PERTANIAN BERLANJUT
KELOMPOK 1
Anggota :
Yuyun Dwi Alfiyanti 205040200113002
Mochamad Ian Wahyu A. P .205040200113004
Lenny Dwi Lestari 205040200113006
Farid Fauzi Ar Rahman 205040200113012
Alya Aulia Rahmah
Rangga Penget Prasetio 205040200113020
Arya Mulya Subagja
Arik Pratiwi
Ahmad Bahruddin Luthfi
Ika Diana Putri 205040200113030
Elisabeth Rekyan Prahasthi
Intan Suci Nurani
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Diterima tanggal:
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat
diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Pertanian berkelanjutan merupakan suatu
tantangan dalam dunia pertanian untuk tujuan proses produksi pertanian
dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pertanian
berkelanjutan merupakan tantangan dalam dunia pertanian, yang menuntut
petani untuk memiliki perilaku usahatani yang berbeda dan lebih baik, terutama
terkait lingkungan (Charina, 2018).
Masalah keberlanjutan meliputi penggunaan sumber daya, kualitas dan kuantitas
produksi, dan lingkungan. Secara umum, sistem pertanian berkelanjutan adalah
sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat
lanskap, upaya pengelolaan diarahkan pada upaya mempertahankan kondisi
biofisik yang menguntungkan. Dalam pertanian berlanjut menggunakan
keanekaragaman hayati tanaman untuk memelihara keberadaan penyerbuk,
mengendalikan gulma, mengendalikan hama dan penyakit, memperbaiki kondisi
hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak jenis
penggunaan lahan yang tersebar di seluruh lanskap, dan komposisi serta
distribusinya bergantung pada beberapa faktor, antara lain iklim, topografi, jenis
tanah, vegetasi, serta kebiasaan dan adat istiadat masyarakat sekitar. Ruang
kuliah Pelajari beberapa indikator pertanian berkelanjutan kegagalan dari
perspektif biofisik (ekologis), ekonomi dan sosial. Menentukan keberlanjutan
sistem pertanian memerlukan penilaian apakah sistem pertanian yang ada dapat
disebut berkelanjutan. Empat jenis penggunaan lahan dalam memahami
pertanian berkelanjutan yaitu kehutanan, agroforestri, budidaya tanaman
semusim, dan pemukiman. Berdasarkan uraian di atas, penting untuk
mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang konsep dasar pertanian
berkelanjutan di daerah tropis dan implementasinya di tingkat lanskap. Oleh
karena itu, dalam upaya memperkenalkan pengelolaan lanskap terpadu,
dilakukan kegiatan field trip pertanian berkelanjutan di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan fieldtrip pertanian berlanjut ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa memperoleh semua informasi terkait pertanian berkelanjutan dari
aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
2. Mahasiswa mampu memahami interaksi antara tipe tutupan lahan, sebaran
tutupan lahan, dan tutupan lahan pertanian dalam suatu lanskap.
3. Memahami dampak pengelolaan lanskap pertanian terhadap kondisi hidrologi,
tingkat keanekaragaman hayati, dan serapan karbon.
4. Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi
pengamatan.
5. Untuk mengetahui apakah pertanian di daerah fieldtrip dapat dikatakan
berkelanjutan.
1.3 Manfaat
Dari pembuatan laporam fieldtrip pertanian berlanjut, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa antara lainnya yaitu:
1. Mahasiswa mampu menentukan apakah sistem pertanian akan dilanjutkan.
2. Mahasiswa mampu menerapkan teori dasar yang dipelajari dalam
perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat menyimpulkan bagaimana kondisi biodiversitas, kualitas
air dan status karbon pada wilayah pengamatan.
4. Mahasiswa mampu menyimpulkan tingkat keberlanjutan pertanian lokal
ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
BAB 2 METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan fieldtrip Pertanian Berlanjut berada di Desa
Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Fieldtrip dilaksanakan
pada hari Sabtu, 09 Oktober 2022, pada pukul 06.00 hingga selesai. Dilakukan
pengamatan pada jalur 2 yang terdapat 4 plot dengan penggunaan lahan
yang berbeda dimana pada setiap plot dilakukan pengamatan terhadap
masing-masing aspek pertanian berlanjut yaitu HPT, Sosek, Tanah, dan BP.
Pada Kelas B AGT PSDKU Kelompok 1, mendapatkan pembagian sebagai
berikut :
Plot 4: Pemukiman-TS (Aspek Tanah)
Plot 3: Tanaman Semusim (Aspek Sosial Ekonomi)
Plot 1: Hutan (Aspek Hama dan Penyakit Tumbuhan)
Plot 2: Agroforestri (Aspek Budidaya Pertanian)
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1 Pemahaman Karakteristik Landskap
Pemahaman karakteristik lanskap berguna untuk penentuan tipe
lanskap yang terbentuk. Alat, bahan dan metode pemahaman
karakteristik lanskap dijelaskan secara runtut pada tabel 1 sebagai
berikut
Alat dan Bahan Pemahaman Karakteristik Lanskap
Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam kondisi yang
alami (tidak ada orang yang masuk dalam sungai). Hal ini untuk
menghindari kekeruhan air akibat gangguan tersebut.
3. Pengamatan Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Alat dan Bahan Pengamatan Suhu:
Kamera Dokumentasi
Kamera Dokumentasi
Kamera Dokumentasi
Kamera Dokumentasi
2. Pengamatan penyakit
Pengamatan penyakit secara visual pada masing-masing
plot tanaman semusim, pemukiman, agroforestri, dan hutan.
Dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Kamera Dokumentasi
Sedang 150
Rendah 100
Agroforestri
2 Tinggi 80
Sedang 50
Rendah 20
3 Tanaman semusim - 1
Kamera Dokumentasi
Pembuatan laporan
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kondisi Umum Wilayah
Isi sesuai dengan tabel isian pada materi I. Pemahaman
karakteristik lanskap, lakukan pembahasan. Buat pembahasan disertai
foto dan dokumen pendukung lainnya pada indikator ini. Kaitkan dengan
Pertanian Berlanjut.
3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik
1. Kualitas Air
Pengujian kualitas air sangat diperlukan dalam proses budidaya tanaman
khususnya untuk mendukung sistem pertanian berlanjut. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah air tersebut layak dijadikan sebagai sumber irigasi
untuk tanaman serta untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekeruhan pada
air tersebut karena tingkat kekeruhan dapat menunjukkan seberapa tinggi erosi
yang terjadi. Kualitas air ini juga mempengaruhi pertanian yang ada di Desa
Tulungrejo Kecamatan Ngantang. Indikator kualitas air secara tidak langsung
mencerminkan bagaimana pengelolaan lahan pada skala lanskap dengan batasan
DAS. Kualitas air ini ditentukan dengan melihat sifat fisik maupun kimia yang ada
di daerah pengamatan dengan parameter pengamatan meliputi (kekeruhan,
suhu, pH dan DO). Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan pada
masing-masing plot pengamatan diperoleh data dalam tabel berikut:
Tabel.. Data Pengamatan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia
1 Hulu 40 24
Plot 1 2 Tengah 40 24
1 Hulu 40 23
Plot 2 2 Tengah 40 22
3 Hilir 40 23
1 Hulu 40 23
Plot 4 2 Tengah 40 23
2. Biodiversitas Tumbuhan
Kami pusing, tidak dijelas kan samsek di praktikum~
Isi sesuai dengan tabel dan form isian pada materi III.
Pengukuran biodiversitas dari aspek agronomi sebagai indikator
pertanian berlanjut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik batang
untuk analisis vegetasi gulma. Buat pembahasan disertai foto dan
dokumen pendukung lainnya pada indikator ini. Kaitkan dengan
pertanian berlanjut. (perhitungan analisis vegetasi gulma harus
dibandingkan dengan semua plot, perhitungan sampai indeks
dominansi simpson).
a. Keragaman Tanaman Bernilai Ekonomi
Plot
1
(Hut
an)
Plot
2 Rumpu Cyperu 3 3 5 6 2 19 3 15
(Agr t Teki s
ofor rotund
estri) us
Verben Verben 0 2 2 0 1 5 2 44
a a
officina
lis L.
Spider Trades 0 1 2 1 3 7 2 34
wort cantia
daun flumin
kecil ensis
Vell.
wound Stachy 3 2 4 1 0 10 3 10
wort s Recta
L.
Aur- Comm 2 0 1 1 2 6 2 16
aur elina
diffusa
Burm.
Plot
3
(Sem
usim
)
Plot
4
(Pem
ukim
an &
sem
usim
)
SDR (%)
Nama Gulma Jeni
No Plot Plot Plot Plot
(Nama Ilmiah) s
1 2 3 4
Teki (C. 7,2
1 T 17,1 18,2 0,00
rotundus) 3
2
3
Ds
Dst
t
Keterangan: L: Daun Lebar, S: Daun Sempit, T: Teki-Tekian
Perbandingan Nilai Indeks Keragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks
Dominansi Simson (C)
Tabel 3. Perbandingan Nilai Indeks Keragaman Shannon-
Wiener (H’) dan Indeks Dominansi Simson (C)
No Lokasi H’ C
1 Hutan 2,22 0,11
2 Agroforestry 1,22 0,26
3 Semusim 0,98 1,11
Pemukiman &
4 0,88 1,24
Semusim
rendah,
Kriteria1< < 3indeks
nilai : Keanekaragaman sedang
keanekaragaman ≥ 3 : Keanekaragaman
Shannon-Wiener tinggi (Adelina rendah, 1< < 3 : Ke
(H') 1 : keanekaragaman
et al, 2016).
Dengan :
Luas Panen(ha)
X=
Jumlah Penduduk ( jiwa)
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM )
K=
Produksi Tanaman perha pertahun
0 ,5 ha
X=
56.376
X =8 , 87
320 kg perkapita pertahun
K=
8 ton /tahun
X =40
8 , 87
σ=
40
σ =0 , 22
Maka nilai daya dukung lahan yakni sebesar 0,22. Hal ini dapat disimpukan
bahwa pada lahan tersebut belum mampu untuk swasembada pangan bagi
penduduknya, seperti yang dijelaskan oleh Moniaga (2012) bahwa :
➔ Kelas I → σ > 2,47 : Wilayah yang mampu swasembada pangan dan
mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
➔ Kelas II → 1 ≤ σ ≤ 2,7 : Wilayah yang mampu swasembada pangan tetapi
belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
➔ Kelas III → σ < 1: Wilayah yang belum mampu swasembada pangan.
Titik Peran
Nama
Pengambilan Musuh Serangg Dokume Total
Serangga Hama
Sampel Alami a Lain ntasi
Titik 1 (Hutan
Produksi) Belalang
v 3
coklat
Lalat buah v 2
Kupu-kupu v 1
Jangkrik v 1
Laba-laba v 1
Kumbang v 2
Semut api v 1
Bothrogonia v 2
Komposisi
peran 76.9% 15.3% 7.6% 13
Arthropoda
Titik 2
(Agroforestri)
Capung v 1
Belalang
kayu v 3
Kepik hitam v 1
Laba-laba v 3
Ulat bulu v 1
Ngengat v 2
Walang
sangit v 3
Kepik hijau v 1
Semut v 2
Kecoa v 1
Bothrogonia v 1
Kumbang
v 1
tanah
Kupu-kupu v 1
Lalat buah v 1
Komposisi
peran 54.5% 13.6% 31.8% 22
Arthropoda
Laba-laba v 1
Trips v 2
Belalang
v 1
kayu
Lalat buah v 1
Tawon v 1
Kumbang
v 2
tanah
Kutu busuk v 1
Semut
v 2
hitam
kumbang
v 1
koksi
jangkrik v 1
zaprionus v 1
monolepta
v 1
lepida
pentatomoi
v 1
dea
ulat grayak v 1
kumbang
v 1
rove
Komposisi
peran 38.0% 42.8% 19.0% 21
Arthropoda
Lycia
v 1
hirtaria
Lady bug v 3
Titik 4 (TS-
Pemukiman)
Ulat gagak v 1
Komposisi
peran 40% 60% 5
Arthropoda
Berdasarkan data dari tabel keragaman arthropoda, maka dapat disajikan data
grafik perbandingan antar plot yang disajikan dalam bentuk diagram batang
berikut:
5. Cadangan Karbon
Isi sesuai dengan tabel dan form isian pada materi I.
Pendugaan nilai cadangan karbon sebagai indikator pertanian
berlanjut. Buat pembahasan yang diperkuat dengan jurnal
pendukung minimal 5 jurnal internasional dan 2 jurnal nasional
disertai foto,
2 Tegalan Jagun B A r r 2 - 1
g
3 Pemukim - - B r r - - 1
an
4 Jalan - - T r r - - 1
5 Pepohon Pohon T s s - r 1
an
PLOT 2 Agroforestri
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dari bidang pertanian.
Dari hasil wawancara dengan petani pada plot 2 agroforestry
didapatkan bahwa petani tersebut mendapatkan lahan warisan
orang tua dan memiliki setidaknya 50% dengan luas 7500m2 atau
0,75 ha dari total keseluruhan lahan warisan, lahan tersebut bebas
dari biaya sewa lahan. Tanaman yang dibudidayakan adalah
tanaman kopi dengan varietas arabika dan robusta serta durian
dengan varietas durian lokal ngantang.
Pendapatan yang didapatkan petani dari komoditas durian
tidak terlalu besar penghasilannya, meskipun biaya produksinya
tidak terlalu besar karena petani tidak mengeluarkan biaya untuk
pestisida dan pengeluaran untuk pupuk kimia sangatlah minim.
Durian yang dipanen dibeli dengan harga Rp 20.000- Rp 50.000
per buah, durian tersebut umumnya dibeli oleh tengkulak
sebelum buah matang, selain tengkulak biasanya terdapat warga
atau orang dari luar wilayah tersebut membeli durian langsung ke
petani dan biasa dijual di sekitaran harga Rp 35.000- Rp 50.000,
harga ini umumnya bergantung pada keikhlasan pembeli.
Pendapatan pada tanaman kopi lebih besar dibandingkan dengan
durian, kopi biasanya dijual dengan harga Rp 25.000-Rp 35.000/kg
untuk varietas robusta. Dengan biaya produksi kopi sekitar Rp
2.500.000,- .
b. Penghasilan yang didapatkan masyarakat untuk
pengembalian input produksi
● Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada lahan
agroforestry sebanyak 7 orang dengan pembagian
3 orang tenaga kerja keluarga dan 4 orang tenaga
kerja harian dengan upah Rp 40.000/orang/ ½ hari
yang dipanggil saat masa panen.
● Bibit
Petani melakukan pembibitan atau peremajaan
tanaman kopi dilakukan dengan stek dari tanaman
kopi sebelumnya. Selain dari stek peremajaan bibit
yang didapatkan petani berasal dari bibit yang
dibeli dengan harga Rp 1.500,-/bibit dengan total
Rp 22.500,- .
● Pupuk
Petani melakukan pemupukan dengan kombinasi
pupuk organik dan pupuk kimia, namun petani
menjelaskan bahwa pemupukan yang utama
adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ternak miliki petani itu sendiri dan dikombinasikan
dengan pupuk urea dan phonska dengan dosis 50
kg/0.75 ha
PLOT 3 Tanaman Semusim
a. Kemampuan masyarakat menghasilkan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari hari dari bidang pertanian
(perhitungan pendapatan usahatani)
Berdasarkan field trip yang telah dilaksanakan
lahan sawah yang digunakan masyarakat adalah lahan sewa
sebesar 50% dengan luasan lahan 2500 m2 atau 0,25 ha,
dan lahan tegalan dengan sewa sebesar 50% dengan luasan
lahan 2500 m2 atau 0,25 ha. Tanaman yang dibudidayakan
pada lahan sawah adalah tomat dan sawi, sedangkan
tanaman yang dibudidayakan pada lahan tegalan adalah
tanaman hortikultura. Berdasarkan wawancara mahasiswa
dengan petani menunjukkan bahwa kebutuhan petani
dapat terpenuhi dengan adanya lahan sawah dan tegalan,
sehingga petani tidak perlu membeli sayuran dan tanaman
yang dibudidayakan.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan
dengan biaya total yang dikeluarkan, sedangkan
penerimaan merupakan hasil perkalian antara harga jual
sawi dan tomat dengan banyaknya sawi dan tomat yang
dihasilkan. Jumlah produksi Tomat sekali panen sekitar 3
ton per ½ ha, harga jual tomat dari petani ke pengepul
adalah dibawah standar yaitu Rp. 5.000,- per kilogram
dengan nilai produksinya sebesar Rp.1.500.000,- sedangkan
jumlah produksi sawi sekali panen sekitar 5 ton per ½ ha
harga jual sawi dari petani ke pengepul juga dibawah
standar yaitu Rp. 5.000,- per kilogram dengan nilai
produksinya sebesar Rp.2.500.000,-.