Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR

Disusun Oleh :
Nama : Khoerunnisa Amaliah S.
NIM : H0217038

LABORATORIUM FISIKA DAN KOSERVASI TANAH


PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saluran irigasi merupakan infrastruktur yang mendistribusikan air yang
berasal dari bendungan/bendung/embung kepada lahan pertanian yang
dimiliki oleh masyarakat. Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari
sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Dengan adanya saluran irigasi ini, kebutuhan akan air untuk ladang
para petani akan terjamin. Saluran irigasi terdiri dari tiga bagian saluran,
yaitu: saluran irigasi primer/induk, saluran irigasi sekunder, dan saluran
irigasi tersier.
Salah satu parameter yang harus diukur untuk menentukan kualitas air
adalah parameter fisika. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk
menentukan kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listik
(DHL), jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa, dan bau. Air bersih secara fisika
tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273°K (0°C).
Tanaman cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap
kelebihan ataupun kekurangan air. Jika tanah telah menjadi kering dengan
kadar air di bawah limit, maka tanaman akan kurang mengabsorpsi air
sehingga menjadi layu dan lama kelamaan akan mati. Demikian pula
sebaliknya, pada tanah yang banyak mengandung air akan menyebabkan
aerasi tanah menjadi buruk dan tidak menguntungkan bagi pertumbuhan akar,
akibatnya pertumbuhan tanaman akan kurus dan kerdil. Di samping itu,
kebutuhan air untuk tanaman cabai akan sejalan dengan lainnya pertumbuhan
tanaman. Untuk fase vegetatif rata-rata dibutuhkan air sekitar 200
ml/hari/tanaman, sedangkan untuk fase generatif sekitar 400 ml/hari/tanaman.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengair acara satu dengan judul efisiensi saluran
irigasi adalah untuk mengetahui efisiensi saluran irigasi sehingga diharapkan
praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
saluran irigasi. Pada acara kedua yang berjudul analisis kualitas air irigasi,
praktikan diharapkan mampu menganalisis kualitas air irigasi dan mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta dampaknya bagi
tanaman. Pada acara ketiga dengan judul efisiensi pemberian air irigasi,
diharapkan praktikan dapat mengetahui kadar pemberian air irigasi yang
paling optimal bagi pertumbuhan tanaman.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Acara 1 Efisiensi Saluran Irigasi

1. Pelaksanaan Praktikum
a. Tempat
Praktikum acara 1, yaitu Efisiensi Saluran Irigasi dilaksanakan di
Saluran irigasi dekat Yonif Bremoro, Mojolaban, Sukoharjo dan di
saluran irigasi Waduk Cengklik, Boyolali. Lokasi praktikum berupa
saluran irigasi yang terbagi menjadi 3, yaitu irigasi primer, sekunder,
dan tersier. Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Desember 2018
dan Minggu, 2 Desember 2018.
b. Alat dan Bahan
1) Current meter
2) Sepatu boot
3) Tali
4) Meteran
5) Stopwatch
6) Pelampung
7) Saluran irigasi sekunder dan tersier
2. Metode Praktikum
a. Memilih 2 saluran terbuka, masing maaing pada saluran sekunder dan
tersier.
b. Pengukuran kecepatan aliran pada saluran sekunder menggunakan
current meter di titik awal (Qin) dan debit di titik berikutnya yang
diasumsikan sebagai titik akhir (Qout) saluran. Mengukur dan mencatat
jaraknya.
c. Mengukur kecepatan aliran pada 3 titik (tengah dan 2 pada pinggir
saluran), lakukan sebanyak 3 kali ulangan, menghitung rata-ratanya.
d. Pengukuran kecepatan aliran pada saluran tersier menggunakan metode
pelampung.
e. Mencacat ketinggian penampang melintangnya (drata-rata) dan lebar
saluran (w). Luas penampang basah saluran (A) dihitung dengan rumus:
A (m2 ) = drata-rata X W
Dimana drata-rata (m) = (d1 + d2 + d3) / 3

B. Acara 2 Kualitas Air Irigasi

1. Pelaksanaan Praktikum
a. Tempat
Praktikum acara 2, yaitu Kualitas Air Irigasi dilaksanakan di
Saluran irigasi dekat Yonif Bremoro, Mojolaban, Sukoharjo dan di
saluran irigasi Waduk Cengklik, Boyolali. Lokasi praktikum berupa
saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Lokasi praktikum
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Praktikum dilaksanakan pada hari
Sabtu, 1 Desember 2018 dan Minggu, 2 Desember 2018 untuk
pengambilan sampel, dan praktikum laboratorium dilaksanakan pada
hari Senin, 3 Desember 2018.
b. Alat
1) Water sampler
2) pH meter
3) Termometer
4) Ember kapasitas 10 L
5) Botol 1,5L (3 buah)
6) Pengaduk
7) Oven
8) Cawan aluminium
9) Timbangan analitik
c. Bahan
1) Sampel air irigasi primer
2. Metode Praktikum
a. Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer. Pada saluran primer
sampel air diambil di tiga titik, yaitu pada bagian tengah dan 2 pada
bagian tepi saluran, masing-masing tepi kanan dan kiri.
b. Mengambil contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan
water sampler. Mencatat ketinggian air di saluran dan turunkan water
sampler sampai ½ ketinggian air.
c. Saat pengambilan sampel air dilakukan pengukuran suhu. Cara
membaca suhu yaitu :
1) Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air
2) Maukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit
3) Baca suhu saat termometer masih di dalam air, atau secepatnya
setelah dikeluarkan dari dalam air.
d. Mengkomposit air yang diambil dari ketiga titik ke dalam ember dan
setelah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam botol kapasitas 1,5 L.
e. Membawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan sedimennya.
f. Mengaduk air selama ± 30 menit.
g. Menimbang berat cawan aluminium sebelum digunakan (a).
h. Air yang telah homogen kemudian diambil ± 100 ml dimasukkan ke
dalam cawan aluminium kemudian dioven pada suhu 105oC sampai
mengering (sekitar 24 jam).
i. Menimbang berat keseluruhan setelah dioven (b).
j. Menghitung berat sedimen (b-a) (gram).
k. Menghitung konsentrasi dengan persamaan :
Konsentrasi sedimen (gram/L) = Konsentrasi sedimen (gram/liter) = berat
sedimen (gram)/ Volume air (l)
C. Acara 3 Efisiensi Pemberian Air Irigasi

1. Tempat, Alat dan Bahan


a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara 3, yaitu Efisiensi dan Efektivitas Irigasi
dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret. Praktikum dilaksanakan pada Jumat, 26 Oktober 2018 untuk
pembuatan media dan penanaman cabai serta perawatan pada tanggal
26 Oktober 2018 sampai dengan 25 November 2018.
b. Alat
1) Pot
2) Penggaris
3) Gelas ukur plastik (250 mL)
4) Alat tulis
c. Bahan
1) Tanah
2) Bibit cabai
3) Air tawar (air kran)
4) Pupuk organik (kompos)
2. Metode Praktikum
a. Menyiapkan pot diberi kode sesuai perlakuan.
b. Mengisi pot dengan tanah dengan kompos.
c. Menanam bibit tanaman yang berumur 2-3 minggu.
d. Melakukan penyiraman dan perawatan tanaman.
e. Melakukan pengamatan tinggi tanaman dan pemberian air setiap hari
sesuai dengan perlakuan.
f. Terdapat beberapa pelaksanaan yang perlu diperhatikan :
1) Tiap kelompok menerima 4 pot dari satu jenis komoditas, dimana
masing-masing pot diberi perlakuan yang berbeda yaitu volume
penyiraman. Volume penyiraman tanaman dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan airnya (Etc) dengan pot 1 sebesar 120%, pot 2 sebesar
100%, pot 3 sebesar 75%, dan pot 4 sebesar 50%,
2) Parameter yang diamati :
(a) Jumlah penyiraman air secara manual
(b) Tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun diamati seminggu sekali.
(c) Berat biomasa tanaman dan berat brangkasan.
A. Efisiensi Saluran Irigasi
Pembahasan
Menurut Simanjuntak (2016), saluran air atau sungai difungsikan sebagai
sumber air untuk bendungan yang ada dibawahnya dan kemudian dibagi lagi
menjadi dua saluran air. Jadi sebuah sungai dibendung tiga kali dengan
pembagian air yang serupa, yaitu dibagi menjadi dua saluran air. Saluran
yang lebih kecil yang merupakan sodetan sungai itu disebut dengan saluran
air primer, dan saluran primer itu kemudian dibagi menjadi saluran sekunder
dan pada akhirnya saluran yang paling kecil disebut dengan saluran air tersier.
Menurut Fandeli (2017), pengukuran debit air pada air permukaan yang
terdiri dari sungai dan saluran irigasi yang ada dilakukan dengan interval
jarak 1 km. Pelaksanaan pengukuran dilakukan pada ruas sungai yang lurus
dengan menggunakan metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka
dengan current meter atau dengan menggunakan metode apung penampang
permukaan. Ma’arif (2017) menyatakan bahwa cara menghitung debit air
sungai atau saluran pengairan yang paling praktis adalah dengan
menggunakan alat pengukur kecepatan air yang disebut dengan Current Meter.
Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara air yang digunakan oleh
tanaman atau yang bermanfaat bagi tanaman dengan jumlah air yang tersedia
yang dinyatakan dalam satuan persentase. Menurut Siswoyo dan Wahyudi
(2017), efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya
terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari
bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi
sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di
petak sawah.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui nilai
efisiensi saluran irigasi, diketahui bahwa efisiensi kedua saluran, baik itu
saluran irigasi di Mojolaban maupun saluran irigasi di Cengklik keduanya
mendapatkan hasil minus. Hal ini menandakan bahwa pada saluran irigasi
terdapat saluran tambahan yang dialirkan entah itu dari limbah rumah tiap
warga, ataupun yang lainnya sehingga membuat nilai output lebih besar
dibandingkan nilai inputnya. Berdasarkan perhitungan diketahui pula bahwa
nilai efisiensi yang paling terbesar terdapat pada debit di saluran tersier
Mojolaban, yaitu mencapai -8,27 % sedangkan debit saluran sekundernya -
1,486 %. Untuk saluran irigasi Waduk Cengklik, efisiensi debit saluran
sekundernya sebesar -0,161 % sedangkan saluran tersiernya memiliki
efisiensi sebesar -0,333 %.

B. Kualitas Air Irigasi


1. Hasil Pengamatan

Macam Daya
Su (a) (b) (b-a) Konsentrasi
No Saluran pH Hantar Warna
hu gram gram gram (g/l)
Irigasi Listrik

Cokelat
1 Mojolaban 6 0,194 29 37,590 37,615 0,025 1
muda
Waduk Cokelat
2 6 0,302 29 37,152 37,170 0,018 0,72
Cengklik tua
Sumber: Analisis Data
sedimen
Konsentrasi 1 =
V
0,025
=
0,025

= 1 g/l
sedimen
Konsentrasi 2 =
V
0,018
= 0,025

= 0,72 g/l
Pembahasan
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain di dalam air. Menurut Rohmawati et al. (2016), kualitas
air secara umum ditunjukkan oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air
akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air
untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum. Kualitas air irigasi penting diketahui sebagai upaya pengelolaan
dan penggunaan air irigasi oleh masyarakat untuk pengairan lahan sawah.
Yusuf (2014) menyatakan bahwa terdapat 28 parameter kualitas air yaitu
adalah: Fisika (Temperatur, Residu Terlarut, Residu Tersuspensi); Kimia
Anorganik (pH, BOD, COD, DO, Total fosfat, Nitrat, Arsen, Kobalt, Boron,
Selenium, Kadmium, Khrom 6+, Tembaga, Timbal, Air Raksa, Seng, Sianida,
Fluorida, Nitrit-N, Khlorin Bebas, Belerang sbg H2S), Mikrobiologi (Fecal
coliform, Total Coliform). Umumnya, untuk daerah irigasi yang telah Commented [WU1]: Sesuai pengamatanmu ae

dikelola secara baik akan mempunyai kualitas air yang baik atau baik sekali.
Kualitas air irigasi dapat tercermin dari parameter fisiko-kimia dan dari
organisme perairan yang berperan sebagai bioindikator. Salah satu organisme
perairan yang efektif digunakan sebagai bioindikator adalah
makroinvertebrata bentos. Adanya perbedaan dalam pengelolaan pertanian
serta mata air yang berbeda diduga dapat berpengaruh terhadap kualitas air
irigasi. Berdasarkan data penelitian Furaidah dan Retnaningdyah (2013),
dapat disimpulkan bahwa kualitas air irigasi yang melewati sistem pertanian
organik lebih baik daripada sistem pertanian anorganik.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kualitas air irigasi di tiap lokasi, diketahui bahwa kualitas air Waduk
Cengklik lebih baik dilihat dari segi daya hantar listrik serta konsentrasi
sedimen. pH kedua saluran sama, yaitu 6 dan hampir mendekati netral. Daya
hantar listrik Waduk Cengklik lebih tinggi daripada Mojolaban, tingginya
daya hantar listrik menandakan banyaknya jenis bahan organik dan mineral
yang masuk sebagai limbah ke perairan.
Warna air Mojolaban cokelat muda sedangkan Waduk Cengklik warna
cokelatnya lebih tua, adanya kandungan bahan-bahan anorganik seperti
oksida oksida pada mangan menyebabkan air menjadi berwarna
o
kecoklatan/kehitaman. Suhu kedua saluran sama, yaitu 29 C dan termasuk
suhu yang optimum jika digunakan untuk keperluan irigasi tanaman padi.
Konsentrasi sedimentasi Mojolaban lebih tinggi dibandingkan Waduk
Cengklik, kandungan sedimentasi dalam air irigasi akan mempengaruhi
tekstur, permeabilitas dan kesuburan tanah, mempengaruhi daya tampung
saluran sehingga meningkatkan biaya untuk pemeliharaan saluran.
C. Acara 3 Efisiensi Pemberian Air Irigasi

1. Volume Pemberian Air


Tabel 3.1 Pengamatan Efisiensi Pemberian Air Tanaman Cabai
Tanggal ET0 Etc Volume Penyiraman (ml)
(mm) (mm) 120% 100% 80% 60%
27-Okt 5,65 3,39 127,7352 106,446 85,1568 63,8676
28-Okt 5,16 3,096 116,6573 97,2144 77,77152 58,32864
29-Okt 5,27 3,162 119,1442 99,2868 79,42944 59,57208
30-Okt 5,28 3,168 119,3702 99,4752 79,58016 59,68512
31-Okt 5,44 3,264 122,9875 102,4896 81,99168 61,49376
1-Nov 4,87 2,922 110,101 91,7508 73,40064 55,05048
2-Nov 5,27 3,162 119,1442 99,2868 79,42944 59,57208
3-Nov 5,64 3,384 127,5091 106,2576 85,00608 63,75456
4-Nov 5,12 3,072 115,753 96,4608 77,16864 57,87648
5-Nov 5,37 3,222 121,405 101,1708 80,93664 60,70248
6-Nov 4,96 2,976 112,1357 93,4464 74,75712 56,06784
7-Nov 5,06 3,036 114,3965 95,3304 76,26432 57,19824
8-Nov 5,09 3,054 115,0747 95,8956 76,71648 57,53736
9-Nov 5,43 3,258 122,7614 102,3012 81,84096 61,38072
10-Nov 5,26 3,156 118,9181 99,0984 79,27872 59,45904
11-Nov 4,77 2,862 107,8402 89,8668 71,89344 53,92008
12-Nov 4,95 2,97 111,9096 93,258 74,6064 55,9548
13-Nov 4,61 2,766 104,2229 86,8524 69,48192 52,11144
14-Nov 4,62 2,772 104,449 87,0408 69,63264 52,22448
15-Nov 5,03 3,018 113,7182 94,7652 75,81216 56,85912
16-Nov 4,73 2,838 106,9358 89,1132 71,29056 53,46792
17-Nov 4,75 2,85 107,388 89,49 71,592 53,694
18-Nov 5,23 3,138 118,2398 98,5332 78,82656 59,11992
19-Nov 4,84 2,904 109,4227 91,1856 72,94848 54,71136
20-Nov 4,73 2,838 106,9358 89,1132 71,29056 53,46792
21-Nov 4,6 2,76 103,9968 86,664 69,3312 51,9984
22-Nov 4,77 2,862 107,8402 89,8668 71,89344 53,92008
23-Nov 5,12 3,072 115,753 96,4608 77,16864 57,87648
24-Nov 5,06 3,036 114,3965 95,3304 76,26432 57,19824
25-Nov 4,96 2,976 112,1357 93,4464 74,75712 56,06784
TOTAL 151,64 90,984 3428,277 2856,898 2285,518 1714,139
Sumber: Hasil Pengamatn
2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Tabel 3.3 Jumlah Daun Tanaman Cabai
No Minggu Ke- Jumlah Daun
120% 100% 80% 60%
1 1 7 5 6 5
2 2 7 7 7 7
3 3 8 8 8 7
4 4 10 9 8 9
5 5 35 11 9 22
Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.3 Hubungan Antara Volume Penyiraman Dengan Jumlah Daun

Jumlah Daun Tanaman Cabai


40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5

120% 100% 80% 60%

3. Berat Brangkasan (Bobot Basah)


Tabel 3.4 Berat Brangkasan Tanaman Cabai
Tanaman Berat brangkasan
120% 4,93
100% 4,98
80% 14,15
60% 10,43
Sumber : Data Rekapan
4. Berat Brangkasan (Bobot Kering)
Tabel 3.5 Berat Brangkasan Tanaman Cabai
Tanaman Berat brangkasan
120% 1,15
100% 0,84
80% 3.42
60% 3,11
Sumber : Data Rekapan
Pembahasan
Kebutuhan irigasi terdiri dari kebutuhan air untuk tanaman, kebutuhan
air untuk pengolahan tanah, sedangkan kehilangan air biasanya terjadi
karena perkolasi. Heryani et al. (2017) menyatakan bahwa analisis
kebutuhan air tanaman dilakukan berdasarkan estimasi kebutuhan air
tanaman menurut Metode Buletin FAO No. 56.
Menurut Putri (2015), penentuan kebutuhan air tanaman penting untuk
dilakukan, karena kebutuhan air tanaman merupakan faktor pembatas
utama bagi produktivitas tanaman. Kebutuhan air tanaman/crop water
requirement (CWR) dapat didefinisikan sebagai banyaknya air yang
dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang lewat evapotranspirasi. Nilai
CWR memang identik dengan nilai evapotranspirasi tanaman (ETc).
Namun, CWR mengacu pada banyaknya air yang harus disuplai,
sedangkan ETc mengacu pada banyaknya air yang hilang lewat
evapotranspirasi. Fungsi dari perhitungan CWR biasanya adalah untuk
tujuan manajemen dalam mengestimasi kebutuhan irigasi tanaman.
Susanawati dan Suhartom (2018) menyatakan bahwa estimasi
kebutuhan air bagi tanaman adalah sangat penting karena digunakan
sebagai salah satu dasar untuk perencanaan usaha tani dan proyek irigasi.
Kebutuhan air tanaman dan penjadwalan irigasi dapat digunakan sebagai
acuan pemberian air pada rancang bangun irigasi curah serta parameter
pengujian peralatan di laboratorium sebelum diaplikasikan ke lahan.
Perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi dihitung pada
interval 10 harian (dekade).
Cabai (Capsicum annum L) merupakan komoditi holtikultura yang
penting. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pendukung
sistem produksi tanaman cabai. Pemenuhan kebutuhan air pada
tanaman cabai sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Berdasarkan data
rekapan diketahui bahwa intensitas penyiraman air paling terbaik terdapat
pada intensitas 120 % dan tanaman cabai tumbuh optimal pada perlakuan
tersebut. Hal ini dibuktikan berdasarkan jumlah daun dan tinggi tanaman
yang jumlahnya paling banyak dibandingkan perlakuan yang lainnya.
Hasil ini menandakan bahwa apabila kita menyiram tanaman cabai dengan
perlakuan 120 % maka perlakuan ini sudah memenuhi kebutuhan air
tanaman cabai.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengelolaan air adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil
akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Berdasarkan analisis
data yang dilakukan, diketahui bahwa efisiensi kedua saluran, baik itu
saluran irigasi di Mojolaban maupun saluran irigasi di Cengklik
keduanya mendapatkan hasil minus yang menandakan bahwa output
saluran tersebut lebih tinggi dibandingkan inputnya.
b. Kualitas air irigasi dapat tercermin dari parameter fisiko-kimia dan dari
organisme perairan yang berperan sebagai bioindikator. Berdasarkan
analisis data yang dilakukan, diketahui bahwa kualitas air Waduk
Cengklik lebih baik dilihat dari segi daya hantar listrik serta konsentrasi
sedimen dibandingkan saluran irigasi di Mojolaban.
c. Efisiensi Pemberian Air Irigasi perlu dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan air tanaman, Berdasarkan data rekapan diketahui bahwa
intensitas penyiraman air paling terbaik untuk tanaman cabai terdapat
pada perlakuan penyiraman 120 % dan tanaman cabai tumbuh optimal
pada perlakuan tersebut.
B. Saran
Saran yang dapat diambil berdasarkan praktikum pengelolaan air adalah
sebelum dilakukan praktikum ada baiknya dilakukan fiksasi tempat agar
praktikan tidak bingung, serta dalam menjalankan praktikum praktikan harus
serius dan memperhatikan dengan baik untuk meminimalisir adanya
kesalahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Fandeli, Chafid., Rento N.U., dan Sofiudin N. 2017. Audit Lingkungan.


Yogyakarta: UGM Press.
Furaidah, Zidny dan Catur Retnaningdyah. 2013. Perbandingan Kualitas Air
Irigasi di Pertanian Organik dan Anorganik Berdasarkan Sifat Fisiko-kimia
dan Makroinvertebrata Bentos (Studi Kasus di Desa Sumber Ngepoh,
Lawang Kabupaten Malang). Jurnal Biotropika. Vol. 1(4): 154 159.
Heryani, Nani et al. 2017. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi pada
Lahan Sawah: Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Tanah dan
Iklim. Vol. 41(2):135-145.
Ma’arif, A. Syamsul. 2017. Cara Sukses Budidaya Ikan Gurami. Yogyakarta: Bio
Genesis.
Putri, Reffi Maureza Sunaryo. 2015. Analisis Kebutuhan Air Tanaman terhadap
Produktivitas Tanaman Kakao (Theobroma cacao) di Kabupaten Jember,
Jawa Timur. Skripsi. Bogor: IPB.
Rohmawati, Sutarno, dan Mujiyo. 2016. Kualitas Air Irigasi pada Kawasan
Industri di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Caraka Tani
– Journal of Sustainable Agriculture. Vol. 31(2): 108-113.
Simanjuntak, Truman., Retno H., dan Sugeng. 2016. Karawang dalam Lintasan
Peradaban. Jakarta: Yayasan Pustakan Obor Indonesia.
Siswoyo, H., dan Wahyudi, S. I. 2017. Analisis Efisiensi Jaringan Saluran Irigasi
di Kabuyutan Studi Kasus: Kabupaten Brebes. Prosiding Seminar Nasional
Inovasi Dalam Pengembangan SmartCity. Vol. 1(1): 237-251.
Susanawati, Liliya Dewi dan Bambang Suharto. 2018. Kebutuhan Air Tanaman
untuk Penjadwalan Irigasi pada Tanaman Jeruk Keprok 55 di Desa Selorejo
Menggunakan Cropwat 8.0. Jurnal Irigasi. Vol. 12(2): 109-118.
Yusuf, Iskandar A. 2014. Kajian Kriteria Mutu Air Irigasi. Jurnal Irigasi. Vol.
9(1): 1-15.

Anda mungkin juga menyukai