantang.
Pendapatan yang didapatkan petani dari komoditas durian
tidak terlalu besar penghasilannya, meskipun biaya produksinya
tidak terlalu besar karena petani tidak mengeluarkan biaya untuk
pestisida dan pengeluaran untuk pupuk kimia sangatlah minim.
Durian yang dipanen dibeli dengan harga Rp 20.000- Rp 50.000
per buah, durian tersebut umumnya dibeli oleh tengkulak
sebelum buah matang, selain tengkulak biasanya terdapat warga
atau orang dari luar wilayah tersebut membeli durian langsung ke
petani dan biasa dijual di sekitaran harga Rp 35.000- Rp 50.000,
harga ini umumnya bergantung pada keikhlasan pembeli.
Pendapatan pada tanaman kopi lebih besar dibandingkan dengan
durian, kopi biasanya dijual dengan harga Rp 25.000-Rp 35.000/kg
untuk varietas robusta. Dengan biaya produksi kopi sekitar Rp
2.500.000,- .
b. Penghasilan yang didapatkan masyarakat untuk
pengembalian input produksi
● Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada lahan
agroforestry sebanyak 7 orang dengan pembagian
3 orang tenaga kerja keluarga dan 4 orang tenaga
kerja harian dengan upah Rp 40.000/orang/ ½ hari
yang dipanggil saat masa panen.
● Bibit
Petani melakukan pembibitan atau peremajaan
tanaman kopi dilakukan dengan stek dari tanaman
kopi sebelumnya. Selain dari stek peremajaan bibit
yang didapatkan petani berasal dari bibit yang
dibeli dengan harga Rp 1.500,-/bibit dengan total
Rp 22.500,- .
● Pupuk
Petani melakukan pemupukan dengan kombinasi
pupuk organik dan pupuk kimia, namun petani
menjelaskan bahwa pemupukan yang utama
adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ternak miliki petani itu sendiri dan dikombinasikan
dengan pupuk urea dan phonska dengan dosis 50
kg/0.75 ha
PLOT 3 Tanaman Semusim
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari hari dari bidang pertanian
(perhitungan pendapatan usahatani)
Berdasarkan field trip yang telah dilaksanakan
lahan sawah yang digunakan masyarakat adalah lahan sewa
sebesar 50% dengan luasan lahan 2500 m2 atau 0,25 ha,
dan lahan tegalan dengan sewa sebesar 50% dengan luasan
lahan 2500 m2 atau 0,25 ha. Tanaman yang dibudidayakan
pada lahan sawah adalah tomat dan sawi, sedangkan
tanaman yang dibudidayakan pada lahan tegalan adalah
tanaman hortikultura. Berdasarkan wawancara mahasiswa
dengan petani menunjukkan bahwa kebutuhan petani
dapat terpenuhi dengan adanya lahan sawah dan tegalan,
sehingga petani tidak perlu membeli sayuran dan tanaman
yang dibudidayakan.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan
dengan biaya total yang dikeluarkan, sedangkan
penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga jual
sawi dan tomat dengan banyaknya sawi dan tomat yang
dihasilkan. Jumlah produksi Tomat sekali panen sekitar 3
ton per ½ ha, harga jual tomat dari petani ke pengepul
adalah dibawah standar yaitu Rp. 5.000,- per kilogram
dengan nilai produksinya sebesar Rp.1.500.000,- sedangkan
jumlah produksi sawi sekali panen sekitar 5 ton per ½ ha
harga jual sawi dari petani ke pengepul juga dibawah
standar yaitu Rp. 5.000,- per kilogram dengan nilai
produksinya sebesar Rp.2.500.000,-.

b. Penghasilan yang didapat masyarakat untuk


pengembalian input produksi:
● Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan petani
mempekerjakan 4 orang pekerja dengan jam kerja yang
dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang, dan dengan
upah sebesar Rp. 50.000,- per ½ hari. Petani
mempekerjakan buruh tani hanya pada saat tertentu
seperti pada saat awal penanaman atau pada saat panen.
● Bibit
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan,
mahasiswa mencatat bahwa petani menggunakan bibit
tomat sebanyak 2 polibag dengan harga per unit sebesar
Rp. 55.000,- dan jumlah biaya sebesar Rp. 110.000,- .
● Pupuk, pupuk yang digunakan petani adalah pupuk urea
(Pupuk N) sebanyak 3 karung dengan harga Rp. 200.000,-
per kwintal . Pupuk TSP/SP 36 (Pupuk P) sebanyak 1 karung
dengan harga Rp. 150.000,- per kwintal. Pupuk KCL yang
digunakan sebanyak ¼ karung dengan harga Rp. 1000.000,-
per kwintal. Petani juga menggunakan pupuk ZA sebanyak
1 karung dan dengan harga Rp. 700.000,- per kwintal.
Selain menggunakan pupuk anorganik petani juga
menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang .
PLOT 4 Pemukiman - Tanaman Semusim
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dari bidang pertanian (perhitungan pendapatan usahatani)
Narasumber pada plot pemukiman-tanaman semusim adalah Bapak Juari
yang berusia 63 tahun. Bapak Juari melakukan budidaya padi pada lahan
sawah dan budidaya kol, sawi pada lahan tegalan.
Lahan yang digunakan lahan sewa dengan luasan lahan 2500m2 (1/4 Ha)
pada lahan sawah dan sewa 2500m2 (1/4 Ha) pada lahan tegalan. Dengan
modal yang berasal dari kepemilikan pribadi tanpa adanya meminjam
pada pihak koperasi. dengan adanya modal yang digunakan dalam usaha
tani, maka pak juari memperoleh hasil dari panennya dapat terpenuhi
untuk kebutuhan hidupnya sebesar 50%.
b. Penghasilan yang didapat masyarakat untuk pengembalian input
produksi:
● Tenaga kerja
Bapak Juari menggunakan tenaga kerja sendiri, sehingga tidak
mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja.
● Bibit
Bibit padi, kol, sawi yang diperoleh dari toko pertanian setempat.
Bapak Juari melakukan penyemaian terlebih dahulu kemudian
dipindah semai pada lahan yang telah disiapkan sebelumnya
● Pupuk
Bapak Juari menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia yang
diperoleh dari transaksi pada toko pertanian. Jenis pupuk kimia
yang digunakan adalah NPK (Phonska dan Mutiara) serta Urea.
Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang kotoran
sapi.

3.1.3.2 Ecologically Sound


PLOT 1 Hutan
a. Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah)
dipertahankan dan ditingkatkan
Dalam plot hutan ini petani menggunakan pupuk organik untuk
mempertahankan ekosistem, yaitu pupuk organik yang berasal
dari kotoran sapi ternak miliknya dan sebagiannya membeli. Plot
hutan ini memiliki biodiversitas yang tinggi sehingga tingkat
keanekaragaman hayati hewan dan organisme tanah tinggi,
sehingga kondisi tanah sangat menentukan kehadiran organisme
tanah. Keanekaragaman hayati menjadi salah satu yang
menentukan tingkat produktivitas pertanian dan kemampuan
agroekosistem seperti jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme
yang berinteraksi dalam suatu ekosistem. Plot hutan memiliki
biodiversitas yang tinggi sehingga tingkat keanekaragaman hayati
hewan dan organisme tanah yang tinggi.
b. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman
hayati (biodiversitas)
Petani menerapkan sistem pertanian yang diterapkan berorientasi
pada lingkungan, dimana petani menyadari bahwa penggunaan
pupuk anorganik tidak baik bagi lingkungan, sehingga petani
mengganti pupuk anorganik dengan pupuk organik. Sehingga
melalui sistem pertanian ini akan tercipta pertanian yang ramah
lingkungan dan dapat mempertahankan keragaman hayati.
c. Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar yaitu dengan pemanfaatan tanaman untuk tutupan lahan
sehingga biodiversitasnya tinggi. Petani juga memanfaatkan
tanaman rumput yang mampu menjaga stabilitas tanah dengan
mencegah erosi.
d. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Untuk meminimalisir segala resiko yang dapat terjadi maka petani
dapat memanfaatkan vegetasi yang terdapat di lahan tersebut
dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya
erosi. Vegetasi berperan pengendalian erosi yang mampu
mengurangi laju limpasan permukaan dan besarnya energi kinetik
air hujan.
PLOT 2 Agroforestri
a. Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah)
dipertahankan dan ditingkatkan.
Pada lahan agroforestry pertanian ramah lingkungan
dilakukan oleh petani hal ini mengacu pada hasil wawancara
dimana penggunaan pupuk lebih diutamakan. Penggunaan pupuk
kompos yang berasal dari kotoran ternak sapi lebih banyak
digunakan disamping penggunaan pupuk kimia berupa urea.
Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani adalah
penggunaan pupuk kimia, namun pengaplikasiannya sangat jarang
dilakukan karena hama yang ada berupa semut dan mampu
dikendalikan oleh musuh alami.
b. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman
hayati (biodiversitas)
Sistem pertanian berorientasi ramah lingkungan dengan
penggunaan pupuk organik lebih banyak dibandingkan dengan
pupuk kimia, selain itu pengelolaan lahan tanpa olah tanah
membantu lahan menjaga struktur tanah yang asli dan mencegah
hilangnya mikroorganisme tanah akibat pengolahan tanah yang
dilakukan. Pengendalian hama dilakukan dengan mengandalkan
musuh alami yang tersedia di lahan pengamatan karena menurut
petani sendiri hama yang terdapat pada lahan masih dalam
ambang batas wajar dan dapat dikendalikan dengan baik oleh
musuh alami.
c. Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh
masyarakat.
Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh
masyarakat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang
menerapkan prinsip 5T. Perotasian tanaman juga dilakukan oleh
petani untuk meningkatkan kesuburan tanah serta mengurangi
intensitas serangan hama dan penyakit, selain itu para petani juga
mengupayakan pelestarian lahan agar tidak terjadi alih degradasi
lahan atau bahkan alih fungsi lahan.
d. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di
lapang.
Resiko alamiah yang dapat diminimalisir adalah resiko
cuaca pada masa tanam, langkah yang diambil oleh petani adalah
dengan menggunakan kalender tanam atau pranoto mongso.

PLOT 3 Tanaman Semusim


a. Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di
lingkungan landscape (manusia, tanaman, hewan dan
organisme tanah) dipertahankan dan ditingkatkan
Berdasarkan field trip yang telah dilaksanakan
kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi di
lingkungan landscape cukup baik hal tersebut dibuktikan
dengan banyaknya organisme tanah yang terdapat pada
lahan pengamatan, petani selaku manusia yang mengelola
lahan melakukan kegiatan pengelolaan lahan dengan baik
seperti melakukan pemupukan, selain itu terdapat
tanaman yang beragam sehingga tingkat keberagaman
pada landscape tersebut tinggi.
b. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan &
keragaman hayati (biodiversitas)
Petani menerapkan sistem pertanian berorientasi
pada ramah lingkungan dan keragaman hayati, yaitu
dengan memanfaatkan pestisida organik dan pupuk
organik sebagai penambah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, sehingga keragaman hayati dapat terjaga.
c. Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh
masyarakat
Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan
pelestarian sumber daya alam juga dilakukan oleh
masyarakat yaitu dengan mempertahankan lahan yang
digunakan agar tidak terjadi alih fungsi lahan.
d. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi
di lapang .
Terdapat resiko-resiko alamiah yang terjadi di
lapang seperti cuaca yang tidak menentu hal tersebut
dapat menyebabkan terganggunya hasil produksi petani.
Namun resiko alamiah yang terjadi dapat diminimalisasi
oleh petani pada lahan fieldtrip dengan memperhatikan
kalender tanam.
PLOT 4 Pemukiman - Tanaman Semusim
a. Kualitas & kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape (manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah)
dipertahankan dan ditingkatkan
Pada plot lahan pemukiman-tanaman semusim sistem pertanian
yang diterapkan yaitu sistem pertanian secara intensif yang berorientasi
pada hasil produksi, sehingga petani tidak begitu memperhatikan
keadaan kondisi lingkungan. Namun, petani menggunakan pupuk organik
sehingga cukup membantu dalam mempertahankan kualitas dan
kemampuan agroekosistem.

b. Sistem pertanian berorientasi pada ramah lingkungan & keragaman


hayati (biodiversitas)
Sistem pertanian yang diterapkan pada lahan pengamatan dapat
dikatakan ramah lingkungan hal tersebut karena petani menggunakan
pupuk organik yang seimbang dengan penggunaan pupuk kimia
(50%:50%). Petani menggunakan input anorganik berupa pupuk kimia
diberikan sesuai dengan dosis dan penggunaannya dilakukan bersamaan
dengan pengaplikasian pupuk kandang dari kotoran ternak. Pupuk kimia
yang digunakan dalam kegiatan budidaya adalah NPK Mutiara dan
Phonska dengan dosis masing-masing 20 Kg dan 100 Kg serta pupuk Urea
dengan dosis 100 Kg. Selain itu kegiatan budidaya pada plot pengamatan
tanaman semusim juga menggunakan input kimia lain berupa pestisida
kimia namun petani tidak menyebutkan secara spesifik jenis pestisida
yang digunakan serta bentuk pengendalian. Gulma yang terdapat pada
lahan tanaman semusim berupa krokot, teki dan rumput digitaria serta
hama yang ditemukan adalah ulat grayak.
c. Pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat
Minimnya pelestarian sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat
dapat memperburuk kondisi lingkungan. Masyarakat menggunakan input
kimia secara masif sehingga dapat mencemari sumberdaya lahan yang
dan akan membuat habitat yang kurang baik bagi organisme pada lahan.
Rendahnya kesadaran masyarakat ini juga dapat mengancam
biodiversitas yang terdapat pada lahan.
d. Minimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang
Resiko yang sangat mungkin terjadi pada plot lahan pemukiman adalah
terjadinya alih fungsi lahan. Minimalisasi resiko yang terjadi berupa
pencegahan alih fungsi lahan yang digalakkan oleh petani yaitu dengan
melakukan penerapan pola tanam tumpangsari, yang mana pola tanam
ini mampu mengurangi intensitas serangan OPT, menyediakan habitat
yang lebih baik bagi musuh alami, mengurangi resiko terjadinya degradasi
lahan dan menanggulangi kerugian akibat kondisi faktor biotik-abiotik
yang tidak menentu melalui diversifikasi hasil panen. Hal tersebut dapat
meminimalisasi resiko-resiko alamiah yang mungkin terjadi di lapang.

3.1.3.3 Socially Just


PLOT 1 Hutan
a. Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian hak-hak
1) Penggunaan fungsi lahan pertanian
Penggunaan fungsi lahan pada plot ini adalah hutan
yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman semusim
rumput gajah di bawah kanopi tanaman pinus yang
diperuntukan sebagai pakan ternak. Selain itu, di lahan
tersebut terdapat tanaman pinus yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat demi menunjang
kebutuhannya. Pada lahan ini terdapat tanaman
tahunan durian yang masih berusia 3 tahun, nantinya
saat sudah berbuah akan dijual hasil panennya ke
pasar. Tanaman utama yang terdapat pada lahan
hutan yaitu pinus yang dimiliki oleh perhutani dengan
dimanfaatkan tanaman yang dapat disadap untuk
diambil getahnya. Getah dari pohon pinus dapat diolah
menjadi bahan dasar pengencer cat. Sedangkan hasil
kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api,
kertas dan lain sebagainya, maka petani pada lahan
tersebut hanya memanfaatkan lahan yang ada antara
tanaman pinus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara menjual rumput gajah.
2) Keanekaragaman, kepemilikan, & melestarikan
keanekaragaman hayati (kepemilikan tanaman
semusim)
Kepemilikan lahan tersebut yaitu milik Perhutani
yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bernaung pada Departemen Kehutanan.
3) Pemuliaan & pengembangan
Petani tidak melakukan pemuliaan maupun
pengembangan pada komoditas tersebut, yang
dilakukan petani hanya menjaga keanekaragaman
pada lahan tersebut agar tetap terjaga dan utuh.
4) Saling menukar & menjual benih di masyarakat
Petani pada lahan hutan memiliki pekerjaan utama
yaitu dengan menggarap lahan dengan sistem bagi
hasil yang ditanami tanaman jagung yang digunakan
sebagai pakan ternak tanaman jagung yang diperoleh
petani tersebut berasal dari PT BISI yang sudah cukup
lama saling bekerja sama.
5) Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas
Demand –Supply)
Pada plot tersebut petani akan mendapatkan
kepastian harga pasar yang diperoleh baik sesama
petani maupun orang sekitar dari usaha tani jagung
yang dilakukan sebelumnya yang menjadikan petani
tidak kebingungan lagi mengenai gejolak harga yang
terdapat pada pasaran.
b. Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya
semua bentuk kehidupan baik tanaman, hewan dan
manusia dihargai secara proporsional
Pada plot hutan ini menunjukkan bahwa adanya
karakter humanistik antar sesama makhluk hidup baik dari
manusia (petani), tanaman, maupun hewan yang hidup
disekitar dan tergantung pada setiap komponen yang ada
didalamnya. Hal tersebut terlihat dengan adanya saling
menjaga dari petani terhadap alam, yang berdampak
tanaman yang tumbuh dengan baik dan hewan yang masih
mempunyai habitat aslinya dan dapat mencari makan baik
dari sisa hasil panen maupun lainnya.
c. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya
bahwa pada plot hutan ini saling menjaga dan menghargai
yang telah nampak bukti dengan adanya pertukaran
informasi antara petani yang mengelola lahan, dan juga
saling menghargai atas segala pengalaman maupun
keluasan wawasan yang dimiliki masing-masing petani.
PLOT 2 Agroforestri
a. Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian à hak-hak
1) Penggunaan fungsi lahan pertanian
Pada plot ini penggunaan fungsi lahan digunakan
untuk menanam tanaman tahunan berupa komoditas
kopi dan juga durian yang mana pengelolaan hutan atau
pohon kayu-kayuan.
2) Keanekaragaman, kepemilikan, & melestarikan
keanekaragaman hayati
Untuk keanekaragaman yang dimiliki ini cukup
beragam dari pepohonan, serta untuk kepemilikan lahan
ada sebagian yang menyewa dan ada juga sebagian
yang dimiliki sendiri oleh petani.
3) Pemuliaan & pengembangan
Kegiatan pemuliaan maupun pengembangan yang
dilakukan oleh petani salah satunya menjaga kelestarian
biodiversitas agar tetap melimpah dan juga berusaha
untuk mengelola lahan dengan sebaik-baiknya.
4) Saling menukar & menjual benih di masyarakat
Pada plot ini tidak menunjukkan adanya tukar
menukar benih, karena sebagian besar petani membuat
bibit sendiri hal ini dikarenakan mayoritas komoditasnya
tahunan biasanya petani menggunakan stek batang dan
juga tidak jarang petani membeli bibit dari kelompok
tani.
5) Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas
Demand –Supply)
Pada plot ini petani memperoleh informasi pasar
baik mengenai harga dan juga komoditas yang banyak
diminati dari kelompok tani “Rukun Makmur” yang
tersedia, selain itu kelompok tani ini juga menjalankan
tentang pupuk kimia yang dibutuhkan oleh petani.
b. Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya
semua bentuk kehidupan baik tanaman, hewan dan manusia
dihargai secara proporsional
Pada plot hutan ini menunjukkan bahwa adanya karakter
humanistik antar sesama makhluk hidup baik dari manusia
(petani), tanaman, maupun hewan yang hidup disekitar dan
tergantung pada setiap komponen yang ada didalamnya. Hal
tersebut terlihat dengan adanya saling menjaga dari petani
terhadap alam, yang berdampak tanaman yang tumbuh
dengan baik dan hewan yang masih mempunyai habitat
aslinya dan dapat mencari makan baik dari sisa hasil panen
maupun lainnya.
c. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati
Meskipun masih menggunakan pupuk kimia dalam
menunjang usaha taninya, namun petani tidak lupa
mengaplikasikan pupuk kandang sebagai penyeimbang. Selain
itu, petani juga menerapkan waktu jeda tanaman (bera) pada
lahan untuk membuat tanah istirahat dari kegiatan-kegiatan
yang telah menguras unsur hara. Hal ini karena selain faktor
ekonomi, petani juga memperhatikan aspek ekologinya.
PLOT 3 Tanaman Semusim
a. Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian à hak-hak
1) Penggunaan fungsi lahan pertanian
Penggunaan fungsi lahan pertanian dijadikan lahan
tegalan dengan komoditas tomat dan sawi yang mana
lahan tersebut menyewa dengan luasan seperempat
hektar atau 2500 m2 .
2) Keanekaragaman, kepemilikan, & melestarikan
keanekaragaman hayati
Pada dasarnya Pak Tani Wibowo menyewa lahan
seluas 2500 m2 untuk ditanami komoditas hortikultura
yang artinya keanekaragaman yang ada pada lahan
pertanian ini cukup banyak yaitu tanaman tomat dan
sawi. Selain itu penggarap lahan juga menggunakan
pupuk kandang yang diolah sendiri dari hasil ternak
guna untuk mempertahankan kesuburan tanah dan
berharap menekan adanya hama dan penyakit yang
akan menurunkan hasil produksi.
3) Pemuliaan & pengembangan
Hal yang dilakukan oleh Pak Tani Wibowo pada
lahan tegalan ini dengan menjaga kesuburan tanah
dengan memanfaatkan pupuk kandang dari kotoran
hewan ternak yang juga beliau kelola, meminimalisir
penggunaan pestisida kimia, dan mempertahankan
varietas tanaman yang sekiranya tahan penyakit.
4) Saling menukar & menjual benih di masyarakat
Pada hasil wawancara tidak diperoleh data bahwa
para petani saling bertukar benih hanya saja yang
menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya untuk
musim tanam berikutnya dan itu dipakai oleh petani itu
sendiri.
5) Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas
Demand –Supply)
Dan dengan adanya kelompok tani “Luhur”
tersebut, petani juga diuntungkan dengan mudahnya
memperoleh informasi pasar dan pembangunan dalam
hal peningkatan kualitas lahan dan tingkat pemasaran.
b. Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya semua
bentuk kehidupan baik tanaman, hewan dan manusia dihargai
secara proporsional
Pada sekitar lahan tegalan tersebut tidak dilakukan
pembukaan lahan untuk pemukiman atau kepentingan
masyarakat sendiri. Selain itu, petani juga mengelola lahan
pertanian, perhutani dengan baik yang artinya hal itu
menunjukkan bahwa ketika petani diuntungkan dengan
kesuburan lahan untuk bertani untuk meningkatkan
keanekaragam hayati dan juga membuat hewan tidak
kehilangan habitatnya. Selain itu petani menggunakan
kearifan lokal yang masih dilestarikan hingga saat ini. Di
daerah tersebut masih terdapat budaya gotong-royong dalam
bersih desa, sedekah bumi.
c. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati
Meskipun masih menggunakan pupuk kimia dalam
menunjang usaha taninya, namun petani tidak lupa
mengaplikasikan pupuk kandang sebagai penyeimbang. Selain
itu juga tidak terdapat upaya pengendalian terhadap hama
dan penyakit tanaman. Hal ini karena selain faktor ekonomi,
petani juga memperhatikan aspek ekologinya. Biodiversitas
tanaman tergolong tinggi, organisme yang terdapat disana
juga beragam, apabila petani menggunakan pestisida maka
kemungkinan besar akan mematikan organisme- organisme
yang terdapat di dalam ekosistem. Padahal tidak semua
organisme berperan sebagai hama, ada yang berperan
sebagai polinator, musuh alami, detritivor, maupun serangga
lain yang berperan dalam keseimbangan ekosistem. Sehingga
dengan tingkat kerusakan akibat hama dan penyakit tanaman
yang masih dapat ditoleransi maka petani tidak melakukan
upaya pengendalian.

PLOT 4 Pemukiman - Tanaman Semusim


a. Kebutuhan dasar sebagai pengelola pertanian à hak-hak
1) Penggunaan fungsi lahan pertanian
Pada plot ini penggunaan fungsi lahan digunakan
sebagai pemukiman dan juga lahan tegalan tanaman
semusim dengan komoditas sawi dan kol. Sedangkan
untuk lahan sawah ditanami komoditas padi. Kedua lahan
yang digunakan seluas 2500 m2 atau 0,25 ha, selain itu
pada lahan pekarangan juga ditanami komoditas kurma
jeruk dengan luasan 10 x 60 m.
2) Keanekaragaman, kepemilikan, & melestarikan
keanekaragaman hayati
Pada plot ini memiliki keanekaragaman yang tinggi
dengan adanya beberapa komoditas tanaman semusim
yang tersedia. Untuk kepemilikan lahan ini bukan milik
sendiri melainkan menyewa selama waktu yang telah
disepakati, dan etikanya saat melakukan penyewaan
lahan ini harus tetap menjaga kelestarian
keanekaragaman di sekitar area dan juga di dalam area
yang telah disewa.
3) Pemuliaan & pengembangan
Petani pada plot ini sangat menjaga kondisi
kesuburan lahan dengan menerapkan garis keseimbangan
antara organik dengan kimia. Pemuliaan yang dilakukan
dengan dengan membuat bibit sendiri.
4) Saling menukar & menjual benih di masyarakat
Para petani tidak saling tukar menukar benih atau
bahkan sampai memperjualbelikan benih, sebab mereka
sama-sama membuat benih sendiri dari hasil panen
sebelumnya yang telah dipilih dengan kualitas terbaik.
5) Memperoleh informasi pasar (harga & kuantitas Demand
–Supply)
Pada plot ini petani memiliki sumber informasi
pasar dari kelompok tani yang tersedia, selain itu petani
juga mudah mengakses informasi pasar dengan bertukar
informasi antara petani yang mereka kenal baik di dalam
Desa maupun luar.
b. Memiliki karakter yang humanistik (manusiawi), artinya semua
bentuk kehidupan baik tanaman, hewan dan manusia dihargai
secara proporsional
Pada plot hutan ini menunjukkan bahwa adanya karakter
humanistik antar sesama makhluk hidup baik dari manusia
(petani), tanaman, maupun hewan yang hidup disekitar dan
tergantung pada setiap komponen yang ada didalamnya. Hal
tersebut terlihat dengan adanya saling menjaga dari petani
terhadap alam, yang berdampak tanaman yang tumbuh
dengan baik dan hewan yang masih mempunyai habitat
aslinya dan dapat mencari makan baik dari sisa hasil panen
maupun lainnya.
c. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati
Meskipun masih menggunakan pupuk kimia dalam
menunjang usaha taninya, namun petani tidak lupa
mengaplikasikan pupuk kandang sebagai penyeimbang. Selain
itu juga tidak terdapat upaya pengendalian terhadap hama
dan penyakit tanaman. Hal ini karena selain faktor ekonomi,
petani juga memperhatikan aspek ekologinya. Biodiversitas
tanaman tergolong tinggi, organisme yang terdapat disana
juga beragam, apabila petani menggunakan pestisida maka
kemungkinan besar akan mematikan organisme- organisme
yang terdapat di dalam ekosistem. Padahal tidak semua
organisme berperan sebagai hama, ada yang berperan
sebagai polinator, musuh alami, detritivor, maupun serangga
lain yang berperan dalam keseimbangan ekosistem. Sehingga
dengan tingkat kerusakan akibat hama dan penyakit tanaman
yang masih dapat ditoleransi maka petani tidak melakukan
upaya pengendalian.
Berdasarkan aspek sosial, pertanian di Desa Tulungrejo Kecamatan
Ngantang tergolong berkelanjutan. Hal ini karena lahan telah dikelola
dengan baik, berdasarkan aspek pemanfaatan lahan pertanian,
keanekaragaman, kepemilikan dan pelestarian keanekaragaman hayati,
pembibitan dan pengembangan, pertukaran dan penjualan benih di
masyarakat, memperoleh informasi pasar (harga dan kuantitas demand-
supply), berwatak humanis (manusiawi), harkat dasar semua makhluk
hidup dihormati, dapat dikategorikan bahwa pertanian di daerah tersebut
berjalan dengan baik. Mayoritas petani telah mampu memproduksi benih
sendiri untuk kegiatan bercocok tanamnya, memanfaatkan peran dan
berpartisipasi aktif dalam kelompok tani, kesadaran akan kelestarian
lingkungan melalui upaya pengurangan input agrokimia melalui
pembuatan pupuk dan pestisida nabati. Nilai gotong royong di
masyarakat masih dijunjung tinggi melalui kegiatan bersih desa. Karena
secara sosial pertanian di Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang sudah mapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Virianita et al., (2019) yang menyatakan bahwa pada dasarnya indikator
pertanian berkelanjutan mencakup dua aspek, yaitu aspek biofisik dan
aspek sosial ekonomi yang dapat diterapkan pada tingkat usaha tani dan
rumah tangga. daerah dan nasional. Namun, dalam skala mikro,
menentukan pertanian berkelanjutan akan lebih mudah jika dilakukan
dengan membandingkan pertanian murni dengan pertanian yang banyak
menggunakan input dari luar. Kendala dalam implementasi pertanian
berkelanjutan antara lain sumber daya manusia yang memiliki tingkat
pendidikan rata-rata rendah, produktivitas kerja rendah dan kurangnya
motivasi untuk lebih maju dan berkembang.

Sistem pertanian harus selaras dengan norma sosial sehingga


pertanian berkelanjutan harus memiliki karakter sosial (masyarakat).
Sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan harus memenuhi kriteria
atau indikator yang berkeadilan sosial atau harus diterima secara sosial.
Sistem pertanian berkelanjutan yang diterima secara sosial menjunjung
tinggi hak individu petani, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai
bagian dari sistem komunitas secara keseluruhan sehingga sistem
komunitas mampu mengakses sumber informasi, pasar, atau
kelembagaan pertanian. Menurut Setianingtias et al., (2019), indikator
sosial dalam pertanian berkelanjutan dapat dilihat dari kinerja
kelembagaan petani (Gapoktan) dan pendidikan petani, serta penerimaan
sosial. Dalam skala usaha tani, agar dapat berlangsung secara sosial
ekonomi, kebutuhan sosial ekonomi petani harus terpenuhi, petani
mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan, sarana produksi, dan
pemasaran komoditi yang mudah. Apalagi salah satu pilar dalam
pertanian berkelanjutan adalah penerimaan sosial (acceptability), metode
penggunaan lahan dikatakan gagal jika dalam jangka waktu tertentu jika
konsekuensi sosialnya tidak dapat diterima. Penduduk yang sebagian
besar terkena dampak langsung, dari konsekuensi ekonomi dan sosial,
tidak perlu menggunakan metode penggunaan lahan yang sama. Oleh
karena itu pertanian berkelanjutan berdasarkan aspek sosial
mensyaratkan bahwa pembangunan dapat diterima secara sosial.

3.1.3.4 Culturally Acceptable


PLOT 1 Hutan
a. Selaras/sesuai dg sistem budaya yg berlaku
Usaha tani yang dilakukan oleh Pak Amin selaras
dengan budaya yang terdapat pada wilayah pemukiman
sekitar. Terbukti karena budaya yang diterapkan pada
lahan tegalan Desa Tulungrejo dengan masih menjaga
keberadaan hutan dengan hidup berdampingan dengan
alam serta memanfaatkan hutan untuk menunjang
keberlanjutan hidup. Budaya yang rutin diselenggarakan
dengan menggelar bersih desa yang berlangsung selama 1
tahun sekali yang melibatkan masyarakat sekitar untuk
berkontribusi dengan rangkaian acara turut menjaga desa.
Kegiatan bersih desa biasa dilakukan bersamaan dengan
selamatan untuk memberikan sesaji atau hasil bumi
dengan menyumbangkan makanan saat kegiatan bersih
desa. Bersih desa dilakukan oleh masyarakat sebagai rasa
wujud syukur yang telah diberikan dengan hasil bumi atau
hasil panen yang diperoleh selama satu tahun.
b. Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan,
kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih sayang
Hubungan yang dapat menggabungkan nilai-nilai
kemanusiaan antar sesama petani biasanya dilakukan
dengan adanya interaksi baik itu saling bincang atau
berdiskusi mengenai lahan yang dilakukan usaha tani.
Kegiatan bertukar pikiran sesama petani dilakukan untuk
mengetahui progres serta problem yang terjadi pada lahan
yang digunakan sebagai budidaya seperti permodalan yang
digunakan. Salah satu solusi permodalan yang digunakan
yaitu dengan menyelaraskan pihak koperasi desa terhadap
usahatani nya dengan asas kerja sama dan rasa kasih
sayang. Adanya permodalan yang telah terjalin dengan
pihak koperasi, maka petani terbantu untuk melakukan
kegiatan usaha tani nya seperti membeli pupuk yang
lumayan mahal untuk nutrisi tanaman.
c. Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat
pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi usahatani yang berlangsung terus.
Pada hasil wawancara yang dilakukan pada petani
Desa Tulungrejo ini menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat yang berperan sebagai petani baik perhutani,
agroforestri, bahkan tanaman semusim mereka mampu
beradaptasi dengan segala bentuk perubahan baik dari
dalam maupun luar bidang pertanian. Buktinya dengan
kemajuan teknologi yang terus berkembang pada dunia
pertanian mereka juga menjaga budaya yang telah
tertanam dengan melakukan bersih desa jadi kedua hal
tersebut harus berjalan berkesinambungan dasarnya pada
prinsip mereka.
PLOT 2 Agroforestri
a. Selaras/sesuai dg sistem budaya yg berlaku
Budaya yang rutin diselenggarakan dengan menggelar
bersih desa yang berlangsung selama 1 tahun sekali yang
melibatkan masyarakat sekitar untuk berkontribusi dengan
rangkaian acara turut menjaga desa. Kegiatan bersih desa
biasa dilakukan bersamaan dengan selamatan untuk
memberikan sesaji atau hasil bumi dengan
menyumbangkan makanan saat kegiatan bersih desa.
Bersih desa dilakukan oleh masyarakat sebagai rasa wujud
syukur yang telah diberikan dengan hasil bumi atau hasil
panen yang diperoleh selama satu tahun.
b. Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan,
kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih sayang
Pada wawancara juga dijelaskan bahwa Desa
Tulungrejo memiliki kearifan lokal berupa kepercayaan
atau adat berupa upacara yang dilakukan menjelang
panen. Upacara ini berupa acara syukuran dengan pemilik
membuat nasi tumpeng dan memakannya bersama para
pekerja yang akan melakukan proses pemanenan. Hal ini
selain sebagai bentuk rasa terimakasih atas hasil panen
yang akan diperoleh, juga mampu meningkatkan tali
silaturahmi antar petani. Masyarakat pedesaan ini juga
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi
usahatani yang terus berlangsung terus. Selain itu banyak
para petani yang masih menggunakan sistem “Pranoto
Mangsa” untuk menentukan waktu atau bulan yang
digunakan saat akan menanam. oiiiiiiii
c. Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat
pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi usahatani yang berlangsung terus.
Sebagian besar masyarakat yang berperan sebagai
petani baik perhutani, agroforestri, bahkan tanaman
semusim mereka mampu beradaptasi dengan segala
bentuk perubahan baik dari dalam maupun luar bidang
pertanian. Buktinya dengan kemajuan teknologi yang terus
berkembang pada dunia pertanian mereka juga menjaga
budaya yang telah tertanam dengan melakukan bersih
desa jadi kedua hal tersebut harus berjalan
berkesinambungan dasarnya pada prinsip mereka.
PLOT 3 Tanaman Semusim
a. Selaras/sesuai dg sistem budaya yg berlaku
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
Pak Tani Wibowo, dapat diketahui bahwa dari sudut
pandang budaya setempat terdapat dua tempat keramat.
Untuk tempat keramat yang pertama yaitu punden di
pemukiman warga dan untuk tempat keramat yang kedua
yaitu punden di hutan yang dekat dengan sumber air yang
ada disana. Budaya yang rutin diselenggarakan dengan
menggelar bersih desa yang berlangsung selama 1 tahun
sekali yang melibatkan masyarakat sekitar untuk
berkontribusi dengan rangkaian acara turut menjaga desa.
Kegiatan bersih desa biasa dilakukan bersamaan dengan
selamatan untuk memberikan sesaji atau hasil bumi
dengan menyumbangkan makanan saat kegiatan bersih
desa. Bersih desa dilakukan oleh masyarakat sebagai rasa
wujud syukur yang telah diberikan dengan hasil bumi atau
hasil panen yang diperoleh selama satu tahun.
b. Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan,
kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih sayang
Di desa ini juga terdapat kearifan lokal berupa
kepercayaan atau adat berupa upacara yang dilakukan
menjelang panen. Upacara ini berupa acara syukuran
dengan pemilik membuat nasi tumpeng dan memakannya
bersama para pekerja yang akan melakukan proses
pemanenan. Hal ini selain sebagai bentuk rasa terimakasih
atas hasil panen yang akan diperoleh, juga mampu
meningkatkan tali silaturahmi antar petani. Masyarakat
pedesaan ini juga mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan kondisi usahatani yang terus berlangsung terus.
c. Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat
pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi usahatani yang berlangsung terus.
Pada saat wawancara dapat disimpulkan bahwa
masyarakat sangat mampu menyesuaikan diri dengan
berbagai perubahan yang ada akibat usaha tani baik dari
segi sebelum tanam, saat tanam, bahkan pasca panen.
Perubahan ini baik secara teknologi maupun keberagaman
pengalaman dan wawasan yang dimiliki oleh masing-
masing masyarakat sekitar.
PLOT 4 Pemukiman - Tanaman Semusim
a. Selaras/sesuai dg sistem budaya yg berlaku
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
Pak Juari, dapat diketahui bahwa dari sudut pandang
budaya setempat terdapat dua tempat keramat. Untuk
tempat keramat yang pertama yaitu punden di pemukiman
warga sebagai bentuk penghormatan bagi pendiri desa
dulunya dan untuk tempat keramat yang kedua yaitu
punden di hutan yang dekat dengan sumber air yang ada
disana. Budaya yang rutin diselenggarakan dengan
menggelar bersih desa yang berlangsung selama 1 tahun
sekali yang melibatkan masyarakat sekitar untuk
berkontribusi dengan rangkaian acara turut menjaga desa.
Kegiatan bersih desa biasa dilakukan bersamaan dengan
selamatan untuk memberikan sesaji atau hasil bumi
dengan menyumbangkan makanan saat kegiatan bersih
desa. Bersih desa dilakukan oleh masyarakat sebagai rasa
wujud syukur yang telah diberikan dengan hasil bumi atau
hasil panen yang diperoleh selama satu tahun.
b. Hubungan serta institusi yang ada mampu menggabungkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kepercayaan,
kejujuran, harga diri, kerja sama dan rasa kasih sayang
Hubungan yang dapat menggabungkan nilai-nilai
kemanusiaan antar sesama petani biasanya dilakukan
dengan adanya interaksi baik itu saling bincang atau
berdiskusi mengenai lahan yang dilakukan usaha tani.
Kegiatan bertukar pikiran sesama petani dilakukan untuk
mengetahui progres serta problem yang terjadi pada lahan
yang digunakan sebagai budidaya seperti permodalan yang
digunakan. Salah satu solusi permodalan yang digunakan
yaitu dengan menyelaraskan pihak koperasi desa terhadap
usahatani nya dengan asas kerja sama dan rasa kasih
sayang. Adanya permodalan yang telah terjalin dengan
pihak koperasi, maka petani terbantu untuk melakukan
kegiatan usaha tani nya seperti membeli pupuk yang
lumayan mahal untuk nutrisi tanaman.

c. Fleksibel atau luwes, yang berarti bahwa masyarakat


pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
kondisi usahatani yang berlangsung terus.
Pada hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu
petani yaitu Pak Juari ini menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat yang berperan sebagai petani baik
perhutani, agroforestri, bahkan tanaman semusim mereka
mampu beradaptasi dengan segala bentuk perubahan baik
dari dalam maupun luar bidang pertanian. Buktinya dengan
kemajuan teknologi yang terus berkembang pada dunia
pertanian mereka juga menjaga budaya yang telah
tertanam dengan melakukan bersih desa jadi kedua hal
tersebut harus berjalan berkesinambungan dasarnya pada
prinsip mereka.
Sehingga berdasarkan wawancara di keempat petak terlihat
bahwa masyarakat Ngantang masih mempertahankan kearifan dan adat
istiadat setempat berupa ucapan selamat atau sedekah untuk mensyukuri
hasil panen yang diperoleh, dan masih ada kegiatan budidaya yang
menggunakan pranata. sistem mangsa dalam budidaya padi. Seperti yang
dijelaskan oleh Riantika dan Hastuti (2019), ribuan tahun yang lalu nenek
moyang kita mengetahui dan mengingat pola musim, iklim dan fenomena
alam lainnya, dan akhirnya mampu membuat “Kalender Tahunan”.
Penanggalan ini tidak berdasarkan penanggalan Syamsiah (Masehi) atau
Komariah (Hijriah/Islam), tetapi berdasarkan peristiwa alam seperti
musim hujan, kemarau panjang, musim berbunga, posisi bintang di alam
semesta, pengaruh alam semesta. bulan pada pasang surut air laut, dan
seterusnya. Orang Jawa menyebutnya pranoto mongso (pranoto: tata
cara, mongso: musim). Masyarakat Ngantang juga tetap mengedepankan
rasa kebersamaan, kebersamaan, kasih sayang dan gotong royong. Hal ini
terlihat dari kegiatan gotong royong yang dilakukan masyarakat saat
melakukan kegiatan pertanian, membersihkan desa dan membuat parit.
Keempat petak tersebut juga menunjukkan bahwa usaha tani yang
dilakukan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi usaha tani yang
sedang berlangsung dengan adanya beberapa kelompok tani.
BAB 4 PEMBAHASAN UMUM
1.3 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan
Indikator Keberhasilan Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4
Produksi
Air √ √ √ √
Karbon
Arthropoda and Penyakit
Gulma
Note : √ = kurang; √√= sedang; √√√ = baik; √√√√ = sangat baik. Plot1 =
Perkebunan Pinus , Plot 2 = Agroforestri,Plot 3 = Tanaman semusim, Plot
4=Permukiman
Lakukan pembahasan secara komprehensif atau menyeluruh terhadap
berbagai indikator yang diamati dan kaitkan dengan sistem pertanain berlanjut
tiap lokasi. Disertai foto dan dokumen pendukung lainnya
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (Untuk Hasil Laporan dan Untuk Praktikum Matakuliah Pertanian
Berlanjut)
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, M., Sugeng, P. H., dam Nuning, N. 2016. Keanekaragaman Jenis Burung
Di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten
Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 4(2): 51-60.
Amin. A., Ibrohim, dan Hawa. T. 2016. Studi Keanekaragaman Arthropoda Pada
Lahan Pertanian Tumpangsari Untuk Inventarisasi Predator Pengendalian
Hayati Di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Jurnal Pertanian Tropik. Vol 3(2) :
139-149
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah: Tjahyono Samingan.
Sirait, M., Firsty, R., dan Pattulloh. 2018. Komparasi Indeks Keanekaragaman Dan
Indeks Dominansi Fitoplankton Di Sungai Ciliwung Jakarta. Jurnal
Kelautan. 11(1): 75-79.
Charina, A., Kusumo, R, A, B., Sadeli, A, H., Deliama, Y. 2018. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal
Penyuluhan. 14 (1).
Virianita, R., Soedewo, T., Amanah, S., & Fatchiya, A. 2019. Persepsi Petani
Terhadap Dukungan Pemerintah Dalam Penerapan Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 24(2): 168-177.
Setianingtias, R., Baiquni, M., & Kurniawan, A. 2019. Pemodelan Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan
Pembangunan. 27(2): 61-74.
Septiani T., dan Sitti. A. 2021. Efektivitas Refugia Terhadap Keragaman Serangga
Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Di Desa Enrekeng Kecamatan
Ganra Kabupaten Soppeng. Jurnal Pertanian Berkelnjutan. Vol 9(1): 34-
40.
Yusnidar. 2012. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air Minum
Pada Skala Rumah Tangga. SIGMA Journal. 2 (4): 26-39.
Saputra . 2014. Panduan Fieldtrip Pertanian Berlanjut. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Agustiningsih, Dyah. 2012. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran
Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan: Semarang.
Effendi, Efni. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Rahayu, S. 2009.Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai.World Agroforestry
Centre Southeast Asia ICRAF: Bogor.
Agung. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai
Di Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal
Penelitian Hutan Dan konservasi Alam. 5(3): 267-276.
Tatangindatu. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di
Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya
Perairan. 1(2): 8-19.
Wardhana, Lina. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI :
Yogyakarta.
Riantika, R. F. P., & Hastuti, H. 2019. Kajian Kearifan Lokal Dalam Perspektif
Geografi Manusia. Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi
Kegeografian. 17(1): 1-9.
LAMPIRAN
1. Sketsa Penggunaan Lahan di Lokasi Pengamatan
2. Sketsa Transek Lansekap
3. Katalog Gulma
Contoh Katalog Gulma letakkan di Lampiran
1. Cynodon dactylon
Nama ilmiah : Cynodon dactylon
Sinonim : Panicum dactylon L.
Nama umum : Grinting
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cynodon
Species : Cynodon dactylon
4. Data-data lapangan lainnya
5. Hasil Interview
6. Dokumentasi kegiatan fieldtrip

Anda mungkin juga menyukai